Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

STUDI KASUS PRODUK TALANGAN HAJI

Disusun oleh :
Afatun Muntaza (12020219130032)
Nada Aulia Rahman (12020219130140)
Sabrina Wafa Rahendro (12020219130060)

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
DAFTAR ISI

BAB I..........................................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................1

1.3 Tujuan..........................................................................................................................................1

BAB II.........................................................................................................................................................2

STUDI PUSTAKA......................................................................................................................................2

2.1 Penelitian Terdahulu....................................................................................................................2

2.2 Pengertian Dana Talangan Haji...................................................................................................3

2.3 Ketentuan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor: 29/DSN-MUI/VI/2002..............................3

2.4 Akad dalam Dana Talangan Haji.................................................................................................4

2.5 Alur Dana Talangan Haji.............................................................................................................5

2.6 Sistem Pengelolaan Dana Talangan Haji Menurut Fikih.............................................................5

2.7 Pro Kontra Dana Talangan Haji...................................................................................................6

BAB III.......................................................................................................................................................7

STUDI KASUS...........................................................................................................................................7

3.1 Dana Talangan Haji Oleh Tamzis................................................................................................7

3.2 Dana Talangan Haji Oleh Bank Syariah......................................................................................9

BAB IV.....................................................................................................................................................16

KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................17

LAMPIRAN..............................................................................................................................................18

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berkunjung ke Baitullah merupakan cita-cita umat muslim, Mekah dan Madinah
merupakan kota yang memiliki keutamaan besar disisi Allah SWT. Maka tidak heran
jika masyarakat muslim ingin berkunjung kesana untuk menunaikan rukun islam yang
ke-5.
Jemaah haji Indonesia merupakan salah satu yang peminatnya terbesar di dunia.
Tidak semua orang memiliki kesempatan untuk menjalankannya karena membutuhkan
biaya yang tidak sedikit. Namun, hal ini tidak menurunkan semangat berbagai kalangan
untuk pergi haji. Permasalahan yang timbul sekarang adalah terbatasnya daya tampung di
tanah suci Mekkah. Sehingga membatasi calon haji untuk melaksanakan ibadah haji tiap
tahunnya sebab adanya nomor porsi yang ditunggu oleh calon haji, maka calon haji harus
cepat mendaftarkan diri sebagai calon haji karena keterlambatan pendaftaran dapat
mengakibatkan calon haji menunggu terlalu lama untuk mendapatkan nomor porsi,
kelengkapan berkas, paspor dan lain-lain.
Oleh sebab itu banyak intansi keuangan termasuk bank yang menawarkan jasa
mendaftarkan jemaah untuk mengambil nomor porsi haji atau Biaya Penyelenggaraan
Ibadah Haji (BPIH) yang disebut dengan dana talangan haji. Lalu, bagaimana praktik
dana talangan haji di Lembaga Keuangan Syariah? Apakah sudah sesuai syariah atau
fatwa DSN MUI? Makalah ini akan membahas terkait hal-hal tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana sistem akad yang diterapkan dalam praktik talangan haji?
1.2.2 Bagaimana pengelolaan dana talangan haji di Lembaga Keuangan Syariah?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui sistem akad yang diterapkan dalam praktik talangan haji.
1.3.2 Mengetahui pengelolaan dana talangan haji di Lembaga Keuangan Syariah.

1
BAB II

STUDI PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Talabah dalam “Dana Talangan Haji Problem dan Hukumnya” Dana talangan
haji dibolehkan oleh DSN atas dasar kebolehan akad al-Qard dan al-Ijarah yang menjadi
komponen akadnya. Namun, status akad gabungan al-qard dan al-Ijarah dalam produk
ini sangat rentan terjatuh pada praktek riba terselubung. Oleh karena itu, peneliti
menyarankan selain dana talangan haji kita masih bisa menabung untuk haji. Dengan
begitu, hati lebih tenang karena terhindar dari keraguan dan ketika tabungan kita sudah
cukup berarti kita sudah memenuhi syarat pergi haji yaitu mampu.
Sopa dan Siti Rahmah dalam “Studi Evaluasi Atas Dana Talangan Haji
Produk Perbankan Syariah Di Indonesia” Dana talangan haji memberikan dampak
positif dan negatif. Dampak positifnya memberikan kemudahan kepada nasabah dalam
pendaftaran haji untuk mendapatkan seat haji. Sementara itu, dampak negatif dana
talangan haji ini adalah semakin mengaburkan kriteria istita‘ah yang menjadi persyaratan
wajib haji. Di samping itu, pembiayaan ini berkontribusi dalam memperpanjang waiting
list keberangkatan haji dan menimbulkan ketidakadilan karena menutup kesempatan
mereka yang tidak menggunakan jasa dana talangan.
Rahmad Hakim dan Erik Suhendra, “Pro Kontra Fatwa Dana Talangan Haji
Perspektif Maslahah Mursalah” Penyimpangan dalam akad pada sebuah lembaga
keuangan syariah seyogiyanya tidak dapat menjadikan sebuah fatwa tidak berlaku, sebab
fatwa bersifat umum dan kasus penyimpangan bersifat khusus. Dengan demikian,
maslahah mursalah dalam konteks talangan dana haji juga harus mempertibangkan
kemungkinan adanya manfaat dari segala sesuatu bagi individu, sebab asal dari sebuah
akad bukanlah struktur atau istilah; akan tetapi bergantung kepada maksud dan tujuannya.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Nurul Fatwa dan Rahmawati Muin
dalam “Penerapan Akad Al-Qardh Wal Ijarah Pada Produk Talangan Haji Pada
PT.Bank Syariah Mandiri KCP Sungguminasa Gowa” Penerapan akad qardh wal ijarah
pada produk dana talangan haji di BSM yaitu berupa dana pinjaman yang diberikan oleh
pihak Bank kepada nasabah dan biaya sewa/ujrah sistem IT yang dimiliki BSM

2
dibebankan kepada nasabah calon haji. Adapun rekomendasi saran berdasarkan pada
hasil penelitian agar meningkatkan sosialisasi baik melalui media interpersonal, melalui
media elektronik maupun media cetak. Sosialisasi diharapkan akan memberikan
gambaran yang jelas mengenai produk dana talangan haji sehingga tidak terjadi pro dan
kontra. Selain itu, dapat pula mengikuti pelatihan-pelatihan mengenai perbankan syariah
yang diharapkan akan memberikan wawasan, keterampilan serta kualitas SDM yang
dimiliki Bank Mandiri Syariah.

2.2 Pengertian Dana Talangan Haji


Berdasar Pasal 1 ayat 4 Peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2013 tentang
Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji, bahwa Dana Talangan Haji
adalah dana yang diberikan sebagai bantuan sementara tanpa mengenakan imbalan oleh
Bank Penerima Setoran (BPS) BPIH kepada calon jamaah haji dengan tujuan untuk
memberikan kemudahan kepada nasabah/calon nasabah pembiayaan haji untuk
mendapatkan porsi haji dengan persyaratan mudah dan proses lebih cepat.
Produk dana talangan haji merupakan solusi bagi sebagian muslim yang tidak
dapat mencukupi biayahaji secara tunai dengan berdasar prinsip Qard wal Ijarah, yaitu
akad pemberian pinjaman dari bank untuk nasabah yang disertai dengan penyerahan
tugas agar bank menjaga barang jaminan yang diserahkannya, dalam arti kata, pihak bank
menjaga jaminan yang diberikan oleh nasabahnya.
Pihak perbankan mendasarkan produk ini kepada fatwa DSN (Dewan Syariah
Nasional) MUI Nomor No. 29/ DSN-MUI/VI/2002 tanggal 26 Juni 2002 tentang
pembiayaan pengurusan haji oleh LKS (Lembaga Keuangan Syariah).

2.3 Ketentuan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor: 29/DSN-MUI/VI/2002


1) Dalam pengurusan haji bagi nasabah, LKS dapat memperoleh imbalan jasa
(ujrah) dengan menggunakan prinsip al-Ijarah sesuai Fatwa DSN-MUI nomor
9/DSN-MUI/IV/2000.
2) Apabila diperlukan, LKS dapat membantu menalangi pembayaran BPIH nasabah
dengan menggunakan prinsip al-Qardh sesuai Fatwa DSN-MUI nomor 19/DSN-
MUI/IV/2001.

3
3) Jasa pengurusan haji yang dilakukan LKS tidak boleh dipersyaratkan dengan
pemberian talangan haji.
4) Besar imbalan jasa al-Ijarah tidak boleh didasarkan pada jumlah talangan al-
Qardh yang diberikan LKS kepada nasabah.

2.4 Akad dalam Dana Talangan Haji


Secara terminologi muamalah, qardh adalah memiliki sesuatu yang harus
dikembalikan dengan pengganti yang sama. Jadi Al-qardh adalah pemberian harta kepada
orang lain yang dapat ditagih kembali. Dengan kata lain Al-qardh adalah pemberian
pinjaman tanpa mengharapkan imbalan tertentu. Qardh termasuk produk pembiayaan
yang disediakan oleh bank, dengan ketentuan bank tidak boleh mengambil keuntungan
berapapun darinya dan hanya diberikan pada saat keadaan emergency. Bank terbatas
hanya dapat memungut biaya administrasi dari nasabah. Nasabah hanya berkewajiban
membayar pokoknya saja.
Ijarah dalam bahasa Arab berarti upah, sewa. Ijarah merupakan suatu bentuk
kegiatan muamalah dalam memenuhi keperluan hidup manusia seperti sewa menyewa,
kontrak dan lain-lain. Menurut Rawas Qal’aji yang dikutip oleh Syafi’i Antonio, Al-
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah
sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ownership/milkiyyah) atas barang
itu sendiri.
Talangan haji di bank syariah menerapkan sistem qardh, dengan pelunasan
sebesar pokok pinjaman. Artinya tanpa kelebihan atas pokok. Dengan demikian kita bisa
menilai, bank tidak menerapkan bunga pinjaman untuk talangan haji ini. Atau dengan
bahasa lebih tegas, bank tidak membebani riba (bunga) untuk transaksi ini. Namun dalam
kasus talangan haji bank, nasabah dibebani dengan ujrah, atau sebagian bank
menyebutnya biaya administrasi. Dengan kata lain,biaya administrasi di bank merupakan
upah yang kita berikan kepada bank atas fasilitas bank yang diberikan kepada kita.

4
2.5 Alur Dana Talangan Haji

Penjelasan :
1) Nasabah mengajukan permohonan pengurusan perolehan porsi seat haji.
2) Nasabah mengajukan permohonan untuk keperluan dana setoran awal BPIH.
3) Bank melakukan analisa atas permohonan pembiayaan haji.
4) Bila telah disetujui, dilakukan penandatanganan kesepakatan Akad (Ijarah
pengurusan perolehan porsi seat haji dan akad pembiayaan Qardh).
5) Bank melakukan pengurusan perolehan porsi seat haji dengan melakukan
pendaftaran melalui SISKOHAT.
6) Nasabah melakukan pembayaran atas ujrah yang telah disepakati dan pelunasan
qardh baik secara angsuran maupun sekaligus sesuai kesepakatan.

2.6 Sistem Pengelolaan Dana Talangan Haji Menurut Fikih


Secara ijma’, Qardh didalam talangan haji diperbolehkan. Para ulama juga telah
menyepakati bahwa al-qardh boleh dilakukan. Kesepakatan ini didasari tabi’at manusia
yang tidak bisa hidup tanpa pertolongan dan bantuan saudaranya. Oleh karena itu,
pinjaman meminjam sudah menjadi satu bagian dari kehidupan dunia ini dalam
bermasyarakat dan Islam adalah agama yang sangat memperhatikan segenap kebutuhan
umatnya.
Qardh adalah pinjaman uang, aplikasi qardh dalam perbankan antara lain untuk
pinjaman talangan haji. Dimana nasabah calon haji diberikan pinjaman haji. Nasabah
akan melunasinya sebelum keberangkatannya ke haji. Atas jasa bank memberikan dana
talangan tersebut bank dapat memproleh fee (ujrah). Contoh lain dalam penggunaan
5
skema qardh dalam perbankan syariah adalah pemberian dana talangan atau pinjaman
uang kepada nasabah yang memiliki deposito di bank tersebut guna mengatasi kesulitan
nasabah tersebut. Pinjaman uang tersebut dijamin dengan deposit yang dimiliki nasabah.
Atas jasa peminjaman dana bank memproleh fee (ujrah) yang besarnya telah ditetapkan
oleh bank. Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 233.

ِ ‫سلَّ ْمتُم َّمٓا َءاتَ ْيتُم بِٱ ْل َم ْع ُر‬


…‫وف‬ َ َ‫ض ُع ٓو ۟ا أَ ْو ٰلَ َد ُك ْم فَاَل ُجن‬
َ ‫اح َعلَ ْي ُك ْم إِ َذا‬ ْ َ‫…وإِنْ أَ َردتُّ ْم أَن ت‬
ِ ‫ست َْر‬ َ

Artinya: “… dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa
bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut…“ (Al-baqarah 233)

Dari ayat diatas dijelaskan bahwa diperbolehkan memberikan pembayaran yang


patut sesuai dengan kesepakatan. Jadi jika dikaitkan dengan praktik dana talangan haji,
maka perbankan diperbolehkan mendapatkan pembayaran atau fee atas jasa pinjaman
tersebut. Dengan perkembangannya, qardh tidak dapat dilaksanakan tanpa adanya biaya
materai, notaris, biaya pegawai dan lain-lain, sehingga penggenaan biaya administrasi
tersebut tidak dapat dihindari. Untuk menjauhkan dari unsur riba, maka biaya
administrasi tersebut harus dinyatakan dalam nominal bukan persentase dan sifatnya
harus nyata, jelas dan pasti.

2.7 Pro Kontra Dana Talangan Haji


Tabel 1 Pro Kontra Dana Talangan Haji

6
BAB III

STUDI KASUS

3.1 Dana Talangan Haji Oleh Tamzis


3.1.1 Penjelasan
Program pembiayaan porsi haji TAMZIS merupakan pinjaman dana dari
TAMZIS kepada anggota atau pemohon khusus untuk menutupi kekurangan dana dalam
memeperoleh kursi haji, dimana TAMZIS akan membantu pengurusan untuk
memperoleh kursi atau porsi haji pemohon melalui bank yang ditunjuk oleh Kemenag.
Dan sebagai jasa pengurusan, anggota atau pemohon diharapkan membayar ujroh kepada
TAMZIS.
3.1.2 Tujuan dan Manfaat
1) Memberi kemudahan kepada anggota TAMZIS dalam melaksanakan
ibadah haji
2) Memberikan kepastian keberangkatan Ibada Haji tanpa dibayang-bayangi
kekhawatiran kehabisan kuota porsi Haji
3) Memudahkan dalam hal pembayaran cicilan dana talangan, karena jangka
waktu sampai tiga tahun
3.1.3 Akad
Dalam pembiayaan dana talangan haji ini menggunakan dua macam akad :
1) Ijarah
Merupakan akad pemindahan hak manfaat atas suatu barang atau
jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau upah, tanpa
diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.
2) Qardh
Merupakan akad perjanjian pinjam meminjam dari seseorang atau
Lembaga yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama selama
jangka waktu yang telah ditentukan dengan tujuan saling tolong-menolong
tanpa mengharapkan imbalan.
3.1.4 Jangka waktu dan Pembiayaan
Tabel 2 Jangka waktu dan Pembiayaan Dana Talangan Haji TAMZIS
7
Keterangan 12 bulan (Rp) 24 bulan (Rp) 36 bulan (Rp)

Dana porsi haji


(sesuai ketentuan 25.000.000 25.000.000 25.000.000
Kemenag)

Dana anggota
5.000.000 5.000.000 5.000.000
sendiri

Dana talangan /
pembiayaan dari 20.000.000 20.000.000 20.000.000
TAMZIS

Ujroh 3.000.000 3.000.000 3.000.000

Tabungan haji 500.000 500.000 500.000

Biaya penjaminan 22.500 45.000 67.500

Angsuran perbulan 1.916.667 1.083.333 805.556

Angsuran harian 76.667 43.333 32.222

Setiap anggota yang berniat mendapatakan porsi haji melalui pembiayaan


TAMZIS, setoran pertama senilai 5.567.500,00 yang terdiri dari dana sendiri,
tabungan haji, biaya penjaminan. Dan selanjutanya mengangsur setiap bulannya
sebesar 805.000,00 selama 3 tahun.
3.1.5 Persyaratan
1) Anggota memiliki kemampuan untuk menunaikan ibadah haji
2) Mengisi formulir dari TAMZIS
3) Fotocopy KTP SUAMI ISTRI
4) Fotocopy KK
5) Fotocopy Keterangan penghasilan
6) Menandatangani surat kuasa pengurusan
3.1.6 Analisis terkait dana talangan haji oleh TAMZIS
3.1.6.1 Penetapan biaya ujrah

8
Menyesuaikan dengan Fatwa DSN MUI Nomor 29/DSN-
MUI/VI/2002 mengenai pembiayaan pengurusan haji kepada nasabah,
Lembaga Keuangan Syariah dapat memperoleh imbalan atau jasa(ujroh)
dengan menggunakan prinsip Ijarah sesuai fatwa DSN MUI nomor
9/DSN-MUI/IV/2000 dan prinsip Al-Qardh 19/DSN-MUI/IV/2001.
Pengambilan ujrah sendiri diputuskan bahwa Al-Ijarah tidak boleh
didasarkan pada jumlah talangan Al-Qardh yang diberikan Lembaga
Keuangan Syariah kepada nasabah. Dan penetapan biaya ujrah yang
ditetapkan oleh TAMZIS ini dinilai telah memenuhi persyaratan fatwa
DSN MUI, dimana untuk berbagai jenis besarnya dana talangan yang
dibutuhkan nasabah, pihak TAMZIS ini menetapkan biaya ujrah yang
sama, yakni sebesar 3.000.000. Namun, angka 3.000.000 ini bukanlah
angka yang sedikit jika kita bandingkan dengan ujrah yang ditetapkan oleh
Bank Syariah sebesar 1.300.000 dengan dana talangan sebesar 15.000.000.
3.1.6.2 Multi akad
Multi akad yang digunakan oleh TAMZIS adalah akad Ijarah dan
Qardh, dimana akad ijaroh ini digunakan untuk proses pengurusan dalam
mendapatkan porsi haji, sedangkan apabila anggota belum bisa memenuhi
semua biaya yang harus dikeluarakan , maka pihak TAMZIS akan
memberikan pinjaman dengan akad Qardh. Sebagaimana kita ketahui
bahwa kedua akad ini terjadi bukan dalam satu transaksi, sehingga
diperbolehkan.

3.2 Dana Talangan Haji Oleh Bank Syariah


3.2.1 Penjelasan
Seperti Lembaga keuangan lainnya, Bank Syariah Mandiri juga menyediakan
dana talangan haji , dimana sebagai Lembaga profit bisa mendapatkan keuntungan
dengan mengambil upah jasa dari biaya adminitrasi atau lebih dikenal dengan ujrah dari
setiap dana yang disediakan oleh tiap bank Syariah.
3.2.2 Fasilitas
Bank Syariah menyediakan beberapa fasilitas bagi anggota yang ingin
mendapatakan dana talangan haji, dianataranya adalah :
9
1) Pinjaman dana dalam bentuk rupiah
2) Jangka waktu maksimum pembayaran satu tahun , atau bisa diangsur
setiap bulan atau dibayar sekaligus sebelum jatuh tempo
3) Nominal talangan haji dan fee/ujrah yang harus dibayar
3.2.3 Dana Talangan Haji dan Penetepan Ujrah Bank Syariah
Tabel 3 Dana Talangan Haji dan Penetepan Ujrah Bank Syariah

Talangan : 10.000.000

Kekurangan biaya Ujrah (upah jasa) Minimal setoran awal Total biaya
tabungan

10.000.000 1.000.000 500.000 11.500.000

Tabungan : 18.000.000

Kekurangan biaya Ujrah (upah jasa) Minimal setoran awal Total biaya
tabungan

5.000.000 1.300.000 500.000 6.800.000

Talangan : 18.000.000

Kekurangan biaya Ujrah (upah jasa) Minimal setoran awal Total biaya
tabungan

2.000.000 1.500.000 500.000 4.000.000

Berdasarkan tabel diatas, upah jasa atau ujrah tersebut dibebankan pada
penggunaan akad ijarah , dimana bank Syariah bertugas sebagai pihak yang
memberikan jasa pemberian dana talangan. Anggota atau nasabah harus
membayar upah jasa dengan talangan atau qardh yang diajukan.
1) Bank Syariah Mandiri
Tabel 4 Ujrah yang harus dibayarkan pada Bank Syariah Mandiri

No Talangan Ujrah yang harus dibayarkan

1 10.000.000 900.000

2 15.000.000 1.500.000

10
3 18.000.000 1.500.000

Tabel 5 Perhitungan fee ujrah program talangan haji pada Bank Syariah Mandiri

Total
Keterangan setoran awal setoran
Talangan awal

Setoran Saldo
Fee ujrah Materai
minimal haji minimal

18.000.00 2.000.000 1.500.000 500.000 48.000 4.048.000


0

15.000.00 5.000.000 1.300.000 500.000 48.000 7.048.000


0

10.000.00 10.000.000 900.000 500.000 48.000 11.448.000


0

Keterangan :
Berdasarkan data tabel diatas, dapat disimpulakan bahwa untuk
talangan sebesar 18.000.000, nasabah harus melakukan setoran awal
senilai 4.048.000 (2.000.000 untuk setoran minmal haji, 1.600.000 untuk
ujrah bank, 500.000 untuk saldo minimal tabungan mabrur, 48.000 untuk
biaya materai), yang mana besarnya ujrah ditetapkan oleh Bank Syariah
Mandiri ini sebesar 8,3 % dari besarnya jumlah talangan .
Perhitungan : (1.500.000/18.000.000) X 100 = 8,3%
Untuk talangan sebesar 15.000.000, nasabah harus melakukan
setoran awal senilai 7.048.000 (5.000.000 untuk setoran minmal haji,
1.300.000 untuk ujrah bank, 500.000 untuk saldo minimal tabungan
mabrur, 48.000 untuk biaya materai), yang mana besarnya ujrah
ditetapkan oleh Bank Syariah Mandiri ini sebesar 8,6 % dari besarnya
jumlah talangan .

11
Perhitungan : (1.300.000/15.000.000) X 100 = 8,6%
Dan untuk talangan sebesar 10.000.000, nasabah harus melakukan
setoran awal senilai 11.448.000 (10.000.000 untuk setoran minmal haji,
900.000 untuk ujrah bank, 500.000 untuk saldo minimal tabungan mabrur,
48.000 untuk biaya materai), yang mana besarnya ujrah ditetapkan oleh
Bank Syariah Mandiri ini sebesar 9 % dari besarnya jumlah talangan .
Perhitungan : (9.00.000/10.000.000) X 100 = 9%
2) Bank BRI Syariah
Tabel 6 Ujrah yang harus dibayarkan pada Bank BRI Syariah

Talangan Ujrah yang harus dibayarkan

10.000.000 – 15.000.000 1.350.000

15.000.000 – 20.000.000 1.800.000

20.000.000 - 23.000.000 2.070.000

Tabel 7 Perhitungan fee ujrah program talangan haji pada Bank BRI Syariah

Total
Keterangan setoran awal
setoran awal
Talangan
Setoran Saldo Biaya
Fee ujrah
DP minimal administrasi

23.000.000 2.000.000 2.070.000 50.000 200.000 4.320.000

20.000.000 5.000.000 1.800.000 50.000 200.000 7.050.000

15.000.000 10.000.00 1.350.000 50.000 200.000 11.600.000


0

Berdasarkan table perhitungan ujrah kedua bank tersebut, dapat


diketahui bahwa kedua bank Syariah tersebut menentukan fee ujrah
berdasarkan dana talangan yang diberikan pada pihak nasabah, namun
dapat kita ketahui bahwa terdapat perbedaan dianatara keduanya, dimana
pada Bank Syariah Mandiri nasabah tidak dikenakan biaya administrasi,

12
cukup biaya materai. Pada dana talangan sebesar 15.000.000 ujrah yang
dikenakan kepada nasabah Bank Syariah Mandiri sebesar 8,6 %
sedangkan pada Bank BRI Syariah dikenakan baiya ujroh sebesar 9%.
3.2.4 Akad
Akad yang digunakan dalam talangan haji ini adalah al qardh wa ijarah,
dimana di dalam dana talangan haji tersebut telah terjadi multi akad atau terdapat
dua akad dalam satu transaksi.
3.2.5 Persyaratan
1) Fotocopy KTP Suami dan Istri
2) Fotocopy Kartu Keluarga
3) Fotocopy Akte Nikah
4) Membuka tabungan mabrur
3.2.6 Analisis terkait dana talangan haji oleh Bank Syariah
Talangan haji diperbolehkan sesuai fatwa DSN MUI Nomor 29/DSN-
MUI/VI/2002 tanggal 26 Juni 2002 tentang pembiayaan pengurusan haji oleh
LKA (Lembaga Keuangan Syariah). Di dalam fatwa tersebut mengemukakan
dalil-dalil mengenai kebolehan dana talangan haji ini :
1) Dalam pengurusan haji bagi nasabah, LKS ddapat memperoleh jasa ujrah
dengan menggunakan prinsip al-ijarah sesuai DSN-MUI Nomor 9/DSN-
MUI/IV/2000
2) Apabila diperlukan, LKS dapat membantu menalangi pembiayan BPIH
nasabah dengan menggunakan prinsip al-Qardh sesuai fatwa DSN-MUI
Nomor 19 DSN-MUI/IV/2001
3) Jasa pengurusan haji yang dilakukan LKS tidak boleh dipersyaratkan
dengan pemberian dana talangan haji
4) Besar imbalan jasa al-ijarah tidak boleh didasarkan oada jumlah talnagan
al-Qardh yang diberikan LKS kepada nasabah
3.2.6.1 Ujrah yang ditetapkan
Memang dalam persyaratan dan talangan haji pada bank Syariah
tercantum nama ujrah, menurut pihak yang mengaharamkan hal ini kata
“ujrah” hanyalah sebagai pemanis saja, karena pada kenyataanya Bank itu
13
tidak melakukan jasa-jasa pengurusan terkait porsi haji ini. Namun tidak
cukup sampai disini saja, ujrah yang diberlakukan juga menjadi
pertentangan, dimana jika kita menyesuaikan dengan Fatwa DSN MUI
Nomor 29/DSN-MUI/VI/2002 mengenai pembiayaan pengurusan haji
kepada nasabah, Lembaga Keuangan Syariah dapat memperoleh imbalan
atau jasa(ujroh) dengan menggunakan prinsip Ijarah sesuai fatwa DSN
MUI nomor 9/DSN-MUI/IV/2000 dan prinsip Al-Qardh 19/DSN-
MUI/IV/2001.
Untuk pengambilan ujrah sendiri diputuskan bahwa Al-Ijarah tidak
boleh didasarkan pada jumlah talangan Al-Qardh yang diberikan Lembaga
Keuangan Syariah kepada nasabah. Dikarenakan pengenaan biaya ini
dapat dianggap riba dan menganggapnya sebagai sesuatu yang haram.
Dimana pada kenyataanya dalam kedua bank Syariah tersebut
menetapkan ujrah yang bergantung pada banyakanya dana talangan yang
diberikan pada nasabah. Selain itu biaya ujrah ini termasuk hal yang
memberatkan diamana dengan dana talangan sebesar 15.000.000 Bank
Syariah Mandiri mengenakan biaya ujrah sebesar 1.300.000 dan Bank BRI
Syariah menetapkan ujrah sebesar 1.350.000. Sedangkan berdasarkan pada
fatwa MUI diatas, biaya ujrah yang dibebankan pada nasabah seharusnya
memiliki nilai yang sama meskipun dengan jumlah talangan yang
berbeda-beda.
3.2.6.2 Multi akad
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa dalam dana talangan haji
yang disediakan oleh Bank Syariah ini menggunakan dua akad atau bisa
disebut dengan multi akad, yakni al-qardh dan ijarah. Menurut mayoritas
ulama Hanafiyah, sebagian pendapat ulama Malkiyah, Syafi’iyah dan
Hambali berpendapat bahwa multi akad sah dan diperbolehkan,
dikarenakan hokum asal akad adalah boleh dan sah, tidak diharamkan dan
dibatalkan selama tidak ada dalil hokum yang mengharamkan atau
membatalakannya. Menurut Ibn Tamimiyah, hokum asal dari muamalat di
dunia sifatnya adalah boleh kecuali yang diharamkan Allah SWT dan
14
Rasulnya, tiada yang haram kecuali yang diharamkan Allah, dan tidak ada
agama kecuali yang disyariatkan.
Banyak ayat yang menjadi pertimbangan pendapat kelompok yang
menyatakan hukum asal dari multi akad itu adalah boleh, salah satunya
terkandung dalam surat Al-Baqarah ayat 275.
Selain itu ada juga yang mengatakan bahwa multi akad itu tidak
diperbolehkan, seperti kalangan Dhahiriyah yang beranggapan hokum asal
akad adalah dilarang dan batal kecuali yang ditunjukan boleh oleh
agama(Hasanudin, 2009). Menurut mereka akad dan syarat yang tidak
diajarkan dalam Islam adalah bentuk tindakaan yang melampaui ketentuan
agama.
Dan dari beberapa pendapat, dapat disimpulkan bahwa multi akad
ini diperbolehkan, didasarkan hokum asla adalah boleh yang diqiyaskan
dengan akad yang membangunnya, namun tetap harus memperhatikan
ketentuan-ketentuan agama. Oleh karena itu, multi akad yang digunakan
oleh kedua Bank Syariah sebagai system dana talangan haji
diperbolehkan.

15
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN


Dana talangan haji ini pada dasarnya sangat memberi kemudahan bagi para
nasabah dalam menyempurnakan rukun islam kelima yakni menunaikan Ibadah Haji,
persyaratan yang sangat mudah tentunya membuat para nasabah tanpa harus berpikir
berulang kali untuk memilih dana talangan haji sebagai jalan pintas dalam mewujudkan
impian tiap muslim.
Dana talangan haji hukumnya halal, namun kembali lagi pada praktik dari
masing-masing Lembaga keuangan dalam menjalankannya. Berdasarkan pemaparan
materi makalah diatas dapat diketahui bahwa baik TAMZIS maupun Bank Syarih
menggunakan multi akad yang sama, yakni Ijarah dan Qardh, yang mana mayoritas
ulama fikih membolehkan hal tersebut, selagi tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Selain itu terdapat perbedaan dalam penetapa biaya ujrah dalam TAMZIS dan
Bank Syariah. Dimana TAMZIS menetapkan biaya yang sama pada semua jenis dana
talangan yang dibutuhkan nasabah yakni sebesar 3.000.000,00 sedangkan Bank Syariah
menetapkan biaya ujrah menyesuaikan dengan dana talangan yang dibutuhkan oleh pihak
nasabah, yang mana jika dikaitkan dengan fatwa DSN-MUI “Lembaga Keuangan Syariah
dapat memperoleh imbalan atau jasa(ujroh) dengan menggunakan prinsip Ijarah sesuai
fatwa DSN MUI nomor 9/DSN-MUI/IV/2000 dan prinsip Al-Qardh 19/DSN-
MUI/IV/2001. Untuk pengambilan ujrah sendiri diputuskan bahwa Al-Ijarah tidak boleh
didasarkan pada jumlah talangan Al-Qardh yang diberikan Lembaga Keuangan Syariah
kepada nasabah”, dimana disini Bank Syariah telah melakukan praktik yang
bertentangan.
Dengan diperbolehkannya dana talangan haji ini sebaiknya pihak terkait mampu
mengaplikasikannya sesuai dengan syariat yang berlaku dan mengenai fatwa DSN MUI
terkait besarnya biaya ujrah yang harus ditanggung nasabah sebaiknya disama ratakan
pada semua nominal dana talangan yang dibutuhkan nasabah (menyesuaikan fatwa yang
berlaku), dan tidak bersifat memberatkan pihak nasabah dengan jumlah ujrah yang
ditetapkan.

16
DAFTAR PUSTAKA
DSN-MUI, Himpunan Fatwa DSN-MUI, Jakarta: Gaung Persada, 2006.
Edwinar, Della. Status Hukum Dana Talangan Haji Bagi Calon Jamaah Haji. Jurnal Ilmiah:
2015
Novindri, Silvi. Analisis Fikih terhadap Akad Dana Talangan Haji pada Bank Syariah. Jurnal
Muqtasid: Volume 4 Nomor 1, Juni 2013.
Nurul Fatwa & Rahmawati Muin. Penerapan Akad Al-Qardh Wal Ijarah Pada Produk
Talangan Haji Pada Pt.Bank Syariah Mandiri Kcp Sungguminasa Gowa. Jurnal
Iqtisaduna: Vol 1 (1), Juni 2015: 55-70 55.
Rahmad Hakim & Erik. Pro Kontra Fatwa Dana Talangan Haji Perspektif Maslahah Mursalah.
Jurnal Iqtisadia: Vol. 3 (1). Maret 2018.
Sopa & Siti Rahmah. Studi Evaluasi Atas Dana Talangan Haji Produk Perbankan Syariah Di
Indonesia. Jurnal Al-Ahkam: Vol. XIII, No. 2, Juli 2013.
Syamsudin Biddol & Andi Astuti. Pengelolaan Pembiayaan Dana Talangan Haji Melalui Akad
Qardh Pada Pt. Bank Tabungan Negara (Btn) Syariah Cabang Makassar. Management
Development and Applied Research Journal: Vol 2(1) Desember 2019.
Internet :
https://www.tamzis.id/page/18-pembiayaan-porsi-haji-tamzis (diakses pada : 16 Oktober 2020)
https://slideplayer.info/amp/3650114 (diakses pada : 16 Oktober 2020)
https://m.republika.co.id/berita/dunia-islam/umroh-haji/12/10/18/mc3icv-mui-dana-talangan-
haji-boleh (diakses pada : 17 Oktober 2020)
https://www.cermati.com/artikel/dana-talangan-haji-apa-itu-dan-kenapa-dilarang (diakses pada :
17 Oktober 2020)
https://tafsirweb.com/924-quran-surat-al-baqarah-ayat-233.html (diakses pada : 23 Oktober
2020)

17
LAMPIRAN
sumber : https://www.tamzis.id/page/18-pembiayaan-porsi-haji-tamzis

18

Anda mungkin juga menyukai