Anda di halaman 1dari 5

SOAL UTS MBPWD FDIK UIN IB PADANG

KELAS MD.B SMT: V TA 2021-2022


PROGRAM STUDI MHU

Nama : Rindi Septiana Widia Dosen PMK : 1. Dr..H. Japeri Jarab,MM


2. Drs.H. Efrizal Syarif, M.Pd
NIM : 1912030075
Hari /Tanggal : Sabtu 16 Oktober 2021
Lokal : MD. B

Petunjuk Ujian
1. Baca, fahami seluruh soal, dan jawablah sesuai petunjuk soal
2. Jawaban diketik rapi, bersih, dan dikirim (format word) ke WA Dosen Pembimbing
3. Peserta Ujian wajib mengisi daftar hadir melalui list absen WA group
4. Peserta Ujian wajib mematuhi tata tertib ujian

Soal UTS (Open Book)

1. Coba Saudara jelaskan bagaimana manajemen pengelolaan wisata keagamaan (Ziarah) di


Arab Sudi terhadap jemaah haji dan jemaah umrah oleh Penyelenggara Perjalanan Ibadah
Umrah (PPIU).
Jawaban :
Perjalanan ibadah haji, umrah, atau ziarah ke Masjid Nabawi dilarang menggunakan istilah
wisata religi. Istilah wisata religi, memang sering dipakai dalam paket-paket
penyelenggaraan ibadah umrah dan haji khusus. Istilah ini biasanya dikonotasikan dengan
kunjungan ke tempat-tempat yang memiliki sejarah dalam dakwah Islam.

Seperti pada umunya, tapi karena padamasa pandemi ini maka menyiapkan pengaturan
pelaksanaan umrah bagi jemaah umrah Indonesia. mempersiapkan keberangkatan
jamaahnya, khususnya mereka yang telah mendaftar dan membayar biaya umrah di PPIU,
PPIU melakukan pendataan terhadap jemaah tertunda, khususnya terkait dengan
pelaksanaan vaksinasi dosis lengkap yang menjadi persyaratan untuk melaksanakan ibadah
umrah.

2. Menurut Undang-Undang No.8 tahun 2019 , tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan
Umrah tentang bimbingan manasik haji dan umrah.
a. Siapa yang bertanggungjawab terhadap bimbingan jemaah haji dan bagaimana pola
bimbingan yang diberikan.
Jawaban :
Yang bertanggung jawab yaitu pemerintah. Sebagaimananyang terdapat pada ayat 1
yang dilaksanakan oleh menteri. engubah pola fikir (mindset)dan pola tindak
(cultureset) pengambil kebijakan dan para pembimbing dari kondisi sekarang yang
dirasa belum efektif menuju pada keadaan yang diinginkan di masa depan, yaitu jemaah
mandiri, merupakan keharusan. Oleh karena itu suatu keniscayaan peningkatan dan
penyempur naan pola bimbingan secara terus menerus & berkelanjutan dilakukan,
sesuai dengan kondisi dan situasi yang berkembang. Sejalan dengan itu bimbingan
terhadap jemaah haji dalam bentuk perorangan, kelompok dan massal hendaknya
diarahkan dalam rangka membentuk jemaah haji mandiri. Akan tetapi bimbingan yang
dilakukan saat ini di Kecamatan, Kabupaten/ Kota, Propinsi maupun di Pusat, masih
secara tradisional melalui tatap muka dengan hasil kurang efektif.

b. Siapa yang bertanggungjawab terhadap bimbingan jemaah umrah dan kekentuan


bimbingannya seperti apa
Jawaban :
Yang bertanggung jawab adalah pemerintah. Pelayanan bimbingan dan pendampingan
KBIHU tergambar dalam cakupan mulai dari pelaksanaan bimbingan haji tambahan di
tanah air, maupun bimbingan pembekalan, hingga bimbingan lapangan di Arab Saudi,
dan pelayanan konsultasi informasi dan kasus-kasus di dalam negeri dan di Arab Saudi.
Untuk kemudian menumbuh-kembangkan rasa percaya diri dalam penguasaan ilmu
manasik haji. Keabsahan, kesempurnaan ibadah haji yang dibimbingnya. Akhirnya
dapat menjadi jemaah haji yang mandiri.

3. Dilihat dari tujuan dari Penyelenggaraan Ibadah haji memberikan pembinaan,pelayanan,


perlindungan, kemandirian dan ketahanan kepada jemaah haji. Coba Saudara jelaskan apa
dimaksud hal tersebut. Jawaban saudara disertai dengan memberikan contoh.
Jawaban :
Pembinaan ibadah haji merupakan serangkaian kegiatan meliputi penyuluhan dan
pembimbingan jemaah haji. Bimbingan jemaah haji dilakukan sejak sebelum
keberangkatan, selama dalam perjalanan dan selama di Arab Saudi. Seperti bagi jamaah
yang tingkat pendidikannya dan pengalaman traveling rendah, maka program bimbingan
akan lebih banyak diarahkan tentang traveling. Dengan demikian, sesi pertemuan disusun
untuk mengakomodir kebutuhan masing-masing. Jika manasik yang lemah, maka sesi
manasik yang akan diperbanyak.

Tujuan dari pelayanan yaitu untuk kenyamanan para jemaah haji dalam menjalankan
ibadahnya. Sehingga mereka bisa beribadah dengan khusuk, aman dan nyaman. Dan hal ini
juga berdampak baik nantinya jika biro/lembaga lainnya bisa memberikan pelayanan yang
baik kepada jemaah karena secara tidak langsung jemaah akan mempromosikan lembaga
tersebut kepada kerabat-kerabatnya.

Memberikan perlindungan, kemandirian dan ketahanan kepada jemaah haji bertujuan agar
jemaah haji dan umrah sehingga dapat menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan
syari'at, dan mewujudkan kemandirian dan ketahanan dalam Penyelenggaraan Haji dan
Umrah.
4. Coba Saudara uraikan serara ringkas sejarah perkembangan perhajian di Indonesia:
a. Pada masa awal Islam masuk ke Indonesia.
Jawaban :
Agama Islam telah masuk ke Indonesia sejak lebih dari 10 abad yang lalu. Disinyalir,
Islam diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia melalui perdagangan. Menurut data
dari Kementerian Agama RI, sejak abad 19 akhir, sudah ada jemaah haji Indonesia yang
berangkat ke Tanah Suci. Meskipun dengan fasilitas transportasi yang seadanya dan
jauh lebih tidak nyaman dibanding saat ini, jemaah haji pada saat itu tetap melanjutkan
perjalanannya. Kebanyakan dari mereka pergi menggunakan kapal dagang, dengan
memakan waktu berbulan-bulan untuk tiba di Mekah. Ketika Indonesia masih berada di
dalam kekuasaan pemerintah kolonial Belanda, sempat terjadi pembatasan untuk umat
Muslim Indonesia berangkat haji, yakni pada tahun 1825, 1827, 1831, dan 1859.
Pembatasan tersebut muncul lantaran banyaknya kasus perlawanan terhadap
pemerintahan yang berasal dari golongan haji.

b. Pada masa Penjajahan


c. Pada masa awal kemerdekaan.
Jawaban :
Setelah Indonesia mengumumkan kemerdekaannya, secara otomatis pengaturan haji di
bawah kendali pemerintahan yang baru. Pada tahun 1950-1962, penyelenggaraan haji
dilaksanakan secara bersama-sama oleh Pemerintah dan Yayasan Perjalanan Haji
Indonesia (YPHI) yang didirikan tanggal 21 Januari 1950 dengan pengurusnya terdiri
dari para pemuka Islam dari pelbagai golongan. Pada tahun 1962-1964 pemerintah
membentuk dan menyerahkan penyelenggaraan haji Indonesia kepada Panitia Perbaikan
Perjalanan Haji (P3H). Seiring berjalannya waktu terjadi pembenahan sistem
pemerintahan yang berpengaruh pula terhadap penyelenggaraan haji. Yakni, dengan
dibentuknya Departemen Agama (Depag). Selanjutnya struktur dan tata kerja organisasi
Menteri Usaha haji, dan tugas penyelenggaraan ibadah haji di bawah wewenang
Direktur Jenderal Urusan Haji, termasuk besarnya biaya, sistem manajerial dan bentuk
organisasi yang kemudian ditetapkan dalam keputusan Dirjen Urusan Haji Nomor 105
tahun 1966.
Pada masa reformasi, pemerintah membuat aturan baru yang diejewantahkan dalam
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1999. Isinya adalah penyelenggaraan ibadah haji
bertujuan untuk memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan yang sebaik-
baiknya melalui sistem dan kepengurusan penyelenggaraan yang baik, agar
perlaksanaan ibadah haji dapat berjalan dengan aman, tertib, lancar, dan nyaman sesuai
dengan tuntutan agama, serta jamaah haji dapat melaksanakan ibadah secara mandiri
sehingga memperoleh haji mabrur. Dengan berbagai pertimbangan, pemerintah
kemudian merevisi UU nomor 17/1999 dengan UU nomor 13/2008 yang menegaskan
bahwa Pemerintah dalam hal ini Depag masih menjadi Operator penyelenggaraan
ibadah haji Indonesia. Hal itu tertuang jelas dalam Pasal 10 ayat (1) yang berbunyi
“Pemerintah sebagai penyelenggara Ibadah Haji berkewajiban mengelola dan
melaksanakan Penyelenggaraan Ibadah Haji.”

d. Pasa orde lama dan order baru


Jawaban :
Pada era Orde Lama, animo umat Islam yang menunaikan ibadah haji tidak pernah
surut, bahkan cenderung meningkat walaupun biaya yang ditetapkan oleh pemerintah
selalu meningkat setiap tahunnya. Jemaah haji saat itu yang mencapai puluhan ribu
orang diberangkatkan dengan kapal laut yang membutuhkan waktu lebih dari satu bulan.
Hanya sebagian kecil atau sekitar 2 persen yang menggunakan pesawat terbang yang
ongkosnya dua kali lipat lebih mahal.

Mulai tahun 1966, penguasa Orde Baru membenahi berbagai sistem penyelenggaraan
negara. Salah satu yang dibenahi adalah lembaga penyelenggara haji dengan
dibentuknya Direktur Jenderal Urusan Haji di bawah Departemen Agama. Direktorat itu
mengurusi penyelenggaraan haji, termasuk besarnya biaya dan sistem manajerialnya.
Pada tahun 1970, pemerintah menjalin hubungan kerja sama dengan Arab Saudi terkait
penyelenggaraan haji. Dalam rangka mengefisienkan pelaksanaan penyelenggaraan haji,
mulai tahun 1970 pemerintah tidak lagi menetapkan biaya haji dengan kapal laut karena
moda transportasi itu mulai ditinggalkan jemaah haji dan dinilai tidak efisien, selain
banyak persoalan perjalanan haji lewat laut. ONH pun tak lagi ditetapkan oleh Menteri
Agama, tetapi langsung oleh presiden.

e. Pada masa sekarang


Jawaban :
Walaupun penyelenggaraan umrah dijalankan dengan sistem P (private) to P (private),
artinya kerjasama bisnis antara perusahaan swasta (travel), Penyelenggara Perjalanan
Ibadah Umrah (PPIU) di Indonesia dan pihak Muasasah di Arab Saudi, namun dalam
situasi pandemi Covid-19, manajemen penyelenggaraannya perlu diatur dan diperkuat
oleh pemerintah. Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia, telah
menerbitkan Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 719 Tahun 2020 tentang
Pedoman penyelenggaraan perjalanan ibadah umrah pada masa pandemi corona virus
disease 2019. Dalam KMA tersebut, pada persyaratan Jemaah disebutkan bahwa jemaah
dapat diberangkatkan setelah memenuhi persyaratan yaitu: usia sesuai ketentuan
pemerintah Arab Saudi, tidak memiliki penyakit penyerta (co-morbid), menandatangani
surat pernyataan tidak akan menuntut pihak lain atas risiko yang timbul akibat Covid-19
dan adanya bukti bebas Covid-19 yang dibuktikan dengan asli hasil Polimerase Chain
Reaction/swab test yang dikeluarkan oleh rumah sakit atau laboratorium yang sudah
terverifikasi oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan. Persyaratan mengenai tidak memiliki penyakit penyerta (co-morbid), wajib
memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan. Maksud dari ketentuan tersebut adalah, Jemaah yang
hendak melaksanakan umrah sebaiknya tidak memiliki penyakit co-morbid yang dapat
memperberat/memperparah kondisi sakitnya jika terinfeksi virus Sarscov-2. Penyakit
yang dapat memperberat kondisi Jemaah jika terinfeksi virus dikenal dengan istilah co-
morbid. Contoh penyakit co-morbid antara lain adalah hipertensi berat, jantung stadium
lanjut, gangguan ginjal kronis terutama dengan hemodialis dan diabetes melitus tidak
stabil, penyakit paru obtruksi menahun, serta penyakit degeneratif berat lainnya.
Pandemi Covid-19 telah memaksakan adanya perubahan perilaku dalam mengerjakan
prosesi ibadah haji-umrah yaitu melalui penerapan protokol kesehatan. Protokol
kesehatan dalam berhaji-umrah harus dilaksanakan di setiap tahapan dan tempat
pelaksanaan, mulai dari Indonesia, di Saudi dan saat Kembali ke Tanah Air. Dalam
situasi pandemi, jemaah haji-umrah wajib mengetahui dan mengenal gejala dan upaya
pencegahan Covid-19. Manajemen haji-umrah di masa pandemi tidak bisa dilepaskan
dengan sistem laboratorium pemeriksaan PCR dan juga sistem pemberian vaksinasi
Covid-19 jika vaksinasi sudah tersedia.

5. Jelaskan apa yang Saudara ketahui tentang:


a. KBIH
Jawaban :
KBIH atau Kelompok Bimbingan Ibadah Haji yaitu lembaga sosial keagamaan
(yayasan) berbadan hukun, yang mendapatkan izin dari kementerian agama untuk
menyelenggarakan bimbingan (manasik) kepada jemaah haji.

b. PPIU dan PIHK


Jawaban :
PPIU atau sertifikasi penyelenggara perjalanan ibadah umroh merupakan skema
sertifikasi yang di bentuk oleh Kemenag RI bekerja sama dengan Komite Akreditasi
Nasional (KAN). Atau Biro perjalanan wisata yang telah mendapatkan izin dari Menteri
Agama untuk menyelenggarakan perjalanan ibadah
umrah. Sertifikasi PPIU adalah Proses yang berkaitan dengan pemberian sertifikat yang
menyatakan bahwa PPIU telah dievaluasi dan dinyatakan memenuhi kriteria PPIU untuk
klasifikasi yang telah ditetapkan. PIHK atau Penyelenggara Ibadah Haji Khusus adalah
badan hukum yang memiliki izin dari Menteri untuk melaksanakan Ibadah Haji khusus.
Penyelenggaraan Ibadah Haji yang dilaksanakan oleh Penyelenggara Ibadah Haji
Khusus dengan pengelolaan, pembiayaan, dan pelayanannya bersifat khusus.

c. Masya’ir
Jawaban :
Masya’ir adalah sebutan untuk hari-hari pada puncak ibadah haji yang meliputi ibadah
wukuf di Arafah, mabit di Mudzalifah dan melontar jumrah di Mina.

d. Safa Marwa
Jawaban :
Shofa dan Marwah adalah dua bukit yang terletak di Masjidil Haram di Mekah, Arab
Saudi tempat melaksanakan ibadah sa'i dalam ritual ibadah haji dan umrah. Shafa ke
Marwah, dua bukit di dekat Masjidil Haram yang sekarang menjadi bagian masjid yang
sudah diperluas. Keduanya adalah tempat ibadah sa'i, yaitu berlari-lari kecil dari bukit
shafa ke bukit marwah 7x, dengan catatan shafa-marwah dihitung putaran pertama,
marwah-shafa dihitung putaran kedua. Tempai ini adalah tempat yang mustajab untuk
berdoa, memperbanyak doa di sini sangat dianjurkan bagi umat manusia yang beragama
Islam.

e. Miqat
Jawaban :
Miqat adalah batas waktu dan tempat bagi dimulainya ibadah haji. Apabila melintasi
miqat, seseorang yang ingin mengerjakan haji perlu mengenakan kain ihram dan
memasang niat. Miqat digunakan dalam melaksanakan ibadah haji dan umrah. Ada
Miqat Zamani (batas waktu) dan ada pula Miqat Makani (batas letak tanah). Miqat
Zamani berkaitan dengan waktu pelaksanaan ibadah seperti dari bulan Syawal hingga
bulan Dzulhijjah. Sementara Miqat Makani terdapat beberapa lokasi yang menjadi pintu
atau titik awal memulai ibadah tersebut.

Diketahui Oleh Padang, Oktober 2021


Ketua Prodi S-1 Dosen Pengampu MK
Manajemen Dakwah Islam (MDI)
dto dto
H. Abdul Manan, MA 1. Dr.H. Japeri Jarab, MM.
NIP: 196902251998031001 NIP: 196009011992031002
2. Drs.H. Efrizal Syarif, M.Pd
NIP: 196408252003021001

SELAMAT BEKERJA

Anda mungkin juga menyukai