Anda di halaman 1dari 25

ANALISIS PENERAPAN AKAD AL-QARDH WAL IJARAH PADA DANA

TALANGAN HAJI DI BANK UTOMO KANTOR CABANG SIDOMULYO


LAMPUNG SELATAN

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Strata (S1)
Pada Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Oleh:

ASTRI IMAS AYU


181420056

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN MAULANA HASANUDDIN
BANTEN
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam
atas segala nikmat kesehatan, nikmat rezeki serta kelapangan waktu yang telah diberikan-Nya
kepada penulis sehingga terselesaikannya proposal skripsi ini yang berjudul “Analisis
Penerapan Akad Al-Qardh Wal Ijarah pada Dana Talangan Haji di Bank Utomo Kantor
Cabang Sidomulyo Lampung Selatan”. Shalawat serta salam senantiasa penulis haturkan
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW semoga kelak kita memperoleh syafaatnya di
yaumil akhir.

Proposal skripsi ini merupakan salah satu tugas akhir sebagai satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan dan untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi Perbankan Syariah
pada Fakults Ekonomi dan Bisnis Islam di Universitas Islam Negeri Sultan Maulana
Hasanuddin Banten. Terselesaikannya proposal skripsi ini tentunya berkat bantuan dari
banyak pihak yang telah ikut membantu secara materil maupun nonmaterial. Pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada semua orang yang
terlibat dalam terselesaikannya proposal skripsi ini.

Akhir kata, dengan kerendahan hati penulis mohon maaf atas kekurangan dan
kesalahan dalam penyususnan proposal skripsi ini. Penulis mengharapkan masukan berupa
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan proposal skripsi ini. Dan penulis
berharap semoga proposal skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada siapa saja yang
membaca, mempergunakannya, dan semoga Allah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya
kepada kita semua.

Lampung, 13 September 2021


Penulis

Astri Imas Ayu


NIM : 181420056

ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Penelitian ........................................................................................................ 3
C. Tujuan Masalah ............................................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian .......................................................................................................... 4
E. Batasan Masalah ............................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 6
A. Landasan Teori................................................................................................................ 6
1. Akad ............................................................................................................................ 6
2. Qardh ........................................................................................................................... 8
3. Ijarah.......................................................................................................................... 11
4. Dana Talangan Haji ................................................................................................... 14
B. Penelitian Terdahulu ..................................................................................................... 16
C. Kerangka Pemikiran...................................................................................................... 17
BAB III .................................................................................................................................... 19
METODE PENELITIAN......................................................................................................... 19
A. Metode Penelitian yang digunakan ............................................................................... 19
B. Sumber Data.................................................................................................................. 19
C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................................ 20
D. Teknik Analisis Data..................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ibadah haji merupakan rukun Islam yang kelima yang diwajibkan bagi setiap
Muslim sekali seumur hidupnya, manakala pelaksanaan yang kedua, ketiga dan
seterusnya merupakan perkara sunnah (sesuatu yang dianjurkan melaksanakannya
mendapatkan pahala). Adapun syarat dalam melaksanakan ibadah haji bagi seorang
Muslim yaitu memenuhi beberapa kategori seperti baligh (cukup umur), aqil (berakal
sehat), dan mempunyai kemampuan baik secara materi maupun rohani untuk
melakukan suatu perjalanan ibadah haji ke Baitullah di Mekah.
Indonesia merupakan suatu negara dengan populasi penduduk muslim
terbanyak yakni mencapai 88%. Dengan jumlah penduduk muslim yang sedemikian
banyak, tidak dapat dipungkiri peminat setiap tahunnya terus mengalami peningkatan
yang signifikan. Untuk menyelesaikan hal tersebut, pemerintah Indonesia sangat
membatasi jumlah calon jama’ah yang ingin menunaikannya. Namun dalam waktu
yang sama, terdapat banyak masyarakat Indonesia yang ingin melaksanakan haji
namun tidak memiliki dana yang cukup. Oleh karena itu, dalam dunia perbankan
banyak yang menawarkan jasa layanan yaitu salah satunya produk dana talangan
haji.1
Produk Dana Talangan Haji ini merupakan pelaksanaan terhadap fatwa DSN-
MUI No.29/DSN-MUI/VI/2002 yang mengatur tentang pembiayaan pengurusan haji
Lembaga Keuangan Syariah. Di dalam fatwa ini diatur mengenai kebolehan lembaga
keuangan syariah (LKS) untuk membantu menalangi dalam pembayaran BPIH dan
juga mendapatkan ujrah atas jasa pengurusan porsi haji.
Menunaikan ibadah haji merupakan salah satu kewajiban yang harus di
lakukan setiap muslim yang mampu mengerjakan sekali seumur hidup. Kemampuan
yang harus dipenuhi dalam pelakasanaan Ibadah Haji dapat digolongkan dalam dua
pengertian:
1. Pertama, kemampuan personal (Internal) yang harus dipenuhi oleh masing-masing
individu seperti; kesehatan jasmani, rohani, adapun kemampuan ekonomi yang
cukup baik bagi dirinya maupun keluarga yang ditinggalkan, dan didukung

1
Dedy Rachmad, SKIM Qardh Dana Ijarah Dalam Dana Talangan Haji Di Indonesia, Jurnal Madania
Vol 5, no. 2 (2015), hlm. 224.

1
dengan pengajaran dalam pengetahuan agama, khususnya tentang pelaksanaan
ibadah haji.
2. Kedua, kemampuan umum (Eksternal) kemampuan yang harus di penuhi oleh
lingkungan Negara dan pemerintahan yang mencakup; peraturan perundang-
undangan yang berlaku, keamanan dan fasilitas perjalanan bagi calon jama’ah
haji. Dengan terpenuhinya dua kemampuan yang disebutkan tersebut, maka
perjalanan dalam menunaikan ibadah haji dapat dikatakan terlaksana dengan baik
dan lancar.2
Yang menjadi permasalahannya yaitu banyak masyarakat yang ingin pergi
berhaji tetapi terkendala oleh masalah keuangan, belum lagi minat masyarakat
untuk menjalakan ibadah haji dari tahun ke tahun semakin meningkat, akibatnya
antrian daftar jamaah haji semakin panjang. Ini tentu akan menjadi suatu masalah
besar bagi masyarakat yang ingin menunaikan ibadah haji namun belum memiliki
banyak dana ataupun belum meiliki dana yang cukup.
Bank syariah adalah suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai
perantara bagi pihak yeng berkelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana
untuk kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan hukum islam. Selain itu
bank syariah itu suatu sistem perbankan dalam pelaksanaan operasional tidak
menggunakan sistem bunga (Riba) dan ketidakpastian atau ketidak jelasan
(Gharar).
Produk pembiayaan talangan haji merupakan produk pembiayaan yang
akan membantu mewujudkan untuk beribadah haji dalam waktu yang segera.
Akad yang digunakan pada dana talangan haji adalah Qardh dan Ijarah.
Pembiayaan qardh adalah pinjaman kebajikan/ lunak tanpa imbalan. Dalam fatwa
Dewan Syariah nasional (DSN) No. 19/DSNMUI/IV/2001 pengertian qardh
adalah suatu akad pinjaman kepada nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah
wajib mengembalikan dana yang diterimanya kepada LKS pada waktu yang telah
disepakati oleh LKS dan nasabah.3
Secara umum, Al-Qardh adalah penyerahan harta kepada orang lain yang
dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa
mengharapkan imbalan. Dalam literatur fiqih klasik (kuno), Qardh bukan

2
Abdul Aziz dan Kustini, Ibadah Haji Dalam Sorotan Publik (Jakarta: Puslitbank Kehidupan
Keagamaan, 2007), hlm. 107.
3
Fatwa DSN-MUI 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pembiayaan Al-Qardh

2
merupakan transaksi komersial (mencari keuntungan) melainkan merupakan
transaksi yang bersifat ta’awun (tolong-menolong).
Sedangkan akad Ijarah, dalam Fatwa Dewan syariah nasional (DSN) No.
09/DSN-MUI/IV/2000 Pengertian Ijarah adalah akad pembiayaan hak guna
(manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa
(ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.4
Disamping pengertian ijarah dalam konteks sewa-menyewa, ijarah ini
sendiri juga mengandung pengertian “ujrah” atau uang jasa atau kadang disebut
juga fee. Ijarah dalam pengertian ini diberikan juga kepada seseorang atas jasa
yang telah dilakukannya. Berangkat dari uraian tersebut, maka untuk dikaji
tentang penerapan akad qardh wal ijarah pada produk dana talangan haji di Bank
Utomo. Hal ini juga disebabkan karena pada hakekatnya implikasi dari produk
dana talangan haji tersebut akan bermanfaat dan memudahkan masyarakat yang
ingin menunaikan ibadah haji.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini tentang Analisis Penerapan
Akad Al-Qardh Wal Ijarah pada Dana Talangan Haji di Bank Utomo Kantor
Cabang Sidomulyo Lampung Selatan.

B. Rumusan Penelitian
Adapun secara spesifik perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah strategi yang digunakan pihak bank dalam meningkatkan
pembiayaan talangan haji?
2. Bagaimana penerapan akad Al-qardh wal ijarah pada produk dana talangan haji di
Bank Utomo Kantor Cabang Sidomulyo Lampung Selatan?
3. Apakah penerapan akad Al-qardh wal ijarah pada produk dana talangan haji di
Bank Utomo Kantor Cabang Sidomulyo Lampung Selatan sesuai dengan fatwa
DSN MUI No. 29/DSN-MUI/VI/2002?

C. Tujuan Masalah
Berdasarkan perumusan masalah yang telah di rumuskan oleh penulis di atas,
maka ada beberapa tujuan yang ingin di capai dari hasil penelitian ini, diantaranya :

4
Fatwa DSN-MUI No: 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah.

3
1. Mendeskripsikan strategi yang digunakan pihak bank dalam meningkatkan
pembiayaan talangan haji.
2. Mendeskripsikan penerapan akad qard wal ijarah pada produk dana talangan haji
di Bank Utomo Kantor Cabang Sidomulyo Lampung Selatan.
3. Mendeskripsikan penerapan akad qard wal ijarah pada produk dana talangan haji
di Bank Utomo Kantor Cabang Sidomulyo Lampung Selatan sesuai dengan fatwa
DSN MUI No 29/DSN-MUI/VI/2002.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini di harapakan akan menjadi sumbangan positif bagi kajian
ilmu pengetahuan ekonomi islam, khususnya dalam bidang perbankan syariah pada
studi Dana Talangan Haji Melalui Akad Qard Wal Ijarah.
1. Bagi Perusahaan
Bagi pihak perbankan dengan hasil penelitian ini penulis berharap bisa di jadikan
sebagai masukan untuk melakukan evaluasi dan perbaikan serta menjadi landasan
bagi perusahaan dalam melaksanakan kegiatan funding kedepannya.
2. Bagi Akademisi
Penulis berharap agar penelitian yang telah dibuat ini dapat menjadi bekal serta
refrensi yang dapat membantu dan juga menjadi bahan pertimbangan bagi
mahasiswa Perbankan Syariah, dan mungkin juga sebagai bekal untuk meneliti
mengenai perbankan syariah secara mendalam.
3. Bagi Penulis Lanjut
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk penelitian
selanjutya terutama yang berminat untuk mengkaji tentang “Dana Talangan Haji
Menurut Akad Qardh Wal Ijarah Di Bank Utomo Kantor Cabang Sidomulyo
Lampung Selatan” dalam ruang lingkup yang berbeda.

E. Batasan Masalah
Agar peneliti skripsi ini tidak menyimpang dan mengambang dari tujuan yang
semula direncanakan sehingga mempermudah mendapatkan data dan informasi yang
diperlukan, maka penulis menetapkan batasan-batasan sebagai berikut:
1. Strategi yang digunakan pihak bank dalam meningkatkan pembiayaan talangan
haji.
2. Penerapan akad qard wal ijarah pada produk dana talangan haji di Bank Utomo
Kantor Cabang Sidomulyo Lampung Selatan.
4
3. Penerapan akad qard wal ijarah pada produk dana talangan haji di Bank Utomo
Kantor Cabang Sidomulyo Lampung Selatan sesuai dengan fatwa DSN MUI No
29/DSN-MUI/VI/2002.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
1. Akad
a. Pengertian akad
Akad dalam bahasa Arab yaitu al-aqad, jamaknya al-uqud, berarti
ikatan atau mengikat (al-rabth). Menurut terminologi hukum Islam, akad
adalah pertalian antara penyerahan (ijab) dan penerimaan (qabul) yang
dibenarkan oleh syariah, yang menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya.
Menurut Abdul Razak Al- Sanhuri dalam Nadhariyatul”, akad (aqdi) adalah
kesepakatan dua belah pihak atau lebih yang menimbulkan kewajiban hukum
yaitu konsekuensi hak dan kewajiban yang mengikat pihak-pihak yang terkait
langsung maupun tidak langsung dalam kesepakatan tersebut.5
Akad merupakan persetujuan, transaksi atau kesepakatan antara dua
belah pihak, yang mana pihak pertama menyerahkan dan pihak kedua
menerima untuk melaksanakan suatu perbuatan.

b. Landasan Hukum Akad


ْ ِ ‫ح َ ِّي َّل َُ لة َّي َيهِّ َِّّلَ ََّ َْ لما ِ ْلّل َىم ىِّلَّ ُِم ََِْ َّي ِّي َّل ََي ََّي ِّى ل لِحم‬
‫د َّي لص‬ َّ ِْ ‫ُ ٰىم َ اى َةم ِ ْ لْىَََّّ ُِ َىُِّ َّٰعِ ِ َ َّوفِّ َّعِ لُم َِّّْقِّ َّع لِل ِ ِّ لت‬
‫ََ ىَ َّ ِّي ِّل َىم ى لِّي َّىصِّ ۝‬ ‫َوِ َ ََّل ِّ َّل ِّت ِّي ِ را ِ ْلن ه‬
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan
bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang
demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang
mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut
yang dikehendaki-Nya”. (Q.S. al- Maidah [5]: 1)6

c. Rukun Akad
Rukun akad yaitu sebagai berikut:
1) ‘Aqid (orang yang berakad) yaitu para pihak yang melakukan akad
(penjual dan pembeli, penyewa dan yang menyewakan, karyawan dan
atasan, shahibul maal dan mudharib, mitra dengan mitra dalam
musyarakah dan sebagainya)

5
Awaluddin, “Proses Pelaksanaan Akad Qardh Wal Ijarah Pada Produk Talangan Haji Pada Bank
Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Padang Panjang”. Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Vol. 15 No. 2 (Juli-
Desember 2016), hlm. 133.
6
Departemen Agama RI, “Al-Qur’an dan Terjemah”, (Jakarta : Magfiroh Pustaka,2006), hlm. 106.

6
2) Ma’qud’alaih (objek akad) merupakan sebuah konsekuensi yang harus ada
dengan dilakukannya suatu transaksi tertentu. Obyek jual beli adalah
barang dagangan, obyek mudharabah dan musyarakah adalah modal dan
kerja, obyek sewa menyewa adalah manfaat atas barang yang disewakan
dan seterusnya.
3) Maudhu ‘al’aqad ialah tujuan atau maksud pokok mengadakan akad.
Dalam akad jual beli tujuan pokoknya ialah memindahkan barang dari
penjual kepada pembeli dengan diberi ganti. Tujuan pokok akad hibah
ialah memindahkan barang dari pemberi kepada yang diberi tanpa ada
pengganti (wadh).
4) Sighat ialah ijab dan kabul. Ijab ialah permulaan penjelasan yang keluar
dari salah seorang yang berakad sebagai gambaran kehendaknya dalam
mengadakan akad, Kabul ialah perkataan yang keluar dari yang berakad
pula yang diucapkan setelah adanya ijab.

d. Syarat Akad
Syarat akad yaitu sebagai berikut:
1) Pihak yang melakukan akad itu telah cakap bertindak hukum (mukallaf)
atau jika obyek akad itu merupakan milik orang yang tidak atau belum
cakap bertindak hukum maka harus dilakukan oleh walinya.
2) Objek akad syaratnya adalah:
a) Sesuatau yang di akadkan ada ketika akad, maka tidak sah melakukan
akad terhadap sesuatu yang tidak ada seperti jual beli ikan yang masih
dalam air.
b) Objek akad adalah sesuatu yang dibolehkan syariat, maka tidak benar
melakukan akad terhadap sesuatu yang dilarang agama seperti jual
beli darah, narkoba dan lain-lain.
c) Dapat diserahterimakan ketika akad, maka tidak sah melakukan akad
terhadap terhadap sesuatu yang tidak dapat diserah terimakan seperti
jual beli burung di udara.
d) Obyek yang diakadkan diketahui oleh pihak-pihak yang berakad.
e) Bermanfaat, baik manfaat yang diperoleh berupa materi, maupun
inmateri.

