OLEH :
IRZALDI HENDRA CIPTA
(ANGGOTA PERAHU KADIN JABAR)
USULAN PENELITIAN/SURVAY
2016-2017
1
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Peran Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH), KUA, dan IPHI masih diperlukan.
Bukan saja oleh jamaah haji, tapi juga Depag.
Berdasarkan UU Nomor 17/1999 tentang Penyelenggaraan Haji, pembinaan terhadap
jamaah haji, mutlak dilakukan. Hal ini untuk mewujudkan kemandirian jamaah dalam
melaksanakan ibadah haji. Sejak dari pendaftaran hingga pelaksanaan ibadah haji.
Untuk membina dan membimbing jamaah haji ini, penyelenggara haji dalam hal ini
Departemen Agama (Depag) harus melibatkan unsur masyarakat. Dari sinilah kemudian lahir
Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH). Saat ini terdapat sekitar 1.800 KBIH di seluruh
Indonesia. Dari jumlah tersebut, sekitar 1.300 di antaranya telah terdaftar dan terakreditasi
oleh Depag, untuk memberikan bimbingan manasik kepada calon jamaah haji.
Kepala Seksi Bidang Pembinaan Haji dan Umrah Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Barat Dadi
Rusmadi mengungkapkan bahwa di Jawa Barat ada sekitar 412 KBIH yang telah
mendapatkan akreditasi yang baik dan mendapatkan izin operasional. Dari sekitar 412 KBIH
tersebut terdiri dari 312 KBIH lama dan 100 KBIH baru.
Fenomena meningkatnya calon jamaah Indonesia beberapa tahun terakhir ini menempati
urutan yang paling atas dibanding Negara lain, yang lebih dari dua ratus ribu lebih pada tiap
tahunnya, hal tersebut berimplikasi terhadap kompleksitas masalah penghajian dari tahun
ketahun, dimana banyak calon jamah haji kurang menguasai masalah perhajian, hal ini
dikarenakan kurangnya kualitas bimbingan haji dan ada pula yang gagal berangkat ke tanah
suci karena tidak mendapat kuota. Padahal semua persyaratan yang diwajibkan pemerintah
telah terpenuhi, pada tahun 2006 lalu terjadi kelaparan jamaah haji, hal ini disebabkan karena
kurangnya penerapan fungsi dan manajemen perhajian terutama pada fungsi
perencanannya.
Kasus keterlambatan visa yang diterima para calon jamaah haji dituding penyebabnya
lantaran KBIH tak mengikuti prosedur yang ditetapkan. Salah satunya seperti diutarakan
Kepala Bidang Haji dan Umrah Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat, Ajam Mustajam. Ia
mengatakan penempatan calon jamaah haji ke dalam kloter harusnya disesuaikan dengan
proses penerbitan dan pengiriman paspor ke pusat. Jamaah yang sudah siap visanya
diberangkatkan di kloter awal. Namun, menurut dia, sejumlah KBIH dan Kemenag Kab/Kota
tidak mengikuti S.O.P tersebut.
Tragedi Mina yang merenggut ratusan jemaah haji Indonesia pada musim haji beberapa
tahun yang lalu, menjadi pelajaran berharga bagi Pemerintah (Kementerian Agama) dalam
menyikapi keberadaan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH). Lebih dari dua pertiga
jemaah haji kita wafat, justru berasal dari KBIH.
Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) melakukan evaluasi menyeluruh terhadap
pelaksanaan haji tahun 2014/1435 Hijriyah. Salah satu aspek yang mendapat perhatian
adalah aktivitas kelompok bimbingan haji (KBIH) yang dinilai bermasalah.
Kepala PPIH daerah kerja Makkah, Endang Jumali, Minggu (19/10/2014), mengatakan pada
pertemuan PPIH dengan Inspektorat Jenderal Kemenag di Jeddah. Sabtu (20/10/2014)
malam, disepakati ketika ada KBIH melanggar aturan dan diketahui indentitasnya akan
diberikan sanksi.
Semestinya ada proses edukasi tentang fungsi, peran dan pendisplinan mereka. Irjen
mengusulkan KBIH tunduk pada S.O.P yang ditetapkan dan patuh pada ketua kloter. Karena
selama ini ada kesan petugas kloter dan pembimbing ibadah takut pada KBIH,katanya.
2
3
S.O.P adalah suatu sistematika dokumentasi yang mengatur alir proses yang berjalan di
dalam perusahaan. Bagaimana tahapan-tahapan dari suatu proses sederhana yang digabung
menjadi suatu bagian besar yang mengaitkan antara business process unit kerja satu dengan
unit kerja lainnya. Sebagai bentuk sistem dokumentasi umumnya, SOP terdiri atas uraian alir
proses yang dilengkapi dengan informasi kebijakan perusahaan, penetapan batasan tanggung
jawab serta detail informasi dan mekanisme pencatatan yang berguna sebagai bentuk
pengawasan terhadap penerapan alir proses itu sendiri.
Sayangnya, misi mulia ini seringkali terabaikan karena kuatnya motif bisnis. Keberadaan KBIH
yang selalu tampil beda dan njleneh adalah pilihan agar terkesan ‘lebih’ dan ‘istimewa’
meskipun harus melanggar S.O.P, dan arogan serta sulit diatur.
Selain itu, KBIH terjebak pada janji-janji yang mereka tebarkan kepada jemaah sebelum
berangkat. Agar tidak dicap pembohong, maka KBIH berusaha sedemikian rupa mewujudkan
hal-hal yang sesungguhnya di luar batas kewenangannya.
Maka, tidak ada kata lain selain harus ditata, agar menjadi mitra kerja yang baik dan berguna.
Bukan menjadi sumber masalah atau menjadi sandungan. Penataan terhadap KBIH harus
bersifat menyeluruh dan gradual, meliputi tata yuridis, tata perizinan. dan akreditasi, tata
organisasi keloter, tata pemahaman jemaah, tata pengawasan dan sanksi.
2. Perumusan Masalah
a. Bagaimanakah profil Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) sebagai mitra pendudukung
pemerinah, diukur berdasarkan kecukupan syarat pendirian dan pemenuhan kewajiban
yang telah dilakukan?
b. Bagaimana dampak dan pengaruh KBIH area Jawa Barat dalam rangka merekrut para
calon jamaah haji?
d. S.O.P apa yang dilakukan oleh KBIH dalam mengembangkan organisasi, realisasi
tindakan pengembangan, peningkaan kualitas SDM pembimbing calon jamaah haji, dan
pencapaian target visinya?
3. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui dan menjelaskan profil Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) sebagai mitra
pendukung pemerintah, diukur berdasarkan kecukupan syarat pendirian dan pemenuhan
kewajiban yang selama ini dilakukan
b. Mengetahui dan menjelaskan model bimbingan manasik yang dilakukan oleh Kelompok
Bimbingan Ibadah Haji (KBIH)--bedasarkan data kuisioner/wawancara calon jemah haji
c. Mengetahui dan menjelaskan tentang S.O.P yang dilakukan oleh KBIH dalam
mengembangkan organisasi, realisasi tindakan pengembangan, peningkatan kualitas
SDM pembimbing calon jamaah haji, dan pencapaian target visinya.
4
4. Manfaat Penelitian
d. Design S.O.P yang salah atau tidak tepat bisa menyebabkan proses bisnis di internal
KBIH menjadi kacau dan tidak berkembang. Oleh karena itu design S.O.P harus bisa
dijalankan sedemikian rupa, jelas serta detail sehingga individu/sumber daya manusia
(SDM) yang bekerja di dalamnya juga bisa mengetahui bagaimana menjalankan suatu
prosedur kerja.
a. Melakukan observasi atau pemetaan terhadap proses kerja yang sudah berjalan
atau akan berjalan.
b. Melakukan benchmarking bila diperlukan dengan pengurus KBIH sejenis.
c. Mendesign S.O.P sesuai dengan hasil observasi dan hasil referensi untuk
menambah ketajaman dari design S.O.P.
d. Melakukan analisa terhadap design S.O.P yang sudah dibuat untuk
diimplementasikan.
e. Melakukan review terhadap procedure yang dibuat agar S.O.P yang sudah dibuat
bisa dijalankan tanpa ada hambatan.
5
B. Kerangka Pemikiran
Yang paling terpenting adalah design S.O.P Pelayanan dan Perjalanan Ibadah Haji, Pengurus
KBIH JABAR idealnya bisa dilakukan dan tidak menjadi beban bagi Sumber Daya Manusia
(SDM) yang bekerja di dalamnya namun mampu memberikan sistem yang bisa membuat sistem
tetap berjalan dengan baik.
Contoh flowchart sederhana dalam membuat Standard Operating Procedure (S.O.P):
6
C. Metode Penelitian
7
2. Lokasi & Waktu Penelitian
Penelitian lapangan dilakukan di Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH), KUA, dan
IPHI. Wilayah Depag di Kota Bandung dan Depag Jawa Barat. Penelitian dilakukan dimulai
bulan dan tahun ini, sesuai prosedur yang ada.
8
Jawa Barat Miliki 412 KBIH yang Terakreditasi Baik _ Republika Online.html
Inilah Modus KBIH _Nakal_ Di Tanah Suci _ Info Makkah _ Berita Haji.html
KBHI Langgar SOP Bakal Ditindak Tegas _ Republika Online.html
Menata Kembali KBIH - Banjarmasin Post.html