Anda di halaman 1dari 5

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/278158537

Mengapa Bangunan Heritage Sangat Penting Untuk Kota Kita?

Research · June 2015


DOI: 10.13140/RG.2.1.1653.7762

CITATIONS READS

0 2,316

1 author:

Bimo Hernowo
Utrecht University
74 PUBLICATIONS   16 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Dutch architecture and Urbanism : SOERACARTA & ITS HISTORY OF ARCHITECTURE 1700-1945. View project

All content following this page was uploaded by Bimo Hernowo on 13 June 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Sebuah Rangkuman diskusi RG oleh Bimo Hernowo

Mengapa Bangunan Heritage Sangat Penting Untuk Kota Kita?


Oleh Bimo Hernowo

Bangunan heritage sangat mengandung nilai penting unsur kebudayaan. Ia memiliki, Nilai
Estetik dari eksterior maupun interiornya, Nilai Spiritual dimana ia memiliki posisi penting
dalam suatu agama ataupun kepercayaan misalnya dalam kasus masjid ataupun gereja serta
kuil di Tibet. Nilai Sosial, bangunan heritage mampu memberi ikatan dalam suatu komunitas
dan menciptakan unsur landmark suatu tempat. Nilai Sejarah, bangunan heritage mampu
memberi bukti yang masiv tentang suatu peradaban manusia, Nilai Simbolis, bangunan
heritage mampu mewakili status sosial dari masyarakat tertentu, Nilai Otentik, bentuk asli
interior dan eksterior bangunan heritage mewakili suatu ke unikan. Semua nila-nilai tersebut
menyumbangkan nilai lebih untuk individu maupun komunitas terkait
(Throsby,2001;Hernowo, et al., 2013).

Saat ini topik tentang manfaat bangunan sejarah atau bangunan “Heritage” sebagai
pendukung ini kawasan kota kita sangatlah menarik untuk dibicarakan, terutama dimulai dari
pertanyaan tentang apa arti keberadaannya, keuntungan serta masalah maupun tantangannya.
Kita semua tahu bahwa pada dasarnya arsitektur heritage adalah merupakan sesuatu yang
sangat penting bagi sebuah kota. Hal tersebut dikarenakan; Pertama, mampu sebagai
pendorong elemen utama urban “decorum” (perilaku beradap yang sangat pantas dan
mendorong situasi sosial yang nyaman). Kedua, sebagai penanda kehidupan dan sejarah kota,
yaitu sebagai unsur penentu identitas kota. Ketiga, sebagai pendukung ruang terbuka yang di
jaga dan dibuat untuk semua anggota masyarakat guna membangun suatu aktivitas, yang bisa
jadi juga merupakan sebuah laboratorium kerja komunitas, pusat kegiatan sosial, galeri seni
dan lain sebagainya. Keempat, bangunan sejarah dapat di pertahankan, di transformasi dan
disesuaikan menjadi fasilitas lain yang mampu menciptakan daya tarik kota dan mendukung
penampilan bidang usaha untuk kegiatan ekonomi kebudayaan.

Setiap bangunan di dalam sebuah kota adalah a man made space (ruang karya manusia), yang
tergantung dari imagenasi karya sang arsitek berikut ruang dan waktu yang melingkupinya.
Arsitektur heritage dalam sebuah kota juga merupakan testimoni display material, termasuk
teknologi dan gaya konstruksi yang diterapkan. Setiap kota, dengan segala proses perubahan
strukturnya mewakili secara langsung image evolusi dari penghuninya. Oleh karena itu,
bangunan cagar budaya dalam bentuk arsitektur visual dipercaya lebih stabil dan lebih lama
bertahan dari pada kebudayaan verbal yang ada.
Sebuah Rangkuman diskusi RG oleh Bimo Hernowo

Arsitektur heritage adalah salah satu unsur paling penting dari cultural marker (tetenger
kebudayaan) dari sebuah identitas sosial. Hal ini tak ubahnya semacam geneologi hidup
disekitar kita dengan cultural psychological impact (pengaruh psikologi kebudayaan)-nya
yang amat kuat dalam suatu generasi, serta mampu mendorong proses character building bagi
manusianya secara tidak langsung.

Kebudayaan visual dalam berbagai konteks memang lebih kuat daripada segala macam
bentuk urban konseptual dalam masyarakat dan menjadi basis ide dari perbaikan, restorasi,
konservasi, preservasi ataupun re-use bangunan cagar budaya dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap bangunan heritage memiliki nilai unggulan yang berbeda. Dimana secara pandangan
umum kita perlu lebih dalam lagi untuk bertanya; Apakah sebenarnya arsitektur heritage itu?
Apakah semua bangunan arsitektur sejarah atau hanya yang di katergorikan memiliki value
(nilai) saja, dan apakah seluruh karya arsitektur masa lalu memiliki nilai khusus ?

Berkaitan dengan pertanyaan diatas maka diskusi tentang cultural-psychological impact


sangatlah menarik untuk dibicarakan. Bisa jadi bahwa hampir semua arstitektur masa lalu
memiliki nilai, hal ini tergantung pada bagaimana mereka berfungsi secara kebudayaan dan
secara ekonomi. Khususnya tentang heritage bangunan arsitektur, sudah pasti khusus untuk
bangunan yang memiliki historical value (nilai sejarah), aesthetic value (nilai estetika),
mememiliki nilai edukasi (education value), nilai informasi (information value) , mampu
menampilkan nilai warisan (bequest value), nilai otentik (authentic value) dan sebagainya.

Hal diatas juga terkait diskusi antara kebudayaan verbal dan kebudayaan visual dalam konteks
bangunan cagar budaya, diketahui bahwa culture heritage yang dalam hal ini berwujud
arsitektur visual dirasa lebih masiv dibandingkan dengan kebudayaan verbal (verbal culture)
yang cenderung tidak tampak. Meskipun begitu, tentu saja kebudayaan verbal juga harus
diperhatikan untuk mendukung cerita sejarah yang lengkap obyek arsitektur visual atau
bangunan cagar budaya. Lalu bagaimana kita kita memelihara sebuah kebudayaan verbal
untuk dapat selalu mengiringi obyek arsitektur visual sehingga bertahan dari generasi ke
generasi.

Barangkali setiap kota dan setiap tempat di bumi yang memiliki sebuah monumen arsitektur
tentu. Di eropa maupun di asia seperti Italy, Belgia, Jepang dan beberapa tempat di Indonesia,
Sebuah Rangkuman diskusi RG oleh Bimo Hernowo

selalu ditemui pemandu wisata yang menjelaskan tentang sejarah dan urban development
kawasan tertentu. Bahkan terjadi kasus yang sangat menarik dimana disuatu kota didorong
oleh komunitas penduduk kotanya untuk memiliki museum yang mempresentasikan informasi
sejarah kota tersebut. Yang akhirnya diikuti dengan gencarnya mempromosikan serta
membuat publikasi tentang sejarah arsitektur. Sehingga akhirnya di setiap kawasan yang
dianggap penting secara kebudayaan dan sejarah tersebut memiliki suatu panel khusus dengan
gambar maupun esai tentang cerita sejarah pada setiap sudut kotanya. Dari situ kita bisa
menarik pelajaran, bahwa kita tidak boleh pernah lelah untuk mendukung kebudayaan verbal.
Sebagai unsure pendukung utama bangunan heritage. Pada akhirnya visual heritage menjadi
sangat lengkap dengan adanya verbal heritage yang melengkapi.

Dalam kasus di Jerman, istilah heimat (kampung halaman) sangatlah sering didengar terutama
bila berkaitan dengan isu heritage, apalagi bila membicarakan tanah leluhur mereka. Di kota
Detmold terdapat monument yang disebut dengan Hermann Monument banyak pengunjung
yang datang merupakan penduduk yang jauh dari kawasan itu. Dalam bahasa Jerman
monument ini di kenal dengan nama Hermannsdenkmal. Denkmal adalah kata berbahasa yang
berarti momument yang berasal dari kata denken (berfikir) dan mal yang berarti titik waktu
tertentu (atau zeitpunkt) atau bisa kita katakan juga sebagai unsur penanda zaman. Contoh ini,
bisa dikatakan menjadi sebuah mental mark (penanda mentalitas).Yang juga berarti bahwa
cagar budaya mampu, pertama, menjadi pengingat masa-masa kelam dan perjuangan suatu
bangsa. Kedua menjadi pengingat masa-masa keemasan yang dicapai dengan perjuangan dari
masa kemasa. Ketiga, sebagai pengingat bahwa suatu bangsa tersebut telah mampu melampau
zaman yang suram, dimana bangsa tersebut mampu membangun kembali kedalam rel
kontekstualitasnya dan dapat dengan mudah mengatasi permasalahan bangsanya dalam wujud
cermin perkembangan kota yang human atau beradab.

Sehingga kata-kata "a building as a mental mark" yang dalam bahsa Jerman "ein Gebäude als
seelische Markierung", ini berarti bahwa suatu bangunan heritage dikenal dapat memberi
sumbangan pada identitas personal penghuninya atau dalam kata lain menjadi titik referensi
pada setiap jiwa yang hidup di kawasan tersebut serta memberi rasa kebangaan tersendiri bagi
masyarakatnya.

Lalu mengapa bangunan tua mampu memberi daya tarik secara estetika, apa sebab sebabnya?.
Pada dasarnya tidak semua bangunan heritage itu estetis, tetapi mungkin bangunan tersebut
mengandung nilai historis. Sebaliknya suatu bangunan heritage bisa saja sangat estetis tetapi
Sebuah Rangkuman diskusi RG oleh Bimo Hernowo

kemungkinan tidak memiliki latar belakang sejarah yang signifikan. Pada kasus ini akhirnya
nilai sejarahlah yang biasanya diutamakan dari pada nilai estetis tertentu. Maka perhatian
pada sisi aliran seni dan gaya arsitektur sebagai penanda zaman perlu menjadi kategori
tambahan.

Pada kasus-kasus tertentu kadang umur bangunan dan nilai estetikanya sama sekali tidak
singkron. Terdapat tendensi, bahwa kita menilai dengan pertimbangan umur bangunan,
sehingga bangunan tua tersebut lebih tampak indah karena sangat langka. Disisi lain, lalu
muncul kesimpulan lain bahwa keindahan ternyata sama sekali tidak berhubungan dengan
nilai bangunan heritage ( heritage value). Penjelasannya adalah, bahwa estetika merupakan
unsur dari pendekatan kultural terhadap nilai yang selalu berubah dari waktu ke waktu. Nilai
suatu bangunan heritage amatlah penting yang pada masa kebudayaan kontemporer saat ini.
Akan tetapi pada masa kini jutsru kadang dilupakan atau bahkan tidak diperhitungkan,
terutama pada fungsinya sebagai unsur gaya estetika tertentu penanda zaman. Proses
“perlupaan“ ini jelas-jelas didorongan oleh proses yang cenderung mengutamakan binatang
ekonomi.

Akhir kata, dari semua hal diatas bisa kita menarik kesimpulan bahwa perlu adanya kesadaran
akan pentingnya keperdulian terhadap bangunan heritage bagi kita saat ini dan juga bagi
generasi penerus kita. Bangunan cagar budaya tambang kebudayaan bagi sebuah bangsa yang
memilikinya. Bangunan heritage juga merupakan sesuatu yang bernilai tinggi dan sangat
penting bagi pendidikan sejarah dan identitas suatu kawasan, serta bagi komunitas ataupun
sebuah bangsa yang perduli pada pembentukan karakter anak cucunya. Salam Heritage!

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai