Anda di halaman 1dari 17

Permasalahan Sanitasi

dan Ketercapaian CLTS


(STBM) di Kabupaten
Bandung
Christopher Handino
15714027
Rekayasa Infrastruktur Lingkungan
Institut Teknologi Bandung

Data Umum Kabupaten


Bandung
Luas 311.475,19 hektar
Jumlah kecamatan 45,
terdiri dari 432 desa dan 9
kelurahan.
Jumlah penduduk
4.086.162 jiwa dan
1.106.388 KK
Jumlah penduduk miskin
30%
Pertumbuhan penduduk
3,1% per tahun
Urbanisasi penduduk 0,5 %
per tahun

Fakta Sanitasi
Dalam sektor air limbah domestik pada tahun

2012, persentase cakupan pelayanan air


limbah domestik perkotaan di Kabupaten
Bandung baru mencapai angka 37,27 %
Kesepakatan Millenium Development Goals

(MDGs) untuk sektor sanitasi menargetkan


proporsi rumah tangga denga akses
berkelanjutan terhadap sanitasi layak
perkotaan sebesar 76,82 % pada tahun 2015

Air Limbah
Pelayanan air limbah domestik ditangani
dengan sistem on-site dan off-site
Pelayanan off-site sistem skala perkotaan
(IPAL Soreang) melayani sekitar 20%
wilayah kota (Soreang) dan 25% penduduk
kota Soreang, dibangun sejak tahun 1991
Pelayanan off-site sistem diprioritaskan
pada daerah padat penduduk
Terdapat pelayanan off-site sistem skala
kawasan:
a. IPLT Cibeet melayani 8 kecamatan
atau KK dibangun tahun 1995-1996
oleh proyek WJUDSP (Western
Java
Urban Development Sector
Program), dana dari ADB, tidak
berfungsi.
b. IPLT Babakan melayani Kabupaten
Bandung sebelah Timur tahun
1996
oleh APBD Provinsi Jawa
Barat, tidak
berfungsi.
Pelayanan on-site sistem sekitar 46,57 %
penduduk yang mempunyai jamban
pribadi dan jamban komunal.

IPLT Cibeet

Masih Terdapat Masyarakat yang Membuang


Limbah Tinja ke Badan Air

Air Limbah
Pelayanan off-site IPAL
Soreang melayani 300
sambungan rumah dari
total sambungan yang
direncanakan sebanyak
1000 sambungan
IPAL Soreang dengan
kapasitas 10,6 L/det,
dibangun tahun 1991 oleh
Proyek BUDP II (dana
ADB), kondisi saat ini
masih berfungsi (namun
terdapat bagian-bagian
yang rusak, sehingga tidak
optimal)
Tarif rata-rata rumah
tangga (untuk air limbah
tidak ada data), namun
angkutan tinja Rp
15.000,00 per m3
IPAL Soreang

Persampahan
Daerah pelayanan meliputi 26 dari 45
Kecamatan.
Cakupan penduduk dilayani 12,5% dari total
penduduk administrasi atau 34% dari penduduk
perkotaan.
Timbulan Sampah 2 L/o/h
Dilayani oleh Dinas Kebersihan 980 m3/hari, oleh
masyarakat 6 m3/hari (dibuat kompos), yang tidak
dikelola 1.884 m3/hari
Tarif rata-rata rumah tangga Rp 1.500,005.000,00 per bulan
Collection rate sampah 70%

Timbulan Sampah Total 8.320 m3/hari,


dengan komposisi:
Sampah
Komersial,
Peny apuan
Jalan, dll
7%
Sampah

Sampah

Pasar

Domestik

40%

53%

Timbulan Sampah Kota 8.320 m3/hari,


dengan komposisi:
anorganik
35%
organik
65%

Sampah di S. Citepus

Penumpukan Sampah di Pasar

Pemulung
TPA di KabupatenLapak
Bandung

1. TPA Babakan
Komposter Komunal

Terletak di Kecamatan Ciparay;


luas 10,1 hektar, di lembah
25 km dari pusat kota,
0,5 km dari permukiman
Operasi: open dumping menuju
controlled landfill oleh Dinas
Kebersihan

Lapak Pemulung

Air Lindi

Pengolah Lindi

TPA di Kabupaten Bandung


2.TPA Pasirbuluh
Terletak di Kecamatan Lembang;
luas 2,2 hektar, di lembah
35 km dari pusat kota,
2 km dari permukiman 2 km,
Operasi: open dumping oleh Dinas
Kebersihan

Area Curah dan Area Manuver

TPA Pasirbuluh
Lindi dari Tumpukan Sampah

Kesehatan Umum dan Hygiene Practices


Penyakit utama yang disebabkan oleh
air: diare, yang paling rawan di
Ciparay, Majalaya, dan Cimareme.
Diduga ada hubungan antara penyakit
tersebut dengan masalah persampahan
(Kecamatan Cipatat merupakan lokasi
TPA Babakan)

Air Lindi
Air Sumur Penduduk
yang Diduga Tercemar

Masyarakat mendapat pelayanan air minum dari perpipaan PDAM


12,09%, sumur RT 60,74%, mata air 22,69%, sungai 1,80%, lain-lain
3,79%
Nilai kematian bocah 105 (tahun 2005)
Kampanye pengetahuan masyarakat untuk sektor sanitasi dilakukan
melalui penyuluhan perilaku hidup sehat secara rutin yang dilakukan
oleh aparat dinas kesehatan, PKK, Kades Kesehatan Lingkungan, dan
LSM.
Pengelolaan air limbah & sampah RS:
air limbah medis: IPAL dan tangki septik,
air limbah domestik: tangki septik,
sampah: insinerator dan dibakar manual
Insinerator di Rumah Sakit

Kelembagaan
Instansi Pengelola Sampah dan pengelola air limbah offsite:
Dinas Kebersihan (Perda No 9 Tahun 2002 tentang
Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Bandung
tanggal 14 Agustus 2002).

Swasta terlibat dalam pengangkutan ke TPA pada 2 (dua)


perumahan (kapasitas sampah 12 m3/hari)
Instansi Pengelola Air Limbah on site sistem: Dinas
Permukiman dan Tata Wilayah (Perda No, 9 tahun 2002

Partisipasi Masyarakat bidang Persampahan


Program penanganan masalah sampah oleh
kelompok masyarakat :
a. Program Pengomposan dan 3R (daur
ulang limbah plastik) sampah oleh
Masyarakat Desa Parungserab Kecamatan
Katapang dan Desa Margahayu Selatan
Kecamatan Margahayu;
b. Program Sekolah Hijau di SMAN 1
Soreang, SMPN 2 Soreang, dan SMPN 2
Margahayu.
LSM sektor sanitasi:
Warga Peduli Lingkungan
Kelompok Peduli Lingkungan,
Masyarakat Pencinta Citarum, dll
Key stakeholders sektor sanitasi:
Dinas Kebersihan,
Dinas Permukiman & Tata Wilayah,
Dinas Lingkungan Hidup,
Dinas Kesehatan,
LSM Lingkungan/Sanitasi,
Forum Bandung Sehat,
Perguruan Tinggi.

Pengomposan dan Daur


Ulang Limlah Plastik di
Parungserab

Kegiatan Pengomposan oleh


Sekolah Hijau

Permasalahan
Permasalahannya adalah ketersediaan infrastruktur

sudah cukup memenuhi tetapi kesadaran


masyarakatnya akan kesehatan dan keperawatan
infrastruktur kurang
Perilaku BABS masih banyak ditemukan di Kabupaten

Bandung
Ketidakmeratanya infrastruktur penunjang sanitasi di

Kabupaten Bandung
Tidak adanya perawatan infrastruktur penunjang
Pembangunan infrastruktur tidak melibatkan

masyarakat

SOREANG, (PRLM).- Bupati Bandung Dadang M. Naser


mengeluarkan Peraturan Bupati No.53 Tahun 2014 tentang
penyelenggaraan Sanitasi total berbasis masyarakat
(STBM). Hal itu disebabkan penggunaan jamban keluarga
atau tidak buang air besar sembaranganbaru mencapai
69.12 persen dari seluruh warga Kab. Bandung.Peraturan
tersebut bertujuan untuk mewujudkan perilaku masyarakat
yang higienis dan saniter secara mandiri dalam kerangka
meningkatkan derajat kesehatan, Ucap Sekda Kabupaten
Bandung Ir. H. Sofian Nataprawira, Mp di komplek Pemkab
Bandung, Senin (23/3).Sofian mengatakan, .persoalan di
sektor Sanitasi hampir dihadapi oleh seluruh Kabupaten
dan kota di Indonesia termasuk di Kabupaten Bandung
sendiri. "Hal ini akibat terbatasnya dukungan Inprastruktur
yang memadai, dan masih rendahnya kesadaran
masyarakat untuk melakukan perilaku hidup bersih dan
sehat," katanya. Data yang disodorkan Dinas Kesehatan
Kabupaten Bandung, mengungkapkan cakupan akses air
minum baru mencapai 73,85%, penggunaan jamban
keluarga atau yang tidak BABS (Buang Air Besar
Sembarangan) 69,12% dan cangkupan akses pelayanan
sarana pengolahan air limbah (SPAL) sebesar 40,24%. Kita
mengharapkan pada akhir tahun 2015, seluruh cangkupan
ini bisa mencapai lebih dari 75%, harapnya.Untuk
mencapai target tersebut, ia meminta agar Dinas
Kesehatan, Dispertasih dan BAPPEDA, PKK/Posyandu,
Apdesi lebih mempererat koordinasi untuk menentukan
perencanaan
pembiayaan
(dana)
dan
penyediaan
WARGA menimba air dari sumur di jamban seadanya yang langsung
salurannya mengalir ke Sungai Citarum di Kampung Babakan RW
infrastruktur. "Kabupaten Bandung telah dilaksanakan
18, Desa Mekarrahayu, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung,
metode pemicuan STBM di 151 desa dengan enam desa di
Senin (23/3/2015). Sebanyak 30 persen atau sepertiga warga
antaranya sudah 100% Stop Buang Air Besar Sembarangan
Kabupaten Bandung masih membuang limbahnya tidak dalam
atau SBS," katanya.Keenam desa tersebut masing-masing,
septic tank
Desa Rancaekek Kencana (Kec.Rancaekek), Desa Nagrak
(Kecamatan
Pacet),
Desa
Ciporeat
(Kecamatan
Cilengkrang), Kelurahan Sulaeman (Kecamatan Margahayu),
Desa Marga Mekar dan Desa Marga Mukti (Kecamatan
Pangalengan). Bahkan satu desa diantaranya yaitu desa
Ciporeat kata Sofian sudah di verifikasi dan dideklarasikan
http://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/2015/03/23/320852/30-persen-lebih-warga-kab-bandung-buang-air-besar-sembarangan
sebagai desa SBS. Khusus desa SBS menurut Kadinkes

30 Persen Lebih
Warga Kab. Bandung
Buang Air Besar
Sembarangan

Pencapaian STBM
Beberapa desa di Kabupaten Bandung sudah

berhasil menjalankan program STBM


Pembangunan beberapa infrastruktur

pendukung sudah ada


Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

sudah berjalan dibeberapa sekolah dasar di


Kabupaten Bandung
Pemberlakuan program pembangunan

infrastruktur sanitasi berbasis masyarakat

Kang Hebring pun


tak mau kalah
meramaikan Hari
Cuci Tangan Pakai
Sabun di Kabupaten
Bandung

Dinkes Propinsi Jawa Barat bersama dengan


Save the Children melaksanakan Kegiatan
HCTPS di 4 Kecamatan, Kertasari, Pacet,
Majalaya dan Ciparay, pada tanggal 23
November 2013 lalu, dipusatkan di Lapangan
Baturaji Ciparay Kabupaten Bandung dan
diperkirakan dihadiri oleh 1000 orang. Tidak
ada kata terlambat untuk mensukseskan
kampanye Cuci Tangan Pakai Sabun, yang
merupakan salah satu pilar dari Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat, warga Provinsi Jawa
Barat pun hiruk pikuk menyaksikan kocaknya
aksi Kang Hebring. Seperti diketahui Kang
Hebring, telah dikenal sebagai maskot STBM
di Provinsi Jawa Barat sejak dikukuhkan
kembali pelaksanaan STBM oleh Gubernur
Jawa Barat, Ahmad Heryawan, pada acara
Karatagan Sanitasi pikeun Jawa Barat di
Saung Angklung Udjo beberapa bulan
sebelumnya.
Tak cukup dengan sajian kocak dari Kang
Hebring.
Terdapat
beberapa
rangkaian
kegiatan lainnya seperti: Jalan sehat untuk
keluarga, Lomba melukis tempat Cuci Tangan
dan pameran yang didalamnya juga ada
game centre Cuci tangan untuk anak-anak.

http://www.stbm-indonesia.org/?page=berita&command=detail&id1=7101

Terima Kasih
SUMBER
http://ampl.bandungkab.go.id
http://jabarprov.go.id
http://www.ampl.or.id
http://stbm-indonesia.org

Anda mungkin juga menyukai