Anda di halaman 1dari 15

MANAJEMEN PENGELOLAAN

DANA HAJI OLEH PEMERINTAH


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Manajemen Keuangan Haji dan Umrah Bisnis
Dosen Pengampu : Rafidah Nur Fauziah, S.Pd, M.Hum.

Disusun oleh :
Bargas Setya Ramdhani 2021.02,010

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-FALAH


HUKUM EKONOMI SYARIAH
Jl. Kapten Sangun No.6 Cicalengka Bandung 40395
2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-
Nya sehingga makalah dengan berjudul ‘Manajemen Pengelolaan Dana Haji
Oleh Pemerintah’ dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas mandiri pada
bidang studi Manajemen Keuangan Haji dan Umrah. Selain itu, penyusunan
makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca mengenai
Manajemen Pengelolaan Dana Haji Oleh Pemerintah baik secara teori,
maupun cakupannya.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Rafidah
selaku dosen mata kuliah Manajemen Keuangan Haji dan Umrah. Berkat
tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan
dengan topik yang diberikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih
melakukan banyak kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas
kesalahan yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga
mengharap adanya kritik serta saran yang membangun agar penulisan
makalah ini menjadi lebih baik.

Bandung, 09 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................... 3
A. Gambaran Umum Badan Pengelolaan Keuangan Haji .............. 3
B. Peran Manajemen ....................................................................... 5
BAB III PENUTUP .............................................................................. 12
A. Kesimpulan ................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya adalah muslim,
sehingga daftar jamaah haji meningkat pesat setiap tahunnya. Dengan besarnya
jumlah masyarakat Indonesia yang ingin segera berangkat haji yang saat ini
menyentuh angka 4.000.000 jamaah haji dengan kuota yang tersedia sebanyak
231.000, maka pemerintah membuat kebijakan daftar tunggu atau yang disebut
waiting list. Dengan banyaknya calon jamaah haji yang mendaftar dan menunggu
keberangkatan sesuai waiting list, maka dana haji yang disetor kepada pemerintah
semakin menumpuk. Pada tahun 2015 jumlah jamaah haji yang hendak berangkat haji
mencapai 154.455 jamaah dan dikalkulasikan perorang wajib mengeluarkan biaya
sebesar Rp 20 juta, sehingga biaya setoran yang terhimpun dari jamaah yang
berangkat pada tahun tersebut mencapai Rp 3,09 triliun. Sedangkan data jamaah haji
yang berangkat pada tahun 2019 mencapai 231.000 dengan rincian haji reguler adalah
214.000 dan haji khusus adalah 17.000, dan jumlah tersebut mendapat tambahan
kuota dari Kerajaan Arab Saudi sebanyak 10.000. Setoran awal yang harus dibayar
oleh jamaah adalah Rp 25 juta, sehingga kalkulasi biaya setoran yang terhimpun dari
jamaah haji yang berangkat tahun 2019 adalah 6,25 triliun.
Terjadinya antrian yang panjang menyebabkan dana awal yang mereka
setorkan tidak langsung dimanfaatkan sehingga terjadi penumpukan dana. Dana
tersebut merupakan salah satu sumber dari dana haji selain dana efisiensi
penyelenggaran haji, dana abadi umat, serta nilai manfaat yang dikuasai oleh negara
dalam rangka penyelenggaraan ibadah haji dan pelaksanaan program kegiatan untuk
kemaslahatan umat Islam. (Pasal 1 Undang-undang Republik Indonesia, Nomor 34,
tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Haji)
Akumulasi Dana Haji, yang mencapai angka 124,31 triliun berdasarkan audit
tahun 2019, adalah dana yang potensial berkembang, sementara membiarkannya
mengendap adalah tindakan mubazir. Oleh karena itu, undang-undang
mengamanatkan pengelolaan dana haji. Berdasarkan Pasal 26 Undangundang
Pengelolaan Keuangan Haji disebutkan bahwa prinsip pengelolaan dana haji yaitu
harus difokuskan untuk kepentingan jamaah haji dan kemashlahatan umat Islam,
seperti untuk membangun infrastrukur haji di Tanah Suci, membangun hotel bagi

3
jamaah haji, transportasi darat, rumah sakit, dan infrastruktur lain yang selama ini
selalu menyewa.
Selain itu, dalam mengelola dana haji Pasal 48 ayat 2 Undang-undang
Republik Indonesia, Nomor 34, tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Haji
mensyaratkan dikelola dengan prinsip syariah. Pengelolaan dana haji sebagaimana
diamanatkan oleh Pasal 48 tersebut harus mempertimbangkan aspek keamanan,
kehati-hatian, nilai manfaat, dan likuiditas.
Pasal 48
(1) Penempatan dan/atau investasi Keuangan Haji dapat dilakukan dalam
bentuk produk perbankan, surat berharga, emas, investasi langsung dan
investasi lainnya.
(2) Penempatan dan/atau investasi Keuangan Haji sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 dilakukan sesuai dengan prinsip syariah dengan
mempertimbangkan aspek keamanan, kehatian-hatian, nilai manfaat, dan
likuiditas.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penempatan dan/atau investasi
Keuangan Haji diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Berdasarkan ketentuan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 48 UU
Pengelolaan Keuangan Haji di atas, menunjukkan bahwa pengelolaan dana haji
dimungkinkan, namun dengan catatan bahwa pengelolaannya yaitu didasarkan pada
prinsip-prinsip syari’at Islam. Dalam mengelola dana haji dengan cara investasi
dilakukan atas persetujuan dewan pengawas (Pasal 49 ayat (1) UU PKH).
Menurut laporan Kementrian Agama dana haji yang terkumpul pada tahun
2019 sekitar Rp 120 triliun yang akan terus bertambah setiap tahun. 3 Adanya
peningkatan dan setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji mendorong pemerintah
khususnya Kementrian Agama membuat kebijakan mengenai penempatan
berdasarkan Peraturan Pemerintahan Nomor 5 tahun 2018 tentang pelaksanaan
Undang–Undangn Nomor 34 tahun 2014 dana setoran haji yang diarahkan kepada
investasi.
Pentingnya persoalan pengelolaan dana haji yang besar itu maka hadir
Undang–Undang Nomor 34 Tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan haji.
Berdasarkan Pasal 20, pengelolaan dana haji dilakukan oleh Badan Pengelola
Keuangan Haji (BPKH). Yang mana BPKH memiliki tugas untuk menerima,
mengembangkan, mengatur pengeluaran dan bertanggungjawab atas keuangan haji

4
yang berhasil dihimpun oleh BPKH. BPKH juga bertugas untuk mengurus investasi
keuangan haji yang sesuai dengan prinsip syariah, kehati-hatian, aman dan
bermanfaat. BPKH juga berwenang untuk bekerjasama dengan lembaga lain dalam
hal pengelolaan keuangan haji.
Pada penempatan keuangan haji yang terhimpun, dana tersebut dapat
diinvestasikan ke dalam beberapa bentuk, yaitu produk-produk perbankan, emas, surat
berharga, investasi langsung dan investasi lainnya. Investasi ini dapat dilakukan
selama sesuai dengan prinsip syariah.
Pada dasarnya segala pelaksanaan yang akan dilakukan oleh Badan Pengelola
Keuangan Haji sudah diatur dan tercantum dalam kebijakan umum yang terkandung
dalam peranturanperaturan yang yang menjadi konsep dasar Badan Pengelola
Keuangan Haji. Adapun kebijakan umum yang menjadi dasar operasional dalam
menjalankan tugasnya yaitu pada UndangUndang Nomor 34 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Dana Haji, Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2018 Tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2014 Dan Peraturan Badan
Pengelolaan Keuangan Haji Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Tata Cara Dan Bentuk
Investasi Keuangan Haji.
Dalam proses pengelolaan keuangan haji, Badan Pengelola Keuangan Haji
berpegang pada prinsip tata kelola keuangan haji agar dapat berjalan sesuai dengan
tujuan diantaranya adalah Transparancy, Independency, Accountability, dan
Responsibility. Terciptanya program-program yang tersistematis dan diatur dengan
kebijakan investasi yang dapat menghasilkan manfaat bagi jamaah dan masyarakat
umum tentu tidak bisa lepas dari kerja keras badan pelaksana dan dewan pengawas
sebagai penggerak jalannya investasi.
Dalam implementasinya sesuai dengan peraturan Badan Pengelola Keuangan
Haji Nomor 5 Tahun 2018 tentang pembentukan investasi keuangan haji yang terbagi
menjadi tiga tahapan yaitu tahap perencanaan investasi, tahap penilaian dan
persetujuan investasi, dan tahap penetapan investasi. Yang kemudian menghasilkan
penetapan penempatan dan investasi dana haji dengan tetap memperhatikan prinsip
syariah dalam pelaksanaan investasi
Hasil dari investasi dana haji bukan hanya didaya gunakan untuk
kemaslahatan jamaah haji saja tapi juga untuk kemaslahatan umat dalam membangun
perekonomian bangsa dan menciptakan kesejahteraan masyarakat.

5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka
penulis akan membahas lebih dalam mengenai Manajemen Pengelolaan dana haji oleh
pemerintah. Berikut rumusan masalah yang dapat penulis temukan antara lain sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan BPKH?
2. Bagaimana manajemen pengelolaan dana haji oleh badan pengelolaan
keuangan haji?

C. Tujuan
Makalah ini dibuat tidak hanya untuk memenuhi tugas kuliah semata, tetapi
juga diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru kepada pembaca dan terkhusus
bagi penulis sendiri. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas,
berikut tujuan penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan pengertian BPKH
2. Untuk mengetahui manajemen pengelolaan dana haji oleh BPKH

6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Badan Pengelolaan Keuangan Haji (BPKH)
Badan Pengelola Keuangan Haji yang selanjutnya disingkat BPKH
adalah lembaga yang melakukan pengelolaan Keuangan Haji. Tujuan utama
dibentuknya BPKH adalah untuk mengelola dana haji yang ada di Indonesia dan
mampu meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah haji dan memberikan
kemaslahatan bagi umat Islam di Indonesia.
a. Sejarah Pembetukan
Pembentukan Badan Pengelola Keuangan Haji sesungguhnya sudah
diperdebatkan sejak dulu sebelum resmi dibentuk. Dahulu Badan
Pengelola Keuangan Haji (BPKH) disebut dengan Badan Pengelola Dana
Abadi Umat (BPDAU). Yang memiliki tugas antara lain : perencanaan,
pengorganisasian, pengelola dan berwenang untuk mengoptimalisasikan
serta memanfaatkan dana abadi umat. Dasar hukum yang dikenakan oleh
Badan Pengelola Dana Abadi Umat (BPDAU) yaitu Keputusan Presiden
Nomor 22 Tahun 2001.
Dalam keputusan presiden nomor 22 tahun 2001 menyatakan bahwa
dana yang didapat dari hasil pemanfaatan biaya penyelenggaraan ibadah
haji dan dari sumber lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Sepanjang sejarah perhajian indonesia yang diselenggarakan oleh
Kementrian Agama, laporan keuangan yang dibuat hanya secara kolektif,
sedangkan setoran awal yang telah dibayarkan oleh para calon jamaah
tidak tercantum laporan perseorangan, yang seharusnya tertera secara
tertulis nilai manfaat yang diperoleh para calon jamaah atas pengelolaan
dana haji dalam kurun waktu tunggu keberangkatan.34 Tidak berhenti
pada tranparansi pemanfaatan dana setoran awal, ada pula beberapa
permasalahan penyelenggaraan ibadah haji yang meliputi penetapan kuota
haji perdaerah, administrasi kelengkapan dokumen yang memperumit para
calon jamaah, permasalahan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH),
meningkatan kegiatan di Embarkasi, dan permasalahan lainnya yang
terjadi di tanah suci.

7
Meningkatnya jumlah calon jamaah yang ingin berangkat menunaikan
ibadah haji, sedangkan kuota yang terbatas menjadi satu alasan mutlak
bagi calon jamaah mengantri sampai bertahuntahun, itu sebabnya
pemerintah memiliki tugas untuk mengoptimalisasikan dana haji agar dana
yang terkumpul. memiliki nilai manfaat bagi jamaah dan dikelola sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan
UndangUndang Nomor 34 Tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan haji
agar berjalan efektif dan efisien maka perlu dibentuk Badan Pengelola
Keuangan Haji untuk meningkatkan profesionalitas dan akuntanbilitas
dalam pengelolaan investasi. Di samping bertugas mengoptimalisaaikan
dana haji, Badan Pengelola Keuangan Haji juga memberikan dampak baik
kepada Kementrian Agama agar lebih fokus pelayanan dan pembinaan
calon jamaah haji.
Selain dari permasaalahan pengelolaan dan pengembangan dana haji,
selama ini Kementrian Agama tidak memberikan kejelasan atas
transparansi optimaslisai dana haji kepada masyarakat luas. Yang
kemudian BPKH mengajukan konsep virtual account yang digunakan oleh
jamaah untuk memantau sejauh mana perkembangan dana haji yang telah
dikelola dan berapa nilai manfaat yang telah terkumpul pada virtual
account masing-masing.1
Oleh sebab itu, lahirnya Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH)
menjadi satu hal yang diharapkan oleh masyarakat dengan tujuan dapat
menuntaskan segala permasalahan yang berkaitan dengan keuangan haji
agar sesuai dengan undangundang dan peraturan.
Pada tanggal 14 Juni 2017, Bapak Ir. Joko Widodo selaku Presiden
Republik Indonesia menyerahkan Surat Keputusan Presiden Nomor 74/P
Tahun 2017 tanggal 7 Juni 2017 tentang pengangkatan keanggotaan dewan
pengawas dan anggota badan pelaksana Badan Pengelola Keuangan Haji.
Dan pada tanggal 26 Juli 2017 resmi diadakan pelantikan dan penanda
tanganan sumpah jabatan keanggotaan dewan pengawas dan anggota
badan pelaksana sebagai eksekutor tunggal pengelolaan keuangan haji.

1
khilyah Damayanty, “Pengelolaan Dana Haji Untuk Investasi Pada Badan Pengelolaan Keuangan Haji
(BPKH),” 2022.

8
b. Visi dan Misi Badan Pengelolaan Keuangan Haji
Visi :
Menjadi lembaga pengelola keuangan terpercaya yang memberi nilai
manfaat optimal bagi jmaah haji dan kemaslahatan umat
Misi :
a. Membangun kepercayaan melalui pengelolaan keuangan yang
transparansi dan modern.
b. Meningkatkan efisiensi dan rasionalitas BPIH melalui kerjasama
strategis.
c. Melakukan investasi pada imbal hasil yang optimal dengan prinsip
syariah dan mempertimbangkan aspek keamanan, kehati-hatian dan
profesionalitas
d. Menciptakan tata kelola dan sistem kerja yang komprehensif dan
akuntabel dengan mengembangkan SDM yang berintegritas dan
profesional
e. Memberikan kemaslahatan untuk meningkatkan kesejahteraan
umat.

c. Tugas Pokok, Fungsi dan Wewenang Badan Pengelolaan Keuangan Haji


Berikut merupakan tugas, fungsi dan wewenang yang dilimpahkan
kepada badan pengelola keuangan haji:
1. Tugas (Pada UU Nomor 34 tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Haji Pasal 22): BPKH bertugas mengelola
keuangan haji yang meliputi penerimaan, pengembangan,
pengeluaran, dan pertanggung jawaban keuangan haji.2
2. Fungsi (Pada UU Nomor 34 tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Haji Pasal 23): Dalam melaksanakan tugas
sebagimana dimaksud dalam pasal 22, BPKH
menyelenggarakan fungsi: a) Perencanaan penerimaan,
pengembangan, dan pengeluaran keuangan haji

2
“UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN
KEUANGAN HAJI,” n.d.

9
b) Pelaksanaan penerimaan, pengembangan, dan
pengeluaran keuangan haji
c) Pengendalian dan pengawasan penerimaan,
pengembangan, serta pengeluaran keuangan haji
d) Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan
penerimaan, pengembangan, dan pengeluaran keuangan
haji.
3. Wewenang (Pada UU Nomor 34 tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Haji Pasal 24):
a) Menempatkan dan menginvestasikan keuangan haji
sesuai dengan prinsip syariah, kahati-hatian, keamanan
dan nilai manfaat.
b) Melakukan kerja sama dengan lembaga lain dalam
pengelolaan keuangan haji.

B. Peran Manajemen
Dalam penerapan manajemen BPKH berpedoman pada peraturan BPKH
Nomor 5 Tahun 2018 tentang tata cara dan bentuk investasi keuangan haji. Dalam
prosedur investasi keuangan haji, BPKH memastikan bahwa eksposur risiko investasi
dana haji sesuai dengan kebijakan dan prosedur internal, peraturan perundang-
undangan dan ketentuan lainnya.3
Dewan pengawas BPKH berperan mengawasi perencanaan, pelaksanaann,
serta pertanggungjawaban dan pelaporan keuangan haji. Dalam Undang-Undang
Nomor 34 tahun 2014 tertera bahwa dewan pengawas berfungsi memberikan
persetujuan yang diajukan oleh badan pelaksana atas investasi dan penempatan dana
haji diberbagi instrumen investasi. Terkait dengan persetujuan dan penilaian
rancangan investasi, dewan pengawas membentuk beberapa organ lain di luar komite
audit yaitu komite investasi dan penempatan dan komite manajemen risiko. 4
Peran badan pelaksana sebagai perencana, pelaksana, serta pertanggungjawan
dan pelaporan keuangan haji. Badan pelaksana juga melakukan identifikasi serta

3
“Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Pelaksanaan UndangUndang Nomor 34
Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Haji,” n.d.
4
M Ali Mubarak and Fuhaidah Ulya, “Manajemen Pengelolaan Dana Haji Republik Indonesia (Studi
Kolaborasi Antar Lembaga Bpkh, Kemenag Dan Mitra Keuangan Dalam Pengelolaan Dana Haji),” | Iltizam
Journal Of Shariah Economic Research 2, no. 2 (2018).

10
perkiraan pada pelaksanaan investasi. Badan pelaksana menentukan sasaran dan
merancang investasi keuangan bersama dengan anggota badan pelaksana bidang
investasi dan komite penempatan keuangan haji. Badan pelakasana juga mengkaji
tingkat risiko pada suatu instrumen investasi, sehingga risiko yang ada dapat dikelola
yang dapat memberikan probabilitas yang tinggi agar tercipta imbal hasil yang
optimal.
Dalam BPKH sendiri juga terdapat dua unsur penting yang menjadi pelaku
manajemen yaitu kepala badan pelaksana dan anggota badan pelaksana bidang
investasi. Kepala badan pelasana berperan sebagai perancang kebijakan investasi dan
juga tata cara penetapan sasaran investasi, mengevaluasi probabilitas dari rencana
investasi, serta turut berdiskusi dengan anggota badan pelaksana BPKH. Menetapkan
batas alokasi 68 investasi, penyesuaian terhadap batas alokasi investasi dan
menetapkan rancangan rencana investasi. Sedangkan anggota badan pelaksana bidang
investasi berperan sebagai perancang rencana investasi yang akan dilakukan setiap
tahunnya. membuat kajian mendalam tentang potensi risiko pada tiap instrumen
investasi, kajian imbal hasil, kajian aspek formal, legalitas, skema dan underlying
instrumen dan bertanggungjawab atas pelaksanaan investasi yang telah dinilai dan
disetujui. Dan unsur yang terakhir yaitu pengembangan keuangan haji yang memiliki
peran bertanggungjawab untuk memberikan rekomendasi terkait investasi kepada
badan pelaksana BPKH, termasul juga mengenai batas maksimal dan kebijakan pokok
terkait pengelolaan keuangan haji.
Di dalam UU maupun PP telah diatur tata cara pengelolaan keuangan haji
dengan beberapa prinsip dasar, antara lain; kehati-hatian, transparansi, kemanfaatan,
dan lain-lain. Salah satu prinsip kehati-hatian yang perlu dicermati secara seksama
adalah bahwa dalam hal memanfaatkan dana haji dengan mengalihkannnya ke bidang
investasi, haruslah jelas dan nyata statusnya. Jelas halalnya, tidak abu-abu (subhat)
apalagi haram. Jangan sampai kesalahan dalam memilih sektor investasi ini nantinya
akan mengaburkan kembali status maqasidh al-syari’ah yang bisa saja berujung pada
penyuburan praktek ribawi. Karena pada beberapa jenis investasi baik yang secara
konvensional maupun yang berbasis syari’ah, keduanya sama-sama memiliki standar
take-return yang dapat diukur. Sehingga, pemilihan bidang investasi ini perlu benar-
benar menjadi perhatian bersama.
Dalam hal sinergisitas antar kelembagaan, BPKH perlu mempertimbangkan
banyak hal utamanya persoalan birokrasi pemerintahan. Lembaga ini berdasarkan UU

11
berada pada jalur independent dan langsung di bawah kendali Presiden, tidak berada
di bawah institusi birokrasi pemerintahan tertentu. Meskipun demikian, BPKH juga
tetap harus selalu berkoordinasi dan berkolaborasi dengan lembagalembaga lain baik
di dalam maupun luar negeri. Untuk pelaksanaan penyelenggaraan ibadah nantinya,
tentu saja BPKH tetap melakukan koordinasi dan berkonsultasi secara matang dengan
lembaga regulator, dalam hal ini Kementerian Agama Republik Indonesia.

12
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Dari beberapa pembahasan sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan antara lain;
Pertama, BPKH didirikan untuk mengelola dana haji yang ada di Indonesia dan mampu
meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah haji dan memberikan kemaslahatan bagi umat
Islam di Indonesia. Kedua, bahwa rencana pelaksanaan pengelolaan dana haji melalui
lembaga BPKH sudah sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.

13
DAFTAR PUSTAKA
Damayanty, khilyah. “Pengelolaan Dana Haji Untuk Investasi Pada Badan Pengelolaan
Keuangan Haji (BPKH),” 2022.
Mubarak, M Ali, and Fuhaidah Ulya. “Manajemen Pengelolaan Dana Haji Republik
Indonesia (Studi Kolaborasi Antar Lembaga Bpkh, Kemenag Dan Mitra Keuangan
Dalam Pengelolaan Dana Haji).” | Iltizam Journal Of Shariah Economic Research 2,
no. 2 (2018).
“Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Pelaksanaan UndangUndang
Nomor 34 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Haji.” n.d.
“UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG
PENGELOLAAN KEUANGAN HAJI.” n.d.

14

Anda mungkin juga menyukai