Anda di halaman 1dari 12

UJIAN AKHIR SEMESTER

Mata Kuliah : Praktikum Haji dan Umroh Fakultas/Jurusan : FDK/MH


Ruang/ Hari : MH-A5/Selasa Tahun Akademik : Gasal 2020/2021
DosenPengampu : Abdul Choliq MT Kelas/Jumlah peserta : MHU-6219
Soal

1. Jelaskan bagaimana Tata Cara Pengurusan Dokumen Keberangkatan Haji dan Umroh ?
2. Jelaskan peraturan perundangan yang menjadi landasan kebijakan pemerintan dalam
penyelenggaraan Haji?
3. Jelaskan pelaksanaan dan tata urutan dalam pelaksanaan
a. HajiTamathu’
b. Haji Ifrad
c. Haji Qiran
d. Badal Haji
4. Jelaskan waktu dan cara mengerjakan
a. Wukuf di Arafah
b. Mabid di Muzdalifah
c. Mabid di Mina dan melempar jumroh
d. Pembayaran Dam
5. Sebutkan persiapan apa saja yang diperlukan calon haji
a. Sebelum berangkat
b. Saat di embarkasi
c. Saat di Madinah dan Jeddah
d. Saat di Muzdalifah dan Mina

Jawaban

1. Jika digambarkan proses pengolahan dokumen haji antara lain terdiri atas lima
tahap, yaitu:
a. Pendaftaran Haji
Pendaftaran haji pada Kantor Kementerian Agama di masing-masing Kota
dibuka sepanjang tahun. Bagi jamaah yang belum membuka rekening haji akan
diarahkan untuk membuat rekening haji sekaligus melakukan penyetoran melalui
Bank Penerima Setoran (BPS) Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) yang telah
ditunjuk oleh Kementerian Agama RI. Dan bagi yang telah memiliki rekening haji
jamaah akan diarahkan untuk mengambil nomer antrian.
Adapun persyaratan dokumen peserta haji yang harus dibawa ketika
melakukan pendaftaran ke Kantor Kementerian Agama Kota adalah sebagai berikut :
- Pas Foto 3x4 15 lembar
- Pas Foto 4x6 10 Lembar
- Fotocopy KTP Ukuran A4 sesuai domisili yang masih berlaku sebanyak 3
lembar
- Fotocopy Kartu Keluarga (KK) sebanyak 5 lembar
- Surat keterangan sehat dari Puskesmas setempat
- Fotocopy Ijazah terakhir atau Akte Kelahiran atau Surat Nikah atau Surat
Domisili dari Kecamatan sebanyak 2 lembar
- Fotocopy buku tabungan haji dengan saldo minimal Rp 25 juta rupiah sebanyak
2 lembar
- 3 Lembar Tanda Bukti Setoran Awal BPIH yang berisi nomer validas
b. Pelunasan BPIH
Setiap tahunnya, Kantor Kementerian Agama kota akan mendapatkan
pemberitahuan jatah kuota dan range nomer porsi keberangkatan dari kantor wilayah
provinsi. Berdasarkan informasi tersebut kantor kementerian kota akan
mengumumkan melalui surat edaran yang akan dibagikan kepada KBIH. Selanjutnya
pemberitahuan tersebut akan diteruskan oleh pihak KBIH kepada para calon jamaah
yang tergabung. Selain itu pada Jamaah Haji juga dapat langsung mengakses secara
online melalui situs resmi Kantor Kementerian Agama Kota.
Persyaratan-Persyaratan berkas dokumen yang harus di bawa ke kantor
Kementerian Agama Kota adalah sebagai berikut
- BPIH lunas warna merah, biru dan kuning yang didapatkan dari BPS BPIH
setelah melakukan pelunasan.
