Anda di halaman 1dari 10

MENINGKATKAN KEMAMPUAN METAKOGNISI DAN HASIL

BELAJAR BIOLOGI SISWA SMA PGRI 1 PUNGGUR MELALUI


PENERAPAN METODE INKUIRI TERBIMBING (GUIDE
INQUIRY)

Elys Hadizah
Muhfahroyin

Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhamadiyah Metro


E-mail: elys_hadizah@ymail.com

Abstract: in general, method of inquiry guide can increasing the capability of


metakognitive and result of students. metacognition is thinking about thinking.
Metacognition goes beyond thinking (meta+cognition) in that it is the active awareness and
knowledge of one’s own thinking processes. Metacognitive skill are sometimes refered to as
“self direction skills. Metacognitive could be different between the high and low student.
This result showe in research to class ten of three grade student of senior high school in
PGRI Punggur. The result showed so that using inquiry guide-metacognitive to the aspect
of self-planning with activity formulate problem and formulate guess while with score
applying 66,78, aspect self-monitoring with activity collect information and testing guess
while with score applying 61,10, and aspect self evaluating with activity conclude and
summary with score applying 71,37.

Kata kunci: Guide Inquiry, kemampuan Metakognisi, Hasil Belajar

Berbagai upaya telah lama inkuiri terbimbing mengajak siswa


dilakukan dan hingga kini terus melakukan serangkaian kegiatan fisik
dilakukan untuk meningkatkan mutu maupun mental (kognitif). Siswa diminta
pendidikan, diantaranya peningkatan untuk memahami atau merumuskan:
menejemen pendidikan, perbaikan masalah, tujuan, dan hipotesis. Siswa
sarana dan prasarana pembelajaran, melakukan pengamatan atau
penyelenggaraan seminar, penyelidikan, mencari data, menganalisis
penyempurnaan kurikulum, pengadaan permasalahan yang telah dirumuskan
buku ajar, dan peningkatan kualitas Santoso (2010:155-156).
dengan menerapkan sertifikasi pendidik Saat ini guru masih berkutat pada
(Depdiknas, 2002). Pengembangan hasil belajar kognitif siswa, akibatnya
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan proses pembelajaran siswa kurang
(KTSP), proses belajar diselenggarakan mendapat perhatian. Salah satu aspek
secara inspiratif, interaktif, menantang, yang kurang mendapatkan perhatian,
menyenangkan, dan memotivasi siswa mempunyai peran penting dalam
aktif dalam pembelajaran. penyelesaian masalah pembelajaran
Pernyataan tersebut yaitu metakognisi. Kemampuan
merefleksikan proses pembelajaran harus metakognisi belum diberdayakan secara
mampu menumbuhkan potensi siswa, sengaja dalam proses pembelajaran,
mulai dari pemahaman konsep sampai banyak ditemukan siswa mengalami
mengimplementasikan ke dalam kesulitan belajar sehingga proses
kegiatan yang disertai kompetensi pembelajaran kurang bermakna.
tertentu Baedhowi (2007). Pembelajaran

BIOEDUKASI VOLUME 3 NOMOR 2, NOPEMBER 2012


Berdasarkan observasi yang pelajaran biologi, maka dampaknya
diperoleh siswa cenderung pasif dalam siswa mendapatkan nilai rendah dibawah
pembelajaran, kurangnya motivasi KKM.
belajar siswa, ada beberapa siswa tidak Maka dalam hal ini guru
membuat catatan dalam kegiatan memberikan nuansa belajar dengan
pembelajaran. Beberapa siswa malas metode yang tidak monoton. Misalnya
membaca pada buku paket sesuai dengan saja pelajaran biologi cenderung pada
materi yang dibelajarkan, siswa kurang suatu eksperimen baik secara langsung
optimal dalam mengelola materi dan atau tidak langsung. Secara tidak
menerapkan strategi kognitif dalam langsung guru telah memberikan
pembelajaran, misalnya pada buku paket rangsangan kepada siswa untuk belajar
atau informasi dari penelususran internet dan bertanggung jawab atas proses
yang dibaca dengan menerapakan belajarnya. Pembelajaran yang
strategi kognitif seperti berorientasi dengan kehidupan sehari-
menggarisbawahi dan membuat hari atau bernuansa kontekstual
ringkasan materi, sarana dan prasarana mendorong siswa untuk melakukan
yang kurang mendukung sehingga penemuan melalui kegiatan eksperimen.
pengetahuan yang diperoeh siswa kurang Siswa dalam hal menemukan pada
optimal dan kurang bermakna setelah kegiatan pembelajaran berkenaan dengan
pembelajaran berakhir. inkuiri dengan tahap pembelajaran
Kondisi tersebut merupakan faktor secara ilmiah yaitu merumuskan
penghambat dalam proses pembelajaran. masalah, hipotesis, mengumpulkan data,
Masih banyak siswa yang melakukan menguji hipotesis, menyimpulkan, dan
aktivitas yang tidak diharapkan, meringkas.
misalnya mengobrol dengan teman Ciri utama strategi pembelajaran
sebangku, membuat keributan di kelas, inkuiri. Pertama, strategi inkuiri
dan lain sebagainya.Selama ini guru menekankan kepada aktivitas siswa
mengetahui bahwa siswa itu akan cepat secara maksimal untuk mencari dan
bosan belajar apabila guru berperan menemukan, artinya pendekatan inkuiri
monoton dengan metode pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek
yang sama. Siswa kurang mengeksplor belajar. Proses pembelajaran siswa tidak
kemampuan dan kreativitas yang hanya berperan sebagai penerima
dimiliki, akibatnya siswa banyak yang pelajaran melalui penjelasan guru secara
belum memenuhi kriteria ketuntasan verbal, tetapi mereka berperan untuk
minimal sehingga siswa akan menemukan sendiri inti dari materi
dikenankan program remidial. pelajaran itu sendiri. Kedua, seluruh
Informasi lain dengan wawancara aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan
dengan guru biologi kelas X 3 yaitu siswa untuk mencari dan menemukan sendiri
belum diberdayakan secara sengaja dari sesuatu yang dipertanyakan.
dengan pembelajaran inkuiri terbimbing- Diharapkan dapat menumbuhkan
metakognisi. Berdasarkan observasi sikap percaya diri (self confidence),
yang diperoleh dari 33 siswa yang tidak artinya pendekatan inkuiri menempatkan
mengalami ketuntasan minimal sebanyak guru bukan sebagai sumber belajar, akan
18 siswa. Siswa memanggap pelajaran tetapi sebagai fasilitator dan motivator
biologi merupakan pelajaran yang rumit belajar siswa. Aktivitas pembelajaran
dan banyak nuansa bahasa latinnya. biasanya dilakukan melalui proses tanya
Akibat asumsi dari siswa yang kuarang jawab antara guru dan siswa, sehingga
berminat dan kurang antusias dengan kemampuan guru dalam menggunakan

