Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UNDANG-UNDANG

NOMOR 8 TAHUN 2019 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH


HAJI DAN UMRAH
Diana Angelicha, Johannes, Novianti, Varino.
Universitas Esa Unggul
Jl. arjuna Utara No.9, Kb. Jeruk, Kota Jakarta Barat, DKI Jakarta-11510, Indonesia.
Corresponding author. Email : dianaangelicha364@student.esaunggul.ac.id

Abstract
The Hajj is the fifth pillar of Islam which is a once-in-a-lifetime obligation for every Muslim who is able
to fulfill it. Law Number 8 of 2019 concerning the Implementation of the Hajj and Umrah as a form of
organizing the Hajj and Umrah, which is a series of religious services as guaranteed and mandated in the
1945 Constitution of the Republic of Indonesia, Article 29 Paragraph (2). The aim of this preparation is
to find out how Islamic law is reviewed in the implementation of registration for the Hajj pilgrimage. The
data sources used are primary, secondary and bibliographic literature. The author reads and takes
theories from books related to the problem being researched and then concludes the results of various
kinds of research. Based on the nature of this research, it includes analytical descriptive research which
is a method in researching an object which aims to create a description, picture, systematically and
objectively regarding the facts, properties, characteristics and relationships between existing elements.
and certain phenomena.

Keywords: Law Number 8 of 2019, Organizing the Hajj and Umrah Pilgrimage

Abstrak
Ibadah Haji adalah rukun Islam kelima yang merupakan kewajiban sekali seumur hidup bagi setiap orang
islam yang mampu menunaikannya. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan
Ibadah Haji dan Umrah sebagai wujud Pelaksanaan Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah yang
merupakan rangkaian ibadah keagamaan sebagaimana telah dijamin dan diamanatkan dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 29 Ayat (2). Tujuan dalam penyusunan ini
adalah untuk mengetahui bagaimana Tinjauan Hukum Islam dalam Pelaksanaan Pendaftaran Ibadah Haji.
Sumber data yang digunakan yaitu primer, skunder, dan literatur kepustakaan. Penulis membaca dan
mengambil teori dari buku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti kemudian menyimpulkan hasil
dari berbagai macam penelitian tersebut. Berdasarkan sifatnya penelitian ini termasuk penelitian yang
bersifat deskriptif analitis yang merupakan suatu metode dalam meneliti suatu objek yang bertujuan
membuat deskripsi, gambaran, secara sistematis dan objektif mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, ciri-ciri,
serta hubungan diantara unsur yang ada dan fenomena tertentu.

Kata kunci : Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019, Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah

A. LATAR BELAKANG
Menurut Undang-Undang (UU) haji merupakan rukun Islam kelima bagi
Nomor 8 Tahun 2019 tentang orang Islam yang mampu untuk
Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah Bab melaksanakan ibadah tertentu di Baitullah,
l Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat (1) Ibadah masyair, serta tempat, waktu, dan syarat
1
tertentu. Haji dalam pengertian istilah menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
menurut para ulama adalah menuju Ka’bah untuk memeluk agamanya masingmasing dan
untuk melakukan perbuatan tertentu atau untuk beribadat menurut agamanya dan
dengan perkataan lain bahwa haji adalah kepercayaan itu.”
mengunjungi suatu tempat tertentu dengan Peraturan mengenai penyelenggaraan
melakukan suatu pekerjaan tertentu. Ibadah ibadah haji di Indonesia diatur dalam UU No.
haji merupakan rukun Islam kelima yang 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan
wajib dilaksanakan oleh setiap orang Islam ibadah Haji dan Umrah. UU ini bertujuan
yang mampu, baik secara fisik, mental, untuk memberikan pembinaan, pelayanan
spiritual, sosial, maupun finansial dan sekali dan perlindungan bagi jemaah haji dan umrah
dalam seumur hidup. Kewajiban ibadah haji sehingga dapat menunaikan ibadahnya sesuai
ini, dinyatakan dalam al-Qur’an, dengan ketentuan syariat, dan mewujudkan
sebagaimana Allah Swt. berfirman: “Padanya kemandirian dan ketahanan dalam
terdapat tanda-tanda yang nyata, (di penyelenggaraan ibadah haji dan umrah.
antaranya) maqam ibrahim; barangsiapa Aturan mengenai penyelenggaraan ibadah
memasukinya (Baitullah itu) menjadi haji melalui UU No. 8 Tahun 2019 tentang
amanlah dia; mengerjakan haji adalah Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah
kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu menjadi titik tombak agar penyelenggaraan
(bagi) orang yang sanggup mengadakan ibadah haji di Indonesia dapat dikelola secara
perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa professional dengan mengutamakan
mengingkari (kewajiban haji), maka kepentingan para jemaah haji.
sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak Semangat umat Islam untuk
memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” melaksanakan ibadah haji sangat tinggi,
(Q.S. Ali Imran : 97). bahkan mereka yang pernah melaksanakan
Ibadah haji dalam konteks kehidupan haji masih ingin untuk mengulanginya
bernegara merupakan salah satu hak setiap beberapa kali. Meningkatnya semangat
warga negara untuk menjalankan keyakinan masyarakat untuk berhaji disebabkan karena
agamanya sebagaimana telah dijamin dalam meningkatnya kesadaran untuk memenuhi
UUD 1945 Pasal 28 E ayat (1) “setiap orang panggilan Allah Swt. meningkatnya
bebas memeluk agama dan beribadah kesejahteraan, taraf ekonomi umat yang
menurut agamanya, memilih pendidikan dan meningkat, dan juga karena biaya haji
pengajaran, memilih pekerjaan, memilih Indonesia merupakan yang paling murah dan
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di masih dapat dijangkau oleh semua golongan.
wilayah negara dan meninggalkannya serta Penyelenggaraan ibadah haji tidak saja
berhak kembali,” Pasal 29 ayat (2) “negara terkait rangkaian ritual haji, tetapi lebih dari

2
itu juga terkait aspek-aspek tata kelola terutama karena sumber pendanaan alternatif
pelayanan publik. Aspek ini justru dipandang untuk APBN/Anggaran Negara. (Darania
sebagai aspek yang sangat menentukan Anisa Rudi Santoso, 2020)
keberhasilan jemaah haji dalam Pendaftaran haji menganut sistem
melaksanakan ritual-ritual haji. nomor urut pendaftaran dengan prinsip siapa
Penyelenggaraan ini menjadi tugas nasional cepat dia akan dilayani (First Come First
dan tanggung jawab utama berada pada Served). Secara teknis, pendaftaran dilayani
pemerintah, dalam hal ini Kementerian setiap hari kerja di Kantor Kementerian
Agama Republik Indonesia, karena jumlah Agama Kabupaten/Kota, dilaksanakan secara
jemaah haji Indonesia sangat besar sehingga online melalui Sistem Informasi dan
harus melibatkan berbagai organ dan Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT)
lembaga-lembaga pemerintahan. (Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji
Sejumlah aturan baru ditetapkan dan Umrah, 2015). Pendaftaran tersebut
pemerintah terkait dengan syarat naik haji dibuka sepanjang tahun, tidak ada batasan
dan berbagai peraturan terkait regulasi haji. kapan pendaftaran ditutup dan tidak ada
Perubahan dilakukan meliputi semua aspek pembatasan berapa kuota yang diterima.
yang mendukung terjadinya ibadah haji yang Syarat utamanya, sang calon memiliki
aman dan nyaman, itu dilakukan agar kemampuan finansial untuk membayar
pelaksanaan ibadah haji dapat terlaksana setoran awal sebesar Rp25.000.000.00, di
dengan baik melalui pelayanan yang terbaik samping syarat lainnya seperti jasmani,
dan mempermudah proses administrasi calon rohani, dan berumur minimal 18 tahun.
jemaah haji yang sedang menunaikan ibadah Dampak kebijakan seperti itu adalah
haji dan memastikan pelayanan seluruh munculnya persoalan waktu tunggu (Waiting
pegawai terhadap calon jemaah haji telah List) yang panjang untuk melaksanakan
berlangsung secara komprehensif, cepat, dan ibadah haji. Antrean menjadi panjang dan
berkualitas dengan semangat kerja tim dan tidak terarah, hingga tahun 2019, waktu
menggunakan sarana teknologi terkini demi tunggu jemaah haji reguler di berbagai
menjamin etos kerja yang unggul dan Kabupaten/Kota di Indonesia telah mencapai
kualitas kerja yang baik. Hal tersebut tidak rata-rata 18 tahun, sementara waktu tunggu
terlepas dari peran obligasi syari’ah (sukuk) untuk jemaah haji khusus mencapai rata-rata
terhadap ekonomi Indonesia. Peran pasar 6 tahun. Oleh karena itu, diperlukan suatu
modal syari’ah sebagai perantara dalam kebijakan pemerintah selaku penanggung
ekonomi suatu negara tidak bisa diabaikan, jawab sesuai kuota yang ditentukan oleh
ini menunjukkan bahwa peran ikatan syariah pemerintah Arab Saudi (M. Shidqon
(sukuk) bagi pemerintah adalah penting Prabowo, 2010).

3
Hal ini kemudian memunculkan perlindungan dan pembinaan secara optimal.
kebijakan mengenai pembatasan pendaftaran Perubahan lingkungan baik eksternal maupun
haji, melalui Undang-Undang Nomor 8 sosial, budaya, politik, ekonomi, dan
Tahun 2019 Pasal 5 huruf d yang berbunyi teknologi memacu pemerintah untuk
“belum pernah menunaikan ibadah haji atau melakukan perubahan dalam manajemen
sudah pernah menunaikan ibadah haji paling birokrasi tradisional yang di implementasikan
singkat 10 (sepuluh) tahun sejak menunaikan selama ini. Seperti penerapan sistem
ibadah haji yang terakhir”. komputerisasi haji (pendaftaran online dan
Berdasarkan permasalahan di atas agar real time) serta informasi yang
pembahasan yang dilakukan menjadi terarah memanfaatkan media internet.
dan lebih spesifik maka permasalahan dalam Setelah 54 tahun payung hukum
topik ini dibatasi pada “Tinjauan Hukum tentang penyelenggaraan ibadah haji adalah
Islam terhadap Pendaftaran Ibadah Haji di Keputusan Presiden, maka pada tahun 1999
Indonesia” dalam judul “Analisis Hukum diterapkan UU No. 17 Tahun 1999 tentang
Islam Terhadap Undang-Undang Nomor 8 Penyelenggaraan Ibadah Haji. Isi dari UU
Tahun 2019 Tentang Penyelenggaraan Ibadah tersebut menekankan kepada pelayanan,
Haji dan Umrah”. pembinaan dan perlindungan kepada jemaah
haji serta mengarah kepada sistem yang lebih
B. PENDAHULUAN professional. Tahun 2008 pemerintah
Sejarah penyelenggaraan haji di menerbitkan UU No. 13 Tahun 2008 tentang
Indonesia telah mengalami waktu yang Penyelenggaraan Ibadah Haji yang baru
sangat lama. Menurut sejarah umat Islam sebagai pengganti UU No. 17 tahun 1999.
nusantara Indonesia menunaikan ibadah haji Sebagai penyempurna kebijakan paling
sejak Islam masuk Nusantara pada abad ke- mendasar lalu Tahun 2019 terbitlah UU No. 8
10 pada saat itu ibadah haji dilakukan secara tahun 2019 perubahan atas UU No. 13 Tahun
massal seperti saat ini (Zainal, 2012). Era 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji
Reformasi yang mulai menggema pada tahun dan Umrah. Berikut akan dibahas tentang
1999 merupakan awal dari sistem pembahasan dari judul jurnal ini.
keterbukaan dan transparansi, menuntut
setiap kebijakan. Setiap kebijakan yang C. PEMBAHASAN KAJIAN TEORI HAJI
menimbulkan ketidakpuasan masyarakat DALAM PANDANGAN ISLAM

akan mendapat respond dan kritik yang 1. Pengertian Ibadah Haji


gencar. Pemerintah dituntut untuk Secara etimologi haji berasal dari
menyempurnakan sistem penyelenggaraan bahasa Arab al-hajj yang berarti
haji dengan menekankan pada pelayanan, mengunjungi atau mendatangi. Sedangkan

4
secara terminologi fiqh, haji didefinisikan maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak
sebagai perjalanan mengunjungi Ka’bah memerlukan sesuatu) dari semesta alam”
untuk melakukan ibadah tertentu, atau (Amir Syarifuddin, 2010).
bepergian ke Ka’bah pada bulan tertentu Al-Qur’an, Hadis, dan Ijma para
untuk melakukan ibadah tawaf, sa’i, ulama menetapkan bahwa haji merupakan
wukuf, dan manasik-manasik lain untuk fardhu‘ain bagi muslimin dan muslimah yang
memenuhi panggilan Allah Swt. serta sanggup mengerjakannya. Al-Qur’an serta
mengharapkan keridaan-Nya (Khoirul Hadis tersebut di atas menunjukkan bahwa
Abror, 2016). Sedangkan Haji menurut mampu merupakan syarat wajib haji. Syarat
Syara’ adalah menuju Ka’bah untuk mampu mesti ada karena berkaitan dengan
beribadah dengan melakukan beberapa ibadah yang menempuh perjalanan jauh.
perbuatan yaitu: Ihram, Wukuf, Thawaf, Secara umum kemampuan badan atau fisik,
Sa’i, dan lain-lainnya (Kementerian bekal dan transportasi menjadi hal yang
Agama RI, 2001) paling utama dalam Istita’ah seseorang baik
Pasal 1 ayat (1) UU No. 8 Tahun 2019 dalam haji maupun umrah.
tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan
3. Macam-Macam Haji dan Cara
Umrah menegaskan bahwa ibadah haji adalah
Melaksanakannya.
rukun Islam kelima bagi orang Islam yang
a. Haji Ifrad
mampu untuk melakukan serangkaian ibadah
Ifrad dalam bahasa Arab berarti
tertentu di baitullah, masyair, serta tempat,
menyendirikan, disebut haji ifrad karena
waktu, dan syarat tertentu.
seseorang melakukan haji dan umrah secara
2. Dasar Hukum Ibadah Haji sendiri-sendiri atau satu persatu, tidak
Hukum haji itu adalah wajib, dasar melakukan keduanya sekaligus. Tata cara
wahyunya adalah beberapa firman Allah Swt. pelaksanaan ibadah haji dengan
yang menuntut untuk melaksanakan ibadah mendahulukan haji daripada umrah (Moh.
haji sebagaimana firman Allah Swt dalam Nafi CH, 2015). Ketika memakai pakaian
Al-Qur’an Surat Ali-Imran : 97 yang ihram dari miqat seseorang yang melakukan
berbunyi “Padanya terdapat tanda-tanda yang haji ifrad itu berniat melakukan haji dengan
nyata, diantaranya (maqam Ibrahim). lafal labbaika bi hajj (aku datang memenuhi
Barangsiapa yang memasukinya (Baitullah panggilan-Mu dengan niat haji). Setelah
itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji selesai melakukan haji, ia berniat lagi untuk
adalah kewajiban manusia terhadap Allah umrah jika ia ingin melaksanakannya pada
Swt. yaitu bagi orang yang sanggup tahun itu juga. (Sayyid Sabiq, 1983)
mengadakan perjalanan ke Baitullah. b. Haji Tamattu’
Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji) Secara bahasa tamattu berarti
5
bersenang-senang, sedangkan secara konteks dalam keadaan berpakaian ihram sampai
haji tamattu’ diartikan sebagai salah satu seluruh kewajiban haji dan umrah selesai
bentuk pelaksanaan haji, yaitu dimulai ditunaikan atau sampai tahallul dengan
melakukan umrah di bulan-bulan haji dan mencukur dan memotong rambut kepala
setelah itu melakukan ibadah haji ditahun setelah melontar jumrah aqabah (Sabiq, Fiqh
ketika ia melakukan umrah tersebut. Haji al Sunnah, h. 553).
tamattu’ karena melakukan dua ibadah (haji
dan umrah) di bulan-bulan haji dalam tahun D. PEMBAHASAN KEBIJAKAN NEGARA
yang sama tanpa kembali ke negeri asalnya DALAM PENYELENGGARAAN

lebih dahulu (Abror, Fiqh Ibadah, h. 240). PENDAFTARAN IBADAH HAJI

Caranya ialah melakukan ihram untuk 1. Kebijakan Umum dan Pelaksanaan Ibadah
umrah dari miqat dengan niat labbaika bi Haji
umrah (aku datang memenuhi panggilan-Mu a. Kebijakan Umum Penyelenggaraan Ibadah
dengan niat umrah). Kemudian ke Mekkah Haji.
melakukan tawaf di Baitullah, sa’i antara Terkait hal pengambilan kebijakan
Shafa dan Marwah, mencukur atau umum negara oleh pemerintah dalam
memotong rambut, dan mencabut pakaian penyelenggaraan perlu memperhatikan
ihram dan memakai pakaian yang biasa, beberapa unsur yang bisa dikategorikan
dengan demikian ia sudah bebas memakai sebagai tindakan administrasi negara, karena
pakaian biasa sampai tiba waktunya tujuan umum dari kebijakan adalah kepuasan
melaksanakan ibadah haji. Setelah waktu haji atau ketentraman serta kepentingan dari
tiba ia melakukan ihram untuk haji dan penentu dan pengambil putusan kebijakan
melakukan semua ketentuan-ketentuan haji dalam hubungan dengan kepuasan dan
sampai selesai, sampai disini berarti, kedua ketentraman serta kepentingan dari yang
ibadah tersebut telah selesai dilakukan secara dikenai kebijakan tersebut yakni rakyat
sendiri sendiri. dalam konteks kebijakan umum
c. Haji Qiran penyelenggaraan ibadah haji adalah umat
Qiran dalam bahasa Arab diartikan Islam. Implementasi kebijakan harus memuat
dengan menyertakan atau menggabungkan, unsur-unsur tindakan pemerintah. Menurut
sedangkan secara konteks haji, qiran Muchsan unsur-unsur tindakan pemerintah
diartikan sebagai haji dan umrah yang tersebut sebagai berikut:
niatnya digabungkan ketika ihram dengan 1) Perbuatan itu dilakukan oleh aparat
lafal labbaika bi hajj wa ‘umrah (aku datang pemerintah dalam kedudukannya sebagai
memenuhi panggilan-Mu dengan niat haji penguasa maupun sebagai alat
dan umrah). Sejak ihram dari miqat ia tetap

6
perlengkapan pemerintahan yang punya pelaksanaannya dapat berjalan dengan aman
prakarsa dan tanggung jawab sendiri; dan nyaman.
2) Perbuatan tersebut dilaksanakan dalam Syarat utama keberangkatan haji
rangka menjalankan fungsi pemerintahan; dalam pasal 5 UU No.8 Tahun 2019 yaitu:
3) Perbuatan tersebut dimaksudkan sebagai 1) berusia paling rendah 18 (delapan belas)
sarana untuk menimbulkan akibat hukum tahun atau sudah menikah;
dibidang administrasi; 2) Memenuhi persyaratan kesehatan;
4) Perbuatan yang bersangkutan dilakukan 3) Melunasi Bipih;
dalam rangka pemeliharaan kepentingan 4) Belum pernah menunaikan Ibadah Haji
negara dan rakyat; atau sudah pernah menunaikan Ibadah
5) Perbuatan itu mengedepankan asas Haji paling singkat 10 (sepuluh) tahun
legalitas yang sesuai peraturan perundang- sejak menunaikan Ibadah Haji yang
undangan yang berlaku. terakhir
Penyelenggaraan ibadah haji setelah b. Kegiatan Pelaksanaan Ibadah Haji
memenuhi unsur-unsur tindakan pemerintah Dalam Kegiatan pelaksanaan
dalam realisasi kebijakan umum kemudian penyelenggaraan ibadah haji reguler terdiri
tentu perlu mengedepankan prinsip umum atas beberapa komponen yang menjadi dasar
yang telah digariskan oleh undang-undang dari pelaksanaan tersebut. Komponen
maupun peraturan lainnya. Kebijakan umum kegiatan pelaksanaan tersebut sesuai dengan
tersebut adalah pegangan dalam Pasal 10 UU No.8 Tahun 2019. Kebijakan
penyelenggaraan ibadah haji yang Penyelenggaraan ibadah haji diantaranya,
pelaksanaannya sangat kompleks dan (Kementerian Agama RI, 2017) :
membutuhkan kekuatan pemerintah. 1) Penyusunan, pembiayaan, dan penetapan
Kebijakan umum penyelenggaraan ibadah BPIH (direct & indirect cost).
haji reguler tersebut, menteri berkoordinasi 2) Menetapkan kuota haji nasional, provinsi,
dengan kementrian/instansi terkait. dan haji khusus.
Pelaksanaan penyelenggaraan Penjelasan 3) Pelunasan BPIH haji reguler dan khusus.
Umum UU No. 8 Tahun 2019 menjelaskan 4) Penyiapan dan penetapan PPIH dan
kebijakan ibadah haji harus dilaksanakan petugas kloter.
dengan mengedepankan prinsip keadilan, 5) Pelayanan dokumen dan identitas haji.
transparansi, dan akuntabilitas publik. 6) Pelayanan asrama haji embarkasi.
Penyelenggaraan ibadah haji harus dikelola 7) Pelayanan transportasi udara,dan darat.
dengan mengutamakan kepentingan jemaah 8) Aplikasi haji pintar.
sesuai dengan hak dan kewajibannya agar 9) Penyediaan akomodasi (Mekkah dan
sesuai dengan tuntutan syariat dan Madinah).

7
10) Konsumsi di Arab Saudi. (Taufiqurrahman Syahuri, h.281). Menurut
11) Pelayanan Armina. Todung Mulya Lubis sesungguhnya adalah
menelaah totalitas kehidupan, sejauh mana
2. Jaminan Ibadah Haji dalam UU No. 8 kehidupan kita memberi tempat yang wajar
Tahun 2019 kepada kemanusiaan (Knut D. Asplund
a. Hak Asasi Manusia Suparman Marzuki dan Eko Riyadi, h.11).
Istilah hak asasi manusia berasal dari Setiap manusia berhak memiliki hak tersebut,
bahasa Inggris (human right). Istilah yang artinya di samping keabsahannya terjaga
lebih banyak digunakan dalam setiap dalam eksistensi kemanusiaan manusia, juga
penyebutan hak asasi manusia (Khairuddin terdapat kewajiban yang sungguh-sungguh
Iwan Satriawan, 2018). Secara etimologi, hak untuk dimengerti, dipahami, dan bertanggung
merupakan unsur normatif yang berfungsi jawab untuk memeliharanya. Adanya hak
sebagai pedoman perilaku, melindungi pada seseorang berarti bahwa dia mempunyai
kebebasan, kekebalan serta menjamin adanya suatu “keistimewaan” yang membuka
peluang bagi manusia dalam menjaga harkat kemungkinan baginya untuk diperlakukan
dan martabat. Adapun asasi berarti yang sesuai dengan “keistimewaan” yang
bersifat paling mendasar atau fundamental. dimilikinya. Adanya suatu kewajiban pada
Hak asasi manusia sebagaimana termaktub seseorang berarti bahwa diminta daripadanya
dalam rumusan Pasal 1 angka 1 UU No. 39 suatu sikap yang sesuai dengan
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia “keistimewaan” yang ada pada orang lain.
adalah seperangkat hak yang melekat pada Kebijakan pemerintah untuk meningkatkan
hakikat dan keberadaan manusia sebagai taraf hidup manusia melalui pembangunan
makhluk Tuhan yang Maha Esa dan juga harus memperhatikan aspek-aspek hak
merupakan anugerah-Nya yang wajib asasi manusia. Hal ini dikarenakan sebuah
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi pembangunan untuk kesejahteraan sebuah
oleh negara hukum, pemerintahan, dan setiap negara.
orang, demi penghormatan serta b. Hak Warga Negara
perlindungan harkat dan martabat manusia. Hak warga negara adalah hak yang
Hak Asasi berarti hak yang paling dimiliki oleh setiap orang yang tinggal dalam
mendasar yang dimiliki oleh manusia sebagai suatu negara, dan negara mengakuinya
fitrah, sehingga tak satupun makhluk dapat dengan berbagai prinsip kewarganegaraan
mengintervensinya apalagi mencabutnya, yang umumnya dianut oleh setiap negara.
misalnya hak hidup, yang mana tak satupun Hak itu meliputi hak untuk memperoleh
manusia ini memiliki kewenangan untuk pengakuan kewarganegaraan, hak untuk
mencabut kehidupan manusia lainnya bergerak bebas dalam negara, hak untuk

8
meninggalkan dan kembali ke negaranya, dan b) Usaha pertahanan dan kemanan negara
hak atas suaka politik. Pengertian warga dilaksanakan melalui sistem
negara ialah orangorang Indonesia asli dan pertahanan dan keamanan rakyat
orang-orang bangsa lain yang disahkan semesta oleh Tentara Nasional
dengan Undang-Undang sebagai warga Indonesia dan Kepolisian Negara
negara. Menurut UUD 1945 setelah Republik Indonesia, sebagai kekuatan
Amandemen, beberapa hak dan kewajiban utama dan rakyat sebagai pendukung.
warga negara ialah sebagai berikut c) Syarat-syarat keikutsertaan warga
(Wulandari, 2016) : negara dalam usaha pertahanan dan
1) Kesamaan kedudukan dalam hukum dan keamanan negara diatur dengan
pemerintahan, Pasal 27 ayat (1) undangundang.
menyatakan segala warga negara c. Hak Atas Kebebasan Beragama dan
bersamaan kedudukannya di dalam Berkeyakinan
hukum dan pemerintahan dan wajib Al-Qur’an mengandung banyak
menjunjung hukum dan pemerintahan itu sekali ayat yang menggambarkan konsep
dengan tidak ada kecualinya. Pasal ini kebebasan beragama, bahwasanya tidak ada
menunjukkan disamping adanya paksaan untuk masuk agama Islam, salah
keseimbangan antara hak dan kewajiban, satunya adalah pada surah al-Baqarah ayat
juga tidak ada diskrminasi antar warga 256 yang berbunyi: “Tidak ada paksaan
negara di dalam hukum. untuk (memasuki) agama (Islam);
2) Hak warga negara mendapatkan sesungguhnya telah jelas jalan yang benar
kesejahteraan, hak ini perwujudannya daripada jalan yang salah. Karena itu
tertuang di dalam Pasal 33 dan 34 UUD barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan
NRI Tahun 1945, atas dasar Pasal beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia
tersebut setiap warga negara diharapkan telah berpegang pada buhul tali yang amat
bisa menikmati kesejahteraan dan kuat yang tidak akan putus. Dan Allah maha
kemakmuran sistem ekonomi yang mendengar lagi maha mengetahui.” (Q.S. Al-
diarahkan oleh negara. Sekiranya rakyat Baqarah : 256).
menjadi miskin, negara harus Pandangan Islam, keberagaman
menanggung bebannya. adalah fitrah (sesuatu yang melekat pada diri
3) Hak dan kewajiban ikut serta upaya manusia yang terbawa sejak kelahirannya).
hankam, Pasal 30 menegaskan: Berarti manusia tidak dapat melepaskan diri
a) Tiap-tiap warga negara berhak dan dari agama, Tuhan menciptakan demikian
wajib ikut serta dalam usaha karena agama merupakan kebutuhan
pertahanan dan keamanan negara. hidupnya (Harun Nasution, h. 10).

9
Konsep hubungan antara pemerintah masing dan untuk beribadat menurut agama
dan warga negara, kebebasan beragama lebih dan kepercayaannya itu.” Pasal 28 E ayat (1)
menekankan kepada tidak adanya intervensi dari UUD 1945 juga mengatur bahwa setiap
atau larangan dari negara terhadap kebebasan orang bebas memeluk agama dan beribadat
beragama bagi warga negaranya. Kebebasan menurut agamanya. Pasal 28 E ayat (2) juga
beragama bagi warga negara tidak boleh menjelaskan bahwa: “setiap orang berhak
diintervensi baik oleh kebijakan yang diambil atas kebebasan meyakini kepercayaan,
oleh pemerintah maupun produk perundang- menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan
undangan sekalipun. Praktik-praktik yang hati nuraninya.”
mengandung unsur intervensi terhadap Pasal ini sesuai dengan semangat dari
kebebasan individu harus memerhatikan asas kovenan hak sipil dan politik dimana hak
proporsionalitas untuk menghindari praktik- beragama diatur secara bersamaan dengan
praktik yang diskriminatif. Oleh karena itu, hak untuk berhati nurani dan menyatakan
kebebasan untuk memiliki semua hak yang pikiran. Ketiga hak tersebut diatur secara
telah diatur di dalam hak asasi manusia harus bersamaan karena mempunyai unsur-unsur
diberikan oleh negara kepada semua individu yang sama untuk menjadi norma jus cogens
yang ada di dalam wilayah kedaulatannya. meskipun tidak ada consensus internasional
Kaitannya dengan kebebasan yang mengatakan bahwa kebebasan
beragama, setiap individu mempunyai beragama adalah jus cogens.
kebebasan seperti yang diatur di dalam Senada dengan Pasal tersebut Majelis
instrumen internasional seperti hak untuk Permusyawaratan Rakyat (MPR) melalui
menganut, berpindah, mempertahankan atau keputusannya No. VII/MPR/1998 tentang
tidak memeluk suatu keyakinan apapun Piagam Hak Asasi Manusia Pasal 113 juga
seperti apa yang telah diatur di dalam menegaskan bahwa: “setiap orang bebas
instrumen internasional tentang hak atas memeluk agamanya masing-masing dan
kebebasan beragama (Al Khanif, 2018). untuk beribadat menurut agama dan
d. Hak Kebebasan Beragama dalam Sistem kepercayaannya itu.” Sementara itu, Pasal 22
Hukum Indonesia ayat (1) dari Undang-Undang No. 39/1999
Aturan hukum tentang kebebasan tentang Hak Asasi Manusia menegaskan
beragama atau forum internum di dalam bahwa: ”setiap orang mempunyai hak untuk
amandemen ke empat UUD 1945 diatur di bebas memilih agamanya masing-masing dan
dalam Bab IX A tentang Hak Asasi Manusia. untuk beribadat menurut ajaran agama dan
Pasal 29 ayat (2) dari bab ini berbunyi: kepercayaannya itu.” Pasal 55 dari UU
“Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap tersebut juga mengatur: “hak setiap anak
penduduk untuk memeluk agamanya masing- untuk beribadat menurut agama dan

10
kepercayaannya di dalam asuhan orang tua 5) Kemanfaatan : bahwa penyelenggaraan
atau bimbingan pihak lain.” ibadah haji dan umrah dilaksanakan demi
Berdasarkan penjelasan di atas aturan memberikan manfaat kepada jemaah.
tentang kebebasan beragama berkeyakinan 6) Keselamatan : bahwa penyelenggaraan
sesuai dengan unsur-unsur tentang kebebasan ibadah haji dan umrah harus dilaksanakan
beragama dan berkeyakinan seperti yang demi keselamatan jemaah.
diatur di dalam Pasal 18 Kovenan Hak Sipil 7) Keamanan : bahwa penyelenggaraan
dan Politik dan Deklarasi HAM. Kata-kata ibadah haji dan umrah harus dilaksanakan
hak untuk bebas memilih keyakinannya di dengan tertib, nyaman, dan aman guna
dalam UUD 1945 dan Piagam Hak Asasi melindungi jemaah.
Manusia dan bebas untuk memilih agama dan 8) Profesionalitas : bahwa penyelenggaraan
keyakinannya yang termaksud di dalam UU ibadah haji dan umrah harus dilaksanakan
No. 39/1999 secara jelas mencakup unsur- dengan mempertimbangkan keahlian para
unsur hak untuk secara bebas memilih atau pengelolanya.
memiliki agama atau keyakinan seperti yang 9) Transparansi : bahwa penyelenggaraan
diatur dalam Kovenan Hak Sipil dan Politik. ibadah haji dan umrah dilakukan secara
terbuka dan memudahkan akses
3. Asas-Asas Penyelenggaraan Ibadah Haji masyarakat untuk memperoleh informasi
Pasal 2 UU No. 8 Tahun 2019 terkait dengan penyelenggaraan ibadah
tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan haji dan umrah, pengelolaan keuangan,
Umrah menegaskan bahwa Penyelenggaraan dan aset.
Ibadah Haji dilaksanakan berdasarkan asas : 10) Akuntabilitas : bahwa penyelenggaran
1) Syariat : bahwa penyelenggaraan ibadah ibadah haji dan umrah dilakukan dengan
haji dan umrah dilaksanakan sesuai penuh tanggung jawab baik secara etik
dengan ketentuan syariat. maupun hukum.
2) Amanah : bahwa penyelenggaraan ibadah
haji dan umrah dilaksankan dengan penuh 4. Implikasi Penetapan Kuota Haji terhadap
tanggung jawab. Waiting List (Daftar Tunggu).
3) Keadilan : bahwa penyelenggaraan ibadah Kuota haji adalah batasan jumlah
haji dan umrah berpegang pada kebenaran, jemaah haji Indonesia yang diberikan oleh
tidak berat sebelah, tidak memihak, dan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi berdasarkan
tidak sewenang-wenang. ketetapan Organisasi Konferensi Islam
4) Kemaslahatan : bahwa penyelenggaraan (OKI). Konferensi Tingkat Tinggi OKI di
ibadah haji dan umrah harus dilaksanakan Aman Yordani pada tahun 1987, menyepakati
demi kepentingan jemaah. tata cara penentuan kuota haji. Berdasarkan

11
KTT tersebut diputuskan kuota haji 1:1000, terhadap antrean kuota haji, padahal setelah
yaitu dari setiap seribu orang penduduk dilakukannya perluasan Masjidil Haram
muslim di suatu negara, berhak mendapatkan kuota jemaah haji untuk Indonesia
kursi jemaah haji. Lewat keputusan ini, maka mengalami peningkatan dari tahun
Indonesia mendapatkan kuota terbanyak di sebelumnya berjumlah 168.800 jemaah
antara negara berpenduduk muslim lainnya. menjadi 211.000 jemaah setelah selesai
Kuota haji terbanyak kedua diperoleh pembangunan Masjidil Haram (Zubaedi,
Pakistan, kemudian disusul oleh India dan September-Desember 2016).
Bangladesh (Japeri, 2017). Pasal 1 angka 17 Peraturan Menteri
Kuota haji ditetapkan oleh Pemerintah Agama Nomor 14 tahun 2012 menegaskan
Kerajaan Arab Saudi dan dituangkan dalam bahwa karena adanya kuota haji, maka tidak
MOU antara pemerintah Indonesia dengan semua orang bisa langsung berangkat naik
Arab Saudi tentang persiapan haji pada tahun berjalan. Ada yang
penyelenggaraan ibadah haji tahun berjalan. dinamakan “daftar tunggu (waiting list)”.
Perhitungan kuota untuk setiap negara Adapun yang dimaksud dengan daftar tunggu
mengacu pada kesepakatan KTT OKI tahun (waiting list) merupakan daftar jemaah haji
1986 di Amman, Jordan. yang telah mendaftar dan mendapatkan
Adanya kuota haji, maka tidak semua nomor porsi dan menunggu keberangkatan
calon jemaah haji bisa langsung berangkat untuk menunaikan ibadah haji. Nomor porsi
naik haji pada tahun berjalan, karena tidak adalah nomor urut pendaftaran yang
seimbang antara jumlah calon jemaah haji diterbitkan oleh Kementrian Agama bagi
yang mendaftar dengan calon jemaah haji jemaah haji yang mendaftar. Daftar tunggu
yang akan berangkat tiap tahunnya, mereka (waiting list) dari tahun ke tahun terus
harus menunggu dulu bertahun-tahun. mengalami peningkatan, peningkatan jumlah
Kuota sebesar 221.000 jemaah pada calon jemaah haji akan terus mengalami
2017 yang diberikan Pemerintah Arab Saudi peningkatan berdasarkan 5 indikator
pada Indonesia nyatanya tidak mampu minimal, yaitu pertumbuhan perekonomian,
mengurangi daftar tunggu (waiting list) peningkatan pendapatan perkapita,
keberangkatan calon jemaah haji Indonesia keshalehan, kemudahan menjalankan ibadah
menunaikan ibadah haji, antrean naik haji haji yang terus berkembang setiap tahunnya
yang begitu lama dan panjang yang semakin seperti fasilitas tabungan haji yang
hari semakin mengalami perpanjangan waktu disediakan oleh Lembaga Keuangan.
keberangkatan. Perluasan Masjidil Haram
yang dilakukan pada tahun 2013 tidak
memberikan dampak yang signifikan

12
E. KESIMPULAN 4. Pasal 1 angka 17 Peraturan Menteri
1. Dikaji dari konstitusi tertinggi yaitu Agama Nomor 14 tahun 2012 menegaskan
mengenai hak warga negara dalam Pasal bahwa adanya kuota haji “daftar tunggu
29 ayat (2) negara menjamin kemerdekaan (waiting list)”, maka tidak semua orang
tiap-tiap penduduk untuk memeluk bisa langsung berangkat naik haji pada
agamanya masing-masing dan untuk tahun berjalan.
beribadat menurut agamanya dan 5. Syarat utama keberangkatan haji dalam
kepercayaan itu. Dengan demikian secara pasal 5 UU No.8 Tahun 2019 yaitu, sang
tegas dijelaskan bahwa negara calon memiliki kemampuan finansial
bertanggung jawab atas kemerdekaan untuk membayar biaya keberangkatan, di
beribadah untuk warga negaranya dan samping syarat lainnya seperti jasmani,
jaminan atas kemerdekaan beribadah rohani, dan berumur minimal 18 tahun,
adalah memberikan pembinaan, pelayanan belum menunaikan ibadah haji/sudah
dan perlindungan bagi warga negara yang pernah menunaikan ibadah haji paling
menunaikan ibadah haji secara aman, singkat 10 (sepuluh) tahun sejak
nyaman, tertib dan sesuai ketentuan menunaikan ibadah haji terakhir.
syariat.
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019 DAFTAR PUSTAKA
tentang Penyelenggaraan Haji dan Umrah Buku :
adalah bentuk penyempurnaan sistem dan Abror, Khoirul. Fiqh Ibadah. Cetakan 6.
manajemen penyelenggaraan ibadah haji Bandarlampung: Fakultas Syari‟ah IAIN
agar pelaksanaan ibadah haji berjalan Raden Intan, 2016.
aman, tertib, dan lancar dengan Agama RI, Kementrian. al-Qur’an dan
menekankan perlindungan warga negara Terjemahnya. Bandung: Diponegoro,
dalam melaksanakan ibadah haji. 2015.
3. Asas Penyelenggaraan Ibadah Haji Pasal 2 Iwan Satriawan, Khairuddin. Hukum Tata
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019 Negara Pasca Amandemen UUD Negara
tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Republik Indonesia Tahun 1945. Edisi
Umrah menegaskan bahwa Revisi. Cetakan 2. Depok: Rajawali Pers,
Penyelenggaraan Ibadah Haji dilaksanakan 2018.
berdasarkan asas syariat, amanah, Khanif, Al. Hukum dan Kebebasan
keadilan, kemaslahatan, kemanfaatan, Beragama di Indonesia. Yogyakarta:
keselamatan, keamanan, profesionalitas, LaksBang Meidatama, 2010.
Transparansi, Akuntabilitas.

13
Nafi CH, Moh. Haji dan Umrah: Sebuah Peraturan Perundang-Undangan :
Cerminan Hidup. Jakarta: Erlangga, “Peraturan Menteri Agama Nomor 29 Tahun
2015. 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan
Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Menteri Agama Nomor 14 Tahun 2012
Bebagai Aspeknya. Jakarta: UI-Press, t.t tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji
Prabowo, M. Shidqon. Perlindungan Hukum Reguler,” t.t.
Jemaah Haji Indonesia. Yogyakarta: “Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun
Rangkang Education, 2010. 2018 tentang Penyelenggaraan Ibadah
Sabiq, Sayyid. Fiqh al Sunnah. Jilid 1, Haji Reguler,” t.t.
Cetakan IV. Beirut: Dar al-Fikri, 1983. “Undang-Undang Dasar 1945,” t.t.
Suparman Marzuki dan Eko Riyadi (eds), “Undang-Undang Nomor 39/1999 tentang
Knut D. Asplund. Hukum Hak Asasi Hak Asasi Manusia.,” t.t.
Manusia. Cetakan 2. Yogyakarta: “Undang-Undang No 8 Tahun 2019 tentang
PUSHAM UII, t.t. Penyelenggaraan Ibadah Haji dan
Syarifuddin, Amir. Garis-Garis Besar Fiqh. Umrah,” t.t.
Edisi 1. Cetakan 3. Jakarta: Kencana,
2010. Skripsi :
Syahuri, Taufiqurrahman. Tafsir Konstitusi Wulandari, Elvira. “Implementasi
Berbagai Aspek Hukum. Jakarta, t.t. Kewenangan Kementrian Agama
Republik Indonesia terhadap Penetapan
Jurnal : Kuota Ibadah Haji. (Studi pada Kantor
Darania Anisa Rudi Santoso, “Peran Kementrian Agama Kota Makassar
Obligasi Islam (Sukuk) terhadap Provinsi Sulawesi Selatan).” (Skripsi
Perekonomian Indonesia,” Januari 2020 3 Program Sarjana Hukum Administrasi
(t.t.). Negara), Universitas Hasanuddin, 2016.
Japeri. “Pengaruh Kuota terhadap Daftar
Tunggu Naik Haji di Kota Padang.” Sumber Online :
Januari-Juni 2017, Jurnal Ekonomi dan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Ibadah
Bisnis Islam, Vol 2 Nomor 1 (t.t.) Haji dan Umrah, Kementrian Agama RI.
Zainal, “Regulasi Indonesia dalam Tinjauan “Waiting List (On-line).” http://Dasar
Sejarah” Vol. 11, No. 2 (Desember 2012). Ibadah Haji_Website Haji Kementrian
Zubaedi. “Analisis Problematika Manajement Agama.html.
Pelaksanaan Haji Indonesia.” Kementerian Agama RI, “Prosedur
September-Desember 2016, Jurnal Pendaftaran Haji” (On-line).
Manhaj, Vol 4. Nomor 3 (t.t.).

14

Anda mungkin juga menyukai