- Bagi jamaah haji yang sudah memiliki paspor harap diserahkan kepada Seksi
Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kota
- Foto Copy KTP ukuran A4 2 Lembar
- Fotocopy surat keterangan sehat dari Puskesmas Kecamatan domisili sebanyak 2
lembar
- Pas foto ukuran 3 x 4 (15 lembar) dan 4 x 6 (2 lembar) dengan tampak wajah
80% dan backgraound putih
c. Dokumentasi
Proses pengurusan dan penerbitan paspor biasa bagi jamaah haji dilaksanakan
di Kantor Imigrasi terdekat dengan pengantar dari Kantor Kementerian Agama
Kota/Kabupaten. Untuk pengurusan penerbitan paspor biasa jamaah haji, pihak
Kantor Kementerian Agama Kota memberitahukan kepada calon jamaah haji secara
langsung dan via telpon ketika pelunasan haji, sehingga persyaratan dokumen jamaah
haji dapat dilengkapi secepatnya.
Proses-Proses pemvisaan dilakukan oleh Kementerian Agama Pusat namun
proses awal pengurusannya dilakukan oleh Kantor Kementerian Agama Kota
Tangerang atau setempat, yang mana tahap dalam pemvisaan melalu Kantor Wilayah
Kementerian Agama. Pemvisaan dilakukan setelah passport sudah diterbitkan.
Percetakan-Percetakan dokumen administrasi Perjalanan Ibadah Haji (DAPIH)
dilakukan oleh Kantor Wilayah Kementerian Agama. Kementerian Agama
menerbitkan dokumen pengendali bagi jamaah haji yang berguna untuk kontrol
administasi oprasional di Arab Saudi dengan sobekan disetiap lembar halaman untuk
berbagai keperluan, seperti naqobah, muasassah, (kementerian) penerbangan dan
lain-lain. Proses selanjutnya ketika DAPIH dan paspor yang sudah divisa diserahkan
ke petugas Kementerian Agama Kota Tangerang dan kemudian petugas menyatukan
paspor dan DAPIH setelah selesai dokumen tersebut diserahkan ke bagian Imigrasi di
embarkasi.
2. Aturan Penyelenggaraan Haji yang Dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia
a. Azas Penyelenggaraan Ibadah Haji
Pada undang-undang nomor 17 tahun 1999, disebutkan bahwa
penyelenggaraan iadah haji didasarkan pada azas keadilan memperoleh kesempatan,
perlindungan, perlindungan kepastian sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945.
Sementara itu, dalam undang-undang nomor 13 tahun 2008 tentang
penyelenggaraan ibadah haji pada pasal 2 disebutkan bahwa ibadah haji dilaksaakan
berdasarkan azas keadilan, profesionalitas, serta akuntabilitas dengan prinsip nirlaba.
b. Tujuan Penyelenggaraan Ibadah Haji
Tujuan penyelenggaraan ibadah haji terdapat pada undang-undang nomor 13
tahun 2008 pasal 3. Pada undang-undang tersebut disebutkan bahwa tujuan
penyelenggaraan haji adalah memberikan pembinaan, pelayanan,serta perlindungan
yang sebaik-baiknya bagi jamaah haji sehingga jamaah haji dapat menunaikan ibadah
sesuai dengan ketentuan ajaran agama Islam.
c. Kewajiban Jamaah Haji
Dalam undang-undang nomor 13 tahun 2008 pasal 5 disebutkan tentang
kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap warga negara Indonesia yang akan
menunaikan ibadah haji di Tanah Suci.
d. Peraturan Penyelenggaraan Haji Reguler dan Haji Khusus
Beberapa aturan penyelenggaraan haji berkaitan dengan persyaratan dan
ketentuan yang wajib untuk dipenuhi oleh haji reguler dan haji khusus diatur dalam
Peraturan Menteri Agama nomor 14 tahun 2012 mengenai penyelenggaraan ibadah
haji reguler dan Peraturan Menteri Agama nomor 23 tahun 2016 tentang
penyelenggaraan ibadah haji khusus.
3. Pelaksanaan dan tata urutan pelaksanaan
a. Haji Tamathu'
Haji Tamathu adalah haji yang dilaksanakan ibadah Umrah terlebih dahulu
kemudian melaksanakan haji.
Tata pelaksanaannya jama’ah ketika pertama datang ke Mekkah langsung
melaksanakan Ibadah Umrah; Ihram, thawaf, Sa'i kemudian jama’ah langsung
tahallul, melepas ihramnya memakai pakaian biasa, boleh melakukan larangan-
larangan ihrom. Selanjutnya jama'ah menunggu sampai tanggal 8 Dzulhijah untuk
memakai pakaian Ihram kembali untuk melaksanakan Ibadah Haji. Ditutup tanggal
12-13 dengan thawaf wada'
b. Haji Ifrad
Haji ifrad adalah haji yang umrahnya di kerjakan di luar bulan haji, boleh
sebelum atau sesudahnya dan tidak berkewajiban membayar dam.
Adapun tata cara ibadah haji ifrad adalah sebagai berikut :
1) Mandi seperti mandi jinabat
2) Memakai pakaian ihram
3) Shalat sunah dua rakaat di miqat
4) Membaca niat haji
5) Berangakat menuju arafah untuk mengerjakan wukuf dan di dalam perjalanan
memperbanyak membaca talbiah
6) Wukuf di arafah pada tanggal Sembilan / 9 dzul hijjah
7) Bermalam di muzdalifah pada malam tanggal sepuluh / 10 dzul hijjah
8) Melempar jumrah aqabah pada tanggal sepuluh / 10 dzul hijjah waktu dhuha
di lanjutkan menyembelih, cukur dan lukar
9) Mengerjakan tawaf ifadah di lanjutkan sai safa marwah
10) Pada tanggal 11-12-13 dzul hijjah bermalam di mina dan siang harinya
melempar jumrah ula, wustho, aqabah adapun waktunya setelah tergelincirnya
matahari sampai sebelum terbenamnya matahari, bagi yang nafar awal
pekerjaan mabit dan melempar 3 / tiga jumrah cukup sampai tanggal 12 dzul
hijjah, dan sebelum matahari terbenam sudah meninggalkan wilayah mina
11) Mengerjakan umrah di luar bulan haji
Kalau mengerjakan umrahnya di kerjakan setelah haji, maka bagi yang nafar
awal umrahnya bisa dimulai pada malam tanggal 13 dzulhijjah dan bagi yang
nafar akhir pada malam tanggal 14 dzul hijjah
12) Menjelang pulang mengerjakan tawaf wada.
c. Haji Qiran
Jemaah haji yang melakukan haji qiran akan melakukan ibadah haji dan umrah
secara bersamaan. Hal ini dilakukan dengan sekali niat sekaligus untuk haji dan
umrah. Namun, jamaah diharuskan membayar dam.
Pelaksanaannya dilakukan pada bulan-bulan haji. Jemaah melakukan tawaf,
sa'i, dan tahallul satu kali untuk haji dan umrah.
Jemaah-Jemaah yang memilih melakukan haji qiran akan dikenakan denda
atau dam berupa menyembelih seekor kambing. Bagi mereka yang tidak mampu,
jemaah harus menggantinya dengan berpuasa 10 hari. Ketentuannya, 3 hari puasa
dilakukaan saat di Mekkah dan 7 hari puasa ketika sudah di Tanah Air. Jemaah juga
disunnahkan melakukan tawaf qudum ketika tiba di Mekkah.
d. Badal Haji
Badal secara harafiah berarti pengganti atau wakil. Jadi badal haji sama juga
dengan mewakili seseorang berhaji dengan ketentuan orang yang mewakili harus
sudah lebih dulu melaksanakan ibadah haji secara sempurna.
Dalam pelaksanaan haji ada ketentuannya, yakni orang yang menggantikan
terlebih dahulu harus menunaikan ibadah haji untuk dirinya sendiri. Hal ini
didasarkan pada hadis yang diriwayatkan Abu Daud dan Ibnu Majah dari Ibnu
Abbas.
4. Waktu dan Cara mengerjakan
a. Wukuf di Arafah
Wukuf di Arofah yaitu berada di Padang Arofah pada tanggal 9 Dzulhijjah
dari saat tergelincirnya matahari sampai terbitnya fajar pada tanggal 10 Dzulhijjah,
jama’ah haji yang mengambil sebagian dari batasan waktu tersebut sudah sah
wukufnya. Wukuf diawali dengan khutbah wukuf lalu sholat dzuhur dan ashar jama’
Taqdim dan Qoshor, setelah itu berdzikir, berdo’a sampai menjelang terbenamnya
matahari. Niat Ihromnya dari hotel atau pemondokan sebelum berangkat ke Arofah.
b. Mabid di Muzdalifah
Mabit di Mudzalifah yaitu berhenti/bermalam di Mudzalifah walaupun sejenak
dala kendaraan atau turun dari kendaraan pada malam tanggal 10 Dzulhijjah sampai
tengah malam, pada saat mabit hendaknya memperbanyak bacaan Talbiyah, berdzikir
dan berdo’a selanjutnya mencari kerikil sebanyak 7 atau 49 atau 70 butir
c. Mabid di Mina dan melempar jumroh
Mabit di Mina yaitu bermalam di Mina sampai tengah malam pada tanggal 11
dan 12 dzulhijjah bagi yang mengambil Nafar Awwal dan sampai tanggal 13
Dzulhijjah bagi yang mengambil Nafar Tsani.
Pada tanggal 10 Dzulhijjah, melontar jumroh Aqobah saja, waktu melempar
mulai setelah lewat malam tanggal 10 Dzulhijjah sampai Shubuh tanggal 11
Dzulhijjah.
Pada tanggal 11 dan 12 Dzulhijjah melontar 3 jamarat (Ula, Wustho dan
Aqobah) untuk Nafar Awwal, dan tanggal 13 Dzulhijjah untuk Nafar Tsani. Waktu
melontar mulai masuk waktu Dzuhur sampai Shubuh, untuk menghindari panas
matahari dan padatnya jama’ah haji, maka pelontaran jumroh dapat dilakukan pada
sore atau malam hari.
d. Pembayar Dam
Jama’ah haji yang melakukan haji Tamattu’, atau haji Qiran, wajib membayar
dam, berupa seekor kambing, dan disembelih pada hari nahar (10 Zulhijjah) sebelum
tahallul, atau apda hari tasyriq. Jika tidak mampu menyembelih kambing, maka harus
diganti dengan puasa 10 hari. Tiga hari dikerjakan di Makkah, pada waktu haji, dan
tujuh hari dekerjakan setelah kembali ketempat asal.
Jama’ah haji yang masih dalam keadaan ihram, tetapi melakukan
mencukur/memotong rambut, memotong kuku, memakai pakaian berjahit, memakai
parfum (wangi-wangian), wajib membayar dam dengan memilih salah satu diantara
menyembelih seekor kambing, berpuasa tigahari, atau memberi makan 6 orang
miskin, masing-masing 3 sha’ (9,3 liter).
Jama’ah haji yang terhalang jalannya sehingga tidak dapat meneruskan haji
atau umrah, wajib membayar dam dengan cara menyembelih seekor kambing dan
mencukur rambut, dan penyembelihannya ditempat terhalang.
Apabila membunuh binatang liar, wajib membayar dam dengan menyembelih
binatang yang nilainya sebanding dengan binatang liar yang dibunuhnya, dan
penyembelihannya dilakukan di tanah haram. Apabila tidak dapat menyembelih
binatang, maka diganti dengan memberi makan fakir miskin senilai binatang yang
dibunuh, atau berpuasa sebanyak hari nilai binatang yang dibunuh, dengan
perhitungan, setiap seperempat sha’ (gantang) sama dengan satu hari.
Apabila mengumpuli istri sebelum tahallul, maka selain hajinya batal, ia juga
wajib membayar dam, dengan cara menyembelih unta, jika tidak bisa, diganti dengan
menyembelih sapi, jika tidak bisa, diganti dengan menyembelih tujuh ekor kambing.
Jika tidak bisa juga, diganti dengan berpuasa sebanyak nilai unta, dengan perhitungan
setiap seperempat sha’ (gantang) sama dengan satu hari. Cara ini berdasarkan fatwa
Umar, Ali dan Abu Hurairah.
5. Persiapan yang diperlukan calon haji
a. Sebelum Berangkat
- Perkaya Pengetahuan tentang Agama dan Haji
- Siapkan Kesehatan dan Fisik
- Mengemas Bawaan
- Tukar Uang Selagi Sempat
- Pulsa Telepon serta Kuota Internet
b. Saat di Embarkasi
- Mengamankan passport dan tanda pengenal
- Menyimpan uang pesangon haji dengan aman
- Mengecek ulang sekiranya ada barng yang tertinggal
- Memantapkan niat dan pengetahuan pelaksanaan haji
- Menjaga kesehatan
- Memastikkn anggota kloter dan regu
c. Saat di Madinah dan Jeddah
- Mengenakan pakaian ihrom di pesawat
- Menyiapkan passport dan pengenal untuk oengecekkan
- Memastikan barang bawaan tak ada yang tertinggal
- Memastikan semua anggota regu dan kelompok lengkap
d. Saat di Muzdalifah dan Mina
- Memperbanyak talbiyah, dzikir dan doa
- Mentiapkan krikil untuk dilontarkan
- Menjaga fisik dan tenaga untuk ritual ibadah selanjutnya
UJIAN AKHIR SEMESTER
Mata Kuliah : MBH bagi Perempuan Fakultas/Jurusan : FDK/MHU
Ruang/Hari : MH-A5 / Selasa TahunAkademik : Gasal 2020/2021
Dosen : Abdul Choliq MT Kelas/JmlPeserta : MHU-6233
Soal
1. Jelaskantentang keutamaan Haji dan Umroh bagi perempuan !
2. Sebutkan tata cara pelaksanaan ibadah haji dan permasalahannya saat berada di AR-
MUZ-NA bagi haji perempuan dan berilah contohnya!
3. Jelaskan pelaksanaan dan ketentuan Ibadah Haji bagi Waria dan Khuntsa !
4. Jelaskan Manajemen Bimbingan Manasik Haji dan Umroh bagi :
a. Wanita Lansia
b. Wanita Remaja dan Wanita tanpa Mahrom
5. Sebutkan dan jelaskan metode-metode bimbingan manasik Haji dan Umroh bagi
perempuan!

Jawab

1. Keutamaan Haji Umrah bagi Perempuan


a. Pengganti Jihad bagi perempuan dan kaum lemah
Perempuan dan kaum muslim yang lemah bisa berjihad dengan cara
mengerjakan Haji dan Umrah.
Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah, ‘Aisyah berkata: “Aku bertutur: ‘Ya
Rasulullah, apakah ada kewajiban berjihad bagi kaum wanita?’ Beliau berkata:
‘Bagi wanita adalah jihad yang tidak ada peperangan padanya, yaitu haji dan
umrah.” (HR Ibdu Majah, Dishahihkan oleh al-Albani)
b. Menggugurkan Dosa
Ibadah Umroh dapat menghapus dosa hamba yang mengerjakannya. Barang
siapa yang sudah pernah menjalankan Umroh, kemudian ia kembali lagi
berumroh, maka dosanya pada rentang masa itu akan diampuni Allah.
“Suatu umroh kepada umroh yang lain adalah kafarrah (menghapuskan
dosa) di antara keduanya dan haji yang mabrur (diterima) itu tidak ada balasan
baginya selain syurga.” (HR. Bukhari)
c. Dilimpahkan rezeki & jauh dari kemiskinan
Meskipun bagi sebagian besar umat Islam biaya ibadah Haji dan Umroh
terbilang mahal lantaran mencakup transportasi dan administrasi keberangkatan,
namun hal itu tak akan membuat umat Islam menjadi miskin.
Dengan ibadahnya serta usaha dan istiqomah, Allah akan memudahkan rezeki
bagi setiap hamba Nya.
“Ikutkanlah umrah kepada haji, karena keduanya menghilangkan kemiskinan
dan dosa-dosa sebagaimana pembakaran menghilangkan karat pada besi, emas,
dan perak. Sementara tidak ada pahala bagi haji yang mabrur kecuali
surga.”(HR. Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani).
d. Keberkahan dalam hidup
Keberkahan merupakan hal yang dicari-cari oleh umat muslim, selain rahmat
dan pahala. Hamba yang mendapatkan berkah dari Allah merupakan hamba yang
sangat beruntung. Berkah Allah membuat hidup seseorang menjadi tentram,
nyaman dan damai tanpa merasa kesusahan hati.
e. Doa-doa dikabulkan
Keutamaan yang tak kalah penting dan dicari-cari oleh setiap hamba Allah
adalah terkabulnya doa. Salah satu jalan agar doa dikabulkan Allah ialah denga
cara melaksanakan Umroh. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, doa
umat Islam yang berdoa denga khusyuk saat Umroh akan diijabah Allah.
f. Pahala sholat beribu-ribu lipat
Melaksanakan sholat saat menjalankan ibadah Umroh pahalanya akan
dilipatgandakan.
Pada saat Umroh, umat Islam dianjurkan untuk mengerjakan sholat di
beberapa masjid suci umat Islam, seperti di Nabawi dan Masjidil Haram.
Dari Jabir bin ‘Abdillah “Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih utama
daripada 1000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil Harom. Shalat di Masjidil
Harom lebih utama daripada 100.000 shalat di masjid lainnya.” (HR. Ahmad dan
Ibnu Majah,. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani).
2. Tata Cara pelaksanaan ibadah Haji dan Permasalahannya saat berada di AR-
MUZ-NA bagi haji perempuan dan berilah contohnya
a. Arofah
Wukuf di Arofah yaitu berada di Padang Arofah pada tanggal 9 Dzulhijjah
dari saat tergelincirnya matahari sampai terbitnya fajar pada tanggal 10
Dzulhijjah, jama’ah haji yang mengambil sebagian dari batasan waktu tersebut
sudah sah wukufnya. Wukuf diawali dengan khutbah wukuf lalu sholat dzuhur
dan ashar jama’ Tqdim dan Qoshor, setelah itu berdzikir, berdo’a sampai
menjelang terbenamnya matahari. Niat Ihromnya dari hotel atau pemondokan
sebelum berangkat ke Arofah.
Permasalahannya : Disaat waktu berdzikir, berdoa, dan sebagainya jamaah
haji perempuan justru memanfaatkan waktu tersebut untuk mengobrol, tidur, atau
bergunjing yang dikhawatirkan dapat mengganggu kekhusukan ritual ibadah haji.
b. Muzdalifah
Mabit di Mudzalifah yaitu berhenti/bermalam di Mudzalifah walaupun sejenak
dala kendaraan atau turun dari kendaraan pada malam tanggal 10 Dzulhijjah
sampai tengah malam, pada saat mabit hendaknya memperbanyak bacaan
Talbiyah, berdzikir dan berdo’a selanjutnya mencari kerikil sebanyak 7 atau 49
atau 70 butir.
Permasalahannya : Disaat ditengah perjalanan, jamaah mengeluh ingin buang
air kecil dan besar. Sedangkan jarak toilet saling berjauhan.
c. Mina
Mabit di Mina yaitu bermalam di Mina sampai tengah malam pada tanggal 11
dan 12 dzulhijjah bagi yang mengambil Nafar Awwal dan sampai tanggal 13
Dzulhijjah bagi yang mengambil Nafar Tsani.
Permasalahannya : Kurangnya rasa kesadaran antar jamaah utamanya dalam
penggunaan toilet yang terbatas sehingga menimbulkan antrian berkepanjangan,
dan dibeberapa kasus ada barang jamaah yang tertinggal di toilet.
3. Pelaksanaan dan Ketentuan Ibadah Haji
a. Waria
Waria atau Takhannuts ialah seseorang yang berpura-pura menjadi perempuan
padahal aslinya laki-laki atau laki-laki yang berlagak jadi perempuan. Menurut
para ulama, hukum waria dalam menunaikan ibadah haji tetaplah wajib
sebagaimana orang Islam lainnya apabila mampu baik secara rohani maupun
jasmani. Jika jasmaninya laki-laki maka diwajibkan baginya untuk berhaji seperti
laki-laki pada umumnya. Ini karena dalam Islam nggak ada hukum khusus untuk
waria.
b. Khuntsa
Khuntsa ialah keadaan khusus di mana seseorang terlahir dengan kelamin
ganda, alias laki-laki dan wanita sekaligus. Dalam kasus ini, Islam memiliki sikap
tersendiri sejak awal terkait status jenis kelamin seseorang. Jika organ kelamin
laki-lakinya lebih dominan dari segi bentuk, fungsi, ukuran dan lain sebagainya,
maka ia dinyatakan sebagai laki-laki. Begitu juga kalau organ kelamin perempuan
lebih dominan maka ia dihukumi sebagai seorang perempuan. KalauKalau sudah
jelas identitas kelaminnya, maka berlaku bagi Khuntsa hukum mengenai batasan
aurat, nikah, mahram, wali, warisan dan lain-lain. Dalam masalah haji, Khuntsa
yang ditetapkan haruslah mengelompokkan diri sesuai jenis kelaminnya masing-
masing.
4. Manajemen Bimbingan Manasik Haji dan Umroh
a. Wanita Lansia
- Pembimbing bertindak sebagai Fasilitator dan tidak menggurui
- Lebih banyak teori dibanding praktek, mengingat fisik jamaah yang lemah
dan biasanya semakin tua jamaah maka beebrapa jamaah sudah
berpengalaman
- Menyampaikan materi sesuai dengan kebutuhan dan kepengtingan peserta,
karena biasanya mereka cendrung tertarik dengan materi-materi tertentu
- Membangun sikap saling terbuka, percaya, dan menghormati antar sesama
jamaah
- Melayani jamaah seperti melayani orang tua sendiri dengan penuh perhatian
dan kasih saying
- Mengelompokkan dan memberikan seorang kawan dekat untuk sharing dan
menjaga
- Diberikan materi-materi yang ringan dan mudah dipahami
b. Wanita Remaja dan tanpa Mahrom
- Lebih memperbanyak praktek dibanding teori, karena anak muda cendrung
lebih aktif dan bertenaga
- Menyampaikan materi lebih banyak namun diulang-ulang, untuk menambah
pengalaman serta agar lebih paham
- Mengajak peserta terlibat secara optimal dalam proses pembimbingan
- Menggunakan ragam media dan ragam metode agar tidak jenuh dan bosan

- Dalam pembimbingan diselingi game


- Melatih kepekaan jamaah, untuk menjaga jamaah yang lebih tua
- Memberikan mahrom atau kawan kerabat sesama perempuan dengan usia
lebih tua agar bisa saling menjaga
5. Metode bimbingan manasik Haji dan Umroh bagi perempuan
a. METODE CERAMAH
Dengan metode ini jamaah diberikan gambaran melalui penjelasan dan
ceramah langsung oleh pembimbing
b. METODE SIMULASI
Dengan metode ini jamaah melakukan simulasi seperti berada langsung di
Arab Saudi, metode ini bisa digabungkan dengan metode tutorial
c. METODE TUTORIAL
Metode ini dilakukan dengan pembimbing mencontohkan berbagi aktivitas
ritual haji, mulai dari ber ihram, wukuf, mabil, melontar jumrah, thawaf, sai,
tahallul, dan sebagainya
d. METODE DISKUSI
Dengan metode ini jamaah diharapkan saling bertukar pikiran tentang terkait
pelaksanaan ritual haji
e. METODE TANYA JAWAB
Metode ini digunakan dengan mempersilahkan peserta manasik bertanya
kepada pembimbing, dan pembimbingpun juga dapat memberikan pertayaan
kepada peserta.

Anda mungkin juga menyukai