Anda di halaman 1dari 2

Nama : Haidar Sanditia Rahma Nurissada

Kelas : Afi A6

Nim : 1804016021

Telaah mengenai teori dan pemikiran tentang ketuhanan (animisme,dinamisme,politeisme,henoteisme


dan monoteisme)

Pertama-tama saya akan memberikan sedikit ulasan mengenai buku yang akan dibahas, buku ini berjudul
“Filsafat Agama” pertama kali diterbitkan pada tahun 2018. Tetapi dari tahun 2015 tulisan ini sudah di
jadikan pijakan mengajar di prodi aqidah dan filsafat islam uin sunan ampel surabaya. Penulis buku ini
bernama H.kasno MA,g , pada kali ini ingin membahas mengenai teori dan pemikiran tentang ketuhanan.

A. Animisme
Kata animisme berasal dari anima yang berarti nyawa atau roh. Kata roh di sini menjadi
kata kunci dalam pemahaman konsep animisme. Kalau dikembangkan, animisme dapat diartikan
sebagai sebuah kepercayaan terhadap adanya makhluk halus atau roh-roh yang ada pada setiap
benda baik benda hidup atau benda mati sekalipun. Ini sudah menjadi tradisi bagi kaum animisme
bahkan sampai di muliakan menurut aliran ini. Bagi kaum animisme ini memuja roh-roh dapat
memberikan manfaat yang sangat besar.

B. Dinamisme
dinamisme diartikan sebagai kepercayaan primitif dimana semua benda mempunyai
kekuatan yangbersifat gaib. Dinamisme merupakan kepercayaan keagamaan primitif yang ada
pada zaman sebelum kedatangan agama Hindu di Indonesia. Dinamisme disebut juga dengan
nama preanimisme, yang mengajarkan bahwa tiap-tiap benda atau makhluk mempunyai daya dan
kekuatan. Maksud dari arti tadi adalah kesaktian dan kekuatan yang berada dalam zat suatu benda
dan diyakini mampu memberikan manfaat atau marabahaya. Kesaktian itu bisa berasal dari api,
batu-batuan, air, pepohonan, binatang, atau bahkan manusia sendiri. Sebagai kepercayaan
terhadap benda yang memiliki kekuatan gaib, dalam dinamisme dilakukan klasifikasi benda-benda
yang memancarkan kekuatan gaib menjadi tiga bagian, yaitu benda-benda keramat, binatang-
binatang keramat dan manusia yang di anggap mempunyai kekeramatan.

C. Politeisme
Politeisme adalah kepercayaan terhadap makhluk-makhluk gaib yang disebut dewa. Dan,
para dewa ini selain punya nama sendiri-sendiri juga dipercaya mempunyai tugas masing-masing
dalam mengatur jalannya roda kehidupan ini. Dalam fase kepercayaan ini, istilah dewa sudah
mengatasi istilah roh. Para dewa sudah mempunyai kekuasaan yang disembah secara umum oleh
manusia, sedangkan roh tidak punya kekuasaan dan kemuliaan seperti dewa, dan biasanya hanya
disembah oleh suku atau keluarga tertentu. Jadi politeisme ini bisa di artikan hanya kaum-kaum
tertentu yang menyembah dewa/tuhan yang dituhankan.

Dalam paham politeisme, tiga dari dewa-dewa yang banyak meningkat ke atas dan mendapat
perhatian dan pujaan yang lebih besar dari yang lain. Dewa yang tiga itu mengambil bentuk
Brahma,
Wisnu, dan Syiwa. Dewa yang tiga ini dalam agama Veda disebut Indra, Vitra dan Varuna; dalam
agama Mesir Kuno dikenal dengan Osiris dengan istrinya Isis dan anaknya Herus; dan dalam
agama Arab Jahiliyah dikenal dengan al-Lata, al-Uzza, dan Manata.
D. Henoteisme
Henoteisme seperti halnya politeisme juga mempercayai adanya makhluk ghaib yang
disebut dewa, tetapi dalam henoteisme yang dipercaya hanya satu dewa yang mempunyai
kekuasaan terbesar dan dihormati oleh dewa-dewa yang lain. Dapat dikatakan bahwa dewa
terbesar ini adalah raja bagi para dewa lainnya, sehingga dia juga disembah oleh dewa-dewa yang
lain. Paham raja dewa ini juga berubah menjadi dewa satu. Tuhan dari suku tertentu hilang diganti
oleh Tuhan Nasional, yang satu bagi bangsa yang bersangkutan. Tetapi meskipun politeisme sudah
mengakui dan mempercayai adalah satu dewa yang agung dan menguasai seluruh dewa-dewa
lainnya, namun bukan dan belum menjadi kepercayaan yang bersifat monoteistik. Karena dalam
kepercayaan henoteisme ini selain mereka menyembah Dewa atau Tuhan yang satu, mereka juga
mengakui Tuhan yang ada dalam sukunya dan suku yang lain. Contohnya adalah agama pada
bangsa Yahudi/israel
E. Monoteisme

Monoteisme adalah kepercayaan yang menganggap Tuhan itu hanya satu, Dia-lah yang
mencipta, memelihara, dan kemudian menghancurkan alam semesta ini. Dia adalah penguasa
Tunggal yang berbeda dan berasal dari luar alam semesta ini. Dalam masyarakat yang sudah maju,
kepercayaan yang dianut bukan lagi dinamisme, animisme, politeisme, atau henoteisme, tetapi
kepercayaan monoteisme, baik monoteisme praktis, monoteisme spekulatif, monoteisme teoritis,
maupun monoteisme murni. Monoteisme praktis adalah kepercayaan yang tidak mengingkari
dewa-dewa lain, tetapi hanya satu Tuhan saja yang diarah dan dipuja. Monoteisme spekulatif
adalah kepercayaan yang terbentuk karena bermacam gambaran dewa-dewa lebur menjadi satu
gambaran yang akhirnya dianggap sebagai satu-satunya dewa. Monoteisme teoritis ialah paham
yang mempercayai bahwa Tuhan itu Esa dalam teori, tetapi dalam praktek dipercayai lebih dari
satu Tuhan. Terakhir monoteisme murni adalah paham yang menyatakan bahwa Tuhan itu Esa
dalam jumlahnya dan sifat, dalam teori dan praktek, dan dalam pemikiran dan penghayatan. Bisa
di kaitkam dengan konsepnya ibnu arabi yang namanya wahdatul wujud .

Anda mungkin juga menyukai