I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era informasi global seperti sekarang ini, semua pihak memungkinkan
mendapatkan informasi secara melimpah, cepat, dan mudah dari berbagai sumber
dan berbagai penjuru dunia. Untuk itu, manusia dituntut memiliki kemampuan
dalam memperoleh, memilih, mengelola, dan menindaklanjuti informasi itu untuk
dimanfaatkan dalam kehidupan yang dinamis, syarat tantangan, dan penuh
kompetisi. Ini semua menuntut kita memiliki kemampuan berpikir kritis, kreatif,
logis, dan sistematis. Kemampuan ini dapat dikembangkan melalui kegiatan
pembelajaran matematika karena tujuan pembelajaran matematika disekolah
menurut Depdiknas (2004) adalah (1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam
menarik kesimpulan, (2) mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan
imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen,
orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba, (3)
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan (4) mengembangkan
kemampuan menyampaikan informasi dan kurikulum pendidikan dasar,
memainkan peranan strategis dalam pengingkatan kualitas SDM Indonesia.
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
II. PEMBAHASAN
A. Berpikir
54), mengatakan bahwa berpikir adalah aktivitas ideasional. Kemudian Plato juga
beranggapan bahwa berpikir itu adalah berbicara dalam hati. Berdasarkan
pendapat terakhir dari Plato dikemukakan dua kenyataan yaitu,
(1)Bahwa berpikir itu adalah aktivitas, jadi subyek yang berpikir aktif.
(2)Bahwa aktivitas itu sifatnya ideasional, jadi bukan sensoris atau motoris,
walaupun dapat disertai oleh kedua hal itu; berpikir itu mempergunakan
abstraksi-abstraksi atau “ideas”.
Berdasarkan pendapat Plato dalam Suryabrata (2001: 54) yaitu agar guru lebih
menekankan kepada siswa untuk lebih banyak melakukan aktivitas pada saat
pembelajaran misalnya praktikum. Dalam menjelaskan materi diikuti dengan
melakukan praktikum yang diaplikasikan langsung dalam kehidupan sehari- hari
diharapkan siswa atau subyek dapat berpikir aktif serta lebih memahami materi
yang diberikan. Sehingga dapat disimpulkan berpikir adalah suatu proses yang
dinamis yang dapat dilukiskan menurut proses atau jalannya.
Berdasarkan pendapat Dewey dalam Nasution (2008: 71) berpikir yaitu “sebagai
proses relektif yang pada dasarnya tak berbeda dengan berpikir ilmiah”. Maksud
dari berpikir relektif yaitu menggabungkan antara proses induktif dan proses
deduktif. Berpikir induktif yaitu pengumpulan data sedangkan proses deduktif
yaitu mencari, menganalisis, dan menguji hipotesis. Perbedaan antara berpikir
ilmiah dengan berpikir relektif yaitu berpikir relektif dapat digunakan untuk
memecahan berbagai macam masalah termasuk masalah sosial. Adapun langkah-
langkah pemecahan masalah menurut Dewey dalam Nasution (2008: 71) yaitu
sebagai berikut.
(1) Mengenal dan merumuskan masalah.
(2) Merumuskan hipotesis itu yaitu memungkinkan jawaban dalam bentuk
generalisasi yang ditemukan sendiri yang harus diuji kebenarannya.
(3) Menyelidiki implikasi hipotesis dengan mengumpulkan data atau
pengetahuan.
(4) Mengetes hipotesis dengan menguji implikasi atau konsekuensi hipotesis
berdasarkan data atau pengalaman.
(5) Mengambil kesimpulan yaitu menerima hipotesis, menolaknya,
7
Berdasarkan Tabel 2.1 seorang siswa dalam hal tingkat berpikir dimulai dari
tingkat yang paling rendah terlebih dahulu yaitu dari pengetahuan dimana siswa
menerima konsep kemudian siswa mampu mengenal konsep, menerapkan konsep,
menggabungkan beberapa konsep selanjutnya pada tingkat terakhir siswa telah
dapat memecahkan masalah.
8
Proses berpikir akan terjadi dalam diri siswa jika guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menggunakan kemampuan berpikirnnya dengan cara
mengajukan pertanyaan kepada siswa yang bertujuan untuk mampu merangsang
kemampuan berpikir siswa. Kemampuan siswa dapat ditingkatkan salah satunya
dengan guru memberikan pertanyaan yang bertujuan untuk memperoleh
pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berpikir. Salah satu aspek guru yang
menunjang untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa adalah dengan
memberikan pertanyaan kepada siswa selama proses pembelajaran. Hal ini sesuai
dengan pendapat Carin (1997: 102) yaitu “kemampuan guru mengajukan
pertanyaan dapat merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa”. Selain
itu Carin (1997: 2) juga menyatakan bahwa “kita belajar dengan berpikir, hanya
dengan berpikir kita menjadi kreatif, jika diberi kesempatan untuk menjadi
kreatif”.
Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh Carin agar terjadinya suatu proses
berpikir dalam diri seorang siswa, seorang guru juga harus memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menggunakan pikirannya dengan memberikan
pertanyaan kepada siswa yang bertujuan siswa tersebut dapat mengembangkan
kemampuan berpikirnya. Mengetahui berkembangannya kemampuan berpikir
yang dimiliki seseorang seperti yang dikemukakan oleh Nasution (2008: 23) yang
menyatakan “…pelajaran yang sungguh mereka anggap dapat mengembangkan
kemampuan intelektual seperti matematika, fisika, kimia, biologi, … pelajaran
yang diberikan termasuk pelajaran yang sulit karena memerlukan intelegensi yang
tinggi.” Berdasarkan penjelasan di atas untuk mengembangkan kemampuan
intelektual atau berpikir siswa dapat dilihat dari hasil pelajaran eksak yaitu
matematika, fisika, kimia, dan biologi karena pelajaran ini dianggap siswa
termasuk pelajaran yang sulit disebabkan siswa memerlukan intelegensi yang
tinggi untuk dapat mengerti, memahami, dan memecahkan masalah pada pelajaran
tersebut.
dapat dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang diperoleh siswa diperoleh
secara maksimal. Sehingga seorang siswa dituntut untuk dapat mengembangkan
kemampuan berpikirnya dalam memecahkan suatu permasalahan dan mampu
menyelesaikannya dengan baik, maka siswa tersebut dapat dikatakan memiliki
kemampuan berpikir yang baik.
Sebenarnya kemampuan berpikir seorang siswa dapat dilatih sejak usia dini sesuai
dengan pendapat Nasution (2008: 24) “kemampuan berpikir adalah sekumpulan
ketrampilan yang kompleks yang dapat dilatih sejak usia dini”. Tetapi banyak
faktor yang mempengaruhi tingkat kemampuan berpikir siswa, Kemampuan
berpikir seorang siswa sebenarnya dapat ditingkatkan, salah satunya dengan
memberikan pertanyaan yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan serta
dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa.
B. Berpikir Matematis
Dalam hal proses berpikir matematis ini, Sumarno (2006) memiliki 4 konsep yang
berkaitan dengan berpikir matematis (mathematical thinking), yaitu:
1) kemampuan matematik (mathematical abilities);
2) keterampilan matematik (mathematical skill);
3) melaksanakan proses matematik (doings mathematics);
10
Menurut Resnick dalam Sastrawati, dkk., (2011) proses ini berkaitan dengan
abstraksi dan penemuan prinsip-prinsip yang mendasar dari sesuatu, yang berbeda
dengan mengingat hal-hal yang kongkrit mengenai fakta dan pengetahuan atau
hal-hal lain yang lebih spesifik. Berfikir tingkat tinggi adalah proses yang
melibatkan operasi-operasi mental seperti klasifikasi, induksi, deduksi, dan
penalaran. Proses berfikir tingkat tinggi seringkali dihadapkan dengan banyak
ketidakpastian dan juga menuntut beragam aplikasi yang terkadang bertentangan
dengan kriteria yang telah ditemukan dalam proses evaluasi. Namun yang lebih
penting dalam proses berfikir ini terjadi pengkonstruksian dan tuntutan
pemahaman dan pemaknaan yang strukturnya ditemukan siswa tidak teratur.
Al’Azzy dan Budiono (2013) berpikir tingkat tinggi adalah suatu kemampuan
berpikir yang tidak hanya membutuhkan kemampuan mengingat saja, namun
membutuhkan kemampuan lain yang lebih tinggi, seperti kemampuan berpikir
11
kreatif dan kritis. Haruslah diakui bahwa kemampuan atau keterampilan berpikir
tingkat tinggi (high order thinking skill) tersebut jauh lebih dibutuhkan di masa
kini daripada di masa-masa sebelumnya. Kemampuan berpikir khusus, seperti
kemampuan berpikir logis, rasional, kritis, imaginatif, dan kreatif, kemampuan
berpikir seperti itulah yang menjadi dasar kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Berarti dalam menggunakan keterampilan berfikir tingkat tinggi seseorang harus
berfikir lebih dari sekedar mengingat, memahami dan mengaplikasikan rumus
saja. Dalam suatu proses pembelajaran matematika jika seseorang menggunakan
keterampilan berfikir tingkat tingginya maka pembelajaran tersebut akan menjadi
pembelajaran yang bermakna. Karena anak tidak hanya harus mengingat dan
menghafal rumus yang banyak ditemui pada pelajaran ini, tetapi anak juga harus
mampu memecahkan suatu masalah dengan menggunakan rumus-rumus tersebut.
Secara langsung maupun tidak langsung anak akan lebih paham kegunaan dari
rumus tersebut dalam kehidupan sehari-harinya, hal inilah yang membuat
pelajaran menjadi lebih bermakna. Jadi, anak juga tidak akan mudah lupa terhadap
rumus dan konsep matematika.
Agar potensi siswa dapat dikembangkan secara optimal, berikut ini adalah
beberapa tahap dalam mengembangkan pemanahan konsep siswa (Depdiknas,
2003 : 4) :
yang dihadapi selama kegiatan pembelajaran, jika pada hasil observasi awal
menunjukan hasil yang cukup, maka pendidik dapat melakukan kegiatan
observasi selanjutnya dengan siklus berikutnya untuk membandingkan hasil yang
didapat pada observasi pertama hingga mendapatakan hasil yang dikategorikan
baik atau sangat baik.
Flavell dalam Syaiful Sagala (2010: 72) menyatakan bahwa pemahaman konsep
terdiri dari beberapa indikator, yaitu:
a. Atribut, setiap konsep mempunyai atribut berbeda, contoh-contoh konsep
harus mempunyai atribut-atribut yang relevan.
b. Struktur, menyangkut cara terkaitnya atau tergabungnya atribut-atribut itu.
c. Keabstrakan, yaitu konsep-konsep dapat dilihat dan konkret, atau konsep-
konsep itu tersendiri dari konsep-konsep lain.
d. Generalisasi atau keumuman yaitu bila diklasifikasikan, konsep-konsep
dapat berbeda dalam posisinya.
e. Ketepatan yaitu suatu konsep menyangkut apakah ada sekumpulan atau
aturan-aturan untuk membedakan contoh-contoh dari noncontoh suatu
konsep.
f. Kekuatan (power) yaitu kekuatan suatu konsep oleh sejauh mana orang
setuju bahwa konsep itu penting.
16
Kelas/Semester : VIII/Ganjil
A O B
108°
Diketahui besar <AOC= 108 ° dan garis AC = 24 cm, Panjang garis lengkung
A
B C
Jika diketahui besar <DBC = 110° dan perbandingan besar sudut antara <BAE :
jarak kedua pusat lingkaran tersebut adalah 10 cm, maka kedudukan dua
Skor total 15
1. Perhatikan gambar berikut ini. Berdasarkan sifat 15
segiempat tali busur,
C D maka pada gambar
disamping berlaku:
<AED = <DBC
<AED = 110°
A
B C
Besar <BAE dapat
diperoleh dari:
<BAE : <AED = 4 : 5
4
Jika diketahui besar <DBC = 110° dan <BAE = × <AED
5
perbandingan besar sudut antara <BAE : <BAE = 88°
<AED = 4 : 5, maka besar <BDE adalah …
Skor total 15
2. Dua buah lingkaran memiliki jari-jari Ra + Rb = 6 + 3 15
Ra + Rb = 9 < 10 cm
masing-masing 6 cm dan 3 cm. Jika jarak Ra + Rb < AB
AB > Ra + Rb
kedua pusat lingkaran tersebut adalah 10
Karena AB > Ra + Rb
cm, maka kedudukan dua lingkaran maka kedua lingkaran
tersebut tidak
tersebut adalah… berpotongan maupun
21
bersinggungan
Skor total 15
Jelaskan perbedaan dari tali busur lingkaran Tali busur lingkaran 15
dan busur lingkaran! merupakan garis lurus
yang ditarik dari salah
satu titik lengkung
lingkaran menuju titik
lengkung lingkaran
lainnya dan tidak melalui
titik lingkaran,
Sedangkan busur
lingkaran merupakan
garis lengkung yang
berada pada lingkaran
Skor total 15
60
Total Skor= ×100
60
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Carin, A.A. 1997. Teaching Modern Science. New Jersey: Prentice Hall. Inc
Nurohman, Rahmad Abi. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Two Stay Two
Stray Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Skripsi).
Universitas Lampung. Bandar Lampung
LAMPIRAN
31
32