Anda di halaman 1dari 15

PROBLEMATIKA SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN

HAJI DALAM MEMPERTAHANKAN SUSTAINIBILITAS


KEUANGAN HAJI INDONESIA PADA BPKH-RI

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :
Rusli AlFaeid
NIM. 11190530000063

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1444 H/ 2022 M
PROBLEMATIKA SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN
HAJI DALAM MEMPERTAHANKAN SUSTAINIBILITAS
KEUANGAN HAJI INDONESIA PADA BPKH-RI

Proposal Skripsi

Oleh:
Rusli AlFaeid
NIM. 11190530000063

Dosen Pembimbing Akademik

Drs. Sugiharto, M.A.


NIP. 196608061996031001

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1444 H / 2022 M
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang berpenduduk dengan agama
Islam terbesar di dunia, yang mendapatkan kuota haji terbanyak.
Peningkatan kesejahteraan memungkinkan masyarakat terlibat dalam
aktivitas ekonomi, sosial dan keagamaan secara lebih luas. Semakin
meningkatnya kesadaran masyarakat melaksanakan ibadah haji dan
terbatasnya kuota haji menyebabkan daftar tunggu (waiting list)
menjadi semakin lama.
Salah satu aspek penting dan krusial dalam penyelenggaran haji
di Indonesia adalah pengelolaan dana haji. Ibadah haji merupakan
kegiatan keagamaan yang memerlukan kemampuan menunaikan
ibadah haji disyaratkan harus mampu, baik secara fisik maupun
secara finansial. Sebagaimana termaktub dalam Al Qur’an Surat Ali
Imran Ayat 97 mengenai istithoah haji
ۡ ُّ ً ٰ َ َ ٗ َ َ َ ۡ َ َ َۚ َ ۡ ۡ ُ َ َّ ٌ ٰ ِّ َ ٌ ٰ ٰ ۡ
‫احج ال َب ۡي ِت َم ِن‬ ِ ‫ِفي ِه ايت ۢ بينت مقام ِاب ٰر ِهيم ومن دخله كان ا ِمن‬
‫ي‬َِ ۡ ‫ن َعن ۡال ٰعلم‬
َ َ ‫اع ا َل ۡيه َسب ۡي ًًل َو َم ۡن َك َف َر َفا َّن ه‬
ٌّ ِ ِ ‫اّٰلل َغ‬ َ ََ ۡ
‫استط‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
Artinya : Di sana terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya)
maqam Ibrahim. Barangsiapa memasukinya (Baitullah) amanlah
dia. Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah
melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang
mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barangsiapa mengingkari
(kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Mahakaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.
Adapaun makna istiṭā’ah mencakup beberapa hal, antara lain;
pertama, al-istiṭā’ah al-badāniyah, yaitu kemampuan fisik salah satu
syarat wajib mengerjakan haji. Kedua, al-istiṭā’ahal-amniyyah, yaitu
kemampuan terhadap rasa aman. Dan yang ketiga ialah alistiṭā’ah al-
māliyah, yaitu adanya perbekalan untuk membayar Biaya
Penyelenggara Ibadah Haji (BPIH).1
Banyaknya colan jamaah haji yang mendaftar haji dari tahun ke
tahun, sehingga mengakibatkan dana haji yang terkumpul semakin
banyak. Menurut laporan keuangan BPKH, jumlah dana haji yang
dikelola BPKH hingga akhir tahun 2021 mencapai Rp158,79 triliun,
meningkat 9,58% dari tahun sebelumnya Rp144,91 triliun.2 Supaya
dana tersebut tidak mengendap begitu saja dan tidak termakan oleh
inflasi maka pemerintah berupaya untuk mengelola keuangan haji
agar mengarah kepada hal-hal yang produktif. Sehingga dibentuklah
BPKH sebagai lembaga yang berwenang melakukan pengelolaan
keuangan haji.
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan
Keuangan Haji. Selanjutnya untuk melaksanakan ketentuan dalam
undang-undang tersebuat ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 5
Tahun 2018 Tentang Tata Cara dan Bentuk Investasi, di mana
peraturan tersebut menjelaskan bahwa pengelolaan keuangan haji
dilaksanakan berdasarkan asas atau prinsip syariah, kehati-hatian,
manfaat, nirlaba, transparan, dan akuntabel. Selain itu, pengelolaan
keuangan haji juga dilaksanankan secara efektif dan efisien. Seluruh
asas dan prinsip tersebut dalam pengelolaan keuangan dan haji
dilaksanakan oleh badan pelaksana dan Dewan Pengawas selaku
organ BPKH untuk kepentingan jamaah haji dan kemaslahatan umat
Islam (PP 5/2018 dan UU 34/2014).
Pada tahun 2019 biaya riil haji sebesar Rp 72 juta sedangkan
biaya yang disetor oleh calon jamaah haji total hanya Rp 35 juta.
Dengan rincian, setoran pertama Rp 25 juta dan kedua Rp 10 juta.3

