Anda di halaman 1dari 16

Judul Jurnal : Manajemen Pelayanan Bimbingan Ibadah Haji Kelompok

Bimbingan Ibadah Haji (KBIH)

Judul Skripsi : Manajemen Pelayanan Bimbingan Ibadah Haji KBIH


Wadi Fatimah Desa Kertawinangun Kecamatan Kedawung
Kabupaten Brebes

Fadzal Muttaqin
(Pembimbing I: Dr. H. Slamet Firdaus, MA & Pembimbing II: H. Juju Jumena, MH)
Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam
Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon
email: fzl3595@gmail.com

Abstract
Along with the management of pilgrimage guidance services at KBIH, researchers get
inspiration to examine more about the management of pilgrim services guidance implemented by
KBIH Wadi Fatimah.Penelitian using qualitative research, data collected by interview
(interview), observation, documentation then analyzed by descriptive method of analysis.
Research Results Show that KBIH Wadi Fatimah has exemplary pattern of exemplary in every
activity that elaborated with management function in the form of: planning, organizing,
actuating and controlling. Supporting factors in the form of adequate facilities, the performance
of the board and supervisor of the maximum, intensive pilgrimage guidance both in the country
and in the holy land and inhibiting factors such as insufficient parking, competition services and
facilities offered by other KBIH and the availability of quota Hajj limited. Managerial applied by
KBIH Wadi Fatimah in overcoming the obstacle factor in the form of harmony cooperation with
village government and congregation and strengthening productivity of alumni silaturrahmi.
Keywords: Management, Service, Hajj Guidance.

Abstrak
Seiring dengan adanya manajemen pelayanan bimbingan ibadah haji pada KBIH,
peneliti mendapatkan inspirasi untuk meneliti lebih jauh mengenai manajemen pelayanan
bimbingan ibadah haji yang diterapkan oleh KBIH Wadi Fatimah Penelitian ini menggunakan
penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan dengan cara interview (wawancara), observasi,
dokumentasi kemudian dianalisis dengan metode deskriptif analisis.Hasil Penelitian
Menunjukan bahwa KBIH Wadi Fatimah memiliki pola manajamen keteladanan dalam setiap
aktivitasnya yang dielaborasikan dengan fungsi manajemen berupa: planning, organizing,
actuating dan controlling. Faktor pendukung berupa fasilitas yang memadai, kinerja pengurus
dan pembimbing yang maksimal, bimbingan ibadah haji yang intensif baik di Tanah Air maupun
di tanah suci dan faktor penghambat berupa tempat parkir yang kurang memadai, persaingan
pelayanan dan fasilitas yang ditawarkan oleh KBIH lain serta ketersediaan kuota haji yang
terbatas. Manajerial yang diterapkan oleh KBIH Wadi Fatimah dalam mengatasi faktor
penghambat yakni berupa kerjasama yang harmoni dengan pemerintah desa dan jemaah dan
penguatan produktifitas silaturrahmi alumni.
Kata Kunci: Manajemen, Pelayanan, Bimbingan ibadah Haji

1
PENDAHULUAN
Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) adalah lembaga sosial keagamaan islam yang telah
mendapatkan izin dari kementrian Agama untuk menyelenggarakan dan melaksanakan
bimbingan ibadah haji pada calon jemaah haji . Calon jemaah, pada dasarnya berniat untuk
beribadah, serta berusaha untuk melaksanakannya sebaik mungkin, sehingga perlu mendapatkan
bimbingan ibadah haji seintensif mungkin, khususnya untuk jemaah yang sudah berusia lanjut
sebagaimana keberadaan penyelenggaraan ibadah haji bertujuan untuk memberikan pembinaan
terhadap jemaah seperti yang tertuang pada UU No. 13 Tahun 2008,BAB II,Pasal 3.
Kenyataan ini memberikan peluang yang cukup besar kepada Kelompok Bimbingan
Ibadah Haji (KBIH) yang diselenggarakan oleh yayasan guna membantu kesulitan para jemaah.
Pendirian KBIH diatur sedemikian rupa oleh pemerintah sebagai regulator, di antaranya seijin
Kementrian Agama yang sekaligus memantaunya secara intensif, agar tidak terjadi
penyimpangan di dalam pelaksanaan bimbingan ibadah haji selama di Indonesia maupun di
tanah suci,sehingga KBIH merupakan mitra kerja yang baik dan produktif bagi Kementrian
Agama dalam rangka membantu jemaah calon haji untuk kelancaran prosesi ritual ibadah haji
dan mengatasi berbagai permasalahan jemaah padasaat beradadi tanah Haram.1
Berangkat dari latar pemikiran tersebut penelitian ini difokuskan kepada pokok masalah
bagaimanakah manajemen yang diterapkan oleh KBIH Wadi Fatimah dalam melayani
bimbingan ibadah haji kepada peserta bimbingannya. Sementara UU No. 13 Tahun 2008
tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Keputusan Mentri Agama RI Nomer 371 Tahun 2002
telah mengatur tentang pengelolaan bimbingan haji, serta banyak teori umummanajemen
pelayanan yang tertuang dalam buku-buku manajemen memberikan petunjuk pengelolaan
organisasi kelembagaan.
Berdasarkan pokok masalah tersebut,penelitian iniberjalan di bawah naungan tajuk
ManajemenPelayanan Bimbingan Ibadah Haji KBIH Wadi Fataimah Desa Kertawinangun
Kecamatan Kedawung Kabupaten Cirebon. Penelitian ini berkaitan juga dengan pandangan
bahwa kesuksesan KBIH dalam menerapkan manajemen bimbimbing ibadah jemaah haji
membantu kesuksesan pemerintah dalam melayani jemaah haji di bidang bimbingan manasik
haji dan pelaksanaan rangkaian ibadah haji di tanah suci. Sebaliknya kegagalannya memberi
andil bagi kegagalan pemerintah dalam menyelenggarakan pelayanan bimbingan ibadah bagi
jemaah haji Indonesia. penulis merasa perlu untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai 1)
Bagaimana manajemen pelayanan yang dilakukan oleh KBIH Wadi Fatimah dalam rangka
membimbing jemaah haji? 2) Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam melayani
bimbingan manasik haji, baik di tanah air atau di tanah suci? 3) Bagaimana upaya manajerial
yang diterapkan oleh KBIH Wadi Fatimah dalam menanggulangi faktor penghambat?

LITERATUR REVIEW
Penelitian tentang manajemen pelayanan bimbingan ibadah haji bukanlah suatu yang baru.
Meskipun demikian, nampaknya belum ditemukan penelitian yang secara spesifik dikaji dari segi
manajemen pelayanan konotasinya pada bimbingan ibadah haji pada KBIH Wadi Fatimah.
Berikut beberapa karya yang terdokumentasikan terkait permasalahan yang dikaji, yaitu pertama,
Penelitian yang dilakukan oleh Joko Sulak Suwarno, Mahasiswa S.1 pada jurusan Manajemen
Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Wali Songo Semarang tahun 2016, dengan
judul skripsiManajemen Pelayanan Jemaah Haji Kementerian Agama Kabupaten Kendal Tahun
1
Widyarini, “Manajemen Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH),” Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam.
Vol. VII, No. 2, (Juni 2013): 164-185, 166.

2
2015. Penelitiannya terfokus pada manjemen pelayanan yang dilakukan oleh kementerian agama
kabupaten Kendal pada tahun 2015 pada jemaahnya. manjemen pelayanan Kementerian agama
kabupaten Kendal sudah cukup baik bagi para jemaah Haji, meliputi administrasi, bimbingan
manasik, transportasi, akomodasi, konsumsi dan kesehatan.
Dan kedua, Penelitian yang dilakukan oleh Dzul Kifli, mahasiswa S.1 pada jurusan
Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwahdan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2010, dengan judul skripsi Manajemen Pelayanan
Jemaah Haji dan Umrah PT. Patuna Tour dan Travel.Skripsi ini terfokuskan pada manajemen
pelayanan jemaah haji dan umrah yang ada pada PT. Patuna Tour dan Travel. PT Patuna Tour
dan Travel memberikan pelayanan professional dan lebih baik dengan sikap selalu siap,
mempunyai keterampilan, keandalan, berpenampilan baik dan rapi, bersikap ramah serta mampu
berkomunikasi dan menciptakan hubungan baik dalam melayani jemaahnya. Dari hasil penelitian
ditemukan bahwa PT. Patuna Tour dan Travel sudah memberikan pelayanan yang baik.
penelitian penulis adalah Manajemen Pelayanan Bimbingan Ibadah Haji Kelompok
Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Wadi Fatimah. Segi judul mengindisikan perbedaan, baik aspek
subtansi pembahasannya yang menekankan pada wilayah manajemen pelayanan bimbingan
manasik haji. Konotasinya kepada pelayanan bimbingan ibadah yang dilakukan KBIH Wadi
Fatimah termenej dengan baik atau tidak, demikian pula kecenderungan manajemennya pada
pola manajemen pelayanan bimbingan macam apa, berikut hasil penerapannya. Hal ini sungguh
menjadi faktor keunggulan skripsi ini yang nyata-nyata berbeda dibandingkan dengan skripsi
yang terdahulu.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang dipilih adalah penelitian kualitatif yang merupakan sebuah metode
penelitian berguna untuk mengungkapkan permasalahan dalam kehidupan kerja organisasi
pemerintah, swasta, kemasyarakatan, kepemudaan, perempuan, olah raga, seni, dan budaya,
sehingga dapat dijadikan suatu kebijakan untuk dilakasanakan demi kesejahtraan bersama .2
Jenis penelitian ini dinilai relevan dengan upaya mengetahui secara medalam mengenai
persoalan manajemen pelayanan yang diaplikasikan KBIH Wadi Fatimah. Pada penelitian
lapangan ini peneliti mengamati fenomena yang terjadi dalam aktivitas manajemen pelayanan
bimbingan ibadah haji KBIH Wadi Fatimah dengan menggunakan teori manajemen di desa
kertawinangun kecamatan kedawung kabupaten Cirebon pada bulan Maret-Juni 2018 dengan
mengamatati dan membuat catatan.
Jenis penelitian ini sinkron dengan riset lapangan yang dilakukan dengan tema
penelitian ini, yaitu telaah yang dilakukan dalam rangka memecahkan masalah yang
berdasarkan pada kajian kritis dan mendalam terhadap data-data lapangan yang relevan yang
digali dari sumber-sumber data yang dipunyai KBIH Wadi Fatimah, dan selaras dengan sifat
penelitian asosiatif bertujuan mengetahui hubungan dua variabel atau lebih. Pilihan penelitian
ini akan dapat dibangun suatu teori yag dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan
mengontrol suatu gejala.3 Sifat penelitian asosiatif ini dijadikan media untuk menghubungkan
antara variabel manajemen dengan pelayanan bimbingan yang diimplementasikan KBIH Wadi
Fatimah.

2
Imam gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2015), 80-81.
Selanjutnya dituliskan Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik.
3
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Bandung: Alfabeta,2008), 56.

3
Sementara opsi metode penelitiannya adalah metode deskriptif yang tertuju pada
masalah-masalah yang terjadi di masa sekarang dan aktual. Pelaksanaannya tidak terbatas pada
pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi makna data, yang
dimulai mengumpulkan, menyusun, menjelaskan, dan kemudian menganalisisnya, karena itu
metode ini sering pula disebut metode analitik. Pada tahap yang terakhir, metode ini berakhir
pada kesimpulan-kesimpulan atas dasar penelitian data. 4 Terlebih data-data dan informasi yang
dikumpulkan, ditafsirkan, dan dideskripsikan tergolong ke dalam data aktual dan kekinian yang
ada di KBIH Wadi Fatimah, terutama manajemen pelayanan bimbingan ibadah haji.
Sumber data merupakan sesuatu yang penting guna menjelaskan valid atau tidaknya
suatu hasil penelitian. Sumber data Pertama adalah: Data Primer, data primer merupakan
sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (peneliti) yang diperoleh
melaluikata-kata atau tindakan orang-orang yang diamati dan diwawancarai yang menjadi
subyek penelitian yang disebut responden atau narasumber.5 Subjek penelitian yang dijadikan
sumber informasinya adalah Ketua KBIH Wadi Fatimah Kabupaten Cirebon Bapak Baehaqi
Zaenudin, Bapak Kanandi yang menjabat sekertaris, dan pengurus KBIH Wadi Fatimah lainnya
yang relevan, serta beberapa jemaah yang sedang atau pernah dibimbing (alumni) KBIH Wadi
Fatimah. Kedua Data Sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen,
publikasi, laporan penelitian dari dinas atau instansi maupun sumber data lainnya yang
menunjang.6 Data sekunder ini di gali dari berbagai sumber mengakses langsung kepada
sumbernya, baik berupa dokumen-dokumen maupun karya tulis yang relevan dengan penelitian
ini, yaitu berkaitan dengan manajemen pelayanan Bimbingan Ibadah Haji pada KBIH Wadi
Fatimah Kabupaten Cirebon.
Teknik pengumpulan datanya menggunakan teknik observasi, wawancara, dan studi
dokumentasi. Teknik-teknik tersebut kadang-kadang digunakan secara bersamaandan terkadang
secara terpisah. Ketiga teknik penelitian tersebut relevan dengan jenis penelitian kualitatif,
terutama sisi fungsionalnya yang menekankan pada aspek penggalian data sebanyak-
banyaknya secara selektif. Ketiganya memiliki makna sebagai berikut: 1) Observasi,
Observasi berarti memerhatikan dengan penuh kepada seseorang atau sesuatu untuk memberikan
suatu kesimpulan atau diagnosis yang menjadi inti observasi, 7 mengingat tekhnik pengumpulan
data ini dilakukan dengan cara menggunakan pengamatan indera secara teliti. 8 Observasi yang
digunakan adalah observasi langsung (direct observation) untuk memperoleh data tentang
kondisi KBIH Wadi Fatimah berikut seluk beluknya. Penulis termasuk salah seorang yang
sering dilibatkan oleh pengurus dan pembimbing ibadah haji KBIH Wadi Fatimah di saat
dilaksanakan kegiatan bimbingan manasik jemaah haji. 2) Wawancara, wawancara adalah
tekhnik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya
pertanyaan datang dari pihak yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang
diwawancara. Kedudukan kedua belah pihak secara berbeda ini terus dialog selama proses tanya
jawab berlangsung. 9 Pelaksanaan wawancara senantiasa mengacu kepada pedoman wawancara
4
Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar, Metode dan Tehnik (Bandung: Penerbit Tarsito,
1998), 139-140.
5
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi, 187.
6
Deni Darmawan, Metode Penelitian Kuantitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2016), 13.
7
Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan (Bandung: PT. Refika Aditama,
2012), 209.
8
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; suatu pendekatan praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), 146.
9
Abdurrahman Fathoni, Metodologi Penelitian dan Tekhnik Penyusunan Skripsi (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2011), 105.

4
(guide interview) yang didukung alat perekam, agar materi wawancara dapat dicatat dan
diabadikan secara utuh dan lengkap.103) Dokumentasi, Dokumentasi berasal dari kata dokumen
yang berarti catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar,
atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen tulisan dapatberupa catatan harian,
sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen berwujud
karya,seperti karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Studi
dokumentasi merupakan pelengkap dari pengguna metode observasi dan wawancara dalam
penelitian kualitatif.11
Teknik pengumpulan data ini mengupayakan terkumpul semaksimal mungkin data-data
pilihan dengan cara melakukan studi atas dokumen-dokumen yang dimiliki suatu organisasi,
seperti sejarah KBIH Wadi Fatimah, akte notaris yayasan Wadi Fatimah, data perkembangan
jemaah, dan lain sebagainya.
Analisis data adalah proses pencarian dan pengaturan secara sistematik hasil
wawancara, catatan-catatan, dan bahan-bahan yang dikumpulkan untuk meningkatkan
pemahaman terhadap semua hal yang dikumpulkan dan memungkinkan menyajikan apa yang
ditemukan.12
Proses mencari dan menyusun secara sistematis data tersebut melalui cara
mengorganisasikannya ke dalam suatu kategori, menjabarkannya ke dalam unit-unit,
melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan, sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang
lain. 13
Analisis terhadap data yang telah dikumpulkan dan dipilah-pilah secara proporsional
tersebut dilakukan dengan menggunakan teknik analisis deskriptif (Deskriptif Analitic)14dan
analisis konten(Content Analysis).15Analisis deskriptif dilakukan dengan deskriptif kualitatif
yang berpegang padateknik induktif, yaitu menggunakan data sebagai pijakan awal dengan cara
pengumpulan data, reduksi data, verivikasi data, dan pengambilan kesimpulan.16Teknik
iniberusaha menggambarkan objek penelitian tentang manajemen pelayanan jemaah haji apa
adanya sesuai dengan kenyataan, dan faktor pendukung dan penghambat dalam melayani
bimbingan haji berikut upaya penanggulangannya yang dilakukan KBIH Wadi Fatimah.

KONSEP DASAR: MANAJEMEN PELAYANAN BIMBINGAN IBADAH HAJI


Manajemen
Manajemen secara etimologi (bahasa) berasal dari bahasa latin, yaitu kata manus yang berarti
tangan dan agere yang berarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja managere
yang artinya menangani. Managere diterjemahkan kedalam Bahasa Inggris dalam bentuk kata
kerta to manage, dengan kata benda management, dan manager untuk orang yang melakukan
10
Tjejep Rohandi Rohidi, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta: UI Press, 1992), 52-59.
11
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi, 326.
12
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, 210.
13
Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian (Bandung: Pustaka Setia, 2008), 199.
14
Deskriptip Analitik sering didefinisikan dengan tehnik analisa yang berperan untuk menganalisis dan
menyimpulkan data dari dokumen dan pendapat-pendapat yang dikonfirmasikan. Margono, Metodologi Penelitian
Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta. 1997), 39.
15
Content Analysis adalah suatu tehnik analisis yang menyasar makna yang terkandung dalam dokumen,
asumsi, gagasan, atau statemen untuk mendapatkan pengertian dan kesimpulan.
16
M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Sosial Lainnya
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), 27.

5
kegiatan manajemen. Akhirnya, management diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia
menjadi manajemen atau pengelolaan. 17
Sedangkan secara terminologi (istilah) George R. Terry dan Andrew F. Sikula mendefinisikan
manajemen sebagai suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian untuk menentukan serta mencapai tujuan
melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya laiinya. 18
Ajaran Islam memandang segala pekerjaan dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan teratur.
Proses-prosesnya diikuti dengan baik agar suatu pekerjaan menghasilkan manfaat, karena itu
suatu amal tidak boleh dilakukan dengan asal-asalan. Hal ini merupakan prinsip utama dalam
ajaran Islam. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Ahmad;19
‫َح َّد َثَنا ُم وَس ى ْبُن َداُوَد َح َّد َثَنا َع ْبُد ِهَّللا ْبُن ُع َم َر َع ِن اْبِن ِش َهاٍب َع ْن َع ِلِّي ْبِن ُح َس ْيٍن َع ْن َأِبيِه َر ِض َي ُهَّللا‬
‫َتَع اَلى َع ْنُه َقاَل َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِم ْن ُحْس ِن ِإْس اَل ِم اْلَم ْر ِء َتْر ُك ُه َم ا اَل َيْع ِنيِه‬
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Musa bin Daud telah menceritakan kepada kami
Abdullah bin Umar dari Ibnu Syihab dari Ali bin Husain dari Bapaknya berkata;
Rasulullah SAW bersabda: Diantara tanda baiknya ke-Islaman seseorang adalah
(sikapnya untuk) meninggalkan apa yang tidak ada manfaat baginya. (H.R Ahmad :
1737)20
Imam Al Hāfīdz Abī Abdullah Muhammad ibn Yazīd al-Qazwīnī Menyarahi hadis diatas
terkait kalimat ‫( ِم ْن ُحْس ِن ِإْس اَل ِم اْلَم ْر ِء‬diantara tanda baiknya ke-Islaman seseorang) adalah Jumlah
dari kebaikan seseorang dan sempurnanya imannya seseorang serta meninggalkan perbuatan
yang tidak direncanakan, hal ini terdapaat pada syarah kitab Sunān Ibn Mājah 21, dari sinilah kita
bisa memahami bahwa jika perbuatan itu tidak direncanakan, maka tidak termasuk dalam
kategori manajemen yang baik. Adapun langkah-lagkah menerapkan manajemen yang
berkualitas adalah bekerja dengan sungguh-sungguh, dilakukan secara terus-menerus, dan tidak
asal-asalan, dilakukan secara bersama-sama, dan mau belajar dari kegagalan diri dan
keberhasilan orang lain.
Kaitannya dengan manajemen secara umum, hadis tersebut menganjurkan pada umat Islam agar
mengerjakan sesuatu dengan baik dan selalu ada peningkatan nilai dari jelek menjadi baik, dari
baik menjadi lebih baik. Manajemen adalah melakukan sesuatu agar lebih baik. Perbuatan yang
baik dilandasi dengan niat atau rencana yang baik, tata cara pelaksanaan sesuai syariat dan
dilakukan dengan penuh kesungguhan dan tidak asal-asalan, karena amal seperti itu tidak
bermanfaat.22
Fungsi Manajemen
Pengaturan kegiatan manajemen adalah dengan melakukan kegiatan urut-urutan fungsi
manajemen.23 Fungsi manajemen sebagaimana di jelaskan oleh George R. Terry terbagi ke dalam

17
Husaini Usman, Manajemen Teori Praktik Dan Riset Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 4.
18
Athoilah, Dasar-Dasar Manajemen, 16.
19
Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah Dalam Praktik (Jakarta: Gema Insani Press,
2003), 3. Selanjutnya dituliskan Hafidhuddin dan Tanjung, Manajemen Syariah Dalam Praktik.
20
Ahmad Muhammad Tsākir, Al-Musnad Lil Imām Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal (Mesir: Darul
Hadits, 1995), Juz 2, 352.
21
Al Hāfīdz Abī Abdullah Muhammad ibn Yazīd al-Qazwīnī, Sunān Ibn Mājah (Lebanon: Dar Al-Kutub
Al-Ilmiyah, 207-275 H), Juz 3, 1316.
22
Hafidhuddin dan Tanjung, Manajemen Syariah Dalam Praktik, 1.
23
Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, 1.

6
empat fungsi yaitu: perencanaan (planning), pengorganisasian (Organizing), pengarahan
(actuating), dan pengawasan (controlling). 24 Keempat dungsi tersebut dapat dielaborasi sebagai
berikut:
Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan suatu usaha atau upaya untuk merencanakan kegiatan yang akan
dilaksanakan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 25 Perencanaan mengandung suatu
aktivitas tertentu yang saling berkaitan untuk mencapai hasil tertentu yang diinginkan.
Pengorganisasian (Organizing).
Pengorganisasian merupakan kegiatan yang meliputi penetapan stuktur, tugas dan kewajiban,
fungsi pekerjaan, dan hubungan antar fungsi pekerjaan.26 Fungsi pengorganisasian tidak luput
dari bentuk organisasi, organiasi sendiri dapat didefinisikan sebagai sekelompok orang yang
saling berinteraksi dan bekerja sama untuk merealisasikan tujuan bersama.27
Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan berarti menentukan bagi bawahan tentang apa yang mereka kerjakan atau tidak
boleh mereka kerjakan.28 Pelaksanaan merupakan metode untuk menyalurkan rencana kerja yang
di tentukan oleh atasan kepada bawahan dalam aktivitas tertentu dan menghindari aktivitas lain
dengan menetapkan peraturan dan standar.
Pengawasan (Controlling)
Pengawasan (Controlling), yakni meneliti dan mengawasi agar semua tugas dilakukan
dengan baik dan sesuai dengan peraturan yang ada atau sesuai dengan deskripsi kerja
masing-masing personal. Pengawasan dapat dibagi tiga, yaitu: (1) pengawasan yang bersifat
top down, yakni pengawasan yang dilakukan dari atasan langsung kepada bawahan; (2)
bottom up, yaitu pengawasan yang dilakukan dari bawahan kepada atasan; (3) pengawasan
melekat, yaitu pengawasan yang termasuk kepada self control, yakni atasan maupun
bawahan senantiasa mengawasi dirinya sendiri. 29
Pengertian Pelayanan
Pelayanan pada hakikatnya merupakan serangkaian kegiatan, karena itu ia merupakan proses.
Pelayanan sebagai proses, berlangsung secara rutin dan berkesinambungan, meliputi seluruh
kehidupan orang dalam masyarakat.30 Pelayananan diberikan sebagai tindakan atau perbuatan
seseorang atau organisasi untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan atau nasabah. 31
tindakan yang dilakukan untuk memenuhi keinginan pelanggan atas sesuatu produk atau jasa
yang mereka butuhkan.
Pelayanan dalam hubungannya dengan kerja atau bisnis telah diatur oleh Islam bahwa setiap
orang maupun organisasi perusahaan di anjurkan untuk memberikan pelayanan dengan kualitas
yang terbaik. Sebab dengan melalui perantara bisnis antara pihak perusahaan dengan
pelanggannya tidak hanya kerja sama saling mencari keuntungan semata, namun di balik itu ada
nilai kebersamaan untuk saling menjaga jalinan kerjasama yang terbangun dengan diikat oleh tali

24
Sukayat, Manajemen Haji, Umrah dan Wisata Agama, 82.
25
Athoilah, Dasar-Dasar Manajemen, 28.
26
Athoilah, Dasar-Dasar Manajemen, 28
27
Siswanto, Pengantar Manajemen, 73
28
Siswanto, Pengantar Manajemen, 111.
29
Athoilah, Dasar-Dasar Manajemen, 113-114.
30
Moenir, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, 27.
31
Kasmir, Etika Customer Service, 15.

7
persaudaraan, sebagaimana sabda Rasullallah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori No.
2076.32
‫َح َّد َثَنا َع ِلُّي ْبُن َعَّياٍش َح َّد َثَنا َأُبو َغَّس اَن ُمَحَّم ُد ْبُن ُم َطِّر ٍف َقاَل َح َّد َثِني ُمَحَّم ُد ْبُن اْلُم ْنَك ِد ِر َع ْن َج اِبِر ْبِن َع ْبِد‬
‫ِهَّللا َر ِض َي ُهَّللا َع ْنُهَم ا َأَّن َر ُسوَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل َرِح َم ُهَّللا َر ُج اًل َسْم ًحا ِإَذ ا َباَع َو ِإَذ ا اْش َتَر ى‬
‫َو ِإَذ ا اْقَتَض ى‬
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ali bin ‘Ayyasy yang menurutnya telah
menceritakan kepada kami Abu Ghossan Muhammad bin Muthorrif yang mengatakan,
telah menceritakan kepada saya Muhammad bin al-Munkadir dari Jabir bin 'Abdullah
radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah SAW bersabda: Allah menyayangi orang yang
memudahkan ketika menjual dan ketika membeli dan juga orang yang meminta haknya.
(H.R Imam Bukhari : 2076)33
Imam Hāfidz Ahmad ibn Alī ibn hajar al-Asqōlānī mensyarahi hadis di atas terkait ‫ِإَذ ا‬
‫ اْقَتَض ى‬yaitu meminta diberikan haknya dengan mudah tanpa adanya kesulitan atau kesusahan. 34
Memberikan pelayanan dengan kualitas terbaik berupaya untuk menghilangkan kesulitan dan
kesusahan kepada pelanggan sehingga memberikan kepuasan dan kepercayaan terhadap
pelanggan.
Pengertian Manajemen Pelayanan
Manajemen pelayanan adalah pendekatan manajemen dalam bisnis pelayanan, dimana aplikasi
dari prosedur maupun prinsip-prinsip manajemen disesuaikan dengan unsur-unsur pelayanan dan
fungsi-fungsi pelayanan. Manajemen pelayanan merupakan suatu fenomena, termasuk aspek-
aspek pemasaran dari suatu bisnis jasa pada setiap organisasi yang menekankan pentingnya
hubungan perusahaan dengan konsumen (organization’s customer relationship) dan penting
artinya dalam organisasi yang menekankan pendekatan orientasi konsumen (market
orientation).35
Alhasil manajemen pelayanan adalah aktivitas manajemen dari sejak perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan hingga pengawasan yang disesuaikan dengan aktivitas pelayanan
sehingga menimbulkan hasil yang maksimal dari tujuan pelayanan yang telah direncakan
sebelumnya, yaitu terciptanya kepercayaan dan rasa puas atas terpenuhinya kebutuhan pelanggan
yang dapat terwujudnya kemanfaatan dan kemaslahatan yang diterima oleh pelanggan. Islam
telah mengatur hal demikian dalam hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari
sebagai berikut:
‫َح َّد َثَنا َيْح َيى ْبُن ُبَكْيٍر َح َّد َثَنا الَّلْيُث َع ْن ُع َقْيٍل َع ْن اْبِن ِشَهاٍب َأَّن َس اِلًم ا َأْخ َبَر ُه َأَّن َع ْبَد ِهَّللا ْبَن ُع َم َر َر ِض َي‬
‫ُهَّللا َع ْنُهَم ا َأْخ َبَر ُه َأَّن َر ُسوَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل اْلُم ْس ِلُم َأُخ و اْلُم ْس ِلِم اَل َيْظِلُم ُه َو اَل ُيْس ِلُم ُه َو َم ْن َك اَن‬
‫ِفي َح اَج ِة َأِخ يِه َك اَن ُهَّللا ِفي َح اَجِتِه َو َم ْن َفَّر َج َع ْن ُم ْس ِلٍم ُك ْر َبًة َفَّر َج ُهَّللا َع ْنُه ُك ْر َبًة ِم ْن ُك ُر َباِت َيْو ِم اْلِقَياَم ِة‬
‫َو َم ْن َس َتَر ُم ْس ِلًم ا َس َتَر ُه ُهَّللا َيْو َم اْلِقَياَم ِة‬
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada
kami Al Laits dari 'Uqail dari Ibnu Syihab bahwa Salim mengabarkannya bahwa
32
Nur Asnawi dan Masyhuri, Metodologi Riset Manajemen Pemasaran (Malang: UIN-Malang Press,
2009), 96.
33
Al-Imām Abī Abdullah Muhammad ibn ismail ibn Ibrahim ibn al-Mughairoh ibn bardazbah al-Bukhāri
al-ja’fi, Shahīhu al-Bukhari (Lebanon: Dar Al-kotob Al-Ilmiyah, 2009), Juz 3, 10.
34
Hāfidz Ahmad ibn Alī ibn hajar al-Asqōlānī, Fathu al-Bārī bi Syarhi Shahīhu al-Bukhari (Lebanon: Dar
al-Fikr, 1420 H/2000 M), Juz 5, 27-28.
35
Farida Jasfar, Manajemen Jasa Pendekatan Terpadu (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), 98. Selanjutnya
dituliskan Jasfar, Manajemen Jasa Pendekatan Terpadu.

8
'Abdullah bin 'Umar radliallahu 'anhuma mengabarkannya bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seorang muslim adalah saudara bagi muslim
lainnya, dia tidak menzhaliminya dan tidak membiarkannya untuk disakiti. Siapa yang
membantu kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya. Siapa
yang menghilangkan satu kesusahan seorang muslim, maka Allah menghilangkan satu
kesusahan baginya dari kesusahan-kesusahan hari qiyamat. Dan siapa yang menutupi
(aib) seorang muslim maka Allah akan menutup aibnya pada hari qiyamat (H.R Imam
Bukhari: 2442)36
Imam Hāfidz Ahmad ibn Alī ibn hajar al-Asqōlānī mensyarahi hadis di atas maksud
‫َأ‬
dari ‫ َو َم ْن َك اَن ِفي َح اَج ِة ِخ يِه‬bahwasannya Allah akan selalu menolong hamba-Nya selama hamba
tersebut menolong saudaranya sesama muslim dan maksud dari ‫ َو َم ْن َس َتَر ُم ْس ِلًم ا‬yaitu meihat atas
kejelekan dan tidak membeberkan kejelekan itu kepada orang lain, lalu maksud dari ‫َس َتَر ُه ُهَّللا َيْو َم‬
‫ اْلِقَياَم ِة‬maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat.37
Manajemen Pelayanan KBIH
Manajemen pelayanan bimbingan ibadah haji mempunyai karakteristik yang spesifik dengan
memadukan unsur-unsur pelayanan umum, pelayanan kesehatan, pelayanan ibadah dan
keterkaitan dengan lingkungan eksternal yang harus berkembang dan berubah termasuk
didalamnya kebijakan negara lain yang tidak dapat diprediksi sebelumnya.38
manajemen pelayanan yang dilakukan oleh KBIH adalah aktivitas manajemen dari sejak
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan hingga pengawasan yang disesuaikan dengan
aktivitas pelayanan bimbingan ibadah haji sehingga menimbulkan hasil yang maksimal dari
tujuan pelayanan bimbingan ibadah haji yang telah direncakan sebelumnya, yaitu terciptanya
kepercayaan dan rasa puas atas terpenuhinya kebutuhan calon jemaah haji yang dapat
terwujudnya kemanfaatan dan kemaslahatan yang diterima calon jemaah haji.

PEMBAHASAN DAN DISKUS


Manajemen Pelayanan KBIH Wadi Fatimah dalam Membimbing Jemaah
KBIH Wadi Fatimah dalam manajemen pelayanan bimbingan hajinya tidak pernah terlepas
dari ketentuan-ketentuan pelayanan yang menjadikan seluruh para calon jemaah merasa puas
atas kinerja yang dilakukan oleh pengurusnya yang tidak pernah terlepas dari prosres
manajemen yang berbasis prinsip ibadah, amanah, dan dakwah.
KBIH Wadi Fatimah merupakan lembaga bimbingan ibadah haji yang berkiprah pada posisi
sebagai pembantu dalam menuntun jemaah calon haji yang menjadi peserta bimbingannya,
baik sebelum berangkat melaksanakan ibadah haji, saat ibadah haji, maupun sesudah
melaksanakannya.
Adapun penerapan menejemen KBIH dalam melaksanakan bimbingan manasik haji
senanatiasa berpijak pada prinsip-prinsip umum menejemen, yaitu:
Perencanaan (Planning)
Perencanaan sebagai upaya mempersiapkan bimbingan yang mencakup bimbingan haji di
Tanah air maupun di Tanah Suci. Hasil wawancara dengan ketua KBIH Wadi Fatimah
menggambarkan metode dan tehnik perencanaan kegiatan berupa penjadwalan kegiatan,
36
Al-Imām Abī Abdullah Muhammad ibn ismail ibn Ibrahim ibn al-Mughairoh ibn bardazbah al-Bukhāri
al-ja’fi, Shahīhu al- Bukhari (Lebanon: Dar Al-kotob Al-Ilmiyah, 2009), Juz 3, 112.
37
Hāfidz Ahmad ibn Alī ibn hajar al-Asqōlānī, Fathu al-Bārī bi Syarhi Shahīhu al-Bukhari (Syiria: Dar al-
Fikr, 2000) Juz 5, 386.
38
Achmad Nidjam dan Alatief Hanan, Manajemen Haji, 73.

9
Perencanaan yang dilakukan oleh pengurus dalam bimbingan ibadah haji tertuang secara teknis
metodelogis (cara praktis) dalam jadwal bimbingan haji baik saat di tanah air maupun di tanah
suci.39
Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian di tingkat KBIH Wadi Fatimah berupa susunan personil pengurus yang
terstruktur dengan menggambarkan fungsi dan tanggung jawabnya masing-masing dan
memiliki masa khidmat lima tahun yang ditunjuk, ditetapkan, diberhentikan, diawasi, dan
dievaluasi kinerjanya lewat mekanisme musyawarah pengurus yayasan Wadi Fatimah. 40
Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan program kegiatan merupakan metode untuk menyalurkan rencana kerja yang
ditentukan oleh atasan kepada bawahan dalam aktivitas tertentu dan menghindari aktivitas lain
dengan menetapkan peraturan dan standar, kemudian memastikan bahwa peraturan tersebut
dipatuhi.41
Kegiatan pelaksanaan bimbingan manasik haji di KBIH Wadi Fatimah dalam membimbing
jemaah haji sebagai peserta bimbingan sesuai dengan tahapan dan jadwal yang telah direncakan
dan ditetapkan, yaitu tahapan dan Jadwal bimbingan manasik haji di Tanah air dan di Tanah
Suci, dan bimbingan sesudah kembali di Tanah air”42
Pengawasan (Controlling)
Pengawasan, secara teoritis, yang dilakukan KBIH Wadi Fatimah terhadap pelaksanaan
program kerja bimbingan ibadah haji bersifat self control, yakni atasan maupun bawahan
senantiasa mengawasi dirinya sendiri, 43 mengingat aktifitas pengurus dalam memberikan
kontribusi bagi perjalanan dan keberlangungan KBIH Wadi Fatimah didasari oleh semangat
pengabdian murni yang diikat dengan saling mempercayai, 44 tanpa ada pertalian formal
penggajian yang berstandar, sebagaimana yang berlangsung pada umumnya suatu perusahaan
atau lembaga kepegawaian. Sedangkan dalam pelaksanannya dikombinasikan dengan top
down,45 sebab pada waktu tertentu pimpinan KBIH mengawasi aktifitas para pengurus dan
panitia pelaksana bimbingan manasik, terutama melalui kegiatan evaluasi yang dilakukan

39
Hasil wawancara dengan Bpk. Drs. H. Baehaqi Zaenuddin selaku ketua KBIH Wadi Fatimah pada hari
Minggu, Tanggal 25 Maret 2018, Pukul 11.30 WIB di Sekretariat KBIH Wadi Fatimah, Jl. Cideng Raya No. 177
Desa Kertawinangun Cirebon.
40
Hasil wawancara dengan Bpk. Drs. H. Baehaqi Zaenuddin selaku Ketua KBIH Wadi Fatimah pada hari
Minggu, tanggal 25 Maret 2018, Pukul 11.30 WIB di Sekretariat KBIH Jl. Cideng Raya No. 177 Desa
Kertawinangun Kecamatan Kedawung Cirebon.
41
Siswanto, Pengantar Manajemen, 111.
42
Hasil wawancara dengan Bpk. Drs. H. Baehaqi Zaenuddin selaku ketua KBIH Wadi Fatimah pada hari
Minggu, tanggal 25 Maret 2018, pukul 11.30 WIB di Sekretariat KBIH Jl. Cideng Raya No. 177 Desa
Kertawinangun Kecamatan Kedwung Cirebon.
43
Athoilah, Dasar-Dasar Manajemen, 114.
44
Ketua KBIH menyebutkan bahwa setiap pengurus KBIH dan personil panitia mempunyai peluang yang
sama sebagaimana pimpinan untuk saling mengawasi dan mengevaluasi, terutama mengawasi dan mengevaluasi diri
masing-masing, sehubungan yang ditekankan di Wadi Fatimah adalah rasa memiliki bersama. Hasil w awancara
dengan Drs. H. Baehaqi Zaenuddin selaku Ketua KBIH Wadi Fatimah pada hari Minggu, tanggal 25 Maret 2018,
pukul 10.30 WIB di Sekretariat KBIH Jl. Cideng Raya No. 177 Desa Kertawinangun Kecamatan Kedwung Cirebon.
45
Pengawasan jenis top down berarti pengawasan yang dilakukan dari atasan langsung kepada bawahan,
Athoilah, Dasar-Dasar Manajemen, 113.

10
secara rutin,46 dan digabung pula dengan pengawasan bottom up,47 sehubungan setiap pengurus
dan panitia pelaksana bimbingan diberi keleluasaan untuk mengontrol dan mengevaluasi
pimpinan KBIH serta mendapatkan kesempatan menyampaikan masukan yang konstruktif dan
solusi yang efektif. 48
Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Manajemen Pelayanan
Faktor Pendukung
Ada beberapa kelebihan dari KBIH Wadi Fatimah yang dapat mendukung kegiatan bimbingan
manasik haji dengan pelayanan prima dan berkualitas hingga dirasakan manfaatnya oleh semua
pihak, terutama peserta bimbingan, sehingga menjadi KBIH lebih maju dan dapat bersaing.
Adapun faktor pendukungnya sebagai berikut:
Pengurus dan Pembimbing haji
Pengurus dan pembimbing KBIH Wadi Fatimah terdiri dari pengabdi-pengabdi yang dedikatif
dengan tidak mengharapkan imbalan materi, baik berupa uang gaji, honor, transport, atau uang
insentif lainnya, meski dituntut bekerja keras yang memakan waktu cukup lama, yang terkadang
hingga larut malam, terlebih pelayanan kepada jemaah yang dilakukan tidak terbatas pada
pembimbingan ibadah semata, melainkan memberikan bantuan sejak pendaftaran haji, baik di
Kemenag Kabupaten Cirebon, maupun di perbangkan.49
Panitia bimbingan serta pemberangkatan dan pemulangan jemaah
Kekuatan yang berperan dalam pelaksanaan program strategis yang berhubungan langsung
dengan pelayanan bimbingan manasik haji berkesinambungan adalah kepanitiaan berupa Panitia
Bimbingan Manasik Haji (PBMH) serta Panitia Pemberangkatan dan Pemulangan Haji (P3H).
Fasilitas gedung kantor dan tempat bimbingan yang memadai
KBIH Wadi Fatimah terdiri dari ruang manajemen dan administrasi yang dilengkapi fasilitas
primer seperti seperangkat komputer dan printernya berikut kipas angin, lemari penyimpanan
dokumen dan perlengkapan, dan meja computer, meja tulis beserta kursinya, ruang tamu yang
dilengkapi dengan meja dan kursi tamu berikut kipas angin, rung rapat yang dilengkapi dengan
permadani dan kipas angin, serta proyector dan layarnya.
Pelayanan prima dan berkualitas

46
Ketua KBIH Wadi Fatimah menyatakan bahwa pengawasan yang dilakukan oleh ketua KBIH dilakukan
setiap saat dalam pelaksanaan bimbingan ibadah haji dan mengevaluasinya supaya bisa kelihatan kekurangan-
kekurangan apa saja yang ada di KBIH Wadi Fatimah. Hasil wawancara dengan Drs. H. Baehaqi Zaenuddin selaku
Ketua KBIH Wadi Fatimah pada hari Minggu, tanggal 25 Maret 2018, pukul 10.30 WIB di Sekretariat KBIH Jl.
Cideng Raya No. 177 Desa Kertawinangun Kecamatan Kedwung Cirebon.
47
Macam pengawasan bottom up adalah pengawasan yang dilakukan dari bawahan kepada atasan.
Athoilah, Dasar-Dasar Manajemen, 114.
48
Ketua KBIH menyebutkan bahwa setiap pengurus KBIH dan personil panitia mempunyai peluang yang
sama seperti pimpinan untuk saling mengawasi dan mengevaluasi, terutama mengawasi dan mengevaluasi diri
masing-masing, sehingga bawahan bisa mengawasin atasannya. Hasil wawancara dengan Drs. H. Baehaqi
Zaenuddin selaku Ketua KBIH Wadi Fatimah pada hari Minggu, tanggal 25 Maret 2018, pukul 10.30 WIB di
Sekretariat KBIH Jl. Cideng Raya No. 177 Desa Kertawinangun Kecamatan Kedwung Cirebon.
49
Bantuan pengurus kepada jemaah calon haji diupayakan dari sejak mendaftar haji di Kemenag Kab. Cirbon
sampai tuntas mendapatkan bukti setor Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) dari Bank yang ditunjuk pemerintah
menerima setoran biaya haji. Hasil wawancara dengan Bpk. H. Kanandi selaku sekertaris dan Bpk Drs. H. Mingkus,
M.A sebagai wakil sekretaris KBIH Wadi Fatimah pada hari Selasa, tanggal 06 Maret 2018, pukul. 09.20 WIB, di
Sekretariat, Jl. Cideng Raya 177 Desa Kertawinangun Kecamatan Kedawung Cirebon.

11
Pelayanan yang diberikan pengurus dan pembimbing KBIH Wadi Fatimah memuaskan, baik
bimbingan yang dilaksanakan di tanah air atau di tanah suci, karena mengedepankan kualitas dan
keunggulan pelayanan untuk mewujudkan kepuasan jemaah.50
Komputerisasi data-data KBIH Wadi Fatimah.
Arus gelobalisai dan perkembangan zaman yang semakin maju menuntut upaya penyesuaian diri.
KBIH Wadi Fatimah senantiasa berupaya mengikutinya, dalam hal ini data-data berkenaan
dengan jemaah peserta bimbingan manasik haji dan seluruh dokumen-dokumen penting dan vital
sudah di input dan di save dalam komputer disertai dengan back up data yang memadai dan
antisipatif, sehingga keamanannya terjamin.
KBIH Wadi Fatimah berpengalaman.
Pendampingan bimbingan ibadah haji di Tanah air hingga di Arab Saudi telah dilakukan oleh
KBIH Wadi Fatimah sejak tahun 1995 M yang jumlah jemaah peserta bimbingannya sebanyak
121 orang yang didampingi oleh tiga orang pembimbing. 51 Hal ini menunjukkan bahwa KBIH
Wadi Fatimah telah memiliki pengalaman dan sejarah yang panjang dalam memberikan
bimbingan ibadah haji terhadap jemaah calon haji sebagai peserta bimbingannya.
Akreditisi A
Penilaian Akreditasi oleh kemenag diberikan 3 tahun sekali beserta perpanjangan izin KBIH, 52
di periode 2017 KBIH Wadi Fatimah mendapatkan akreditasi dengan nilai A sebagai bukti
bahwa keunggulan dan pelayanan prima yang diberikan oleh pengurus dan pembimbing kepada
jemaah calon haji.
Kabar pemondokan yang memadai di tanah suci
Kabar berantai yang sampai ke telinga jemaah tentang pemondokan jemaah haji KBIH Wadi
Fatimah selalu ditunjang fasilitas yang memadai dan membuat nyaman jemaah haji menjadikan
faktor pendorong bagi jemaah memilih KBIH Wadi Fatimah sebagai wadah bimbingannya,
mengingat pemondokan yang layak huni diperlukannya, supaya ibadah hajinya dilaksanakan
dengan penguatan pendekatan diri kepada Allah SWT dalam rangka upaya memperoleh haji
mabrur.
Komunikasi pembimbing yang harmonis
Komunikasi yang dijalin akrab antara pembimbing dengan para jemaah, para petugas kloter,
petugas sektor, petugas daker, petugas maktab, petugas muassasah, para supir angkutan jemaah,
dan komunitas pertemanan dengan orang Arab dapat mempermudah memperoleh akses untuk
mendapatkan pelayanan bagi jemaahnya yang mendukung sepenuhnya pelaksanaan manajemen
pelayanan KBIH Wadi Fatimah.53
Faktor Penghambat
Ada beberapa kendala yang dialami KBIH Wadi Fatimah diantaranya sebagai berikut:
50
Seperti disampaikan oleh Hanif Haidar Yafi bahwa pelayanan yang diberikan oleh pengurus KBIH Wadi
Fatimah selalu mengedepankan kepuasan jemaahnya dan saya sendiri merasa puas atas pelayanannya. Mukmin,
S.pd berkomentar dengan subtansi yang sama bahwa pelayanan yang dilakukan pengurus KBIH Wadi Fatimah
sudah bagus dan memuaskan. Hasil wawancara dengan Hanif Haidar Yafi dan Mukmin, S.pd selaku calon jemaah
haji KBIH Wadi Fatimah pada hari Selasa, tanggal 15 April 2018, pukul 11:20 di Sekretariat KBIH Jl. Cideng Raya
No. 177 Desa Kertawinangun Kecamatan Kedwung Cirebon.
51
Dokumen KBIH Wadi Fatimah tahun 1994 M, 1995 M, dan 2017 M.
52
Hasil awancara dengan Drs. H. Bachroni, M.E selaku wakil ketua Pengurus KBIH Wadi Fatimah pada
hari Selasa, tanggal 25 Maret 2018, pukul 08.30 WIB di Sekretariat KBIH Jl. Cideng Raya No. 177 Desa
Kertawinangun Kecamatan Kedawung Cirebon.
53
Hasil wawancara dengan Drs. H. Bachroni, M.E selaku wakil ketua Pengurus KBIH Wadi Fatimah pada
hari Selasa, tanggal 25 Maret 2018, pukul 08.30 WIB di Sekretariat KBIH Jl. Cideng Raya No. 177 Desa
Kertawinangun Kecamatan Kedawung Cirebon.

12
Tempat parkir yang kurang memadai
Tempat parkir yang dimiliki KBIH Wadi Fatimah sebatas untuk menampung kendaraan roda dua
(motor), sehubungan tempatnya terletak di dalam, yang dapat ditempati melalui gang yang hanya
dapat dilewati kendaraan roda dua.
Kurang disiplin beberapa pengurus

Kurang disiplinnya beberapa pengurus yang tidak mematuhi jadwal piket menjaga kantor
sekretariat, dikarenakan kesibukan pribadi para pengurus sehingga terkadang ada calon jemaah
yang ingin mendafatar namun pengurus yang jadwal jaga sekertariat belum datang, sementara
keberadaan dan aktifitas sekretariat menjadi potret dan wajah suatu lembaga dan organisasi.54
Hal yang menguntungkan pengurus adalah faktor tersebut tidak menjadikan jemaah menyesal dan
kecewa memilih KBIH Wadi Fatimah, bahkan jemaah memakluminya, mengingat kesadarannya
akan eksistensi pengurus dan panitia bukan sebagai prgawai khusus KBIH.55
Ketersediaan kuota haji yang terbatas
Pemerintah membatasi calon jemaah haji yang akan berangkat ke tanah suci karena keterbatasan
jumlah kuota yang diberikan pemerintah Arab Saudi sebagai akibat dari kapasitas tempat
pelaksanaan rangkaian manasik haji, seperti masjid Haram dan Armina (Arafah, Muzdalifah dan
Mina), kendati area Mina sebagai tempat bermalam jemaah sudah dimekarkan hingga ke wilayah
Muzdalifah.56
Ketersediaan kuota haji yang terbatas berdampak kepada pendaftaran jemaah lebih awal
dari tahun keberangkatannya dengan masa tunggu tidak kurang dari 15 tahun lamanya, dan
berpengaruh kepada pilihan KBIH yang dilakukan jemaah, sehingga tidak sedikit jemaah yang
keluar masuk pendaftarannya ke KBIH Wadi Fatimah, sebagian yang pindah ke KBIH lain, dan
sebagian yang secara mendadak mendaftarkan diri ke KBIH Wadi Fatimah di tengah-tengah
berlangsungnya bimbingan manasik haji yang memiliki implikasi kepada tahapan dan metode
bimbingan terhadap jemaah, artinya manajemen bimbingan memerlukan pola tersendiri dalam
melayani mereka.
Persaingan pelayanan dan fasilitas antar KBIH
Calon jemaah haji berharap besar menerima pelayanan maksimal dari KBIH yang menjadi
pilihannya, karena jemaah haji mengeluarkan uang konstribusi, sehingga fasilitas yang
representatif dibutuhkan oleh mereka guna menunjang rangkaian ibadah haji yang ditunaikan.
KBIH sebagai wadah dalam membimbing jemaahnya berupaya memberikan tawaran bimbingan
terbaik dengan fasilitas yang representatif, padahal dituntut memberikan pelayanan yang prima,
terlebih setiap KBIH diawasi dan dipantau oleh Kemenag dalam memberikan bimbingan pada
jemaah calon haji yang menjadi peserta bimbingannya sebagai timbal balik atas uang
pembayaran bimbingan ibadah haji.
Penawaran tersebut oleh berbagai KBIH dilakukan secara opensif dengan berbagai sarana
promosi, baik berupa media tertulis, seperti sepanduk, brosur, dan sebagainya, maupun upaya
54
Hasil wawancara dengan Drs. H. Bachroni, M.E selaku wakil ketua Pengurus KBIH Wadi Fatimah pada
hari Selasa, tanggal 25 Maret 2018, pukul 08.30 WIB di Sekretariat KBIH Jl. Cideng Raya No. 177 Desa
Kertawinangun Kecamatan Kedawung Cirebon.
55
Hasil wawancara dengan Muhammad Nursalim selaku jemaah haji KBIH Wadi Fatimah pada hari
minggu, tanggal 25 Maret 2018, pukul 12.30 WIB WIB di Sekretariat KBIH Jl. Cideng Raya No. 177 Desa
Kertawinangun Kecamatan Kedawung Cirebon.
56
Hasil wawancara dengan Drs. H. Bachroni, M.E selaku wakil ketua Pengurus KBIH Wadi Fatimah pada
hari Selasa, tanggal 25 Maret 2018, pukul 08.30 WIB di Sekretariat KBIH Jl. Cideng Raya No. 177 Desa
Kertawinangun Kecamatan Kedawung Cirebon.

13
mendatangi jemaah secara dor to dor (dari pintu ke pintu) rumahnya. Buktinya adalah terdapat
sejumlah jemaah yang keluar masuk KBIH Wadi Fatimah.57

Upaya Penanggulangan Faktor Penghambat Pelaksanaan Manajemen Pelayanan


Penanggulangan yang dilakukan oleh KBIH Wadi Fatimah dalam mengatasi factor penghambat
pelaksanaan manajemen pelayananan KBIH Wadi Fatimah diantaranya adalah:
Kerjasama yang harmoni dengan pemerintah desa dan jemaah
Pengurus dan panitia pada setiap menyelenggarakan dan melaksanakan bimbingan manasik haji
selalu berkonsultasi dan menjalin kerjasama secara formal dan informal dengan pemerintah desa
tentang penggunaan bagian pinggir jalan Raya Cideng Raya untuk dijadikan tempat parkir
kendaraan roda empat (mobil) jemaah, mengingat tidak ada lahan khusus yang dapat dipakai
menjadi tempat parkir, kecuali kendaraan bermotor roda dua (motor). Kerjasama ini berlangsung
dengan harmoni selama berlangsung pelaksanaan bimbingan hingga pemberangkatan jemaah haji
ke tanah suci, salah satu wujudnya adalah satuan pertahanan sipil pemerintah desa dikerahkan
untuk menertibkan dan mejaga keamanan kendaraan yang diparkir.
Penjadwalan petugas dan cadangan petugas58
Upaya mendisiplinkan petugas di sekretariat KBIH tidak dapat dilakukan secara kaku, melainkan
dengan pendekatan yang fleksibel, sehubungan personalia pengurus dan panitia di KBIH Wadi
Fatimah bukan terdiri dari individu yang khusus sebagai pegawai atau karyawan KBIH Wadi
Fatimah. Mereka adalah insan pengabdi yang berdedikasi tinggi dengan ketulusan hati.
Kondisi ini menuntut penjadwalan petugas yang siaga di sekretariat KBIH untuk melayani
jemaah disertai dengan cadangan petugas agar bisa saling mengisi dan saling menggantikan
sehingga pelayanan tetap berjalan sebagaimana mestinya.
Penguatan produktifitas silaturrahmi alumni
Persaingan ketat antar KBIH, sebenarnya tidak mengganggu dan berdampak negatif terhadap
keberadaan dan animo jemaah memilih KBIH Wadi Fatimah sebagai wadah bimbingan manasik
hajinya, ditambah lagi cara publikasi (jika tidak elok disebut promosi) yang dianutnya adalah
dari mulut ke mulut (word of mouth) yang secara tehnis tidak mengganggu pihak lain, sebab
tidak fulgar dan tanpa menggunakan simbol-simbol dan media serta sarana yang terbuka, seperti
sepanduk, brosur, radio, TV, dan sebagainya.
Silaturrahmi antara sesama alumni yang diselenggarakan oleh setiap rombongan atau
yang tersentralisir di majlis taklim Wadi Fatimah. Penguatan silaturahmi tersebut dan
produktifitasnya, terutama berkaitan dengan publikasi program bimbingan manasik haji perlu
mendapat tempat dan perhatian tersendiri oleh pengurus dan panitia supaya publikasinya lebih
efektif dan produktif bahwa pendaftaran haji hingga mendapatkan porsi haji dapat dibantu oleh
pengurus atau panitia, sehingga hal ini dapat dipahami oleh para jemaah calon haji yang akan
mendaftarkan diri.
Memberikan informasi efektifitas bimbingan manasik haji59

57
Hasil wawancara dengan Drs. H. Bachroni, M.E selaku wakil ketua Pengurus KBIH Wadi Fatimah pada
hari Selasa, tanggal 25 Maret 2018, pukul 08.30 WIB di Sekretariat KBIH Jl. Cideng Raya No. 177 Desa
Kertawinangun Kecamatan Kedawung Cirebon.
58
Hasil wawancara dengan Drs. H. Bachroni, M.E selaku wakil ketua Pengurus KBIH Wadi Fatimah pada
hari Selasa, tanggal 25 Maret 2018, pukul 08.30 WIB di Sekretariat KBIH Jl. Cideng Raya No. 177 Desa
Kertawinangun Kecamatan Kedawung Cirebon.
59
Dokumen hasil pertemuan pengurus dengan calon jemaah haji KBIH Wadi Fatimah, Tanggal 03
Desember 2017.

14
Para pengurus tidak henti-hentinya dalam memberikan bimbingan selalu menginformasikan
kepada calon jemaah haji supaya mematuhi dan menjalankan apa yang di sampaikan oleh
pengurus berkaitan dalam kelancaran bimbingan manasik haji agar dipahami dengan baik bahwa
bimbingan manasik berlangsung efektif, baik yang diselenggarakan dan dilaksnakan di tanah air
maupun di tanah suci. Kelancaran dan efektifitas terukur dari terlaksana bimbingan dengan baik
dan sesuai dengan jadwal bimbingan manasik haji di tanah air dan tanah suci yang telah disusun
dan dibuat oleh pengurus atau panitia bimbingan manasik haji KBIH Wadi Fatimah, dan
pelaksanaanya dari tahun ke tahun berjalan secara efektif.

KESIMPULAN
Manajemen pelayanan yang dilakukan oleh KBIH Wadi Fatimah dalam rangka membimbing
jemaah haji menggunakan pola manajemen keteladanan yang ber pijak pada unsur-unsur
manajemen dari sejak perencanaan, pengorganisasian, pengarahan hingga pengawasan yang
disesuaikan dengan aktivitas pelayanan sehingga menimbulkan hasil yang maksimal dari tujuan
pelayanan yang telah direncakan sebelumnya, yaitu terciptanya kepercayaan dan rasa puas atas
terpenuhinya kebutuhan jemaah haji yang dapat terwujudnya kemanfaatan dan kemaslahatan
yang diterima oleh jemaah haji. Adapun unsur manajemen yang dilakuakn oleh KBIH Wadi
Fatimah diantaranya: planning, organizing, actuating dan controlling.
Penelitian yang penulis lakukan menunjukkan adanya sebuah faktor yang menjadi
pendukung dan penghambat menejemen pelayanan bimbingan ibadah haji pada KBIH Wadi
Fatimah, salah satu faktor pendukungnya adalah: fasilitas bangunan dan peralatan manasik haji
yang memadai, kinerja pengurus dan pembimbing yang maksimal dalam melayani jemaah haji,
bimbingan ibadah haji yang intensif baik di tanah air maupun di tanah suci. Adapun salah satu
faktor penghambatnya adalah: lapangan parkir yang kurang cukup memadai, persaingan
pelayanan dan fasilitas yang ditawarkan oleh KBIH lain, waktu tunggu kuota haji yang relatif
lama.
Upaya manajerial yang diterapkan oleh KBIH Wadi Fatimah dalam menanggulangi
faktor penghambat dalam bimbingan ibadah haji diantaranya: memberikan informasi yang
berhubungan dengan kelancaran prosesi manasik haji kepada calon jemaah haji, usaha melayani
calon jemaah haji oleh pengurus dan pembimbing yang maksimal, memperkuat komunikasi dan
layanan kepada jemaah.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian; suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta,
1998.
Ahmad, Muhammad Tsākir. Al-Musnad Lil Imām Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal. Mesir:
Darul Hadits, 1995.
Asnawi, Nur dan Masyhuri. Metodologi Riset Manajemen Pemasaran. Malang: UIN-Malang
Press, 2009.
Athoilah, Anton. Dasar-Dasar Manajemen. Bandung: Pustaka Setia, 2010.
Ahmad, Hāfidz ibn Alī ibn hajar al-Asqōlānī. Fathu al-Bārī bi Syarhi Shahīhu al-Bukhari.
Lebanon: Dar al-Fikr, 1420 H/2000 M.
Al-Bukhāri , Al-Imām Abī Abdullah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn al-Mughairah ibn
Bardazbah al-Ja’fi. Shahīh al-Bukhari. Lebanon: Dar Al-kotob Al-Ilmiyah, 2009.
Bungin, M. Burhan. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Sosial
Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.
Darmawan, Deni. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2016.

15
Dokumen KBIH Wadi Fatimah tahun 1994 M, 1995 M, dan 2017 M.
Fathoni, Abdurrahman. Metodologi Penelitian dan tekhnik penyusunan skripsi. Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2011.
Hafidhuddin, Didin dan Hendri Tanjung. Manajemen Syariah Dalam Praktik. Jakarta: Gema
Insani Press, 2003.
Hafidhuddin, Didin dan Hendri Tanjung. Manajemen Syariah Dalam Praktik. Jakarta: Gema
Insani Press, 2003.
Jasfar, Farida. Manajemen Jasa Pendekatan Terpadu. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2015.
Kasmir. Etika Customer Service. Jakarta: Rajawali Pers, 2011
Moenir, A.S. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara, 2014.
Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 1997.
Muhammad, Al Hāfīdz Abī Abdullah ibn Yazīd al-Qazwīnī. Sunān Ibn Mājah. Lebanon: Dar Al-
Kutub Al-Ilmiyah, 275 H.
Nidjam, Achmad dan Alatief Hanan. Manajemen Haji. Jakarta: Mediacita, 2006.
Rohidi, Tjejep Rohandi. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press, 1992.
Surakhmad, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar, Metode dan Tehnik. Bandung:
Penerbit Tarsito, 1998.
Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method). Bandung: Alfabeta, 2016.
Suharsaputra, Uhar. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan. Bandung: PT.
Refika Aditama, 2012.
Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta, 2008.
Saebani, Beni Ahmad. Metode Penelitian. Bandung: Pustaka Setia, 2008.
S.P. Hasibuan, Malayu. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara,
2008.
Sukayat,Tata. Manajemen Haji, Umrah, dan Wisata Agama. Bandung: Simbiosa Rekatama
Media, 2016.
Siswanto. Pengantar Manajemen, Jakarta: Bumi aksara, 2008.
Usman, Husaini. Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Widyarini. Manajemen Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH). Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Islam. Volume 7 No. 2, (Juni 2013): 164-185.
Wawancara bersama Bapak Drs. H. Baehaqi Zaenuddin , Ketua KBIH Wadi Fatimah
Wawancara bersama Bapak Drs. H. Bachroni, M.E, Wakil ketua KBIH Wadi Fatimah
Wawancara bersama Bapak H. Kanandi, Sekertaris KBIH Wadi Fatimah
Wawancara bersama Saudara Hanif Haidaryafi, selaku calon jemaah haji KBIH Wadi Fatimah
Wawancara bersama Bapak Mukmin, S.pd , selaku calon jemaah haji KBIH Wadi Fatimah
Wawancara bersama Bapak Muhammad Nursalim, selaku jemaah haji KBIH Wadi Fatimah,

16

Anda mungkin juga menyukai