Anda di halaman 1dari 7

DANA TALANGAN HAJI BAGI CALON JAMAAH HAJI

Fathia Zahratun Nisa, Dila Oktariani Puspitasari, Berliyan Tamam,


Chusna Ummu Yulya Royhana, Muhammad Nur Soleh, Wahid Mustofa,
Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri
Salatiga
fatiazahrotun91@gmail.com
oktarianidila@gmail.com
tamamberliyan@gmail.com
hanachusna97@gmail.com
muhammadnursoleh89@gmail.com
wahidmustofasatu@gmail.com

Abstract
The increasing desire of the Indonesian people to perform the pilgrimage is directly
proportional to the long queues for the pilgrimage in Indonesia. This is also due to the easy access of
the community to get haj bailout funds. However, the implementation of the financing of the haj
bailout fund was violated so that it was not in accordance with sharia principles and tended to
practice usury which is forbidden in religion. The purpose of making this article is to analyze and
explain the bailouts for the pilgrimage from the perspective of muammalahs. Basically, haj bailout
funds are loans from banks to customers to cover the shortage of funds for places of pilgrimage. This
can lead to various losses from a social perspective, namely the many imaginary queues on the
waiting list for the hajj, as well as the shar'i aspects that conflict with the requirements of the haj,
namely istitha'ah (capable) in terms of financing, and also the potential for hidden usury due to the
merger of al-qard contracts. (loans) and al-ijarah (services) in the haj bailout fund.
Keywords: bailout, hajj, sharia, istitha'ah, al qard, al-ijarah.
Abstrak
Meningkatnya keinginan masyarakat Indonesia yang hendak menunaikan ibadah haji
berbanding lurus dengan panjangnya antrean haji di Indonesia. Hal ini juga disebabkan oleh
mudahnya akses masyarakat untuk mendapatkan dana talangan haji. Namun pelaksanaan pembiayaan
dana talangan haji ini dilanggar sehingga tidak sesuai dengan prinsip syariah dan cenderung
melakukan praktik riba yang merupakan keharaman dalam agama. Tujuan dari dibuatnya artikel ini
adalah untuk menganalisis dan menjelaskan talangan haji dalam pandangan muammalah. Pada
dasarnya dana talangan haji merupakan pinjaman dari bank kepada nasabah untuk menutupi
kekurangan dana tempat ibadah haji. Hal ini dapat menimbulkan berbagaj kerugian dari segi sosial
yaitu banyaknya antrian imajiner dalam daftar tunggu haji, maupun aspek syar’i yang bertentangan
dengan syarat haji yaitu istitha’ ah (mampu) dalam hal pembiayaan, dan juga potensi riba tersembunyi
karena penggabungan akad al-qard (pinjaman) dan al-ijarah (jasa) dalam dana talangan haji.
Kata kunci: dana talangan, haji, syariah, istitha'ah, al qard, al-ijarah.
PENDAHULUAN
Haji merupakan salah satu ibadah istimewa bagi umat Islam. Keistimewaan ibadah haji ini
terletak pada tempat dan waktu pelaksanaan yang ditentukan. Selain itu, haji merupakan ibadah yang
wajib dilakukan sekali seumur hiduo oleh umat islam yang memenuhi syaat istitha'ah. Dan yang
menjadikannya lebih istimewa adalah jika shalat dan puasa merupakan ibadah jasmaniyah dan zakat
adalah ibadah maliyah, maka haji mencakup ibadah jasmaniyah dan ibadah maliyah sekaligus. Sebab
dalam menunaikan rukun Islam yang tera- khir ini, selain jiwa dan raga, juga ada harta yang harus
dipersiapkan untuk menempuh perjalanan jauh ke tempat pelaksanaan haji.
Seiring dengan peningkatan jumlah jemaah haji, dana yang di kelola setiap tahunnya pun
terus meningkat. Penyelenggara ibadah haji bersifat massal, melayani banyak orang, mengelola
banyak uang, berlangsung dalam jangka waktu tertentu terikat dengan peraturan dan ketiadaan hak-
hak istimewa dari pemerintah Arab Saudi, maka terdapat dua hal penting yang perlu mendapatkan
perhatian besar: penyelenggaraan haji dan keuangan haji. Kedua hal tersebut perlu mendapatkan
perhatian besar dan kajian yang serius agar terjadi peningkatan kualitas pelayanan penyelenggaraan
haji, rasionalitas dan efisiensi penggunaan BPIH dan manfaat bagi kemaslahatan umat Islam. untuk
keperluan mobilisasi tabungan dan investasi domestik, dana haji dipandang sebagai salah satu sumber
daya paling kuat di sektor moneter negara-negara. mayoritas Muslim. Oleh karena itu, optimalisasi
dana haji menjadi topik yang menarik untuk dikaji oleh para pakar. Di samping itu, dana haji
membuka peluang besar bagi industri keuangan syariah untuk mengambil bagian penting dalam isu
kepatuhan dan kesesuaian syariah dalam pengelolaannya.
METODE
Metode penelitian kepustakaan atau studi literatur adalah metode penelitian yang diterapkan
dalam artikel ini. Data dan informasi didapatkan melalui pencarian literatur dari beberapa sumber
yang berkaitan dan juga relevan seperti buku, jurnal, makalah, dan dokumen-dokumen terkait.
Pertama, dilakukan pencarian literatur yang berkaitan dengan pengertian, contoh, sistem kerja dan
landasan hukum dana talangan. Selanjutnya, dilakukan analisis dan evaluasi terhadap literatur yang
ditemukan untuk mengekstraksi informasi yang relevan dengan topik penelitian. Metode penelitian ini
juga melibatkan analisis data yang dilakukan secara kualitatif. Hasil analisis data dijadikan dasar
dalam mengambil kesimpulan sekaligus memeberi pemahaman yang relevan dalam konteks dana
talangan haji bagi calon jamaah haji.
Dalam memilih sumber data, peneliti memilih sumber yang terpercaya dan akurat, baik dari
sumber primer maupun sekunder. Peneliti juga memastikan bahwa data yang ditemukan relevan
dengan topik penelitian dan memiliki kredibilitas yang baik. Dalam penelitian ini, peneliti tidak
melakukan pengambilan data primer melalui wawancara atau observasi langsung. Oleh karena itu,
metode penelitian kepustakaan atau studi literatur dipilih sebagai metode yang tepat untuk
menyelesaikan topik penelitian ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengertian
Pembiayaan Dana Talangan Haji adalah bentuk pinjaman yang diberikan oleh Lembaga
Keuangan Syariah kepada nasabah untuk menutupi kekurangan dana yang diperlukan untuk
mendapatkan kursi haji pada saat pelunasan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH). Nasabah kemudian
diwajibkan untuk mengembalikan jumlah uang yang dipinjam dalam jangka waktu tertentu.
Dana talangan haji bertujuan untuk membantu nasabah yang ingin mendapatkan porsi haji
namun dana yang mereka miliki tidak mencukupi untuk memperoleh porsi haji di Departemen Agama
(DEPAG). Dana talangan digunakan untuk memenuhi kekurangan dana agar nasabah memenuhi
persyaratan minimum untuk mendapatkan porsi haji. Lembaga Keuangan Syariah mengurus
pembiayaan BPIH serta berkas-berkasnya hingga nasabah mendapatkan kursi haji. Sebagai imbalan
atas jasa pengurusan haji ini, Lembaga Keuangan Syariah menerima kompensasi, yang tidak
ditentukan berdasarkan jumlah dana yang dipinjamkan.
Contoh dana talangan haji
Nama: Bapak Tarono
Alamat: Jl. Bahari. Kendal Km 12,5
Pekerja: Pengajar
Permohonan: Pembiayaan Dana Talangan Haji : Rp 10.000.00
Dana talangan Fee ujroh: Rp1.000.000
Modal awal Tabungan Haji indonesia: Rp 500.0000
Waktu: 12bulan
Analisa pembiayaan
Pendapatan Gaji
per bulan= Rp 2.500.000
gaji istri=Rp 1.500.000
Lain-lain= Rp 800.000
______________________+
Pendapatan Kotor = Rp 4.800.000
Pengeluaran
Biaya kebutuhan per bulan = Rp 700.000
Tranportasi= Rp 150.000
Biaya listrik= Rp 90.000
Biaya lain-lain= Rp 60,000
______________________+
Pengeluaran kotor= Rp1.000.000
Pendapatan Bersih=Rp 3.800.000
Kewajiban Fee ujroh (dibayar dimuka) = Rp. 1000.000
Modal awal Tabungan Haji Indonesia Rp 500.000+Rp1.000.000= (Rp1.500.000)
Angsuran Rp 10.000.000: 12 bulan=(Rp1.000.000)
Pendapatan setelah dikurangi kewajiban=Rp1.300.000.
Dengan menggunakan contoh diatas dapat ditentukan bahwa permintaan yang diajukan oleh
Tarono dapat diterima oleh pihak bank, karena bermaksud untuk solvabilitas berdasarkan
pendapatan, karena pendapatan bersih setelah dikurangi kewajiban nasabah dapat memenuhi
kebutuhannya.
Sistem kerja
Menurut Mekanisme Keuangan (Muhammad, 2005) pendanaan yaitu pembiayaan untuk
mendukung investasi yang direncanakan. Dalam pelaksanaan pembiayaan, bank syariah harus
memenuhi beberapa aspek, antara lain:
1. Perspektif Syar'i, artinya bank syari’ah harus menghormati syariat islam (antara lain tidak
memasukkan maisir, gharar dan riba, serta cabang harus halal) dalam segala aspek pembiayaan
bagi nasabah.
2. Perspektif Keuangan, berarti disamping urusan syariah, bank syariah harus ingat untuk
menghasilkan keuntungan bagi bank syariah dan nasabah. Bank syariah harus mendukung
manajer dalam melaksanakan tugas tugas ini secara khusus yang berkaitan dengan pemasaran dan
keuangan.
Ada empat kelompok karyawan bank syariah yang terlibat dalam kegiatan keuangan di bank
syariah, mulai dari karyawan yang menawarkan produk perbankan syariah hingga menangani
keuangan yang buruk. Komponen komponen tersebut adalah;
1) Manajer Aku (Account Officer) (A/O)
Peran A/O atau manajer keuangan adalah untuk mengelola perspektif keuangan dan membantu
klien dalam meningkatkan kemampuannya, terutama untuk membayar kembali dana pinjaman.
Oleh karena itu, jauh sebelum menjadi nasabah perlu dilakukan antisipasi terhadap potensi
masalah agar dapat dihindari semaksimal mungkin melalui upaya preventif( penanganan).
2) Bagian support pembiayaan
Bersamaan dengan A/O lakukan penilaian terhadap pelamar pembiayaan untuk memenuhi
kriteria dan persyaratannya. A/O dalam memproses , sedangkan bagian pendukung untuk
keabsahan, seperti ketepatan lampiran, penggunaan bisnis dan keuangan, penilaian jaminan,
keabsahan jaminan dan lain-lain.
3) Departemen Administrasi
Prosedur pendanaan ditangani secara administratif oleh A/O atau bagian keuangan. Pada saat
pemohon menjadi nasabah, hal ini ditangani oleh bagian pengelolaan keuangan mulai dari
pencairan dana hingga pelunasan atau pelunasan debitur.
4) Departemen kontrol keuangan
Departemen kontrol keuangan bertanggung jawab atas manajemen keuangan, termasuk
mengeluarkan pemberitahuan tagihan kepada klien atau pelanggan. Selain itu, departemen
kontrol juga bertanggung jawab atas pengelolaan jaminan atau pemrosesan file pelanggan.
Adapun sistem transaksi menurut bank syariah adalah sebegai berikut:
a. Nasabah mengajukan permohonan pengurusan dan pembiayaan Ijarah (transaksi sewa
menyewa) kepada Bank syariah dengan terlebih dahulu mengisi formulir permohonan
pembiayaan, yang disertai dengan dokumen dokumen yang diperlukan untuk memperoleh
tenpat porsi haji. Untuk peraturan ini, Bank mengenakan ujroh kepada nasabah sesuai
ketentuan yang berlaku. Kemudian, Bank Syariah memproses permohonan tersebut melalui
analisis sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Setelah permohonan pembiayaan disetujui dan nasabah setuju untuk membayar ujrah yang
telah ditentukan, maka ditandatangilah akad pengelolaan dan pembiayaan haji antara bank
dan nasabah yang meliputi pembiayaan Qardh.
c. Setelah penandatanganan akad, bank akan mengurus perolehan tempat ibadah haji
SISKOHAT, termasuk pelaksanaanya dan Qard akan membayar kekurangan setoran awal
BPIH sesuai ketentuan yang berlaku di Kementrian Agama. Kemudian pelanggan nasabah
menerima tanda terima pelunasan pembayaran.
d. Bergantung pada waktu yang sudah ditentukan. Nasabah membayar Ujrah atau upah kepada
bank dengan cara dicicil ataupun dibayarkan secara sekaligus.
Hukum mengenai Dana Talangan Haji
Dalam konteks hukum Islam, penggunaan dana talangan haji merupakan masalah yang masih
diperdebatkan di antara para ulama dan cendekiawan. Beberapa ulama menyatakan bahwa dana
talangan haji dapat diperbolehkan dalam situasi tertentu, terutama ketika calon jamaah haji tidak
memiliki dana yang cukup untuk memenuhi biaya perjalanan dan pelaksanaan ibadah haji.
Argumen yang mendukung pembiayaan dana talangan haji meliputi:
1. Urgensi: Memungkinkan calon jamaah haji untuk melaksanakan ibadah haji dalam waktu yang
lebih cepat, mengingat keterbatasan kuota haji dan meningkatnya permintaan.
2. Kepentingan Masyarakat: Meringankan beban finansial calon jamaah haji yang tidak memiliki
dana yang cukup untuk memenuhi persyaratan minimum mendapatkan porsi haji.
3. Prinsip Mudharabah: Pinjaman dana talangan dapat dianggap sebagai bentuk kemitraan atau
kerjasama antara calon jamaah haji dan lembaga keuangan syariah, dengan imbalan yang
ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama.
Namun, terdapat juga pandangan yang menyatakan bahwa penggunaan dana talangan haji
bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum Islam, seperti riba (bunga) atau praktik jual beli yang
tidak sesuai dengan syariah.
Sedangkan dari pembiayaan pengurusan haji oleh lembaga keuangan syariah diperbolehkan dengan
syarat dan ketentuan yang terdapat dalam fatwa DSN-MUI Nomor 29/DSN-MUI/VI/2002 tentang
Pembiayaan Pengurusan Haji Lembaga Keuangan Syariah. Menurut fatwa tersebut, lembaga
keuangan syariah hanya boleh menerima ujrah (fee/upah) atas jasa pengurusan haji, sedangkan dana
talangan haji tidak boleh dikenakan tambahan.
Istitha'ah (kemampuan) adalah syarat wajib haji, bukan syarat sah haji. Mencari dana talangan haji
dari lembaga keuangan syariah diperbolehkan sebagai usaha dalam rangka menunaikan haji. Namun,
disarankan agar calon jamaah haji tidak memaksakan diri untuk menunaikan haji sebelum benar-benar
memiliki kemampuan finansial yang cukup, terutama dalam kondisi antrean haji yang sangat panjang.
Dana talangan haji menganut sistem multi akad dalam satu transaksi yang mana para ulama memiliki
dua pendapat yang berbeda. Menurut Ma'ruf Amin beliau sepakat dengan adanya dana talangan haji,
hal ini dikarenakan LKS dapat membantu menalangi pembayaran BPIH nasabah dengan
menggunakan prinsip Al-Qardh tetapi LKS juga tidak boleh dioersyaratkan dengan pemberian
talangan haji dan besar imbalsn jasa al ijarah tidak boleh didasarkan pada jumlah talangan Al-Qardh.
Menurut M. Quraish Shihab tidak memperbolehkan adanya dana talangan haji mengingat sah atau
tidaknya ibadah haji tersebut jika menggunakan akad ijarah. Beliau juga berpendapat bahwa akad
qardh dan akad ijarah dalam dana talangan haji tidak sah hukumnya dikarenakan dalil yang digunakan
oleh fatwa MUI tidak sesuai karena dalil tersebut membolehkan akad qardh dan ijarah secara
bersaingan sedangkan tidak ada dalil yang menerangkan bahwa diperbolehkannya akad qardh dan
ijarah dilakukan secara bersamaan dalam satu akad. Begitupun dengan Ibnu Taimiyah yang
berpendapat bahwa tidak diperbolehkannya penggabungan dua akad dalam satu pelaksanaan yaitu
akad ijarah dan akad qardh.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan dana talangan haji yang
dilakukan oleh bank syariah di Indonesia banyak yang mengharamkan. Hal ini bisa diambil dari
pemikiran para ulama fiqih kontemporer yang mana ada beberapa alasan tertentu. Menurut para ulama
kontemporer fatwa MUI tentang penggunaan akad qardh dan ijarah dalam dana talangan haji tersebut
adalah keliru dan tidak halal diamalkan karena tidak sah secara hukum.
Dampak Positif dan Negatif Dana Talangan Haji
Didalam dana talangan haji, terdapat dampak positif dan negatifnya, dampak positifnya sebagai
berikut:
a. Meringankan: Proses pendaftaran haji menjadi lebih mudah, cepat, dan murah; Talangan haji
diberikan kepada orang-orang yang berkemampuan secara finansial; Calon jamaah haji dapat
melunasi keberangkatan haji sebelum berangkat, sehingga tidak terhutang saat pergi ke
Mekkah;Dana talangan haji mendorong masyarakat muslim yang mampu untuk melaksanakan
rukun Islam yang kelima.
b. Kemaslahatan bagi ekonomi bangsa: Dana haji yang terkumpul memiliki potensi untuk digunakan
dalam pembangunan ekonomi rakyat; Dana talangan haji dapat memberikan hasil (yield) bagi
pemerintah, berupa bagi hasil atau ujrah.
c. Kemaslahatan bagi lembaga perbankan syariah: Dana haji yang masuk ke bank syariah dapat
mendukung pertumbuhan perbankan syariah; Pertumbuhan bank syariah adalah indikator
kemajuan gerakan ekonomi rakyat (umat Islam).
d. Membantu UMKM: Dana haji dapat disalurkan untuk mendukung Usaha Kecil dan Menengah
(UKM), yang akan membantu pengentasan kemiskinan; Jika dana haji ditempatkan di bank
syariah, dapat memberikan manfaat yang signifikan dalam pengentasan kemiskinan.
e. Optimalisasi utilitas aset: Program dana talangan haji memungkinkan masyarakat untuk
mengoptimalkan pemanfaatan dan asetnya; Dengan talangan haji, masyarakat dapat menggunakan
sebagian dana untuk keperluan bisnis atau kepentingan lain yang lebih produktif.
Namun, perlu diperhatikan bahwa ada masalah dalam analisis kemampuan nasabah oleh perbankan,
yang dapat mempengaruhi pelaksanaan program talangan haji.
Sedangkan untuk dampak negatifnya, sebagai berikut:
a. Menghambat calon jamaah haji yang sudah mampu dan memperpanjang daftar antrian: Produk
talangan haji perbankan dapat merugikan calon jamaah haji yang ingin membayar langsung secara
kontan tanpa menggunakan pembiayaan lembaga keuangan. Hal ini dapat menggeser calon jamaah
haji yang antri sesuai dengan kemampuan setoran mereka. Waktu tunggu untuk menunaikan
ibadah haji yang sudah sangat panjang juga dianggap tidak adil.
b. Pengkaburan makna istitha'ah (kemampuan): Skema pinjaman dana talangan haji sebenarnya
merupakan utang yang harus dibayar dengan cara mengangsur. Ini bertentangan dengan syarat
wajib haji yang hanya berlaku bagi mereka yang mampu. Skema talangan dapat memaksa orang
yang sebenarnya tidak mampu untuk meminjam pada bank. Dana talangan haji juga tidak
menjamin kepastian untuk bisa berangkat haji, karena belum ada kepastian apakah calon jamaah
haji dapat melunasi talangan hajinya.
c. Kurang transparansi pengelolaan dana: Uang setoran awal untuk mendapatkan porsi haji
mengendap di rekening Kementerian Agama. Penyelenggaraan dana tersebut perlu lebih transparan
agar tidak menimbulkan kecurigaan bagi masyarakat dan calon jamaah haji.
d. Praktik multi akad yang tidak sesuai dengan fatwa DSN: Terkadang praktik pengenaan ujroh pada
pembiayaan talangan haji tidak sesuai dengan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) yang dapat
menyebabkan riba dan merusak kesucian kontrak. Penetapan besarnya ujroh hendaknya ditetapkan
dalam bentuk nominal dan bank syariah seharusnya memberikan rincian mengenai kewajiban
nasabah terkait pembayaran ujroh.
Dampak-dampak negatif ini menunjukkan bahwa dana talangan haji tidak selalu memberikan manfaat
yang diharapkan dan dapat menimbulkan ketidakadilan serta pelanggaran terhadap prinsip-prinsip
syariah.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil Penelitian dan Pembahasan dapat disimpulkan bahwa terdapat dua
pendapat yang membolehkan dan melarang akad dana talangan haji dalam perbankan syariah yaitu
menurut sebagian besar modern Indonesia tidak setuju dengan akad yang ada pada dana talang Haji
dalam perbankan syariah. Alasan yang menyetujui adanya dana talang haji yaitu karena imbalan jasa
Al Ijarah dalam dana talang haji tidak didasarkan pada besarah dana talangan Al-Qardh.
Sementara itu, alasan ulama modern tidak setuju dengan adanya akad haji dan talangan haji
karena adanya dua akad dalam satu peristiwa yang menghubungkan pinjam meminjam dengan kata
hadits yang jelas jelas dilarang dalam syariat dan tidak ada dalil yang membolehkan penggabungan
akad qardh dan ijarah.
Adapun manfaat dari bantuan dana talangan itu sendiri ada yang menerima adanya dana
talangan haji karena dapat membantu masyarakat Indonesia yang ingin menunaikan ibadah haji.
Sebaliknya, ada yang menentang adanya dana talangan haji yaitu berpendapat bahwa mekanisme
dana talangan haji termasuk riba dan golongan mampu (istitha'ah) dalam haji.
DAFTAR PUSTAKA

Amsari, S. (2021). Analisis Mekanisme Pembiayaan Dana Talangan Haji Pada Pt. Bank Bni
Syariah Kantor Cabang Medan. Jurnal Ekonomi Islam, 12(1), 98-117.
Edwinar, D. (2015). Status Hukum Dana Talangan Haji Bagi Calon Jamaah Haji (Doctoral
dissertation, Brawijaya University).
A Rahman, Ritonga dan Zainuddin, 2002, Fiqih Ibadah, Jakarta : Gaya Media Pratama.
A.Djazuli, 2011, Kaidah-Kaidah Fikih: Kaidah-Kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan
Masalah-Masalah yang Praktis, Jakarta : KencanA
M. Arief Mufraini, Dana Haji Indonesia, 2021. Jakarta. Hal. 2-10
Muhammad bin Abdul Aziz al-Musnad. (2007). Fatwa-fatwa Haji dan Umrah. Jakarta: Pustaka
Imam Asy-Syafi'i, h. 60.
Murwanti, S., Padmantyo, S., & Sholahuddin, M. (2015). Menimbang Kekuatan Dan Kelemahan
Dana Talangan Haji.
Novindri, S. (2013). Analisis Fikih terhadap Akad Dana Talangan Haji pada Bank Syariah.
Jurnal Muqtasid, 4 No. 1.
Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Kencana : Jakarta
Ronan, R. (2018). Dana Talangan Umrah Dalam Perspektif Hukum Islam. Jurnal Ilmiah Mizani:
Wacana Hukum, Ekonomi Dan Keagamaan, 29-46.
Ryan Kiryanto, 2001, Konversi Bank Konvensional Ke Bank Syariah, Suara Karya.
Sumitro, 2008, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Bandung : Mandar
Susana, E. & Kartika, D. (2013). Pelaksanaan Pembiayaan Dana Talangan Haji Pada
Perbankan Syariah. Jurnal Keuangan Dan Perbankan, 17(2), 323-332.

Anda mungkin juga menyukai