Anda di halaman 1dari 16

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN DEMAM

BERDARAH DENGUE (DBD) MENUJU DESA PEDULI KEBERSIHAN


DAN KESEHATAN DI DESA KOTA TENGAH MARGA WAY SINDI
KECAMATAN KARYA PENGGAWA KABUPATEN PESISIR BARAT

1
Qosa Mursit
2
Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Raden Intan lampung
e-mail :

Abstrak
Pemberdayaan Masyarakat dalam Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD)
menuju Desa Peduli Kebersihan dan Kesehatan di Desa Kota Tengah Marga Way
Sindi Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat DBD merupakan
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan oleh nyamuk
Aedes aegypti dan/atau Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir
di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempattempat ketinggian >1000 mdpl.
dengan jumlah kontribusi kasus DBD terbanyak kedua setelah kota Palu. Tujuan
pelaksanaan KKN-DR ini adalah untuk menciptakan kepedulian masyarakat desa
dalam melakukan pencegahan penyakit DBD, dan mewujudkan lingkungan desa
yang bebas DBD menuju desa peduli kebersihan (lingkungan) dan kesehatan yang
merupakan tipologi desa dalam pencapaian SDGs. Target program KKN-DR ini
adalah meningkatnya partisipasi masyarakat dalam melakukan pencegahan
penyakit DBD, dimana masyarakat sudah mampu/berdaya dalam menciptakan
lingkungan yang terbebas dengan DBD, sehingga dapat menekan laju kasus DBD.
Luaran pengabdian berupa artikel ilmiah di jurnal pengabdian kepada masyarakat,
publikasi di media massa, video kegiatan yang dipublikasikan di Youtube, dan
laporan wajib (laporan hasil pelaksanaan KKN, buku catatan harian kegiatan, buku
catatan keuangan, dan laporan kegiatan mahasiswa). Kegiatan ini dilaksanakan di
Desa Kota Tengah Marga Way Sindi Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten
Pesisir Barat
Tengah selama 40 hari terhitung mulai tanggal 22 Juni 2022 - 31 Juli 2022 dengan
jumlah peserta sebanyak 17 mahasiswa, yang terdistribusi di Desa Kota Tengah
Marga Way Sindi Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat.

Kata kunci: pemberdayaan,DBD,Kesehatan Lingkungan.


Abstract
Community Empowerment in Prevention of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)
towards Hygiene and Health Care Villages in Kota Tengah Village, Marga Way
Sindi, Karya Penggawa District, Pesisir Barat Regency. DHF is an infectious
disease caused by the Dengue virus which is transmitted by Aedes aegypti and/or
Aedes albopictus mosquitoes. These two types of mosquitoes are found in almost
all corners of Indonesia, except in places with an altitude of > 1000 meters above
sea level. with the second largest number of contributed dengue cases after Palu
city. The purpose of implementing this KKN-DR is to create awareness of the
village community in preventing dengue disease, and to create a DHF-free village
environment towards a village that cares about cleanliness (environment) and health
which is a village typology in achieving the SDGs. The target of this KKN-DR
program is to increase community participation in preventing dengue fever, where
the community is able/empowered to create an environment free from dengue fever,
so as to reduce the rate of dengue cases. Service outputs are in the form of scientific
articles in community service journals, publications in mass media, activity videos
published on Youtube, and mandatory reports (reports on the results of KKN
implementation, activity diaries, financial notebooks, and student activity reports).
This activity was carried out in Kota Tengah Village, Marga Way Sindi, Karya
Penggawa District, Pesisir Barat Regency
Central for 40 days starting from June 22, 2022 - July 31, 2022 with a total of 17
students, distributed in Kota Tengah Village, Marga Way Sindi, Karya Penggawa
District, Pesisir Barat Regency.

Keywords: Empowerment, DHF, Environmental Health.


PENDAHULUAN
Menurut Depkes RI,1 penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Dengueyang ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegypti dan dapat juga ditularkan oleh Aedes albopictus.Kedua
jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di
tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Seluruh wilayah di Indonesia mempunyai risiko untuk terjangkit penyakit DBD,


sebab baik virus penyebab maupun nyamuk penularnya sudah tersebar luas di
perumahan penduduk maupun di tempat-tempat umum di seluruh Indonesia
kecuali tempat-tempat di atas ketinggian 100 meter dpl.Hampir setiap tahun
terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa daerah pada musim penghujan.
Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di
sebagian kabupaten/kota di Indonesia.Penyakit DBDdapatmenyerang semua
golongan umur.Sampai saat ini penyakit DBD lebih banyak menyerang anak-anak
tetapi dalam dekade terakhir ini terlihat adanya kecenderungan kenaikan proporsi
penderita Demam Berdarab Dengue pada orang dewasa .

Gejala penyakit ini antara lain demam tinggi mendadak dan tanpasebab yang
jelas,berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari,manifestasi perdarahan,
termasuk ujiTourniquet positif, trombositopeni (jumlahtrombosit ≤ 100.000/μl),
hemokonsentrasi(peningkatan hematokrit ≥ 20%), disertaidengan atau tanpa
perbesaran hati.DBD masih merupakanmasalah kesehatan masyarakat serta
menimbulkandampak sosial maupun dampak ekonomi.Jumlah kasuscenderung
meningkat serta daerah penyebarannyasemakin luas.Infeksi virus dengue telah
berada diIndonesia sejak abad ke 18, dan saat ituinfeksi virus dengue dikenal
sebagai penyakit demamlima hariatau dalam istilah lain disebut jugademam
sendi.2

1 Depkes RI, Pusat Data dan Surveilens Epidemologi Demam Berdarah Dengue (Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI, 2010), h. 36.


2 Muliansyah & Baskoro, T, “Analisis Pola Sebaran Demam Berdarah Dengue Terhadap Penggunaan

Lahan Dengan Pendekatan Spasial Di Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2011-2013,”
Sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, WHOmencatat negara Indonesia sebagai
negara dengan kasus DBD tertinggi diAsia Tenggara. Di Indonesia, DBD pertama
kali ditemukan di Kota Surabayapada tahun 1968, sebanyak 58 orang terinfeksi
dan 24 orang meninggaldunia. Sejak saat itu, penyakit ini menyebar luas ke
seluruh Indonesia(Depkes RI, 2010). Pada tahun 2002 jumlah kasus sebanyak
40.377 (IR:19,24/100.000 penduduk dengan 533 kematian (CFR: 1,3%), tahun
2003 jumlah kasus sebanyak 52.566 (IR: 24,34/100.000 penduduk) dengan
814kematian (CFR: 1,5%), tahun 2004 jumlah kasus sebanyak 79.462
(IR:37,01/100.000 penduduk) dengan 957 kematian (IR: 1,20%), tahun
2005jumlah kasus sebanyak 95.279 (IR: 43,31/100.000 penduduk) dengan
1.298 kematian (CFR: 1,36%) tahun 2006 jumlah kasus sebanyak
114.656 (IR:52,48/100.000 penduduk) dengan 1.196 kematian (CFR:
1,04%) sampaidengan bulan November 2007, kasus telah mencapai
124.811 (IR:57,52/100.000 penduduk) dengan 1.277 kematian (CFR: 1,02%).3

DBD mulai ditemukan di Sulawesi Tengah sejak tahun 1992 dan meningkat
hingga tahun 1994 dengan jumlah kasus berturut-turut 8 orang, 17orang dan
44 orang. Mulai tahun 1996, keadaan di SulawesiTengah cukup
memprihatinkan karena dari 50 kasus suspek ditemukan 16 penderita yang positif
DBD, dengan kematian sejumlah 4 orang. Sampai saat ini telah ditemukan 2.092
kasus dengan 29 kasus meninggal danIR 79,4/100.000 penduduk dengan CFR
1,4% (UPT Surdatin,2010).Kabupaten Banggai merupakan kabupaten yang
berada di Provinsi Sulawesi Tengah dengan jumlahkontribusi kasus DBD
terbanyak kedua setelah KotaPalu. Pada tahun 2005 ada 53 kasus, dan melonjak
tinggi padatahun 2012 dengan jumlah 100 kasus, dan kembali turun pada tahun
2013 dengan 51 kasus.

Tingginya angka penderita DBD di di desa kota tengah marga way sindi

Journal of Information Systems for Public Health, Vol. 1 No. 1 (2016): h. 47-54.
3 Sukohar A, “Demam Berdarah Dengue (DBD).,” Medula Vol. 2 No. 2 (2014): h. 1-15.
kecamatan karya penggawa kabupaten pesisir barat untuk melakukan beberapa
upaya pencegahan dan pemberantasan penyebarannya, yaitu dengan mewujudkan
desa peduli kebersihan (lingkungan) dan kesehatan.

MASALAH DAN TARGET LUARAN


Masalah
Permasalahan terkait DBD Ini yaitu kurangnya kesadaran masyarakat dalam
memperhatikan tingkat kebersihan di lingkungan masing-masing bahkan msih
banyak atau minim kesadaran terhadap buang sampah sebarangan, membersikah
siring air pengaliran, atau bahkan masih banyakmasyarakat yang masih suka
mengumpulkan benda atau barang sudah tidak layak pakai seperti barang rongsokan
atau perabotan rumah dan lain-lainnya oleh sebab itu maka peneliti tertarik untuk
meneliti di desa kota tengah marga way sindi kecamatan karya penggawa kabupaten
pesisir barat agar terciptanya desa yang bersih, nyaman dan damai.

Target

Adapun Target dalam program KKN ini adalah meningkatnya partisipasi


masyarakat dalam melakukan pencegahan penyakit DBD, dimana masyarakat
sudah mampu/berdaya dalam menciptakan lingkungan yang terbebas dengan DBD,
sehingga dapat menekanlaju kasus DBD. Dengan demikian dapat mewujudkan
pencapaian SDGs yaitu desa yang peduli akan kebersihan dan kesehatan.

Luaran
Adapun Luaran wajib hasil pengabdian kepada masyarakat ini berupa :
1. Artikel ilmiah di jurnal pengabdian kepada masyarakat
2. Publikasi di media massa (elektronik)
3. Video kegiatan yang dipublikasikan di Youtube
4. Laporan wajib :
 Laporan hasil pelaksanaan KKN
 Buku catatan harian kegiatan
 Buku catatan keuangan
 Laporan kegiatan mahasiswa

TUJUAN
Tujuan pelaksanaan KKN Desa Kota Tengah Marga Way Sindi Kecamatan Karya
Penggawa Kabupaten Pesisir Barat ini adalah sebagai berikut :
1. Menciptakan kepedulian masyarakat desa dalam melakukan pencegahan
penyakit DBD.
2. Menciptakan lingkungan desa yang bebas DBD menuju desa peduli
kebersihan (lingkungan) dan kesehatan yang merupakan tipologi desa
dalam pencapaian SDGs.

MANFAAT PELAKSANAAN PROGRAM

Secara umum manfaat pelaksanaan program KKN-DR ini adalah untuk


menumbuhkan kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam melakukan
pencegahan penyakit DBD dalam rangka mewujudkan lingkungan desa yang bebas
DBD menuju pencapaian SDGs yakni desa peduli kebersihan (lingkungan) dan
kesehatan.

FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG


Pada pelaksanaan program KKN-DR Desa Membangun Periode II ini, terdapat
beberapa hambatan yang ditemui di lapangan, yakni :
1. Kondisi pandemi COVID-19 yang menyebabkan adanya keterbatasan
ruang untuk mengajak masyarakat berkumpul dalam skala yang besar.
2. Cuaca yang kurang bersahabat (sering terjadi hujan) yang menyebabkan
hambatan dalam aksesibilitas.
LANDASAN TEORI
Pengetahuan
a. Pengertian pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap suatu objek dari indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya).4 Menurut Mubarak pengetahuan adalah kesan di dalam
pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indra.
b. Tingkat penegtahuan
Menurut Kholid dan Notoadmodjo tedapat 6 tingkat pengetahuan, yaitu:
1) Tahu (Know)
Tahu adalah mengingat kembali memori yang telah ada sebelumnya
setelah mengamati sesuatu.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan tentang
suatu objek yang diketahui dan diinterpretasikan secara benar
3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi adalah suatu kemampuan untuk mempraktekkan materi
yang sudah dipelajari pada kondisi real (sebenarnya).
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan menjabarkan atau menjelaskan suatu
objek atau materi tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut
dan masih ada kaitannya satu dengan yang lainnya.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan menghubungkan bagian-bagian di
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi adalah pengetahuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu materi atau objek.5

4 Notoatmodjo, Prof. Dr. Soekidjo, romosi Kesehatan Teori dan Aplikasi (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2005), h. 29.
5 Notoatmodjo, Prof. Dr. Soekidjo, h. 47.
c. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Budiman dan Riyanto (2013) faktor yang mempengaruhi
pengetahuan meliputi :
1. Pendidikan
Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau
kelompok dan merupakan usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka
semakin capat menerima dan memahami suatu informasi sehingga
pengetahuan yang dimiliki juga semakin tinggi.
2. Informasi / Media
Massa Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan,
menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan,
menganalisis dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu.
Informasi diperoleh dari pendidikan formal maupun nonformal. dapat
memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan
perubahan dan peningkatan pengetahuan. Semakin berkembangnya
teknologi menyediakan bermacam-macam media massa sehingga dapat
mempengaruhi pengetahuan masyarakat. Informasi mempengaruhi
pengetahuan seseorang jika sering mendapatkan informasi tentang
suatu pembelajaran maka akan menambah pengetahuan dan
wawasannya, sedangkan seseorang yang tidak sering menerima
informasi tidak akan menambah pengetahuan dan wawasannya.
3. Sosial, Budaya dan Ekonomi
Tradisi atau budaya seseorang yang dilakukan tanpa penalaran apakah
yang dilakukan baik atau buruk akan menambah pengetahuannya
walaupun tidak melakukan. Status ekonomi juga akan menentukan
tersedianya fasilitas yang dibutuhkan untuk kegiatan tertentu sehingga
status ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. Seseorang
yang mempunyai sosial budaya yang baik maka pengetahuannya akan
baik tapi jika sosial budayanya kurang baik maka pengetahuannya akan
kurang baik. Status ekonomi seseorang mempengaruhi tingkat
pengetahuan karena seseorang yang memiliki status ekonomi dibawah
rata-rata maka seseorang tersebut akan sulit untuk memenuhi fasilitas
yang diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan.
4. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi proses masuknya pengetahuan kedalam
individu karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan
direspons sebagai pengetahuan oleh individu. Lingkungan yang baik
akan pengetahuan yang didapatkan akan baik tapi jika lingkungan
kurang baik maka pengetahuan yang didapat juga akan kurang baik.
5. Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman orang lain maupun diri
sendiri sehingga pengalaman yang sudah diperoleh dapat meningkatkan
pengetahuan seseorang. Pengalaman seseorang tentang suatu
permasalahan akan membuat orang tersebut mengetahui bagaimana
cara menyelesaikan permasalahan dari pengalaman sebelumnya yang
telah dialami sehingga pengalaman yang didapat bisa dijadikan sebagai
pengetahuan apabila medapatkan masalah yang sama
6. Usia
Semakin bertambahnya usia maka akan semakin berkembang pula
daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh
juga akan semakin membaik dan bertambah

d. Demam Berdarah (DBD)


Demam berdarah dengue atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus berbahaya karena dapat menyebabkan
penderita meninggal dalam waktu yang sangat singkat. Gejala klinis DBD
berupa demam tinggi yang berlangsung terus-menerus selama 2-7
hari.Tanda dan gejala perdarahan yang biasanya di dahului dengan
terlihatnya tanda khas berupa bintik-bintik merah (petechia) pada badan
penderita bahkan penderita dapat mengalami syok dan meninggal.67
a) DBD menurut WHO 2011 dalam Nurarif &Kusuma (2015)
1) Derajat 1 : demam disertai gejala tidak khas dan satusatunya
manifestasi perdarahan adalah uji torniquet positif.
2) Derajat 2 : derajat 1 disertai perdarahan spontan di kulit dan/atau
kemudian suhu tubuh tinggi/panas/demam pada anak baru akan
diketahui apabila anak tersebut berinteraksi dengan orang tuanya,
sehingga sering kali demam pada anak tidak dapat di deteksi
secara dini.8 Dengan demikian, umur memiliki pengaruh terhadap
kejadian DBD, apabila responden memiliki umur yang termasuk
dalam kategori umur muda maka risiko terkena DBD besar, dan
sebaliknya apabila responden memiliki umur yang termasuk
dalam kategori umur tua maka risiko terkena DBD kecil
3) Derajat 3 : ditemukannya tanda kegagalan sirkulasi yaitu nadi
cepat dan lembut, terkadang nadi menurun (< 20 mmhg) atau
hipotensi disertai kulit dingin, lembab, dan pasien menjadi gelisah
4) Derajat 4 : syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak
dapat di ukur.

e. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah


Hingga saat ini pemberantasan nyamuk Aedes aegypti merupakan cara
utama yang dilakukan untuk pemberantasan DBD, karena vaksin untuk
mencegah dan obat untuk membasmi virusnya belum tersedia.
Pemberantasan nyamuk atau pengendalian vektor adalah upaya
menurunkan faktor risiko penularan oleh vektor dengan meminimalkan
habitat perkembangbiakan vektor, menurunkan kepadatan dan umur vektor,
mengurangi kontak antara vektor dengan manusia serta memutus rantai

6 Sutanto, Pengertian Demam berdarah dengue atau Dengue Hemorrhagic Fever, 2015, h. 69.
7 Umaya, R., Faisya, A. F., & Sunarsih, E., “Hubungan Karakteristik Pejamu,Lingkungan Fisik dan
Pelayanan Kesehatan dengan Kejadian DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Talang Ubi Pendopo Tahun 2012”
Vol. 4 (2013): h. 265.
8 Umaya, R., Faisya, A. F., & Sunarsih, E., h. 95.
penularan penyakit (Ditjen PP dan PL, 2011).
Mubarak, menjelaskan bahwa pencegahan berarti menghindari suatu
kejadian sebelum terjadi. Upaya pencegahan DBD yang paling tepat dengan
3M+, upaya pencegahan ini merupakan upaya pencegahan prevensi primer
yaitu usaha sungguh-sungguh untuk menghindari suatu penyakit atau
tindakan kondisi kesehatan yang merugikan dan tindakan perlindungan
penelitian tentang pengaruh merupakan dasar dari upaya pencegahan
primer. Upaya pencegahan 3M+ itu sendiri yaitu :9
1. Menguras tempat penampungan air secara teratur
sekurangkurangnya seminggu sekali atau menaburkan bubuk abate
kedalamnya.
2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, setelah mengambil
airnya, agar nyamuk tidak dapat masuk dan berkembang biak.
3. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat
menampung air hujan; seperti kaleng bekas, plastik, bambu-bambu
yang terbuka, drum-drum bekas dll.
4. Pencegahan menurut Notosoedirdjo dan latinpun,10 pencegahan
adalah upaya secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya
gangguan, kerusakan, atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat.
Sedangkan pengertian pencegahan menurut Nasry (2006)
menjelaskan bahwa pencegahan adalah pengambilan suatu tindakan
yang diambil terlebih dahulu sebelum kejadian, dengan berdasarkan
pada data/keterangan yang bersumber dari hasil analisis
epidemologi atau hasil pengamatan/ penelitian epidemiologi.
Berbagai metode pengendalian vektor DBD, yaitu:
a) Kimiawi
b) Biologi
c) Manajemen lingkungan
d) Pemberantasan Sarang Nyamuk/PSN

9 Mubarok, Promosi Kesehatan (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 45.


10 Notoatmodjo, Prof. Dr. Soekidjo, romosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, h. 77.
e) Pengendalian Vektor Terpadu (Integrated Vector
Management/ IVM)

METODE PENGABDIAN
Penulis melaksanakan pengabdian kepada masyarakat dengan cara observasi, dan
wawancara. Dimana apenulis melakukan kegiatan langsung bersama para
masyarakat yang ada di Desa tersebut kemudian memberikan penyuluhan dan
pengertian Tentang DBD dan cara pencegahannya. Mewawancarai beberapa
masyarakat tentang kegiatan tersebut dan bagaimana tangapan terhadap adanya
kegiatan tersebut.
Kegiatan ini dilaksanakan atas dasar persetujuan dari beberapa pihak salah satunya
yaitu kepala desa dan kepala lurah yang bersangkutan serta para staff dan tokoh
masyarakat lainnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Secara umum pengetahuan masyarakat terakit dengan DBD di Desa Kota Tengah
Marga Way Sindi sudah cukup baik berdasarkan hasil dari jawaban responden
mengenai pernah tidaknya mendengar tentang DBD, penyebabnya, tandatanda, cara
penularannya dan pencegahannya. Pengetahuan tentang DBD menjadi hal yang
penting diketahui oleh masyarakaat sampai ditingkat keleuarga. Rendahnya
pengetahuan tentunya sejalan dengan munculnya resiko terkena DBD. Dengan
demikian jika keluarga khususnya mimiliki pengetahuan yang cukup menganai
DBD, maka dapat terhindar dari resiko terkana DBD.
Tingginnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pencegahan DBD akan
mempengaruhi sikap untuk mengambil keputusan dan berperilaku. Sikap seseorang
dalam upaya meencegah DBD merupakan hal yang sangat penting karena seseorang
memiliki pengetahuan dan pengalaman menganai DBD, maka dia akan memiliki
keyakinanan dan melakukan upaya tindakan, namun tidak selalu ada keterkaitan
antara pengetahuan dan perilaku karena bisa jadi orang yang berpengetahuan baik
melakukan perilaku yang bertentangan dengan pengetahuannya sendiri. Demikian
sebaliknya pada penelitian lain mengungkapkan bahwa peran tokoh masyakarakat
yang tinggi tetapi tidak didasari dengan pengetahuan, atau pengetahuan yang tinggi
tetapi tidak ada kemauan/ peran dari tokoh masyakat dalam pengendalian DBD
merupakan suatu fenomena yang mungkin saja menjadi salah satu sumber penyebab
yang sulit tertaanggulanginya masalah DBD selama ini. Walaupun rata-rata
sebagian besar responden sudah cukup mengenali terkait dengan DBD. Hal ini
disebabkan karena sebagian responden berusia rata-rata 64 tahun dan kurangnya
mendapat penyuluhan terkait dengan DBD, atau mungkin responden beranggapan
DBD merupakan penyakit biasa/ kurang serius.

Kegiatan yang dilakukan sebelum melaksanakan kegiatan inti dan tambahan yaitu
mengadakan perkenalan dan sosialisasi Desa Kota Tengah Marga Way Sindi
Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat yang dilanjutkan dengan
melakukan kajian kondisi desa melalui diskusi, wawancara dan observasi. Hal ini
dimaksudkan untuk memperoleh informasi terkait permasalahan dan alternatif
pemecahan masalahnya. Penentuan program kerja dilakukan dengan melakukan
koordinasi dengan pihak pemerintah kelurahan/desa, yang disinkronkan dengan
program yang tertuang dalam RPJM dan RKP Kelurahan/Desa. Setelah itu
dilanjutkan dengan pemaparan program kerja untuk memperkenalkan program inti
dari KKN.

Gambar 1.Pembersihan sampah di area aliran air


Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di lapangan di katehui bahwa
kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan yang bersih maasih
sangat kurang, masih banyak masyarakat yang membuang sampah di sungai. Hal
ini dapat menyebabkan percepatan pertumbuhan nyamuk dan dapat menjadi sarang
pertumbuhan jentik nyamuk. Dengan adanya program ini masyarakat dapat
mengetahui betapa pentingnya menjaga lingkungan agar tetap bersih dan terhindar
dari penyakit.

KESIMPULAN DAN SARAN


Setelah 40 hari pelaksanaan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) saya dapat
menyimpulkan bahwa pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata Tematik Pencegahan
Covid-19 untuk mewujudkan Merdeka Belajar yang telah di Programkan bisa
berjalan dengan lancar sesuai dengan program yang telah direncanakan meskipun
tidak dapat terpungkiri adanya perubahan dan penambahan kegiatan. Kuliah Kerja
Nyata ini dapat membentuk mahasiswa menjadi lebih dewasa dalam menyikapi
permasalahan yang ada dan dapat menumbuhkan rasa peduli terhadap isu-isu di
masyarakat.

SARAN
a. Bagi pemerintah dan masyarakat Kelurahan Pagimana dan Desa Kota
Tengah Marga Way Sindi Pesisir Barat, kegiatan yang telah dilaksanakan
diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi peengembangan
potensi desa. Selain itu masyarakat diimbau untuk tetap menjaga
lingkungan serta senantiasa menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
agar terhindar dari berbagai jenis penyakit khususnya DBD.
b. Bagi mahasiswa, dapat menjadi pribadi yang bertanggung jawab (agent of
change), yang dapat memberi solusi atas permasalahan yang ada di lokasi
KKN.
DAFTAR PUSTAKA

Anindita Maya Prameswar. 2020. Sosialisasi Pencegahan covid-19 Melalui


Perilaku Hidup Bersih. Al-Mu’awanah: Jurnal Pengabdian kepada
Masyakarat . Vol.1, No.2
Depkes RI. 2010. Pusat Data dan Surveilens Epidemologi Demam Berdarah
Dengue. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI.
Kasim, G. C. A., Kaunang, W. P. J. And Sekeon, S. A. S. (2019)
‘Hubungan Antara Tindakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (Psn)
Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Wilayah Kerja
Puskesmas Imandi Kecamatan Dumoga Timur’, Jurnal Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado, 8(7)
Muliansyah & Baskoro, T. 2016. Analisis Pola Sebaran Demam Berdarah Dengue
Terhadap Penggunaan Lahan Dengan Pendekatan Spasial Di Kabupaten
Banggai Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2011-2013. Journal of
Information Systems for Public Health, 1(1): 47-54.

Anda mungkin juga menyukai