Nursafitri Rahmadani
Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Darul Qur’an , Bogo
Email: Fitri271102@kuliah.com
Rachmad Risqy Kurniawan
Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Darul Qur’an , Bogor
Email: rah.rizqy@gmail.com
Pembahasan
1
Nun Harrieti,” Pelaksanaan Akad Mudharabah Muqayyadah Off Balance Sheet Pada
Perbankan Syariah dan Pengaturannya di Indonesia”, Jurnal Hukum Positum, Vol. 1, No. 2, Juni 2017,
h. 252.
Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
2
R.A. Evita Isretno , Pembiayaan Muudharabah dalam sistem perbankan syariah { Jakarta :
cintya Press, 20011], H. 43
Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Pada dasarnya terdapat dua pendapat tentang hukum umroh dengan talangan
yaitu:
• Diperbolehkan
• Tidak diperbolehkan
Namun sebagian besar ulama membolehkan umroh atau daftar haji dengan
dana talangan tentunya dengan beberapa catatan sebagai berikut:
1. Dikutip dari www.nu.or.id bahwa penggunaan dana talangan untuk berumroh
atau daftar haji hukumnya boleh ketika biaya yang digelontorkan oleh pihak
ketiga sesuai dengan standar harga yang ditetapkan oleh pemerintah, dalam
hal ini Kementerian Agama. Namun ketika biaya yang ditawarkan itu
melebihi tarif normal itu tidak diperbolehkan.
2. Hukum umroh dengan dangan dana talangan atau daftar haji juga
diperbolehkan ketika yang mengambil fasilitas tersebut memang mampu
melakukan pembayaran angsuran atau cicilan. Kemampuan untuk membayar
angsuran itu ditentukan melalui mekanisme yang ketat. Jadi tidak asal
mengatakan bahwa saya mampu harus ada system untuk menentukan apakah
ia mampu atau tidak
3. Dewan Syariat Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) mengeluarkan
fatwa bahwa penggunaan dana talangan untuk kepentingan ibadah haji dan
umroh boleh dengan syarat di antaranya:
• Utang talangan bukan utang ribawi
• Orang yang mengambil fasilitas dana talangan harus mampu
membayarnya, dibuktikan dengan kepemilikan asset.
• Dana talangan harus berasal dari lembaga keuangan syariah.
4. Majelis dan Tajdid PP Muhammadiyah juga membolehkan penggunaan dana
talangan untuk kepentingan haji dengan syarat pinjaman utang itu bukan
takaluf'.
Kesimpulan
Penulis lebih condong dengan pendapat yang membolehkan ibadah haji dan
umroh jika ia percaya dengan kemapuan financial untuk membayarnya, dan jika dia
mampu melaksanakan haji tapi dia berhutang untuk melaksanakannya maka dia boleh
melaksanakan ibadah haji dan umrohnya akan tetapi niatnya diperbaiki hanya
beribadah kepada Allah Swt, karena jika dia mampu dan dia berhutang semua orang
akan pergi melaksanakan haji dan umroh dengan niat tersebut bukan karena yang lain.
Bahkan dengan adanya cicilan untuk melaksanakan haji dan umroh untuk
mempermudah masyarakat dan mengetahui hukum talangan atau cicilan itu wajib
keuangan haji adalah semua hak dan kewajiban pemerintah yang dapat dinilai
dengan uang yang terkait dengan penyelenggaran ibadah haji serta semua
kekayaan dalam bentuk uang sebagai akibat pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut. Dan beribadah umrah dengan cara berutang masih menimbulkan pro
dan kontra. Ada yang menyatakan boleh, ada pula yang mengharamkannya.
Hukum Umroh dengan Dana Talangan ada yang diperbolehkan ada yang tidak
diperbolehkan.