Anda di halaman 1dari 17

NILAI INSTRUMENTAL EKONOMI ISLAM

Muhammad Hafiz Karimulloh, Rif’an Prawira Samudra, Bayu Setia Nugraha

muhammadhfzk00@gmail.com

Abstrak

Zakat adalah suatu kewajiban bagi umat muslim yang memiliki nilai
instrumental. . Infaq sendiri merupakan suatu kegitan mengeluarkan harta yang
digunakan untuk kepentingan yang ditetapkan oleh Allah . sedekah diartikan
sebagai pemberian sesuatu kepada fakir miskin atau yang berhak menerimanya.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif deskriptif merupakan
upaya memahami berbagai konsep yang ditemukan dalam proses penelitian,
dengan menggunakan teknik content analysis (analisis isi) dan riset kepustakaan
(library research). Dilakukannya penyuluhan di bidang perpajakan guna
menambah wawasan mengenai wajib pajak harus dilakukan oleh pemerintah.
Dilakukannya penyuluhan di bidang perpajakan guna menambah wawasan
mengenai wajib pajak harus dilakukan oleh pemerintah.

Abstrak

Zakat is an obligation for Muslims that has instrumental value. . Infaq


itself is an activity of spending assets that are used for the interests set by Allah.
alms are defined as giving something to the poor or those entitled to receive it.
This research uses a descriptive qualitative approach method is an effort to
understand the various concepts found in the research process, using content
analysis techniques and library research. The conduct of counseling in the field of
taxation to add insight into taxpayers must be carried out by the government. The
conduct of counseling in the field of taxation in order to add insight into taxpayers
must be carried out by the government.
PENDAHULUAN

Islam yang selama ini dipercaya sebagai agama rahmatan lil `ālamịn
ternyata telah menjadikan banyak orang terkesima untuk mendalaminya, bahkan
orang non muslim sekalipun. Namun untuk mendalami Islam, tentunya kita tidak
dapat melepaskan diri dari sumber Islam itu sendiri, yakni al-Qur’an dan al-
Hadits. Dalam memahami ilmu apapun tidak terkecuali al-Qur`an dan al-Hadits
selalu kita akan dihadapkan dengan aturan main (rule of the game) yang harus
dipenuhi dan ditaati. Ini tidak lain adalah demi mendapatkan pemahaman yang
utuh dan agar tidak terjadi salah paham (miss understanding). Itu sebabnya,
mengapa ulama` terdahulu telah mewanti-wanti dan mensyaratkan begitu ketat
bagi orang yang ingin menjadi penafsir dan pengkaji al-Qur’an dan al-Hadits,
apalagi hasil penafsiran dan pengkajiannya hendak dipublikasikan dan menjadi
konsumsi publik (al-Imrịtiy 1968).

KAJIAN LITERATUR

Literatur pertama, berjudul Pribumisasi Islam dalam Tafsir al-Azhar Pada QS.
At-Taubah ayat 60 tentang Mustahiq Zakat karya Rafika Ariandini (Ariandini
2019), hasil penelitiannya ialah terdapat pribumisasi Islam dalam penafsiran
Hamka dalam menafsirkan ayat tersebut, yaitu; (1) Fakir dan Miskin, menurut
Hamka fakir adalah orang yang susah atau tidak mampu mencukupi kebutuhannya
dari kaum muslim. Miskin adalah orang yang tidak mampu dari kalangan Yahudi
dan Nasrani. MenurutHamka, yang berhak menerima zakat dari golongan fakir
dan miskin adalah kaum muslim. Kaum Yahudi dan Nasrani berhak menerima
apabila kaum muslim sudah mendapatkan haknya (2) Amil Zakat, menurut
penafsiran Hamka adalah semua pengelola zakat, baik yang diangkat atau diakui
oleh negara, maupun yang berdiri sendiri menurut kesepakatan suatu kelompok
masyarakat. (3) alMu`allafah, menurut Hamka, al-Mu`allafah yang berlaku pada
masa sekarang adalah dari kalangan muslim, karena agama Islam sudah kuat
sehingga tidak perlu menarik orang non muslim dengan zakat.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif deskriptif


merupakan upaya memahami berbagai konsep yang ditemukan dalam proses
penelitian, dengan menggunakan teknik content analysis (analisis isi) dan riset
kepustakaan (library research). Teknik content analysis merupakan metode
penelitian yang digunakan untuk mengetahui simpulan dari sebuah teks. Atau
dengan kata lain, analisis isi merupakan metode penelitian yang ingin
mengungkap gagasan penulis yang termanifestasi maupun yang laten. Sedangkan
riset kepustakaan (library research) pada penelitian ini menggunakan jenis dan
sumber data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian, artikel dan buku-buku
referensi yang membahas topik yang berkaitan dengan tema penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Menguraikan Zakat

Zakat adalah suatu kewajiban bagi umat muslim yang memiliki nilai
instrumental secara strategis dan sangat berpengaruh terhadap perilaku yang
melaksanakan zakat, yang mengimplementasikan rasa syukur kepada Allah serta
menumbuhkan rasa kepedulian sosial bersama. Zakat juga sangat sangat
berpengaruh terhadap sosial ekonomi manusia. Tujuan zakat sendiri adalah bukan
hanya semata-mata untuk menyantuni orang miskin dalam segi konsumtif, namun
juga memiliki tujuan yang lebih mulia yaitu mengentaskan kemiskinan.

Sumber utama pendapatan dalam pemerintahan Islam adalah zakat, yang


notabene merupakana salah satu dari rukun Islam. Menurut Qardhawi, zakat
merupakan sumber jaminan sosial. Zakat memiliki peranan penting dan signifikan
dalam distribusi pendapatan dan kekayaan, dan berpengaruh nyata pada tingkat
laku konsumsi umat. Oleh karena itu, Qardhawi lebih tegas menyatakan bahwa
zakat tersebut –dalam konteks umat- menjadi sumber dana yang sangat penting.
Zakat berpengaruh pula terhadap pilihan konsumen dalam mengalokasikan
pendapatannya untuk tabungan, konsumsi dan investasi. Pengaruh zakat pada
aspek sosio-ekonomi, yaitu memberikan dampak terciptanya keamanan
masyarakat dan menghilangkan pertentangan kelas yang diakibatkan oleh
perbedaan pendapatan. Pelaksanaan zakat oleh negara menunjang terbentuknya
keadaan ekonomi, yakni peningkatan produktivitas yang disertai dengan
pemerataan pendapatan serta peningkatan lapangan kerja bagi masyarakat.

Sebagai upaya rasa tolong menolong, maka perlu adanya sebuah wadah
penyaluran yang menghubungkan antara muzakki dan mustahik. Di Indonesia
sendiri zakat diatur oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang dikelola
pihak pemerintah dan Lembaga Amil Zakat Nasiona (LAZ) yang dikelola
masyarakat. Yang kedunanya sudah diatur pada UU No. 23 Tahun 2011 mengenai
Pengelolaan Zakat. Lembaga ini telah dibentuk untuk memudahkan bagi
masyarakat yang hendak berzakat, berinfaq dan bersedekah, yang setelah
dilakukannya pengumpulan kemudian didistribusikan kepada masyarakat yang
berhak menerima.

Menurut UU tentang Pendistribusian Zakat telah di jelaskan bahwa zakat


wajib didistribusikan atau disalurkan kepada mustahik sesuai dengan ajaran
syariat islam yang pendistribusian zakatnya dilakukan berdasarkan prioritas yang
memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan dan kewilayahan. Menunaikan zakat
merupakan salah satu kegiatan pendistribusianberdasarkan kewajiban sebagai
seorang muslim dan dapat membantu saudara yang kurang mampu serta
meningkatkan taraf hidup mereka.

Zakat yang terkumpul dalam jangka waktu yang lama seharusnya dapat
membawa mustahik ke tingkat perkembangan usaha. Tetapi program konsumtif
ini hanya bersifat stimulan dan bersifat jangka pendek, sedangkan program
pemberdayaan lebih di prioritaskan.
Makna pemberdayaan dalam arti yang luas ialah memandirikan mitra,
sehingga mitra dalam hal ini mustahik tidak selamanya tergantung kepada amil.
Oleh karena itu, dalam hal ini mustahik tidak selalu bergantung pada amil.
Pemberian zakat konsumtif dan produktif kepada mustahik harus dilakukan sesuai
dengan ketentuan syariat islam dan kondisi mustahik. Untuk mengetahui kondisi
mustahik, amil perlu melihat apakah mustahik dapat digolongkan sebagai
mustahik produktif atau konsumtif.1

2. Menguraikan infaq

Infaq berasal dari kata nafaga yang memiliki arti sudah berlalu. Infaq
sendiri merupakan suatu kegitan mengeluarkan harta yang digunakan untuk
kepentingan yang ditetapkan oleh Allah SWT. Menurut UU No. 23 Tahun 2011
menyebutkan bahwasanya infaq adalah harta yag digunakan secara pribadi atau
suatu badan usaha diluar zakat yang diberikan untuk kepentingan umum. Infaq
berarti menyumbangkan atau memberikan rezeki kepada orang lain dengan itikad
baik yang bertujuan membantu karena Allah SWT. Infaq berbeda dengan zakat,
infaq tidak mengenal nisab atau jumlah harta yang ditentukan secara hukum.
Infaq tidak harus diberikan kepada mustahik tertentu, melainkan kepada
siapapun misalnya orang tua, kerabat,anak yatim, orang miskin, atau orang-

orang yang sedang dalam perjalanan. Dari definisi di atas dapat


disimpulkan bahwa infaq bisa diberikan kepada siapa saja artinya
mengeluarkan harta untuk kepentingan sesuatu. Sedangkan menurut
islilah syari'at, infaq adalah mengeluarkan sebagian harta yang diperintahkan
dalam islam untuk kepentingan umum dan juga bisa diberikan kepada sahabat
terdekat, kedua orang tua, dan kerabat- kerabat terdekat lainnya. Terkait dengan
infaq ini Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari
dan Muslim ada malaikat yang senantiasa berdo‘a setiap pagi dan sore :

1
Amin, S. 2019. Optimalisasi Dana ZIS pada LAZISNU Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali.
Az-Zarqa’: Jurnal Hukum Bisnis Islam. 11(2). 423-435.
“Ya Allah SWT berilah orang yang berinfaq, gantinya. Dan berkata yang
lain : “Ya Allah jadikanlah orang yang menahan infaq, kehancuran”. (Al
Zuhaili, Wahbah, al Fiqh
al Islam wa Adillatuhu, Juz II, Damaskus, 1996 : 916).

Al-Quran menggunakan kata infaq dalam berbagai bentuknya


bukan hanya dalam harta benda, tetapi juga selainnya. Dari sini dapat dipahami
mengapa ada ayat-ayat Al-Quran yang secara tegas menyebut kata ―harta‖
setelah kata infaq. Misalnya QS al-Baqarah ayat 262. Selain itu ada juga ayat
di mana Al-Quran tidak menggandengkan kata infaq dengan kata harta‖,
sehingga ia mencakup segala macam rezeki Allah yang diperoleh manusia.
Misalnya antara lain QS al-Ra‘d ayat 22 dan al-Furqan ayat 67 (Az Zaibari,
Kiat menjadi Pakar Fiqih, Bandung, 1998:143).

Berdasarkan hukumnya infaq dikategorikan menjadi 2 bagian yaitu


Infaq wajib dan sunnah. Infaq wajib diantaranya zakat, kafarat, nadzar, dan
lain-lain. Sedang Infaq sunnah diantaranya, seperti infaq kepada fakir miskin,
sesama muslim, infaq bencana alam, infaq kemanusiaan, dan lain-lain.

3. Menguraikan Sedekah

Sebagaimana yang terdapat dalam kitab al- Mu’jam al-Mufahras Lil al-
Fasi alqur’an al-Karim disebutkan, kata shada-qah dalam bentuk tunggal
terulang se-banyak lima kali dalam Al-quran. Yaitu dalam surah al-Baqarah ayat
196 dan 263 Surah an-nisa ayat 114, Surah at-Taubah ayat 103, al- Mujadalah
ayat 12.

Sementara itu ada tigabentuk plural (jamak yang digunakan oleh Al-quran yaitu:
1. (al-sadaqatu) yaitu terulang sebanyak tujuh kali, yakni pada surah al-Baqarah:
271 dan 276, at-taubah: 58, 60, 79dan 104, al-Mujadalah:13.
2. (sadaqatikum) terulang sebanyak satu-kali hanya pada surah al-baqarah; 264.
3. (saduqatihinna) terulang sebanyak satu kali hanya pada surah an-Nisaa; 4. 2

Untuk definisi operasional, maka istilah sedekah diartikan sebagai


pemberian sesuatu kepada fakir miskin atau yang berhak menerimanya;diluar
kewajiban zakat dan zakat fitrah sesuai dengan kemampuan pemberi derma. 13
Selain itu sedekah dapat dimaknai pula sebagai suatu pemberian yang diberikan
oleh seseorang Muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa batasi
oleh waktu dan jumlah tertentu; suatu pahala semata. Sedekah dalam pengertian
diatas oleh para fuqaha (ahli fikih) disebut sedekah at-tatawwu (sedekah secara
sopan dan sukarela)3. Menurut didin Hafidhuddin kata sedekah didefinisikan
sebagai kata berarti ‘benar’ jadi orang yang suka ber-sedah adalah orang yang
benar pengakuan imannya.4

Jadi secara umum sedekah dapat didefinisikan sebagai suatu pemberian


yang diberikan oleh seseorang muslim kepada orang lain secara spontan dan
sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu dan itu dilakukan sebagai
bentuk implementasi pengakuan dan bukti kebe-naran iman seseorang dengan
mengharap rida dan pahala semata dari Allah swt.

4. Menguraikan Waqaf

a) Wakaf menurut Abu Hanifah :


Wakaf menurut Abu Hanifah dan sebagian ulama madzhab Hanafi: “Menahan
benda yang statusnya tetap milik waqif (orang yang mewakafkan hartanya), dan
menyedekahkan manfaat benda untuk jalan kebaikan”. (Zainuddin,1970:187)

2
Lihat Muhammad Fuad ‘Abdu al-baqiy, al- Mu’jam al-Mufahras Lil al-Fadzi al-Quran al-karim
(Indonesia: Maktabah dahlan,t.th), h. 515
3
Lihat dewan redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam. Cet.IX; Jakarta: PT. Ikhtiar Baru Van
Hoeve, 2001, h. 259.
4
Lihat Didin Hafidhuddin, Panduan Praktis Tentang zakat, Infak dan sedekah, cet.IV; Jakarta;
Gema Insani press, 2004, h. 15
Dengan definisi ini, maka barang wakaf tidak harus lepas dari kepemilikan
pewakaf, dan barang wakaf tidak harus lepasdari kepemilikan pewakaf, dan
barang wakaf bisa diambil kembali serta boleh dijual. Sebab yang paling sahih
menurut Abu Hanifah, bahwa wakaf adalah boleh dan tidak mengikat seperti
transaksi pinjam meminjam (Wahbah Zuhaili, 2000: 7599).
b) Wakaf menurut pengikut madzhab Maliki :
“Menjadikan manfaat benda yang dimiliki, baik berupa sewa atau hasilnya untuk
diserahkan kepada orang yang berhak, dengan penyerahan berjangka waktu sesuai
dengan kehendak waqif. (Ali Fikri,1938:304)

Maksudnya, pemilik harta menahan hartanya untuk tidak dibelanjakan


untuk dirinya, namun dimanfaatkan untuk jalan kebaikan, dengan tetapnya barang
wakaf dalam kepemilikan pewakaf. Hal ini berlaku dalam jangka waktu tertentu
sehingga tidak disyaratkan adanya kekekalan (Wahbah Zuhaili,2000: 7602).

c.) Wakaf menurut madzhab Syafi :


“Menahan harta yang dapat diambil manfaatnya disertai dengan kekekalan zat
benda, lepas dari penguasaan waqif dan dimanfaatkan pada sesuatu yang diperbolehkan
oleh agama. (ZakariaAl-Ansari, 1957: 85)

Dengan definisi ini, maka kalangan Syafii menganggap bahwa benda


wakaf telah keluar dari kepemilikan pewakaf dan menjadi barang yang ditahan
untuk menjadi milik Allah. Karena itu bagi pewakaf dilarang untuk
memanfaatkannya bagi dirinya dan harus menyerahkan pemanfaatannya untuk
jalan kebaikan (Wahbah Zuhaili, 2000: 760).

d.) Wakaf menurut madzhab Hambali :


“Menahan kebebasan pemilik harta dalam membelanjakan hartanya yang
bermanfaat disertai dengan kekekalan zat benda serta memutus semua hak wewenang
atas benda itu, sedangkan manfaatnya dipergunakan dalam hal kebajikan untk
mendekatkan diri kepada Allah”. (Ali Fikri, 1938: 12)
Dari paparan tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Harta wakaf lepas atau putus dari hak milik pewakaf kecuali pendapat Abu
Hanifah dan sebagian ulama Hanafiah.
2. Harta wakaf harus kekal, kecuali pendapat Malikiah yang mengatakan
bahwa boleh mewakafkan sesuatu, walaupun akan habis dengan sekali
pakai, seperti makanan.
3. Yang disedekahkan hanyalah manfaatnya saja (. Faishal Haq, 2000: 57).

Definisi wakaf di Indonesia lebih cenderung kepada definisi yang


dikemukakan pengikut madzhab Syafii. Secara jelas, definisi wakaf di Indonesia
termaktub dalam peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 1977 pasal 1 (1) yang
berbunyi: “Wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau badan hukum yang
memiasahkan sebagian dari harta kekayaaannya yang berupatanah milik dan
melembagakannya untuk selama-lamanya untuk kepentingan peribadatan atau
keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran agama Islam. (Daud Ali, 2001:
76).

5. Menguraikan Pajak

Pengertian Pajak
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Undang-
Undang Perpajakan, dapat dijelaskan bahwa pajak merupakan iuran yang terutang
oleh orang perseorangan atau badan hukum yang wajib dibayarkan kepada negara
sesuai dengan undang-undang dan bersifat memaksa. Peran serta dalam
membayar pajak ini tidak membawa imbalan secara langsung, namun akan
dialokasikan untuk kepentingan nasional sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut Rochmat Soemitro, pajak adalah “kontribusi yang sah (wajib)


warga negara untuk membiayai dengan tidak membayarnya sebagai imbalan
karena langsung dipertanggungjawabkan dan digunakan untuk membayar
Pengeluaran umum. Memindahkan kekayaan dari rakyat ke kas negara untuk
menutupi pengeluaran sehari-hari. Surplus digunakan untuk tabungan masyarakat
yang merupakan sumber utama investasi masyarakat.”

Di sisi lain, P.J.A. Menurut Adriani, “Pajak dapat diangkat secara


langsung dan tujuannya adalah pendanaan publik. Pengeluaran yang berkaitan
dengan kebutuhan organisasi pemerintah.
Menurut pengertian di atas, ciri-ciri pajak adalah:
a) Pajak dipungut berdasarkan undang-undang atau peraturan penegakan
lainnya.
b) Tidak ada bukti langsung pemenuhan pajak.
c) terdapat istilah pajak pusat dan pajak daerah karena pemungutannya dapat
dilakukan baik oleh pemerintah pusat maupun daerah.
d) Penerimaan pajak digunakan untuk mendanai pengeluaran pemerintah baik
pengeluaran teratur ataupun pembangunan, dan jika terjadi surplus akan
digunakan untuk investasi publik.
e) Tidak hanya berperan selaku perlengkapan sarana penyediaan kas negara
dengan dana negara (fungsi anggaran). Pajak juga memiliki fungsi
pengaturan.

Fungsi Pajak
Secara umum, ada empat fungsi pajak yang dibebankan kepada rakyat.
Yaitu:
a) Fungsi keuangan (anggaran), pajak sebagai sumber pemasukan bagi
pemerintah untuk meutupi pengeluaran pemerintah.
b) Fungsi pengaturan pajak (biasa) sebagai perangkat untuk merancang atau
menjalankan kebijakan pemerintah di bagaian sosoal dan ekonomi.
c) Fungsi stabilitas, dengan adanya fungsi stabilitas pemerintah memiliki
fasilitas untuk melaksanakan langkah-langkah yang berkaitan tentang
stabilisasu harga untuk mengntrol inflasi.
d) Fungsi redistribusi, pajak yang telah dikumpulkan negara, akan dipakai untuk
membiayai kepentingan umum, termasuk pembiyayaan untuk pembangunan.
Sistem Pemungutan Pajak
Dasar aturan pengumpulan pajak merupakan perubahan ketiga undang-
undang dasar 1945 pasal 23 A.
Wirawan B. Ilyas dan Richard Burton dalam bukunya Hukum Pajak 14
Mardiasmo, Perpajakan menyatakan bahwa pada dasarnya ada 4 (empat) macam
sistem pemungutan pajak yaitu :

a) “Official assessment system adalah suatu pemungutan pajak yang memberi


menentukan besarnya pajak yang harus dibayar (pajak yang terutang) oleh
seseorang.
b) Semi self assessment system adalah suatu system pemungutan pajak yang
memberi wewenang pada fiskus dan Wajib Pajak untuk menentukan besarnya
pajak seseorang yang terutang.
c) Self assessment system adalah suatu system pemungutan pajak yang memberi
wewenang penuh kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan,
menyetorkan, dan melaporkan sendiri besarnya utang pajak.
d) Withholding system adalah suatu system pemungutan pajak yang memberi
wewenang pada pihak ketiga untuk memotong/ memungut besarnya pajak
yang terutang.”

Permasalahan Dalam Pemungutan Pajak di Indonesia:


Kurangnya kesadaran atau Tidak adanya kesadaran masyarakat sebagai wajib
pajak membayar pajak kepada negara merupakan semacam perlawanan.
Pentingnya pembayaran pajak, manfaat pembayaran pajak, pengetahuan mengenai
sanksi terkait jika mengabaikan kewajibannya dan kurangnya sosialisasi dari
pemerintah oleh pemerintah menyebabkan terjadinya perlawanan.
Perlawanan dibedakan menjadi dua bagian yaitu:
1. Perlawanan pasif. Penolakan pajak pasif ini terkait erat dengan status sosial
ekonomi masyarakat negara-negara yang terlibat. Resistensi pasif dapat
terjadi karena alasan berikut:
A. Pertumbuhan intelektual dan moral masyarakat.
B. Masyarakat yang sulit memahami tentang sistem perpajakan
C. Sistem kontrol tidak dapat diterapkan atau diimplementasikan dengan
benar
2. Perlawanan aktif. Penolakan pajak yang agresif ini merupakan serangkaian
upaya untuk mencegah wajib pajak membayar pajak atau mengurangi jumlah
pajak yang harus mereka bayar. Perlawanan aktif dapat dibagi menjadi dua
jenis berikut.
A. Penghindaran Pajak. Penghindaran pajak atau tax avoidance adalah
rencana penghindaran pajak yang bertujuan untuk meringankan beban
pajak dengan cara mencari dan memanfaatkan celah peraturan pajak
B. Penggelapan Pajak.penggelapan pajak atau Tax evasion adalah
rencana penggelapan pajak yang bertujuan untuk mengurangi jumlah
pajak yang harus dibayarkan

Upaya Yang Dilakukan Dalam Mengatasi Permasalahan Pajak di Indonesia


Pengetahuan tentang pajak diajarkan dari anak muda hingga dewasa
Karena para orang tua menyiapkan anaknya untuk sigap dalam hal yang berkaitan
dengan pembayaran pajak sebelum terjun ke dunia kerja. Namun pada
kenyataannya, sebagian orang tua kurang memperhatikan dalam memberikan
pendidikan pajak kepada anak-anaknya dan masih banyak warga yang
mengeluhkan kurangnya pemahaman tentang pajak. Bahkan keberadaan situs
online pendidikan pajak belum banyak diketahui orang. Hal ini menunjukkan
bahwa masyarakat Indonesia masih kurang memahami tentang pengetahuan
perpajakan. Hal ini terkait dengan pembayaran pajak dan berfungsinya pajak serta
alasan mengapa kewajiban perpajakan perlu dipenuhi. Hal ini juga mempengaruhi
penerapan etika perpajakan dan kepatuhan wajib pajak seluruh warga negara.
Karena kurangnya pengetahuan seseorang tentang pajak, hal ini mempengaruhi
semangat dan kepatuhan mereka untuk mematuhi peraturan perpajakan.
Dalam hal ini, Untuk menjamin keadilan dan kepastian hukum berbagai
upaya dengan cara undang-undang yang ada diubah menjadi serangkaian undang-
undang telah disahkan dan dilakukan oleh pemerintah. Untuk meningkatkan
keadilan pajak, meninggikan keadilan dalam pajak, dihilangkannya konsesi pajak
tanpa aturan hukum yang sesuai dengan perekonomian nasional serta
memperkecil kemungkinan pengelakan pajak merupakan tujuan pembaruan
undang-undang perpajakan dalam rangka pemungutan dan perluasan serta
pungutan pajak satu kali.

Dilakukannya penyuluhan di bidang perpajakan guna menambah wawasan


mengenai wajib pajak harus dilakukan oleh pemerintah. Dengan dilakukannya
penyuluhan di bidang perpajakan ini diharapkan akan menumbuhkan kesadaran
dalam masyarakat untuk membayar pajak serta berkurangnya risiko pengelakan
pajaklah karena itu, penerimaan pemerintah diharapkan dapat meningkat melalui
sektor pajak. Meningkatkan kesadaran hukum dengan wajib pajak ataupun
otoritas pajak. Dengan undang-undang uang berlaku diharapkan masyarakat dapat
memenuhi kewajibannya untuk membayar pajak. Pemungutan pajak harus
diawasi dengan ketat oleh pemerintah. Sanksi tegas harus dijatuhkan jika
ditemukan penyimpangan, guna menciptakan efek jera bagi siapa pun yang
melakukan penyimpangan.

6. Menguraikan Perbedaan Kelimanya


Zakat
Zakat adalah suatu kewajiban bagi umat muslim yang memiliki
nilai instrumental secara strategis dan sangat berpengaruh terhadap
perilaku yang melaksanakan zakat, yang mengimplementasikan rasa
syukur kepada Allah serta menumbuhkan rasa kepedulian sosial
Infaq
Berbeda dengan zakat, infaq tidak mengenal nisab atau jumlah
harta yang ditentukan secara hukum. Infaq tidak harus diberikan
kepada mustahik tertentu, melainkan kepada siapapun misalnya
orang tua, kerabat,anak yatim, orang miskin, atau orang-orang
yang sedang dalam perjalanan.

Sedekah
istilah sedekah diartikan sebagai pemberian sesuatu kepada fakir
miskin atau yang berhak menerimanya

Waqaf
Para imam mazhab memiliki pendapat yang berbeda. Pendapat ini
merupakan pendapat dari imam Maliki: menjadikan manfaat benda
yang dimiliki, baik berupa sewa atau hasilnya untuk diserahkan
kepada orang yang berhak, dengan penyerahan berjangka waktu
sesuai dengan kehendak waqif

Pajak
Pajak adalah “kontribusi yang sah (wajib) warga negara untuk
membiayai dengan tidak membayarnya sebagai imbalan karena
langsung dipertanggungjawabkan dan digunakan untuk membayar
pengeluaran umum.

SIMPULAN
Menguraikan Zakat Zakat adalah suatu kewajiban bagi umat muslim
yang memiliki nilai instrumental secara strategis dan sangat
berpengaruh terhadap perilaku yang melaksanakan zakat, yang
mengimplementasikan rasa syukur kepada Allah serta menumbuhkan
rasa kepedulian sosial bersama. Di Indonesia sendiri zakat diatur oleh
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang dikelola pihak
pemerintah dan Lembaga Amil Zakat Nasiona (LAZ) yang dikelola
masyarakat. Lembaga ini telah dibentuk untuk memudahkan bagi
masyarakat yang hendak berzakat, berinfaq dan bersedekah, yang
setelah dilakukannya pengumpulan kemudian didistribusikan kepada
masyarakat yang berhak menerima.

Menurut UU tentang Pendistribusian Zakat telah di jelaskan bahwa


zakat wajib didistribusikan atau disalurkan kepada mustahik sesuai
dengan ajaran syariat islam yang pendistribusian zakatnya dilakukan
berdasarkan prioritas yang memperhatikan prinsip pemerataan,
keadilan dan kewilayahan. Sedangkan menurut islilah syari'at,
infaq adalah mengeluarkan sebagian harta yang diperintahkan dalam
islam untuk kepentingan umum dan juga bisa diberikan kepada
sahabat terdekat, kedua orang tua, dan kerabat- kerabat terdekat
lainnya. Terkait dengan infaq ini Rasulullah SAW bersabda dalam
hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim ada malaikat yang
senantiasa berdo‘a setiap pagi dan sore : “Ya Allah SWT berilah orang
yang berinfaq, gantinya.

Selain itu sedekah dapat dimaknai pula sebagai suatu pemberian yang
diberikan oleh seseorang Muslim kepada orang lain secara spontan dan
sukarela tanpa batasi oleh waktu dan jumlah tertentu; suatu pahala
semata. Jadi secara umum sedekah dapat didefinisikan sebagai suatu
pemberian yang diberikan oleh seseorang muslim kepada orang lain
secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah
tertentu dan itu dilakukan sebagai bentuk implementasi pengakuan dan
bukti kebe-naran iman seseorang dengan mengharap rida dan pahala
semata dari Allah swt.

Wakaf menurut Abu Hanifah : Wakaf menurut Abu Hanifah dan


sebagian ulama madzhab Hanafi: “Menahan benda yang statusnya
tetap milik waqif (orang yang mewakafkan hartanya), dan
menyedekahkan manfaat benda untuk jalan kebaikan”.
Wakaf menurut pengikut madzhab Maliki : “Menjadikan manfaat
benda yang dimiliki, baik berupa sewa atau hasilnya untuk diserahkan
kepada orang yang berhak, dengan penyerahan berjangka waktu sesuai
dengan kehendak waqif.

Wakaf menurut madzhab Syafi : “Menahan harta yang dapat diambil


manfaatnya disertai dengan kekekalan zat benda, lepas dari
penguasaan waqif dan dimanfaatkan pada sesuatu yang diperbolehkan
oleh agama. secara jelas, definisi wakaf di Indonesia termaktub dalam
peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 1977 pasal 1 (1) yang berbunyi:
“Wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau badan hukum yang
memiasahkan sebagian dari harta kekayaaannya yang berupatanah
milik dan melembagakannya untuk selama-lamanya untuk kepentingan
peribadatan atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran agama
Islam.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Undang-


Undang Perpajakan, dapat dijelaskan bahwa pajak merupakan iuran
yang terutang oleh orang perseorangan atau badan hukum yang wajib
dibayarkan kepada negara sesuai dengan undang-undang dan bersifat
memaksa.
DAFTAR PUSTAKA

H. (2019) Sedekah dalam Persfektif Al-Quran (Suatu Tinjauan Tafsir


Maudhu’i). Ash- Shahabah: Jurnal Pendidikan Dan Studi Islam,
3(1), 88-100.
(Rahman Firdaus, Noholo, and Santoso 2019)Rahman, Yuyanti,
Sahmin Noholo, and Ivan Rahmat Santoso. 2019. “Konsep
Akuntansi Syariah Pada Budaya Mahar,” no. 6: 82–101.
Putra, T. W. (2019). Penghimpunan Dana Zakat Infak Dan Sedekah di
Badan Amil Zakat Nasional. Laa Maisyir: Jurnal Ekonomi
Islam, 6(2), 246-260.
Ibrahim, S., Saka, O., Akbar, R., Rosita, R., & Solihin, S. (2021).
Implementasi Kebijakan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun
2018 Tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang
Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto
Tertentu di Kpp Pratama Kayu Agung.
Jurnal Ilmu Administrasi dan Studi Kebijakan (JIASK), 4(1), 1-10.
hsan, N. A. (2022). MANAJEMEN ZAKAT WIZ.

Anda mungkin juga menyukai