Anda di halaman 1dari 22

Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah

Volume 5, Nomor 3, 2020, 233-254


DOI: 10.15575/tadbir
Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung
https://jurnal.fdk.uinsgd.ac.id/index.php/tadbir
ISSN: 2623-2014 (Print)ISSN: 2654-3648 (Online)

Manajemen Pondok Pesantren Dalam Membentuk


Santri Yang Berjiwa Entrepreneur
(Studi Deskriptif di Pondok Pesantren Al-Ittifaq Rancabali Kab. Bandung)

Aceng Abdul Aziz1*


1Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri
Sunan Gunung Djati Bandung
*Email : acengaa358@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian ini adalah untuk mengetahui proses manajemen yang dilakukan oleh
Pondok Pesantren Al-Ittifaq meliputi kegiatan bagaimana perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan yang dilakukan Pondok
Pesantren Al-Ittifaq. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif, adapun teknik pegumpulan data yang digunakan adalah
teknik observasi wawancara dan studi dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa Pondok Pesantren Al-Ittifaq dalam membentuk santri
yang berjiwa entrepreneur dalam menerapkan pola manajemen sudah cukup
berhasil melalui perencanan yang meliputi konsep dan strategi yang matang,
memiliki patokan sasaran yang ingin dicapai, serta jelasnya garapan dan program
kegiatan santri yang akan dilaksanakan. Pengorganisasian yang dilakuan meliputi
pembagian kerja pengurus dan pembagian tugas ke dalam sebuah struktural, serta
penempatan kerja sesuai keahlian yang dimiliki santri. Pengarahan yang di lakuan
meliputi kegiatan pengajian malam selasa, tausiyah subuh pada hari Selasa,
kegiatan pelatihan, dan ada juga terdapat pada slogan dan pepatah-pepatah yang
di keluarkan oleh Pimpinan Pondok Pesantren Al-Ittifaq. Pengawasan yang
dilakuan meliputi kegiatan pemantauan langsung ke lapangan yang di lakukan
pemimpin atau pengurus pesantren, pantauan tidak langsung melalui kegiatan
rapat evaluasi, serta adanya tolak ukur dan faktor pendukung keberhasilan berupa
faktor fisik dan non fisik sehingga tercapailah tujuan pondok pesantren yang telah
direncanakan sebelumnya.
Kata Kunci : Manajemen, Pondok Pesantren, Santri, Entrepreneur.

Diterima: Juli 2020. Disetujui: Agustus 2020. Dipublikasikan: September 2020 233
A.A. Aziz

ABSTRAK

This study is to determine the management process carried out by the Al-Ittifaq Islamic Boarding
School which includes the activities of planning, organizing, directing, and monitoring carried out
by Al-Ittifaq Islamic Boarding School. This study used a descriptive method with a qualitative
approach, while the data collection techniques used were interview observation and documentation
study techniques. Based on the results of the study, it can be concluded that the Al-Ittifaq Islamic
Boarding School in forming students with entrepreneurial spirit in implementing management
patterns has been quite successful through planning which includes mature concepts and strategies,
has a target benchmark to be achieved, as well as a clear plan and program of activities for the
students to be. implemented. The organization that is carried out includes the division of work
for the management and the division of tasks into a structural, as well as job placement according
to the expertise of the students. The briefing includes recitation activities on Tuesday night, dawn
tausiyah on Tuesday, training activities, and there are also slogans and proverbs issued by the
leadership of the Al-Ittifaq Islamic Boarding School. The supervision carried out includes direct
monitoring activities in the field carried out by the leaders or administrators of the pesantren,
indirect monitoring through evaluation meeting activities, as well as the existence of benchmarks
and success supporting factors in the form of physical and non-physical factors so that the goals
of the pesantren that have been planned before are achieved.
Keywords: Management, Islamic Boarding Schools, Santri, Entrepreneurs

PENDAHULUAN
Pondok Pesantren Al-Ittifaq merupakan salah satu model Pondok Pesantren yang
mandiri dimana para santri tidak dikenakan biaya untuk belajar mengaji, untuk
menutupi keperluan maka Pondok Pesantren mengadakan usaha agribisnis
(entrepreneur organic), dikarenakan potensi wilayahnya cocok untuk budidaya
sayuran. Oleh karena itu pondok pesantren Al-Ittifaq yang dikenal sebgai pondok
pesantren agribisnis memiliki dampak ganda terhadap proses pendidikan, selain
sebagai sarana pemenuhan kebutuhan warga pesantren juga menekan biaya
produksi sehingga produk yang dihasilkan dapat memiliki nilai keunggulan
kompetitif dan komparatif serta menjadi laboratorium bagi penumbuh kembang
jiwa mandiri dan entrepreneur santri.
Peneliti mengkaji dari berbagai literatur yang menggambarkan permasalahan
yang hampir sama tujuannya, untuk menghindari kesamaan dalam penelitian dan
plagiatisme, maka sebelumnya peneliti akan menyampaikan beberapa hasil
penelitian sebelumnya yang memiliki relevansi dengan penelitian ini antara lain
sebagai berikut: pertama Skripsi yang telah disususun oleh Denden Darisman
(2011) dengan judul “Fungsi Pengorganisasian Agrobisnis Dalam Meningkatkan

234 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 5 No. 2 (2020) 233-254


Manajemen Pondok Pesantren Dalam Membentuk Santri Yang Berjiwa Entrepreneur

Kemajuan Pondok Pesantren Al-Ittifaq” Skripsi ini menjelaskan bagaimana


pengelompokan santri serta pembagian tugas pondok pesantren serta
pengorganisasian berbagai elemen masyarakat di sekitar pondok pesantren untuk
melakukan aktvitas-aktivitas yang telah direncanakan oleh pondok pesantren
sehingga bisa menjadikan pondok pesantren yang mandiri, dan pada akhirnya
mampu mensejahtrakan santri dan masyarakat disekitarnya. Kedua Skripsi yang
telah disusun oleh Agus (2009) dengan judul “Manajemen Pondok Pesantren
Salafi dalam Kaderisasi Santri” Skripsi ini menggambarkan strategi perencanaan
pondok pesantren Salafi Miftahulhidayah dengan membuat program jangka
panjang, menengah, dan jangka pendek serta upaya pengkaderan dengan
mensinergikan ilmu agama dan ilmu umum menjadi satu kesatuan yang utuh.
Sehingga hasil yang dicapai oleh pondok pesantren Miftahulhidayah terlihat dari
alumni pesantren yang telah menjadi pigur kiyai.
Lokasi pondok pesantren ini ada di sebelah selatan kota Bandung yang
beralamat di kampunng Ciburial, Desa Alam Endah, Kecamatan Ciwidey,
Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat. Jarak pondok pesantren ke kota
Kecamatan 7 km, ke kota Kabupaten (Pendopo Pemda) 29 km dan ke kota
Bandung 40 km.
Adapun batasan masalah yang dirumuskan oleh peneliti adalah 1.
Bagaimana perencanaan program yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Al-
Ittifaq dalam membentuk santri yang berjiwa entrepreneur ? 2. Bagaimana
pengorganisasian yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Al-Ittifaq dalam
membentuk santri yang berjiwa entrepreneur ? 3. Bagaimana pengarahan yang
dilakukan oleh Pondok Pesantren Al-Ittifaq dalam membentuk santri yang berjiwa
entrepreneur ? 4. Bagaimana pengawasan yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Al-
Ittifaq dalam membentuk santri yang berjiwa entrepreneur ?.
Dalam penelitian ini metode yang akan digunakan oleh peneliti adalah
metode deskriptif, hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan tentang
manajemen Pondok Pesantren Al-ittifaq dalam membentuk santri yang berjiwa
entrepreneur melauli observasi ke lapangan, wawancara dan studi kepustakaan yang
mendukung terhadap objek penelitian. Kemudian data yang sudah terkumpul
dianalisis sehingga peneliti dapat memperoleh data dengan benar, akurat, dan
lengkap sesudah melalui proses pengumpulan data dan pengolahan data secara
sistematis. Karena pesantren adalah salah satu bentuk dari lembaga, baik itu yang
sudah formal maupun non formal yang sudah tentu didalamnya mengandung
Struktural baik tertulis ataupun tidak tertulis. Dengan adanya hierearki struktural
tersebut maka terdapat seorang manajer/pemimpin yang mengatur kendali ketika
pesantren tersebut terus berjalan. Untuk mencapai tujuan organisasi dengan
pemanfaatan sumberdaya-sumberdaya di Pondok Pesantren maka sistem
manajerial adalah ruh dari organisasi/lembaga yang akan menggerakan semua
Tadir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 5 No. 2 (2020) 233-254 235
A.A. Aziz

elemen yang ada di dalamnya.


Adapun teori yang digunakan diantaranya teori mengenai manajemen para
ahli berbeda-beda dalam mendefinisikan konsep manjemen, hal ini diakibatkan
berbeda-bedanya sudut pandang mereka terhadap pengertian manajemen.
Menurut para ahli antara lain sebagai berikut : Menurut Hasibuan Manajemen
adalah suatu ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia
dan sumber-sumber lainnya secara efektif daan efisien untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Menurut G.R. Terry dalm buku Malayu Hasibuan, (1996 : 2).
Manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan
untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui
pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumber-sumber lainnya. Harold Koontz
dan Cyril O’Donnel menyebutkan bahwa manajemen adalah usaha mencapai
suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer
mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan pengendalian
(Malayu Hasibuan, 2006: 3).
Manajemen menurut ajaran Islam sangat dianjurkan, baik pada individu
ataupun untuk diaplikasikan pada sebuah lembaga, karena pondok pesantren
adalah lembaga dakwah yang dihuni oleh Orang-orang mencari ilmu (jihad) di jalan
Allah SWT, maka sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat As-
Shaff ayat ke 4: ”Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam
barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.”
Sebelum kita membahas lebih jauh, perlu kita ketahui terlebih dahulu apa itu
entrepreneur. Kewirausahaan adalah padanan kata dari entrepreneurship dalam bahasa
Inggris, unternehner dalam bahasa Jerman, ondernemen dalam bahasa Belanda.
Sedangkan di Indonesia diberi nama kewirausahaan. Kata entrepreneurship berasal
dari bahasa Prancis. Yaitu entreprende yang berarti petualang. Pengambil risiko,
kontraktor, pengusaha (orang yang mengusahakan sesuatu pekerjaan tertentu),
dan pencipta yang menjual hasil ciptaannya. Istilah ini diawali oleh Richad
Cantillon (1755), yaitu Entrepreneurial is an innovator and individual developing something
unique and new. Istilah ini dipopulerkan oleh ekonom J. B Say (1830) untuk
menggambarkan para pengusaha yang mampu mengelola sumber-sumber daya
yang dipunyai secara ekonomis (efektif dan efisien) dari tingkat produktivitas yang
rendah menjadi lebih tinggi. Ada lagi pendapat bahwa wirausaha adalah pelaku
utama dalam pembangunan ekonomi dan fugsinya adalah melakukan inovasi atau
kombinasi-kombinasi yang baru untuk sebuah inovasi. Wirausaha melakukan
sebuah proses yang disebut creative destruction untuk menghasilkan suatu nilai
tambah (added value) guna menghasilkan nilai yang lebih tinggi. Untuk itu
keterampilan wirausaha berintikan kreativitas. Oleh sebab itu, bisa dikatakan
236 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 5 No. 2 (2020) 233-254
Manajemen Pondok Pesantren Dalam Membentuk Santri Yang Berjiwa Entrepreneur

bahwa the core of entrepreneurial skill is creativity. Banyak yang berpendapat bahwa
kewirausahaan itu ilmu pengetahuan. Untuk itu mari kita coba uraikan (Wira:
berani, pejuang, gagah) (Usaha: usaha) Wirausaha: berani usaha mandiri.
Entrepreneurship adalah suatu kemampuan untuk mengelola sesuatu yang ada
dalam diri untuk dimanfaatkan dan ditingkatkan agar lebih optimal (baik) sehinga
meningkatkan taraf hidup dimasa mendatang (Hendro, 2011: 31). Entrepreneur
merupakan seseorang yang memiliki kreativitas suatu bisnis baru dengan berani
menanggung risiko dan ketidakpastian yang bertujuan untuk mencapai laba dan
pertumbuhan usaha berdasarkan identifikasi peluang dan mampu
mendayagunakan sumber-sumber serta memodali peluang ini (Yuyus Suryana dan
Kartib Bayu, 2010: 13).

LANDASAN TEORITIS
Secara etimologi Manajemen dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata “manage”
berarti mengemudikan, mengurus, mengatur, dan memerintah. Definisi yang
paling sederhana, tetapi sekaligus paling ”klasik” tentang manajemen bahwa
manajemen adalah seni memperoleh hasil melalui berbagai kegiatan yang
dilakukan oleh orang lain (Siagian, 2012:9).
Definisi Manajemen mengalami perkembagan dari masa ke masa tergantung
kebutuhan organisasi, sehingga istilah manajemen yang dikemukakan oleh para
ahli sangat beragam. Definisi manajemen yang diutarakan para ahli tidak ada yang
dijadikan patokan dalam pelaksanaan manajerial, akan tetapi seorang manajer
harus mapu melaksanakan peranannya memilih konsep manajemen yang akan
dijadikan landasan dalam organisasi yang dipimpinnya.
Menurut N.George R. Terry Management is the process of planing, organizing,
actuating and controlling, performed to determine and accomplish common stated objectives goals
by the use of human being and other resources. “Manajemen itu merupakan proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian, yang dilakukan
untuk menetapkan dan mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumbersumber lainnya” (Syamsi,
1994:59).
Menurut Harold Koontz dan Cyril O’Donnel Management is geeting things done
through people, in bringing about this coordinating of groupactivity , the manager plans,
organizes, staffs direct, and controll the activities other people. “Manajemen adalah usaha
mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain, dengan demikian
manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan dan pengendalian”
(Syukur. 2011:8).

Tadir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 5 No. 2 (2020) 233-254 237


A.A. Aziz

Menurut Malayu S.P Hasibuan dalam bukunya “Manajemen Dasar, Pengertian,


dan Masalah (2006:2) Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan
efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Menurut Saefullah dalam bukunya Manajemen Pendidikan Islam (2012:3)
Manajemen adalah proses atau kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau
pengarahan pada kelompok manusia ke arah tujuan organisasional atau maksud-
maksud yang nyata.
Dari beberapa definisi manajemen diatas, kiranya dapat ditarik kesimpulan,
bahwa manajemen merupakan kemapuan dan keterampilan khusus yang dimiliki
oleh seseorang untuk melakukan kegiatan baik secara perorangan ataupun
bersama atau melalui orang lain dalam upaya mencapai tujuan, sasaran, dengan
mengatur dan mendayagunakan sumberdaya manusia, sarana dan prasarana untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Memang asal mula manajemen pada badan usaha yang sifatnya business,
tetapi kemudian manajemen berkembang menjadi suatu ilmu pengetahuan, yang
meliputi badan-badan usaha bersama yang tergabung dalam suatu ikatan atau
kelompok tertentu, untuk mencapai sasaran dan tujuannya. Sebab manajemen
adalah mengatur, menciptakan, merencanakan, dengan melaksanakan berbagai
fungsi yang sesuai untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Dengan
demikian maka manajemen tidak hanya menyangkut badan usaha dalam business
semata akan tetapi menyangkut berbagai aspek kehidupan dalam suatu kelompok
sosial kemasyarakatan, pemerintahan, keagamaan, dan manajemen proyek
(Tanthowi, 1983:19).
Sebelum tahun 1960-an, pusat-pusat pendidikan pesantren di Indonesia
lebih dikenal dengan nama Pondok barangkali berasal dari pengertian asrama-
asrama para santri atau tempat tinggal yang dibuat dari bambu, atau barangkali
berasal dari kata Bahasa Arab, Funduq, yang artinya hotel atau asrama. Adapun
yang berpendapat perkataan pesantren berasal dari kata santri, yang dengan awalan
pe di depan dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri. (Zamakhsyari
Dhofier, 2011:41).
menurut Mujamil Qomar dalam bukunya, Pondok Pesantren didefinisikan
sebagai suatu tempat pendidikan dan pengajaran yang menekankan pelajaran
agama Islam dan didukung asrama sebagai tempat tinggal santri yang bersifat
permanen (Mujamil Qomar, 2005:1) Nurcholish Madjid menegaskan bahwa
pondok pesantren adalah artefak peradaban Indonesia yang dibangun sebagai
institusi pendidikan keagamaan bercorak tradisional, unik, dan indigenous (asli)
(Nurcholish Madjid, 1997:10).
Hampir dapat dipastikan, lahirnya suatu pesantren berawal dari beberapa
elemen dasar yang selalu ada di dalamnya. Ada lima elemen pesantren, antara satu
238 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 5 No. 2 (2020) 233-254
Manajemen Pondok Pesantren Dalam Membentuk Santri Yang Berjiwa Entrepreneur

dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Kelima elemen tersebut meliputi kiyai,
santri, pondok, masjid, dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik, atau yang sering
disebut dengan kitab kuning (Amin Haedari dkk., 2004: 26). Pondok, masjid,
santri, pengajaran kitab Islam klasik dan kiyai adalah lima elemen dasar tradisi
pesantren. Ini berarti bahwa suatu lembaga pengajian yang telah berkembang
hingga memiliki kelima elemen tersebut berubah statusnya menjadi pesantren
(Zamakhsyari Dhofier, 2011:79).
Adapun pengertian manajemen pondok pesantren yang dimaksud penulis
adalah proses pengelolaan lembaga sosial keagamaan yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan serta pengawasan yang melibatkan secara optimal
kontribusi sumberdaya manusia, dana, fisik dan sumber-sumber lainnya untuk
mencapai tujuan pondok pesantren secara efektif dan efisien.
Tujuan manajemen adalah sesuatu yang ingin direalisasikan, yang
menggambarkan cakupan tertentu dan menyarankan pengarahan kepada usaha
seorang manajer. Berdasarkan pengerian di atas, minimum dapat diambil empat
elemen pokok,yaitu a. Sesuatu yang ingin direalisasikan (goal) b. Cakupan (scope)
c. Ketepatan (definitness), dan d. Pengarahan (direction). Tujuan umum pesantren
adalah membina warga negara agar berkepribadian Muslim sesuai dengan ajaran-
ajaran agama Islam dan menanamkan rasa keagamaan tersebut pada semua segi
kehidupannya serta menjadikannya sebagai orang yang berguna bagi agama,
masyarakat, dan negara.”
Adapun tujuan khusus pesantren adalah sebagai berikut: a). Mendidik
siswa/santri anggota masyarakat untuk menjadi seorang Muslim yang bertakwa
kepada Allah SWT, berakhlak mulia, memiliki kecerdasan, ketrampilan dan sehat
lahir batin sebagai warga negara yang berpancasila; b). Mendidik siswa/santri
untuk menjadikan manusia Muslim selaku kader-kader ulama dan mubaligh yang
berjiwa ikhlas, tabah, tangguh, wiraswasta dalam mengamalkan sejarah Islam
secara utuh dan dinamis; c). Mendidik siswa/santri untuk memperoleh
kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan
manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya dan
bertanggungjawab kepada pembangunan bangsa dan negara; d). Mendidik tenaga-
tenaga penyuluh pembangunan mikro (keluarga) dan regional
(pedesaan/masyarakat lingkungannya); e). Mendidik siswa/santri agar menjadi
tenaga-tenaga yang cakap dalam berbagai sektor pembangunan, khususnya
pembangunan mental-spiritual; f). Mendidik siswa/santri untuk membantu
meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat lingkungan dalam rangka usaha
pembangunan masyarakat bangsa.
Dari beberapa tujuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan pesantren
adalah membentuk kepribadian Muslim yang menguasai ajaran-ajaran Islam dan

Tadir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 5 No. 2 (2020) 233-254 239


A.A. Aziz

mengamalkannya, sehingga bermanfaat bagi agama, masyarakat, dan Negara


(Mujamil Qomar, 2005: 3-6).
Unsur-unsur Manajemen Menurut Harrington Emerson dalam Phiffner
John F. dan Presthus Robert V. (1960) manajemen mempunyai lima unsur (5M),
yaitu: Men , Money, Materials, Machines, and Methods. George R Terry dalam bukunya
Principle of Management mengatakan, ada enam sumber daya pokok dari manajemen,
yaitu: Men and women, Materials, Machines, Methods, Money, Markets . Sistematika dari
pandangan para ahli itu jelas menunjukan, manusia merupakan unsur manajemen
yang pokok. Manusia tidak dapat disamakan dengan benda, ia mempunyai
peranan, pikiran, harapan serta gagasan. Reaksi psikisnya terhadap keadaan
sekeliling dapat menimbulkan pengaruh yang lebih jauh dan mendalam serta sukar
untuk diperhitungkan secara seksama. Oleh karena itu, manusia perlu senantiasa
diperhatikan untuk dikembangkan ke arah yang positif sesuai dengan martabat dan
kepribadiannya sebagai manusia. Sejalan dengan pandangan itu, Harold Konntz
dan Cyril O'Donnel (1972) menegaskan, “Management is the development of people, not
the direction of thing” (Yayat M. Herujito, 2006:6-7).
Fungsi-fungsi manajemen yang fundamental dari sekian banyak tokoh
yang menjelaskan tentang fungsi manajemen, oleh tokoh George R. Terry
dirampingkan sehingga membentuk manajemen sebagai salah satu proses sebagai
berikut : a). Perencanaan (Planning) Kegiatan yang menentukan berbagai tujuan
dan penyebab tindakan-tindakan selanjutnya (Yayat M. Herujito, 2006:27).
Perencanaan merupakan usaha sadar dan pengambilan keputusan yang telah
diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan
dalam suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya (Siagian, 2012:36). b). Pengorganisasian (Organizing) Kegiatan
membagi pekerjaan di antara anggota kelompok dan membuat ketentuan dalam
hubunganhubungan yang diperlukan. Pengorganisasian ialah keseluruhan proses
pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, serta wewenang dan tanggung
jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan
sebagai suatu kesatuan yang utuh dan bulat dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya (Siagian, 2012:60). c). Penggerakan/pengarahan
(Actuating) Kegiatan menggerakkan anggota-anggota kelompok untuk
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugas masing-masing. Penggerakan atau
pengarahan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan usaha, cara, teknik, dan
metode untuk mendorong para anggota organisasi agar mau dan ikhlas bekerja
240 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 5 No. 2 (2020) 233-254
Manajemen Pondok Pesantren Dalam Membentuk Santri Yang Berjiwa Entrepreneur

dengan sebaik mungkin demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien, efektif,
dan ekonomis (Siagian, 2012:95). d). Pengawasan (Controlling) Kegiatan untuk
menyesuaikan antara pelaksanaan dan rencana-rencana yang telah ditentukan
(Yayat M. Herujito, 2006:27). Pengawasan merupakan proses pengamatan dari
seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin bahwa semua pekerjaan yang
sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya
(Siagian, 2012: 125).
Menurut Ma’shum, fungsi pesantren semula mencakup tiga aspek yaitu fungsi
religius (diniyyah), fungsi sosial (ijtimaiyyah), dan fungsi edukasi (tarbawiyyah) Ketiga
fungsi ini masih berlangsung hingga sekarang. Fungsi lain adalah sebagai lembaga
pembinaan moral dan kultural. A. Wahid Zaeni menegaskan bahwa di samping
lembaga pendidikan, pesantren juga sebagai lembaga pembinaan moral dan
kultural, baik di kalangan para santri maupun santri dengan masyarakat.
Kedudukan ini, memberikan isyarat bahwa penyelenggaraan keadilan sosial
melalui pesantren lebih banyak menggunakan pendekatan kultural (Mujamil
Qomar, 2005:22).
Adapun Pengertian santri, Santri adalah siswa atau murid yang belajar di
pesantren. Seorang ulama bisa disebut sebagai kiyai kalau memiliki pesantren dan
santri yang tinggal dalam pesantren tersebut untuk mempelajari ilmu-ilmu agama
Islam melalui kitab-kitab kuning. Oleh karena itu, eksistensi kiyai biasanya juga
berkaitan dengan adanya santri di pesantrennya (Amin Haedari, 2004:35).
Santri merupakan peserta didik atau objek pendidikan, tetapi dibeberapa
pesantren, santri yang memiliki kelebihan potensi intelektual (santri senior)
sekaligus merangkap tugas mengajar santri-santri yunior (Mujamil Qomar,
2005:20).Santri merupakan elemen yang penting sekali dalam perkembangan
sebuah pesantren, karena langkah pertama dalam tahap-tahappembangunan
pesantren adalah harus ada murid yang dating untuk belajar dari seorang alim.
Maka kalau murid itu sudah menetap dirumah seorang alim maka seorang alim itu
disebut kiyai dan mulai membangun fasilitas yang lebih lengkap untuk pondoknya
(Mustofa Harun dkk., 2009:434).
Pengertian yang dipakai dalam lingkungan orang-orang pesantren, seorang
alim hanya bisa disebut kiyai bilamana memiliki pesantren dan santri yang tinggal
dalam pesantren untuk mempelajari kitab-kitab Islam klasik, Oleh karena itu,
santri merupakan elemen penting dalam suatu lembaga pesantren. Perlu diketahui
bahwa menurut tradisi pesantren, santri terdiri dari dua: a) Santri mukim, yaitu
Tadir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 5 No. 2 (2020) 233-254 241
A.A. Aziz

murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam kelompok
pesantren. Santri mukim yang paling lama tinggal di pesantren biasanya
merupakan satu kelompok tersendiri yang memang bertanggung jawab mengurusi
kepentingan pesantren sehari-hari; mereka juga memikul tanggung jawab mengajar
santri-santri muda tentang kitab-kitab dasar dan menengah. b). Santri kalong, yaitu
murid-murid yang berasal dari desa-desa di sekitar pesantren, biasanya tidak
menetap dalam pesantren. Untuk mengikuti pelajarannya di pesantren, mereka
bolak-balik (nglajo) dari rumahnya sendiri. Biasanya perbedaan antara pesantren
besar dan pesantren kecil dapat dilihat dari komposisi santri kalong. Semakin besar
sebuah pesantren, semakin besar jumlah santri mukimnya. Dengan kata lain,
pesantren kecil memiliki lebih banyak santri kalong daripada santri mukim
(Zamakhsyari Dhofier, 2011:89).
Adapun Istilah kewirausahaan merupakan padanan kata dari
entrepreneurship dalam bahasa inggris. Kata entrepreneurship sendiri sebenarnya
berawal dari bahasa Prancis yaitu ‘entreprende’ yang berarti petualang, pencipta, dan
pengelola usaha. Istilah ini diperkenalkan pertama kali oleh Rihard Cantillon
(1755). Istilah ini makin populer setelah dit gunakan oleh pakar ekonomi J.B. Say
(1803) untuk menggambarkan para pengusaha yang mampu memindahkan
sumber daya ekonomis dari tingkat produktivitas rendah ke tingkat yang lebih
tinggi serta menghasilkan lebih banyak lagi (Yuyus Suryana & kartib bayu,
2010:12).
Sedangkan menurut bahasa Sansekerta Wirausaha itu sama dengan
Wiraswasta. Wira artinya Utama, gagah, berani; Swa berarti sendiri; sedangkan Sta
bermakna berdiri. Jadi jelasnya bahwa Wirausaha tersebut adalah orang-orang
yang : a. Gagah berani melaksanakan kegiatan produktif untuk menghasilkan
barang/jasa dan meraih keuntungan b. Mengejar peluang untuk mengisi
kebutuhan melalui inovasi c. Selalu mencari perubahan serta memanfaatkannya
menjadi peluang serta berani menanggung resiko dalam pelaksanaannya.
Wirausaha adalah melakukan sebuah proses yang disebut creative destruction untuk
menghasilkan suatu nilai tambah (add value) guna menghasilkan nilai yang lebih
tinggi. Untuk itu keterampilan wirausaha berintikan kreativitas (Hendro, 2011:29).
Menurut Ahmad Baihaqi Berikut beberapa tujuan dari seorang wirausaha
yang seharusnya: a). Berusaha dan bertekad dalam meningkatkan jumlah para
wirausaha yang baik dengan kata lain ikut serta dalam mengkader manusia-
manusia calon wirausaha untuk membangun jaringan bisnis yang lebih baik. b).
242 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 5 No. 2 (2020) 233-254
Manajemen Pondok Pesantren Dalam Membentuk Santri Yang Berjiwa Entrepreneur

Ikut serta dalam mewujudkan kemampuan para wirausaha untuk meningkatkan


kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat dan Negaranya. c). Ikut serta dalam
menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran serta orientasi kewirausahaan
yang kokoh. d). Menyebarluaskan dan membuat budaya ciri-ciri kewirausahaan
disekitarnya terutama dalam masyaraka. e). Mengembangkan dalam bentuk inovasi
dan kreasi agar tercipta dinamika dalam kewirausahaan atau dunia bisnis sehingga
kemakmuran dapat tercapai (Ahmad Baihaqi: th).
Ciri-ciri seorang wirausahawan menurut Meredith (1996) yang dikutip oleh
(Muh. Yunus, 2008:33) ada 6 (enam) macam dengan satu tambahan sifat jujur dan
tekun sebagai berikut: Karakteristik: Percaya diri, Berorientasikan tugas dan hasil,
Pengambil risiko, Kepemimpinan, Keorisinilan, Berorientasi kemasa depan, Jujur dan tekun.
Indikator: 1. Keyakinan, kemandirian, individualitas, optimisme 2. Kebutuhan
akan prestasi, berorientasi pada laba, memiliki ketekunan dan ketabahan, memiliki
tekad ynag kuat,suka bekerja keras, energik dan memiliki inisiatif 3. Memiliki
kemampuan mengambil risiko 4. Bertingkah laku sebag ipemimpin, dapat bergaul
dengan orang lain, dan suka terhadp saran dan kritik yang membangun 5.
Memiliki inovasi dan kreatifitas tinggi, fleksibel, serba bisa dan memiliki jaringan
bisnis yang luas 6. Memiliki prestasi dan cara pandang (orientasi) pada masa depan
7. Memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja

HASIL DAN PEMBAHASAN


Perencanaan program yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Al-Ittifaq
dalam membentuk santri yang berjiwa entrepreneur
Setiap usaha apapun jenisnya, akan dapat berjalan secara efektif dan efisien,
bilamana sebelumnya sudah direncanakan secara matang. Apabila perencanaan
secara matang, penyelenggaraaan segala kegiatan akan berjalan lebih terarah dan
teratur. Di samping itu perencanaan juga memungkinkan dipilihnya tindakan yang
dapat sesuai dengan situasi dan kondisi. Berdasarkan hasil wawancara yang telah
dilakukan penulis dengan ketua Bidang Kopontren (Koprasi Pondok Pesantren)
bahwa Pondok Pesantren Al-Ittifaq adalah salah satu model pondok pesantren
yang mandiri dimana para santri tidak dikenakan biaya untuk kegiatan belajar
mengaji, untuk menutupi kegiatan sehari-hari dari keperluan pondok pesantren
maka pondok pesantren mengadakan usaha agribisnis (entrepreneur organic),
dikarenakan potensi wilayahnya cocok untuk budidaya sayuran.
Tadir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 5 No. 2 (2020) 233-254 243
A.A. Aziz

Sebelum melakukan perencanaan maka hendaknya keberhasilan suatu


organisasi mencapai sasaran dapat dianalisis dengan menentukan/menganalisis
kekuatan, kelemahan, peluang, dan hambatan yang dihadapi oleh lembga tersebut.
apabila ditinjau dari kondisi lapangan maka dpat dijabarkan sebagai berikut:
Kekuatan yang dimiliki oleh Pondok Pesantren Al-Ittifaq Salah satunya
keunggulan dan kekuatan pesantren dalam upaya pengembangan pertanian atau
agribisnis adalah kyai dan santri yang menjadi panutan masyarakat desa sehingga
dapat menjadi penggerak pembangunan pedesaan. Selain kekuatan yang dijelaskan
diatas potensi sumberdaya yang dimiliki oleh pondok pesantren adalah sumber
daya manusia (SDM) berupa potensi santri, jama’ah dan masyarakat sekitar
pondok yang umumnya bermata pencaharian sebagai petani. Potensi sumberdaya
lainnya adalah potensi sumber daya alam (SDA) berupa lahan dan usaha tani di
sekitar pesantren. Untuk itu sangat tepat apabila pondok pesantren melakukan
kegiatan pengembangan usaha agribisnis. Data yang didapatkan melaui wawancara
dengan Bidang Kopontren dan Agribisnis mengungkapkan pihak pesantren juga
memiliki kekuatan yakni melakukan kerja sama dengan departemen pertanian,
dengan dilibatkannya tenaga PPP (petugas penyuluh lapangan) untuk membina
pengaturan pola tanam, teknologi budaya dan cocok tanam. Diluar itu, secara
internal, pihak pesantren pun secara rutin mengadakan forum pertemuan antara
santri dengan petani untuk membahas pola tanam dan teknologi budidaya yang
biasa dilakukan setiap hari Kamis, malam Jum’at, di tiap-tiap awal bulan.
Kegiatan ini masih berlangsung hingga sekarang. Untuk lebih meningkatkan
kinerja dan hasil usaha santri, PP.
Al-Ittifaq juga menjalin kerjasama dengan berbagai pihak dalam bentuk
kemitraan, diantaranya dengan : 1). Masyarakat dan petani sekitar pesantren,
berupa pembinaan dan penyaluran hasil produk masyarakat oleh pesantren. 2).
Instansi pemerintah terkait dan BUMN, berupa kerjasama dibidang
pengembangan SDM, bantuan permodalan dan pengembangan sarana prasarana.
3). Lembaga pendidikan, berupa kerjasama pengembangan teknologi pertanian
melalui penelitian, magang dsb. Diantara lembaga pendidikan yang menjalin
kerjasama dengan PP. Al-Ittifaq adalah IPB Bogor, Unpad Bandung, Unwim
Bandung, Unsil Tasikmalaya, ITB Bandung, Ikopin Sumedang, UMY Yogyakarta,
UNS Solo, Unbraw Malang, Universitas Satyagama Jakarta dll. 4). Lembaga
keuangan dan lembaga usaha . 5). Pihak-pihak lain yang sekiranya dapat
memberikan manfaat bagi pengembangan usaha dan pendidikan dalam rangka
penegakkan syi’ar Islam dan peningkatan kesejahtraan umat.
Peluang yang dimiliki pondok pesantren adalah peluang pada bidang
pemasaran hasil produksi, hal ini dibuktikan dengan ditanda tanganinya MoU

244 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 5 No. 2 (2020) 233-254


Manajemen Pondok Pesantren Dalam Membentuk Santri Yang Berjiwa Entrepreneur

dengan beberapa supermarket, seperti HERO, MAKRO, DIAMOND, YOGYA,


GRIYA dsb.
Hambatan atau kendala biasanya terdapat pada lingkungan dan musim
(faktor alam), karena kalau pemasokan sayuran di petani terganggu akibat faktor
alam tersebut mengakibatkan gagal panen akan berdampak terhadap tidak
tersdianya pasokan barang untuk dipasarkan. Jelas hal tersebut menjadi hambatan
untuk memasok sayuran kepada pasar swalayan, (supermarket-supermarket)
sehingga pondok pesantren harus mencari barang ke luar daerah untuk
menggantikan barang yang kosong di lingkungan pesantren.
Berdasarkan data hasil observasi, Sasaran dan pengembangan Pondok
Pesantren Al-Ittifaq antara lain adalah: 1). Tumbuhnya jiwa wirausaha
(entrepreneurship) dikalangan santri dan alumninya, sehingga mampu
mengembangkan usaha sebagai motor untuk menggerakan perekonomian
masyarakat. 2). Berkembangnya kegiatan ekonomi di lingkungan pesantren, sesuai
dengan potensi daerah, sehingga dapat menumbuhkan unit-unit usaha yang
berdaya saing tinggi untuk menunjang terciptanya kemandirian pengelolaan
pesantren. 3). Terbentuknya kelembagaan ekonomi dan Lemaga keuangan Mikro
(LKM) yang bersumber pada nilai-nilai Islam di pesantren. 4). Terbinanya jaringan
kerjasama antar, lembaga-lembaga ekonomi dan pendanaan, baik secara horizontal
di lingkungan pesantren maupun secara vertikal sampai ke tingkat Nasional.
Kegiatan pesantren ini mempunyai multiply efect terhadap kelangsungan proses
pendidikan di PP. Al-Ittifaq. Selain sebagai sarana untuk pemenuhan kebutuhan
warga pesantren, juga sebagai upaya pembelajaran bagi warga masyarakat sekitar
pesantren, sehingga kelestarian lingkungan tetap terpelihara serta produk yang
dihasilkan dapat mempunyai nilai ekonomi tinggi. Kegiatan inipun menjadi
laboratorium bagi penumbuhkembangan jiwa mandiri dan wirausaha santri dan
masyarakat sekitar pesantren. Hal itu sesuai dengan tujuan pendidikan yang
diharapkan PP Al-Ittifaq yakni mencetak santri yang berakhlak mulia, mandiri dan
berjiwa wirausaha.
Dengan pengembangan Pondok Pesantren agribisnis ini diharapkan selain
mendapatkan ilmu agama sebagai bekal hidup didunia dan akherat, para santri juga
mendapatkan ilmu dan ketrampilan dalam bertani dan berbisnis. Dengan
pesantren agribisnis ini pula maka biaya pendidikan di pondok pesantren dapat
diminimalisir bahkan sebagian pondok pesantren sudah menggratiskan biaya
pendidikan selama di pondok pesantren dan sebagai gantinya, santri harus bekerja
Tadir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 5 No. 2 (2020) 233-254 245
A.A. Aziz

dalam sistem agribisnis pesantren selain tetap harus mengerjakan tugas utama
santri yaitu mengaji.
Pengorganisasian yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Al-Ittifaq dalam
membentuk santri yang berjiwa entrepreneur
Pengorganisasian mempunyai arti penting bagi Pondok Pesantren Al-Ittifaq sebab
dengan pengorganisasian maka semua kegiatan akan lebih mudah dalam
pelaksanaannya. Hal ini disebabkan karena dengan membagi-bagi tugas yang lebih
terperinci serta diserahkan pelaksanaannya kepada beberapa personil, akan
mencegah timbulnya kumulasi pekerjaan hanya kepada diri seseorang pelaksana
saja. Kalau seandainya kumulasi pekerjaan hanya kepada diri seorang pelaksana
saja. tentu akan memberatkan dan menyulitkan pihak tertentu saja. Di samping itu
perincian tugas akan memudahkan bagi pendistribusian tugas-tugas tersebut bagi
para pelaksananya.
Selanjutnya dengan pengorganisasian, di mana kegiatan-kegiatan diperinci
sedemikian rupa sehingga akan memudahkan bagi pemilihan tenaga-tenaga yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut. Kemudian dengan
pengorganisian, di mana masing-masing pelaksana tugasnya pada kesatuan-
kesatuan kerja yang telah ditentukan serta masing-masing dengan wewenang yang
telah ditentukan pula, maka akan memudahkan pimpinan pesantren dalam
mengendalikan kegiatan-kegiatan tersebut. Pada proses pengorganisasian ini akan
menghasilkan sebuah rumusan struktural Organisasi dan pendelegasian wewenang
dan tanggung jawab sebagaimana pengorganisasian yang dilakukan oleh Pondok
Pesantren Al-Ittifaq terlihat pada Susunan Struktural.
Kesadaran akan pentingnya sistem manajemen sebagai kunci kesuksesan,
menjadi prioritas utama bagi pengembangan Pesantren Al-Ittifaq. Semua ini
diabdikan demi menuju terbentuknya kesempurnaan sistem manajemen Islami
yang profesional dan unggul, yakni manajemen yang memberi peluang bagi sekecil
apapun potensi yang ada supaya berkembang dan bermanfaat secara optimal.
Di Al-Ittifaq terdapat 300 santri, tidak ada yang membawa beras. Semua
dikaryakan. Dan dipersiilakan belajar, tetapi mereka juga harus punya keahlian,"
papar pimpinan Pondok Pesantren Al-Ittifaq yang kerap di sapa Mang Haji. Dalam
pengelolaan Agribisnis tersebut, para santri dibagi ke dalam kelompok-kelompok
berdasarkan minat dan tingkat pendidikan dan keterampilan khusus yang di miliki
para santri. Secara umum pembagian tugas para santri dan Ustad tersebut adalah :
Pengurus Inti Organisasi Agribisnis, Kesekretariatan, Mandor Kebun,
Pengemasan, Pemasaran, Pekerjaan lapangan, dan Pengadaan Barang.
Bagi para santri terutama pria, sebagai pengelola lapangan dikelompokkan
berdasarkan minat dan ketrampilan. Setiap kelompok berkisar 10-20 orang,
kecuali kelompok tertentu jumlahnya lebih sedikit seperti kelompok peternakan
246 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 5 No. 2 (2020) 233-254
Manajemen Pondok Pesantren Dalam Membentuk Santri Yang Berjiwa Entrepreneur

hanya 4-5 orang kerena populasi ternak masih sedikit. Kelompok tersebut setiap
periode tertentu diputar agar semua santri merasakan dan mengetahui kegiatannya.
Khusus santri wanita diberdayakan hanya melaksanakan kegiatan pengemasan,
garmen dan kerajinan.
Upaya menanamkan cinta agribisnis terhadap para santri dilakukan KH.
Fuad Affandi sejak dini sehingga yang terlibat dalam usaha tersebut dari yang
berada di tingkat SD, SMP hingga SMA. Untuk yang tingkat SD umumnya
dilibatkan dalam kegiatan budidaya, sedangkan santri setingkat SMP di bagian
administrasi dan untuk SMA difokuskan pada marketing. Para santri yang terjun
dalam bidang agribisnis setelah keluar dari Pondok pesantren disarankan untuk
dapat membentuk kelompok tani, selanjutnya hasil dari pertaniannya dikirim ke
Pondok Pesantren Al-Ittifaq. Banyak di antara petani yang berasal dari alumnus
santri Al-Ittifaq yang berhasil menarik santri alumnus untuk bekerja di lahan usaha
agribisnisnya.
Tak hanya itu adanya kegiatan agribisnis di Pondok Pesantren Al-Ittifaq
selain menguntungkan dan meningkatkan kesejahteraan bagi para pengelola dan
santri-santri di pondok tersebut juga masyarakat sekitar. Ponpes melibatkan
masyarakat setempat baik dalam memproduksi suatu komoditi maupun dalam
pengembangan kelembagaan koperai pondok pesantren dan Balai Mandiri
Terpadu.
Pengarahan yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Al-Ittifaq dalam
membentuk santri yang berjiwa entrepreneur
Bagi Pondok Pesantren Al-Ittifaq pengarahan mempunyai arti penting, karena
berhubungan langsung dengan para pelaku kegiatan. Dengan penggerakan inti
keempat fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pengawasan,
penilaian) akan lebih efektif sehingga tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa
penggerakan merupakan inti dari manajemen. Persoalan inti dari pengarahan
adalah bagaimana menggerakkan para santri dan pengurus agar dengan sadar dan
rasa penuh tanggung jawab melaksanakan segala tugas yang menjadi kewajibannya,
tanpa adanya paksaan, benar-benar ikhlas mencari keridhaan Allah SWT.
Setelah proses perencanaan strategi di susun dan diterapkan, begitupun
pembagian kerja sudah diatur maka tindakan selanjutnya adalah pengasuh atau
pengelola pondok pesantren menggerakan atau mengarahkan bawahannya untuk
segera merealisasikan rencana strategis yang sudah ditetapkan. Sehingga apa yang
menjadi tujuan pondok pesantren dapat segera tercapai.
Tindakan pengarahan para kepala bagian-bagian unit dan pengurus yang
dilakukan oleh pimpinan atau pengasuh pesantren agar mau bekerja sama dan
bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan
perencanaan dan usaha-usaha, hal itu dapat dikatakan sebagai
Tadir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 5 No. 2 (2020) 233-254 247
A.A. Aziz

pengarahan/penggerakan (actuating). Yang mana pengendalian dilakukan dalam


bentuk: 1). Pengajian Malam Selasa, Berdasarkan hasil observasi diperoleh
informasi bahwa proses pengarahan yang secara rutin dilakukan setiap pekan satu
kali pada hari senin malam selasa, semua SDM pesantren harus mengikuti
pengajian dari pimpinan Pesantren Al-Ittifaq untuk menerima taushiyah (nasihat),
arahan, motivasi, dan juga saling mengemukakan permasalahan yang ada. Selain
itu, setiap bagian secara berkala mendidik keterampilan teknis SDM nya baik
secara internal, maupun dengan mengirimkanya pada lembaga pendidikan lain.
yang dipimpin langsung oleh KH. Fuad Affandi. Para jamaah yang ikut dalam
pengajian bukan hanya masyarakat sekitar dan kelompok tani melainkan dari yang
lumayan jauhpun menyempatkan untuk hadir ke acara pengajian tersebut.
Kegiatan pengajian ini merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting sekali
dalam proses interaksi pesantren dengan masyarakat, melalui pengajian inilah ide-
ide, motivasi, bimbingan, berkomunikasi dan nasihat disampaikan. Karena gaya
bicara Mang Haji yang selaun diiringi tawa para jamaah membuat jamaah tidak
bosan mengikuti pengajian ini.
2). Tausiyah Subuh Adapun yang belum puas dengan pembahasan pada
acara pengajian tersebut, maka mang Haji membuka kembali waktu untuk
berkomunikasi dan pemberian tausiyah (nasihat) yang dilakukan pada setiap hari
selasa ba’da Subuh di rumah beliau, disana siapapun baik santri, alumni,
masyarakat bisa langsung berdiskusi tentang berbagai permasalahan baik
mengenai masalah keilmuan, kemasyarakatan, keagamaan, agribisnis, dan lain
sebagainya.
3). Pelatihan Adapun temuan lain di lapangan hasil observasi dan
wawancara dengan bidang manajerial Kopontren Bapak Dede Madrais,
didapatkan informasi bahwa dalam proses pengarahan dilakukan juga sebuah
pelatihan, pelatihan yang dimaksud di sini adalah pelatihan bagi para santri dimana
mereka saat itu baru pertama kali akan terjun menjadi petani, dalam upaya
mendalami rangkaian kegiatan usaha system agribisnis yang akan dilaluinya secara
rotasi. Kegiatan pelatihan akan didapat oleh santri pada setiap permulaan mereka
memasuki unit system usaha agribisnis yang dikelola oleh pondok Ponpes Al-
Ittifaq. Setiap santri akan secara bergiliran menjalani kegiatan-kegiatan agribisnis
sebagai berikut: proses produksi (bagian lapangan/di ladang), pengolahan hasil,
dan pengemasan. Model pelatihan yang diterapkan oleh Ponpes Al-Ittifaq untuk
para santrinya yaitu pelatihan langsung di lapangan. Pelatihan langsung dilapangan
ini yakni lebih efektif karena para santri langsung dihadapkan pada keadaan
sebenarnya. Pondok Pesantren Al-Ittifaq menganggap begitu penting transfer
ilmu dan keterampilan melalui pelatihan ini, karena dengan kegiatan pelatihanlah
dapat memadukan antara teori dan praktek.
4). Slogan dan Pepatah Pimpinan Pondok Pesantren Menurut hasil
248 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 5 No. 2 (2020) 233-254
Manajemen Pondok Pesantren Dalam Membentuk Santri Yang Berjiwa Entrepreneur

data wawancara bahwasanya pengarahan yang dilakukan tidak hanya dengan


symposium ataupun pelatihan saja, maka di Pondok Pesantren Al-Ittifaq itu ada
semacam istilah “Fi laiili luban wafii nahari fursan” artinya kalau malamnya diwejang
maka siangnya harus ke lading. Kalau malamnya allohumma maka siangnya harus ngumaha,
kalau malam menjerit maka siang harus menjadi prajurit, kalau malamnya neneda maka
siangnya meta. Harus memadukan antara teori dan praktek, sehingga di Al-Ittifaq
tidak diajarkan teori saja melainkan sekaligus dengan praktek di lapangan. falsafah
itu diterjemahkan dan dijadikan acuan oleh KH. Fuad Affandi untuk
mengarahkan, menggerkan ataupun memberikan motivasi sehingga menjadi
sebuah slogan “sekarang dibicarakan besok dikerjakan”.
Proses penggerakan dan pengarahan (sosialisasi) yang dilakukan oleh
pondok pesantren saat ini yang akan dilihat (dinilai) oleh masyarakat terhadap
seorang kiyai bukan bacaan ayat qur’anya ataupun bacaan hadits’nya saja akan
tetapi masyarakat saat ini yang dilihat adalah Icon keteladanan pimpinan pondok
pesantrennya (kiyai), Kalau seandainya pemimpin tidak mencetuskan uswah
dilapangan. dalam pekerjaan misalkan, dikebun waktu menanam bibit, kalau
pimpinan pesantren tidak memberikan teladan dalam artian tidak ikut melakukan
maka santri atau masyarakatpun tidak akan melakukannya. Prinsipnya bukan hayoh
tapi hayu bareng-bareng melakukannya.
Pengawasan yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Al-Ittifaq dalam
membentuk santri yang berjiwa entrepreneur
Pengawasan merupakan suatu kegiatan atau usaha agar pekerjaan-pekerjaan
terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang dikehendaki.
Penyelenggaraan program Pondok Pesantren Al-Ittifaq akan dapat berjalan
dengan baik dan lancar, bilamana kegiatan-kegiatan yang telah diserahkan kepada
para pengurus dan santri itu sesuai dengan bidangnya masing-masing untuk dapat
mengetahui apakah kegiatan-kegiatan sudah dilaksanakan, sejauh mana
pelaksanaannya, maka pimpinan pesantren perlu senantiasa melaksanakan
pengawasan sebab dengan pengawasan itu dapat diketahui keganjilan-keganjilan
yang dilakukan serta dapat mengambil tindakan-tindakan pencegahan terhadap
keganjilan tersebut. Selain itu dapat mengadakan usaha-usaha peningkatan dan
penyempurnaan. Agar tidak keluar dari apa yang sudah direncanakan maka
Pondok Pesantren Al-Ittifaq melakukan pengawasan dengan cara: Pantauan
Langsung (Lapangan) dan Pantauan Tidak Langsung (Rapat Evaluasi)
Menurut hasil wawancara dengan Bidang Kopontren (Agribisnis) dalam
kegiatan entrepreneur, pengawasan produksi yang dilakukan terutama santri yang
ikut membantu di bidang agribisnis khususnya pada tahap produksi biasanya

Tadir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 5 No. 2 (2020) 233-254 249


A.A. Aziz

diawasi oleh mandor kebun (coordinator) yang berhubungan langsung dengan


proses produksi. Namun, proses pengawasan berada dibawah pimpinan pondok
pesantren. Semua kegiatan pertanian yang dilakukan pondok pesantren diketahui
dan diawasi oleh pimpinan pondok pesantren karena nantinya mandor kebun akan
melaporkan kegiatan santri yang dibawah pengawsannya kepada pihak
Kopontren, setelah itu apabila ditemukan kekeliruan atau permasalahan maka
dihadapi dulu oleh bagian Kopontren, apabila ada masalah apaun dilapangan
sebelum berita tersebut sampai ke Pimpinan Pondok Pesantren maka terlebih
dahulu akan melewati bidang Koprontren, kalau seandainya masalahnya sudah
tidak dapat diselesaikan oleh Kopontren maka pihak Kopontren akan melaporkan
ke Pimpinan baru akan di tindak lanjuti oleh kiyai.
Pengawasan dan evaluasi dilaksanakan setiap malam setelahnya pulang
mengaji, biasanya yang diikut sertakan dalam kegiatan ini oleh pengurus kopontren
hanya mandor/coordinator dari setiap pemimpin kelompok-kelompok santri,
dengan cara mandor melaporkan kegiatan dilapangan selama satu hari tersebut
dan hasil pengawasan terhadap bawahannya, sekaligus melaporkan apabila ada
permasalahan, kemudian ditindak lanjuti dengan cara diberikan solusi oleh pihak
Kopontren.
Pantauan Tidak Langsung (Rapat Evaluasi) Menurut hasil wawancara
dengan Bidang Kepesantrenan menurut beliau bahwasanya pengawasan yang
dilakukan oleh Pondok Pesantren Al-Ittifaq dalam skala struktural sekal besar
dilakukan secara rutin setiap satu bulan satu kali pada tanggal awal setiap bulannya
pada kamis kliwon disana dibahas mengenai evaluasi program yang sudah,
maupun yang akan dilaksanakan.
Orang-orang yang terlibat (Steak holder) pada saat rapat evaluasi ini dihadiri
oleh pengurus pesantren, pengajar pesantren dan tokoh warga masyarakat. Alasan
menghadirkan masyarakat pada kegiatan tersebut dikarenakan kehadiran
pesantren selain dirasakan oleh santri juga keberadaanya dirasakan oleh
masyarakat setempat, selain alasan tersebut juga dikarenakan dari satu desa
Alamendah itu terdiri dari 36 DKM yang mana tokoh masyarakatnya merupakan
alumni dari Pondok Pesantren Al-Ittifaq juga.
Ukuran keberhasilan manajemen Pondok Pesantren Al-Ittifaq menurut
bidang Kepesantrenn KH. Ahmad Syahid mengatakan pada hakikatnya ukuran
kesuksesan Pondok Pesantren Al-Ittifaq itu tidak ada batasnya, “faqod faz
wamalhayaatiddunya ilaa mataaul guruur” kalau Al-Ittifaq masih ada di sebelah barat
itu tandanya belum nyampe ke timur, artinya kalau tandanya Al-Ittifaq masih
berusaha itu tandanya belum berhasil, karena kesuksesan yang sesungguhnya kita
mati kemudian masuk surga dan bertemu dengan yang punya surga itulah
kesuksesan yang sesungguhnya. Karena kalau sekarang ditanya tolak ukur
keberhasilan setiap individu beda mengartikannya karena kesuksesan itu relatif,
250 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 5 No. 2 (2020) 233-254
Manajemen Pondok Pesantren Dalam Membentuk Santri Yang Berjiwa Entrepreneur

ada yang mengatakan punya mobil berhasil, ada yang bisa sholat berjamaah
dikatakan sukses, padahal tidak demikian. Namun secara sederhana dikatakan
sukses pendidikan pondok pesantren dalam membentuk santri yang berjiwa
entrepreneur apabila lulusan atau alumninya minimal bisa hidup mandiri dan tidak
tergantung kepada orang tua, idealnya alumni dari pondok pesantren bisa
membuka usaha sendiri.

Faktor dan Standar Keberhasilan Pondok Pesantren Al-Ittifaq


Berdasarkan studi dokumentasi dan observasi yang dilakukan terungkap
bahwa banyak faktor yang menyebabkan Pesantren Al-Ittifaq berhasil dalam
meneguhkan diri sebagai pesantren percontohan karena di dukung oleh: 1).
Keberhasilan Fisik. Faktor keberhasilan yang bersifat fisik ialah terbentuknya
lembaga-lembaga pendukung kegiatan pesantren sehingga lembaga ini mampu
mengemban amanah sebagai pusat pengembangan ekonomi ummat. Dari hasil
observasi yang dilakukan terungkap bahwa pesantren ini banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak. Bantuan pelatihan manajemen dari Yayasan Prasetya
Mulya, kerjasama pemasaran dengan KUD (Koperasi Unit Desa) dan Hero
Supermarket, beserta beberapa supermarket lainnya, bantuan dan pemantauan
dari 7 departemen pemerintah.
Faktor keberhasilan fisik kedua ialah manajemen pengelolaan agribisnis
yang terpadu. Kegiatan agribisnis yang diusahakan pesantren dilakukan secara
terpadu, masing-masing pihak berjalan dan bekerja sesuai dengan rencana besar
yang digariskan pesantren. Antar bagian dan kegiatan tidak bisa mengambil
kebijakan sendiri, terpisah dari rencana pesantren. Pertama, pemilihan komoditi
harus berpedoman dengan jadwal yang meliputi ketepatan waktu, ketepatan
ukuran, warna, mutu dan kualitas, dan ketepatan volume produksi. Kedua,
perencanaan yang matang dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar yang
tetap dalam soal jumlah dan waktu. Ketiga, pengorganisasian santri. Resep-resep
manajemen di atas menjadi kunci pesantren ini sehingga berhasil menjalin
kerjasama atau kontrak kerja dengan lembaga bisnis, baik pasar tradisional
maupun pasar-pasar swalayan di Jakarta dan Bandung.
Adapun keberhasilan non-fisik menurut salah seorang pengurus bidang
kepesantrenn bahwa pesantren terdiri atas membangun etos kerja, menumbuhkan
jiwa kemandirian santri, dan shalat tepat waktu. Dari ungkapan pengurus yang
beliau kutip dari Pimpinan Pondok pesantren, terdapat dua strategi untuk

Tadir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 5 No. 2 (2020) 233-254 251


A.A. Aziz

menumbuhkan etos kerja santri, yaitu manajemen yang ketat yang menuntut
semua pihak, tanpa kecuali untuk tepat waktu, disiplin tinggi, menekankan
kemandirian individu, kerjasama dalam tim, kebebasan berkreasi, dan
pengambilan keputusan. Dalam hal ini basis dan pola manajemen yang dirancang
secara ketat, terarah, teratur dan berprinsip sanggup mencetak sumber daya
manusia yang berkualitas.
Temuan lapangan lain menunjukkan bahwa keberhasilan non-fisik
ditunjukkan dengan kemampuan pesantren memotivasi semangat sehingga
membentuk jiwa-jiwa yang positif dan kreatif. Menurut Pimpinan Pondok
pesantren yang paling utama dari keberhasilan non-fisik adalah shalat awal waktu.
Pimpinan Ponpes atau yang kerap disapa Mang Haji itu mengatakan bahwa shalat
awal waktu merupakan pegangan yang diterapkan secara keras sebagai bagian
integral dari konsep disiplin waktu, sehingga shalat awal waktu menjadi sebuah
tradisi. Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis tampak bahwa tradisi shalat
awal waktu selalu disosialisasikan oleh pengurus pesantren kepada masyarakat baik
melalui majlis taklim maupun program-program lainnya.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, mengenai Manajemen
Pondok Pesantren dalam Membentuk Santri yang Berjiwa Entrepreneur
Rancabali-Bandung, serta mengacu pada rumusan masalah maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
Perencanan yang dilakuan Pondok Pesantren Al-Ittifaq dalam membentuk
santri yang berjiwa entrepreneur meliputi, konsep pluralisme yang difahami dan
dipegang oleh KH. Fuad Affandi, strategi yang digunakan Pondok Pesantren
meliputi pengembangan lembaga usaha pesantren, pembentukan lembaga
keuangan syariah, dan mengoptimalkan berbagai inovasi dibidang teknologi.
membentuk kelembagaan ekonomi dan Lemaga keuangan Mikro (LKM),
terbinanya jaringan kerjasama antar lembaga-lembaga ekonomi dan pendanaan,
menumbuhkan jiwa wirausaha dikalangan santri dan alumninya. Serta jelasnya
garapan dan program kegiatan santri yang akan dilaksanaksanakan baik dalam hal
pendidikan keagamaan maupun dalam kewirausahaan. Pengorganisasian yang
dilakuan Pondok Pesantren Al-Ittifaq dalam membentuk santri yang berjiwa
entrepreneur meliputi pembagian kerja pengurus yang dapat dilihat pada struktur,
pembagian tugas dan tugaas dan tanggung jawab, lahan garapan santri yang jelas,
serta penempatan wirausaha santri sesuai kemampuan dan keahlian yang dimiliki
santri. Pengarahan yang dilakuan Pondok Pesantren Al-Ittifaq dalam

252 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 5 No. 2 (2020) 233-254


Manajemen Pondok Pesantren Dalam Membentuk Santri Yang Berjiwa Entrepreneur

membentuk santri yang berjiwa entrepreneur meliputi kegiatan pengajian malam


selasa, tausiyah subuh pada hari selasa dilakukan di rumah pimpinan pesantren
dalam kegiatan tersebut isinya pimpinan memberikan tausiyah dan membuka
waktu untuk berdialog tentang masalah apapun itu seperti bisnis, keluarga,
keilmuan dan lain sebagainya. kegiatan pelatihan dan ada juga terdapat pada slogan
dan pepatah-pepatah yang dikeluarkan oleh pimpinan pondok pesantren.
Pengawasan yang dilakuan Pondok Pesantren Al-Ittifaq dalam membentuk
santri yang berjiwa entrepreneur meliputi kegiatan pemantauan langsung ke
lapangan yang dilakukan pemimpin atau pengurus pesantren untuk melihat proses
pendidikan pengajian, ataupun kewirausahaannya apabila ada santri yang memiliki
prestasi yang bagus maka terus ditingkatkan posisinya sebagai penghargaan dari
pihak pondok pesantren agar menjadi motivasi bagi santri-santri yang lainnya.
Pantauan tidak langsung melalui kegiatan rapat evaluasi yang dilakukan setiap satu
bulan sekali pada setiap tanggal awal bulan malam Kamis kliwon dihadiri oleh
masyarakat Pesantren maupun masyarakat luar Pesantren. serta adanya tolak ukur
dan faktor pendukung keberhasilan tercapainya suatu tujuan yang terdiri dari
keberhasilan fisik dan non fisik.
Berdasarkan hasil penelitian serta kesimpulan terdapat beberapa
rekomendasi yang ingin penulis sampaikan yaitu sebagai berikut : Untuk leembaga
Pondok Pesantren Al-Ittifa pertama proses perencanaan yang harus dilakukan oleh
Perlu adanya penjadwalan yang teratur untuk membahas program. Kedua dalam
pengorganisasian yang perlu dilakukan hendaknya melakukan perampingan pada
setiap bidangnya, baik dalam Kepesantrenan, pendidikan, koprasi pondok
pesantren (Kopontren) ataupun pelatihan. Karena Al-Ittifaq ini sebagai lembaga
yang besar cakupannya, dengan begitu agar memudahkan proses koordinasi dari
atasan kepada bawahannya ataupun sebaliknya. Ketiga Untuk kegiatan pengarahan
hendaknya melakukan sosialisasi secara menyeluruh tujuannya agar steak holder
mengetahui apa tujuan sesungguhnya yang diharapkan oleh lembaga Pondok
Pesantren Al-Ittifaq. Keempat proses pengawasan perlu adanya peninjauan secara
intensif oleh pimpinan pada saat santri di lapangan agar terkontrol kualitas dan
kuantitas kinerja santrinya. Untuk para peneliti selanjutnya apabila melakukan
penelitian tentang manajemen ke Pondok Pesantren Al-Ittifaq hendaknya
dilakukan secara lebih mendalam dan komprehensif.

Tadir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 5 No. 2 (2020) 233-254 253


A.A. Aziz

DAFTAR PUSTAKA
Haedari.A (2004). Masa Depan Pesantren: Dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan
Komplesitas Global. Jakarta: IRD Press.
Harun,M. dkk., (2009). Khasanah Intelektual Pesantren. Jakarta:CV. Maloho Jaya
Abadi.
Hasibuan.,M.S.P. (2006). Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta : Bumi
Aksara.
Hendro. (2011). Dasar-dasar Kewirausahaan. Panduan bagi Mahasiswa untuk Mengenal,
Memahami, dan Memasuki Dunia Bisnis. Jakarta:Erlangga.
Herujito. Y.M. (2006). Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: PT.Grasindo.
Madjid, N.(1997). Bilik-bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta: Paramadina
Qomar. M. (2005). Pesantren: Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Institusi. Jakarta: Erlangga.
Saefullah. (2012). Manajemen Pendidikan Islam. CV Pustaka Setya: Bandung.
Siagian, S.P. (2012). Fungsi-fungsi manajerial. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Suryana, Y. & Bayu,K. (2010). Kewirausahaan: Pendekatan Karakteristik Wirausahawan
Sukses. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Syamsi. I. (1994). Pokok-pokok Organisasi dan Manajemen. PT Rineka Cipta.
Syukur. F. (2011). Manajemen Pendidikan Berbasis Pada Madrasah. Semarang: PT
Pustaka Rizki Putri.
Wibhawa, B. (2011). Social Etrepreneurship, Social Enterprise, & Corporatw Social
Responsibility. Pemikiran Konseptual dan Praktik. Bandung:Widya Padjadjaran.
Yunus. M. (2008). Islam dan Kewirausahaan Inovatif. Malang:UIN Malang PRESS
(Anggota IKAPI).
Zamakhsyari.D.(2011). Tradisi Pesantren : Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya
Mengenai Masa Depan Indonesia. Jakarta : LP3ES, Anggota Ikapi.

254 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 5 No. 2 (2020) 233-254

Anda mungkin juga menyukai