Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Pemikiran Humanisme Friederich Nietzsche

Mata kuliah : Filsafat Humanistik

Dosen pengampu : Tri Utami Oktafiani

Disusun oleh

Haidar Sanditia Rahma(1804016021)

JURUSAN AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nietzsche adalah pemikir filsafat revolusioner abad ke-19. Bersamadengan Marx


dan Kierkegaard, Nietzsche telah menjadi ikon filosof abad ke-19 dan menjadi sumber
inspirasi permasalahan filosofis. Meskipun tidak sistematik dan tergerogoti oleh penyakit
jiwa yang akan merenggutnya, pemikiran Nietzsche merupakan pemikiran yang
menggetarkan alam pikiran Eropa dan getarannya terasa hingga sekarang. Para filusuf di
kemudian hari, seperti Heidegger,Jaspers dan Camus sampai merasa sangat berhutang
budi pada Nietzsche.
Memasuki millenium baru, abad ke-21, pemikiran filsafat Barat kontemporer
telah berkembang dengan sangat pesat dan beragam. Munculnya berbagai aliran dalam
filsafat di Barat abad ke-20 dan 21 sangat dipengaruhi oleh pemikiran filsafat
sebelumnya, terutama abad ke-19. Salah seorang filsuf abad ke-19 yang besar
pengaruhnya terhadap perkembangan pemikiran filsafat abad ke-20 adalah F. Nietzsche
yang lahir pada tanggal 15 Oktober 1844 dan meninggal pada tanggal 25 Agustus 1900,
empat bulan sebelum masuknya abad ke-20.
Nietzsche tampak telah “ditakdirkan” menjadi filsuf penutup abad ke-19, yang
ditandai dengan tahun meninggalnya yang persis terjadi pada tahun 1900. Dari berbagai
kajian terhadap pemikiran Nietzsche, yang paling banyak dibahas adalah tentang ateisme,
yang berdasarkan pernyataannya bahwa “Tuhan telah mati”. Namun jika ditelusuri lebih
seksama, maka akan ditemukan banyak sekali gagasan Nietzsche yang mempengaruhi
abad ke-20 yang disebut juga abad kontemporer. Untuk mengetahui gagasan Nietzsche
yang berpengaruh terhadap perkembangan filsafat abad ke-20, maka perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut.
Sifat filsafat Nietzsche yang menjungkirbalikkan tatanan nilai danpemikiran yang
telah mapan telah menjadi ciri khasnya. Di tengah orang sedang gandrung akan
modernisme dengan kemajuan (progress) sebagai sahadatnya, Nietzsche
memproklamirkan bahwa dunia ini bergerak tanpa kemajuan. Di tengah-tengah orang
sedang mempercayakan diri pada rasio, Nietzsche melecehkan apa yang selama ini
disebut dengan rasio

B. Rumusan Masalah
1. Biografi F.Nietzsche sebagai latar belakang pemikiran
2. Konsep pemikiran humanisme dan filosofis F.Nietzsche
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui sosok dan darimana F.Nietzsche
2. Mengetahui dan mentelaah bagaimanakah konsep pemikiran humanisme yang dibawa
oleh F.Nietzsche

BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi F.Nietzche sebagai latar belakang pemikiran


Nietzsche dilahirkan pada tanggal 15 Oktober 1844 di Roecken, Jerman.
Orangtuanya adalah Carl Ludwig Nietzsche (1813-1849) seorang pastor Lutheran yang
keras dan istrinya Franziska, nama gadisnya Oehler (1826-1897). Ia diberi nama untuk
menghormati kaisar Prusia, Friedrich Wilhelm IV yang memiliki tanggal lahir yang
sama. Adik perempuannya, Elisabeth, dilahirkan pada tahun 1846. Setelah kematian
ayahnya pada tahun 1849 dan adik laki-lakinya, Ludwig Joseph (1848-1850), keluarga ini
pindah ke Naumburg dekat Saale.
Sebagai remaja, Nietzsche memiliki kemampuan istimewa. Ia seorang pembelajar
bahasa yang berbakat dan juga seorang musisi yang terampil memainkan berbagai alat
musik. Sebagaiepelajar, Nietzsche kehilangan keyakinannya terhadap agama Kristen
sejak usia yang masih sangat muda. Sebagai akibatnya, Nietzschee meninggalkan
pelajaran teologi untuk kemudian lebih menekuni kebudayaan klasik. Pada usia 25 tahun,
yaitu tahun 1869, Nietzsche diangkat sebagai profesor filologi klasik di Universitas
Basel.
Tidak ada filusuf yang riwayat hidupnya dikaitkan begitu erat dengan
pemikirannya seperti halnya Nietzsche. Nietzsche mempunyai riwayat hidup yang
ditandai dengan berbagai petualangan dan kesepian yang akhirnya memberi corak khas
pada seluruh pemikirannya. Oleh karena itu, hampir tidak mungkin memahami
pemikiran-pemikiran Nietzsche tanpa terlebih dahulu melihat secara dekat latar belakang
hidupnya.
Secara garis besar, riwayat hidup Nietzsche dapat dibagi menjadi empat tahap.
Pertama, kehidupan dalam keluarga dan masa kecilnya yang ditandai dengan suasana
pendidikan Kristen yang kuat. Nietzsche dilahirkan di Rocken pada 15 Oktober 1844.
Hari kelahirannya sama dengan hari kelahiran Friedrich Wilhelm, raja Prusia waktu itu.
Kedua, adalah masa Nietzsche menjalani hidupnya sebagai pelajar dan mahasiswa. Pada
masa ini ia mulai berkenalan dengan pujangga Jerman Johan Wolgang Goethe, musicus
Richard Wagner, dan filsuf Athur Schopenhauer. Perkenalan Nietzsche dengan tokoh-
tokoh Jerman ini sangat penting bagi perkembangan seluruh pemikirannya.
Ketiga, adalah masa Nietzsche menjadi professor di Basel. Pada tahun 1869
Nietzsche mendapat panggilan dari Universitas basel, Swiss untuk menjadi dosen di sana.
Di luar dugaan Nietzsche, sebulan setelah ada panggilan itu, ia mendapatkan gelar doktor
dari Leipzig tanpa ujian dan formalitas apapun. Masa karirnya di Basel diwarnai dengan
kesehatannya yang semakin memburuk. Berkali-kali ia harus cuti dan istirahat demi
kesembuhan dirinya. Pada saat-saat sakit inilah Nietzsche sangat produktif dalam
menulis. Pada periode ini, ia menghasilkan banyak karangan yang dikemudian hari
tergolong karya-karya terbaiknya. Prestasi Nietzsche ini sangat mengagumkan, karena
tahun 1879 merupakan tahun kelabu baginya. Keadaan ini memaksa Nietzsche
mengundurkan diri sebagai dosen.
Keempat, masa-masa pengembaraan dan kesepian. Sejak meninggalkan Basel,
hidup Nietzsche lebih banyak diwarnai dengan kesuraman dan kesepian. Ia lebih banyak
menyendiri dan selalu menghindari hal-hal yang menyangkut tanggung jawab social.
Dalam pengembaraannya Nietzsche sering ditemani oleh Elizabeth (saudarinya), Lou
Salome, dan Paul Ree. Sampai dengan tahun 1889, saat menderita sakit jiwa, Nietzsche
tidak dapat menghentikan kegiatannya untuk selalu merenung dan menulis. Pada saat-
saat “gila” inilah Nietzsche juga banyak melahirkan karya-karya besar.

B. Konsep pemikiran humanisme dan filosofis F.Nietzsche

Isu humanisme merupakan salah satu isu yang berkembang pasca perang dunia
pertama Faktor utama berkembangnya isu humanisme ialah tingginya tingkat kemiskinan
dan kematian manusia. Tingginya tingkat kemiskinan dan kematian didasari oleh
ketidakbebasan manusia untuk menentukan arah hidupnya secara mandiri. Akibatnya,
nilai-nilai kemanusiaan menjadi merosot. Implikasinya, manusia hidup dengan berbagai
kesengsaraan dan keterbatasan dari berbagai aturan yang dibebankan kepada dirinya
Manusia tidak dipandang berdasarkan eksistensinya, melainkan materi (sesuatu yang di
luar dirinya). Beberapa filsuf Barat, seperti Friedrich Nietzsche dalam karya Human All
too Human menjelaskan kehendak manusia merupakan sesuatu mendasar dalam
kehidupannya dan Jean Paul Sartre menempatkan konsep humanis sebagai diskursus
serius dalam sistem filsafatnya untuk mengkritisi praktik dehumanis- lawan dari kata
humanis.
Konsep humanis di abad pertengahan diadopsi dan diperbaharui di abad
pencerahan (abad 16-17). Beberapa fiilsuf, seperti Rene Descartes, Spinoza, dan Leibniz
mengkaji konsep humanis melalui pendekatan rasionalis. Rene Descartes dalam sistem
filsafat rasionalis menjelaskan akal manusia merupakan parameter kebenaran yang
membimbing manusia untuk mencapai kesadaran eksistensi di realitas Semakin manusia
menggunakan akalnya, semakin manusia mencapai kebenaran. Kebenaran akan
membimbing manusia untuk mengetahui hakikat dan asas dirinya. Penawaran Descartes
dan para filsuf rasionalisme menyebabkan manusia mulai mengabaikan aspek keagamaan
dengan merujuk akal sehat. Penawaran para filsuf abad pencerahan dikembangkan oleh
filsuf modern (abad 19-20), seperti Jean Paul Sartre dan Friedrich Nietzsche yang
memahami konsep humanis merupakan kebebasan manusia. Kebebasan merupakan
sesuatu yang nyata bagi kehidupan manusia. Setiap manusia mengharapkan sebuah
kebebasan untuk menentukan cara mereka berada tanpa adanya pengaruh di luar dirinya.

Jean Paul Sartre dan Friedrich Nietzsche memandang eksistensi manusia


merupakan asas dasar yang tidak bergantung pada sesuatu, seperti agama dan akal.
Penawaran Jean Paul Sartre dan Friedrich Nietzsche mempengaruhi paradigma
masyarakat modern dalam memandang asas dan nilai-nilai kemanusiaan dirinya. Umat
manusia bertindak secara bebas untuk mengaktualkan eksistensinya tanpa dibatasi oleh
berbagai sesuatu di realitas.
Roman Also Sprach Zarathustra selain mengungkapkan pemikiran-pemikiran
filosofis Nietzsche juga mengungkapkan kritik Nietzsche mengenai bahasa. Kritik bahasa
yang dibahas terutama mengenai gramatika. Kritik bahasa yang disampaikan olehnya
merupakan bagian dari isi filsafat postmodern. Pengamatan dan penelitian yang telah
dilakukan selama ini membuktikan bahwa pemikiran filosofis Nietzsche dalam roman
Also Sprach Zarathustra terbagi dalam beberapa tema dan kritik bahasa terdapat dalam
beberapa tema tersebut. Pemikiran filosofi Nietzsche yang terbagi dalam 5 tema pokok
pemikiran, yaitu Der Wille zur Macht (Kehendak untuk Berkuasa), Übermensch
(Adimanusia), Nihilismus (Nihilisme), die ewige Wiederkehr des Gleichen (Kembalinya
Sesuatu yang sama yang abadi), Der Gott ist Tot (Tuhan Telah Mati). Kelima pokok
pemikiran ini didapatkan dari buku-buku karya Nietzsche yang lain contohnya
Fröhlichen Wissenschaft, Ecce Homo, Mörgenrote dan Der Antichrist. Buku-buku
tersebut dibaca kemudian disimpulkan pokok pikiran yang ada pada masing-masing
buku.
Buku Der Wille zur Macht (Kehendak untuk Berkuasa) Kehendak untuk berkuasa
adalah gagasan filsafat yang pertama atau yang tercetus ketika permulaan Nietzsche
menjadi seorang filsuf. Gagasan ini diinspirasi oleh Schopenhauer. Gagasan
Schopenhauer yang menginspirasi kehendak untuk berkuasa adalah Das Ding an Sich.
Gagasan inilah yang membuat Nietzsche mencari apa yang sesungguhnya ada di dalam
manusia. Nietzsche menemukan bahwa yang membuat manusia menjadi apa yang
manusia itu harapkan, bukan disebabkan oleh kepandaian kekayaan atau jabatan.
Manusia mampu mewujudkan cita-citanya karena Das Ding an Sich manusia yang
berupa Der Wille zur Macht (Kehendak untuk Berkuasa) (Sunardi, 92-95:2006).

Nietzsche mulai mempelajari filsafat setelah ia membaca karya Schopenhauer,


karena itu dapat dikatakan bahwa Schopenhauer berpengaruh besar terhadap pemikiran
filsafat Nietzsche. Baik Schopenhauer maupun Nietzsche memiliki pandangan yang
sama, keduanya mendasarkan filsafat pada “kehendak”. Meskipun demikian terdapat
perbedaan yang tegas tentang penerapan konsep ini dalam kehidupan manusia. Jika
Schpopenhauer mendasarkan kehidupan manusia pada kehendak untuk hidup (Wille zur
Leben), maka Nietzsche mendasarkan kehidupan manusia pada kehendak untuk berkuasa
(Wille zur Macht) (Endang Daruni, tt.: 7). Bagi Nietzsche, kemauan untuk berkuasa
merupakan motif dasar tindakan manusia dan juga merupakan titik pusat dalam
memahami etika. Nietzsche menegaskan bahwa pengetahuan merupakan alat untuk
mencapai kekuasaan. Kemauan untuk mendapatkan pengetahuan, atau kemauan untuk
tahu, tergantung pada besar atau kecilnya kemauan untuk berkuasa. Tujuan untuk
mendapatkan pengetahuan bukanlah semata-mata untuk tahu dalam arti kebenaran
mutlak, tetapi untuk tujuan berkuasa.

1. Filsafat yang dibawa F.Nietzsche

Menurut Nietzsche kehendak untuk kuasa adalah cara pandang manusia terhadap
realitas. Kehendak untuk kuasa lebih di arahkan pada penguasaan atau dominasi terhadap
dirinya sendiri. Artinya kehendak merupakan tegangan yang bersifat plural dan kaotis di
dalam kebertubuhan manusia. Dapat pula dikatakan bahwa kehendak adalah suatu
pengkataan yang terlambat. Atau representasi terhadap sesuatu yang tidak dapat
terkatakan. Seperti dalam potongan karyanya yang berjudul Beyond Good and Evil
paragraf 19, Nietzsche menulis,

‘’Pertama-tama, bisa dikatakan bahwa semua tidakan kehendak mengandungi di


dalamnya pluralitas sentimen. Jadi, haruslah diingat bahwa yang menyusun kehendak
adalah sebuah sentimen, atau lebih baik lagi sebuah agregat sentimen-sentimen. Yang
kedua, haruslah diingat bahwa di situ juga ada pemikiran, karena semua kegiatan
kehendak mengandungi di dalamnya ada sebuah pemikiran yang memerintahnya. Yang
ketiga, kehendak bukan hanya kumpulan sentimen dan pemikiran, tetapi lebih dari itu ia
adalah sebuah gerak affektional.”
Pengetahuan merupakan salah satu wujud nyata dari kehendak untuk berkuasa.
Nietzsche menyatakan bahwa pengetahuan merupakan suatu alat untuk mencapai
kekuasaan. Kehendak untuk mendapatkan pengetahuan, atau kehendak untuk tahu,
tergantung akan besar kecilnya kehendak untuk berkuasa. Tujuan mendapatkan
pengetahuan bukanlah semata-mata untuk tahu, dalam arti menguasai kebenaran dari
suatu ilmu, tetapi juga untuk tujuan kebenaran.

Antara tahun 1800-an hingga 1900 Masehi negara-negara barat sedang


mengalami puncak revolusi. Revolusi yang terjadi di negara-negara barat ditandai dengan
perkembangan teknologi yang berkembang dengan pesat, sehingga wajar apabila pada
tahun-tahun ini disebut dengan era modern. Ketika era modern berlangsung, filsafat
berkembang mengarah pada kekuatan rasio. Hampir seluruh filsuf barat mendewakan
rasio sebagai dalil-dalil dalam filsafatnya. Nietzsche adalah tokoh pertama yang sudah
menyatakan ketidakpuasannya terhadap dominasi atau pendewaan rasio pada tahun
1880-an. Melihat dari pernyataan ketidakpuasannya terhadap pendewaan rasio maka
Nietzsche dikatakan sebagai tokoh pertama filsafat dekonstruksi dan karena Nietzsche
mengkritik teori-teori filsafat modern, maka Nietzsche juga dikenal dengan tokoh atau
filsuf Postmodern.
2. Pengaruh filsafat Nietzsche
Nietzsche adalah pemikir yang sangat produktif. Karyanya mulai dari yang
bernuansa sastra yang tinggi hingga berkadar filsafat yang kritis. Sampai hari ini, tulisan
Nietzsche diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, dalam jumlah oplah yang besar.
Tulisan Nietzsche yang ditulis dalam bentuk karya sastra mudah untuk dibaca. Filsafat
Nietzsche tidak dapat dimasukkan hanya dalam satu aliran tertentu saja, filsafatnya
mewakili satu corak yang dapat diberi bermacam nama, seperti individualisme, vitalisme,
voluntarisme, dan eksistensialisme. Sebagai filsuf yang bercorak eksistensialisme,
pemikiran Nietzsche penting untuk memahami para filsuf eksistensialisme, seperti
Heidegger, Sartre, dan Camus.
Filsafat Nietzsche merupakan filsafat yang telah menyemai pemikiran kontemporer,
khususnya pemikiran yang bersifat anti humanis, seperti yang tampak dalam karya
Michael Foucault. Untuk memahami kritik filsafat kontemporer terhadap modernisme,
sangat penting memahami pengaruh Foucault dalam teori sosial kontemporer, karena
Foucault yang melalui sejumlah penelitian tentang berbagai wacana seperti psikologi,
seksualitas, menantang kaum rasionalis tentang sistem kekuasaan modern.
Filsafat Barat kontemporer ditandai oleh keyakinan yang berlebihan atas
kemungkinan penggunaan bahasa literal yang dalam kenyataannya banyak sekali
mengalami benturan dan menimbulkan banyak persoalan. Gelombang kebangkitan
pembicaraan tentang metafor dan retorika dalam filsafat kontemporer muncul sebagai
akibat dari benturan itu. Nietzsche pada abad sebelumnya telah menampilkan juga
kekuatan metafor dalam filsafatnya.
Filsafat Barat kontemporer terutama sebagaimana terlihat dalam filsafat post-
modernisme, ditandai dengan relativisme. Istilah “relativis” identik dengan para filsuf
yang sepakat dengan sabda Nietzsche tentang “kebenaran” yang diartikan sebagai
keinginan untuk menjadi pemilik dari multisiplitas sensasi

BAB III
Kesimpulan

Nietzsche adalah filsuf abad ke-19 yang pengaruhnya terhadap perkembangan filsafat Barat
Kontemporer paling luas cakupannya. Filsafat Nietzsche tidak hanya mempengaruhi para
pemikir eksistensialisme, ia juga mempengaruhi para pemikir yang

disebut dengan aliran filsafat Postmodernisme. Terhadap aliran filsafat eksistensialisme,


pengaruh pemikiran Nietszche tampak pada tema “kebebasan” yang menjadi kata kunci para
filsuf eksistensialisme. Sedangkan terhadap aliran filsafat postmodernisme, pengaruh pemikiran
Nietzsche tampak pada tema nihilisme dan pluralisme.

