Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah penyelenggaraan haji di Indonesia mengalami masa yang panjang, dimulai sejak
masuknya agama Islam ke Indonesia, masa penjajahan, masa orde lama, masa Orde Baru hingga
sekarang. Sejarah perhajian di Indonesia memiliki fasa yang cukup panjang danmemiliki liku-liku sejarah
perjalanan yang cukup menarik untuk dikaji, karenaia berlaku semasa pemerintahan Belanda yang tidak
mengenal arti kewajibanyang mesti ditunaikan oleh seorang Muslim. Dari abad ke abad pelaksanaan
perhajian di Indonesia mengalamiperubahan demi perubahan ke arah yang lebih baik, dimulai dari
pengangkutandengan kapal laut yang hanya menumpang kapal Belanda atau kapal yang kebetulan
singgah di kepulauan Indonesia, hingga mempunyai kapal milikpribumi, milik salah seorang saudagar
kaya yang berasal dari Makassar yang mengangkut para jamaah haji yang saat itu masih sangat sedikit,
dengan kadarbayaran tertentu.

Haji diartikan sebagai berkehendak untuk melakukan sesuatu yang dimuliakan. Sedang menurut
syara’ ialah niat mengunjungi tempat tertentu (Baitullah al-Haram dan Arafah) pada waktu yang
tertentu (pada bulan-bulan Shawal) untuk melaksanakan segala amalan yang tertentu yaitu wuquf di
Arafah, tawaf, sa’i dengan syarat tertentu. Adapun penyelenggaraannya dari masa ke masa dilakukan
oleh berbagai kalangan. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda penyelenggaraan dilakukan bebas,
tetapi karena kepentingan beberapa kalangan diambil alih oleh pemerintah. Begitu pula pada masa
pemerintahan Republik Indonesia, banyak kepentingan yang berjalan hingga akhirnya pemerintah
menetapkan kewenangannya langsung di bawah Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Kementerian Agama.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Proses Pengelolaan Ibadah Haji Yang Ada Di Indonesia?

2. Bagaimana Kualitas Ibadah Haji Yang Dikelola oleh Pihak Swasta Dilihat Dari Pengelolaan Ibadah Haji
Yang Dikelola Oleh Kementrian Agama?

3. Problematika pelayanan ibadah haji Di indonesia (kemenag lebih baik daripada swasta)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses pengelolaan dan penyelenggaraan ibadah haji yang ada di indonesia

Penyelenggaraan dan Perlaksanaan ibadah haji, terutama oleh Muslim Indonesia, ternyata
memerlukan suatu proses tersendiri, yaitu persiapan di tanah air, pelayaran/penerbangan ke Hijaz,
perlaksanaan haji dan pelbagai kegiatan di Hijaz, serta kembali lagi ke tanah air. Proses ini disebut
perjalanan haji. Dalam kenyataannya, perjalanan haji mempunyai implikasi yang lebih luas terhadap
masyarakat dibandingkan dengan perlaksanaan ibadah lainnya.4 perjalanan haji yang dilakukan oleh
pelbagai suku yang mendiami kepulauan nusantara telah berlangsung sejak abad XVI M. Kunjungan ke
tanah suci untuk melaksanakan ibadah haji berlangsung setiap tahun dengan jumlah jamaah yang terus
bertambah. Bersamaan dengan itu, jumlah muslim Indonesia yang telah melaksanakan ibadah haji juga
makin banyak. Mereka merupakan kelompok masyarakat tersendiri yang lazim disebut masyarakat haji.

Sudah tentu perjalanan haji telah berpengaruh terhadap masyarakat Indonesia. Di sisi lain,
masyarakat turut mempengaruhi perjalanan haji. Untuk lebih memahami pengaruh timbal balik antara
perjalanan haji dan orang haji dengan masyarakat, diperlukan suatu kajian dengan pendekatan empirik.
Pendekatan ini terhitung masih jarang digunakan dalam kajian akademik terhadap Islam Indonesia,
terutama aspek ibadahnya. Oleh karena itu, meskipun perjalanan haji dan kelompok haji telah lama
berlangsung di Indonesia, belum ada kajian yang mendalam mengenai peristiwa ini.

Pengaturan penyelenggaraan haji Indonesia telah dilakukan sejak zaman penjajahan hingga
saat ini. Bedanya, di zaman penjajahan mengandung nuansa politik yang sangat kental, yaitu untuk
mengambil hati kaum muslimin Indonesia, selain dimaksudkan untuk mengawasi dan mengendalikan
para hujjaj agar tidak merugikan kepentingan Kolonial. Untuk maksud tersebut, pemerintah Belanda
menetapkan ketentuan-ketentuan yang memberatkan kepada para jamaah dan membuka pejabat
Konsulat di Jeddah pada tahun 1872 M. Sedangkan pada zaman kemerdekaan pengaturan
penyelenggaraan haji dimaksudkan untuk memberi kemudahan dan perlindungan terhadap jamaah haji.
Hanya saja dari waktu ke waktu penyelenggaraan haji tersebut tetap tidak sepi dari persoalan. Persoalan
itu pada umumnya disebabkan oleh tindakan pihak-pihak yang ingin mengambil keuntungan pribadi
atau kelompok, baik melalui penipuan, pemerasan, penyimpangan dari ketentuan yang berlaku atau
cara-cara lain yang merugikan jamaah.

B. Kualitas pelayanan ibadah haji yang di kelola kemenag

Perbincangan tentang konsep kepuasan jemaah haji dapat dikaitkan dengan konsep kepuasan
pelanggan dalam dunia usaha. Selanjutnya Kepuasan masyarakat adalah hasil pendapat dan penilaian
masyarakat terhadap kinerja pelayanan yang di berikan kepada aparatur penyelengga pelayanan
publik.2 Pelayanan adalah perihal atau tata cara membantu (mengurus) apa-apa yang dibutuhkan oleh
para jemaah haji selama dalam perjalanan ibadah haji selama di dalam negeri (Indonesia).

Ada 3 (tiga) jenis pelayananyaitu: pertama, Pelayanan Pendaftaran Haji Reguler di Kantor
Kementerian Agama Kabupaten/Kota; kedua, Pelayanan Keberangkatan Jemaah Haji Reguler meliputi 3
pelayanan, yaitu: (1) Pelayanan Pelaporan Pelunasan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) di
Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota; (2) Pelayanan Bimbingan Manasik Haji Haji Terpadu oleh
Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota dan KUA Kecamatan; dan (3) pelayanan PPIH Embarkasi di
Asrama Haji; dan ketiga, Pelayanan Kepulangan Jemaah Haji Reguler, meliputi 2 pelayanan, yaitu: (1)
Pelayanan Petugas Kelompok Terbang (Kloter), terdiri dari 3 tim, yaitu: Ketua Kloter/Tim Pemandu Haji
Indonesia (TPHI), Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TPIHI), dan Tim Kesehatan Haji Indonesia
(TKHI); dan (2) Pelayanan Pengangkutan Udara Indonesia-Arab Saudi pergi pulang (PP).
Setiap tahun pemerintah selalu melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kapasitas
pelayanan haji baik di tanah air, di perjalanan, maupun di Arab Saudi. Namun demikian masih banyak
kalangan yang menilai bahwa kewajiban pemerintah sebagai pelaksana penyelenggaraan ibadah haji
dari tahun ke tahun masih menunjukkan berbagai permasalahan dan kekurangan.

Penyelenggaraan haji sarat dengan problematika yang sangat kompleks. Untuk itu, perlu adanya
manajemen yang professional dan akuntabel sehingga pelaksanaan haji lebih baik dan jamaah
menikmati kekhusyukan dalam beribadah. Di samping itu, ibadah haji menjadi investasi syiar dan
kekuatan Islam yang dahsyat. Pelaksana teknis penyelenggaraan ibadah haji berada di bawah Dirjen
Penyelenggaraan Haji dan Umrah (DPHU). Penyelenggaraan ibadah haji merupakan proses, cara, dan
perbuatan menyelenggarakan atau melaksanakan rangkaian kegiatan ibadah haji yang meliputi
pembinaan, pelayanan, perlindungan, dan pelaksanaan ibadah haji.

Pembinaan ibadah haji merupakan rangkaian kegiatan yang mencakup penerangan, penyuluhan, dan
pembimbingan, tentang ibadah haji. Pelayanan meliputi seluruh aktifitas untuk memberikan layanan
kepada seluruh calon jamaah haji dan jamaah haji, mulai dari pendaftaran hingga kembali ke Tanah Air,
termasuk pelayanan transportasi, akomodasi, serta kesehatan. Perlindungan adalah upaya-upaya yang
dilakukan pemerintah untuk menjamin keselamatan dan kenyamanan jamaah haji yang meliputi
menjaga keamanan jamaah haji selama berada di Arab Saudi dan menjaga barang-barang jamaah haji
ketika berada di pemondokan.

C. Problematika pelayanan ibadah haji Di indonesia (kemenag lebih baik daripada swasta)

Di Indonesia, penyelenggaraan ibadah haji merupakan kegiatan rutin setiap tahun.


Penyelenggaraan ibadah haji sangat multi dimensi. Banyak pihak yang terlibat dan banyak hal yang
terkait di dalamnya. Untuk itu profesionalisme penyelenggaraan ibadah haji menjadi sebuah
keniscayaan.Berdasarkan amanah UUD 1945, negara atau pemerintah adalah otoritas tunggal yang
bertanggungjawab atas penyelenggaraan ibadah haji. Hal ini disebabkan karena: pertama, problematika
ibadah haji sangat kompleks, di antaranya regulasi dan operasi terpusat dalam satu institusi, satuan
kerja yang bersifat ad hoc, subsidi APBN/APBD, penetapan BPIH, pelayanan (akomodasi, transportasi,
katering, serta kesehatan), koordinasi lintas instansi dan Stake Holders, daftar tunggu. Kedua, ibadah
haji merupakan investasi syiar dan kekuatan Islam yang dahsyat. Ketiga, ibadah haji dilaksanakan di
Saudi Arabia. Keempat, ibadah haji merupakan puncak ritual dari rukun Islam yang mengintegrasikan
seluruh tataran syariah di dalamnya. Kelima, ibadah haji harus terselenggara secara paripurna
(professional). Keenam, muncul penilaian dari eksternal bahwa manajemen penyelengaraan ibadah haji
bahwa selama ini aspek kelembagaaan, pengelolaaan keuangan, peningkatan sarana dan prasarana
dalam memberikan pelayanan kepada jamaah haji masih belum efektif. Ketujuh, Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) memberikan data bahwa terdapat 48 titik lemah penyelengaraan ibadah haji antara lain
regulasi, kelembagaan, tata laksana dan manajemen sumber daya manusia sehingga menempatkan
Kementrian Agama sebagai salah satu kementerian dengan indeks integrasi terendah (versi KPK tahun
2011). Kedelapan, penelantaran calon jamaah oleh KBIH atau penyelenggara haji khusus.1 Karena itu,
perlu adanya manajemen penyelenggaraan ibadah haji sebagai upaya perbaikan sistem
penyelenggaraan haji yang lebih baik, professional, dan akuntabel.

Manajemen penyelenggaraan haji perlu direformulasi, agar pemerintah dianggap serius mempersiapkan
dan menyelenggarakan prosesi ibadah haji. Hal ini berimplikasi terhadap kepercayaan (trust) masyarakat
terhadap pemerintah. Sehingga, discourse tentang perlunya swastanisasi haji dalam penyelenggaraan
haji di Indonesia bisa dihilangkan. Sebab, pengalaman pada masa lalu telah membuktikan bahwa
pemerintah berhasil memanaj penyelenggaraan haji professional, dan akuntabel.

Penyelenggaraan haji menjadi tanggung jawab menteri agama yang dalam pelaksanaan sehari-hari,
secara struktur dan teknis fungsional, dilaksanakan oleh Direktur Jenderal Bimbingan Masyakat Islam
dan Penyelengaraan Haji dengan dua unit teknis yaitu direktorat Pelayanan Haji dan Umrah dan
Direktorat Pembinaan Haji. Dalam perkembangan terakhir, berdasarkan peraturan presiden no 10 tahun
2005, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden No 63 Tahun 2005, Dirjen BIPH
direkstruturisasi menjadi dua unit kerja eselon I, yaitu Dirjen Bimbingan Islam dan Dirjen
Penyelenggaraan Haji dan Umrah. Dengan demikian, mulai operasional haji tahun 2007, pelaksana
teknis penyelenggaran ibadah haji berada di bawah Dirjen PHU.

Selama operasional haji, dibentuk Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) emberkasi atau debarkasi.
PPIH bertugas dalam mengatur pemberangkatan jamaah haji dari asrama emberkasi ke arab Saudi
sampai dengan pemulangan haji dari Jeddah dan kedatangannya di emberkasi asal. Dalam
melaksanakan tugasnya, PPIH melibatkan instansi terkait yang terdiri dari PPIH Pusat, PPIH Arab Saudi.
Pengendalian penyelenggaraan haji di tanah air dan di arab Saudi dilakukan oleh menteri agama,
sedangkan teknis pengendalian operasional haji dilakukan oleh panitia penyelenggaraan ibadah haji di
tingkat pusat, sedangkan pelaksana oprasional sesuai dengan ruang lingkup daerah tugasnya.

Jadi untuk pengelolaan ibadah haji ini lebih baik di kelola oleh kemanag, karena untuk pelayanan
penyelenggaraan nya itu lebih nyaman dan lebih gampang daripada pihak swasta yang harus mengurusi
ini dan itu dalam artian penyelenggaraan ibadah haji yang di kelola oleh swasta itu lebih rumit daripada
di kelola oleh pihak kemenag. Tentunya dalam segala aspek diantaranya yaitu tentang manajemen yang
baik dari kemenag daripada swasta termasuk pembinaan, keuangan dan yang lainnya.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Penyelenggaraan haji sarat dengan problematika yang sangat kompleks. Untuk itu, peru adanya
manajemen yang professional dan akuntabel sehingga pelaksanaan haji lebih baik dan jamaah
menikmati kekhusyukan dalam beribadah. Di samping itu, ibadah haji menjadi investasi syiar dan
kekuatan Islam yang dahsyat. Pelaksana teknis penyelenggaraan ibadah haji berada di bawah Dirjen
Penyelenggaraan Haji dan Umrah (DPHU). Penyelenggaraan ibadah haji merupakan proses, cara, dan
perbuatan menyelenggarakan atau melaksanakan rangkaian kegiatan ibadah haji yang meliputi
pembinaan, pelayanan, perlindungan, dan pelaksanaan ibadah haji.

Karena itu, penyelenggaraan ibadah haji memerlukan manajemen organisasi. Manajemen haji
merupakan suatu proses pengaturan atau pengelolahan kegiatan haji dengan menggunakan fungsi-
fungsi manajemen yang meliputi planning, organizing, actuating, controlling, dan evaluating, sehingga
ibadah haji terlaksana secara efektif dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai