Disusun Oleh
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan masalah
1. Pengertian dan Sejarah Empirisme
2. Pengertian dan Sejarah Positivisme
Bab II
PEMBAHASAN
Kata empiris berasal dari kata yunani empieriskos yang berasal dari kata
empiria, yang artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia memperoleh
pengetahuan melalui pengalamannya. Dan bila dikembalikan kepada kata yunaninya,
pengalaman yang dimaksud ialah pengalaman inderawi. Manusia tahu es dingin
karena manusia menyentuhnya, gula manis karena manusia mencicipinya.
Mengenai empirisme. David Hume yang juga sebagai tokoh fisafat Barat yang
mengembangkan filsafat empirisisme Locke dan Barkley secara konsekuen. Menurut
David Hume sendiri, manusia tidak membawa pengetahuan bawaan dalam hidupnya.
Sumber pengetahuannya dari pengamatan-Pengamatan memberikan dua hal yaitu :
1
Muliadi M.Hum, filsafat umum , Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung,juli 2020 hal 76
2
Dr.Kasno,filsafat agama,alpha, desember 2018 surabaya,hal 52
menggunakan alat ukur misalnya meteran, untuk mengukur berat menggunakan
neraca atau timbangan misalnya kiloan . Dan dari itulah kemajuan sains benar benar
dimulai. Kebenaran diperoleh dengan akal dan didukung oleh bukti empirisnya. Dan
alat bantu itulah bagian dari aliran positivisme. Jadi, pada dasarnya positivisme
bukanlah suatu aliran yang dapat berdiri sendiri. Aliran ini menyempurnakan
empirisme dan rasionalisme.
Positivisme adalah aliran filsafat ilmu pengetahuan yang muncul pada abad ke-
17 yang merupakan elaborasi oleh Francis Bacon dari aliran empirisme yang telah
dikembangkan sebelumnya oleh Galileo dan rekan-rekannya.
Positivisme diterima secara umum pada abad ke-17 dan mengalami prestasi
dengan munculnya revolusi sains di Inggeris. Bacon sendiri bertujuan meyakinkan
“peluasan kerajaan manusia” dan mencapai “segala sesuatu menjadi mungkin”. Tuhan
secara perlahan terlepas dari konteks persoalan masyarakat melalui revolusi sains itu,
yang memberi kesadaran bahwa manusia mampu menciptakan kemajuan duniawi
yang tidak perlu dinikmati di alam akhirat.3
Menurut Auguste Comte, sejarah manusia itu meningkat dari tingkatan pertama
yang dilakukan tingkatan keagamaan kepada tingkatan yang kedua yang dikatakan
tingkatan Metafisik dan akhirnya sampai kepada tingkatan yang ketiga yang
dinamakan tingkatan Positif, yaitu tingkatan pengetahuan (sains) yang didalamnya
manusia tidak lagi suka memikirkan apa yang tak dapat mereka cobakan, akan tetapi
manusia membatasi dan mendasarkan pengetahuannya kepada apa yang dapat dilihat
(observable), apa yang dapat diukur (measurable) dan dapat dibuktikan (verifiable). 4
3
Darwis. A Soelaiman, filsafat ilmu pengetahuan, bandar publishing,september 2019 ,hal 78-79
4
M.Rasjidi filsafat agama (jakarta,bulan bintang 2002) hal133
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Daftar Pustaka