Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

BIDANG WAKAF INDONESIA

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

“Bank dan Lembaga Keuangan Syariah”

Dosen pengampuh:

Muhammad Iqbal Surya Pratikto, S.Pd., M.SEI

Disusun oleh:

Vira Yulia Putri Arianti (08040422186)

Nur Fatima Faradina (08040422161)

Eryco Adi Saputro (08010422010)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kami mampu menyelesaikan makalah yang berjudul
“Bidang Wakaf Indonesia” tepat pada waktunya.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. Manusia yang telah memberikan teladan kehidupan kepada kita yang
seluruh perilakunya patut diteladani dan seluruh ucapnnya adalah kebenaran.

Tugas makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Makro Ekonomi Islam
Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel
Surabaya.

Dalam penyusunan makalah ini kami sempat mengalami berbagai kesulitan, oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan bantuan kepada:

1. Bapak Muhammad Iqbal Surya Pratikto, S.Pd., M.SEI sebagai dosen pembimbing
mata kuliah Bank Lembaga Keuangan Syariah Islam di Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel Surabaya.

2. Teman-teman program studi ekonomi syariah yang juga menemani setiap proses kita.

Kami sangat menyadari bahwa penyusunan makalah ini tentunya masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik serta saran yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini. Kami
juga berharap bahwa makalah ini dapat menjadi sarana untuk saling bertukar informasi dan
sebagai bentuk pengabdian diri penulis kepada Allah SWT.

Surabaya, 30 Agustus 2023

Kelompok 8
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................7
PEMBAHASAN........................................................................................................................7
A. Tujuan Berdirinya Wakaf Indonesia...........................................................................7
B. Perbedaan Sistem Pengelola Badan Wakaf dan Bank Syariah...................................7
C. Aspek-Aspek yang Berhubungan dengan Badan Wakaf.............................................9
D. Bagaimana Perkembangan Lembaga Wakaf di Indonesia........................................10
E. Dampak Apa Saja yang di Berikan dengan Adanya Badan Wakaf di Indoensia......11
HASIL PENELITIAN..............................................................................................................14
ROUMAH WAKAF................................................................................................................14
A. Profil Roumah Wakaf................................................................................................14
B. Pengertian dan Program Wakaf Roumah Wakaf.......................................................15
C. Ekonomi Produktif....................................................................................................17
D. Syarat Dan Ketentuan................................................................................................19
BAB III.....................................................................................................................................23
KESIMPULAN........................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................24
BAB I

PENDAHULUAN
A.LatarBelakang

Berdasarkan Pasal 49 ayat (1) UU Wakaf, BWI mempunyai sejumlah tugas dan
wewenang. Salah satunya melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf
berskala nasional dan internasional. BWI sebagai lembaga yang berfungsi sebagai regulator
terus mendorong wakaf menjadi solusi untuk mensejahterakan bangsa. Sebagai lembaga
negara independen, berdirinya Badan Wakaf Indonesia (BWI) ditandai terbitnya UU No. 41
Tahun 2004 tentang Wakaf (UUWakaf). Tujuan dibentuknya BWI tak lain dan tak bukan
untuk mengembangkan dan memajukan perwakafan di Indonesia. Serta memberi manfaat
yang lebih besar bagi masyarakat.

Dalam pelaksanaan tugas dan wewenang yaitu, BWI dapat menjalin kerjasama
dengan instansi Pemerintah, organisasi masyarakat, paraahli, badan internasional, hingga
pihak lain yang dirasa perlu. Selain enam tugas dan wewenang yang tertuang dalam UU
Wakaf, dalam Pasal 8 Peraturan BWI No. 1 Tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Badan Wakaf Indonesia juga mengatur tugas dan wewenang lainnya dari BWI. Seperti
menerima, melakukanpenilaian, menerbitkan tanda bukti pendaftaran nazhir, dan mengangkat
kembali nazhir yang telah habis masa baktinya; memberhentikan dan mengganti nazhir bila
dipandang perlu; memberikan saran dan pertimbangan kepada Menteri Agama dalam
menunjuk Lembaga Keuangan Syariah Penerima WakafUang (LKS-PWU); menerima
pendaftaran Akta Ikrar Wakaf (AIW) benda bergerak selain uang dari Pejabat Pembuat Akta
Ikrar Wakaf (PPAIW).

B.RumusanMasalah

1.Apatujuan berdirinya badan wakaf diIndonesia?

2.Bagaimana sistem mengelola Lembaga wakaf apakah sama dengan Bank Syariah?

3.Aspek apa saja yang berhubungan dengan badan wakaf?

4.Bagaimana perkembangan lembaga wakaf dinegara Indonesia?

5.Dampak apa saja yang diberikan dengan adanya badan wakaf dinegara Indonesia?
C.Tujuan

1.Untuk mengetahui tujuan berdirinya badan wakaf

2.Untuk mengetahui cara kerja Lembaga badan wakaf

3.Untuk mengetahui bidang apa saja yang bekerjasama dengan badan wakaf

4.Untuk mengetahui prospek perkembangan lembaga wakaf

5.Untuk mengetahui dampak apa yang diberikan oleh Lembaga bidang wakaf
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tujuan Berdirinya Wakaf Indonesia

Badan wakaf di Indonesia (BWI) melalui wakil sekretaris BWI, fahruroji menjelaskan
ada tiga tujuan wakaf. Di antaranya wakaf untuk ibadah, sosial dan ekonomi. Fahruroji
menerangkan, wakaf untuk ibadah memiliki tujuan demi mengharapkan ridho allah Swt.
Serta mengharapkan pahala yang terus mengalir. sementara wakaf untuk tujuan sosial
memiliki beberapa tujuan, diantaranya untuk menyediakan fasilitas umum, sarana dan
kegiatan ibadah, dakwah, pendidikan dan kesehatan.

Beliau menerangkan bahwa wakaf untuk tujuan ekonomi juga memiliki beberapa
tujuan. Yakni untuk pemodalan, lapangan pekerjaan, mengatasi kemiskinan, meningkatkan
ekonomi umat dan mengurangi beban anggaran Negara. Dan wakaf sebagai salah satu pilar
ekonomi islam untuk memajukan kesehjateraan umum yang memiliki fleksibilitas dalam
pengembangannya.

B. Perbedaan Sistem Pengelola Badan Wakaf dan Bank Syariah

Pada system pengelola badan wakaf telah lama dikenal masyarakat muslim sebagai
salah satu bentuk amal jariyah yang berperan penting bagi pengembangan sosial, ekonomi
dan budaya dalam rangka untuk meningkatkan kesehjatreaan masyarakat. Salah satu bentuk
wakaf yang yang akhir-akhr ini mulai banyak diperkenalkan adalah wakaf uang. Wakaf uang
sebagai salah satu alternative atas pengentasan kemiskinan telah di terapkan di beberapa
Negara islam. Wakaf uang membuka peluang unik bagi penciptaan investasi di bidang
keagamaan, pendidikan dan pelayan social. Tabungan dari warga yang berpenghasilan tinggi
dapat dimanfaatkan melalui penukaran setifikat wakaf uang.

Pendapatan yang diperoleh dari pengelolaan wakaf uang tersebut dapat dibelanjakan
untuk berbagai tujuan yang berbeda seperti pemeliharaan harta-harta wakaf itu sendiri.
Meningkatnya peluang dan ketertarikan masyarakat untuk berwakaf uang merupakan suatu
potensi yang besar untuk dimanfaatkan dengan baik demi kesehjateraan umat. Terwujudnya
kesehjateraan untuk melalui wakaf oleh nazir melalui jaringan lembaga keuangan syariah
(LKS) yang ditunjuk oleh menteri agama. Dengan berbagai kelebihan yang dimilikinya, antaa
lain luasnya jaringan kantor yang beserta jaringan ATM-nya, SDM yang handal serta
terjaminnya dana wakaf oleh lembaga penjamin simpanan, telah menjadikan perbankan
syariah memeliki potensi yang luar biasa untuk ikut serta mengoptimalkan pengumpulan dan
pengelolaan wakaf.
Kerjasama antara bank syariah dengan nazhir wakaf punya peran yang strategis.
Sebab, kerjasama ini bertujuan untuk mengelola dan memanfaatkan harta wakaf (mauquf)
agar lebih produktif dan berdaya guna nbagi kemaslahatan umat. Dalam kerjasama bank
syariah mendapat kewenangan penuh untuk menjadi nazhir, mulaidari penerima, pengelola,
dan penyalur dana wakaf. Wakif yang menyetorkan dana wakaf ke bank syariah akan
menerima sertifikat wakaf yang diterbitkan bank syariah. Karena itu, tanggung jawab
penggalangan, pengelolaan, dan distribusi hasil pengelolan dan wakaf, sepenuhnya di
serahkan kepada bank syariah.

 Bank syariah sebagai pengelola (fund manager)

Keunggulan bank syariah mempunyai kemampuan professional dalam pengelolaan


dana. Tanggung jawab pengelolaan dana serta hubungan kerjasama dengan lembaga pejamin
berada pada bank syariah. Sementara jaringan kantor dan peta distribusi yang dimiliki bank
syariah tidak begitu berperan dalam konteks ini.

 Bank Syariah sebagai Kustodi

Alternatif kedua ini didesain untuk mengantisipasi jika Bank Syariah tidak diberikan
kesempatan untuk berperan dalam mengelola, dan menyalurkan. Maka, Bank Syariah dapat
berperan menjadi kustodi (penitipan) Sertifikat Wakaf Tunai.

Kustodi adalah kegiatan penitipan harta untuk kepentingan pihak lain berdasarkan
suatu kontrak. Dalam melakukan kegiatan penitipan, bank menerima titipan harta dengan
mengadministrasikannya secara terpisah dari kekayaan bank. Mutasi dari barang titipan
dilaksanakan oleh bank atas perintah pihak yang menitipkan.

Jadi, wakif menyetorkan dana wakaf ke Bank Syariah atas nama rekening Nazhir.
Karena Bank Syariah hanya berfungsi sebagai kustodi, maka tanggung jawan terhadap wakif
sepenuhnya ada di tangan Nazhir. Pada posisi ini, nazhir hanya memanfaatkan jaringan
kantor kantor Bank Syariah yang tersebar luas sebagai sarana untuk menyetor dana wakaf.

 Bank Syariah sebagai Kasir Nazhir

Ini bentuk kerjasama seperti dengan kedua Hanya saja Bank Syariah tidak
mengadministrasikan Sertifikat Wakaf Tunai yang diterbitkan Nazhir. Jadi, rekening nazhir
akan dipelihara oleh Bank Syariah sebagaimana layaknya rekening-rekening lain yang akan
mendapatkan bagi hasil sesuai dengan jenis dan prinsip syariah yang digunakan (giro,
wadiah, tabungan wadiah, atau tabungan mudharabah).
Tanggung jawab kepada wakif, pengelolaan dana, dan penyalurannya akan menjadi
tanggung jawab Nazhir. Karena itu, Nazhir akan berhubungan dengan lembaga penjamin
untuk menjamin dana wakaf agar tidak berkurang pokoknya.

 Bank Syariah sebagai Penerima dan Penyalur

Bank Syariah hanya menerima dan menyalurkan dana wakaf. Sementara


pengeloaannya dilakukan oleh nazhir. Dengan begitu, tanggung jawab pengelolaan dana dan
hubungan kerjasama. dengan lembaga penjamin berada pada wewenang nazhir.

Keunggulan Bank Syariah pada posisi ini adalah adanya jaringan kantor, informasi,
dan peta distribusi. Ini akan berdaya guna besar untuk menggalang dana wakaf maupun
menyalurkan hasil pengelolaan kepada masyarakat luas.

C. Aspek-Aspek yang Berhubungan dengan Badan Wakaf

Peraturan perundang-undangan tentang wakaf di Indonesia sudah ada jauh sebelum


Indonesia merdeka. Namun, peraturan-peraturan yang ada waktu itu belum cukup memadai
dari sisi kandungan pengaturannya maupun jenis peraturannya. Maksudnya, pengaturan yang
ada pada peraturan-peraturan itu masih sangat sederhana dan tidak mencakup banyak aspek
dari wakaf itu sendiri. Kemudian dari aspek legalitasnya, peraturan tentang wakaf pada masa
lalu belum ada yang setingkat undang-undang.

Setelah era reformasi bergulir, ada banyak peraturan perundang-undangan baru


dibuat. Salah satunya Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. Kehadiran
undang-undang wakaf ini merupakan tonggak sejarah perwakafan di Indonesia, inilah untuk
kali pertama ada undang-undang yang secara khusus mengatur soal wakaf. Sebelumnya,
sejak Indonesia merdeka, peraturan perwakafan tersebar pada beberapa peraturan lain, seperti
peraturan di bidang pertanahan. Hal ini tecermin pada Pasal 2 Undang-Undang Nomor 41
Tahun 2004 tentang Wakaf yang menyatakan, “Wakaf sah apabila dilaksanakan menurut
syariah.”
D. Bagaimana Perkembangan Lembaga Wakaf di Indonesia.

Perkembangan dunia perwakafan Indonesia, mempunyai tiga fase dalam pada


perkambangannya.

1. Pertama, dan pendidikan Islam. Artinya wakaf pada fase ini sangat konsumtif.
2. Kedua, fase transisi untuk bangkitnya wakaf yang lebih berkembang kepada
bagaimana membangun sebuah masyarakat yang berdaya dari manfaat hasil wakaf.
3. Ketiga, fase profesional. Pada Fase ini wakaf sudah berkembang jauh. Wakaf sudah
sebagai instrumen ekonomi keungan syariah. Dan karena itu wakaf sudah melahirkan
produk yang namanya Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS) yang terbaru. Kemudian
Waqf Core Principle (WCP). Wakaf yang sudah berkembang sedemikian rupa, maka
tata kelola wakaf harus diatur yang lebih kredibel bahkan berstandar internasional.

Untuk di Indonesia sudah masuk pada fase yang sudah mulai tumbuh berkembang
wakaf-wakaf modern yaitu menyangkut aset yang bergerak misalnya wakaf saham, wakaf-
wakaf deposito, wakaf-wakaf surat berharga itu sudah mulai tumbuh dengan bagus.
Kemudian itu pengelolaannya dikelola secara produktif hasil manfaatnya boleh untuk mauquf
alaih. Siapa mauquf alaih-nya. Bisa saja untuk peribadatan masjid musholah pendidikan
Islam bisa juga untuk penyejahteraan sosial.

Artinya dimana kita sudah tahu bahwa masyarakat ini sudah berkembang di fase yang
ketiga, Cuma perkembangannya itu perlu dipacu lagi oleh BWI supaya bias maju kedepan,
dan wakaf tambah lebih maju dan berkembang.

Dalam mewujudkan fase yang ketiga ini, ada banyak tantangan yang dihadapi oleh
BWI Selaku otoritas di Indonesia. Pemahaman masyarakat kita mengenai wakaf produktif itu
masih sangat terbatas. Kondisi seperti ini belum mampu untuk mendorong masyarakat untuk
cinta berwakaf. Dan terlibat partisipasi aktif dalam memajukan dunia perwakafan di
Indonesia. Hal ini Ini masih perlu didorong Badan Wakaf Indonesia beserta seluruh nazhir di
Indonesia

Tantangan lainnya yaitu masalah profesionalisasi nazhir. Seharusnya, nazhir sekarang


sudah harus profesional. Kalau perlu ada sertifikasi nazhir supaya kedepan pengelolaan
wakaf itu punya standar profesi yang diakui yang kredibel ditengah masyarakat.

Dalam wakaf itu, dikenal namanya nazhir. Orang yang menerima wakaf dari orang
berwakaf atau wakif kemudian ia mengelolanya. Nazhir dalam mengelola aset produktif
maka diperlukan sebuah kompetensi atau keahlian. Nazhir harus punya keahlian
enterpreunership yang berarti nazhir seluruh Indonesia harus sudah mulai diorientasikan
kepada gerakan nazhir yang profesional supaya mampu mengelola wakaf produktif kedepan.

E. Dampak Apa Saja yang di Berikan dengan Adanya Badan Wakaf di Indonesia

Wakaf pada umumnya berupa tanah. Sayangnya tanah wakaf tersebut belum dikelola
secara produktif, sehingga wakaf di Indonesia belum dapat berperan dalam memberdayakan
ekonomi umat. Berbagai masalah kerap terjadi terkait tanah wakaf. Di antaranya, tanah wakaf
yang tidak atau belum disertifikasi, tanah wakaf yang masih digugat oleh sebagian keluarga,
tanah wakaf yang dijual oleh pihak yang diberi amanat untuk mengelolanya, termasuk tukar
guling (ruislag) tanah wakaf yang tidak adil dan tidak pro porsional. Belum lagi penggelapan
dan pengurangan luas tanah wakaf, dan konflik antara yayasan dengan sebagian keluarga
yang memberi tanah wakaf, serta tanah wakaf yang terlantar atau ditelantarkan. Di antara
problematika wakaf adalah sebagai berikut:

A. Kurangnya Sosialisasi

Pada umumnya masyarakat belum memahami hukum wakaf dengan baik dan benar,
baik dari segi rukun dan syarat wakaf, maupun maksud disyariatkannya wakaf. Memahami
rukun wakaf bagi masyarakat sangat penting, karena dengan memahami rukun wakaf
masyarakat bisa mengetahui siapa yang boleh berwakaf, apa saja yang boleh diwakafkan,
untuk apa dan kepada siapa wakaf diperuntukkan, bagaimana cara berwakaf, dan siapa saja
yang boleh menjadi nadzir.

B. Pengelolahan dan Manejemen

Pendayagunaan wakaf secara produktif mengharuskan pengelolaan secara profesional


dengan melibatkan sistem manajemen. Rumusan dasar manajemen yang terdiri dari
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan
pengawasan (controlling) akan memaksimalkan pendayagunaan wakaf.

Penerapan prinsip pengawasan (controlling) ini akan menjadikan penge- lolaan wakaf
berjalan secara efektif dan efisien. Sejalan dengan hal ini UU No. 41 Tahun 2004 Pasal 64
menyatakan bahwa pelaksanaan pengawasan dapat menggunakan jasa akuntan publik. Dalam
pelaksanaan organisasi, fungsi peng- awasan (controlling) ini akan berimplikasi pada
terwujudnya good governance (tata kelola yang baik) yang dicirikan dengan ditegakkannya
prinsip akunta- bilitas. Pada tahap berikutnya implementasi prinsip akuntabilitas ini akan ber-
dampak pada meningkatkan kepercayaan publik (public trust) pada lembaga tersebut.

Pemberdayaan pengelolaan wakaf perlu segera diawali mengingat masih banyak


lembaga pengelola wakaf yang belum mengedepankan prinsip akuntabilitas ini, sehingga
dikhawatirkan akan berimplikasi pada hilangnya kepercayaan (distrust) masyarakat terhadap
lembaga itu. Dalam pengelolaan wakaf sendiri, kepercayaan masyarakat merupakan social
capital yang terpenting. Karena itu, hilangnya kepercayaan masyarakat kepada lembaga
pengelola wakaf, amat kontra produktif dengan cita-cita menjadikan wakaf sebagai instrumen
untuk mensejahterakan umat.

C. Lemahnya Sistem Kontrol

Pengawasan adalah hal yang sangat mutlak dilakukan. Beberapa dekade perwakafan
di Indonesia kurang mendapat pengawasan yang serius. Akibatnya, cukup banyak harta
wakaf yang telantar bahkan ada sebagian harta wakaf yang hilang. Di berbagai negara yang
sudah maju perwakafannya, unsur pengawasan merupakan salah satu unsur yang sangat
penting, apalagi jika wakaf yang dikembangkan adalah wakaf uang atau benda bergerak
lainnya. Oleh karena itu sebuah lembaga wakaf harus bersedia untuk diaudit. Pengawasan
terhadap pengelolaan wakaf sebenarnya sudah dimulai pada masa Bani Umayyah, yakni abad
ke-7 dan paruh pertama abad ke-8. Fungsinya untuk mengawasi distribusi hasil wakaf dari 17
kemungkinan penyalahgunaan wakaf oleh nadzir.

Setidaknya ada dua bentuk pengawasan yang sangat penting yaitu pengawasan
masyarakat setempat dan pengawasan pemerintah yang berkompeten. Barangkali yang
menyebabkan hilangnya banyak harta wakaf adalah lemahnya kontrol administrasi dan
keuangan. Oleh karena itu, pengawasan pada kedua hal ini memerlukan keseriusan. Di
samping pengawasan oleh masyarakat setempat, peran pengawasan pemerintah juga sangat
penting.

Pengawasan masyarakat dilakukan oleh dewan harta wakaf atau organisasi


kemasyarakatan sesuai dengan standar kelayakan adminstrasi dan keuangan yang
ketetapannya diambil dari standar yang berlaku di pasar, yang pada intinya menurut standar
harga atau standar gaji di lembaga ekonomi yang berorientasi pada keuntungan,dengan tetap
menjaga ciri-ciri objektif dan tujuan-tujuannya. Pengawasan masyarakat ini bisa lebih efektif
dari pengawasan yang dilakukan oleh pihak pemerintah, karena bersifat lokal terutama untuk
setiap harta wakaf terikat dengan orang-orang yang berhak atas wakaf dan dengan tujuannya
secara langsung.

Pengawasan masyarakat meliputi aspek administrasi dan keuangan secara bersamaan.


Adapun pengawasan oleh pemerintah dapat melalui dua aspek administrasi dan keuangan
namun pengawasan ini merupakan jenis pengawasan eksternal secara berkala. Dengan
pengawasan ganda, yakni dari masyarakat dan pemerintah tersebut, diharapkan harta wakaf
dapat berkembang dengan baik dan hak- hak mawqūf ‘alayh terpenuhi, sehingga wakaf
benar-benar dapat meningkatkan kesejahteraan umat.
Pembinaan dan pengawasan dalam persoalan wakaf ini sangat penting. Itulah
sebabnya Pasal 63 menegaskan bahwa: (1) Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap penyelenggaraan wakaf untuk mewujudkan tujuan dan fungsi wakaf. (2) Khusus
mengenai pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Menteri mengikutsertakan Badan
Wakaf Indonesia. (3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) dilakukan dengan memperhatikan saran dan pertimbangan Majelis Ulama Indonesia.
HASIL PENELITIAN

ROUMAH WAKAF
A. Profil Roumah Wakaf

Roumah Wakaf adalah lembaga berbadan hukum yang didirikan oleh para aktivis
Hidayatullah Surabaya pada 11 mei 2020. Lembaga ini bergerak dalam bidang pengelolaan
dana wakaf secara profesional, produktif dan modern. Terinspirasi dari wakaf sumur Roumah
milik sabahat Utsman bin Affan RA di Madinah. Roumah Wakaf hadir bersama umat menuju
masyarakat yang berakhlak mulia, cerdas, sejahtera dan mandiri.

Inspirasi
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka
sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (QS.Ali Imran:92)

“Dan dari udara Kami jadikan segala sesuatu yang hidup.”(QS Al Anbiya :30)

Dari Ibnu Umar: Bahwa sahabat Umar ra, memperoleh sebidang tanah di Khaibar, kemudian
Umar ra, menghadap Rasulullah SAW untuk meminta petunjuk, umar berkata: “Hai
Rasulullah SAW, saya mendapat sebidang tanah di Khaibar, saya belum mendapat harta
sebaik itu, maka apakah yang kamu perintahkan untuk tidur?” Rasulullah SAW bersabda:
“Bila engkau suka, kau tahan (pokoknya) tanah itu, dan engkau sedekahkan (hasilnya), tidak
dijual, tidak dihibahkan, dan tidak diwariskan. (HR. Tirmidzi)

Rasulullah SAW bersabda, “Wahai Sahabatku, siapa saja di antara kalian yang
menyumbangkan hartanya untuk dapat memeroleh sumber daya itu (roumah), lalu
menyumbangkannya untuk umat, maka akan mendapat surga-Nya Allah Ta’ala,” (HR.
Muslim)

Visi
Menjadi Lembaga Wakaf yang amanah, profesional dengan sistem manajemen modern dalam
rangka membangun peradaban mulia.

Misi
1. Membangun sistem manajemen wakaf yang amanah, transparan, inovatif dan pruden.
2. Melaksanakan edukasi wakaf secara konseptual, aplikatif, integratif kepada masyarakat
sebagai subjek perubahan.
3. Merealisasi program program implementatif yang berorientasi pada produktivitas,
kebermanfaatan dan keberlanjutan.

B. Pengertian dan Program Wakaf Roumah Wakaf

Wakaf adalah salah satu instrumen islam. Berdasarkan UU No. 41


tentang Wakaf, wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau
menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk
jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau
kesejahteraan umum sesuai syariah. Jadi wakaf itu suatu perbuatan menyerahkan seluruh atau
sebagian harta yang kita punya untuk keperluan ibadah atau lainnya sesuai syariah. Harta
tersebut dapat berupa harta tetap seperti tanah atau aset lancar seperti uang.

Wakaf melalui uang merupakan wakaf barang dengan cara wakif (Pewakaf)
menyerahkan uang kepada nazhir (Pengelola Wakaf) untuk dibelikan barang yang
dikehendaki oleh wakif (Pewakaf) atau sebagai kontribusi pada program proyek wakaf baik
sosial maupun produktif yang ditawarkan oleh nazhir. Sebelum nazhir menghimpun wakaf
melalui uang, Ia harus menyampaikan tujuan pembiayaan program proyek wakaf melalui
uang tersebut kepada pewakaf. Benda yang dibeli dengan menggunakan dana wakaf melalui
uang harus dijaga kelestariannya, tidak boleh dijual, diwariskan dan dihibahkan. Berikut
adalah program dari roumah wakaf, antara lain:

1. Wakaf Pendidikan

Wakaf pendidikan adalah sejumlah harta yang diwakafkan untuk kegiatan Pendidikan.
Wakaf Pendidikan bisa berupa wakaf tanah maupun wakaf uang yang digunakan untuk
pendidikan di Indonesia.

Jenis wakaf pendidikan itu sendiri yaitu wakaf produktif, yaitu wakaf yang
manfaatnya bukan pada benda wakaf secara langsung akan tetapi dari hasil
pengembangan wakaf yang diberikan kepada yang berhak sesuai dengan tujuan wakaf.
Konsep wakaf pendidikan itu sendiri yaitu dimana dana dikumpulkan dengan
konsep crowdfunding dan kemudian kumpulan dana tersebut dapat diinvestasikan ke
perusahan - perusahaan yang profitable yang hasilnya nanti akan digunakan untuk
operasional pendidikan, pemberian beasiswa kepada siswa ataupun mahasiswa kurang
mampu, dan kebutuhan pendidikan lainnya.

2. Wakaf Ekonomi

Krisis ekonomi yang berkepanjangan di Indonesia secara faktual telah


melipatgandakan jumlah penduduk miskin dari ± 25 juta jiwa di akhir Tahun 1997 menjadi ±
100 juta jiwa di Tahun 1999. Berdasarkan data Tim Indonesia Bangkit, angka kemiskinan
mengalami peningkatan dari 16 persen pada Februari 2005 menjadi 18,7 persen per Juli 2005
hingga 22persen per Maret 2006. hingga saat ini data itu terus mengalami peningkatan yang
signifikan.

Pada dasarnya pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami peningkatan namun tidak


mengurangi angka kemiskinan bahkan tingkat kemiskinan semakin meningkat. Fakta ini
menunjukkan bahwa tampaknya bangsa belum sepenuhnya 'merdeka' dari kemiskinan.
Indonesia merupakan bagian dari Negara besar di dunia yang struktur ekonominya sangat
timpang, karena basis ekonominya dikuasai oleh sekelompok orang yang menerapkan prinsip
ekonomi ribawi.

Kelompok ini menguasai sistem ekonomi dengan basis daerah pedesaan secara turun
temurun dengan menguasai sebagian besar tanah dan sawah serta memiliki cukup modal dan
kemampuan untuk mengelola tanah tersebut. Hal ini dapat menimbulkan ketimpangan sosial
antara kelompok yang memiliki cukup modal dan kemampuan dengan mereka yang tidak
memiliki modal juga kemampuan.

Pada dasarnya Salah satu alternatif yang dapat dilakukan sebagai upaya pengentasan
kemiskinan adalah dengan partisipasi aktif dari pihak non pemerintah dalam hal ini adalah
masyarakat. Apabila potensi masyarakat (kaya) ini dapat dikoordinasikan serta dikelola
dengan baik, maka hal ini dapat memberikan alternatif kontribusi penyelesaian positif atas
masalah kemiskinan.

Alternatif yang dapat diambil adalah melalui pemberdayaan wakaf produktif. Wakaf
merupakan salah satu lembaga keuangan Islam di samping zakat, infak dan shadakah yang
berurat berakar di bumi Indonesia.

Islam sebagai pesan keagamaan sangat menekankan solidaritas sesama manusia,


pertambahan jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan bukanlah karena
persoalan kekayaan alam yang tidak sebanding dengan jumlah penduduk, akan tetapi karena
persoalan distribusi pendapatan dan akses ekonomi yang tidak adil diakibatkan tatanan sosial
yang buruk serta rendahnya rasa kesetiakawanan diantara sesama anggota masyarakat
ataupun sebuah sistem pengelolaan dan pemberdayaan harta umat Islam yang tidak
transparan, akuntabel dan tepat sasaran sehingga menyebabkan ketimpangan sosial yang
paten diantara bangsa dan umat Islam sendiri.

Lembaga Roumah Wakaf hadir untuk membantu mengurangi angka tersebut, dengan
membangkitkan ghiroh wakaf dan dengan pengelolaam managemen yang modern dan
amanah, sehingga mampu menumbuh kembangkan wakaf ekonomi yang produktif dan
dengan hasil wakaf ekonomi itulah yang siap untuk memberdayakan dan mensejahterakan
para maukuf alaih.

3. Wakaf Tunai

Wakaf uang atau Cash Waqf adalah praktik wakaf yang melibatkan sumbangan uang
yang diserahkan oleh seorang individu, kelompok orang, atau badan hukum kepada nadzir
(pihak yang bertanggung jawab mengelola wakaf) untuk tujuan amal atau kemanusiaan.
Wakaf uang ini berbeda dari wakaf berbentuk tanah atau properti lainnya, karena dalam hal
ini yang diserahkan adalah uang tunai.

Sedangkan menurut Fatwa Komisi Majelis Ulama Indonesia (2003:85) tanggal 11


Mei 2002 wakaf uang memiliki pengertian. “Menahan harta yang dapat dimanfaatkan tanpa
lenyapnya bendanya atau pokoknya, dengan cara melakukan tindakan hukum terhadap benda
tersebut (menjual, memberikan, atau mewariskannya), untuk disalurkan (hasilnya) pada
sesuatu yang mubah (tidak haram) yang ada.”

Pada Fatwa tersebut dijelaskan secara rinci terkait wakaf uang, diantaranya:

 Wakaf uang (wakaf tunai/wakaf al-Nuqud) adalah wakaf yang dilakukan oleh
seseorang, keloompok orang, Lembaga atau badan hokum dalam bentuk tunai.
 Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga.
 Wakaf Uang hukumnya jawaz (boleh)
 Wakaf Uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang dibolehkan
secara syar’iy (‫مباح مصرف‬.)
 Nilai pokok Wakaf Uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual, dihibahkan,
dan/atau diwariskan.

Menurut sejarahnya wakaf uang belum dikenal di zaman Rasulullah. Wakaf uang baru
dipraktikkan di abad kedua Hijriyah oleh Imam Az Zuhri, yang merupakan seorang ulama
terkemuka. Dan pada abad ke 15 H praktek wakaf uang sudah menjadi popular di Turki.

Biasanya wakaf uang merujuk pada cash deposit di lembaga-lembaga keuangan


seperti bank Pada lembaga keuangan tersebut, wakaf uanng biasanya diinvestasikan pada
profitable business activities. Keuntungan yang diperoleh dari investasi tersebut digunakan
untuk hal-hal yang bermanfaat secara sosial keagamaan.

Praktik wakaf uang ini dapat digunakan untuk berbagai tujuan, seperti mendukung
pendidikan, kesehatan, kemanusiaan, atau proyek-proyek sosial lainnya. Konsep wakaf ini
memiliki tujuan filantropi dan amal, di mana uang yang diserahkan diharapkan dapat
memberikan manfaat kepada masyarakat yang membutuhkan.

4. Wakaf Sosial

C. Ekonomi Produktif

Pengoptimalan pengelolaan wakaf sebagai instrumen filantropi dalam kerangka


syariat Islam dengan berfokus pada dampak positif bagi ekonomi, sosial, dan lingkungan
hidup adalah sebuah langkah positif. Dalam era 4.0 atau era digital, ada banyak peluang dan
tantangan yang dapat memengaruhi cara wakaf dikelola dan dimanfaatkan. Berikut beberapa
poin yang relevan terkait dengan optimalisasi pengelolaan wakaf di era modern:

1. Diversifikasi Aset Wakaf

Selain aset fisik seperti tanah dan bangunan, wakaf juga dapat mencakup aset
bergerak, seperti saham, obligasi, atau investasi lainnya. Diversifikasi aset wakaf ini dapat
membantu menghasilkan pendapatan yang lebih besar, yang nantinya dapat digunakan untuk
tujuan kemanusiaan.

2. Teknologi dan Digitalisasi

Memanfaatkan teknologi dan digitalisasi adalah kunci dalam pengelolaan wakaf di era
4.0. Misalnya, penggunaan platform online untuk mengelola dan mengumpulkan dana wakaf,
serta pemantauan investasi secara real-time.

3. Transparansi dan Akuntabilitas

Penting untuk memastikan bahwa pengelolaan wakaf dilakukan dengan transparansi


dan akuntabilitas yang tinggi. Ini akan membangun kepercayaan donatur dan memastikan
bahwa dana wakaf digunakan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

4. Kolaborasi

Upaya kolaboratif antara pengelola wakaf, pemerintah, lembaga keuangan, dan


masyarakat sangat penting. Kolaborasi dapat membantu mengidentifikasi proyek-proyek
yang memerlukan pendanaan wakaf dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya.

5. Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat

Masyarakat perlu diberi pemahaman tentang konsep wakaf, manfaatnya, dan


bagaimana mereka dapat berkontribusi. Program pendidikan dan kesadaran masyarakat dapat
membantu menggalang dukungan untuk inisiatif wakaf.

6. Pengawasan Syariah

Penting untuk menjalankan pengelolaan wakaf sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.


Hal ini melibatkan pengawasan oleh ahli syariah atau dewan syariah yang dapat memastikan
bahwa semua aspek pengelolaan wakaf sesuai dengan hukum Islam.

Pengelolaan wakaf yang produktif dan berorientasi pada dampak positif adalah cara
yang baik untuk menjaga tradisi filantropi dalam Islam sejalan dengan perkembangan zaman.
Dengan memanfaatkan teknologi dan kolaborasi, wakaf dapat menjadi instrumen yang lebih
efektif dalam mengatasi berbagai tantangan sosial, ekonomi, dan lingkungan yang dihadapi
oleh masyarakat.

Wakaf uang sebagai salah satu bentuk wakaf produktif, menurut data BWI, mencapai
Rp180 triliun per tahunnya. Namun demikian, potensi tersebut belum optimal digali dan
dihimpun. Banyak faktor belum optimalnya dalam penghimpunan wakaf uang. Misalnya,
masih ada pemahaman wakaf, pemanfaatan benda tak bergerak seperti untuk masjid, sekolah,
dan makam.

Padahal berdasarkan UU No 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, harta wakaf terbagi


menjadi tiga jenis. Yakni pertama, benda tidak bergerak seperti tanah. Bangunan, rumah,
tanaman dan benda tidak bergerak lainnya. Jenis wakaf kedua yakni benda bergerak selain
uang yakni alat transportasi, mesin, logam dan batu mulia, hak intelektual, hak sewa, hak atas
benda yang memiliki manfaat jangka panjang. Sedangkan jenis, ketiga yakni benda bergerak
uang yakni uang dan surat berharga.

Faktor yang mempengaruhi penerimaan wakaf uang yakni dalam hal komuniksi
seperti meningkatkan literasi, membangun kesadaran hingga kemudahan pembayaran dan
layanan. Dalam upaya meningkatkan penerimaan wakaf uang, BWI menerapkan strategi.
Pertama, menentukan program wakaf, kemudian oprimalisasi kampanye online, dan
memperbanyak channel wakaf.

Dengan adanya perluasan wakaf, tidak sebatas benda tidak bergerak, diharapkan
wakaf bisa menjadi salah satu solusi ekonomi masyarakat, bangsa dan negara Indonesia
dengan potensi sebagai negara dengan mayoritas umat Islam terbesar di dunia. Jika kesadaran
dan antusiasme masyarakat dalam berwakaf terbangun, bukan hal mustahil kekuatan terbesar
ekonomi nusantara akan ditopang oleh wakaf produktif. Mengingat wakaf produktif akan
memberi manfaat luas dengan pokok yang tetap, namun mengalirkan manfaat yang sangat
luas bagi masyarakat.

D. Syarat Dan Ketentuan

Syarat – syarat wakaf menurut menurut Undang – undang No. 14 tentang wakaf,
wakaf dapat dilaksanakan dengan memenuhi Syarat – syarat wakaf sebagai berikut:

1. Syarat Wakaf harus ada Wakif


Dalam syarat wakaf harus ada wakif. Wakif adalah orang yang mewakafkan harta benda
miliknya. Wakif antara lain meliputi perseorangan, organisasi dan badan hukum. Syarat
perseorangan yaitu dewasa, berakal sehat dan juga tidak terhalang melakukan perbuatan
hukum dan pemilik sah harta benda wakaf.

Dalam syarat wakaf, wakif organisasi hanya dapat melakukan wakaf apabila
memenuhi ketentuan organisasi untuk mewakafkan harta benda wakaf milik organisasi sesuai
dengan anggaran dasar organisasi yang bersangkutan. Dalam syarat wakaf, wakif badan
hukum hanya dapat melakukan wakaf apabila memenuhi ketentuan badan hukum untuk
mewakafkan harta benda wakaf milik badan hukum sesuai dengan anggaran dasar badan
hukum yang bersangkutan.

2. Syarat Wakaf harus ada Nazir

Dalam syarat wakaf harus ada nadzir. Nadzir adalah orang yang diserahi tugas
pemiliharaan dan pengurusan benda wakaf. Nadzir meliputi perseorangan, organisasi dan
badan hukum.

a. Dalam syarat wakaf, perseorangan dapat menjadi nadzir apabila memenuhi


persyaratan:
b. Warga negara Indonesia
c. Beragama Islam
d. Dewasa
e. Amanah
f. Mampu secara jasamaniah dan rohani
g. Tidak terlarang dalam melakukan perbuatan hokum

b. Dalam syarat wakaf, Organisasi dapat menjadi nadzir apabila memenuhi persyaratan:
 Pengurus organisasi yang bersangkutan dapat memenuhi persyaratan nadzir
perseorangan.
 Organisasi yang bergerak di bidang sosial, kemasyarakatan, pendidikan dan
keagamaan.

c. Dalam syarat wakaf, Badan hukum hanya dapat menjadi nadzir apabila memenuhi
persyaratan:
 Pengurus badan hukum yang bersangkutan dapat memenuhi nadzir perseorangan.
 Badan hukum Indonesia yang dibentuk bedasarkan pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
 Badan hukum yang bersangkutan bergerak di dalam bidang sosial, pendidikan,
kemasyarakatan dan keagamaan.

Menurut Pasal 219, tata cara wakaf yaitu nadzir harus didaftar pada kantor Urusan
Agama Kecamatan setelah mendengar saran dari Camat dan Majelis Ulama Kecamatan untuk
mendapatkan pengesahan. Nadzir sebelum melaksanakan tugasnya, diharuskan mengucapkan
sumpah dihadapan kepada kantor Urusan Agama Kecamatan disaksikan sekurang-kurangnya
dua orang saksi dengan isi sumpah wakaf sebagai berikut : “Demi Allah, Saya bersumpah
diangkat untuk menjadi nadzir langsung atau tidak langsung dengan nama atau dalih apa pun
tidak memberikan atau menjanjikan ataupun memberikan sesuatu kepada siapa pun juga.
Saya bersumpah, untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatan ini tidak
sekali-kali akan menerima langsung dari siapapun juga suatu pemberian atau janji. Saya
bersumpah, bahwa saya senantiasa menjunjung tinggi tugas dan tanggung jawab yang
dibebankan kepada saya selaku nadzir dalam pengurusan harta wakaf sesuai maksud dan
tujuannya.”

3. Syarat Wakaf harus ada Harta Benda Wakaf

Syarat wakaf harus ada harta benda yang diwakafkan. Harta benda wakaf adalah
benda baik bergerak maupun tidak bergerak yang memiliki daya tahan yang tidak hanya
sekali pakai atau bernilai menurut ajaran islam. Harta benda wakaf diwakafkan apabila
dimiliki dan dikuasai oleh wakif secara sah. Harta benda wakaf terdiri atas benda bergerak
dan benda tidak bergerak.

4. Syarat Wakaf harus ada Ikrar Wakaf

Syarat wakaf harus ada ikrar wakaf. Ikrar wakaf adalah pernyataan kehendak dari
wakif untuk mewakafkan benda miliknya. Ikrar wakaf dilaksanakan oleh wakil kepada nadzir
di hadapan PPAIW (Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf) dengan disaksikan oelha 2 orang
saksi, ikrar tersebut dinyatakan secara lisan dan atau tulisan serta diuangkan dalam akta ikrar
wakaf oleh PPAIW. Dalam hal wakif tidak dapat menyatakan ikrar wakaf secara lisan atau
tidak dapat hadir dalam pelaksanaan ikrar wakaf karena alasan yang tidak dibenarkan oleh
hukum, wakif dapat menunjuk kuasanya dengan surat kuasa yang diperkuat oleh dua orang
saksi.

5. Syarat Wakaf harus ada Peruntukan Harta Benda Wakaf

Syarat wakaf harus ada peruntukan harta benda wakaf. Dalam rangka mencapai fungsi
wakaf dan tujuan wakaf, harta benda wakaf hanya dapat diperuntukan bagi:

 Sarana ibadah
 Kegiatan dan prasarana pendidikan serta kesehatan
 Bantuan kepada anak terlantar, fakir miskin, yatim piatu dan beasiswa
 Kemajuan dan peningkatan ekonomi umat
 Kemajuan dan juga kesejahteraan umum lainnya yang tidak bertentangan dengan
syariah dan peraturan perundang-undangan.

6. Syarat Wakaf harus ada Jangka Waktu Wakaf

Syarat wakaf harus ada jangka waktu wakaf. Pada umumnya para ulama berpendapat
yang diwakafkan zatnya harus kekal. Namun Imam Malik dan golongan syi’ah Imamiyah
menyatakan bahwa wakaf itu boleh dibatasi waktunya. Golongan Hanafiyah mensyaratkan
bahwa harta yang diwakafkan itu zatnya harus kekal yang memungkinkan dapat
dimanfaatkan terus-menerus.
BAB III

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai