Anda di halaman 1dari 10

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DALAM

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR


MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 PAGUYAMAN

Mohamad Diva Mulia Ishak 1, Yulia Fransisca Ibrahim 2

DEPARTMENT OF MATHEMATICS, FACULTY OF MATHEMATICS AND NATURAL


SCIENCES, STATE UNIVERSITY OF GORONTALO

Abstrak

Pembelajaran sosial emosional perlu diterpakan dalam menciptakan suasana


belajar yang berbasis pada perkembangan setiap individu, dalam hal ini pembelajaran
berdiferensiasi. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dalam penerapan
pembelajaran berdiferensiasi yang diadopsi dari Kemmis dan Taggart. Tujuan penelitian
adalah mendeskripsikan pembelajaran berdiferensiasi dan meningkatkan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran matematika. Penelitian ini dilaksanakan Di SMA NEGERI 1
PAGUYAMAN semester genap tahun pelajaran 2021/2022, dengan subjek penelitian
adalah kelas XI. Prosedur penelitian dengan mengikuti alur PTK yaitu mulai dari
perencanaan (menyusun RPP, perangkat pembelajaran, lembar observasi, dan intrumen
evaluasi), pelaksanaan penelitian (penerapan pembelajaran berdiferensiasi), evaluasi (tes
disetiap akhir siklus pembelajaran), dan refleksi (identifikasi kekurangan dan kelebihan
pelaksanaan diakhir siklus pembelajaran). Data dikumpulkan dengan lembar observasi yang
diperoleh melalui pengamatan proses pembelajaran dan melalui hasil tes evaluasi
disetiap akhir siklus pembelajaran dengan menggunakan instrumen tes. Penerapan
pembelajaran berdiferensiasi terhadap matapelajaran matematika dapatmeningkatkan hasil
belajar siswa melalui pengkalsifikasian kemampuan siswa, menggunakan pengembangan
materi yang bervariasi sesuai kemampuan siswa, dan melakukan pendekatan secara individu.

Kata Kunci: Pembelajaran berdiferensiasi; Hasil belajar matematika: Penelitian Tindakan


kelas (PTK).
PENDAHULUAN

Salah satu usaha meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas adalah dengan


meningkatkan peran guru menentukan keberasilan suatu pembelajaran. Berbagai metode, model
dan strategi sudah digunakan guru dalam mengajar, namun pada kenyataannya masih banyak
siswa yang kurang mengerti dengan apa yang dijelaskan oleh gurunya. Disinilah guru tidak boleh
putus asa dalam memberikan penjelasan kepada siswa, Karena tidak semua siswa memiliki
kemampuan yang sama dalam menerima pelajaran dari gurunya. Begitu juga siswa sulit
menerima penjelasan dari guru, karena gurunya kurang tepat untuk menggunakan metode atau
strategi dalam menyampaikan pembelajaran di kelas.

Salah satu pelajaran yang wajib dipelajari di SMA adalah Matematika dipelajari untuk
membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, kritis, praktis, bersikap positif dan berjiwa
kreatif. Kemampuan tersebut diperlukan agar siswa mampu bertahan dan berkembang mengikuti
keadaan yang selalu berubah dengan memanfaatkan informasi yang diperoleh. Juga berfungsi
untuk mengembangkan kemampuan bernalar, sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir
dan model matematika, serta sebagai alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, dan diagram
dalam menjelaskan gagasan. Banyak ditemui di lapangan siswa mendapat nilai rendah pada mata
pelajaran ini, siswa malas menyelesaikan tugas-tugas matematika dengan alasan tidak mengerti
dan sulit dipahami ataupun disaat proses pembelajaran keluar masuk kelas serta melaksanakan
aktivitas yang tidak mendukung proses pembelajaran matematika.

Dari pengalaman mengajar di SMA menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang
mengalami kendala dalam pembelajaran matematika yang disampaikan guru, sehingga guru
perlu menerapkan metode dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan.
Siswa lebih cenderung menghafal materi dari pada memahami konsep. Siswa menghapal
pengalaman baru yang dialami dan tidak dikaitkan dengan pengetahuan sebelumnya yang sudah
dimiliki siswa sebagai akibat pengalaman terdahulu. Siswa yang belajar dengan cara menghapal
pada pembelajaran matematika itu sebenarnya tidak sedang mempelajari matematika, sebab
siswa tidak menyadari bahwa pengetahuan yang terkumpul tidak dapat membentuk suatu
pemahaman konsep yang teratur.

Untuk mengatasi permasalahan di atas, maka penulis menggunakan model pembelajaran


berdiferensiasi. Menurut modul 2.1 tentang pembelajaran berdiferensiasi dalam Program Guru
Penggerak (PGP): Pembelajaran berdiferensiasi adalah proses atau filosofi untuk pengajaran
efektif dengan memberikan beragam cara untuk memahami informasi baru untuk semua siswa
dalam komunitas ruang kelasnya yang beraneka ragam, termasuk cara untuk: mendapatkan
konten; mengolah, membangun, atau menalar gagasan; dan mengembangkan produk
pembelajaran dan ukuran penilaian sehingga semua siswa di dalam suatu ruang kelas yang
memiliki latar belakang kemampuan beragam bisa belajar dengan efektif. Proses
mendiferensiasikan pelajaran dilakukan untuk menjawab kebutuhan, gaya, atau minat belajar
dari masingmasing siswa.

Pembelajaran berdiferensiasi dilatar belakangi akan kebutuhan belajar murid yang


berbeda-beda, sesuai dengan filosofi Kihajar Dewantara menjelaskan bahwa tujuan pendidikan
yaitu: "menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai
anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya)
hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak”. Menurut Tomlinson (2001) pembelajaran
diferensiasi berarti mencampurkan semua perbedaan untuk mendapatkan suatu informasi,
membuat ide dan mengekspresikan apa yang mereka pelajari. Dengan kata lain bahwa
pembelajaran diferensiasi adalah menciptakan suatu kelas yang beragam dengan memberikan
kesempatan dalam meraih konten, memproses suatu ide dan meningkatkan hasil setiap murid,
sehingga murid-murid akan bisa lebih belajar dengan efektif.

Pendekatan berdiferensiasi terdiri dari tiga aspek yaitu diferensiasi konten, diferensiasi
proses, dan diferensiasi produk. 1) Diferensiasi konten meliputi apa yang dipelajari oleh siswa.
Konten berkaitan dengan kurikulum dan materi pembelajaran. Pada aspek ini, guru memodifikasi
kurikulum dan materi pembelajaran berdasarkan gaya belajar siswa dan kondisi disabilitas yang
dimiliki. Isi kurikulum disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan siswa. 2) Diferensiasi
proses merupakan cara siswa mengolah ide dan informasi. Bagaimana siswa berinteraksi dengan
materi dan bagaimana interaksi tersebut menjadi baian yang menentukan pilihan belajar siswa.
Karena banyaknya perbedaan gaya belajar dan pilihan gaya belajar yang ditunjukkan siswa,
maka kelas harus dimodifikasi sedemikian rupa agar kebutuhan belajar yang berbeda-beda dapat
diakomodir dengan baik. 3) Diferensiasi produk yaitu bagaimana siswa menunjukkan apa saja
yang telah dipelajari. Produk pembelajaran memungkinkan guru menilai materi yang telah
dikuasai siswa dan memberikan materi berikutnya. Gaya belajar siswa juga menentukan hasil
belajar siswa seperti apa yang akan ditunjukkan pada guru.

METODE

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian direncanakan


menggunakan tindakan daur ulang seperti yang dikembangkan oleh Suharsimi Arikunto
(2010:17) dengan menggunakan langkah-langkah: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan
dan refleksi. Penelitian ini, dilaksanakan dalam dua siklus, Selanjutnya pelaksanaan tindakan
digambarkan sebagai berikut.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK), atau
dalam bahasa inggris PTK diartikan dengan classroom action research (CAR). Menurut
Arikunto (2013: 3) mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian praktis
didalam kelas untuk memperbaiki kualitas proses belajar, meningkatkan hasil belajar, dan
menemukan model pembelajaran inovatif untuk memecahkan masalah yang dialami oleh guru
dan siswa. Penelitian tindakan kelas bersifat kolaboratif artinya penelitian tidak meneliti sendiri
namun bekerja sama dengan guru kelas. Arikunto (2017: 42) menyatakan bahwa “Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1)
perencanan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan (4) refleksi”. Penelitian ini memiliki beberapa
tahap pelaksanaan tindakan yang diuraikan dalam 2 siklus. Secara garis besar terdapat empat
tahapan yaitu: Menyusun rancangan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (Acting),
pengamatan (Observing), dan Refleksi (reflecting). Penelitian tindakan kelas ini bertujuan
untuk menyelesaikan masalah dengan tepat serta meningkatkan hasil belajar siswa.
Penelitian ini dilaksanakan dalam siklus tindakan dimana pelaksanaannya terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
PEMBAHASAN

Hasil penelitian terhadap penerapan pembelajaran matematika dikelas XI SMA NEGERI


1 PAGUYAMAN semester genap tahun pelajaran 2021/2022 terlaksana dalam 2 siklus. Hasil
masing-masing siklus diuraikan sebagai berikut.

Siklus I

Proses pembelajaran pada siklus I dilaksanakan dalam 2 pertemuan


pembelajaran dan 1 pertemuan sebagai evaluasi siklus. Adapun materi yang
diterapkan adalah bangun ruang sisi dengan sub materi tabung.

1. Perencanaan

Perencanaan pembelajaran berdiferensiasi pada siklus I yaitu dengan


menyusun RPP pembelajaran dengan tahapan pembelajaran berdiferensiasi.
Menyusun bahan ajar (materi dan lembar kerja peserta didik) yang bervariasi untuk
siswa yang berbeda-beda kebutuhan dan kemampuan secara individu. Kemudian
menyiapkan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran dan bahan evaluasi yang berupa
soal untuk dikerjakan oleh siswa di akhir siklus I.

2. Tindakan

Siswa dibentuk terlebih dahulu dalam kelompok yang heterogen. Tahapan


tindakan adalah guru menerapkan pembelajaran berdiferensiasi.
Gurumenunjukkan di depan kelas salah satu benda berbentuk tabung dengan beberapa
pertanyaan pemantik “Benda ini berbentuk bangun ruang sisi apa?”; “bagaimana bentuk alas
dan tutupnya?”; “benda apa yang kalian gunakan sebagai bahan percobaan untuk
membuat jarring-jaring tabung?”. Langkah ini sebagai diferensiasi konten berdasar
kesiapan: dasar-kompleks). Secara berkelompok siswa membaca tulisan bergambar terkait
dengan benda-benda dalam kehidupan nyata siswa dengan menerapkan tutor sebaya
(diferensiasi proses). Kemudian siswa menyapaikan hal-hal yang sudah diketahui
setalah membaca gambar, selanjutnya berdiskusi dalam membuat gambar
danmenentukan rumus luas permukaan tabung dengan menggunakan informasi yang
dapat bersumber dari artikel online, vidio, buku paket, atau sumber yang relevan
lainnya (diferensiasi proses).Kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
diskusinya didepan kelas.

3. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan pada saat proses penerapan pembelajaran


berdiferensiasi berlangsung dengan observer adalah teman sejawat dan
pendamping guru penggerak (pengajar praktik). Adapun beberapa catatan dalam lembar
observasi siklus I adalah penerapan pembelajaran berdiferensiasi sudah berjalan dengan baik.
Kemudian kegiatan siswa dalam kelompok sudah ada aktivitas tutor sebaya dan penggunaan
sumber belajar dengan memanfaatkan lingkungan sekitar.

4. Refleksi

Adapun hasil refleksi terhadap tindakan siklus I diantaranya: Guru perlu melakukan
pendampingan secara intensif terhadap siswa yang berkemampuan rendah. Siswa yang
bertindak sebagai tutor sebaya perlu diberikan penguatan terlebih dahulu. Guru perlu
mengidentifikasi terlebih dahulu sumber belajar yang ada dilingkungan sekolah. Dan guru
perlu menyiapkan duplikasi bentuk asli dari bangun tabung yang dipelajari dalam bentuk alat
peraga.

5. Hasil belajar siklus I

Evaluasi siklus I diikuti oleh 29 orang siswa. Berdasarkan hasil evaluasi diakhir
siklus I, diperoleh data seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Hasil Belajar Siswa Siklus I

No Aspek Deskriptif
1 Jumlah siswa yang ikut evaluasi 29 orang
2 Jumlah siswa yang memenuhi KKM 18 orang (62.07%)
3 Jumlah siswa yang tidak memenuhi 11 orang (37.93%)
KKM
4 Jumlah Nilai 2252
5 Nilai Tertinggi 89
6 Nilai Terendah 67
7 Rata-rata 77.66
Nilai tertinggi yang diperoleh siswa sebesar 89, sedangkan nilai terendah
sebesar 67. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus I sebesar 77.66.

Siklus II

Proses pembelajaran pada siklus II dilaksanakan dalam 2 pertemuan


pembelajaran dan 1 pertemuan sebagai evaluasi diakhir siklus. Adapun materi yang
diterapkan adalah bangun ruangsisi dengan sub materi jejaring tabung.

1. Perencanaan

Perencanaan pembelajaran berdiferensiasi pada siklus II yaitu dengan


menyusun RPP pembelajaran dengan tahapan pembelajaran berdiferensiasi
berdasarkan dari hasil observasi, refleksi, dan hasil evaluasi siklus I. Menyusun bahan
ajar (materi dan lembar kerja peserta didik) yang bervariasi untuk siswa yang
berbeda-beda kebutuhan dan kemampuan secara individu. Kemudian menyiapkan
lembar observasi pelaksanaan pembelajaran dan bahan evaluasi yang berupa soal untuk
dikerjakan oleh siswa di akhir siklus II.

2. Tindakan

Siswa terlebih dahulu dikelompokkan dengan anggota yang heterogen. Tahapan


tindakan adalah guru menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Gurumenunjukkan di
depan kelas salah satu benda berbentuk jejaring tabung dengan beberapa pertanyaan
pemantik (diferensiasi konten berdasar kesiapan). Secara berkelompok siswa membaca
tulisan bergambar terkait dengan benda-benda dalam kehidupan nyata siswa dengan
menerapkan tutor sebaya (diferensiasi proses). Kemudian siswa menyapaikan hal-hal
yang sudah diketahui setalah membaca gambar, selanjutnya berdiskusi dalam
membuat gambar dan menentukan rumus luas permukaan tabung dengan menggunakan
informasi yang dapat bersumber dari artikel online, vidio, buku paket, atau sumber yang
relevan lainnya (diferensiasi proses). Kemudian masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil diskusinya didepan kelas

3. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan pada saat proses penerapan pembelajaran


berdiferensiasi berlangsung dengan observer adalah teman sejawat dan
pendamping guru penggerak (pengajar praktik). Adapun beberapa catatan dalam lembar
observasi siklus II adalah penerapan pembelajaran berdiferensiasi sudah berjalan
dengan sangat baik. Kemudian kegiatan siswa dalam kelompok sudah ada aktivitas
tutor sebaya dan penggunaan sumber belajar dengan memanfaatkan lingkungan sekitar dan
tersedia dengan sangat baik.

4. Refleksi

Adapun hasil refleksi terhadap tindakan siklus II diantaranya: Guru sudah


melakukan pendampingan secara sangat baik terhadap siswa yang
berkemampuan rendah. Siswa yang bertindak sebagai tutor sebaya sudah terampil
karena diberikan penguatan terlebih dahulu. Guru sudah mengidentifikasi
terlebih dahulu sumber belajar yang ada dilingkungan sekolah, serta menggunakan alat
peraga dalam pembelajaran

5. Hasil belajar siklus II

Evaluasi siklus II diikuti oleh 29 orang siswa. Berdasarkan hasil evaluasi


diakhir siklus II, diperoleh data seperti pada Tabel 2.

No Aspek Deskriptif
1 Jumlah siswa yang ikut evaluasi 29 orang
2 Jumlah siswa yang memenuhi KKM 26 orang (89.66%)
3 Jumlah siswa yang tidak memenuhi 3 orang (10.34%)
KKM
4 Jumlah Nilai 2252
5 Nilai Tertinggi 90
6 Nilai Terendah 75
7 Rata-rata 78.72
Nilai tertinggi yang diperoleh siswa sebesar 90, sedangkan nilai terendah
sebesar 75. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus I sebesar 78.72.

Pembahasan Hasil Penelitian

Mengacu pada hasil penelitian di atas, rangkaian penelitian sudah terlaksana dengan
sangat baik mulai dari tahap perenanaan, tindakan, observasi, dan refleksi, serta diakhiri
dengan evaluasi akhir siklus. Adapun rekapitulasi hasil belajar siswa pada setiap siklus
melalui penerapan pembelajaran berdiferensiasi dapat dilihat dari Tabel 3.

Uraian Siswa Tuntas Siswa Tidak Tuntas Rata-rata


Frekuensi % Frekuensi %
Siklus I 18 62.07 11 37.93 77.66
Siklus II 26 89.66 3 10.34 78.72
Dari siklus I ke Siklus II terjadi peningkatan ketuntasan klasikal hasil belajar siswa
dari 62.07% menjadi 89.66%. Hal ini menunjukan peningkatan sebesar 27.59%. Yang
berarti terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada matapelajaran matematika kelas IX-3
SMP Negeri 1 Wera tahun pelajaran 2021/2022.Sebagaimana hasil penelitian tentang
penerapan pembelajaran berdiferensiasi sebelumnya yang menunjukkan bahwa pembelajaran
berdiferensiasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Kamal, 2021; Suwartiningsih, 2021;
Iskandar, 2021).

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan pada materi di atas dapat disimpulkan bahwa
proses pembelajaran dengan penerapan pembelajaran berdiferensiasi yang dilaksanakan di Smp
Negeri 3 Paguyaman yang diikuti oleh 29 siswa kelas IX semester genap TP 2021/2022. Di
peroleh ketuntasan klasikal siklus I dengan nilai 62.07%, yang menunjukan bahwa terdapat 18
orang siswa memperoleh nilai tertinggi yaitu 75, dan 11 orang siswa yang tidak memenuhi
standar ketuntasan. Kemudian pada Siklus II diperoleh ketuntasan sebesar 89.66%, yang
menunjukkan bahwa ada 26 orang siswa yang memenuhi standar ketuntasan, dan hanya 3 orang
siswa yang tidak memenuhi standar ketuntasan. Ada peningkatan sebesar 27.59% hasil belajar
siswa siklus I ke siklus II. Penerapan pembelajaran berdiferensiasi terhadap matapelajaran
matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa melalui pengkalsifikasian kemampuan siswa,
menggunakan pengembangan materi yang bervariasi sesuai kemampuan siswa, dan melakukan
pendekatan secara individu

Pembelajran berdiferensiasi, reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Kamal, S. (2021). Implementasi pembelajaran berdiferensiasi dalam upaya meningkatkan


aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas xi mipa sma negeri 8 barabai. Julak: Jurnal
Pembelajaran Dan Pendidik, 1(2807-5536), 89-100.

Afilin, K. M. (2023). Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi Menggunakan Model Pjbl Untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Sekolah Dasar Negeri Jetis 3 Sukoharjo. Jurnal Dikdas
Bantara, 6(1).

Astutik, S., & Bektiarso, S. (2021). Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Bagi Guru
SMAN Panarukan Situbondo. Jurnal Inovasi Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat, 1(1), 54-
62.

Syarifuddin, S., & Nurmi, N. (2022). Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Siswa Kelas IX Semester Genap SMP Negeri 1 Wera Tahun Pelajaran
2021/2022. JagoMIPA: Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA, 2(2), 93-102.

Anda mungkin juga menyukai