BAB I
PENDAHULUAN
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran Kementerian Agama dalam mengawasi,
mengkoordinasikan penyelenggaran haji
2. Bagaimana mendukung penyelenggaraan ibadah haji di Takalar
E. Tinjauan pustaka
Penelitian sebelumnya telah mengidentifikasi beberapa aspek
penting dalam konteks ini. Kementerian Agama di Indonesia
bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan, mengawasi dan
mengelola berbagai aspek ibadah haji, termasuk pemilihan perusahaan
perjalanan haji, perencanaan dan koordinasi dengan otoritas haji di
Arab Saudi. Peran ini penting untuk memastikan jamaah haji
mendapatkan pengalaman ibadah haji yang aman dan bermakna.
Selain itu, kerja sama dengan otoritas haji di Arab Saudi menjadi
bagian penting dalam penyelenggaraan haji. Koordinasi yang efektif
adalah kunci keberhasilan dalam mengelola masuknya jemaah haji dari
berbagai negara. Kementerian Agama harus berperan penting dalam
menjaga hubungan baik dengan otoritas Saudi dan memastikan
peraturan Indonesia terkait haji dipatuhi dengan baik.
Pemantauan dan perlindungan jamaah haji juga menjadi prioritas
penting. Kementerian Agama harus memastikan fasilitas akomodasi
yang diberikan kepada jemaah haji memenuhi standar keamanan dan
kenyamanan. Selain itu, perlu adanya pengawasan yang ketat untuk
melindungi hak dan kesejahteraan jemaah haji sepanjang
perjalanannya.
Tantangan dalam penyelenggaraan ibadah haji juga menjadi hal
yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Hal ini mencakup terbatasnya
kuota haji, pemilihan agen perjalanan haji yang berkualitas rendah, dan
perubahan peraturan serta ketentuan yang mempengaruhi proses haji.
Kementerian Agama perlu mampu mengidentifikasi dan mengatasi
tantangan-tantangan tersebut.
7
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Pengertian umrah
Secara etimologi umrah berarti berziarah, sedangkan
menurut triminologi syariat berarti mengunjungi Baitullah untuk
beribadah kepada Allah dengan cara melakukan Tawaf dan Sa'i,
kemudian diakhiri dengan bercukur atau sekedar
mempertemukannya dan umrah ini juga dapat dilakukan kapan
saja. waktu. . (Dr.H. Johari, 2019)2
2
H.Johari, dan H. Johar Arifin, Tuntunan Manasik Haji dan Umrah (Yogyakarta:CV.Istana
Agency, 2019),hal.2.
9
3
H.Johari, dan H. Johar Arifin, Tuntunan Manasik Haji dan Umrah (Yogyakarta:CV.Istana
Agency, 2019),hal.2-3.
10
5) Wajib Haji
4
Muhammad Noor,”Humaniora dan Teknologi”.Haji dan Umrah. Vol.4.No.1,0ktober 2018.hal.39-
40
5
Retno Widyani dan Mansyur Pribadi, “Panduan ibadah haji dan umrah”. (Cirebon: swagati
press), hal. 8.
11
wajib haji adalah kegiatan yang harus dilakukan pada saat ibadah
haji, yang jika tidak dikerjakan, maka penunai haji harus membayar
dam (denda).
Ada 5 wajib haji yaitu:
a. Berihram di miqat
Calon haji harus memulai niatnya dan dari titik awal tempat
itu yang berniat melaksanakan haji/umrah sudah harus
memakai pakaian ihram. Yalamlam adalah tempat berihram
calon jamaah haji yang datang dari arah Indonesia bila ia
langsung akan menuju ke Makkah dan Bir Ali adalah tempat
berihram calon jamaah haji yang datang dari arah Indonesia
menuju ke Madinah terlebih dahulu.
b. Mabit di Muzdalifah
Mabit di Muzdalifah adalah menginap semalam di
Muzdalifah pada malam tanggal 9 Dzulhijjah. Waktunya
dikerjakan setelah wukuf di Arafah. 14 c. Mabit di Mina. Mabit
di Mina adalah bermalam selama 3-4 hari di suatu hamparan
padang pasir yang panjangnya sekitar 3,5 km. Waktunya adalah
malam tanggal 11, 12, dan 13 M.
c. Bermalam di Mina
Bermalam di mina dilakukan semalam penuh, yang boleh
dilakukan mulai sore hari sampai terbitnya fajar, dan juga boleh
bermalam paling sedikit 2/3 malam.
d. Melontar jumrah
Melontar jumrah adalah melempar batu pada sebuah tempat
yang diyakini untuk memperingati saat setan menggoda Nabi
Ibrahim agar tidak melaksanakan perintah Allah SWT untuk
menyembelih putranya, Nabi Ismail. Tanggal 10 Dzulhijjah
melontar jumrah aqabah dengan tujuh butir kerikil. Dan pada
hari-hari Tasyrik, yaitu 11, 12, dan 13 Dzulhijjah melontar
ketiga jumrah.
12
e. Thawaf wada’.
Thawaf wada’ adalah suatu penghormatan terakhir kepada
Baitullah. Thawaf wada’ merupakan tugas terakhir dalam
pelaksanaan ibadah haji dan ibadah umrah di Tanah Suci.6
6) Jenis haji
Dari cara pelaksanaan, ibadah haji tidak selalu terkait erat dengan
ibadah umrah. Dengan kata lain, ada haji mempunyai hubungan yang
tidak dapat dipisahkan dengan umrah, bahkan umrah merupakan satu
kesatuan dari ibadah haji, sehingga jika seseorang diwajibkan
melaksanakan haji berarti diwajibkan juga baginya untuk melakukan
umrah. Namun, pada kali yang lain umrah bisa terpisah sama sekali
dari ibadah haji, karena ibadah umrah dapat dilakukan diluar bulan-
bulan haji, seperti Ramadhan. Ada jenis pelaksanaan haji yang tidak
wajib disertai dengan umrah.
1) Haji Ifrad
Kata ifrad berarti menyendiri. Pelaksanaan ibadah haji
disebut ifrad, bila seseorang bermaksud menyendirikan, baik
menyendirikan ibadah haji maupun ibadah umrah; tidak melakukan
keduanya sekaligus. Jadi umrah hanya sebagai ibadah sunat saja.
Dalam pelaksanaannya, ibadah yang pertama dilakukan adalah
ibadah haji hingga selesai, kemudian baru ibadah umrah sampai
selesai. Oleh sebab itu, niat ketika ihram hanya untuk haji terlebih
dahulu; setelah selesai baru memasang niat untuk melakukan
ibadah umrah.
Jenis haji ini cukup sulit dilaksanakan bagi jamaah haji
Indonesia, khususnya yang tidak terbiasa mengenakan kain Ihram.
Sebab, semenjak jamaah tiba di Mekkah, mereka tidak boleh
6
H. Abdurachman Rochimi, Segala tentang Haji dan Umroh, h. 11
13
melepas kain Ihram hingga tiba hari raya Idul Adha atau setelah
pelontaran Jumrah Aqabah. Jamaah yang melaksanakan Haji Ifrad
ini, tidak diwajibkan membayar Dam.
Adapun niat untuk melaksakan ibadah haji tersebut adalah:
Artinya:
Ya Allah aku datang memenuhi panggilanmu dengan niat
haji.
Setelah niat dinyatakan, dianjurkan mengucapkan talbah
untuk haji. Bila pelaksanaan haji ibadah haji telah selesai,
seseorang langsung memasang niat berihram untuk melaksanakan
umrah, jika ingin melaksanakannya pada tahun itu juga.7
2) Haji Tamattu
Kata tamattu’ berarti bersenang-senang atau bersantai-santai. Bila
dikaitkan dengan ibadah haji, tamattu’ ialah melakukan ihram untuk
melaksanakan umrah di bulan-bulan haji. Setelah seluruh amalan
umrah selesai, langsung mengerjakan ibadah haji. Dinamakan haji
tamattu’, karena melakukan dua ibadah (umrah dan haji) dibulan-bulan
haji dalam tahun yang sama tanpa kembali ke negeri asalnya terlebih
dahulu.18 Pada umumnya, jamaah haji Indonesia yang mengerjakan
haji jenis ini terbagi atas dua kelompok.
Kelompok pertama adalah mereka yang menuju kota Madinah
terlebih dahulu. Kelompok ini tidak perlu mengenakan kain Ihram di
atas atau sebelum naik pesawat, karena ketika menuju ke Mekkah
mereka akan melewati Miqat Makani jamaah dari Madinah, yaitu Dzul
Hulaifah. Sedangkan kelompok kedua yaitu mereka yang langsung
menuju ke kota Mekkah. Kelompok ini seyogyanya mengenakan kain
Ihram di atas atau sebelum naik pesawat. Biasanya ketika akan melalui
7
Said Agil Husin Al Munawar,dan Abdul Halim, Fikih Haji menuntun Jamaah Mencapai Haji
Mabrur, h. 44-45
14
3) Haji Qiran
Kata qiran dapat diartikan dengan menyertakan atau
menggabungkan. Adapun dalam terminology fikih, haji qiran ialah
pelaksanaan ibadah haji dan umrah sekaligus dan dengan satu niat.
Niat tersebut berbunyi:
Artinya:
Ya Allah, aku datang memenuhi panggilanmu dengan niat haji dan
umrah.
Haji qiran banyak dipilih oleh jamaah yang waktunya terbatas.
Mereka umumnya tiba di Mekkah mendekati tanggal 9 Zulhijjah, yaitu
pada puncak ritual pelaksanaan ibadah haji. Pelaksanaan ibadah haji
dan umrah dilakukan sekaligus atau sekali jalan. Dengan demikian,
prosesi tawaf, sa’i, dan tahallul untuk haji dan umrah hanya dilakukan
satu kali atau sekaligus. Karena kemudahan itulah agaknya mereka
dikenakan dam, yaitu menyembelih seekor kambing atau bila tidak
mampu dapat berpuasa 10 hari. Niat untuk melaksanakan haji qiran
dilakukan setelah memakai pakaian ihram dan melaksanakan shalat
sunnah dua rakaat.
Menurut jumhur ulama, bagi jamaah yang melaksanakan haji
qiran, cukup melakukan tawaf ifadah tujuh kali putaran dan sa’i antara
bukit Shafa dan Marwah tujuh kali putaran untuk haji umrah sekaligus
8
H. Abdurachman Rochimi, Segala tentang Haji dan Umroh, h. 12
15
5) Seksi Administrasi Dana Haji dan Sistem Informasi Haji dan Umrah;
Mempunyai tugas melakukan penyiapa bahan kebijakan teknis,
pelayanan, bimbingan teknis, dan supervisi di bidang pengelolaan dan
administrasi keuangan operasional haji, data, dan sistem informasi haji dan
umrah.11
11
Kemenag.go.”Tugas dan Fungsi-Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah”.
(https://dki.kemenag.go.id/page/tugas-dan-fungsi-bidang-penyelenggaraan-haji-dan-umrah# ,
Diakses pada tanggal 15 oktober 2023 pukul 23.20)
18
12
Andi Baly.” Kepala Kemenag Takalar Bahas Skenario Pemberangkatan Haji”.(
https://sulsel.kemenag.go.id/daerah/kepala-kemenag-takalar-bahas-skenario-pemberangkatan-haji-
gqqgK , Diakses pada tanggal 15 oktober 2023 pukul 23.46)
13
Admin susel,” Bupati Takalar Lepas 264 Calon Jemaah Haji”.
(https://sulsel.kemenag.go.id/daerah/bupati-takalar-lepas-264-calon-jemaah-haji-0PSxm, Diakses
pada tanggal 15 oktober 2023.pukul 00.10)
19
14
Sondang P. Siagian, Sistem Informasi Manajemen (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 18
15
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2012 Mengenai
Penyelenggaraan Ibadah Haji reguler, h. 34
20
16
St Asri Mahasarah.” SISTEM REKRUTMEN PEMBIMBING IBADAH HAJI PERIODE 2019 DI
KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN TAKALAR”.
21
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
B. Pendekatan Penelitian
Penelitian yang dilakukan berada dalam lingkup wilayah penelitian
haji dan umrah, untuk itu peneliti menggunakan pendekatan sosiologi. Hal
ini karena objek dari penelitian ini banyak membahas tentang masalah
jamaah dan juga bagaimana cara mengatasi.
2. Analisis Dokumen
Data dan informasi mungkin diperoleh dari dokumen resmi
pemerintah atau lembaga terkait yang berisi peraturan dan regulasi
terkait Haji dan Umrah.
3. Referensi Agama
Penulis mungkin merujuk pada sumber-sumber agama Islam,
seperti Al-Quran dan Hadis, untuk mendapatkan panduan tentang tata
cara dan hukum ibadah Haji dan Umrah.
23
DAFTAR PUSTAKA
Retno Widyani dan Mansyur Pribadi, “Panduan ibadah haji dan umrah”.
(Cirebon: swagati press), hal. 8.
H. Abdurachman Rochimi, Segala tentang Haji dan Umroh, h. 11
Said Agil Husin Al Munawar,dan Abdul Halim, Fikih Haji menuntun Jamaah
Mencapai Haji Mabrur, h. 44-45