Menelaah Undang-Undang Penyelenggaraan Ibadah Haji Dan Umrah
Pemerintah mengganti undang-undang nomor 17 tahun 1999 tentang penyelenggaraan ibadah haji yang dirasa tidak sesuai lagi dengan perkembangan hukum dan tuntutan masyarakat, dengan menerbitkan peraturan pemerintah republik Indonesia nomor 79 tahun 2012 tentang pelaksanaan undang-undang republik Indonesia nomor 13 tahun 2008 tentang penyelenggaraan ibadah haji. Dalam undang-undang tersebut, dibahas mengenai beberapa hal sebagai berikut. 1. Pengertian Penyelenggaraan Ibadah Haji Dan Umrah, Asas Dan Tujuan, Hak Dan Kewajiban Warga Dan Pemerintah, Serta Hak Jemaah Haji.
a. Pengertian penyelenggaraan ibadah haji dan umrah
Ibadah haji adalah rukun islam kelima yang merupakan kewajiban sekali seumur hidup bagi setiap orang islam yang mampu menunaikannya (bab I ketentuan umum pasal 1). Penyelenggaraan ibadah haji adalah rangkaian kegiatan pengelolaan pelaksanaan ibadah haji yang meliputi pembinaan, pelayanan, dan perlindungan Jemaah haji(bab I ketentuan umum pasal 2). Ibadah umrah adalah umrah yang dilaksanakan di luar musim haji. Penyelenggara perjalanan ibadah umrah (PPIU) adalah biro perjalanan wisata yang telah mendapatkan izin dari menteri untuk menyelenggarakan perjalanan ibadah umrah. b. Asas dan tujuan Penyelenggaraan ibadah haji dilaksanankan berdasarkan asas keadilan, profesionalitas, dan akuntabilitas dengan prinsip nirlaba.(bab II asas dan tujuan pasal 2). Penyelenggaraan ibadah haji bertujuan untuk memberikan pembinaan,pelayanan,dan perlindungan yang sebaiknya bagi Jemaah haji sehingga Jemaah haji dapat menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan ajaran islam. c. Hak dan kewajiban Setiap warga negara yang beragama islam berhak untuk menunaikan ibadah haji dengan syarat: berusia paling rendah 18 tahun atau sudah menikah dan mampu membayar BPIH(Bab III Hak dan kewajiban warga negara pasal 4) Setiap warga negara yang akan menunaikan ibadah haji berkewajiban sebagai berikut(bab III hak dan kewajiban warga negara pasal 5). 1.) Mendaftarkan diri kepada panitia penyelenggara ibadah haji kantor departemen agama kabupaten/kota setempat. 2.) Membayar BPIH yang disetorkan melalui bank penerima setoran. 3.) Memenuhi dan mematuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku dalam penyelenggaraan ibadah haji.
Jemaah haji berhak memperoleh pembinaan,pelayanan,dan perlindungan dalam
menjalankan ibadah haji yang meliputi: 1.) Pembimbingan manasik haji/materi lainya,baik ditanah air,diperjalanan, maupun di arab Saudi. 2.) Pelayanan akomodasi,konsumsi,transportasi,dan pelayanan kesehatan yang memadai,baik di tanah air ,selama perjalanan, maupun di arab Saudi. 3.) Perlindungan sebagai warga negara Indonesia 4.) Penggunaan paspor haji dan dokumen lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan ibadah haji 5.) Pemberian kenyamanan transportasi dan pemondokan selama di tanah air, di arab Saudi , dan saat kepulangan ke tanah air 2. Pengorganisasian penyelenggaraan haji Penyelenggara ibadah haji dikoordinasi oleh menteri di tingkat pusat : gubernur di tingkat provinsi: bupati/wali kota di tingkat kabupaten/kota: dan kepala perwakilan republik Indonesia untuk kerajaan arab Saudi (bab IV pengorganisasian pasal 9). Pemerintah sebagai penyelenggara ibadah haji berkewajiban mengelola dan melaksanakan penyelenggaraan ibadah haji(bab IV pengorganisasian pasal 10). Menteri membentuk panitia ibadah haji di tingkat pusat, di daerah yang memiliki embarkasi, dan di arab Saudi. Menteri menunjuk petugas yang menyertai Jemaah haji yang terdiri atas tim pemandu haji Indonesia(TPHI), tim pembimbing ibadah haji Indonesia(TPIHI), dan tim kesehatan haji Indonesia(TKHI) (bab IV pengorganisasian pasal 11). 3. Biaya penyelenggaraan haji Besaran BPIH(biaya penyelenggaraan ibadah haji) ditetapkan oleh presiden atas usul menteri setelah mendapat persetujuan DPR(bab V biaya penyelenggaraan ibadah haji pasal 21).BPIH digunakan untuk keperluan biaya penyelenggaraan ibadah haji. BPIH disetorkan ke rekening menteri melalui bank syariah dan/atau bank umum nasional yang ditunjuk oleh menteri(bab V biaya penyelenggaraan ibadah haji pasal 23).
Laporan keuangan penyelenggaraan ibadah haji disampaikan kepada presiden dan
DPR paling lambat 3 bulan setelah penyelenggaraan ibadah haji selesai(bab V biaya penyelenggaraan ibadah haji pasal 24). Penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas nasional dan menyangkut martabat serta nama bangsa maka kegiatan tersebut menjadi tanggung jawab pemerintah.