Anda di halaman 1dari 2

Intermediate Treatment Facility

ITF (Intermediete Treatment Facility) adalah fasilitas pengolahan sampah antara yang
bertujuan untuk mengurangi jumlah sampah sebesar-besarnya sebelum masuk ke TPA atau
tempat pembuangan akhir sampah. ITF biasa juga disebut dengan transfer station yang penting
adalah fasilitas yang fungsinya dapat sebesar mungkin mengurangi jumlah sampah yang
ditimbun di TPA.

adanya ITF ini sangat diharapkan dapat mengurangi biaya pengangkutan sampah dan juga
sekaligus menambah umur TPA. Tapi masih ada tujuan mulia lainnya yaitu menghasilkan energi
alternatif.

Beruntung bisa ikut terlibat dalam pilot project di Indonesia ini walaupun di negara-negara
eropa bahkan di negara tetangga kita sendiri sudah lebih dari 10 tahun ada fasilitas ini dan bisa
menghasilkan energi setidaknya bagi warga di sekitarnya.

Kalau melihat negara-negara lain dimana sampah sudah dipilah di sumber, akan ditemukan
bangunan ITF yang seperti pabrik, tertutup, canggih, bersih dan yang hebatnya lagi.. tidak bau.
Kita bisa menemukan 2 jenis ITF, yaitu yang mengolah sampah anorganik, dapat dibakar lalu
energi panasnya digunakan sebagai pembangkit listrik dan yang satu lagi… Ini yang akan
diterapkan di Indonesia. Mengolah sampah organik dimana sampah akan dibuat kompos, air
lindinya bisa menghasilkan gas metan yang bisa menghasilkan listrik juga lalu residunya alias
padatanya bisa menjadi pupuk kompos kelas tinggi.

Dibandingkan negara yang sampahnya sudah dipilah di tingkat rumah, kita perlu tambahan
perlakuan yang cukup memeras keringat dan biaya; yaitu pemilahan. Memisahkan sampah
organik dan anorganik ternyata memakan biaya tersendiri (berharap yang baca ini bisa sadar
dan mulai memilah sampah di rumahnya)

Secara sederhana sistem kerja ITF adalah seperti ini

Pertama setelah dilakukan pemilahan sampah organik dan anorganik, sampah organik dicacah
kemudian dimasukkan ke kompartemen hidrolisis. Disitu sampah tercacah disemprot dengan
air lindi yang diputarkan dari anaerobic digester secara kontinyu supaya air lindi yang ada di
dalam sampah bisa terpancing keluar dengan maksimal dan dapat menghasilkan gas juga
dengan maksimal.

Sistem yang digunakan biasa saja, hanya ada tambahan pengolahan air lindi seperti pada biogas
dari limbah domestik atau peternakan ataupun limbah tahu. Untuk tahu lebih lengkap proses
pengolahan digester bisa mencari info proses biologis untuk anaerobic digester pada
pengolahan limbah domestik secara umum mirip lah prosesnya.

Perlakuan untuk komposnya sendiri sama dengan pembuatan kompos dengan cara aerobic
sehingga pastilah orang-orang Indonesia sudah familiar dan tidak perlu dijelaskan lebih lanjut
juga rasanya

Kalau diperhitungkan memang pendapatan dari sampah cukup menjanjikan setidaknya bila
tidak dijual bisa disumbang ke masyarakat sekitar sehingga bisa mengurangi beban
pengeluaran mereka. Ini bisa jadi program CSR yang baik bagi siapapun yang melakukan.

Disamping listrik dan kompos, masih ada sampah anorganik yang dapat dikumpulkan dan dijual
(ini bisa terjadi karna di Indonesia sampahnya tidak dipilah di rumah). Adanya pengumpulan
sampah anorganik ini dapat juga dikembangkan menjadi Bank Sampah yang sebetulnya sudah
marak di mana-mana.

Dari segala keuntungan yang bisa kita dapatkan dari ITF sebetulnya hanya 1 hal yang harus
sangat dijaga dan diperhatikan, yaitu KONSISTENSI. Bila sampah dibiarkan lebih dari 1 hari
maka sampah akan mulai bau lalu mulai kumuh dan banyak penyakit. Berbeda dengan bila
sampah selalu diolah setiap hari.

Maka bagi perusahaan, pemerintah maupun perorangan atau komunitas.. mengolah sampah itu
tidak sulit tapi komitmen dan konsistensi itulah yang biasanya membuat kita berat untuk
memulai dan melakukan

https://fransitta.wordpress.com/2013/03/22/intermediate-treatment-facility/

FRANSITTA 2013

Anda mungkin juga menyukai