BIOEDUKASI VOLUME 3 NOMOR 2, NOPEMBER 2012


teknik bertanya merupakan syarat utama pengetahuan strategis, pengetahuan
dalam melakukan inkuiri. Ketiga, tujuan tentang tugas kognitif, termasuk
dari penggunaan strategi pembelajaran pengetahuan kontekstual dan
inkuiri adalah meningkatkan kondisional, dan pengetahuan diri.
kemampuan intelektual sebagai bagian Pengetahuan metakognisi mengacu
dari proses mental, akibatnya dalam pada pengetahuan tentang kognisi seperti
pembelajaran inkuiri terbimbing siswa pengetahuan tentang ketrampilan dan
tidak hanya dituntut agar menguasai strategi kerja yang baik untuk pebelajar
pelajaran, akan tetapi bagaimana siswa dan bagaimana serta kapan
dapat menggunakan potensi yang menggunakan ketrampilan dan strategi
dimilikinya (Sanjaya, 2008). tersebut. Regulasi metakognisi mengacu
Metode inkuiri terbimbing pada kegiatan yang mengontrol
melibatkan siswa secara penuh dari pemikiran dan belajar seperti
menentukan perencanaan dengan perencanaan, memonitor pemahaman,
aktivitas merumuskan masalah dan dan evaluasi (Schraw & Dennison,
hipotesis sampai dengan mengevaluasi 1994).
yang telah dilakukan dengan aktivitas Berdasarkan uraian permasalahan,
menyimpulkan dan meringkas. Metode landasan teori dan solusi dari masalah
ini menuntut agar siswa berpikir untuk yang dipaparkan, maka tujuan penelitian
melakukan proses penemuan dari ini adalah menerapkan metode inkuiri
pembelajaran yang telah dilakukan terbimbing untuk meningkatkan
melalui diskusi kelompok dalam metakognisi dan hasil belajar siswa
kegiatan pengamatan secara langsung biologi.
atau tidak langsung. Metode inkuiri
terbimbing melatih siswa dalam
kemampuan merumuskan masalah, METODE
merumuskan hipotesis, mengupulkan Penelitian ini merupakan
data, mengui hipotesis, menyimpulkan, penelitian Classroom Action Research
dan meringkas. Kemampuan yang telah atau Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
dilakukan tersebut oleh siswa sehingga Dalam hal ini pelaksanaan penelitian
dapat menghasilkan suatu penemuan dari dilakukan proses perbaikan terus
proses berpikir dalam pembelajaran, menerus atau tindakan berulang (siklus)
yaitu siswa berpikir tingkat tinggi sehingga dari siklus pertama, kedua dan
bagaimana cara menemukan dari seterusnya dapat diperoleh hasil yang
serangkaian pembelajaran, secara semakin baik untuk pencapaian tujuan
sengaja siswa telah menerapkan penelitian yaitu meningkatkan
kemampuan metakognisi (Slavin, 2005). kemampuan metakognisi dan hasil
Paradigma inkuiri terbimbing tidak belajar siswa. Proses pelaksanaan
hanya sekedar memperoleh pengetahuan, pembelajaran terdiri dari empat langkah
tetapi membangun pengetahuan melalui yaitu perencanaan, tindakan, observasi,
kemampuan metakognisi. Menurut dan refleksi (Arikunto, 2006).
Anderson dan Krathwohl (2001), Penelitian ini dilakukan dalam
metakognisi merupakan aspek dua siklus selama satu bulan, bulan
pengetahuan yang paling tinggi Maret 2012, setiap siklus dilakukan
tingkatannya dalam revisi taksonomi pembelajaran sebanyak tiga kali,
Bloom setelah faktual, konseptual, dan diantaranya dua kali untuk proses
prosedural. Dikemukakan 3 aspek pembelajaran dan satu kali pertemuan
pengetahuan metakognitif yaitu untuk tes kognitif.subjek penelitian ini

BIOEDUKASI VOLUME 3 NOMOR 2, NOPEMBER 2012


yaitu kelas X 3 berjumlah 20 siswa dan pernyataan dengan 4 skala yaitu sangat
tempat penelitian di SMA PGRI 1 setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju.
Punggur. Instrument yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu lembar
inventory metakognisi untuk mengukur HASIL
metakognisi siswa. Inventory Siklus I
metakognisi sebagai alat ukur siswa
dalam self-planning, self-monitoring, Perencanaan
and self-evaluating. Lembar observasi Pelaksanaan siklus 1, membuat
untuk mengamati kegiatan siswa dalam RPP, silabus, menyiapkan lembar LKS
proses pembelajaran. dan menyiapkan bahan untuk kegiatan
Catatan lapangan untuk pengamatan pada topik Tingkat
mengamati kegiatan penelitian Keanekaragaman Hayati di Indonesia,
berlangsung. Pengamatan aktivitas menyiapkan lembar observasi aktivitas
dalam proses pembelajaran sangat siswa, menyiapkan lembar inventory
penting untuk emperoeh data yang metakognisi, dan menyiapkan soal
akurat. Data lapangan akan dituliskan evaluasi.
secara deskripsi oleh observer. Soal tes
untuk penilaian hasil belajar kognitif, Pelaksanaan
Hasil belajar yang dipengaruhi oleh Pembelajaran pada siklus 1
besarnya usaha yang dicurahkan, materi pokoknya adalah
inteligensi, dan kesempatan yang Keanekaragaman Hayati (Tingkat
diberikan kepada anak, pada gilirannya Keanekaragaman Hayati dan
berpengaruh terhadap konsekuensi dari Keanekaragaman Hayati di Indonesia)
hasil belajar tersebut. Selain itu, dengan total waktu yang digunakan
konsekuensi atas hasil belajar tidak adalah 6 x 45 menit. Pertemuan 1
hanya dipengaruhi oleh hasil belajar itu dilaksanakan pada tanggal 03 Maret
sendiri tetapi juga oleh adanya ulangan 2012, pertemuan kedua pada tanggal 10
penguatan (reinforcement) yang Maret 2012, dan pertemuan ketiga pada
diberikan oleh lingkungan sosial tanggal 17 Maret 2012. Pada pertemuan
terutama guru atau orang tua pertama kegiatan yang dilakukan adalah
(Abdurrahman, 2003). mempelajari tingkat keanekaragaman
Inventory metakognisi hayati, sebelumnya dilakukan
diadaptasi dari Schraw & Dennison pembagian kelompok terlebih dahulu.
(1994), pengaruh pengetahuan Kelompok siswa ini akan digunakan
metakognisi pada pemantauan lokal dan sampai pada siklus selanjutnya, setiap
global Kontemporer Psikologi kelompok terdiri empat siswa yang
Pendidikan, 19, 143-154. Inventory ini heterogen. Pengamatan dilakukan di
terdiri dari 2 komponen yaitu 1) lingkungan sekitar sekolah dengan
Pengetahuan Metakognisi menggunkan panduan LKS. Diakhir
(Metacognitive Knowledge) meliputi: pembelajaran setiap beberapa siswa dan
deklaratif, prosedural, dan kondisional 2) kelompok mampu menemukan informasi
Regulasi Metakognisi (Metacognitive tingkat keanekaragaman hayati.
Regulation) meliputi: perencanaan, Kegiatan pengamatan siswa
strategi menejemen informasi, terlihat bersemangat, dibandingkan
pemahaman, dan strategi menemukan proses pembelajaran yang selalu di
atau mengkoreksi. Kedua komponen ini dalam kelas, siswa merasa cepat bosan.
didistribusi ke dalam 34 butir item Siswa dibimbing oleh guru untuk

BIOEDUKASI VOLUME 3 NOMOR 2, NOPEMBER 2012


merumuskan masalah hingga kegiatan mampu mengaitkan konsep pada topik
meringkas, peran guru disini tidak keanekaragaman hayati di Indonesia.dari
sepenuhnya sebagai pemberi informasi hasil kognitif hanya 6 siswa yang
tetapi siswa yang lebih aktif untuk memperoleh nilai di atas KKM yaitu
mencari informasi. Hasil yang diperoleh nilai lebih dari 70 sehingga pembelajaran
dari catatan lapangan yang dilakukan disiklus ini belum mencapai target.
observer beberapa siswa mampu
melakukan pengamatan dengan cukup Observasi
baik yaitu siswa dapat melakukan aktivitas selama pembelajaran
perencanaan, pemantauan, dan evaluasi diamati menggunakan lembar observasi
tujuan, waktu, pengetahuan yang tentang aktivitas yang dilakukan siswa
relevan, dan strategi kognitif yang akan yang terdiri dari merumuskan masalah,
dan telah digunakan. Masing-masing merumuskan hipotesis, mengumpulkan
kelompok menyajikan hasil pengamatan data, menguji hipotesis, menyimpulkan,
di depan kelas secara rinci dan jelas. dan meringkas. Aktivitas yang diamati
Data yang terkumpul dituangkan diLKS, dan dicatat oleh observer dituangkan
ada kelompok yang berinisiatif untuk secara deskripsi meliputi tujuan, waktu,
membuat data pengamatan dengan pengetahuan yang relevan, dan strategi
histogram. Semua aktivitas siswa telah kognitif yang akan dan telah digunakan.
diamati dan dicatat oleh observer selama Secara individu terdapat 6 siswa pada
pembelajaran. kelompok tinggi, 7 siswa pada kelompok
Pertemuan kedua dilakukan sedang, 5 siswa pada kelompok rendah,
kegiatan pembelajaran dengan topik dan 2 siswa pada kelompok sangat
keanekaragan hayati di Indonesia. Secara rendah. Secara kelmpok, dua kelompok
berkelompok siswa melakukan kegiatan pada kategori tinggi, satu kelompok
yang sama seperti pada pertemuan sedang, dan dua kelompok pada kategori
pertama. Masing-masing siswa rendah.
melakukan perumusan masalah sampai
dengan meringkas dengan dipandu LKS. Refleksi
Setelah kegiatan pengamatan secara Refleksi untuk menemukan
individu selesai dilakukan, maka kelemahan dan kekurangan yang
masing-masing kelompok berdiskusi terdapat pada siklus I. Selanjutnya,
untuk pengisian LKS yang sama untuk kelemahan dan kekurangan tersebut
mendiskusikan hasil pengamatan yang dujadikan bahan pertimbangan untuk
telah diperoleh dengan langkah melakukan perbaikan tindakan pada
perumusan masalah hingga kegiatan siklus II. Adapun kelemahan-kelemahan
meringkas. pada siklus I adalah Siswa belum
Masing-masing kelompok maju menyesuaikan dengan pembelajaran
presentasi di depan kelas untuk inkuiri terbimbing-metakognisi, Guru
mempublikasikan hasil temuan yang belum tepat dalam mengatur waktu
diperoleh selam kegiatan pengamatan. dalam pembelajaran yang telah tertuang
Hal yang terpenting siswa dapat di dalam RPP, Beberapa siswa yang
melakukan penemuan dari serangkaian kurang lengkap dalam mengumpulkan
proses yang panjang dengan data, sehingga hasil diskusi yang
memperhatikan tujuan, waktu, dipresentasikan kurang memuaskan,
pengetahuan yang relevan, dan strategi Siswa kurang menyadari keadaan dirinya
kognitif yang akan dan telah digunakan. sendiri sehingga terlihat dalam pengisian
Beberapa siswa dapat menemukan dan inventory dilakukan secara terburu-buru

BIOEDUKASI VOLUME 3 NOMOR 2, NOPEMBER 2012


dan tidak memikirkan pernyataan dalam nilai keanekaragaman hayati dan
inventory dengan baik dan bersungguh- pengaruh kegiatan manusia terhadap
sungguh sebelum menentukan jawaban keanekaragaman hayati.
yang dipilih siswa, dalam hal meringkas
terlihat beberapa siswa malas untuk
meringkas dan ada sebagian siswa yang PEMBAHASAN
mengobrol dengan temannya, Hasil tes Kemampuan Metakognisi Siswa
belum sesuai dengan target yang telah Pada penelitian dalam
ditentukan. pembelajaran biologi dengan inkuiri
terbimbing dapat meningkatkan
Siklus II kemampuan metakognisi. Terlihat dalam
perencanaan tindakan dilakukan pembelajaran yaitu siswa kelas X 3 SMA
berdasarkan hasil refleksi dari siklus I PGRI 1 Punggur pada saat diberikan
yaitu memberikan penjelasan tentang tindakan mengalami peningkatan dalam
pengisian inventory metakognisi yaitu proses berpikir. Pada siklus I yakni siswa
dengan memahami butir-butir telah menunjukkan peningkatan
pernyataan yang tertuang Menjelaskan metakognisinya. Hal ini terjadi karena
kembali kepada seluruh siswa tentang siswa telah terbiasa dengan
langkah-langkah pembelajaran inkuiri pembelajaran inkuiri terbimbing-
terbimbing-metakognisi. Guru metakognisi yang telah dilakukan.
memberikan motivasi kepada siswa yaitu Willem (2002), intelegensi anak dapat
dalam pembelajaran siswa dituntut untuk diidentifikasi dinilai, dan dijadikan
menemukan dengan proses metakognisi sarana meningkatkan pembelajaran
masing-masing siswa dari kegiatan bermakna sehingga siswa berhasil dalam
pengamatan yang telah dilakukan belajarnya. Peningkatan secara
dengan bimbingan guru. Siswa akan signifikan disebabkan dalam
terlatih untuk bertanggung jawab atas pembelajaran menggunakan strategi
proses belajarnya. belajar reflektif dan materi yang
Menyesuaikan waktu sesuai dipelajari yakni lingkungan sekitar yang
dengan sintaks sehingga setiap tahap telah dirambah setiap hari. Hal ini yang
sintaks dapat tepat pada waktu yang menyebabkan siswa menjadi sadar atas
telah ditentukan. Memberikan penjelasan kekuatan peserta didik dalam belajar.
cara pengumpulan data yang baik agar Aktivitas inkuiri terbimbing
mendapatkan data secara lengkap dipadukan dengan proses metakognisi
sehingga mengarah pada pengujian siswa akan cenderung meningkatkan
hipotesis. Dalam inventory sehingga kemampuan metakognisinya.
siswa dapat meningkatkan metakognisi Peningkatan metakognisi terjadi karenan
dengan kesadaran belajar yang didukung dengan materi pembelajaran
dimilikinya. Memberikan motivasi dan yang ada di lingkungan sekitar, sehingga
dorongan kepada siswa untuk selalu aktif siswa lebih mudah dalam memahami
dan bersungguh-sungguh dalam proses dari setiap materi yang dipelajari dan
pembelajaran serta mempersiapkan diri bermanfaat bagi kehidupannya serta
sebelum pelaksanaan tes. akan di ingat siswa dalam jangka waktu
Hasil refleksi di atas dilakukan yang lama. Corebima (2009)
untuk penyusunan RPP pada siklus II, mengatakan bahwa penerapan macam
silabus yang dipakai tetap sama, strategi pembelajaran, misalnya strategi
sedangkan yang dirubah pada RPP dan regulasi mandiri dapat melatih pebelajar
LKS yaitu pada kompetensi manfaat dan untuk berbicara kepada diri sendiri dan

BIOEDUKASI VOLUME 3 NOMOR 2, NOPEMBER 2012


membuat pebelajar untuk selalu baru dan mahasiswa terlihat terburu-buru
memantau dan meregulasi perilakunya dalam pengisian inventory sehingga
sendiri. Siswa yang menerapkan strategi tidak mencerminkan keadaan yang
belajar dalam mengolah informasi baru sebenarnya dalam metakognisi siswa.
dengan mengaktifkan pengetahuan awal Siswa yang aktif dalam
meningkatkan pemahaman penilaian pembelajaran yakni dapat
mereka sendiri. mengoptimalkan metakognisi dengan
Berdasarkan pengamatan baik terlihat dalam proses pembelajaran
observer pengisisn inventory siswa yaitu siswa dapat melakukan proses
terlihat terburu-buru, sepertinya siswa penemuan dengan berpikir tingkat tinggi
tidak memahami setiap butir pernyataan dengan proses metakognisi. Siswa akan
dalam inventory secara cermat dan menjadi pebelajar mandiri, tidak hanya
sungguh-sungguh sebelum menentukan menununggu informasi dari guru, tetapi
pilihan jawaban yang sesui dengan siswa yang aktif dalam proses pencarian
keadaan yang sebenarnya. Keadaan informasi. Penemuan yang didapatkan
seperti ini sangat berpengaruh terhadap siswa dengan serangkaian proses
kebenaran kesadaran setiap siswa metakognisi dari perencanaan,
terhadap kemampuan metakognisi siswa pemantauan, dan evaluasi tujuan, waktu,
yang sesungguhnya. Butir-butir pengetahuan, serta strategi kognitif yang
pernyataan yang dalam inventory akan dan telah digunakan dapat
sesungguhnya memerlukan pemikiran mengaitkan dengan konsep pada materi
yang cukup matang bagi siswa untuk yang dipelajari. Hasil penelitian
mengetahui metakognisi siswa. Susantini (2004) melalui metakognisi
Selain itu siswa juga tidak boleh siswa mampu menjadi pebelajar mandiri,
terburu-buru dan hanya asal-asalan menumbuhkan sikap jujur, berani
dalam memilih jawaban pada inventory. mengakui kesalahan, dan dapat
Hasil penelitian Danial (2010) dalam meningkatkan hasil belajar secara nyata.
pengisian inventory mahasiswa kurang Dengan demikan penerapan inkuiri
merespon dengan baik dalam terbimbing dapat meningkatkan
internalisasi strategi belajar seperti kemampuan metakognisi siswa kelas X 3
menghubungkan pengetahuan SMA PGRI 1 Punggur.
sebelumnya dengan pengetahuan yang

80
70
60
Pencapaian

50
Pencapaian Siklus I
40
Pencapaian Siklus II
30
20
10
0
Perencanaan Pemantauan Evaluasi diri
diri diri
Kemampuan Metakognisi

Gambar 1. Peningkatan Kemampuan Metakognisi SI ke SII

BIOEDUKASI VOLUME 3 NOMOR 2, NOPEMBER 2012


Tabel 1. Data Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Peningkatan
No. Nilai Kategori Pra-PTK Siklus I Siklus II
Pra-PTK-Siklus II
1 ≥ 70 Tuntas 45 30 80 35
Belum
2 < 70 55 70 20 -
Tuntas

100
80
Pencapaian

Pra-PTK
60
Siklus I
40
Siklus II
20
0
Tuntas Belum Tuntas
Kriteria

Gambar 2. Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Dari gambar 1 dapat terlihat siklus I ke siklus II mengalami


adana peningkatan kemampuan peningkatan. Peningkatan hasil belajar
metakognisi dari siklus I ke siklus II. Hal ini juga ditunjukan oleh peningkatan
ini siswa telah meningkatkan jumlah siswa yang telah tuntas belajar.
metakognisi dengan aspek perencanaan Peningkatan siswa tersebut dapat dilihat
dengan aktivitas merumuskan masalah pada tabel berikut.
dan merumuskan hipotesis, pemantauan,
dengan aktivitas mengumpulkan data Peningkatan skor, karena
dan menguji hipotesis dan evaluasi diri pembelajaran yang dilakukan dengan
dengan aktivitas menyimpulkan serta metode inkuiri terbimbing, dapat
meringkas. Meningkatkatnya meningkatkan hasil belajar siswa.
kemampuan siswa dalam hal ini sejalan Pembelajaran dengan objek nyata atau
dengan hasil penelitian Danial (2010) secara langsung dapat terekam dalam
rata-rata skor kemampuan metakognisi ingatan siswa dalam jangka waktu yang
mahasiswa sejalan dengan skor rata-rata panjang. Peran guru dalam pembelajaran
penguasaan konsep. Artinya, skor yaitu sebagai fasilitator, membimbing
kemampuan metakognisi meningkat, siswa dalam merumuskan masalah,
maka skor penguasaan konsep juga merumuskan hipotesis, mengumpulkan
cenderung meningkat. dan mengolah data, menyimpulkan,
mempresentasikan, dan meringkas
Hasil Belajar Siswa sehingga dari kegiatan tersebut siswa
dapat memahami materi dengan mudah.
Berdasarkan hasil evaluasi yang Siswa melakukan pengamatan pada
telah dilakukan, hasil belajar siswa pada objek, misalnya pada pengamatan

BIOEDUKASI VOLUME 3 NOMOR 2, NOPEMBER 2012


keanekaragaman gen menggunakan
bahan duku komering madu dan KESIMPULAN DAN SARAN
komering non madu.
Kesimpulan
Kegiatan refleksi diakhiri Berdasarkan hasil penelitian
pembelajaran berupa tugas meringkas dan pembahasan dapat disimpulkan
dari kegiatan pembelajaran yang telah bahwa metode inkuiri terbimbing dapat
berlangsung sehingga hasil belajar pun meningkatkan kemampuan metakognisi
akan meningkat. Hal ini seperti yang dan hasil belajar biologi. Dalam proses
diungkapkan oleh Sanjaya (2008) yang pembelajaran guru membimbing siswa
menyatakan bahwa dengan model dalam melakukan tugas untuk penemuan
inkuiri, siswa diharapkan dapat dari kegiatan pembelajaran, guru bukan
menemukan sendiri jawaban dari suatu sebagai pemberi informasi secara rinci
permasalahan yang ingin dipecahkan. dari setiap kegiatan pembelajaran, tetapi
Sehingga pengetahuan yang didapat guru berperan sebagai fasilitator. Guru
siswa menjadi lebih bermakna. Hasil tidak lagi banyak ceramah di dalam
penelitian ini menunjukan bahwa metode kelas, tetapi siswa yang aktif untuk
inkuiri terbimbing dapat meningkatkan membangun pengetahuannya melalui
hasil belajar siswa. Hal tersebut sesuai langkah pembelajaran inkuiri
dengan pendapat Hamalik (2004) terbimbing-metakognisi dengan
Berhasil atau tidaknya saudara belajar melakukan aktivitas perencanaan,
sangat tergantung pada aktivitas dan pemantauan, dan evaluasi waktu dengan
ketekunan anda. baik. Hasil penelitian skor inventory
Siswa dengan katagori rendah kemampuan metakognisi cenderung
pada siklus I dan pada siklus II pada meningkat dengan penguasaan konsep
kategori rendah, siswa tersebut belum juga meningkat. Apabila kemampuan
memahami proses pembelajaran dengan metakognisi diterapkan secara sengaja
tiga indikator metakognisi beserta dapat menjadikan siswa sebagai
aktivitas pembelajaran yang dilakukan. pebelajar mandiri.
Marzano (2003), semakin sering siswa
sadar tentang proses berpikirnya saat Saran
belajar, maka semakin mereka mampu Disarankan bagi guru dan calon
mengontrol hal-hal seperti tujuan, guru biologi dapat memilih metode
motivasi dan perhatian. Siswa pembelajaran yang tepat seperti inkuiri
seharusnya menyadari komitmen dan terbimbing yang dapat diterapkan untuk
perhatiannya untuk belajar, maka siswa meningkatkan kemampuan metakognisi
tersebut tidak akan melupakan untuk dan hasil belajar biologi dengan
mengerjakan suatu tugas. Kesadaran pelaksanaan dan perencanaan dengan
untuk belajar dalam hal ini pada baik.
dasarnya akan mendorong pengaturan
diri secara mandiri. Krathwohl dan
Anderson (2001) menjelaskan bahwa Daftar Rujukan
penggunaan kemampuan metakognisi
diikuti dengan peningkatan hasil belajar, Abdurrahman, Mulyono. (2003).
serta kemampuan metakognisi akan Pendidikan Bagi Anak
bermanfaat bila digunakan dan Berkesulitan Belajar. Jakarta :
dikembangkan secara bertahap. Rineka Cipta.

BIOEDUKASI VOLUME 3 NOMOR 2, NOPEMBER 2012


Anderson, L.R & Krathwohl, D.R. 2001. Marzano. R. 1998. Metacognition.
A Taxonomy for Learning, (Online).
Teaching, and Assessing: A http://academic.pg.ccmd.us-
Revision of Bloom’s Taxonomy of wpeirce/ MCCCTR/metacao-
Educational Objetives. A Bridged 1.htm, diakses 04 September 2011.
Edition. New York: Addision Santoso, H. 2010. Pengaruh Cooperative
Wesley Longman, Inc. Learning dipadu Inquiry terhadap
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Penelitian Suatu Pendekatan SMA Berkemampuan Atas dan
Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Bawah di Kota Metro. Bioedukasi
Jurnal Pendidikan biologi FKIP
Baedhowi. 2007. Kebijakan Assessment
UM Metro.2. 153-161.
dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan.(Online).(http://www.g Sanjaya, W. (2008). Strategi
oogle.co.id/search?hl=id&q=takso Pembelajaran Berorientasi
nomi+bloom+revised&btnG=Telu Standar Proses Pendidikan.
suri&meta, diakses 04 september Jakarta: Kencana Prenada Media
2011.Corebima, A.D. 2009. Group.
Jadikan Peserta Didik Pebelajar Slavin, R.E. 2006. Educational
Mandiri. Makalah disajikan dalam Psychology: Theory and Practice.
seminar Nasional Pendidikan, Boston: Pearson Education Inc.
Himpunan Mahasiswa jurusan
Biologi FMIPA UNM, Makasar, Schraw, G. & Dennison, R.S. 1994.
19 Desember. Assessing Metacognitive
awareness. Contemporary
Corebima. 2009. Berdayakan
Educational Pshichology, 19,
Keterampilan Berpikir Selama
460470. (Online),
Pembelajaran. SAINS Demi Masa
http://www.goole.co.id/search?hl=i
Depan Kita. Surabaya: UNESA
dlg=metacognitive+inventory&btn
University.
G=telusuri&meta, diakses 11
Danial, M. 2010. Menumbuh September 2011.
kembangkan Kesadaran dan
Susantini, Endang. 2005. Strategi
Ketrampilan Metakognisi
Metakognitif dalam Pembelajaran
Mahasiswa Jurusan Bioogi melalui
Kooperatif untuk Meningkatkan
Penerapan Strategi PBL dan
Kualitas Proses Pembelajaran
Kooperatif GI. Bioedukasi Jurnal
Genetika di SMA. Jurnal Ilmu
Pendidikan biologi FKIP UM
Pendidikan. Februari 2005, Jilid
Metro.2. 99-109.
12, Nomor 1: Diterbitkan
Depdiknas. 2002. Pendidikan
Berorientasi Kecakapan Hidup Willem, W.M. 2002. Practical
(Life Skill) melalui Pendekatan Intelligence for School:
Broad-Based Education (BBE). Developing Metacognitive Sources
Jakarta: Depdiknas. of Achievement in Adolescence.
Hamalik, O. (2004), Psikologi Belajar Developmental Review 22: 162-
dan Mengajar. Bandung: Sinar 210.
Baru.

BIOEDUKASI VOLUME 3 NOMOR 2, NOPEMBER 2012

Anda mungkin juga menyukai