1
KH. Hasyim Asy’ari. Inti fiqh Haji dan Umrah. Terj. Dr. Rosidin.(Malang: Genius
Media. 2013), hal 9.
2
Laporan Keuangan BPKH, https://bpkh.go.id/download/laporan-keuangan-bpkh-tahun-
2021-audited/ Diakses pada tanggal 9 Desember 2022 pukul 14.20 WIB.
3
BPKH, “Biaya Haji 35 Juta, Harusnya 72 Juta” Diakses dari https://bpkh.go.id/dewas-
bpkh-biaya-haji-rp-35-juta-harusnya-rp-72-juta-2/ pada tanggal 10 Desember 2022 pukul 08.24
WIB
Biaya yang wajib dibayarkan oleh jamaah haji kurang lebih hanya
sekitar 50% nya saja. Kemudian 50% sisanya peran BPKH, untuk
memastikan biaya haji lebih terjangkau, dengan subsidi yang
didapatkan dari imbal hasil investasi. Investasi merupakan salah
satu ikhtiar BPKH dalam mengelola dana jamaah haji, sehingga
biaya tidak langsung ibadah haji (indirect cost) bisa disubsidi,
sedangkan jamaah hanya wajib menyetor biaya langsung (direct
cost) saja.
Dari tahun ketahun biaya riil haji terus meningkat karena faktor
inflasi, harga minyak, kurs dolar, kurs riyal Saudi, dan lainnya. Jika
tidak ada kesinambungan antara BIPIH dengan BPIH dikhawatirkan
di tahun-tahun yang akan mendatang tidak akan cukup menutupi
subsidi biaya haji.
Isu subsidi biaya haji ini sensitif setidaknya karena dua
alasan. Pertama, bantuan biaya haji itu sulit dianggap sebagai
subsidi pemerintah mengingat pemerintah tidak menanggung BPIH
para jamaah. Subsidi tersebut berasal dari return investasi dana haji
para jamaah yang dikelola BPKH. Kedua, subsidi tersebut sejatinya
adalah jatah jamaah haji lainnya yang berangkat belakangan, atau
yang biasa disebut jamaah tunggu. Oleh karena itu, lebih tepat
disebut sebagai subsidi jamaah, bukan subsidi pemerintah.
Subsidi jamaah ini menyimpan problem tersendiri. Anggap saja
ketika seseorang sudah mendapatkan porsi haji tahun 2040 setelah
menyetorkan Rp 25 juta pada BPKH. Apabila pengelolaan dana haji
tersebut masih sama seperti sebelumnya, hasil investasi dari dana
yang di titipkan pada BPKH tidak sepenuhnya kembali ke rekening
jamaah, tetapi digunakan untuk menutup kekurangan BPIH jamaah
yang berangkat tahun yang akan datang. Dari total Rp 7,1 triliun nilai
manfaat yang didapat pada 2019, yang dibagikan pada jamaah
tunggu lewat virtual account hanya Rp 1 triliun.4
Proses bisnis ini boleh dianggap kurang sustainable. sekarang
tenang-tenang saja karena merasa BPIH nantinya juga akan
ditanggung jamaah tunggu. Tetapi jika pendaftar haji sampai dengan
tahun 2040 jauh lebih sedikit daripada tahun ini (walaupun kecil
sekali kemungkinannya), BPIH nantinya jadi lebih mahal. Ini tentu
tidak adil bagi para jamaah tunggu.
Manajemen haji dan umrah di Indonesia beberapa kali diterpa
badai, salah satunya kasus First Travel.. First Travel mewujudkan
deskripsi dari skema ponzi: pemberian manfaat kepada peserta awal
yang ditutup dengan uang yang diperoleh dari peserta yang
mendaftar belakangan. Adapun subsidi bagi jamaah haji masih
diambil dari return investasi dana seluruh jamaah haji. Selama ini
BPKH dalam melakukan investasi berada pada wilayah low
investment area, sebagaimana hukum bisnis low return, low risk.
Sikap investasi yang terlalu berhati-hati, yaitu memilih instrumen
konservatif berisiko rendah namun dengan imbal hasil yang juga
rendah, membuat BPKH kesulitan mendapatkan imbal hasil yang
optimal. Jika BPKH hanya mengandalkan nilai manfaat untuk
menutup subsidi yang semakin membengkak, tidak menutup
kemungkinan manajemen dana haji akan beroperasi sebagaimana
skema Ponzi yang dapat mengakibatkan tidak sustainibilatas nya
keuangan haji indonesia ditahun yang akan mendatang.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis sangat tertarik
untuk melakukan penelitian lebih mendalam yang dituangkan
kedalam bentuk skripsi dengan judul “Problematika Sistem
Pengelolaan Keuangan Haji Dalam Mempertahankan
Sustainibilitas Keuangan Haji Indonesia pada BPKH-RI”

4
Pratama Reza Syam, “Supaya Subsidi Haji Tak Jadi Skema Ponzi”,BPKH, 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini diambil agar
penulisan bisa lebih terperinci dan tepat sasaran. Penulis
membatasi masalah yang akan dibahas ialah problematika
sistem pengelolaan keuangan haji dalam mempertahankan
sustainibilitas keuangan haji Indonesia pada BPKH-RI
2. Rumusan Masalah
a. Apa problematika yang dihadapi BPKH dalam
mengelola keuangan haji dalam mempertahankan
sustainibilitas keuangan haji Indonesia?
b. Bagaimana solusi untuk menangani problematika
sistem pengelolaan keuangan haji dalam
mempertahankan sustainibilitas keuangan haji
Indonesia?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok pembahasan diatas, maka bisa
disimpulkan tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui problematika yang dihadapi BPKH
dalam mengelola keuangan haji
b. Untuk mengetahui solusi untuk menangani problematika
sistem pengelolaan keuangan haji dalam mempertahankan
sustainibilitas keuangan haji Indonesia
2. Manfaat Penelitian
a. Akademis Penelitian
Diharapkan dapat menjadi khazanah keilmuan
Manajemen Dakwah khususnya dalam ruang lingkup
Manajemen Haji dan Umrah serta dapat dijadikan bahan
acuan untuk menulis karya ilmiah selanjutnya dan dapat
menambah buku referensi serta masukan bagi pihak-
pihak yang bersangkutan.
b. Praktis
Menambah pengetahuan penulis dalam
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama
kuliah dan juga sebagai sumber tambahan informasi
bagi jemaah haji maupun masyarakat.
c. Teoritis
Secara teoritis penelitian ini berguna untuk
mengkaji dan menerapkan teori-teori yang relevan serta
untuk menemukan teori baru sebagai alat pemecahan
masalah selanjutnya.

D. Tinjauan Pustaka
Sebelum penelitian lebih lanjut, dalam penyusunan skripsi ini
penulis melakukan tinjauan pustaka terhadap beberapa skripsi yang
memiliki kemiripan dari segi pembahasan. Hal ini penulis lakukan
untuk menghindari bentuk penjiplakan atau plagiarism.
Berikut ini adalah beberapa penelitian yang menjadi rujukan penulis
yaitu:
1. Khiyah Damayanty, Jurusan Manajemen Dakwah Konsentrasi
Manajemen Haji dan Umroh Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta disusun tahun 2020
yang berjudul : “Pengelolaan Dana Haji Untuk Investasi Pada
Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH)”. Persamaan dengan
skripsi ini yaitu sama-sama membahas mengenai kebijakan mum
pengelolaan investasi dana haji pada Badan Pengelola Keuangan
Haji (BPKH) dan implementasi pengelolaan Dana haji untuk
investasi pada Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH).
Sedangkan perbedaannya terletak pada pokok pembahasan
maupun pada objek yang akan diteliti, penulis bermaksud
melakukan fokus penelitian kepada problematika sistem
pengelolaan keuangan haji dalam mempertahankan sustainibilitas
keuangan haji indonesia.

E. Metodelogi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Kualitatif. Menurut
Koentjaraningrat, Penelitian kualitatif adalah penelitian
dibidang ilmu kemanusiaan dengan aktivitas yang berdasarkan
disiplin ilmiah untuk mengumpulkan, mengkelaskan,
menganalisis dan menafsirkan fakta-fakta serta hubungan-
hubungan antara fakta-fakta alam, masyarakat, kelakuan dan
rohani manusia guna menemukan prinsip-prinsip pengetahuan
dan metode-metode baru dalam usaha menanggapi hal-hal
tersebut.5
Dalam penelitian ini. menggunakan metode deskriptif.
Metode deskriptif adalah metode penelitian yang memberikan
gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa
ada perlakuan terhadap objek yang diteliti.6
2. Subjek dan Objek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah
Badan Pengelolaan Keuangan Haji sedangkan yang menjadi
objek nya adalah problematika sistem pengelolaan keuangan
haji dalam mempertahankan sustainibilitas keuangan haji
Indonesia
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Menara Bidakara 1, lantai 5
dan 8, Jl. Gatot Subroto, RT.1/RW.1, Menteng Dalam, Kec.
Pancoran, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta
1287. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari – Juni 2023

5
I Wayan Surendra, Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Ilmu Sosial, Pendidikan,
Kebudayaan dan Keagamaan, (Badung: Nilacakra, 2018), hal 4.
6
Heri Jauhari, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, hal 35
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu metode
pengumpulan data dengan jalan komunikasi, yakni
melalui kontak atau hubungan pribadi antara
pengumpul data (pewawancara) dengan sumber data
(Responden). Wawancara yang dilakukan dengan cara
“face to face”, artinya peneliti (pewawancara)
berhadapan langsung dengan responden untuk
menanyakan secara lisan hal-hal yang diinginkan, dan
jawaban responden dicatat oleh pewawancara.7 Dalam
hal ini yang dilakukan penulis yaitu untuk mengetahui
lebih dalam tentang problematika sistem pengelolaan
keuangan haji dalam mempertahankan sustainibilitas
keuangan haji pada badan pengelolaan keuangan haji.
b. Observasi
Observasi merupakan kegiatan yang melibatkan
seluruh kekuatan indera seperti pendengaran,
penglihatan, perasa, sentuhan dan cita rasa berdasarkan
pada fakta-fakta peristiwa empiris.8 Peneliti Melakukan
pengamatan dan pencatatan secara langsung agar data
yang didapatkan menjadi akurat dan bebas dari objek.
Hal tersebut bertujuan agar peneliti mampu mengetahui
keadaan yang sebenarnya dalam sistem pengelolaan
keuangan haji pada BPKH.
c. Dokumentasi
Menurut Guba & Lincoln (1981:228), yang
dimaksud dengan dokumen dalam penelitian kualitatif
adalah setiap bahan tertulis ataupun film yang dapat

7
Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, (Jakarta: Granit.2005), hal 72.
8
Setiawan Johan, Anggito Albi, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jawa Barat: CV
Jejak.2018),
digunakan sebagai pendukung bukti penelitian.
Penggunaan dokumen sebagai sumber data dalam
penelitian dimaksudkan untuk mendukung dan
menambah bukti, sebab menurut Yin (2000:104)
dokumen dapat memberikan rincian spesifik yang
mendukung informasi dari sumber-sumber lain. Dalam
penelitian ini, peneliti memperoleh data dokumentasi
dari media sosial dan beberapa dokumentasi pribadi
yang dilakukan oleh peneliti ketikamelakukan observasi
di BPKH.
5. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang dikumpulkan
sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau
tempat objek penelitian baik perorangan, kelompok atau
organisasi.9 Adapun yang menjadi sumber data primer
dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dengan
informasi yang disampaikan oleh pihak yang
berwenang di Badan Pengelola Keuangan Haji
Republik Indonesia (BPKH-RI) maupun mitra kerja
terkait
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data atau informasi yang
sudah tersedia atau sudah tertulis melalui publikasi,
secara jurnal, catatan keuangan, dan dalam hal ini
penulis akan menggunakan informasi melalui sumber-
sumber buku yang terkait denganjudul penelitian.10

9
Jusuf Soewadji, Pengantar Metodologi, (Jakarta : Mitra Wacana Media, 2012), hlm. 145
10
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah (Jakarta: Rajawali Press, 2012), hal 24
6. Teknik Analisis Data
Dalam hal ini penulisan menggunakan analisis metode
deskriptif adalah langkah-langkah dalam melakukan representasi
objektif tentang gejala- gejala yang terdapat dalam masalah yang
diselidiki. Dengan kata lain metode ini tidak terbatas sampai
pada pengumpulan data tetapi meliputi juga analisis dan
interpretasi tentang arti data itu.11
Tujuan dari metode penelitian ini adalah untuk membuat
pencandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai
fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.
7. Teknik Penulisan Data
Untuk teknik penulisan skripsi ini penulis berpedoman pada
buku pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi),
sesuai dengan keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Nomor 507 Tahun 2017.

F. Sistematika Penulisan
Penelitian ini dituliskan dalam 5 bagian yang terdiri dari bagian
awal hingga akhir diantaranya adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan bagian yang memuat latar belakang
permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka
serta sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini memuat teori yang meliputi kajian teoritis
mengenai teori-teori yang menjadi landasan dalam
kerangka pemikiran dan penelitian ini.

11
Soejono dan Abdurrahman. Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan
(Jakarta: Rineka Cipta,2005), hal 24
BAB III GAMBARAN UMUM BPKH
Bab ini merupakan kelanjutan yang berisi seputar
gambaran umum mengenai objek penelitian yang akan
diteliti. Tentang profil BPKH, meliputi sejarah
berdirinya, visi dan misi, struktur, dan lain sebagainya.
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Bab ini merupakan bagian yang memuat pembahasan
data dan temuan penelitian mengenai problematika
sistem pengelolaan keuangan haji dalam
mempertahankan sustainibilitas keuangan haji pada
BPKH.
BAB V PEMBAHASAN
Pada bagian ini juga memuat analisis dari setiap
variabel-variabel yang diteliti serta pembahasannya.
BAB VI PENUTUP
Ini merupakan bagian akhir dalam lembar penelitian
yang memuat kesimpulan akhir dari permasalahan yang
dibuat dalam bab sebelumnya, serta kritik dan saran
yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, M. Burhan. 2013. Metodologi Penelitian Sosial &
Ekonomi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan


Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Beny Witjaksono, dkk. (2020). Apa dan Bagaimana Investasi


Keuangan Haji BPKH. Jakarta: Tim Penulis BPKH.

Chairul Hadi dan M. Mujiburrahman. (2011). Investasi Syariah


Konsep Dasar dan Implementasinya. Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Emzir. (2012). Metode Penelitian Kualitatif dan Analisis Data.


Jakarta: Rajawali Pers. Harahap, Sumuran. (2008). Kamus
Istilah Haji dan Umrah. Jakarta: Mitra Abadi Press.

Metthew B. Miles dan A. Michael Huberman (1992). Analisis Data


Kualitatif Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru.
Penerjemah Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UIPress

Huda, Nurul Dkk. (2001) Nasut, Investasi Pada Pasar Modal


Syariah. Jakarta: Gema Insani Press.

Suprapto, Tommy. (2009) Pengantar Teori Dan Manajemen


Komunikasi. Yogyakarta: Medpress.

Shiddieqy, Hasbi Ash. (1983). Pedoman Haji. Jakarta: N.V Bulan


Bintang

Badan Pengelola Keuangan Haji. (2020, Januari 26). Divisi


Komunikasi BPKH. Retrieved from Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 74/P Tahun 2017 Tentang
Pengangkatan Keanggotaan Dewan Pengawas dan Anggota
Badan Pelaksana Badan Pengelola Keuangan Haji:
https://bpkh.go.id/keputusan-presiden-
tentangpengangkatan-keanggotaan-dewan-pengawas-
dananggota-badan-pelaksana-bpkh/
Badan Pengelola Keuangan Haji. (2020, Januari 26). Retrieved
from Undang-Undang No. 34 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Keuangan Haji:
https://bpkh.go.id/undangundang-nomor-34-tahun-2014-
tentang-pengelolaankeuangan-haji/

Anda mungkin juga menyukai