Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Studi Islam dan Kemuhammadiyahan

Volume 2, Nomor 1, 2022: 20-27


E-ISSN: 2808-8085
https://jasika.umy.ac.id/index.php/jasika

Riwayat Artikel: Manajemen Pembelajaran Kitab Kuning di


Pondok Pesantren
Diajukan: 14-01-2022
Ditelaah: 26-03-2022 Avianti Kurniasari
Direvisi: 30-03-2022
Diterima: 30-03-2022 Program Studi Manajemen Pendidikan Islam, Institut Agama
Islam Nahdlatul Ulama (IAINU) Kebumen, Indonesia
Korespondensi: kurniasariavianti@gmail.com

DOI:
https://doi.org/10.18196/jasika.v2i1.22

Abstrak
Penelitian berfokus pada manajemen pembelajaran kitab kuning dari perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in Lirboyo (Pesantren
Induk). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan menggunakan metode deskriptif.
Pada penelitian ini untuk pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, observasi dan
dokumentasi. Pada Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in Lirboyo (Pesantren Induk)
pembelajanya dibagi menjadi 4 tingkatan yang berdeda yang meliputi, (1) ibtida, (2) tsanawi,
(3) aliyah, (4) ma’had aly. Penilitian ini menunjukkan bahwa : 1) perencanaan manajemen
pembelajaran kitab kuning dengan cara membuat jadwal sesuai dengan kurikulum yang berlaku
serta materi pembelajarannya yang akan diberikan kepada santri diserahkan pada pengajar,
sehingga pengajar menyampaikan pembelajaran sesuai dengan tingkatannya masing-masing, 2)
pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan pemberian materi dan musyawarah membahas
materi yang telah di sampaikan. Prosedur program pembelajaran dilakukan dengan cara
pengajar membaca kitab kemudian didengar dan diperhatikan oleh santri, dan apabila kurang
paham maka bisa menanyakan diwaktu musyawaroh, 3) Evaluasi pembelajaran dilakukan
dengan 2 kali ujian per semesternya. Selain ujian tertulis juga terdapat ujian koreksian kitab,
hafalan nadzom, dan absensi. Ujian koreksian kitab dan hafalan nadzom wajib lulus sesuai
dengan prosedur yang berlaku karena ujian koreksian kitab dan hafalan nadzom itu sebagai
syarat untuk mengikuti ujian tertulis.

Kata kunci: manajemen pembelajaran; pondok pesantren; kitab kuning

Abstract
This study focuses more on the management of the yellow book (kitab kuning) learning from
planning, implementing, and evaluating at the Hidayatul Mubtadi'in Lirboyo Islamic Boarding
School (Induk Pesantren). This study uses a qualitative approach and uses a descriptive method.
In this study, data collection was carried out using interview, observation and documentation
techniques. At the Hidayatul Mubtadi'in Lirboyo Islamic Boarding School (Main Islamic
Boarding School) the learning is divided into 4 different levels which include, (1) ibtida, (2)
tsanawi, (3) aliyah, (4) ma'had aly. This research shows that: 1) the management planning of the
yellow book learning by making a schedule according to the applicable curriculum and the
learning materials that will be given to the students are handed over to the teacher, so that the
teacher delivers learning according to their respective levels, 2) the implementation of learning

Jurnal Studi Islam dan Kemuhammadiyahan I 20


Volume 2, Nomor 1, 2022: 20-27

is carried out by providing material and deliberation to discuss the material that has been
conveyed. The learning program procedure is carried out by the teacher reading the book and
then being heard and paid attention to by the students, and if you don't understand it, you can
ask at the time of deliberation, 3) Evaluation of learning is carried out with 2 exams per semester.
Except the evaluations are written also book correction exams, nadzom memorization, and
attendance. The book correction exam and nadzom memorization must pass in accordance with
the applicable procedures because the book correction and nadzom memorization exam is a
condition for taking the written.

Keywords: learning management; Islamic boarding school; kitab kuning

1. Pendahuluan
Manajemen merupakan proses yang khas bertujuan untuk mencapai suatu tujuan
dengan efektif dan efisien menggunakan semua sumber daya yang ada. Terry
menjelaskan: “Management is performance of coneiving desired result by means of
grouuf efforts consisting of utilizing human talent and resources”. Ini dapat dipahami
bahwa manajemen adalah kemampuan mengarahkan dan mencapai hasil yang diinginkan
dengan pemberdayaan manusia dan sumber daya lainnya.1
Pembelajaran mencakup semua kegiatan yang mungkin mempunyai
pengaruh langsung pada proses belejar manusia. Pembelajaran mencakup pula
kejadian-kejadian yang diturunkan oleh bahan-bahan cetak, gambar, program
radio, televisi, film, slide maupun kombinasi dari bahan-bahan itu. Bahkan saat ini
berkembang pembelajaran dengan pemanfaatan berbagai program komputer untuk
pembelajaran atau dikenal dengan e-learning.2
Manajemen pembelajaran adalah serangkaian proses kegiatan mengelola
bagaimana membelajarkan pebelajar (peserta didik) dengan diawali dengan kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan atau pengendalian, dan penilaian. Sedangkan
manajemen pembelajaran dalam arti sempit diartikan sebagai kegiatan yang perlu
dikelola pendidik selama terjadinya interaksi dengan peserta didik dalam pelaksanaan
pembelajaran.
Pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in Lirboyo
(Pesantren Induk) mengkaji dari berbagai macam kitab. Pembelajaran kitab kuning
tersebut dilaksanakan dengan berbagai tingkatan kelas mulai dari ibtida, tsanawi, aliyah,
ma’had aly dan yang terakhir marhalah saniyah. Pada etiap kelas memiliki pengajara yang
berbeda yang disesuaikan dengan jenjang tingkatan masing-masing yang sudah
ditentukan dan semua santri diwajibkan untuk mengikuti pembelajaran kitan kuning yang
sudah ditentukan dari madrasah. Pada tahap perencanaan pembelajaran jangka panjang,
Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in Lirboyo (Pesantren Induk) membuat jadwal
pembelajaran seta daftar wali kelas dan guru pendamping. Untuk rencana pembelajaran
seperti RPP dan silabus yang merupakan bentuk perencanaan tertulis untuk menjadi
pegangan setiap pembelajaran.

1
Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2005) hal. 41
2
Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia (Jakarta : Rineka Cipta, 2004) hal. 78

Jurnal Studi Islam dan Kemuhammadiyahan I 21


Volume 2, Nomor 1, 2022: 20-27

2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah analisis deskriptif. Penelitian kualitatif
merupakan jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur
statistik atau bentuk hitungan lainnya.3 Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian kulitatif lebih menekankan pada teknik wawancara khususnya wawancara
mendalam (deep interview). Wawancara mendalam merupakan teknik utama yang
digunakan dalam penelitian kualitatif.4 Untuk mendapatkan data yang terkait dalam
penelitian ini, maka di lakukan teknik-teknik yang relevan dengan cara observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan setelah pengumpulan data
dilakukan, baik reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Analisis data
ini digunakan untuk memahami data atau informasi sehingga dapat dikembangkan dan
dievaluasi tentang manajemen pembelajaran kitab kunig di Pondok Pesantren Hidayatul
Mubtadi’in Lirboyo (Pesantren Induk).

3. Hasil dan Pembahasan


3.1. Perencanaan Pembelajaran Kitab Kuning
Robert F. Mager (1965), yang dikutip Wina Sanjaya dalam bukunya Perencanaan
dan Desain Sistem Pembelajaran, dikemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah
perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan
tingkat kompetensi tertentu.5
Perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan berdasarkan
hasil berpikir secara rasional, tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu,
perubahan tingkah laku peserta didik setelah melalui pembelajaran serta upaya yang harus
dilakukan dalam mencapai tujuan tersebut. Konkretnya, dalam perencanaan pembelajaran
ini pendidik membuat perangkat pembelajaran.
Pada kegiatan merencanakan pembelajaran, pendidik menentukan tujuan
pembelajaran, yakni tujuan yang ingin dicapai setelah terjadinya proses kegiatan
pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari aspek, yaitu apa
yang dilakukan peserta didik dan apa yang dilakukan pendidik. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan proses pembelajaran yang berkualitas dan maksimal, maka dibutuhkan
adanya perencanaan.
Pada pondok pesantren Lirboyo terdapat 4 tingkatan pembelajaran yaitu : ibtida,
tsanawi, aliyah, ma'had aly. Pada tingkatan ibtida yang dilaksanakan dalam kurun waktu
6 tahun, yang seperti tingkatannya setara dengan SD/MI, pada tingkatan ini memiliki
kegiatan wajib yaitu kegiatan belajar mengajar dan musyawarah, pada tingkatan tsanawi
yang dilaksanakan untuk menempuh pendidikan tersebut dalam kurun waktu 3 tahun pada
tingkatan ini setara dengan MTs pada tingkatan ini memiliki kegiatan wajib yaitu kegiatan

3
Anselm Straus & Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003),
hal. 4
4
Rulam Ahmadi, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hal. 199
5
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, ( Jakarta: Kencana
Perenada Media, 2010), hal. 125

Jurnal Studi Islam dan Kemuhammadiyahan I 22


Volume 2, Nomor 1, 2022: 20-27

belajar mengajar dan musyawarah yaitu mengulang pelajaran yg belum paham yang telah
di sampaikan pada kegiatan belajar mengajar, pada tingkatan Aliyah yang dilaksanakan
dalam kurun waktu 3 tahun yang sesuai dengan tingkatan MA, dan pada tingkatan Ma'had
Aly yang dilaksanakan pada kurun waktu 3 tahun yang hingga sampai dengan lulus sesuai
dengan kurikulum yang berlaku hingga mengikuti wisuda sama saja jenjangnya seperti
pada tingkatan S1 yang akan mendapatkan gelar S.Ag. Dalam perencanaan pembelajaran
itu yang dilaksanakan 7 jam yaitu mulai pukul 07.00-11.00, istirahat pada pukul 09.30.
Pada pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan pada setiap kelas yang terdapat di
madrasah yang sudah ditentukan oleh pendok pesantren. Setiap kelas memiliki 10
pelajaran, pada MTs Van pelajaran meliputi : fiqih, hadist, taukhid, tajwid, adab, nahwu.
Untuk tingkatkan aliyah di tambahkan dengan van nahwu, shorof, balaghoh, mantiq,
tafsir Al Qur'an.
3.2. Pelaksanaan Pembelajaran Kitab Kuning
Dalam Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in Lirboyo (Pesantren Induk) yang
terdiri sebuah lembaga pendidikan non formal yang bernama Hidayatul mubyadi'in
(MHM) khusus mempelajari kitab salafiyah. Ketika menempuh pendidikan di Pondok
Pesantren Hidayatul Mubtadi’in Lirboyo (Pesantren Induk) tidak diizinkan untuk
mengikuti pembelajaran formal karna waktu sudah diwajibkan untuk mengikuti
pendidikan sesuai kurikulum pondok pesantren terebut. Lembaga yg mengkaji tentang Al
Qur'an yaitu madrasah murotimul Qur'an (MMQ). Tingkat ibtida mengiuti ba’da
Maghrib, sanawi dan aliyah di laksanakan setelah subuh. Yg mengkaji tentang al Qur'an.
Setiap kelas ada 2 mustahiq (wali kelas) yang mengajarkan semua pelajaran yang
dipegang oleh mustahiq itu kecuali pada Van Adan dan Van sejarah. sama munawiq
(guru pengganti). Adapun materi kitab kuning di sana mempelajari beberapa cabang ilmu
yakni, Nahwu, Ṣaraf, Ushul Fiqh, Fiqh, Tauhid, Akhlak/ Tasawuf, Hadiṡ, Tafsir, dan
Tarikh tentunya dengan tingkatan yang berbeda dan biasanya metode yang digunakan
juga hampir sama, yakni menggunakan metode Wetonan (Bandongan), ceramah, tanya
jawab dan hafalan.
Di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in Lirboyo (Pesantren Induk) kelasnya
banyak, jumlah kelas tidak pasti dan tergantung pada masuknnya santri untuk kelas 1
Tsanawiyah jumlahnya tidak menentu. Jadi untuk kelas 1 bagian M3, setiap kelas terdapat
60 kelas. A1 - M3 setiap huruf pelaksanaan pelajaran.
Di dalam Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in Lirboyo (Pesantren Induk)
yang berdiri sebuah lembaga pendidikan non formal yang bernama Hidayatul Mubtadi'in
khusus mempelajari kitab salafiyah. Ketika menempuh pendidikan di Pondok Pesantren
Hidayatul Mubtadi’in Lirboyo (Pesantren Induk) tidak diizinkan untuk mengikuti
pembelajaran formal karna waktu sudah diwajibkan untuk mengikuti pendidikan sesuai
kurikulum pondok pesantren tersebut.
3.3. Evaluasi Pembelajaran Kitab Kuning
Evaluasi berasal dari bahasa inggris To Evaluate dan dalam bahasa arab Al-Qimah
yang berarti menilai. Edwint Wand dan Gerald W. Brown menyatakan bahwa evaluasi

Jurnal Studi Islam dan Kemuhammadiyahan I 23


Volume 2, Nomor 1, 2022: 20-27

adalah suatu tindakan atau proses dalam menentukan nilai.6 Pada kegiatan mengevaluasi
pembelajaran, pendidik melakukan penilaian (evaluasi) terhadap pembelajaran yang telah
berlangsung. Dalam kegiatan menilai itu lah pendidik dapat menemukan bagaimana
proses berlangsungnya pembelajaran serta sejauh mana tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Sehingga kemudian dapat menemukan berbagai upaya untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran berikutnya. Melalui kegiatan mengevaluasi pembelajaran ini
kemudian dapat dilakukan upaya perbaikan pembelajaran.
Evaluasi atau penilaian merupakan salah satu komponen sisitem pengajaran.
Fungsi evaluasi adalah untuk mengetahui apakah tujuan yanh dirumuskan dapat tercapai.7
Adapun tujuan dari evaluasi pembelajarn kitab kuning sebagai berikut :
a. Untuk membuat kebijakan dan keputusan untuk pengembangan dan kepentingan
pengembangan madrasah.
b. Untuk menilai hasil para murid dan para guru maupun para tutor yang ada di
madrasah.
c. Untuk menilai hasil para murid dan para guru maupun para tutor yang ada di
madrasah.
d. Untuk menialai program kurikulum, apakah sudah tepat atau belum, relevan atau
tidak, terlalu rumit atau tiadak.
e. Untuk memberi kepercayaan kepada madrasah untuk melakukan evaluasi diri, kalau
program ini dilakukan terus menerus akan meningkatkan akuntabilitas madrasah.
f. Untuk menilai profesionalitas guru apakah mereka mempunyai kompetensi yang
memadai apa belum.
g. Untuk mendapatkan masukan guna perbaikan materi dan berbagai program yang
dijalankan madrasah.
Pada tingkatan ibtida terdapat ujian tertulis yaitu UTS, UAS dan koreksian kitab,
pada koreksian kitab ini yang digunakan itu pengecekan makna pada kitab sudah lengkap
atau belum, ketika sudah lengkap maka bisa mengikuti ujian tertulis dan ketika makna
belum lengkap maka tidak boleh mengikuti ujian. Ujian koreksian kitab merupakan syarat
kenaikan kelas juga ada muhafadzoh dan koreksian kitab. Jadi pada tingkatan ibtida jika
sudah memenuhi prosedur ujian dan telah lulus pada tahap-tahap ujian tersebut maka
dinyatakan naik kelas.
Pada tingkatan tsanawi yaitu pada kelas 1,2 dan 3 tsanawi terdapat terdapat ujian
yang sama yaitu UTS dan UAS serta mengkoreksi kitab dan ketika semua dinyatakan
lulus sesuai dengan prosedur maka dinyatakan naik kelas pada tingkatan ini. Pada setiap
tingkatan sanawi menggunakan metode ujian yang sama UTS, UAS dan koreksian kitab
yang membedakan yaitu pada muhafadzohnya, muhafadzoh kelas 1 tsanawi yaitu
tanwirul hija atau nadzom safinah, untuk pada tingkatan kelas 2 tsanawi muhafadzohnya
yaitu towaidus shorfiyah dan tasrif istilah istilahi, dan pada tingkatan kelas 3 tsanawi yaitu
muhafadhoh nya yang meliputi sorfiah dan tashrif lughowi dan yang terakhir pada

6
Muhammad Syaifudin, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Penerbit Bahari Press, 2012), hal.
118
7
Mohammad, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: IKIP Sinar Baru, 1986), hal. 113

Jurnal Studi Islam dan Kemuhammadiyahan I 24


Volume 2, Nomor 1, 2022: 20-27

tingkatan tsanawi kelas 3 yaitu muhafadhoh nya yang berupa menghafal Al imrithi dan 3
matan tashrif.
Pada tingkatan Aliyah kelas 1 juga memiliki ujian yang sama yaitu tertulis yang
meliputi UTS UAS dan koreksian kitab yang dilakukan pada waktu yang sudah
ditentukan pada tingkatan ini memiliki muhafadzoh Alfiah Ibnu Malik yang membahas
tentang nahwu, shorof, muhafadzah ini harus bisa menghafal 50 bed dalam jangka waktu
1 tahun.
Pada tingkatan Aliyah kelas 2 juga memiliki ujian yang sama yaitu tertulis yang
meliputi UTS, UAS dan koreksian kitab yang dilakukan pada waktu yang sudah
ditentukan pada tingkatan ini memiliki muhafadzoh Alfiah Ibnu Malik yang membahas
tentang nahwu, shorof, Muhafadhoh : Alfiyah 500-1000 : festival Alfiyah itu yang di
ulang dari bet 1 hingga bet 1000.
Pada tingkatan Aliyah kelas 2 juga memiliki ujian yang sama yaitu tertulis yang
meliputi UTS, UAS dan koreksian kitab yang dilakukan pada waktu yang sudah
ditentukan pada tingkatan ini memiliki muhafadzoh Alfiah Ibnu Malik yang membahas
tentang nahwu, shorof, Muhafadhoh : Alfiyah 500-1000 : festival Alfiyah itu yang di
ulang dari bet 1 hingga bet 1000.
Pada tingkatan Aliyah kelas 3 juga memiliki ujian yang sama yaitu tertulis yang
meliputi UTS, UAS dan koreksian kitab yang dilakukan pada waktu yang sudah
ditentukan pada tingkatan ini memiliki muhafadzoh Alfiah Ibnu Malik yang membahas
tentang nahwu, shorof, muhafadhoh jawirul makmun. Selain itu juga terdapat ujian
Qur'an dan jus ama, Ujian tambahan: ujian Al Qur'an jus Ama, ujian praktek, yang
diujikan kitab Fathul Mu'in
Ma'had Aly (marhalah ula) kelas 1 yaitu dimana seperti tingkatan mahasiswa yaitu
terdapat evaluasi sesuai kerikulum yang berlaku yaitu Muhafadhoh tidak hanya pada
akhir tahun saja tetapi dilaksanakan 2x yang dilaksanakan pada pertengahan tahun dan
akhir tahun, yang pertengahan tahun yaitu muhafadhoh 50 hadis yang sudah ditentukan
dari madrasah sendiri, untuk muhafadhoh akhir tahun dengan menghafal Al Qur'an 1 jus
yaitu pada jus 1.
Ma'had Aly kelas 2 juga terdapat ujian 2 kali yang dilaksanakan pada pertengahan
tahun dan akhir yaitu hafalan 50 hadis yang ditentukan oleh MHM (Madrasah Hidayatul
Mubyadi'in) jadi sudah membuat hadist untuk hafalan sendiri agar setiap Muhafadhoh
yang sudah disesuaikan dengan kurikulum yang ada. Terdapat juga Muhafadhoh akhir
tahun itu Al Qur'an 1 jus yaitu pada jus 2. Pada kelas ini ketika ujian Muhafadhoh lolos
boleh melakukan ujian tertulis dan ketika ujian Muhafadhoh tidak lulus maka tidak boleh
mengikuti ujian tertulis, dan ketika tidak mengikuti ujian itu tetap tinggal kelas / tidak
naik kelas. Setelah ujian ada libur khusus santri dan pada kelas 2 Ma'had Aly wajib
mengikuti safari Ramadhan yang di lakukan pada daerah masing-masing yaitu mengisi
pengajian, kultum, imam tarawih dll, untuk menentukan syarat wisuda dan setelah akhir
tahun libur.
Ma'had Aly kelas 3 awal tahun baru masuk kelas 3, pada kelas 3 ini juga terdapat
ujian 2 kali yang dilaksanakan pada pertengahan tahun dan akhir yaitu hafalan 50 hadis
yang ditentukan oleh MHM (Madrasah Hidayatul Mubyadi'in) jadi sudah membuat hadist
untuk hafalan tersendiri agar setiap Muhafadhoh yang sudah disesuaikan dengan

Jurnal Studi Islam dan Kemuhammadiyahan I 25


Volume 2, Nomor 1, 2022: 20-27

kurikulum yang ada. Terdapat juga Muhafadhoh akhir tahun itu Al Qur'an 1 jus yaitu
pada jus 3. Pada kelas ini terdapat ujian praktek yang terkait pada soal fiqih yang
dilaksanakan pada akhir tahun, ujian Al Qur'an 1 jus pada jus 3. Pada kelas ini ketika
ujian Muhafadhoh lolos boleh melakukan ujian tertulis dan ketika ujian Muhafadhoh
tidak lulus maka tidak boleh mengikuti ujian tertulis, dan ketika tidak mengikuti ujian itu
tetap tinggal kelas / tidak naik kelas. Pada kelas 3 Ma'had Aly di wajibkan membuat
skripsi yang terkait tentang fikih yang sudah ditentukan oleh madrasah.
Ketika sudah mengikuti tahap akhir ujian semester akhir maka sudah tamat
menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in Lirboyo (Pesantren
Induk) dan juga sudah membuat skripsi. Dan ketika setelah tamat ini wajib mengabdi di
Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in Lirboyo (Pesantren Induk) 1 tahun yang
ditempatkan oleh ponpes. Ketika sudah selesai sesuai dengan prosedur maka sudah bisa
wisuda dan memiliki gelar seperti S1 dan inipun disebabkan tingkat tamat paling bawah.
Kalau sudah tamat Ma'had Aly jadi sudah melakukan prosedur yang sudah di tentukan
kelas, dan ketika sudah memenuhi prosedur setelah mengabdi bisa mengikuti wisuda.
Pada Ma'had Aly dab dari luar seminggu 2x. Tamat Ma'had Aly seperti
mendapatkan gelar setara S1 yaitu dengan gelar S.Ag pada gelar S1 pondok susah untuk
melanjutkan ke jenjang S2 di luar, maka dianjurkan untuk menempuh S1 di luar pondok
agar ketika akan melanjutkan ke jenjang S2 tidak susah.
Adapun juga terdapat jenjang marhalah saniyah ini jenis pendidikan di
pesantren yang dilaksanakan setara dengan jenjang S2 termasuk kelas baru yang
baru dilaksanakan 1 tahun.

4. Simpulan
Manajemen pembelajaran merupakan kegiatan mengelola proses pembelajaran,
sehingga manajemen pembelajaran merupakan salah satu bagian dari serangkaian
kegiatan dalam manajemen pendidikan.
Dikalangan pesantren sendiri, di samping istilah “kitab kuning”, terdapat juga
istilah “kitab klasik” (al-kutub alqadimah), karena kitab yang ditulis merujuk pada karya-
karya tradisional ulama’ berbahasa Arab yang gaya dan bentuknya berbeda dengan buku
modern.8 Dan karena rentang kemunculannya sangat panjang maka kitab ini juga disebut
dengan “kitab kuno”. Bahkan kitab ini, di kalangan pesantren juga kerap disebut dengan
“kitab gundul”. Disebut demikian Karen teks didalamnya tidak memakai syakal
(harakat).9 bahkan juga tidak disertai dengan tanda baca, seperti koma, titik, tanda seru,
tanda tanya, dan lain sebagainya. Untuk memahami kitab kuning di Pesantren telah ada
ilmu yang dipelajari santri yaitu ilmu alat atau nahwu dan sharaf.
Manajemen pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Hidayatul
Mubtadi’in Lirboyo (Pesantren Induk) terdapat perencanaan manajemen pembelajaran
kitab kuning dengan cara membuat jadwal sesuai dengan kurikulum yang berlaku serta
materi pembelajarannya yang akan diberikan kepada santri diserahkan pada pengajar,

8
Endang Turmudi,Perselingkuhan Kiai dan Kekuasaan,(Yogyakarta: LKiS, 2004), hal. 36
9
Harakat ialah tanda-tanda yang menunjukkan huruf ganda, bunyi pendek, dan tidak berbaris, (Eksiklopedi
Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2000), hal. 151

Jurnal Studi Islam dan Kemuhammadiyahan I 26


Volume 2, Nomor 1, 2022: 20-27

sehingga pengajar menyampaikan pembelajaran sesuai dengan tingkatannya masing-


masing. Pelaksanaan pembelajaran tingkat ibtida dari jam 07.00-11.00 & wajib belajar
mulai dari jam 19.00-21.00. Tingkat tsanawi dan aliyah, dimulai dari 07.00-11.00 dan
wajib belajar dari jam 19.00-23.00 dan jam musyawaroh 02.00-04.00. Prosedur program
pembelajaran dilakukan dengan cara pengajar membaca kitab kemudian didengar dan
diperhatikan oleh santri.. Evaluasi pembelajaran dilakukan dengan 2 kali ujian per
semesternya. Adapun evalaasinya yaitu UTS dan UAS tertulis, namun juga terdapat ujian
koreksian kitab, hafalan nadzom, dan absensi. Evaluasi terdapat 2 tahapan jika dilihat
melalui semester. Melalui evaluasi hafalan, pemahaman, dan kemampuan membaca kitab
kuning. Selain itu juga ada evaluasi harian yang dilakukan wali kelas.

Daftar Pustaka.
Anselm Straus & Juliet Corbin, (2003). Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Departemen Agama RI, (2003). Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah, Jakarta:
Direkterot Jendral Kelembagaan Islam
Endang Turmudi, (2004). Perselingkuhan Kiai dan Kekuasaan. Yogyakarta: LKiS
Farida Yusuf Tabibnapis, (2008). Evaluasi Program dan Instrument Evaluasi Untuk
Program Pendidikan dan Penelitian, Jakarta: Reneka Cipta
Harakat ialah tanda-tanda yang menunjukkan huruf ganda, bunyi pendek, dan tidak
berbaris, Eksiklopedi Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, (2000)
Made Pidarta, (2004). Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta
Mohammad, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: IKIP Sinar Baru, 1986), hal. 113
Muhammad Syaifudin, (1986). Pengantar Ilmu, Bandung: IKIP Sinar Baru
Musdah Mukia, Kitab Kuning, Ensiklopedi Islam, IV
Perenada Media, (2010) Pendidikan Islam, Yogyakarta: Penerbit Bahari Press
Ricky W. Griffin, (2004). Manajemen, alih bahasa Gina Gania;editor Wisnu Candra
Kristiaji. Jakarta : Erlangga
Rulam Ahmadi, (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Sa’id Aqiel Siradj dkk, (2004). Pesantren Masa Depan, (Cirebon: Pustaka Hidayah),
Syafaruddin, (2005). Manajemen Lembaga Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press
Wina Sanjaya, (2012). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana

Jurnal Studi Islam dan Kemuhammadiyahan I 27

Anda mungkin juga menyukai