Anda di halaman 1dari 12

HAJI DI MASA PANDEMI

Disampaikan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Haji Dan Umroh

Dosen Pengampu : Hj.Rodiyah,S.AG

Disusun Oleh kelompok 4 :

Anton Wahyudi Pangestu (1841030200)

Azka Khaulah Shafira (1841030164)

Firdaus (1841030197)

Hidayatu Rizki (1841030205)

Ilham (1841030174)

Irfini Putri Rahmawati (1841030591)

M.Fakhri Ramadhan (1841030201)

Yusilawati (1841030184)

MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan taufik-nyalah
semata sehingga penulis diberikan kesehatan lahir dan batin serta kesempatan untuk
menyelesaikan makalah yang harus kami selesaikan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta tidak luput dari
kesalahan, mengingat karena penulis bukanlah manusia sempurna dan keterbatasan
pengetahuan penulis dalam menyusun makalah ini.

Dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan saran-saran


penyempurnaan dan kritikan dari semua pihak yang sifatnya produktif agar dalam pembuatan
tugas selanjutnya dapat lebih baik dari yang sebelumnya.

Bandar Lampung,23 Oktober 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii

Bab I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang............................................................................................................1

Bab II PEMBAHASAN

1. Kajian Toretis
a. Konsepsi Haji dan Umrah ..............................................................................3
b. Dasar Kewajiban Ibadah Haji.........................................................................4
2. Sejarah Pembatalan Pelaksanaan Ibadah Haji di Masa Pandemi Negara Arab Saudi ....5
3. Jika Wabah Corona Bisa Membatalkan Ibadah Haji, Mengapa Saat Wabah Sars dan
Mars Ibadah Haji Tetap Dijalankan?..........................................................................6
4. Calon Peserta Haji Dibatalkan Sehingga Tidak Diberangkatkan Disaat Pandemi.....7

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan........................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Ibadah haji merupakan rukun Islam kelima yang wajib dilaksanakan oleh setiap orang
Islam yang memenuhi syarat istitaah, baik secara finansial, fisik, maupun mental. Negara
bertanggung jawab atas penyelenggaraan ibadah haji sebagaimana yang diamanatkan dalam
Pasal 29 Ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang
menyatakan bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannnya itu.
Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk beragama Islam terbesar
di dunia, melakukan penyelenggaraan ibadah haji setiap tahunnya. Saat ini dasar dan payung
hukum pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji berdasarkan pada Undang-undang Nomor
13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.1
Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji,
mengatur mengenai rangkaian kegiatan pengelolaan pelaksanaan ibadah haji yang meliputi
pembinaan, pelayanan, dan perlindungan jemaah haji. Adapun tujuan Penyelenggaraan
ibadah haji yaitu untuk memberikan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan yang sebaik-
baiknya bagi jemaah haji sehingga jemaah haji dapat menunaikan ibadahnya sesuai dengan
ketentuan ajaran agama Islam. Penyelenggaraan ibadah haji dilaksanakan berdasarkan asas
keadilan, profesionalitas, dan akuntabilitas dengan prinsip nirlaba.2
Dalam prakteknya, Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2008 belum menjawab
tuntutan dan harapan masyarakat karena substansi dan cakupannya belum sepenuhnya dapat
mempresentasikan terselenggaranya ibadah haji secara professional, sehingga
penyelenggaraan ibadah haji menjadi permasalahan kompleks yang dihadapi Pemerintah
setiap tahun. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah dalam pelaksanaan
penyelenggaraan ibadah haji antara lain:

1. pendaftaran, pembinaan, pelayanan, dan perlindungan/keamanan.

2. pemondokan, transportasi, dan catering (persoalan ini terjadi dari tahun ke tahun,
tetapi tak kunjung ada solusi yang bersifat komprehensif).

3. daftar tunggu haji yang sangat lama/panjang.


1
Burhan Ashshofa, Metode Pengumpulan data Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta,1998), hal. 103-104.
2
Soejono dan Abdurrahman, Metode Pengumpulan data Hukum (Jakarta: Rineka Tercipta, 2003), hal.
22.

4
4. kurangnya koordinasi antara petugas/panitia pelaksanaan ibadah haji di Arab Saudi.
Dalam UU Nomor 13 Tahun 2008 juga belum mengatur mengenai penyelenggaraan ibadah
Umroh, padahal saat ini ibadah umroh menjadi semakin diminati oleh masyarakat yang
beragama islam seiring semakin panjangnya daftar tunggu haji. Pelaksanaan Umroh pun tidak
luput dari permasalahan yang dihadapi oleh para calon jemaah Umroh, antara lain:
1. Jamaah Umrah yang gagal berangkat ke Tanah Suci dikarenakan travel penyelenggara
haji dan umroh yang tidak bertanggung jawab, hal ini menjadi sorotan baru yang
harus segera dibenahi oleh Pemerintah. Karena tidak sedikit travel penyelenggara haji
dan umrah yang tidak memiliki izin usaha, namun masih tetap aktif memberangkatkan
Jamaah.

2. Jamaah umroh bisa melakukan ibadahnya tetapi mereka tidak dapat pulang ke tanah
air karena diduga ada kesalahan teknis dari agen perjalanan dalam pengurusan visa
jamaah.

Oleh sebab itu diperlukan pengaturan penyelenggaraan Ibadah Umroh dalam suatu undang-
undang3 yang bertujuan untuk melindungi, memberikan kenyamanan dan kepastian bagi para
jamaah umroh dalam melaksanakan ibadah di tanah suci. belum sepenuhnya dapat
mempresentasikan terselenggaranya ibadah haji secara professional, sehingga
penyelenggaraan ibadah haji menjadi permasalahan kompleks yang dihadapi Pemerintah
setiap tahun.

Permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah dalam pelaksanaan


penyelenggaraan ibadah haji antara lain:4
1. pendaftaran, pembinaan, pelayanan, dan perlindungan/keamanan.

2. pemondokan, transportasi, dan catering (persoalan ini terjadi dari tahun ke tahun, tetapi tak
kunjung ada solusi yang bersifat komprehensif)

3. daftar tunggu haji yang sangat lama/panjang

4. kurangnya koordinasi antara petugas/panitia pelaksanaan ibadah haji di Arab Saudi.


Dalam UU Nomor 13 Tahun 2008 juga belum mengatur mengenai penyelenggaraan
ibadah Umroh, padahal saat ini ibadah umroh menjadi semakin diminati oleh masyarakat

3
Sunaryati Hartono, Pengumpulan data Hukum di Indonesia pada Akhir Abad ke XX (Bandung: Alumni,
1994), hal. 152.
4
Abd al-Rahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqh „ala al-Madzahib al-Arba‟ah, 1-5 (Lebanon: Dar al-Kutub al-
„Ilmiyah, 2010), hlm. 324.

5
yang beragama islam seiring semakin panjangnya daftar tunggu haji. Pelaksanaan Umroh pun
tidak luput dari permasalahan yang dihadapi oleh para calon jemaah Umroh, antara lain:
a) Jemaah Umrah yang gagal berangkat ke Tanah Suci dikarenakan travel penyelenggara
haji dan umroh yang tidak bertanggung jawab, hal ini menjadi sorotan baru yang
harus segera dibenahi oleh Pemerintah. Karena tidak sedikit travel penyelenggara haji
dan umrah yang tidak memiliki izin usaha, namun masih tetap aktif memberangkatkan
Jemaah.5

b) Jamaah umroh bisa melakukan ibadahnya tetapi mereka tidak dapat pulang ke tanah
air karena diduga ada kesalahan teknis dari agen perjalanan dalam pengurusan visa
jamaah.
Oleh sebab itu diperlukan pengaturan penyelenggaraan Ibadah Umroh dalam suatu undang-
undang yang bertujuan untuk melindungi, memberikan kenyamanan dan kepastian bagi para
jamaah umroh dalam melaksanakan ibadah di tanah suci.

5
Al-Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah (Mesir: al-Fath lil „A‟lam al-„Arabi, 2004), hlm. 317.

6
BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS
1. Kajian Toretis
a. Konsepsi Haji dan Umrah
Secara bahasa haji berasal bahasa Arab haj atau hijj, yang berarti menuju atau
mengunjungi tempat yang agung. 4 Dalam pengertian agama, haji adalah perjalanan menuju
Mekkah untuk melaksanakan ibadah thawaf, sa‟i, wukuf di Arafah, dan seluruh rangkaian
manasik ibadah haji sebagai bentuk pelaksanaan perintah Allah dan dalam kerangka mencari
ridha-Nya.5 Umrah secara bahasa berarti ziarah. Secara istilah, umrah berarti mengunjungi
Ka‟bah dan thawaf sekelilingnya, sa‟i antara bukit Shafa dan Marwah, serta mencukur atau
memotong rambut.6

b. Dasar Kewajiban Ibadah Haji


Ibadah haji diwajibkan bagi setiap Muslim dan Muslimah yang mampu (istitha‟ah),
sekali seumur hidup. Kewajiban untuk melaksanakan ibadah haji ditetapkan berdasarkan al-
Qur‟an, Sunnah, dan Ijma‟. Dasar kewajiban haji dalam Al-Qur‟an adalah firman Allah yang
artinya: “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia,
ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua
manusia. padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim;
Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah
kewajiban manusia terhadap Allah SWT, Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan
perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji)7, Maka Sesungguhnya
Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.

Kewajiban pelaksanaan ibadah haji juga didukung oleh hadits Nabi yang
artinya:”Islam itu dibangun atas lima dasar; syahadat (kesaksian) bahwa tiada tuhan selain
Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan-Nya, mendirikan salat, menunaikan zakat, puasa
Ramadhan dan haji. Ibadah haji hanya wajib dilaksanakan sekali semur hidup sebagaimana
disebutkan dalam hadits: Abdullah bin Abbas r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw
pernah berkhutbah, “Wahai manusia, telah diwajibkan ibadah haji atas kamu,” seorang
bernama al-Aqra bin Habis bertanya,”8Apakah setiap tahun wahai Rasulullah? Maka beliau
menjawab,”Seandainya aku mengiyakan, niscaya diwajibkan atas kamu. Dan seandainya

6
Al-Jaziri, Kitab al-Fiqh, hlm. 351
7
Sabiq, Fiqh al-Sunnah, hlm. 487.
8
Al-Jaziri, Kitab al-Fiqh, hlm. 324.

7
benar-benar diwajibkan (setiap tahunnya), niscaya kamu tidak akan mampu melakukannya.
Kewajiban haji itu hanya satu kali saja (sepanjang hidup). Dan barangsiapa menambah, maka
yang demikian itu adalah tathawwu‟ (yakni sebagai haji sukarela). Umrah juga diwajibkan
hanya seumur hidup seseorang, namun boleh juga dilakukan berulang-ulang sepanjang tahun.
Tetapi yang paling utama adalah di bulan Ramadhan, seperti dalam sabda Nabi saw, “Umrah
di bulan Ramadhan, (pahalanya) seimbang dengan (pahala) satu kali haji bersamaku.”9

2. Sejarah Pembatalan Pelaksanaan Ibadah Haji di Masa Pandemi Negara Arab


Saudi

Menurut data The Saudi King Abdul Aziz Foundation for Research and Archives yang dirilis
pada Maret, ibadah haji pernah 40 kali ditiadakan dalam sejarah peradaban manusia, dengan
alasan beragam, mulai dari perang sampai wabah penyakit menular.

Pada 1814, Kerajaan Arab Saudi dilanda wabah thaun, yang juga melanda Mekah dan
Madinah sehingga Ka'bah harus ditutup sementara.Lalu tahun 1831, ada wabah dari India,
yang dicurigai adalah kolera, dan bertepatan dengan pelaksanaan ibadah haji. Periset
mencatat setidaknya 75% jemaah haji meninggal dunia dan pelaksanaannya dihentikan di
tengah jalan.Kolera kembali ditemukan di Arab Saudi pada 1846-1892,10 dan haji pun batal
dilaksanakan pada 1850, 1865, dan 1883.Ibadah haji sempat dilaksanakan pada 1864, namun
menelan 1.000 korban jiwa per harinya karena terjangkit kolera.Pada 1987, wabah meningitis
menyambangi ibadah haji dan penyebaran penyakit ini menginfeksi setidaknya 10.000
peserta haji.

3. Jika Wabah Corona Bisa Membatalkan Ibadah Haji, Mengapa Saat Wabah Sars
dan Mars Ibadah Haji Tetap Dijalankan?

Menurut pengelola travel umrah dan haji yang sudah berkecimpung dalam usaha ini selama
puluhan tahun, ibadah haji dalam zaman modern belum pernah dihadapkan pada pandemi

9
Ibid.,
10
Al-Qadhi Abi al-Walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad Ibn Rusyd al-Qurtubi al-
Andalusi, Bidayatul Mujtahid wa Nihayat al-Muqtashid (Libanon: Dar al-Kutub al-„Ilmiyah, 2007), hlm.
295.

8
global seperti ini, yang lebih parah ketimbang wabah SARS dan MERS atau Sindrom
Pernapasan Timur Tengah.

Baluki Ahmad, Ketua Umum Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji (Himpuh), yang
telah menjalani bisnis travel umrah dan haji sejak tahun 1977, wabah SARS yang menimpa
dunia pada 2002-2004 "tidak jatuh pada musim haji," begitu pula dengan MERS, sehingga
tidak ada protokol kesehatan khusus bagi jemaah haji asal Indonesia saat itu."SARS itu tidak
jatuh pada musim haji. Saat MERS juga tidak menyentuh di musim peak haji. Tidak ada
pembatasan-pembatasan semacam itu, [atau] kondisi seperti wabah sekarang, pada musim
haji tidak dirasakan itu," kata Baluki. Tidak ada pembatalan haji saat [wabah] MERS, dan
[penyakitnya] sudah tertanggulangi waktu keberangkatan haji, tidak seheboh sekarang,
sekarang kan sudah jelas, jangan-jangan kita negara yang akan dilarang bisa masuk ke negara
orang karena kondisi [pandemi di negeri] kita," tambahnya.Hal yang sama juga diungkapkan
oleh Syam Refiadi,11 direktur utama PT Patuna Mekar Jaya, yang sudah mengurus travel
umrah dan haji sejak tahun 1988."Imbauan [saat wabah MERS] cuma satu, karena [sumber
penyakit] diduga dari unta, maka jemaah haji dijauhkan dari unta."Haji saat itu sama saja,
karena bukan dari virus yang diduga disebarkan oleh manusia, sehingga pemerintah Arab
Saudi sendiri, meski banyak unta [di sana], merasa tidak ada isu itu, jadi haji tetap jalan,"
kata Syam."Haji waktu [wabah] SARS juga sama saja, waktu itu media sosial tidak banyak,
tidak ada yang menyebarkan berita-berita yang menakutkan."Yang [direkomendasikan saat
itu] hanya suntikan flu dan meningitis saja. [Ketika] SARS tidak ada himbauan [untuk
jemaah haji] pakai masker.12 Anjuran [kesehatan seperti] Covid-19 tidak ada sama sekali
[dulu]," tambahnya.

4. Calon Peserta Haji Dibatalkan Sehingga Tidak Diberangkatkan Disaat Pandemi

Meskipun ibadah haji pernah dilakukan di tengah wabah, termasuk meningitis, SARS, dan
MERS, tetapi baru tahun ini tercatat pelaksanaannya terancam batal lantaran pandemi global
dalam sejarah modern manusia. Salah satu calon peserta haji yang rencananya berangkat
tahun ini adalah Muhamad Amir. Pensiunan berusia 62 tahun tersebut mengaku ikhlas jika
memang gagal haji tahun ini, meskipun ia sudah menunggu selama sembilan tahun. "Kecewa
sih tidak tapi ada perasaan sedih. Kita sudah sejak tahun 2011 menunggu, karena sudah ada