Isu humanisme merupakan salah satu isu yang berkembang pasca perang dunia pertama Faktor
utama berkembangnya isu humanisme ialah tingginya tingkat kemiskinan dan kematian
manusia. Roman Also Sprach Zarathustra selain mengungkapkan pemikiran-pemikiran filosofis
Nietzsche juga mengungkapkan kritik Nietzsche mengenai bahasa. Kritik bahasa yang dibahas
terutama mengenai gramatika. Kritik bahasa yang disampaikan olehnya merupakan bagian dari
isi filsafat postmodern.

Nietzsche adalah filsuf abad ke-19 yang pengaruhnya terhadap perkembangan filsafat Barat
Kontemporer paling luas cakupannya. Filsafat Nietzsche tidak hanya mempengaruhi para
pemikir eksistensialisme, ia juga mempengaruhi para pemikir yang

disebut dengan aliran filsafat Postmodernisme. Terhadap aliran filsafat eksistensialisme,


pengaruh pemikiran Nietszche tampak pada tema “kebebasan” yang menjadi kata kunci para
filsuf eksistensialisme. Sedangkan terhadap aliran filsafat postmodernisme, pengaruh pemikiran
Nietzsche tampak pada tema nihilisme dan pluralisme.

Nietzsche yang meninggal di penghujung abad ke-19 tahun 1900, sering dilawan dengan cara
membabi buta. Akibatnya, banyak para pengkritiknya mengabaikan nilai positif yang terdapat
dalam pemikiran filosofis yang telah diwariskannya. Warisan terpenting dari filsafat Nietzsche
adalah sikap kritisnya terhadap berbagai kemapanan filosofis abad modern. Kritik terhadap ini
pulalah yang kemudian menjadi ciri filsafat Barat Kontemporer, khususnya pada aliran filsafat
postmodernisme.
Daftar Pustaka

 JURNAL PENGARUH FILSAFAT NIETZSCHE TERHADAP PERKEMBANGAN FILSAFAT BARAT


KONTEMPORER Oleh: Misnal Munir
 F. Nietzsche, Beyond Good and Evil, Terj. Basuki Heri Winarno, Beyond Good and Evil: Prelude Menuju Filsafat
Masa Depan (Yogyakarta: Ikon Teralitera, 2002)
 A n - N u r : J u r n a l S t u d i I s l a m . V o l . 1, N o . 2, F e b r u a r i 2 0 0 5, FILSAFAT EKSISTENSIAL
NIETZSCHE DAN WACANA AGAMA:STUDI FILSAFAT NIETZSCHE DAN KONTRIBUSINYA DALAM
DEKONSTRUKSI WACANA AGAMA Muhammad Roy Purwanto
 Kalimah: Jurnal Studi Agama-Agama dan Pemikiran Islam DOI : http://dx.doi.org/10.21111/klm.v18i1.4009 /konsep
Humanisme Spiritual dalam Filsafat Mulla Sadra : oleh Nurul Khair Ahlul Bait International University, Tehran-Iran
Email: nurulkhair97@gmail.com
 Mohammed Bidhendi, Causation According to Hume and Allamah Tabataba’I (Tehran: SIPRIn Publication, 1999)
 Skripsi PEMIKIRAN-PEMIKIRAN FILOSOFIS W. F. NIETZSCHE DALAM ROMAN ALSO SPRACH
ZARATHUSTRA : SEBUAH KAJIAN FILSAFAT POSTMODERN
 Hamersma, H., 1983, Tokoh-Tokoh Filsafat Barat Modern,PT
Gramedia, Jakarta.
 Turner, B.S., 2000, Teori-Teori Sosiologi Modernitas

 Posmodernitas, diterjemahan oleh Imam Baehaqi dan


Ahmad Baidlowi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
 Sugiharto, Bambang, I., 1996, Postmodernisme:Tantangan Bagi
Filsafat, Kanisius, Yogyakarta
 Rorty, R., 2002, Relativisme: Menemukan dan Membuat, dalam
Jozef Niznik & John T. Sanders (Eds), “Memperdebatkan
Status Filsafat Kontemporer”terjemahan Elli Al-Fajri, Qalam, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai