Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam yang harus
dilakukan umat Islam mempunyai kemampuan untuk melakukannya
(istatha'a), yaitu kemampuan fisik, moral, fisik dan ilmu. Kasus ini karena
haji sudah cukup ibadahnya sulit bagi umat Islam. Lokasi dan waktu
Penyelenggaraan ibadah haji yang telah ditentukan yaitu pada bulan haji
dan di Mekkah. Jadi persiapan, keuangan, dll.Kegiatan ritual sangat berat
secara fisik. Selain itu, tempat ini juga merupakan tanah suci bagi
masyarakat Indonesia adalah Makah dan Madinah, satu Area tersebut
perlu ditutupi dengan biaya dan dipersiapkan dengan baik.
Haji, tergantung bahasanya, disengaja Kunjungi Baitullah
(Ka'bah) untuk mengetahui mengagungkan Tuhan. Sedangkan menurut
hukum syariah,Haji sengaja mengunjungi Baitullah melakukan tawaf, sa'i,
wukuf di Arafah dan ibadah lainnya pada periode tertentu untuk
menanggapi panggilan dan harapan Tuhan mencapai kegembiraan-Nya
Memuja Haji ini merupakan perintah Allah dan termasuk di dalamnya
rukun Islam, kemudian umat Islam Mayoritas orang di Indonesia
termotivasi besar untuk melakukan itu. Karena itu minat masyarakat
terhadap praktik keagamaan Ziarah ini terus berkembang dari tahun ke
tahun. (sulaiman, 2014)1
Pada hakikatnya, tujuan pokok dari perjalanan haji dan umrah ada
tiga, yaitu:
1. Menunaikan ibadah haji wajib (bagi yang mampu) dan hanya
sekali seumur hidup. Selebihnya adalah sunnah. Haji hanya dapat
dilakukan pada musim haji, yang berbeda dengan umrah yang
durasinya tidak terbatas.
1
(sulaiman, 2014)
2

2. Pelaksanaan umroh hukumnya sama dengan haji, hanya saja antara


haji dan umrah terdapat persamaan dan perbedaan waktu dan cara
menunaikannya.
3. Berziarah adalah shalat. Dan dikatakan tempat-tempat ziarah, baik
itu di Jeddah, Makkah, Madinah atau tempat-tempat bersejarah
lainnya.
Kegiatan ziarah haji dan umrah mempunyai dua aspek yang harus
diperhatikan ketika melaksanakannya, yaitu tingkat pelaksanaannya pada
saat masih dalam masa pelaksanaannya. proses implementasi. tanah air
dan di Mekah. Terkait standar pelayanan di Indonesia, banyak aspek
penting yang perlu diperhatikan, seperti pelayanan (pembayaran setoran
ONH ke bank, pengurusan dokumen haji dan umrah, pemeriksaan
kesehatan jamaah), konsultasi mengenai ibadah. (materi orientasi, metode
dan waktu orientasi), pemberian materi keagamaan dan penyuluhan.
Sedangkan standar pelayanan ibadah haji dan umrah ke Tanah Suci adalah
akomodasi, transportasi, makan, pelayanan kesehatan serta pemandu
ibadah haji dan umrah. Dalam undang-undang no. Pada tanggal 17 Januari
1999, saya kembali ke kandang (hatta, 2015)
Kementerian Agama merupakan salah satu kementerian di
Indonesia yang membidangi urusan agama, termasuk penyelenggaraan
ibadah haji. Kementerian ini berperan penting dalam mengkoordinasikan,
memantau dan mendukung berbagai aspek terkait haji, seperti
perencanaan, pemilihan perusahaan perjalanan haji, dan penentuan kuota
haji.
Ibadah haji adalah impian bagi banyak umat Muslim di Indonesia,
dan setiap tahunnya terdapat ribuan calon jemaah haji yang ingin
melaksanakan ibadah ini. Oleh karena itu, peran Kementerian Agama
dalam menyelenggarakan haji sangat penting untuk memastikan bahwa
prosesnya berjalan lancar dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Kementerian Agama juga bertanggung jawab melindungi hak-hak
jamaah haji, termasuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan mereka
3

sepanjang perjalanan dan tinggal di Tanah Suci. Hal ini melibatkan


koordinasi dengan otoritas haji di Arab Saudi dan penyedia layanan
perjalanan haji. Untuk menjamin kualitas penyelenggaraan haji,
Kementerian Agama perlu ikut serta dalam menyeleksi perusahaan
perjalanan haji yang berkualitas, memantau fasilitas akomodasi dan
memastikan pelayanan yang memadai bagi jemaah haji.
Berbagai tantangan dan permasalahan dapat ditemui dalam
penyelenggaraan ibadah haji, seperti terbatasnya kuota haji, pemilihan
agen perjalanan yang berkualitas buruk, dan perubahan peraturan
perundang-undangan yang dapat mempengaruhi proses ibadah haji.
Kementerian Agama harus berperan aktif dalam mengatasi permasalahan
tersebut.
Peran Kementerian Agama dalam penyelenggaraan ibadah haji di
Takalar maupun di seluruh Indonesia sangat penting untuk menjamin
proses ibadah haji terlaksana dengan lancar, aman dan sesuai dengan
kaidah agama Islam. Dalam konteks Takalar, peran Kementerian Agama
juga harus mempertimbangkan karakteristik dan kebutuhan khusus daerah
dalam penyelenggaraan ibadah haji.

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus


1. Fokus penelitian
Judul dari penelitian ini adalah “lPeranan Kementrian
Agama Dalam Penyelenggaraan Ibadah Haji Di Takalar”. Oleh
karena itu, penelitian ini akan memberikan wawasan mendalam
tentang bagaimana Kementerian Agama di Takalar menjalankan
perannya dalam pengelolaan ibadah haji dan dapat memberikan
rekomendasi konstruktif untuk meningkatkan penyelenggaraan haji
di wilayah tersebut
2. Deskripsi fokus
4

Berdasarkan pada fokus penelitian di atas, dapat


dideskripsikan berdasarkan substansi permasalahan dan substansi
pendekatan peneltian ini, Fokus penelitian ini akan memberikan
gambaran yang lebih komprehensif tentang peran Kementerian
Agama dalam penyelenggaraan ibadah haji di Takalar,
memungkinkan pemahaman yang lebih baik tentang berbagai
aspek, tantangan, dan upaya perbaikan yang terlibat. Hal ini
diharapkan akan membantu dalam meningkatkan penyelenggaraan
ibadah haji, memastikan keselamatan dan kesejahteraan jemaah
haji, serta memajukan efisiensi dan kualitas pelayanan dalam
konteks Takalar.

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran Kementerian Agama dalam mengawasi,
mengkoordinasikan penyelenggaran haji
2. Bagaimana mendukung penyelenggaraan ibadah haji di Takalar

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitan


a. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dapat disimpulkan bahwa
tujuan penelitian ini adalah:
1) untuk memahami dan menganalisis peran yang dimainkan
oleh Kementerian Agama dalam penyelenggaraan ibadah
haji di Takalar.
2) untuk menilai sejauh mana Kementerian Agama telah
berhasil dalam menjalankan perannya dalam
mengoordinasikan, mengawasi, dan mengatasi tantangan
dalam penyelenggaraan ibadah haji di Takalar.
3) untuk menganalisis tingkat koordinasi dan kerjasama
Kementerian Agama dengan berbagai pihak terkait,
termasuk biro perjalanan haji, otoritas haji di Arab Saudi,
5

dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam penyelenggaraan


haji.
4) untuk mengidentifikasi dan menganalisis berbagai
tantangan yang dihadapi dalam penyelenggaraan ibadah
haji di Takalar, termasuk kendala kuota haji, pemilihan biro
perjalanan haji, dan perubahan regulasi terkait haji.
b. Kegunaan penelitian
1) Secara teoritis
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap
pengembangan teori dan pemahaman tentang peran
Kementerian Agama dalam penyelenggaraan ibadah haji.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk
penelitian serupa atau lebih lanjut. Hasil penelitian ini akan
memperkaya literatur terkait administrasi dan manajemen
keagamaan haji, khususnya dalam konteks penyelenggaraan
haji di Indonesia. Hal ini akan memberikan wawasan
teoritis lebih lanjut mengenai permasalahan ini.
2) Secara praktis
Penelitian ini akan memberikan rekomendasi
praktik terbaik dan kebijakan bagi Kementerian Agama di
Takalar. Hal ini akan membantu mereka meningkatkan
efisiensi dalam mengkoordinasikan, mengawasi dan
melaksanakan ibadah haji. membantu meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan ibadah haji di
Takalar, memberikan kontribusi penting dalam menjamin
keselamatan dan perlindungan jamaah haji sepanjang
perjalanan dan tinggal di Tanah Suci, memberikan
memberikan wawasan mengenai permasalahan dan
tantangan yang dihadapi saat menyelenggarakan ibadah
haji, memberikan pedoman penyelenggaraan haji di daerah
6

lain untuk mengembangkan praktik terbaik pengelolaan


haji.

E. Tinjauan pustaka
Penelitian sebelumnya telah mengidentifikasi beberapa aspek
penting dalam konteks ini. Kementerian Agama di Indonesia
bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan, mengawasi dan
mengelola berbagai aspek ibadah haji, termasuk pemilihan perusahaan
perjalanan haji, perencanaan dan koordinasi dengan otoritas haji di
Arab Saudi. Peran ini penting untuk memastikan jamaah haji
mendapatkan pengalaman ibadah haji yang aman dan bermakna.
Selain itu, kerja sama dengan otoritas haji di Arab Saudi menjadi
bagian penting dalam penyelenggaraan haji. Koordinasi yang efektif
adalah kunci keberhasilan dalam mengelola masuknya jemaah haji dari
berbagai negara. Kementerian Agama harus berperan penting dalam
menjaga hubungan baik dengan otoritas Saudi dan memastikan
peraturan Indonesia terkait haji dipatuhi dengan baik.
Pemantauan dan perlindungan jamaah haji juga menjadi prioritas
penting. Kementerian Agama harus memastikan fasilitas akomodasi
yang diberikan kepada jemaah haji memenuhi standar keamanan dan
kenyamanan. Selain itu, perlu adanya pengawasan yang ketat untuk
melindungi hak dan kesejahteraan jemaah haji sepanjang
perjalanannya.
Tantangan dalam penyelenggaraan ibadah haji juga menjadi hal
yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Hal ini mencakup terbatasnya
kuota haji, pemilihan agen perjalanan haji yang berkualitas rendah, dan
perubahan peraturan serta ketentuan yang mempengaruhi proses haji.
Kementerian Agama perlu mampu mengidentifikasi dan mengatasi
tantangan-tantangan tersebut.
7
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Haji dan Umrah


1) Pengertian Haji dan Umrah
a. Pengertian Haji
Secara etimologi haji berarti ke atas, sedangkan dari segi
triminologi berarti mengunjungi Baitullah atau Ka'bah untuk
beribadah kepada Allah dan melakukan ritual tertentu seperti
Wukuf tawaf Sa'i, melaksanakan Jumrah dan amalan lainnya pada
waktu dan tempat tertentu. Menanggapi panggilan Allah
subhanahu. wa ta'ala dan berharap keberkahannya

b. Pengertian umrah
Secara etimologi umrah berarti berziarah, sedangkan
menurut triminologi syariat berarti mengunjungi Baitullah untuk
beribadah kepada Allah dengan cara melakukan Tawaf dan Sa'i,
kemudian diakhiri dengan bercukur atau sekedar
mempertemukannya dan umrah ini juga dapat dilakukan kapan
saja. waktu. . (Dr.H. Johari, 2019)2

2) Hukum Haji dan Umrah


Ibadah haji diwajibkan Allah kepada kamu muslimin yang telah
mencukupi syarat-syaratnya, memenuhi ibadah haji diwajibkan hanya
segala sumber hidup. Selanjutnya yang kedua kali dan seterusnya
hukumnya Sunnah. barang siapa yang bernazar Haji wajib
melaksanakannya.

2
H.Johari, dan H. Johar Arifin, Tuntunan Manasik Haji dan Umrah (Yogyakarta:CV.Istana
Agency, 2019),hal.2.
9

Ibadah umrah bagi yang menunaikannya dapat digolongkan


sebagai ibadah wajib atau sunnah. Umrah wajib, yaitu umrah yang
baru pertama kali dilaksanakan dan bisa disebut dengan umrah Al
Islam dan umrah yang dilaksanakan karena Nassar sedangkan umrah
sunnah adalah yang dilaksanakan untuk yang kedua kali dan
seterusnya dan bukan karena Nazar.3

3) Syarat-syarat Wajib Haji dan Umrah


Masyarakat terpaksa menunaikan haji dan umroh hanyalah yang
terlaksana Syaratnya adalah:Islam (Islam Agama merupakan syarat
mutlak bagi mereka akan menunaikan ibadah haji dan umrah. Inilah
sebabnya mengapa mereka yang tidak memiliki iman tidak
memilikinya Kewajiban Haji dan Umroh. Sebagai murtad), hikmah
(yaitu wajib bagi semua orang bisa membedakan mana yang manabaik
dan buruk), masa pubertas (bagi laki-laki artinya mengalami mimpi
basah atau berumur lebih dari 15 tahun dan terbagiwanita dengan
darah menstruasi.
Anak-Anak kecil tidak diwajibkan menunaikan haji dan umrah.
SETARA Disabdakan Nabi Muhammad SAW. “Kalam Pengecualian
pencatatan bagi anak di bawah umur sampai matang, orang tidur
sampai matang bangun dan orang gila itu ada di sampingmu
pemulihan"), kebebasan (yaitu tidak menjadi budak yang lain. Budak
tidak perlu melakukan itu Haji karena dialah yang bertanggung jawab
menunaikannya kewajiban yang dibebankan oleh pemberi kerja.
Meskipun menunaikan ibadah haji memerlukan waktu. Ada juga
budak mereka yang tidak mampu dari segi biaya dan waktu dll.),
mampu atau kuat (yaitu mampu bepergian, mampu menjadi kaya dan

3
H.Johari, dan H. Johar Arifin, Tuntunan Manasik Haji dan Umrah (Yogyakarta:CV.Istana
Agency, 2019),hal.2-3.
10

mempunyai badan yang sehat atau mempunyai kesehatan jasmani dan


rohani yang baik). (Noor, 2018)4
4) Rukun Haji
Rukun haji adalah kegiatan yang harus dilakukan dalam ibadah
haji. Jika tidak dikerjakan, maka hajinya tidak sah. Adapun rukun-
rukun ibadah haji yaitu:
a. Ihram
Berihram adalah niat memasuki aktivitas melaksanakan
ibadah haji atau umrah pada waktu dan tempat serta cara tertentu
b. Wukuf di Arafah
Waktu wukuf bermula dari saat tergelincirnya matahari
(masuknya waktu dzuhur) tanggal 9 Dzulhijjah hingga terbitnya
fajar hari berikutnya
c. Tawaf ifadah
Thawaf ifadhah adalah mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh
kali putaran
d. Sa’i
Sa’i adalah berlari-lari kecil di antara bukut Shafa dan bukit
Marwah sebanyak 7 kali.
e. Tahallul
Tahallul adalah mencukur rambut atau memotong rambut
kepala minimal tiga helai
f. Tertib
Tertib adalah mengerjakan rukun-rukun haji secara urut
mulai dari thawaf sampai tahallul.5

5) Wajib Haji

4
Muhammad Noor,”Humaniora dan Teknologi”.Haji dan Umrah. Vol.4.No.1,0ktober 2018.hal.39-
40
5
Retno Widyani dan Mansyur Pribadi, “Panduan ibadah haji dan umrah”. (Cirebon: swagati
press), hal. 8.
11

wajib haji adalah kegiatan yang harus dilakukan pada saat ibadah
haji, yang jika tidak dikerjakan, maka penunai haji harus membayar
dam (denda).
Ada 5 wajib haji yaitu:
a. Berihram di miqat
Calon haji harus memulai niatnya dan dari titik awal tempat
itu yang berniat melaksanakan haji/umrah sudah harus
memakai pakaian ihram. Yalamlam adalah tempat berihram
calon jamaah haji yang datang dari arah Indonesia bila ia
langsung akan menuju ke Makkah dan Bir Ali adalah tempat
berihram calon jamaah haji yang datang dari arah Indonesia
menuju ke Madinah terlebih dahulu.
b. Mabit di Muzdalifah
Mabit di Muzdalifah adalah menginap semalam di
Muzdalifah pada malam tanggal 9 Dzulhijjah. Waktunya
dikerjakan setelah wukuf di Arafah. 14 c. Mabit di Mina. Mabit
di Mina adalah bermalam selama 3-4 hari di suatu hamparan
padang pasir yang panjangnya sekitar 3,5 km. Waktunya adalah
malam tanggal 11, 12, dan 13 M.
c. Bermalam di Mina
Bermalam di mina dilakukan semalam penuh, yang boleh
dilakukan mulai sore hari sampai terbitnya fajar, dan juga boleh
bermalam paling sedikit 2/3 malam.
d. Melontar jumrah
Melontar jumrah adalah melempar batu pada sebuah tempat
yang diyakini untuk memperingati saat setan menggoda Nabi
Ibrahim agar tidak melaksanakan perintah Allah SWT untuk
menyembelih putranya, Nabi Ismail. Tanggal 10 Dzulhijjah
melontar jumrah aqabah dengan tujuh butir kerikil. Dan pada
hari-hari Tasyrik, yaitu 11, 12, dan 13 Dzulhijjah melontar
ketiga jumrah.
12

e. Thawaf wada’.
Thawaf wada’ adalah suatu penghormatan terakhir kepada
Baitullah. Thawaf wada’ merupakan tugas terakhir dalam
pelaksanaan ibadah haji dan ibadah umrah di Tanah Suci.6

6) Jenis haji
Dari cara pelaksanaan, ibadah haji tidak selalu terkait erat dengan
ibadah umrah. Dengan kata lain, ada haji mempunyai hubungan yang
tidak dapat dipisahkan dengan umrah, bahkan umrah merupakan satu
kesatuan dari ibadah haji, sehingga jika seseorang diwajibkan
melaksanakan haji berarti diwajibkan juga baginya untuk melakukan
umrah. Namun, pada kali yang lain umrah bisa terpisah sama sekali
dari ibadah haji, karena ibadah umrah dapat dilakukan diluar bulan-
bulan haji, seperti Ramadhan. Ada jenis pelaksanaan haji yang tidak
wajib disertai dengan umrah.

1) Haji Ifrad
Kata ifrad berarti menyendiri. Pelaksanaan ibadah haji
disebut ifrad, bila seseorang bermaksud menyendirikan, baik
menyendirikan ibadah haji maupun ibadah umrah; tidak melakukan
keduanya sekaligus. Jadi umrah hanya sebagai ibadah sunat saja.
Dalam pelaksanaannya, ibadah yang pertama dilakukan adalah
ibadah haji hingga selesai, kemudian baru ibadah umrah sampai
selesai. Oleh sebab itu, niat ketika ihram hanya untuk haji terlebih
dahulu; setelah selesai baru memasang niat untuk melakukan
ibadah umrah.
Jenis haji ini cukup sulit dilaksanakan bagi jamaah haji
Indonesia, khususnya yang tidak terbiasa mengenakan kain Ihram.
Sebab, semenjak jamaah tiba di Mekkah, mereka tidak boleh

6
H. Abdurachman Rochimi, Segala tentang Haji dan Umroh, h. 11
13

melepas kain Ihram hingga tiba hari raya Idul Adha atau setelah
pelontaran Jumrah Aqabah. Jamaah yang melaksanakan Haji Ifrad
ini, tidak diwajibkan membayar Dam.
Adapun niat untuk melaksakan ibadah haji tersebut adalah:

Artinya:
Ya Allah aku datang memenuhi panggilanmu dengan niat
haji.
Setelah niat dinyatakan, dianjurkan mengucapkan talbah
untuk haji. Bila pelaksanaan haji ibadah haji telah selesai,
seseorang langsung memasang niat berihram untuk melaksanakan
umrah, jika ingin melaksanakannya pada tahun itu juga.7

2) Haji Tamattu
Kata tamattu’ berarti bersenang-senang atau bersantai-santai. Bila
dikaitkan dengan ibadah haji, tamattu’ ialah melakukan ihram untuk
melaksanakan umrah di bulan-bulan haji. Setelah seluruh amalan
umrah selesai, langsung mengerjakan ibadah haji. Dinamakan haji
tamattu’, karena melakukan dua ibadah (umrah dan haji) dibulan-bulan
haji dalam tahun yang sama tanpa kembali ke negeri asalnya terlebih
dahulu.18 Pada umumnya, jamaah haji Indonesia yang mengerjakan
haji jenis ini terbagi atas dua kelompok.
Kelompok pertama adalah mereka yang menuju kota Madinah
terlebih dahulu. Kelompok ini tidak perlu mengenakan kain Ihram di
atas atau sebelum naik pesawat, karena ketika menuju ke Mekkah
mereka akan melewati Miqat Makani jamaah dari Madinah, yaitu Dzul
Hulaifah. Sedangkan kelompok kedua yaitu mereka yang langsung
menuju ke kota Mekkah. Kelompok ini seyogyanya mengenakan kain
Ihram di atas atau sebelum naik pesawat. Biasanya ketika akan melalui
7
Said Agil Husin Al Munawar,dan Abdul Halim, Fikih Haji menuntun Jamaah Mencapai Haji
Mabrur, h. 44-45
14

Miqat, awak pesawat mengumumkan bahwa beberapa menit lagi


pesawat akan melewati Miqat.
Saat itu jamaah haji yang tergabung dalam kelompok ini harus
mengenakan pakaian Ihram dan berniat umrah. Jamaah yang
mengerjakan haji Tamattu’ wajib membayar Dam atau berpuasa
sepuluh hari: tiga hari di waktu haji (di tanah suci) dan 7 hari setelah
kembali ke Tanah Air.8

3) Haji Qiran
Kata qiran dapat diartikan dengan menyertakan atau
menggabungkan. Adapun dalam terminology fikih, haji qiran ialah
pelaksanaan ibadah haji dan umrah sekaligus dan dengan satu niat.
Niat tersebut berbunyi:

Artinya:
Ya Allah, aku datang memenuhi panggilanmu dengan niat haji dan
umrah.
Haji qiran banyak dipilih oleh jamaah yang waktunya terbatas.
Mereka umumnya tiba di Mekkah mendekati tanggal 9 Zulhijjah, yaitu
pada puncak ritual pelaksanaan ibadah haji. Pelaksanaan ibadah haji
dan umrah dilakukan sekaligus atau sekali jalan. Dengan demikian,
prosesi tawaf, sa’i, dan tahallul untuk haji dan umrah hanya dilakukan
satu kali atau sekaligus. Karena kemudahan itulah agaknya mereka
dikenakan dam, yaitu menyembelih seekor kambing atau bila tidak
mampu dapat berpuasa 10 hari. Niat untuk melaksanakan haji qiran
dilakukan setelah memakai pakaian ihram dan melaksanakan shalat
sunnah dua rakaat.
Menurut jumhur ulama, bagi jamaah yang melaksanakan haji
qiran, cukup melakukan tawaf ifadah tujuh kali putaran dan sa’i antara
bukit Shafa dan Marwah tujuh kali putaran untuk haji umrah sekaligus
8
H. Abdurachman Rochimi, Segala tentang Haji dan Umroh, h. 12
15

tanpa melakukan tawaf qudum. Alasan yang mereka gunakan adalah


sebuah hadis yang berbunyi:
“Siapa saja yang melakukan ihram haji dan umrah, maka cukup
baginya satu tawaf dan sa’i untuk keduanya, sehingga ia tahallul dari
keduanya secara keseluruhan. (H. R. al-Turmudzi)”.
Tetapi orang yang melakukan haji qiran ini, tetap melakukan
tawaf qudum yang diiringi sa’i sebelum tawaf ifadah. Cara seperti ini
tidak perlu lagi sa’i tapi wajib bertahallul setelah tawaf ifadah.
Menurut ulama mazhab Hanafi, orang yang melakukan haji qiran harus
melaksanakan dua kali tawaf, yaitu tawaf qudum dan tawaf ifadah dan
masing- masing tawaf diiringi dengan sa’i antara bukit Shafa dan
Marwah.
Pendapat ini disandarkan pada ungkapan Ali r.a yang
menyatakan: “jika kalian berihram untuk umrah dan haji dalam satu
niat, maka tawaflah kalian dengan dua kali tawaf dan sa’i dengan dua
kali pula” (HR. Muhammad ibn Hasan). Selain itu, Umar juga pernah
menyatakan dua kali dan sa’i dua kali pula. Umar mengatakan
kepadanya: “Engkau melaksanakannya sesuai dengan sunnah Nabimu”
(HR. Abu Daud, an- Nasa’i dan ibn Majah).9

B. Peran kementrian agama dalam mengawasi penyelenggaraan haji


Peran Kementerian Agama adalah melaksanakan tugas
pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menjalankan pemerintahan
negara. Misi Kementerian Agama adalah membantu Presiden
menyelesaikan persoalan-persoalan keagamaan yang ada di Pemerintahan,
sedangkan fungsi Kementerian Agama adalah melaksanakan tugas-tugas
yang berkaitan dengan bidang agama, mulai dari tahap konstruksi,
ditetapkan hingga pelaksanaan. Fungsi Kementerian Agama yang tidak
kalah pentingnya adalah berperan dalam pemantauan dan evaluasi
9
Said Agil Husin Al Munawar,dan Abdul Halim, Fikih Haji menuntun Jamaah Mencapai Haji
Mabrur, h. 55
16

pelaksanaan ibadah haji dan umrah serta dapat membentuk kelompok


koordinasi untuk mencegah, memantau dan menangani permasalahan
terkait pelaksanaan ibadah umrah.10 Bidang Penyelenggaraan Haji dan
Umrah mempunyai tugas bertugas melaksanakan penyusunan bahan dan
pelaksanaan kebijakan teknis, pelayanan, bimbingan teknis, pembinaan,
pengelolaan sistem informasi, dan penyusunan rencana, serta pelaporan
di bidang penyelenggaraan haji dan umrah berdasarkan kebijakan teknis
yang ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama
provinsi. Dalam melaksanakan tugas, Bidang Penyelenggaraan Haji dan
Umrah menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan bahan perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan
teknis di bidang penyelenggaraan haji dan umrah;
2. Pelayanan dan pemenuhan standar pelayanan penyelenggaraan haji dan
umrah;
3. Bimbingan teknis dan supervisi di bidang pendaftaran, dokumen haji,
transportasi, perlengkapan, akomodasi haji reguler, bina haji regular,
advokasi haji, bina penyelenggara umrah dan haji khusus, serta
administrasi dana haji dan sistem informasi haji dan umrah;
4. Koordinasi pelayanan di asrama haji; dan
5. Evaluasi dan penyusunan laporan di bidang penyelenggaraan haji dan
umrah
Susunan Organisasi Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah terdiri
atas:
1) Seksi Pendaftaran dan Dokumen Haji Reguler;
Memempunyai tugas melakukan penyiapan bahan kebijakan teknis,
pelayanan, bimbingan teknis, dan supervisi di bidang sinkronisasi data
pendaftaran dan pembatalan haji regular, dan pengelolaan dokumen dan
visa haji reguler.
2) Seksi Bina Haji Reguler dan Advokasi Haji;
10
SukmajawatiI, Irwan Misbach, Sitti Asiqah Usman Ali,” Peran Kementrian Agama Kabupaten
Gowa dalam Mengantisipasi Permasalahan Biro Penyelenggaraan Ibadah Umrah periode 2021”.
Jurnal Washiyah. Vol.2.No.3, September 2021
17

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan kebijakan teknis,


pelayanan, bimbingan teknis, dan supervisi di bidang bimbingan jemaah
dan kelompok bimbingan jemaah haji, bina petugas haji, dan advokasi haji
reguler.

3) Seksi Bina Penyelenggara Umrah dan Haji Khusus;


Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelayanan,
bimbingan teknis, dan supervisi di bidang pemantauan, evaluasi, dan
rekomendasi perizinan, serta koordinasi pengawasan penyelenggara ibadah
umrah dan haji.

4) Seksi Transportasi, Perlengkapan, dan Akomodasi Haji Reguler;


Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan kebijakan teknis,
pelayanan, bimbingan teknis, supervisi, di bidang pengelolaan transportasi
dan perlengkapan haji serta koordinasi di bidang transportasi, penempatan
akomodasi haji reguler, dan pelayanan di asrama.

5) Seksi Administrasi Dana Haji dan Sistem Informasi Haji dan Umrah;
Mempunyai tugas melakukan penyiapa bahan kebijakan teknis,
pelayanan, bimbingan teknis, dan supervisi di bidang pengelolaan dan
administrasi keuangan operasional haji, data, dan sistem informasi haji dan
umrah.11

C. Mendukung Penyelenggaraan Ibadah Haji di Takalar


Kinerja ibadah haji di Takalar didukung oleh beberapa faktor,
antara lain:
1. Skenario pemberangkatan jamaah haji
Ada tiga skenario yang di siapkan pemerintah

11
Kemenag.go.”Tugas dan Fungsi-Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah”.
(https://dki.kemenag.go.id/page/tugas-dan-fungsi-bidang-penyelenggaraan-haji-dan-umrah# ,
Diakses pada tanggal 15 oktober 2023 pukul 23.20)
18

Skenario pertama kalau kuota haji tetap mengacu pada


kuota nasional 230 ribu maka jemaah haji tertunda tahun 2020
akan diberangkatkan tahun 2021. Apabila pandemi covid 19
tahun 2021 sudah dinyatakan baik.
Skenario kedua adalah haji tetap dilaksanakan dengan
pembatasan, namun dampaknya akan bertambah pada biaya
anggaran penyelenggaraan haji yang biayanya tetap namun
jemaahnya berkurang. Ini juga akan terlaksana apabila covid 19
sudah membaik.
Skenario ketiga adalah membatalkan kembali
pemberangkatan jemaah haji apabila Pandemi Covid 19 belum
berakhir.Ini akan berlaku bagi seluruh dunia termasuk
Indonesia.12

2. Bimbingan manasik haji dan duungan bupati kabupaten takalar


Kementerian Agama Kabupaten Takalar menggelar
Bimbingan Manasik Haji sekaligus Pelepasan Calon Jamaah Haji,
di Islamic Centre Takalar Bupati Takalar H. Syamsari Kitta
mendukung calon jamaah haji untuk menjaga persatuan di Tanah
Suci, menjaga citra baik dan nama baik bangsa.13

3. Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT):


Sistem komputerisasi adalah penggunaan komputer sebagai
alat bantu dalam kegiatan pengolahan data yang dilakukan secara
manual. Data diolah dengan menggunakan komputer yang sudah

12
Andi Baly.” Kepala Kemenag Takalar Bahas Skenario Pemberangkatan Haji”.(
https://sulsel.kemenag.go.id/daerah/kepala-kemenag-takalar-bahas-skenario-pemberangkatan-haji-
gqqgK , Diakses pada tanggal 15 oktober 2023 pukul 23.46)
13
Admin susel,” Bupati Takalar Lepas 264 Calon Jemaah Haji”.
(https://sulsel.kemenag.go.id/daerah/bupati-takalar-lepas-264-calon-jemaah-haji-0PSxm, Diakses
pada tanggal 15 oktober 2023.pukul 00.10)
19

diprogramkan sebelumnya, pengolahan data ini di mulai dengan


perekaman data hingga pada pencetakan laporan. Pengolahan data
secara komputerisasi lebih menguntungkan dibandingkan dengan
pengolahan data secara manual, keuntungan tersebut dapat ditinjau
dari beberapa penyajian laporan yang lebih cepat dan akurat.
Sistem Komputerisasi Haji Terpadu yang selanjutnya disebut
dengan SISKOHAT adalah sistem pengolahan data dan informasi
penyelenggaraan ibadah haji. 14

4. Sistem Rekrutmen Pembimbing Ibadah Haji


Pembimbing ibadah Haji merupakan penunjuk jalan bagi
jamaah calon Haji, mayoritas calon jamaah Haji belum pernah
melaksanakan ibadah Haji. Oleh karena itu, keberadaan
pembimbing merupakan keniscayaan, bahkan sangat urgent.
Pembimbing ibadah Haji adalah orang yang menguasai
pengetahuan manasik Haji dan yang telah mengikuti orientasi
pembimbing Haji yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal
Penyelenggara Haji dan Umroh (Ditjen PHU) dan ditugaskan
untuk membimbing jamaah Haji.15
Dilihat dari fungsi dan tugasnya, pembimbing ibadah Haji ada
yang hanya di Indonesia, dan ada yang juga yang menyertai calon
Haji, mulai dari pemberangkatan hingga kepulangan kembali ke
Tanah Air. Semuanya mengharuskan adanya tanggung jawab
penuh atas kemampuan mereka yang dibimbing, sehingga dapat
melaksanakan Haji dengan benar. Untuk itu, diperlukan
profesionalitas dan keikhlasan dalam menuntun serta membimbing
calon jamaah Haji. Berdasarkan penjelasan di atas, maka untuk
mengetahui bagaimana proses rekrutmen pembimbing jamaah Haji

14
Sondang P. Siagian, Sistem Informasi Manajemen (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 18
15
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2012 Mengenai
Penyelenggaraan Ibadah Haji reguler, h. 34
20

di Kementerian Agama Kabupaten Takalar dilakukan wawancara


dengan beberapa aspek sebagai berikut:16
1. Cara mensosialisasikan penerimaan pembimbing jamaah Haji
2. Proses pelaksanaan rekrutmen pembimbing ibadah Haji
3. Proses seleksi pembimbing ibadah Haji

16
St Asri Mahasarah.” SISTEM REKRUTMEN PEMBIMBING IBADAH HAJI PERIODE 2019 DI
KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN TAKALAR”.
21

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis penelitian dan lokasi penelitian


1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian
kuantitatif adalah metode penelitian yang berfokus pada pengumpulan,
analisis, dan interpretasi data dalam bentuk angka atau data numerik.
Ini berarti bahwa penelitian kuantitatif mencoba untuk mengukur
fenomena, menguji hipotesis, dan memahami hubungan antara
variabel-variabel dalam suatu studi.
2. Lokasi penelitan
Lokasi penelitian ini bertempat di kabupaten Takalar, sulawesi
selatan

B. Pendekatan Penelitian
Penelitian yang dilakukan berada dalam lingkup wilayah penelitian
haji dan umrah, untuk itu peneliti menggunakan pendekatan sosiologi. Hal
ini karena objek dari penelitian ini banyak membahas tentang masalah
jamaah dan juga bagaimana cara mengatasi.

C. Sumber data penelitian


Sumber data yang di gunakan dalam penelitian diatas adalah
sumber data yang berasal dari buku,jurnal, dan artikel dari kementrian
agama.

D. Metode pengumpulan data


1. Studi Literatur
Penulis telah melakukan penelitian literatur untuk mengumpulkan
informasi dari berbagai sumber tertulis seperti buku, panduan ibadah,
dan referensi literatur tentang Haji dan Umrah.
22

2. Analisis Dokumen
Data dan informasi mungkin diperoleh dari dokumen resmi
pemerintah atau lembaga terkait yang berisi peraturan dan regulasi
terkait Haji dan Umrah.

3. Referensi Agama
Penulis mungkin merujuk pada sumber-sumber agama Islam,
seperti Al-Quran dan Hadis, untuk mendapatkan panduan tentang tata
cara dan hukum ibadah Haji dan Umrah.
23

DAFTAR PUSTAKA

Admin susel,” Bupati Takalar Lepas 264 Calon Jemaah Haji”.


(https://sulsel.kemenag.go.id/daerah/bupati-takalar-lepas-
264-calon-jemaah-haji-0PSxm, Diakses pada tanggal 15
oktober 2023.pukul 00.10)
Andi Baly.” Kepala Kemenag Takalar Bahas Skenario Pemberangkatan Haji”.(
https://sulsel.kemenag.go.id/daerah/kepala-kemenag-
takalar-bahas-skenario-pemberangkatan-haji-gqqgK ,
Diakses pada tanggal 15 oktober 2023 pukul 23.46)

H.Johari, drh H. Johar Arifin, Tuntunan Manasik Haji dan Umrah


(Yogyakarta:CV.Istana Agency, 2019),hal.2.
H.Johari, dan H. Johar Arifin, Tuntunan Manasik Haji dan Umrah
(Yogyakarta:CV.Istana Agency, 2019),hal.2-3.
Kemenag.go.”Tugas dan Fungsi-Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah”.
(https://dki.kemenag.go.id/page/tugas-dan-fungsi-bidang-
penyelenggaraan-haji-dan-umrah# , Diakses pada tanggal
15 oktober 2023 pukul 23.20)
Muhammad Noor,”Humaniora dan Teknologi”.Haji dan Umrah.
Vol.4.No.1,0ktober 2018.hal.39-40
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2012 Mengenai
Penyelenggaraan Ibadah Haji reguler, h. 34
Sondang P. Siagian, Sistem Informasi Manajemen (Jakarta: Bumi Aksara, 2001),
h. 18
St Asri Mahasarah.” SISTEM REKRUTMEN PEMBIMBING IBADAH HAJI
PERIODE 2019 DI KEMENTERIAN AGAMA
KABUPATEN TAKALAR”.
SukmajawatiI, Irwan Misbach, Sitti Asiqah Usman Ali,” Peran Kementrian
Agama Kabupaten Gowa dalam Mengantisipasi
Permasalahan Biro Penyelenggaraan Ibadah Umrah
periode 2021”. Jurnal Washiyah. Vol.2.No.3, September
2021
24

Retno Widyani dan Mansyur Pribadi, “Panduan ibadah haji dan umrah”.
(Cirebon: swagati press), hal. 8.
H. Abdurachman Rochimi, Segala tentang Haji dan Umroh, h. 11
Said Agil Husin Al Munawar,dan Abdul Halim, Fikih Haji menuntun Jamaah
Mencapai Haji Mabrur, h. 44-45

Anda mungkin juga menyukai