Anda di halaman 1dari 3

PERENCANAAN PROMKES DALAM PENANGGULANGAN DEMAM BERDARAH

DENGUE(DBD)
DI DESA KAUMREJO KECAMATAN NGANTANG
1. Latar belakang
Demam berdarah dengue(DBD) adalah penyakit yang ditularkan oleh nyamuk aedes
aegypty. Penyakit demam berdarah meningkat pada musim hujan karena pada saat musim
hujan terdapat banyak genangan air yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.
Penyakit demam brdarah banyak ditemui pada lingkungan yang padat penduduk. Semangkin
padat penduduk maka semangkin mudah penularan penyakit demam berdarah sebab nyamuk
aedes aegypti hanya dapat terbang sejauh kurang lebih seratus meter.
Penyakit DBD bersifat endemis, sampai saat ini penyakit DBD masih merupakan
masalah kesehatan yang cukup serius untuk diwaspadai, karena sering menimbulkan wabah
dan menyebabkan kematian pada banyak orang terutama anak-anak. Jumlah kasus DBD pada
tahun 2010 diindonesia sebanyak 156.986 kasus dengan jumlah kematian akibat DBD sebesar
1.358 orang. Dengan demikian angka insiden(AI) DBD pada tahun 2010 adalah 65,7 per
100.000 penduduk dan angka kematian kasus sebesar 0,87%. Tahun 2010 angka insiden DBD
Jawa Timur sebesar 368,7/100.000 penduduk dengan jumlah kasus sebanyak 5.556 kasus
dengan 47 kematian(aryanti, 2012).
Jumlah kejadian demam berdarah dangue di kabupaten Malang pada 5 tahun terakhir
cenderung mengalami peningkatan. Hasil pendataan dari instnasi terkait jumlah kejadian
DBD adalah sebagai berikut : 72 orang (tahun 2002), IR 0,69 per 10.000 penduduk, 97
orang(tahun 2003) IR 0,80 per 10.000 penduduk, 175 orang (tahun 2004) IR 1,22 per 10.000
penduduk dan 135 orang (tahun 2005) IR 0,87 per 10.000 penduduk. 329 orang (tahun 2006)
IR 1,87 per 10.000 penduduk. Peningkatan kejadian terjadi diwilayah ibukota kabupaten
( wilayah perkotaan). Pada tahun 2006 kejadiannya cukup tinggi, dari 329 kejadian sebanyak
114 kejadian terjadi di kota Ngantang.
Dari 4 kecamatan yang termasuk dalam wilayah kota Ngantang data dari tahun 2004,
2005, dan 2006 dapat dilihat dari 27 kelurahan yang ada 16 kelurahan lainnya masuk dalam
kategori endemis sedangkan 11 kelurahan lainnya masuk dalam kategori spodaris dan
kecamatan ngantang menempati urutan pertama dari banyaknya kejadian demam berdarah
dengue. Dari 6 kelurahan yang masuk dalam wilayah kecamatan ngantang, 4 kelurahan
masuk dalam kategori kelurahan endemis dan 2 kelurahan sporadis.
Jumlah penderita DBD pada tahun 2011 terdapat 11 penderita diwilayah puskesmas
ngantang. Namun, pada minggu ketiga dibulan januari 2012 tercatat ada 8 orang yang positif
terjangkit DBD. Hal ini membuktikan adanya peningkatan kasus DBD yang signifikan
diwilayah Ngantang(suara merdeka, 2012).
2. Tujuan
a. Tujuan umum
Mengendalikan angka morbiditas dan mortalitas akibat penyakit demam berdarah dengue
(DBD).
b. Tujuan khusus
1) Pengubahaan pola perilaku hidup tidak bersih dan tidak sehat.
2) Penerapan perilaku 3 M (menguras, menutup, mengubur).
3) Peningkatan pengetahuan akan penyakit demam berdarah dengue.
4) Meningkatkan peran serta masyarakat (PSM) dalam pemberantasan nyamuk (PSN).
3. Sasaran
Premier : masyarakat desa kaumrejo, bapak dan ibu-ibu.
Sekunder: tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat dan kader kesehatan.

Terserier: Aparat desa/kelurahan


4. Kegiatan
Primer :
a. penyuluhan tentang pencegahan, pemberantasan dan pengobatan.
b. Penaburan abate.
c. Pencegahan dengan cara 3 M(menguras, mengubur, dan menutup).
d. PHBS
e. Penyebaran leafleat.
f. Pemasangan poster.
g. Slide proyektor
h. Kalender bergambar.
i. Wayang.
Sekunder :
a. Kerja bakti memperbaiki saluran-saluran air dibawah tanah bersama masyarakat.
b. pemasangan ovitrap untuk mendeteksi apakah didalam dan sekitar rumah menjadi tempat
berkembang biak nyamuk aedes agytie.
c. PHBS.
d. pengobatan masal.
e. pemeriksaan kesehatan (test DBD).
f. Dilakukan fogging/pengasapan disemua pintu.
Tersier :
pendekatan kepada aparat desa/ kelurahan agar memberikan dukungan dalam bentuk
kebijakan/ peraturan-peraturan.
5. Rencana anggaran
Sumber dana dari APBN dan APBD.
a. Dana dari APBN berupa penyedian fogging dan bubuk abate.
b. Dana dari APBD berupa biaya operasional, yakni :
No.
1

Biaya operasional
Biaya tenaga/ satuan output RP 50.000x15 orangx 10
hari/4mg
Biaya transport/ satuan output Rp. 20.000 x 15 orang x
10 hari/4mg
Biaya snack/ satuan output RP 15.000 x 10 hari/ 4mg

Biaya tidak tetap/ satuan output

Biaya total

Jumlah
RP 7.500.000,00
Rp 3.000.000,00
Rp 2.250.000,00
Rp 500.000,00
Rp 13. 250.000,00

6. Monef
Monitoring dan evaluasi
Pemantauan kegiatan
Pemantauan dilaksanakan untuk setiap tahap kegiatan sesuai dengan rencana.
a. Pemantauan dilakukan melalui :

- Sistem pencatatan dan pelaporan program.


- Unit pengaduan masyarakat.
- Kunjungan rumah.
b. Tindak lanjutan pemantauan dilakukan melalui:
- Umpan balik.
- Supervisi.
- Bimbingan teknis.
Evaluasi kegiatan
Evaluasi dilakukan secara bertahap. Evaluasi hasil kegiatan berupa :
a. Jumlah penderita DBD yang diberikan pengobatan dan penyuluhan didesa-desa resiko
tinggi.
b. Jumlah fogging yang dipakai.
c. Lokasi dan jumlah pos pelayanan.
d. Masalah pendistribusian bubuk abate.
e. Masalah-masalah lainnya.
Jakarta, 14 Januari 2015

penyuluh

Anda mungkin juga menyukai