Anda di halaman 1dari 12

Proposal Penelitian Kualitatif

Disorientasi Makna Haji dan Umroh di Masyarakat Urban

Di Susun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Haji Dan
Umroh

Dosen pengampu: Dr.Hasyim Hasanah S,Sos.I,M.S.I

Disusun oleh:

Saniya Ovin Neha


2001056044

Manajemen Haji dan Umroh

Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

2022
BAB I

1.1 LATAR BELAKANG

Beberapa tahun terakhir ini telah terjadi peningkatan jumlah umat Islam Indonesia yang
berangkat umrah. Untuk diketahui, jumlah jamaah umrah Indonesia dalam lima tahun
terakhir terus mengalami peningkatan. Berdasarkan data Kementerian Agama, jumlah
jamaah umrah Indonesia dalam kurun 2014-20125 berjumlah 649.000, meningkat di tahun
2015-2016 sebanyak 677.509, naik lagi di 2016-2017 yaitu 876.246, kemudian melonjak
signifikan di tahun 2017-2018 mencapai 1.005.336, dan menurun sedikit di tahun 2018-
2019 menjadi 974.650 jamaah. Semenjak 8 Januari hingga April 2022 tercatat sebanyak
118 ribu jamaah yang telah diberangkatkan untuk umrah ke Tanah Suci

Hal ini diiringi pula dengan berdirinya perusahan travel umrah hingga di desa-desa.
Peningkatan tersebut menunjukkan adanya peningkatan kesadaran beragama umat Islam
Indonesia. Dalam kenyataannya banyak agen-agen umrah yang melakukan promosi dengan
anjuran lebih baik umrah dari pada daftar haji yang sangat lama. Mengutip data Kementerian
Agama RI tahun 2020, panjang antrean keberangkatan haji di Indonesia mencapai 13 tahun
hingga 43 tahun. Antrean keberangkatan diperkirakan akan terus memanjang seiring makin
besarnya animo masyarakat yang mendaftar haji.Tidak sedikit orang yang akhirnya memilih
untuk melakukan umroh lebih dulu sembari menunggu jadwal keberangkatan haji. 

Tidak sedikit dari kita masyarakat indonesia yang mengalami hal ini,kita harus sampai ke
titik “kebingungan” dalam menentukan Ibadah Rukun Islam Yang Ke 5 ini. Umrah atau Haji?
sebagai makhluk yang dilebihkan akalnya maka kewajiban kita untuk mencari ilmu tentang satu
hal yang sedang kita cari jawabannya. Baik ilmu terapannya maupun ilmu agamanya.

Mengenai ibadah Haji atau Umrah yang manakah yang harus kita dahulukan. Melihat
keadaan calon jama’ah haji di Indonesia seperti skrg, dimana seseorang yg telah mempunyai
kemampuan utk berangkat ke tanah suci Mekkah Al-Mukarromah, namun ia belum bisa
berangkat secara langsung untuk menunaikan ibadah haji kecuali setelah bebrapa tahun yg cukup
lama, karena sangat banyaknya orang yg mendaftarkan diri untuk pergi haji, sementara quota
jama’ah haji terbatas.
Berdasarkan dari penjelasan tentang masyarakat urban memprioritaskan umroh daripada
berhaji, hal tersebut perlu untuk dikaji, dengan demikian yang mendasari penulis untuk
melakukan penelitian ini dengan judul Disorientasi Makna Haji dan Umroh di Masyarakat
Urban yang nantinya dapat membantu menyelesaikan problem terkait kebingungan masyarakat
urban apakah umroh dulu atau haji dulu.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang diatas maka problem dalam penelitian ini adalah

1. Apa alasan masyarakat memprioritaskan umroh dibandingkan haji?


2. Bagaimana disorientasi yang terjadi dimasyarakat mengenai makna umroh pengganti
haji

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian merupakan pernytaan mengenai runag lingkup dan kegiatan
yang di lakuakn berdasarkan maslah yang telah di interpretasikan.Adapun tujuan dari penelitian
ini adalah

1. Mengetahui alasan masyarakat memprioritaskan umroh dibandingkan haji


2. Memberi gambaran disorientasi seperti apa yang di alami masyarakat terkait makna
haji
1.4 Manfaat Penelitian

A. Teoritis
Secara teoritis penelitian ini di harapkan dapat memberikan khasanah keilmuan
mengenai faktor - faktor masyarakat memprioritaskan umroh daripada haji

B. Praktis
Mendapatkan gambaran sebab – akibat masyarakat memprioritaskan umroh
daripada haji
BAB II

2.1 KAJIAN TEORI

a. Disorientasi

Disorientasi adalah perasaan tidak punya pegangan hidup akibat yang ada
selama ini tidak lagi dapat dipertahankan karena dirasakan tidak cocok (Munajah,
N. 2021)

Disorientasi adalah perasaan tidak mempunyai pegangan hidup yang disebabkan


oleh sesuatu yang telah ada selama ini tidak dapat dipertahankan karena terasa tidak
cocok dan kehilangan identitas (Riwanto, R. (2016).

b. Makna Haji

Secara etimologi haji berasal dari bahasa arab al-hajj yang berarti mengunjungi
atau mendatangi. Dalam terminologi fiqh, haji didefinisikan sebagai perjalanan
mengunjungi Ka’bah untuk melakukan ibadah tertentu.Atau berpergian ke Ka’bah pada
bulan-bulan tetentu untuk melakukan ibadah tawaf, sa’i, wukuf, dan manasik-manasik
lain untuk memenuhi panggilan Allah Swt. serta mengharapkan keridloannya. Haji
merupakan salah satu dari lima rukun Islam dan kewajiban yang tergolong al-ma’lum
min-al-din bil-al-dharurah sehingga, barangsiapa yang mengingkari kewajibannya, maka
ia telah kafir dan murtad dari Islam. Kewajiban haji ditetapkan dengan al-Qur’an, sunah,
dan ijma’ seluruh umat.

Diantara prosesi ritual haji yang mengandung makna haji antara lain: pertama,
Ihram, dengan mengenakan pakain ihram berarti melepaskan semua pakaian dan atribut
duniawi dan mengganti dengan pakaian takwa, dan juga melepaskan segala kebanggaan
terhadap atribut duniawi yang sering melupakan diri dari Allah dan akhirat. Melepaskan
pakaian biasa tersebut berarti melepaskan segala macam perbedaan dan menghapus
keangkuhan yang ditimbulkan oleh status sosial. Mengenakan pakaian ihram
melambangkan persamaan derajat kemanusiaan serta menimbulkan pengaruh psikologis
bahwa yang seperti itulah (kondisi mengenakan kain ihram) dan dalam keadaan
demikianlah seseorang menghadap Tuhan pada saat kematiaannya.

Tawaf, Tawaf mengandung makna bahwa manusia harus menjadikannya titik


orientasinya semata-mata hanya kepada Allah dalam setiap gerak dan langkahnya,
sebagaimana bumi berputar pada porosnya. Sebab Orang yang sedang tawaf bagaikan
berjabat tangan dengan Allah swt, bergerak ke arah menjadi atau menyempurnakan

Sa’i, Pelaksanaan sa’i mengajarkan manusia bahwa apabila ia ingin mendapatkan


sesuatu, maka ia harus berusaha terlebih dahulu. Sekaligus isyarat kesediaan tugas
tanggung jawab manusia ke arah hal-hal yang positif dan bermanfaat untuk dirinya dan
orang lain guna mencapai kehidupan yang lebih baik

Wuquf,selama wukuf di Arafah, manusia mestinya mengistiratkan tenaga dan


pikirannya dari aktivitas duniawi dengan melakukan kontemplasi bertafakkur kepada
Allah. Yakni berfikir bahwa dirinya harus usaha untuk berhenti dari kesenangan dunia
agar mengerti hakikat hidup sesuai dengan ketentuan Allah, di mana mengetahui dirinya
dan Tuhannya merupakan puncak tertinggi yang diraih melalui wukuf sebagai puncaknya
ibadah haji.

Mina, Mina yang secara harfiyah memiliki makna tempat menumpahkan darah,
atau dibaca Muna yang memiliki makna tercapainya harapan sebagaimana berkaitan
dengan ketekatan Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, dan Siti Hajar dalam membuktikan
ketinggian cita-cita mereka, sehingga mereka mampu mengalahkan godaan dan gangguan
setan yang berusaha menggagalkan pelaksanaan penyembelihan Nabi Ismail.

Melempar jumroh, melempar jumroh tersebut menjadi simbol sikap tegas manusia
untuk melakukan perlawanan dan melepaskan diri dari segala sifat-sifat yang buruk,
permusuhan abadi dengan setan dan segala pengaruhnya, serta siap menolak segala
godaan dan bisikan setan dalam menjalankan tugas dari Allah Swt.

Tahallul, bukti syukur manusia dan kepatuhannya kepada perintah Allah dengan
mengorbankan sesuatu yang amat disayangi yang direpesentasikan oleh mencukur
rambut.
Disisi lain, dunia Islam sekarang sedang terjadi berbagai konflik. Gejolak
reformasi dan revolusi diberbagai Negara Islam (Timur Tengah), konflik yang terjadi di
Dunia Islam antara sunni dan syi’i, konflik umat dibidang ekonomi, sosial, dan politik,
serta berbagai hal penistaan Islam telah memecah belah umat Islam dunia, sebenarnya
ibadah haji bisa dijadikan refleksi persatuan dan persamaan umat Islam seluruh dunia.
Seluruh jamaah haji yang beragam tersebut melakukan ibadah yang sama. Mereka tidak
saling memusuhi antara satu dengan yang lainnya. Begitu pula yang terjadi pada dunia
Islam akhir-akhir ini karena Islam sebenarnya adalah agama kasih saying. Disinilah
makna sosial dari ibadah haji. Semoga saudara-saudara muslim yang telah menunaikan
ibadah haji diberikan kemampuan untuk mengimplikasikan makna sosial ibadah haji
tersebut, tanpa harus mengurangi kualitas amalan ritual dalam ibadah haji.

c. Makna Umroh

Dilihat dari segi bahasa, umrah memiliki arti “ziyarah dan meramaikan”,
meramaikan tempat tertentu. Dalam bahasa Indonesia, terdapat istilah “makmur” dan
“takmir” (masjid). Makmur dalam arti negara yang ramai oleh berbagai sumber daya dan
bisa mensejahterakan rakyatnya. Takmir masjid berarti usaha panitia untuk membuat
masjid ramai oleh kegiatan-kegiatan yang positif dan banyak mendapat kunjungan
jamaahnya.1 Pelaksanaan ibadah umrah lebih dari satu kali diperbolehkan. Menurut
Nafi’, Ibnu Umar di zaman Ibnuz Zubair melakukan umrah beberapa tahun, setiap tahun
dua kali umrah. Sedangkan Aisyah isteri Rasulullah menurut Al Qasim berumrah dalam
setahun tiga kali, dan tidak seorang pun mencelanya. Nabi Muhammad SAW sendiri
menurut riwayat Ibnu Abbas melakukan umrah empat kali yaitu Umrah Hudaibiyah,
Umrah qadha, Umrah dari Ji‟ronah dan yang keempat umrah beliau yang bersama ibadah
hajinya. Demikian riwayat Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah.

d. Masyarakat Urban

Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), urban diartikan sebagai
hal-hal yang berkaitan dengan kota, bersifat kekotaan, atau orang yang pindah dari desa
ke kota. Sementara itu, dilihat dari asoek dinamikanya, maka masyarakat urban adalah
masyarakat yang lahir dan direproduksi oleh proses modernitas dalam dinamika institusi
modern. Anthony Gidden membayangkan masyarakat urban sebagai tipikal manusia yang
hidup pada dekade terakhir abd ke-20 yang memiliki kesempatan luas untuk menyebar ke
berbagai belahan dunia menikmati eksistensinya. Bahkan ia membayangkan masyarakat
urban yang modern tersebut, memiliki sisi-sisi mengerikan yang menurutnya adalah
fenomena nyata dewasa ini (A. Ahmadin, 2021)

Ciri-ciri Struktur Sosial Masyarakat Urban Menurut Daldjoeni, ciri-ciri struktur


sosial kota terdiri atas beberapa gejala sebagaimana diuraikan berikut:

1.Heterogenitas Sosial, yakni kepadatan penduduk mendorong terjadinya


persainganpersaingan dalam pemanfaatan ruang. Orang dalam bertindak memilih-milih
mana yang paling menguntungkan baginya, sehingga akhirnya tercapai spesialisasi. Kota
juga merupakan melting pot bagi aneka suku maupun ras.