7
e. Berakhirnya Akad
Para ulama fiqh menyatakan bahwa suatu akad dapat berakhir apabila:
1) Berakhirnya masa berlaku akad tersebut.
2) Dibatalkan oleh pihak-pihak yang berakad.
3) Jika akad bersifat mengikat, akad dikatakan berakhir jika:
a) Jual beli itu fasad,
b) Berlakunya khiyar syarat, khiyar aib, atau khiyar majelis,
c) Akad itu tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak
d) Tercapainya tujuan akad itu secara sempurna.
4) Salah satu pihak yang berakad meninggal dunia.7

2. Qardh
a. Pengertian Qardh
Makna al-qardh secara bahasa (etimology) yaitu potongan atau
terputus. Pengertiannya secara istilah (terminology) ialah harta yang diberikan
seseorang kepada orang lain untuk dikembalikan lagi ketika ia telah mampu.8
Qardh adalah pemberian pinjaman dari bank kepada nasabah yang digunakan
untuk kebutuhan mendesak, seperti dana talangan dengan kriteria tertentu dan
bukan untuk pinjaman bersifat konsumtif. Pengembalian pinjaman ditentukan
dalam jangka waktu (sesuai kesepakatan bersama) sebesar pinjaman tanpa ada
tambahan keuntungan dan pembayarannya dilakukan secara angsuran atau
sekaligus.9

b. Landasan Hukum Qardh


Dasar hukum dari qardh ini adalah firman Allah SWT pada Q.S Al-
Hadid
(57) Ayat 11:
‫ُْحقَ َّيَحم فَيِّفُ لْضَ ه َ ه َو َ ه ٰ َِرَّ ري ٌ لَي َّى رل‬
َ ‫َ ِ َت‬ َّ ْ‫َى ََّّ اَِ ِ ْ ل‬
ِّ ‫َّ ىِّ َّق لي‬
َ‫ق ه‬

7
Awaluddin, “Proses Pelaksanaan Akad Qardh Wal Ijarah Pada Produk Talangan Haji Pada Bank
Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Padang Panjang”. Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Vol. 15 No. 2 (Juli-
Desember 2016), hlm. 136.
8
Syukri Iska, Sistem Perbankan Syariah Di Indonesia ( Yokyakarta : Fajar Media Press, 2012),
hlm.176.
9
Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah: Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama,
(Jakarta: Prenadamedia Group, 2012), hlm. 231.

8
“Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Maka
Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan Dia akan
memperoleh pahala yang banyak”.10

c. Rukun Qardh
Rukun Qard ada 4 (empat) yaitu sebagai berikut:
1) Muqridh adalah orang yang memiliki barang atau memberikan pinjaman.
2) Muqtaridh adalah orang yang memiliki pinjaman (peminjam).
3) Muqtaradh adalah objek atau barang yang dipinjamkan.
4) Sighat akad (ijab dan qabul)

d. Syarat Qardh
Syarat Qardh yaitu sebagai berikut:
1) Syarat bagi muqridh dan muqtaridh adalah ahliyatu al-tabarru’ yaitu
orang yang mampu mengelola hartanya sendiri secara mutlak dan
bertanggung jawab. Jadi anak kecil dan orang gila tidak termasuk dalam
kategori ini.
2) Syarat muqtaradh adalah barang yang bermanfaat, bernilai dan dapat
dipergunakan.
3) Syarat sighat harus menunjukkan kesepakatan kedua belah pihak. Qardh
tidak boleh dikaitkan dengan suatu persyaratan diluar hutang piutang itu
sendiri yang menguntungkan pihak muqridh.

e. Manfaat Qardh
Manfaat al-qard banyak sekali, diantaranya:
1) Memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak untuk
mendapat talangan jangka pendek.
2) Al-qardh al-hasan merupakan salah satu ciri pembeda antara bank syariah
dan bank konvensional yang didalamnya terkandung misi sosial.
3) Adanya misi sosial kemasyarakatan ini akan meningkatkan citra yang baik
dan akan meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap bank syariah.

f. Aplikasi dalam Perbankan


Akad qardh biasanya diterapkan sebagai berikut:

10
Departemen Agama RI, “Al-Qur’an dan Terjemah”, (Jakarta : Magfiroh Pustaka , 2006), hlm. 538.

9
1) Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang telah terbukti loyalitas
dan bonafiditasnya, yang membutuhkan dana talang segera untuk masa
yang relatif pendek. Nasabah tersebut akan mengembalikannya secepatnya
sejumlah uang yang dipinjamnya itu.
2) Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat, sedangkan ia tidak
bisa menarik dananya karena, misalnya, tersimpan dalam bentuk deposito.
3) Sebagai produk untuk menyumbangkan usaha yang sangat kecil atau
membantu sektor sosial. Guna pemenuhan skema khusus ini telah dikenal
suatu produk khusus yaitu qardh - hasanah.11

g. Skema Qardh
Skema Pembiayaan Qardh

Perjanjian Qardh

Nasabah Proyek Usaha Bank

Tenaga Kerja Modal 100%


Keuntungan
100% Kembali Modal

Pada skema pembiayaan Al-Qardh di atas, dijelaskan bahwa pihak


pertama dalam hal ini bank memberikan modal usaha kepada pihak kedua
dalam hal ini nasabah untuk kemudian memanfaatkan modal tersebut dengan
sebaik mungkin. Pihak bank kemudian mengawasi bagaimana pengelolaan
modal usaha tersebut yang nanti jika mendapatkan keuntungan pihak bank dan
nasabah kemudian membagi hasil sesuai dengan kesepakatan. Pada akhirnya

11
M. Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta : Gema Insani 2001), hlm. 133

10
pihak bank akan mendapatkan modalnya kembali dan nasabah akan
mendapatkan keuntungannya.12

3. Ijarah
a. Pengertian Ijarah
Secara etimologi al-ijarah berasal dari kata al-Ajru yang berarti
al‘Iwadh/penggantian, menurut Sayyid Sabiq ijarah adalah suatu jenis akad
yang mengambil manfaat dengan cara penggantian. Dari sebab itulah ats-
Tsawabu dalam konteks pahala dinamai juga al-Ajru/upah. Ijarah adalah akad
untuk memanfaatkan jasa, baik jasa atas barang atau jasa atas tenaga kerja.
Bila digunakan untuk mendapatkan manfaat barang, maka disebut sewa
menyewa. Sedangkan jika digunakan untuk mendapatkan manfaat tenaga
kerja, disebut upah mengupah.
Pada hakikatnya ijarah adalah penjualan manfaat yaitu pemindahan
hak guna (manfaat) atas suatu barang dan jasa dalam waktu tertentu melalui
pembayaran sewa/upah tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang
itu sendiri. Akad ijarah tidak ada perubahan kepemilikan tetapi hanya
perpindahan hak guna saja dari yang menyewakan kepada penyewa.
Pembiayaan ijarah, yaitu pembiayaan berupa talangan dana yang dibutuhkan
nasabah untuk memiliki suatu barang/jasa dengan kewajiban menyewa barang
tersebut sampai jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan.13

b. Dasar Hukum Ijarah


Dasar hukum Ijarah terdapat pada Al-Quran Surah Al-Baqarah ayat
233 yang berbunyi:

‫َ َعو اومَ ْل َاعو‬ ‫ْمَّ الق ْاّللات َّلّللا َ وقَ اتقْ اّللات اِۗ اف َل ار ْع اع ِ اّللا‬
‫ل َعوقَّتْعو هَّللا‬ َ ‫ن َومَ ات ْي اّللات واذَو‬ ‫ْرْ َاعو و َ اع َك َد ْي اّللات اَ َ ّللا‬
‫ل َْحَ َّللا‬ ‫ان و َ َع ادقَاّللات و َ اّللا‬
‫ن ق َ اْق اَع ا‬ ‫َعو اّللا‬
‫رت َاعّللا‬ ‫َ ِۗا َل قَ ار َلمْ اع َّللا‬
‫ن َِۗ ا‬ ‫و َ َّّللا‬
‫ن هَّللا‬
“Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada
dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.

12
Nurul Huda, Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2010),
hlm. 65
13
Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta : Kecana, 2005), hlm. 122

11
bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat
apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Al-Baqarah: 233)14

c. Rukun Ijarah
Sebagai sebuah transaksi umum, ijarah baru dianggap sah apabila telah
memenuhi rukun dan syaratnya. Ulama Mazhab Hanafi mengatakan, bahwa
rukun ijarah hanya satu, yaitu ijab dan qabul saja (ungkapan menyerahkan dan
persetujuan sewa-menyewa).
Menurut jumhur Ulama rukun ijarah ada empat, yaitu:
1) ‘Aqid (Orang yang berakad)
2) Shighat Akad
3) Ujrah (Upah)
4) Manfaat15

d. Syarat Ijarah
Adapun syarat-syarat ijarah sebagaimana yang ditulis Nasrun Haroen sebagai
berikut:
1) Yang terkait dengan dua orag yang berakad.
2) Kedua belah pihak yang berakad menyatakan kerelaannya melakukan akad
al-ijarah.
3) Manfaat yang menjadi objek al-ijarah harus diketahui, sehingga tidak
muncul perselisihan dikemudian hari. Kejelasan manfaat itu dapat
dilakukan dengan menjelaskan jenis manfaatnya dan penjelasan berapa
lama manfaat itu ditangan penyewanya.
4) Objek al-ijarah sesuai yang dihalalkan oleh syara’, boleh diserahkan dan
digunakan secara langsung dan tidak ada cacatnya.
5) Upah atau sewa dalam al-ijarah harus jelas, tertentu, dan sesuatu yang
memiliki nilai ekonomi.16

e. Pembatalan dan Berakhirnya Akad


Ijarah adalah jenis akad yang lazim yaitu akad tidak membolehkan adanya
fasakh pada salah satu pihak, karena ijarah merupakan akad pertukaran kecuali

14
Departemen Agama RI, “Al-Qur’an dan Terjemah”, (Jakarta : Magfiroh Pustaka, 2006), hlm. 37.
15
Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, ( Bandung : Pustaka Setia, 2001), hlm. 125.
16
Sabiq Sayyid, Fiqih Sunnah, ( Jakarta : Pena Pundi Aksara, 2004), hlm. 204

12
bila didapati hal-hal yang mewajibkan fasakh. Ijarah akan menjadi fasakh
(batal) bila terdapat hal-hal berikut:
1) Terjadinya cacat pada barang sewaan yang terjadi pada tangan penyewa.
2) Rusaknya barang yang disewakan.
3) Terpenuhinya manfaat yang diadakan atau berakhirnya masa yang telah
ditentukan.
4) Menurut Hanafiyah boleh fasakh ijarah dari salah satu pihak17

f. Skema Pembiayaan Ijarah

3. Akad pembiayaan Ijarah


Bank Syariah Nasabah
1. Pemohon

2. Penyewa 4. Ijarah

Supplier/Pemilik/Penjual Objek Ijarah

Keterangan gambar:
1) Nasabah mengajukan pembiayaan ijarah ke bank syariah.
2) Bank syariah membeli/menyewa barang yang diinginkan oleh nasabah
sebagai objek ijarah, dari supplier/penjual/pemilik.
3) Setelah dicapai kesepakatan antara nasabah dengan bank mengenai barang
objek ijarah, tarif ijarah, periode ijarah dan biaya pemeliharaannya, maka
akd pembiaayaan ijarah ditandatangani. Nasabah diwajibkan menyerahkan
jaminan yang dimilki.
4) Bank menyerahkan objek ijarah kepada nasabah sesuai akad yang
disepakati. Setelah priode ijarah berakhir, nasabah mengembalikan objek
ijarah tersebut kepada bank.
5) Bila bank membeli objek ijarah tersebut (al-bai’i al ijarah), setelah periode
ijarah berakhir objek ijarah tersebut disimpan oleh bank sebagai aset yang

17
Awaluddin, “Proses Pelaksanaan Akad Qardh Wal Ijarah Pada Produk Talangan Haji Pada Bank
Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Padang Panjang”. Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Vol. 15 No. 2 (Juli-
Desember 2016), hlm. 137.

13
dapat disewakan kembali. Sedangkan, b ila bank menyewa objek ijarah
tersebut (al-ijarah wal ijarah, atau ijarah paralel). Setelah periode ijarah
berakhir objek ijarah tersebut dikembalikan oleh bank kepada
18
supplier/penjual/pemilik.

4. Dana Talangan Haji


a. Pengertian Dana Talangan Haji
Dana Talangan Haji adalah pinjaman dari lembaga keuangan syariah
kepada nasabah untuk menutupi kekurangan dana, guna memperoleh kursi haji
pada saat pelunasan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH).19 Artinya
dana talangan ditunjukkan untuk mencukupi kekurangan dana untuk
memenuhi persyaratan minimum mendapatkan porsi haji. Dasar hukum
mengenai dana talangan haji tercantum dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional
Nomor: 29/DSN-MUI/VI/2002 Tentang Pembiayaan Pengurusan Haji
Lembaga Keuangan Syariah. Tujuan dikeluarkannya produk ini adalah untuk
memberikan kemudahan kepada nasabah/calon nasabah pembiayaan haji
untuk mendapatkan porsi haji dengan persyaratan mudah dan proses lebih
cepat. Sementara, bagi pihak Perbankan Syariah sendiri, pembiayaan ini
diharapkan mampu meningkatkan pembiayaan konsumtif syariah,
meningkatkan jumlah nasabah dan juga meningkatkan profitabilitas
pembiayaan dari sebuah lembaga Perbankan Syariah. Beberapa Bank Syariah
dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah memberikan layanan produk ini kepada
masyarkat.

b. Dasar Hukum Dana Talangan Haji


Dasar hukum dikeluarkannya pembiayaan dana talangan haji yaitu
berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)-MUI No. 29/DSN-
MUI/VI/2002 tanggal 26 Juni 2002 tentang Pembiayaan Pengurusan Haji oleh
LKS (Lembaga Keuangan Syariah). Beberapa isi fatwa yang dianggap dapat
Dijadikan dasar melaksanakan program layanan dana talangan haji adalah
sebagai berikut:

18
Adiarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih Dan Keuangan, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), hlm.
146-147
19
Astri Oktapiani Helmi, Nurhasanah Neneng, Surahman Maman,“Analisis Ekonomi Islam tentang
Produk Dana Talangan Haji”. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.2 No.2, (Desember 2016), hlm. 3.
Musta

14
1) Menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang diberikan.
2) Membayar upah dan menggunakan barang sesuai kontrak.
3) Kelunturan dalam menentukan pembayaran upah/jasa yang diwujudkan
dalam ukuran waktu, tempat, dan jarak.20

Dasar hukum dana talangan haji juga terdapat pada Al-Quran Surat Al-Hadid
ayat 11 yang berbunyi:

‫ُْحقَ َّيَحم فَيِّفُ لْضَ ه َ ه َو َ ه ٰ َِرَّ ري ٌ لَي َّى رل‬


َ ‫َ ِ َت‬ َّ ْ‫َى ََّّ اَِ ِ ْ ل‬
ِّ ‫َّ ىِّ َّق لي‬
َ‫ق ه‬

“Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Maka
Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan Dia akan
memperoleh pahala yang banyak”.21
Berdasarkan penjelasan diatas bagi siapa yang mau meminjamkan
kepada sesama umat muslim maka Allah nantinya akan melipat gandakan
pinajaman yang di pinjamkan, dan dia juga akan meperoleh pahala yang
banyak.

c. Ketentuan Fatwa DSN MUI Nomor 29/DSN/MUI/VI/2002 Tentang


Pembiayaan Pengurusan Haji Lembaga Keuangan Syari’ah
Produk dana talangan haji dalam perbankan syari’ah memiliki beberapa
ketentuan umum yaitu:
1) Dalam pengurusan haji bagi nasabah, bank syariah dapat memperoleh
imbalan jasa (ujrah) dengan menggunakan prinsip al-ijarah sesuai fatwa
DSN-MUI nomor 9/DSN-MUI/IV/2000.
2) Apabila diperlukan, Bank Syariah dapat membantu menalangi pembayaran
BPHI nasabah dengan menggunakan prinsip al-Qard sesuai Fatwa DSN-
MUI nomor 19/DSN-MUI/IV/2001.
3) Jasa pengurusan haji yang dilakukan Bank Syariah tidak boleh
dipersyaratkan dengan pemberian talangan haji.
4) Besar imbalan jasa al-ijarah tidak boleh didasarkan pada jumlah talangan
Al-Qardh yang diberikan Bank Syari’ah kepada nasabah.

20
Ahmad Ifham Sholihin, Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2010), hlm. 219-220.
21
Departemen Agama RI, “Al-Qur’an dan Terjemah”, (Jakarta : Magfiroh Pustaka, 2006), hlm. 538.

15
5) Pengembalian jumlah pembiayaan atas dasar qardh harus dilakukan
nasabah pada waktu yang telah disepakati.
6) Jika nasabah mampu namun tidak mengembalikan sebagian atau seluruh
kewajibannya pada waktu yang telah disepakati, maka bank dapat
memberikan sanksi sesuai syariah dalam rangka pembinaan nasabah.22

B. Penelitian Terdahulu
Pembahasan tentang peran lembaga keuangan telah dibahas dalam berbagai
karya baik berupa makalah, tugas akhir, skripsi, atau buku-buku, baik sebagai judul
khusus maupun sebagai sub judul.Untuk mendukung permasalahan yang lebih relevan
dan mendalam terhadap bahasan yang telah dibahas di atas, penyusun berusaha
melacak berbagai literature dan penelitian terdahulu yang masih relevan terhadap
masalah yang menjadi obyek penelitian.
Berdasarkan penelurusan pustaka yang peneliti lakukan terdapat beberapa
karya tulis ilmiah yang relevan dengan penelitian yang akan peniliti lakukan. Diantara
karya ilmiah tersebut adalah:
1) Skripsi yang diteliti oleh Danis Amwalul Fikki Jurusan D3 Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Pekalongan 2019,
yang berjudul Penerapan Akad Ijarah pada Produk Pembiayaan Pengurusan Porsi
Haji di KSPPS Kopena Pekalongan ditinjau dari Fatwa DSN-MUI. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui penerapan akad ijarah pada Produk Pembiayaan
Pengurusan Porsi Haji di KSPPS Kopena Pekalongan ditinjau dari Fatwa DSN-
MUI. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa KSPPS Kopena Pekalongan
menggunakan akad ijarah pada produk Pembiayaan Pengurusan Porsi Haji,
dimana KSPPS Kopena Pekalongan bertindak sebagai penyedia jasa, yaitu
melakukan pengurusan porsi haji dari anggota pembiayaan.23
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa penelitian yang
dilakukan oleh peneliti memiliki fokus penelitian yang hapir sama, yaitu sama-
sama membahas penggunaan akad ijarah. Namun terdapat perbedaan yaitu
penelitian diatas membahas tentang akad ijarah pada produk pembiayaan

22
Dewan Syariah Nasional Majlis Ulama Indonesia Nomor 29/DSN-MUI/2002 Tentang Pembiayaan
Pengurusan Haji Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta 2002.
23
Danis Amwalul Fikki, Penerapan Akad Ijarah pada Prooduk Pembiayaan Pengurusan Porsi Haji di
KSPPS Kopena Pekalongan ditinjau dari Fatwa DSN-MUI, Undergraduate Thesis, IAIN Pekalongan, 2019.

16
pengurusan porsi haji, sedangkan peneliti memfokuskan penerapan akad qardh wal
ijarah pada dana talangan haji.
2) Skripsi yang diteliti oleh Siti Khioriah Jurusan Perbankan Syariah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan tahun
2019, yang berjudul Analisin Pelaksanaan Dana Talangan Haji di Bank BSM
Cabang Medan Melalui Akad Qardh Wal Ijarah. Penelitian ini bertujuan untuk
Mendeskripsikan penerapan akad qard wal ijarah pada produk dana talangan haji di
Bank Syari’ah Mandiri Medan sesuai dengan fatwa DSN MUI No 29/DSN-
MUI/VI/2002. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Penerapan akad qard wal
ijarah pada produk dana talangan haji di BSM KCP Medan Aksara telah sesuai
dengan fatwa DSN MUI Nomor 29/DSNMUI/VI/2002.24
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa penelitian yang
dilakukan oleh peneliti memiliki fokus penelitian yang sama, yaitu sama-sama
membahas penerapan akad Qardh wal Ijarah pada dana talangan haji. Namun
terdapat perbedaan yaitu penelitian di atas melakukan penelitian pada Bank
Syariah Mandiri Cabang Medan, sedangkan peneliti memfokuskan penelitian pada
Bank Utomo Kantor Cabang Sidomulyo Lampung Selatan.

C. Kerangka Pemikiran

Bank Utomo KC Akad Qardh Wal


Sidomulyo Lampung Ijarah pada dana
Selatan talangan haji

Perspektif Fatwa Sesuai


DSN-MUI No. Pengambilan
29/DSN- Ujrah
Tidak Sesuai
MUI/VI/2002

24
Siti Khoiriah, Analisis Pelaksanaan Dana Talangan Haji di Bank BSM Cabang Medan Melalui Akad
Qard Wal Ijarah, Skripsi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan, 2019.

17
Berdasarkan gambar diatas maka akan dilakukan penelitian untuk mengetahui
bagaimana Pelaksanaan Dana Talangan Haji Di Bank Utomo Kantor Cabang
Sidomulyo Lampung Selatan Melalui Akad Qard Wal Ijarah. Bank Utomo Kantor
Cabang Sidomulyo Lampung Selatan menggunakan Akad Qardh wal Ijarah Pada
Dana Talangan Haji dan dapat dilihat dari indikator-indikator yaitu pengambilan ujrah
yang menggunakan akad ijarah yang sesuai atau tidak dengan Perspektif Fatwa DSN-
MUI No.29/DSNMUI/VI/2002.

18
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian yang digunakan


Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan penulis melaksanakan
penelitian lapangan atau “field research” sedangkan metode yang digunakan
adalah deskriptif kualitatif. Dimana dalam hal ini peneliti mempunyai tujuan
spesifik yaitu untuk mengungkapkan mengenai bagaimana penerapan akad Qard
wal ijarah pada dana Talangan Haji yang dilakukan oleh Bank Utomo Kantor
Cabang Sidomulyo Lampung Selatan.
Metode penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan atau penelusuran untuk
mengesplorasi dan memahami suatu gejala sentral. Untuk memahami gejala
sentral tersebut, peneliti mewawancarai peserta penelitian atau partisipan dengan
mengajukan pertanyaan yang umum dan agak luas. Informasi yang disampaikan
oleh partisipan kemudian dikumpulkan. Informasi tersebut biasanya berupa teks
atau kata. Data yang berupa kata-kata atau teks tersebut kemudian dianalisis.
Berhubungan dengan judul yang dikemukakan maka pendekatan penelitian yang
dilakukan adalah pendekatan kualitatif dan metode yang digunakan penulis untuk
meneliti data keselurahan menggunakan metode deskriptif.

B. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.
Yang dijadikan sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan
sumber data sekunder.
1) Sumber data primer adalah sumber data pokok atau yang paling utama dalam
penelitian. Yang menjadi sumber data primer dalam penalitian ini adalah
Operasional Officer Bank Utomo Kantor Cabang Sidomulyo Lampung Selatan
yang berperan dalam pelaksanaan produk Talangan Haji.
2) Data sekunder Data sekunder yaitu memperoleh data dalam bentuk yang sudah
jadi (tersedia) melalui publikasi dan informasi yang dikeluarkan di berbagai
organisasi atau perusahaan, termasuk majalah jurnal, buku-buku serta sumber
data yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

19
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai
berikut:
1) Wawancara
Wawancara, yaitu suatu percakapan tanya jawab lisan antara dua orang
atau lebih yang duduk berhadapan secara fisik dan di arahkan pada masalah
tertentu. Dalam hal ini, peneliti menanyakan beberapa pertanyaan yang sudah
terstuktur kepada narasumber yang dianggap berkompeten dibidangnya
diharapkan dapat memberikan jawaban dan data secara langsung, jujur dan
valid.
2) Studi Pustaka
Studi pustaka yaitu: mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, buku, brosur maupun media internet.

D. Teknik Analisis Data


Dari data yang didapat metode yang akan digunakan untuk menganalisis data
tersebut adalah dengan menggunakan metode analisa kualitatif dengan cara
membandingkan data yang diperoleh dengan hasil wawancara dan hasil observasi
dan dokumentasi, lalu ditarik kesimpulan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Antonio, M. Syafi’i. 2001. “Bank Syariah dari Teori ke Praktek”. Jakarta : Gema Insani.

Awaluddin. (2016). “Proses Pelaksanaan Akad Qardh Wal Ijarah Pada Produk Talangan
Haji Pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Padang Panjang”.
Jurnal Ilmiah Syari‘ah,15(02).

Aziz, Abdul dan Kustini. 2007. Ibadah Haji Dalam Sorotan Publik. Jakarta: Puslitbank
Kehidupan Keagamaan.

Departemen Agama RI. 2006. “Al-Qur’an dan Terjemah”. Jakarta : Magfiroh Pustaka.

Dewan Syariah Nasional Majlis Ulama Indonesia Nomor 29/DSN-MUI/2002 Tentang


Pembiayaan Pengurusan Haji Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta 2002.

Fatwa DSN-MUI No: 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah.

Fatwa DSN-MUI 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pembiayaan Al-Qardh.

Fikki, Danis Amwalul. 2019. “Penerapan Akad Ijarah pada Prooduk Pembiayaan
Pengurusan Porsi Haji di KSPPS Kopena Pekalongan ditinjau dari Fatwa DSN-
MUI”. Undergraduate Thesis, IAIN Pekalongan.

Helmi, Astri Oktapiani, Nurhasanah Neneng, dan Surahman Maman. (2016). “Analisis
Ekonomi Islam tentang Produk Dana Talangan Haji”. Jurnal Keuangan dan
Perbankan, 02(02).

Huda, Nurul dan Mohamad Heykal. 2010. “Lembaga Keuangan Islam”. Jakarta:
Prenadamedia Group.

Iska, Syukri. 2012. “Sistem Perbankan Syariah Di Indonesia”. Yokyakarta : Fajar Media
Press.

21
Karim, Adiarman. 2913. “Bank Islam: Analisis Fiqih Dan Keuangan”. Jakarta : Rajawali
Pers.

Khoiriah, Siti. 2019. “Analisis Pelaksanaan Dana Talangan Haji di Bank BSM Cabang
Medan Melalui Akad Qard Wal Ijarah”. Skripsi Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara Medan.

Manan, Abdul. 2012. “Hukum Ekonomi Syariah: Dalam Perspektif Kewenangan


Peradilan Agama”. Jakarta: Prenadamedia Group.

Rachmad, Dedy. (2015). “SKIM Qardh Dana Ijarah Dalam Dana Talangan Haji Di
Indonesia”. Jurnal Madania, 05(02).

Sayyid, Sabiq. 2004. “Fiqih Sunnah”. Jakarta : Pena Pundi Aksara.

Sholihin, Ahmad Ifham. 2010. “Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syariah”. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.

Syafe’i, Rachmat. 2001. “Fiqih Muamalah”. Bandung : Pustaka Setia.

Wirdyaningsih. 2005. “Bank dan Asuransi Islam di Indonesia”. Jakarta : Kecana.

22

Anda mungkin juga menyukai