11
Q.S. Ali Imran [3]: 96-97.
12
Al-Jaziri, Kitab al-Fiqh, 324.

9
kepastian berangkat tahun 2020,13 pas tiba saatnya begini terus ada kejadian pandemi Covid-
19, dan belum ada ketentuan [soal pelaksanaan haji]. "Ya gimana ya, perasaan sedih lah,"
kata ayah dari dua anak tersebut. "Untuk tahun depan, ya namanya umur, kita kan juga belum
tahu ya, ya mudah-mudahan saja dipanjangkan umurnya," ujar Muhamad. Muhamad, yang
dulunya bekerja sebagai pegawai negeri sipil, akan menunaikan haji bersama istrinya yang
berusia 56 tahun. Menurutnya, ia sudah menabung untuk bisa berhaji sejak 1989, tahun
pertamanya menjadi pegawai negeri. Namun, ia tidak menentukan target berapa yang harus
ditabung dalam satu bulan.14 "Kalau ada keperluan ya dipakai semua [gaji], namanya pegawai
negeri. Saya waktu itu tidak tentukan [berapa yang disisihkan setiap bulan], tidak ada target
menabung harus sekian-sekian," katanya. Jika jadi berangkat haji tahun ini, Muhamad
mengatakan ia khawatir bagaimana menjaga diri agar tidak tertular virus corona, karena ada
beberapa proses ibadah yang mengharuskannya berada di tengah kerumunan. "Ritual yang
mengkhawatirkan itu tawaf,15 itu kan berkumpulnya orang di sana mengelilingi Ka'bah, lalu
saat wukuf, lalu saat melempar [batu], di saat ada kerumunan-kerumunan yang jumlahnya
besar saya khawatir," katanya. Ia mulai meragukan kepastian ibadah hajinya jadi terlaksana
tahun ini ketika pengumuman dari pemerintah Indonesia soal haji terus diundur.

13
Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim
14
Al-Jaziri, Kitab al-Fiqh, 324.
15
Hadis riwayat Ahmad, Abu Dawud, Nasa‟i, dan al-Hakim.

10
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Meskipun ibadah haji pernah dilakukan di tengah wabah, termasuk meningitis, SARS,
dan MERS, tetapi baru tahun ini tercatat pelaksanaannya terancam batal lantaran pandemi
global dalam sejarah modern manusia. Salah satu calon peserta haji yang rencananya
berangkat tahun ini adalah Muhamad Amir. Pensiunan berusia 62 tahun tersebut mengaku
ikhlas jika memang gagal haji tahun ini, meskipun ia sudah menunggu selama sembilan
tahun. "Kecewa sih tidak tapi ada perasaan sedih. Kita sudah sejak tahun 2011 menunggu,
karena sudah ada kepastian berangkat tahun 2020,16 pas tiba saatnya begini terus ada kejadian
pandemi Covid-19, dan belum ada ketentuan [soal pelaksanaan haji]. "Ya gimana ya,
perasaan sedih lah,"

16
Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim

11
DAFTAR PUSTAKA

Komisi Pemberantasan Korupsi RI, “Laporan Hasil Kajian Akhir Sistem Penyelenggaraan
Ibadah Haji pada Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah,” (Jakarta, 2010).
Tim Pengawas Penyelenggaraan Ibadah Haji Indonesia, “Laporan Tim Pengawas
Penyelenggaraan Ibadah Haji Indonesia Tahun 2005,” (Jakarta: Sekretariat Komisi VIII DPR
RI, 2005).
Abd al-Rahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqh „ala al-Madzahib al-Arba‟ah, 1-5 (Lebanon: Dar al-
Kutub al-„Ilmiyah, 2010).
Al-Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah (Mesir: al-Fath lil „A‟lam al-„Arabi, 2004), hlm. 317.
Al-Qadhi Abi al-Walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad Ibn Rusyd al-
Qurtubi al-Andalusi, Bidayatul Mujtahid wa Nihayat al-Muqtashid (Libanon: Dar al-Kutub
al-„Ilmiyah, 2007).
Imam Syaukani (ed.), Manajemen Pelayanan Haji di Indonesia (Jakarta, Kementerian Agama
RI Badan Litbang dan Diklat Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2009), hlm. 11.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

12

Anda mungkin juga menyukai