2. Hubungan sekunder, yakni pengenalan dengan orang lain serba terbatas pada
bidang hidup tertentu. Hal ini disebabkan antara lain karena tempat tinggal orang juga
cukup terpencar dan saling mengenalnya hanya menurut perhatian antar pihak.

3. Kontrol (pengawasan sekunder), yakni di kota orang tidak mempedulikan


perilaku peribadi sesamanya. Meski ada kontrol sosial, tetapi ini sifatnya non pribadi;
asal tidak merugikan bagi umum, tindakan dapat ditoleransikan.

4. Toleransi sosial, yakni orang-orang kota dapat berdekatan secara fisik, tetapi
secara sosial berjauhan.

5. Mobilitas sosial, yakni perubahan status sosial seseorang. Orang menginginkan


kenaikan dalam jenjang kemasyarakatan (social climbing). Dalam kehidupan kota
segalanya diprofesionalkan, dan melalui profesi seseorang dapat naik posisinya.

6. Ikatan sukarela (voluntary association), yakni secara sukarela orang


menggabungkan diri ke dalam perkumpulan yang disukainya.

7. Individualisasi, yakni merupakan akibat dari sejenis atomisasi dimana orang


dapat memutuskan sesuatu secara pribadi, merencanakan kariernya tanpa desakan orang
lain.

8. Segragasi keruangan (spatial segragation), yakni akibat kompetisi ruang yang


terjadi pola sosial yang berdasarkan persebaran tempat tinggal atau sekaligus kegiatan
sosio-ekonomis. Segragasi ini tampak pada munculnya wilayah-wilayah sosial tertentu
seperti, kaum Cina, Arab, kaum elit, gelandangan, pelacuran, dan sebagainya (A.
Ahmadin, 2013).

Bila mengacu pada uraian mengenai struktur sosial tersebut, maka beberapa hal
menarik dikaitkan dengan kajian mengenai perubahan struktur sosial masyarakat (M. 3
Ahmadin, 2021) di kota Makassar. Beberapa realitas yang akan diamati seperti: (1)
heterogenitas sosial yang menyebabkan terjadinya perebutan pemanfaatan ruang, (2)
hubungan sekunder yang mengaburkan ikatan etnik, (3) kedekatan secara fisik dan
berjauhan secara sosial membutuhkan proses untuk menjadi sebuah komunitas, (4) ikatan
suka rela yang memberi peluang atas seseorang untuk bergabung dengan kelompok
manapun, (5) Segragasi keruangan (spatial segragation) akibat kompetisi ruang,
melahirkan persebaran tempat tinggal atau sekaligus kegiatan sosio-ekonomis serta
wilayah-wilayah sosial tertentu (A. Ahmadin, 2010).
BAB III

Metode Penelitian
Metode adalah cara yang tepat untuk melakukan sesuatu menggunakan pikiran secara
seksama untuk mencapai suatu tujuan. Penelitian adalah suatu keggiatan untuk mencari,
mencatat dan menganalisa suatu yang diteliti sampai menyusun laporan. Metode penelitian
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu
(Prof.Dr.Sugiyono, 2013). Terdapat dua macam metode penelitian yakni berdasarkan tujuan
penelitian dan berdasarkan tingkat kealamiahan tempat penelitian. Penelitian yang berdasarkan
tujuan terbagi menjadi tiga yakni, penelitian dasar, penelitian pengembangan dan peenelitian
terapan. Penelitian yang berdasarkan tingkat kealamiahan tempat penelitian dibagi menjadi tiga
yaitu, penelitian eksperimen, penelitian survey, penelitian naturalistic.

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu
suatu penelitian yang menggambarkan dan menguraikan suatu masalah. Penelitian ini
berupaya untuk menjelaskan dan menggambarkan tentang pemahaman yang keliru
tentang masyarakat urban yang mempriotaskan umroh daripada haji

3.2 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan oleh penulis adalah pendekatan sosial dan
psikologi,alasan penggunaan pendekatan ini adalah karena permasalahan kebingungan
masyarakat dalam mendahulukan umrah terhadap haji masih sangat luas, kompleks, dan
dinamis cakupannya dan kaitannya pda ilmu sosial dan juga psikologi.

3.3 Sumber Data


Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah subyek asal awal data itu
diperoleh.Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data yakni:

a. Sumber data primer


Sumber utama dalam penelitian ini secara langsung dikumpulkan oleh
peneliti dari tangan pertama yakni masyarakat urban pihak KBIH.
b. Sumber data sekunder
Sumber penunjang dari penelitian ini adalah data yang tersusun dalam
bentuk dokumen,buku,dan hasil penelitian yang berkaitan dengan disorientasi
makna haji dimasyarakat urban seperti Buku Makna Haji (Ali Syariati) dan
Rawayan Refleksi Regiulitas Masyarakat Urban (Pungki Wijaya)

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Guna mencapai data yang diperlukan,maka penulis menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:

1.) Teknik Wawancara


Wawancara dilakukan dengan berdialog dan tanya jawab dengan
masyarakat urban, hasil wawancara kemudian dituangkan dalam struktur
ringkasan, yang dimulai dari penjelasan ringkas identitas, deskripsi situasi oatau
konteks, identitas masalah, deskripsi data, unitisasi dan ditutup dengan
pemunculan tema.
Tanya jawab lisan dua orang atau lebih terkait permasalaahn tertentu,
dalam hal ini, penulis menggunakan menggunakan wawancara semi terstruktur
dengan rangkaian pertanyaan yang telah disiapkan yang di ajukan kepada
masyarakat dan pihak KBIH maupun Biro umroh.
Dengan demikian metode ini digunakan untuk menggali data kepada
masyarakat dan pihak KBIH dan biro umroh, nantinya juga digunakan untuk
menggali data kepada informan guna mengcroscheck keabsahan data sebelumnya.

2.) Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data dari data-data


tertulis yang dalam pelaksanaannya untuk menyelidiki tanda tanda tertulis seperti:
buku-buku, dokumen, dan sebagainya. dokumen disini berupa hasil wawncara
mengenai alasan memprioritaskan umroh daripada haji di masyarakat urban.

3.5 Teknis Analisis Data


Aktivitas analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Reduksi Data (Data Reduction)


Reduksi data merupakan penyerderhanaan yang dilakukan melalui
seleksi, pemfokusan dan keabsahan data mentah menjadi informasi yang
bermakna, sehingga memudahkan penarikan kesimpulan
2. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data yang sering digunakan pada data kualitatif adalah
bentuk naratif. Penyajian-penyajian data berupa sekumpulan informasi
yang tersusun secara sistematis dan mudah dipahami.
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dalam analisis data
yang dilakukan melihat hasil reduksi data tetap mengaju pada rumusan
masalah secara tujuan yang hendak dicapai. Data yang telah disusun
dibandingkan antara satu dengan yang lain untuk ditarik kesimpulan
sebagai jawaban dari permasalahan yang ada.
Daftar Pustaka

Dien Majid. 2008. Berhaji Dimasa Kolonial. Jakarta. CV Sejahtera


Idjal, Masrura Ram, 2014. Umrah Menggapai Berkah Di Tanah Suci. Bandung, PT. Cendekia
Visitama,
Jazuli, Imam. 2014. Buku Pintar Haji dan Umroh. Yogyakarta. Ar-Ruzz Media
Majdi, Ahmad Abd, 2013. Seluk Beluk Ibadah Haji Dan Umroh. Surabaya, Mutiara Ilmu,
Masyhuri, Aziz, 1996. Fiqh Haji Surabaya:PT. Bungkul Indah
Miles,M.B, Huberman,A.M, dan Saldana,J. 2014. Qualitative Data Analysis, A
Methods Sourcebook, Edition 3. USA: Sage Publications. Terjemahan Tjetjep
Rohindi Rohidi, UI-Press.
Rasjid, Sulaiman, 2012.Fiqih Islam (Hukum Fiqh Islam) . Bandung: Sinar Bari Algensindo
Raya, Ahmad Thib, Mulia, Siti Musdah, 2003. Menyelami Seluk Beluk Dalam Islam. Jakarta,
Prenada Media,
Rochimi, Abdurachman. 2010 Segala Hal Tentang Haji Dan Umroh. Jakarta PT Gelora Aksara
Pratama
Saleh, Hassan. 2008. Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Solihin, Ismail. 2013. Manajemen Strategik. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai