ABSTRAK
Penelitian ini adalah untuk mengetahui proses manajemen yang dilakukan oleh
Pondok Pesantren Al-Ittifaq meliputi kegiatan bagaimana perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan yang dilakukan Pondok
Pesantren Al-Ittifaq. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif, adapun teknik pegumpulan data yang digunakan adalah
teknik observasi wawancara dan studi dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa Pondok Pesantren Al-Ittifaq dalam membentuk santri
yang berjiwa entrepreneur dalam menerapkan pola manajemen sudah cukup
berhasil melalui perencanan yang meliputi konsep dan strategi yang matang,
memiliki patokan sasaran yang ingin dicapai, serta jelasnya garapan dan program
kegiatan santri yang akan dilaksanakan. Pengorganisasian yang dilakuan meliputi
pembagian kerja pengurus dan pembagian tugas ke dalam sebuah struktural, serta
penempatan kerja sesuai keahlian yang dimiliki santri. Pengarahan yang di lakuan
meliputi kegiatan pengajian malam selasa, tausiyah subuh pada hari Selasa,
kegiatan pelatihan, dan ada juga terdapat pada slogan dan pepatah-pepatah yang
di keluarkan oleh Pimpinan Pondok Pesantren Al-Ittifaq. Pengawasan yang
dilakuan meliputi kegiatan pemantauan langsung ke lapangan yang di lakukan
pemimpin atau pengurus pesantren, pantauan tidak langsung melalui kegiatan
rapat evaluasi, serta adanya tolak ukur dan faktor pendukung keberhasilan berupa
faktor fisik dan non fisik sehingga tercapailah tujuan pondok pesantren yang telah
direncanakan sebelumnya.
Kata Kunci : Manajemen, Pondok Pesantren, Santri, Entrepreneur.
Diterima: Juli 2020. Disetujui: Agustus 2020. Dipublikasikan: September 2020 233
A.A. Aziz
ABSTRAK
This study is to determine the management process carried out by the Al-Ittifaq Islamic Boarding
School which includes the activities of planning, organizing, directing, and monitoring carried out
by Al-Ittifaq Islamic Boarding School. This study used a descriptive method with a qualitative
approach, while the data collection techniques used were interview observation and documentation
study techniques. Based on the results of the study, it can be concluded that the Al-Ittifaq Islamic
Boarding School in forming students with entrepreneurial spirit in implementing management
patterns has been quite successful through planning which includes mature concepts and strategies,
has a target benchmark to be achieved, as well as a clear plan and program of activities for the
students to be. implemented. The organization that is carried out includes the division of work
for the management and the division of tasks into a structural, as well as job placement according
to the expertise of the students. The briefing includes recitation activities on Tuesday night, dawn
tausiyah on Tuesday, training activities, and there are also slogans and proverbs issued by the
leadership of the Al-Ittifaq Islamic Boarding School. The supervision carried out includes direct
monitoring activities in the field carried out by the leaders or administrators of the pesantren,
indirect monitoring through evaluation meeting activities, as well as the existence of benchmarks
and success supporting factors in the form of physical and non-physical factors so that the goals
of the pesantren that have been planned before are achieved.
Keywords: Management, Islamic Boarding Schools, Santri, Entrepreneurs
PENDAHULUAN
Pondok Pesantren Al-Ittifaq merupakan salah satu model Pondok Pesantren yang
mandiri dimana para santri tidak dikenakan biaya untuk belajar mengaji, untuk
menutupi keperluan maka Pondok Pesantren mengadakan usaha agribisnis
(entrepreneur organic), dikarenakan potensi wilayahnya cocok untuk budidaya
sayuran. Oleh karena itu pondok pesantren Al-Ittifaq yang dikenal sebgai pondok
pesantren agribisnis memiliki dampak ganda terhadap proses pendidikan, selain
sebagai sarana pemenuhan kebutuhan warga pesantren juga menekan biaya
produksi sehingga produk yang dihasilkan dapat memiliki nilai keunggulan
kompetitif dan komparatif serta menjadi laboratorium bagi penumbuh kembang
jiwa mandiri dan entrepreneur santri.
Peneliti mengkaji dari berbagai literatur yang menggambarkan permasalahan
yang hampir sama tujuannya, untuk menghindari kesamaan dalam penelitian dan
plagiatisme, maka sebelumnya peneliti akan menyampaikan beberapa hasil
penelitian sebelumnya yang memiliki relevansi dengan penelitian ini antara lain
sebagai berikut: pertama Skripsi yang telah disususun oleh Denden Darisman
(2011) dengan judul “Fungsi Pengorganisasian Agrobisnis Dalam Meningkatkan
bahwa the core of entrepreneurial skill is creativity. Banyak yang berpendapat bahwa
kewirausahaan itu ilmu pengetahuan. Untuk itu mari kita coba uraikan (Wira:
berani, pejuang, gagah) (Usaha: usaha) Wirausaha: berani usaha mandiri.
Entrepreneurship adalah suatu kemampuan untuk mengelola sesuatu yang ada
dalam diri untuk dimanfaatkan dan ditingkatkan agar lebih optimal (baik) sehinga
meningkatkan taraf hidup dimasa mendatang (Hendro, 2011: 31). Entrepreneur
merupakan seseorang yang memiliki kreativitas suatu bisnis baru dengan berani
menanggung risiko dan ketidakpastian yang bertujuan untuk mencapai laba dan
pertumbuhan usaha berdasarkan identifikasi peluang dan mampu
mendayagunakan sumber-sumber serta memodali peluang ini (Yuyus Suryana dan
Kartib Bayu, 2010: 13).
LANDASAN TEORITIS
Secara etimologi Manajemen dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata “manage”
berarti mengemudikan, mengurus, mengatur, dan memerintah. Definisi yang
paling sederhana, tetapi sekaligus paling ”klasik” tentang manajemen bahwa
manajemen adalah seni memperoleh hasil melalui berbagai kegiatan yang
dilakukan oleh orang lain (Siagian, 2012:9).
Definisi Manajemen mengalami perkembagan dari masa ke masa tergantung
kebutuhan organisasi, sehingga istilah manajemen yang dikemukakan oleh para
ahli sangat beragam. Definisi manajemen yang diutarakan para ahli tidak ada yang
dijadikan patokan dalam pelaksanaan manajerial, akan tetapi seorang manajer
harus mapu melaksanakan peranannya memilih konsep manajemen yang akan
dijadikan landasan dalam organisasi yang dipimpinnya.
Menurut N.George R. Terry Management is the process of planing, organizing,
actuating and controlling, performed to determine and accomplish common stated objectives goals
by the use of human being and other resources. “Manajemen itu merupakan proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian, yang dilakukan
untuk menetapkan dan mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumbersumber lainnya” (Syamsi,
1994:59).
Menurut Harold Koontz dan Cyril O’Donnel Management is geeting things done
through people, in bringing about this coordinating of groupactivity , the manager plans,
organizes, staffs direct, and controll the activities other people. “Manajemen adalah usaha
mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain, dengan demikian
manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan dan pengendalian”
(Syukur. 2011:8).
dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Kelima elemen tersebut meliputi kiyai,
santri, pondok, masjid, dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik, atau yang sering
disebut dengan kitab kuning (Amin Haedari dkk., 2004: 26). Pondok, masjid,
santri, pengajaran kitab Islam klasik dan kiyai adalah lima elemen dasar tradisi
pesantren. Ini berarti bahwa suatu lembaga pengajian yang telah berkembang
hingga memiliki kelima elemen tersebut berubah statusnya menjadi pesantren
(Zamakhsyari Dhofier, 2011:79).
Adapun pengertian manajemen pondok pesantren yang dimaksud penulis
adalah proses pengelolaan lembaga sosial keagamaan yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan serta pengawasan yang melibatkan secara optimal
kontribusi sumberdaya manusia, dana, fisik dan sumber-sumber lainnya untuk
mencapai tujuan pondok pesantren secara efektif dan efisien.
Tujuan manajemen adalah sesuatu yang ingin direalisasikan, yang
menggambarkan cakupan tertentu dan menyarankan pengarahan kepada usaha
seorang manajer. Berdasarkan pengerian di atas, minimum dapat diambil empat
elemen pokok,yaitu a. Sesuatu yang ingin direalisasikan (goal) b. Cakupan (scope)
c. Ketepatan (definitness), dan d. Pengarahan (direction). Tujuan umum pesantren
adalah membina warga negara agar berkepribadian Muslim sesuai dengan ajaran-
ajaran agama Islam dan menanamkan rasa keagamaan tersebut pada semua segi
kehidupannya serta menjadikannya sebagai orang yang berguna bagi agama,
masyarakat, dan negara.”
Adapun tujuan khusus pesantren adalah sebagai berikut: a). Mendidik
siswa/santri anggota masyarakat untuk menjadi seorang Muslim yang bertakwa
kepada Allah SWT, berakhlak mulia, memiliki kecerdasan, ketrampilan dan sehat
lahir batin sebagai warga negara yang berpancasila; b). Mendidik siswa/santri
untuk menjadikan manusia Muslim selaku kader-kader ulama dan mubaligh yang
berjiwa ikhlas, tabah, tangguh, wiraswasta dalam mengamalkan sejarah Islam
secara utuh dan dinamis; c). Mendidik siswa/santri untuk memperoleh
kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan
manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya dan
bertanggungjawab kepada pembangunan bangsa dan negara; d). Mendidik tenaga-
tenaga penyuluh pembangunan mikro (keluarga) dan regional
(pedesaan/masyarakat lingkungannya); e). Mendidik siswa/santri agar menjadi
tenaga-tenaga yang cakap dalam berbagai sektor pembangunan, khususnya
pembangunan mental-spiritual; f). Mendidik siswa/santri untuk membantu
meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat lingkungan dalam rangka usaha
pembangunan masyarakat bangsa.
Dari beberapa tujuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan pesantren
adalah membentuk kepribadian Muslim yang menguasai ajaran-ajaran Islam dan
dengan sebaik mungkin demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien, efektif,
dan ekonomis (Siagian, 2012:95). d). Pengawasan (Controlling) Kegiatan untuk
menyesuaikan antara pelaksanaan dan rencana-rencana yang telah ditentukan
(Yayat M. Herujito, 2006:27). Pengawasan merupakan proses pengamatan dari
seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin bahwa semua pekerjaan yang
sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya
(Siagian, 2012: 125).
Menurut Ma’shum, fungsi pesantren semula mencakup tiga aspek yaitu fungsi
religius (diniyyah), fungsi sosial (ijtimaiyyah), dan fungsi edukasi (tarbawiyyah) Ketiga
fungsi ini masih berlangsung hingga sekarang. Fungsi lain adalah sebagai lembaga
pembinaan moral dan kultural. A. Wahid Zaeni menegaskan bahwa di samping
lembaga pendidikan, pesantren juga sebagai lembaga pembinaan moral dan
kultural, baik di kalangan para santri maupun santri dengan masyarakat.
Kedudukan ini, memberikan isyarat bahwa penyelenggaraan keadilan sosial
melalui pesantren lebih banyak menggunakan pendekatan kultural (Mujamil
Qomar, 2005:22).
Adapun Pengertian santri, Santri adalah siswa atau murid yang belajar di
pesantren. Seorang ulama bisa disebut sebagai kiyai kalau memiliki pesantren dan
santri yang tinggal dalam pesantren tersebut untuk mempelajari ilmu-ilmu agama
Islam melalui kitab-kitab kuning. Oleh karena itu, eksistensi kiyai biasanya juga
berkaitan dengan adanya santri di pesantrennya (Amin Haedari, 2004:35).
Santri merupakan peserta didik atau objek pendidikan, tetapi dibeberapa
pesantren, santri yang memiliki kelebihan potensi intelektual (santri senior)
sekaligus merangkap tugas mengajar santri-santri yunior (Mujamil Qomar,
2005:20).Santri merupakan elemen yang penting sekali dalam perkembangan
sebuah pesantren, karena langkah pertama dalam tahap-tahappembangunan
pesantren adalah harus ada murid yang dating untuk belajar dari seorang alim.
Maka kalau murid itu sudah menetap dirumah seorang alim maka seorang alim itu
disebut kiyai dan mulai membangun fasilitas yang lebih lengkap untuk pondoknya
(Mustofa Harun dkk., 2009:434).
Pengertian yang dipakai dalam lingkungan orang-orang pesantren, seorang
alim hanya bisa disebut kiyai bilamana memiliki pesantren dan santri yang tinggal
dalam pesantren untuk mempelajari kitab-kitab Islam klasik, Oleh karena itu,
santri merupakan elemen penting dalam suatu lembaga pesantren. Perlu diketahui
bahwa menurut tradisi pesantren, santri terdiri dari dua: a) Santri mukim, yaitu
Tadir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 5 No. 2 (2020) 233-254 241
A.A. Aziz
murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam kelompok
pesantren. Santri mukim yang paling lama tinggal di pesantren biasanya
merupakan satu kelompok tersendiri yang memang bertanggung jawab mengurusi
kepentingan pesantren sehari-hari; mereka juga memikul tanggung jawab mengajar
santri-santri muda tentang kitab-kitab dasar dan menengah. b). Santri kalong, yaitu
murid-murid yang berasal dari desa-desa di sekitar pesantren, biasanya tidak
menetap dalam pesantren. Untuk mengikuti pelajarannya di pesantren, mereka
bolak-balik (nglajo) dari rumahnya sendiri. Biasanya perbedaan antara pesantren
besar dan pesantren kecil dapat dilihat dari komposisi santri kalong. Semakin besar
sebuah pesantren, semakin besar jumlah santri mukimnya. Dengan kata lain,
pesantren kecil memiliki lebih banyak santri kalong daripada santri mukim
(Zamakhsyari Dhofier, 2011:89).
Adapun Istilah kewirausahaan merupakan padanan kata dari
entrepreneurship dalam bahasa inggris. Kata entrepreneurship sendiri sebenarnya
berawal dari bahasa Prancis yaitu ‘entreprende’ yang berarti petualang, pencipta, dan
pengelola usaha. Istilah ini diperkenalkan pertama kali oleh Rihard Cantillon
(1755). Istilah ini makin populer setelah dit gunakan oleh pakar ekonomi J.B. Say
(1803) untuk menggambarkan para pengusaha yang mampu memindahkan
sumber daya ekonomis dari tingkat produktivitas rendah ke tingkat yang lebih
tinggi serta menghasilkan lebih banyak lagi (Yuyus Suryana & kartib bayu,
2010:12).
Sedangkan menurut bahasa Sansekerta Wirausaha itu sama dengan
Wiraswasta. Wira artinya Utama, gagah, berani; Swa berarti sendiri; sedangkan Sta
bermakna berdiri. Jadi jelasnya bahwa Wirausaha tersebut adalah orang-orang
yang : a. Gagah berani melaksanakan kegiatan produktif untuk menghasilkan
barang/jasa dan meraih keuntungan b. Mengejar peluang untuk mengisi
kebutuhan melalui inovasi c. Selalu mencari perubahan serta memanfaatkannya
menjadi peluang serta berani menanggung resiko dalam pelaksanaannya.
Wirausaha adalah melakukan sebuah proses yang disebut creative destruction untuk
menghasilkan suatu nilai tambah (add value) guna menghasilkan nilai yang lebih
tinggi. Untuk itu keterampilan wirausaha berintikan kreativitas (Hendro, 2011:29).
Menurut Ahmad Baihaqi Berikut beberapa tujuan dari seorang wirausaha
yang seharusnya: a). Berusaha dan bertekad dalam meningkatkan jumlah para
wirausaha yang baik dengan kata lain ikut serta dalam mengkader manusia-
manusia calon wirausaha untuk membangun jaringan bisnis yang lebih baik. b).
242 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 5 No. 2 (2020) 233-254
Manajemen Pondok Pesantren Dalam Membentuk Santri Yang Berjiwa Entrepreneur
dalam sistem agribisnis pesantren selain tetap harus mengerjakan tugas utama
santri yaitu mengaji.
Pengorganisasian yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Al-Ittifaq dalam
membentuk santri yang berjiwa entrepreneur
Pengorganisasian mempunyai arti penting bagi Pondok Pesantren Al-Ittifaq sebab
dengan pengorganisasian maka semua kegiatan akan lebih mudah dalam
pelaksanaannya. Hal ini disebabkan karena dengan membagi-bagi tugas yang lebih
terperinci serta diserahkan pelaksanaannya kepada beberapa personil, akan
mencegah timbulnya kumulasi pekerjaan hanya kepada diri seseorang pelaksana
saja. Kalau seandainya kumulasi pekerjaan hanya kepada diri seorang pelaksana
saja. tentu akan memberatkan dan menyulitkan pihak tertentu saja. Di samping itu
perincian tugas akan memudahkan bagi pendistribusian tugas-tugas tersebut bagi
para pelaksananya.
Selanjutnya dengan pengorganisasian, di mana kegiatan-kegiatan diperinci
sedemikian rupa sehingga akan memudahkan bagi pemilihan tenaga-tenaga yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut. Kemudian dengan
pengorganisian, di mana masing-masing pelaksana tugasnya pada kesatuan-
kesatuan kerja yang telah ditentukan serta masing-masing dengan wewenang yang
telah ditentukan pula, maka akan memudahkan pimpinan pesantren dalam
mengendalikan kegiatan-kegiatan tersebut. Pada proses pengorganisasian ini akan
menghasilkan sebuah rumusan struktural Organisasi dan pendelegasian wewenang
dan tanggung jawab sebagaimana pengorganisasian yang dilakukan oleh Pondok
Pesantren Al-Ittifaq terlihat pada Susunan Struktural.
Kesadaran akan pentingnya sistem manajemen sebagai kunci kesuksesan,
menjadi prioritas utama bagi pengembangan Pesantren Al-Ittifaq. Semua ini
diabdikan demi menuju terbentuknya kesempurnaan sistem manajemen Islami
yang profesional dan unggul, yakni manajemen yang memberi peluang bagi sekecil
apapun potensi yang ada supaya berkembang dan bermanfaat secara optimal.
Di Al-Ittifaq terdapat 300 santri, tidak ada yang membawa beras. Semua
dikaryakan. Dan dipersiilakan belajar, tetapi mereka juga harus punya keahlian,"
papar pimpinan Pondok Pesantren Al-Ittifaq yang kerap di sapa Mang Haji. Dalam
pengelolaan Agribisnis tersebut, para santri dibagi ke dalam kelompok-kelompok
berdasarkan minat dan tingkat pendidikan dan keterampilan khusus yang di miliki
para santri. Secara umum pembagian tugas para santri dan Ustad tersebut adalah :
Pengurus Inti Organisasi Agribisnis, Kesekretariatan, Mandor Kebun,
Pengemasan, Pemasaran, Pekerjaan lapangan, dan Pengadaan Barang.
Bagi para santri terutama pria, sebagai pengelola lapangan dikelompokkan
berdasarkan minat dan ketrampilan. Setiap kelompok berkisar 10-20 orang,
kecuali kelompok tertentu jumlahnya lebih sedikit seperti kelompok peternakan
246 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 5 No. 2 (2020) 233-254
Manajemen Pondok Pesantren Dalam Membentuk Santri Yang Berjiwa Entrepreneur
hanya 4-5 orang kerena populasi ternak masih sedikit. Kelompok tersebut setiap
periode tertentu diputar agar semua santri merasakan dan mengetahui kegiatannya.
Khusus santri wanita diberdayakan hanya melaksanakan kegiatan pengemasan,
garmen dan kerajinan.
Upaya menanamkan cinta agribisnis terhadap para santri dilakukan KH.
Fuad Affandi sejak dini sehingga yang terlibat dalam usaha tersebut dari yang
berada di tingkat SD, SMP hingga SMA. Untuk yang tingkat SD umumnya
dilibatkan dalam kegiatan budidaya, sedangkan santri setingkat SMP di bagian
administrasi dan untuk SMA difokuskan pada marketing. Para santri yang terjun
dalam bidang agribisnis setelah keluar dari Pondok pesantren disarankan untuk
dapat membentuk kelompok tani, selanjutnya hasil dari pertaniannya dikirim ke
Pondok Pesantren Al-Ittifaq. Banyak di antara petani yang berasal dari alumnus
santri Al-Ittifaq yang berhasil menarik santri alumnus untuk bekerja di lahan usaha
agribisnisnya.
Tak hanya itu adanya kegiatan agribisnis di Pondok Pesantren Al-Ittifaq
selain menguntungkan dan meningkatkan kesejahteraan bagi para pengelola dan
santri-santri di pondok tersebut juga masyarakat sekitar. Ponpes melibatkan
masyarakat setempat baik dalam memproduksi suatu komoditi maupun dalam
pengembangan kelembagaan koperai pondok pesantren dan Balai Mandiri
Terpadu.
Pengarahan yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Al-Ittifaq dalam
membentuk santri yang berjiwa entrepreneur
Bagi Pondok Pesantren Al-Ittifaq pengarahan mempunyai arti penting, karena
berhubungan langsung dengan para pelaku kegiatan. Dengan penggerakan inti
keempat fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pengawasan,
penilaian) akan lebih efektif sehingga tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa
penggerakan merupakan inti dari manajemen. Persoalan inti dari pengarahan
adalah bagaimana menggerakkan para santri dan pengurus agar dengan sadar dan
rasa penuh tanggung jawab melaksanakan segala tugas yang menjadi kewajibannya,
tanpa adanya paksaan, benar-benar ikhlas mencari keridhaan Allah SWT.
Setelah proses perencanaan strategi di susun dan diterapkan, begitupun
pembagian kerja sudah diatur maka tindakan selanjutnya adalah pengasuh atau
pengelola pondok pesantren menggerakan atau mengarahkan bawahannya untuk
segera merealisasikan rencana strategis yang sudah ditetapkan. Sehingga apa yang
menjadi tujuan pondok pesantren dapat segera tercapai.
Tindakan pengarahan para kepala bagian-bagian unit dan pengurus yang
dilakukan oleh pimpinan atau pengasuh pesantren agar mau bekerja sama dan
bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan
perencanaan dan usaha-usaha, hal itu dapat dikatakan sebagai
Tadir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 5 No. 2 (2020) 233-254 247
A.A. Aziz
ada yang mengatakan punya mobil berhasil, ada yang bisa sholat berjamaah
dikatakan sukses, padahal tidak demikian. Namun secara sederhana dikatakan
sukses pendidikan pondok pesantren dalam membentuk santri yang berjiwa
entrepreneur apabila lulusan atau alumninya minimal bisa hidup mandiri dan tidak
tergantung kepada orang tua, idealnya alumni dari pondok pesantren bisa
membuka usaha sendiri.
menumbuhkan etos kerja santri, yaitu manajemen yang ketat yang menuntut
semua pihak, tanpa kecuali untuk tepat waktu, disiplin tinggi, menekankan
kemandirian individu, kerjasama dalam tim, kebebasan berkreasi, dan
pengambilan keputusan. Dalam hal ini basis dan pola manajemen yang dirancang
secara ketat, terarah, teratur dan berprinsip sanggup mencetak sumber daya
manusia yang berkualitas.
Temuan lapangan lain menunjukkan bahwa keberhasilan non-fisik
ditunjukkan dengan kemampuan pesantren memotivasi semangat sehingga
membentuk jiwa-jiwa yang positif dan kreatif. Menurut Pimpinan Pondok
pesantren yang paling utama dari keberhasilan non-fisik adalah shalat awal waktu.
Pimpinan Ponpes atau yang kerap disapa Mang Haji itu mengatakan bahwa shalat
awal waktu merupakan pegangan yang diterapkan secara keras sebagai bagian
integral dari konsep disiplin waktu, sehingga shalat awal waktu menjadi sebuah
tradisi. Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis tampak bahwa tradisi shalat
awal waktu selalu disosialisasikan oleh pengurus pesantren kepada masyarakat baik
melalui majlis taklim maupun program-program lainnya.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, mengenai Manajemen
Pondok Pesantren dalam Membentuk Santri yang Berjiwa Entrepreneur
Rancabali-Bandung, serta mengacu pada rumusan masalah maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
Perencanan yang dilakuan Pondok Pesantren Al-Ittifaq dalam membentuk
santri yang berjiwa entrepreneur meliputi, konsep pluralisme yang difahami dan
dipegang oleh KH. Fuad Affandi, strategi yang digunakan Pondok Pesantren
meliputi pengembangan lembaga usaha pesantren, pembentukan lembaga
keuangan syariah, dan mengoptimalkan berbagai inovasi dibidang teknologi.
membentuk kelembagaan ekonomi dan Lemaga keuangan Mikro (LKM),
terbinanya jaringan kerjasama antar lembaga-lembaga ekonomi dan pendanaan,
menumbuhkan jiwa wirausaha dikalangan santri dan alumninya. Serta jelasnya
garapan dan program kegiatan santri yang akan dilaksanaksanakan baik dalam hal
pendidikan keagamaan maupun dalam kewirausahaan. Pengorganisasian yang
dilakuan Pondok Pesantren Al-Ittifaq dalam membentuk santri yang berjiwa
entrepreneur meliputi pembagian kerja pengurus yang dapat dilihat pada struktur,
pembagian tugas dan tugaas dan tanggung jawab, lahan garapan santri yang jelas,
serta penempatan wirausaha santri sesuai kemampuan dan keahlian yang dimiliki
santri. Pengarahan yang dilakuan Pondok Pesantren Al-Ittifaq dalam
DAFTAR PUSTAKA
Haedari.A (2004). Masa Depan Pesantren: Dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan
Komplesitas Global. Jakarta: IRD Press.
Harun,M. dkk., (2009). Khasanah Intelektual Pesantren. Jakarta:CV. Maloho Jaya
Abadi.
Hasibuan.,M.S.P. (2006). Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta : Bumi
Aksara.
Hendro. (2011). Dasar-dasar Kewirausahaan. Panduan bagi Mahasiswa untuk Mengenal,
Memahami, dan Memasuki Dunia Bisnis. Jakarta:Erlangga.
Herujito. Y.M. (2006). Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: PT.Grasindo.
Madjid, N.(1997). Bilik-bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta: Paramadina
Qomar. M. (2005). Pesantren: Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Institusi. Jakarta: Erlangga.
Saefullah. (2012). Manajemen Pendidikan Islam. CV Pustaka Setya: Bandung.
Siagian, S.P. (2012). Fungsi-fungsi manajerial. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Suryana, Y. & Bayu,K. (2010). Kewirausahaan: Pendekatan Karakteristik Wirausahawan
Sukses. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Syamsi. I. (1994). Pokok-pokok Organisasi dan Manajemen. PT Rineka Cipta.
Syukur. F. (2011). Manajemen Pendidikan Berbasis Pada Madrasah. Semarang: PT
Pustaka Rizki Putri.
Wibhawa, B. (2011). Social Etrepreneurship, Social Enterprise, & Corporatw Social
Responsibility. Pemikiran Konseptual dan Praktik. Bandung:Widya Padjadjaran.
Yunus. M. (2008). Islam dan Kewirausahaan Inovatif. Malang:UIN Malang PRESS
(Anggota IKAPI).
Zamakhsyari.D.(2011). Tradisi Pesantren : Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya
Mengenai Masa Depan Indonesia. Jakarta : LP3ES, Anggota Ikapi.