Anda di halaman 1dari 48

Panduan Penyusunan

Standar Operasional Prosedur

FASILITASI KEMITRAAN KEHUTANAN DAN MEKANISME PEMBAGIAN HASIL


PADA WILAYAH PERIZINAN BERUSAHA PEMANFAATAN HUTAN (PBPH)
DI KAWASAN HUTAN PRODUKSI DAN/ATAU HUTAN LINDUNG

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan


2022

i
Panduan Penyusunan SOP
FASILITASI KEMITRAAN KEHUTANAN DAN MEKANISME PEMBAGIAN HASIL
PADA WILAYAH PERIZINAN BERUSAHA PEMANFAATAN HUTAN (PBPH)
DI KAWASAN HUTAN PRODUKSI DAN/ATAU HUTAN LINDUNG

PENYUSUN
Unit Direktorat Bina Rencana Pemanfaatan Hutan
Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari

Dr. Deni, S.Hut, M.Si


Ir.Trio Santoso, M.Sc
Saiful Bahri, S.H. M.Hum

PENANGGUNG JAWAB
Dr. Ir. Drasospolino, M.Sc

PENGARAH
Dr. Drajad Kurniadi, S.Hut., M.Si
Dr. Rahmat Budiono, S.Hut, M.Hum
Fahrudi Efendi, S.Hut., M.M
Andi Adriana We Tenri Sau, S.Hut., M.For.Sc

DESAIN TATA LETAK


Irfan Fadilah, S.E
Fahrizal Akbar, S.Hut

Penerbit
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Jl. Jend. Gatot Subroto Gedung Manggala Wanabakti Blok I lt.6 Jakarta Pusat

November 2022

Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau


seluruh isi buku ini dengan bentuk dan cara apapun tanpa izin tertulis dari penerbit

ii
Kata Pengantar

Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi dan/atau Lindung berkewajiban


memfasilitasi pelaksanaan Kemitraan Kehutanan di dalam Kawasan hutan
sebagaimana yang tercantum di dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan No. P.8 tahun 2021 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan di Hutan Lindung dan Hutan Produksi
diantaranya Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi/ Lindung melakukan : 1)
pelaksanaan fasilitasi pemanfaatan hutan dan penggunaan Kawasan hutan pada KPH;
2) pelaksanaan pendampingan, pembinaan kelompok tani hutan dan bimbingan teknis
dalam mendukung kegiatan pengelolaan perhutanan sosial. Mekanisme perhutanan
sosial di areal Persetujuan Berusaha Pemanfaatan Hutan dilakukan melalui skema
Kemitraan Kehutanan.

Untuk meningkatkan efektifitas pelaksanaan Fasilitasi Kemitraan Kehutanan dan


Mekanisme Pembagian Hasil maka perlu disusun Standar Operasional Prosedur (SOP)
pada unit organisasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi dan/atau Lindung. Standar
Operasional Prosedur (SOP) adalah sistem yang disusun untuk memudahkan,
merapikan, dan menertibkan kegiatan yang dilaksanakan oleh Kesatuan Pengelolaan
Hutan Produksi dan/atau Lindung.

Dalam rangka mendukung upaya KPH efektif, maka Direktorat Bina Rencana
Pengelolaan Hutan, Ditjen Pengelolaan Hutan Lestari menyusun dokumen Pedoman
Standar Operasional Prosedur (SOP) kegiatan Fasilitasi Kemitraan Kehutanan dan
Mekanisme Pembagian Hasil pada Wilayah Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan
(PBPH) di Kawasan Hutan Produksi dan/atau Hutan Lindung. Pedoman ini diharapkan
mampu meningkatkan aspek Kelola sosial di dalam KPH dan mendorong realisasi
nasional untuk capaian skema Kemitraan Kehutanan di areal pemegang Persetujuan
Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH).

Jakarta, November 2022

Dr. Ir. Drasospolino, M.Sc


NIP. 19640907 199102 1 002

iii
Daftar Isi

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 2
1.2 Maksud dan Tujuan ............................................................................................... 4
1.3 Dasar Hukum ............................................................................................................ 4

BAB II. FORMASI SOP FASILITASI KEMITRAAN KEHUTANAN DAN MEKANISME


PEMBAGIAN HASIL ................................................................................................... 5
2.1 Prinsip Fasilitasi Kerjasama Kemitraan Kehutanan .................................... 6
2.2 Susunan Standar Operasional Prosedur ........................................................ 8
2.3 Kerangka Standar Operasional Prosedur ...................................................... 8

LAMPIRAN

iv
1

Pendahuluan

1
1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2020 Pasal 157 ayat 2
mewajibkan pemegang Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) melakukan
kemitraan dengan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan. Kegiatan
kemitraan dengan masyarakat di areal pemegang Perizinan Berusaha Pemanfaatan
Hutan disebut sebagai bentuk mekanisme Perhutanan Sosial melalui Kemitraan
Kehutanan. Kegiatan kemitraan dengan masyarakat, pemegang Perizinan Berusaha
Pemanfaatan Hutan (PBPH) akan melakukan kegiatan identifikasi dan pemetaan
konflik di wilayah kerjanya sebagai dasar pertimbangan untuk melakukan kegiatan
Kemitraan Kehutanan.

Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi dan/atau


Lindung berkewajiban memfasilitasi
pelaksanaan Kemitraan Kehutanan di dalam
“Konflik di Kawasan hutan sebagaimana yang tercantum di
dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
tingkat tapak Kehutanan No. P.8 tahun 2021 tentang Tata

meningkatkan Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan


Hutan serta Pemanfaatan Hutan di Hutan
degradasi Lindung dan Hutan Produksi diantaranya

sumber daya Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi/ Lindung


melakukan : 1) pelaksanaan fasilitasi
hutan” pemanfaatan hutan dan penggunaan Kawasan
hutan pada KPH; 2) pelaksanaan pendampingan,
pembinaan kelompok tani hutan dan bimbingan
teknis dalam mendukung kegiatan pengelolaan
perhutanan sosial. Mekanisme perhutanan
sosial di areal Persetujuan Berusaha
Pemanfaatan Hutan dilakukan melalui skema
Kemitraan Kehutanan.

2
Dalam pengurusan persetujuan Kemitraan Kehutanan, terdapat rangkaian
tahapan kegiatan termasuk didalamnya mengenai mekanisme pembagian manfaat
(Benefit Sharing Mechanism) diantara pemegang Perizinan Berusaha Pemanfaatan
Hutan (PBPH) dengan mitra kelompok masyarakat yang tertuang dalam Nota
Kesepakatan Kerjasama sebagai lampiran usulan persetujuan Kemitraan Kehutanan.
Untuk meningkatkan efektifitas pelaksanaan Fasilitasi Kemitraan Kehutanan dan
Mekanisme Pembagian Hasil maka perlu disusun Standar Operasional Prosedur (SOP)
pada unit organisasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi/ Lindung.

Fungsi utama Standar Operasional


Prosedur adalah sebagai pedoman untuk
memudahkan pelaksanaan kerja. Standar
Operasional Prosedur berisi tahapan dan
“Faktanya hanya
urutan suatu pekerjaan akan menuntun para
staf Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi 3% realisasi
dan/atau Lindung dalam menyelesaikan
tugasnya. Dengan adanya Standar Operasional
Skema
Prosedur (SOP), kinerja Kesatuan Pengelolaan Kemitraan
Hutan Produksi/ Lindung bisa lebih terarah dan
optimal. Staf Kesatuan Pengelolaan Hutan Kehutanan di
Produksi/ Lindung akan mengetahui apa saja Areal PBPH”
yang harus dikerjakan dan hal mana yang tidak
boleh dilakukan. Dengan demikian tujuan
organisasi bisa lebih mudah tercapai.

Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah sistem yang disusun untuk


memudahkan, merapikan, dan menertibkan kegiatan yang dilaksanakan oleh Kesatuan
Pengelolaan Hutan Produksi/ Lindung termasuk kegiatan Fasilitasi Kemitraan
Kehutanan dan Mekanisme Pembagian Hasil pada Wilayah Perizinan Berusaha
Pemanfaatan Hutan (PBPH) di Kawasan Hutan Produksi/ Lindung. Standar Operasional
Prosedur (SOP) hadir dalam bentuk dokumen yang berkaitan dengan prosedur yang
dilakukan secara kronologis untuk membantu menyelesaikan kegiatan Fasilitasi
Kemitraan Kehutanan dan Mekanisme Pembagian Hasil untuk memperoleh hasil kerja
efektif dari staf Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi/ Lindung. Dalam rangka
mendukung upaya KPH efektif, maka Direktorat Bina Rencana Pengelolaan Hutan,
Ditjen Pengelolaan Hutan Lestari menyusun dokumen Pedoman Standar Operasional
Prosedur (SOP) kegiatan Fasilitasi Kemitraan Kehutanan dan Mekanisme Pembagian
Hasil pada Wilayah Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) di Kawasan Hutan
Produksi/ Lindung.

3
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur
Fasilitasi Kemitraan Kehutanan dan Mekanisme Pembagian Hasil pada Wilayah
Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) di Kawasan Hutan Produksi dan/atau
Hutan Lindung, diantaranya:

“Memberikan pedoman bagi Kesatuan Pengelolaan


Hutan menyusun Standar Operasional Kerja (SOP)
dalam pelaksanaan kegiatan Fasilitasi Kemitraan
Kehutanan”

“Memberikan pedoman bagi Kesatuan Pengelolaan


Hutan menyusun Standar Operasional Kerja (SOP)
dalam pelaksanaan kegiatan Mekanisme Pembagian
Hasil Skema Kemitraan Kehutanan”

“Mendukung meningkatkan efektifitas pengelolaan


hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan”

1.3 Dasar Hukum


1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Kehutanan;
3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.8 tahun 2021
tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta
Pemanfaatan Hutan di Hutan Lindung dan Hutan Produksi;
4. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.9 tahun 2021
tentang Pengelolaan Perhutanan Sosial.

4
2

Formasi SOP

5
Formasi SOP Fasilitasi Kemitraan
2 Kehutanan dan Mekanisme
Pembagian Hasil

2.1 Prinsip Fasilitasi Kerjasama Kemitraan Kehutanan


Kemitraan Kehutanan adalah pola kerjasama kegiatan pemanfaatan hutan oleh
pemegang perizinan berusaha Pemanfaatan Hutan atau pemegang persetujuan
penggunaan kawasan hutan dengan mitra/Masyarakat untuk memanfaatkan hutan
pada kawasan Hutan Lindung atau kawasan Hutan Produksi dalam rangka Perhutanan
Sosial. Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi/ Lindung sebagai unit pengelola
Kawasan hutan, membantu memfasilitasi pelaksanaan Kemitraan Kehutanan di areal
pemegang Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH). Dalam kegiatan fasilitasi,
Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi/ Lindung perlu menggunakan prinsip yang
selaras dengan prinsip-prinsip dalam tata kelola pemerintahan yang baik.

“Proses yang
partisipatif
meningkatkan
peluang keberhasilan
skema kemitraan
kehutanan”

6
# PRINSIP TRANSPARASI
“Menciptakan kepercayaan timbal balik antara
Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi
dan/atau Lindung, pemegang PBPH dan
masyarakat melalui penyedian informasi dan
# PRINSIP PARTISIPASI menjamin kemudahan didalam memperoleh
“Mendorong setiap unsur warga informasi yang akurat dan memadai”
(pemegang PBPH, masyarakat
setempat, perangkat desa, entitas
lainnya) untuk mempergunakan hak
dalam menyampaikan pendapat
dalam proses pengambilan
keputusan, yang menyangkut # PRINSIP KESETARAAN

kepentingan masyarakat, baik secara “Memberi peluang yang sama bagi setiap anggota

langsung maupun tidak langsung” masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya”

# PRINSIP DAYA TANGGAP


“Meningkatkan kepekaan
para penyelenggara
# PRINSIP AKUNTABILITAS
pengelolaan hutan sebagai
“Meningkatkan
wakil dari Pemerintah
akuntabilitas para
terhadap aspirasi
pengambil keputusan
masyarakat, tanpa kecuali”
dalam segala bidang yang
menyangkut kepentingan
masyarakat luas”

# PRINSIP PROFESIONAL
# PRINSIP EFISIENSI & EFEKTIFITAS “Meningkatkan kemampuan dan moral
“Menjamin terselenggaranya pelayanan kepada penyelenggara pengelola hutan pada
masyarakat dengan menggunakan sumber daya Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi
yang tersedia secara optimal dan bertanggung dan/atau Lindung agar mampu memberi
jawab” pelayanan yang mudah, cepat, tepat dengan
biaya yang terjangkau”

7
2.2 Susunan Standar Operasional Prosedur
Standar Operasional Prosedur kegiatan Fasilitasi Kemitraan Kehutanan dan
Mekanisme Pembagian Hasil pada Wilayah Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan
(PBPH) di Kawasan Hutan Produksi/ Lindung, memiliki susunan sebagai berikut:
a. Latar Belakang
b. Tujuan
c. Ruang Lingkup
d. Daftar Acuan
e. Definisi
f. Peran dan Tanggung Jawab
g. Prosedur Kerja

2.3 Kerangka Standar Operasional Prosedur


Kerangka Standar Operasional Prosedur kegiatan Fasilitasi Kemitraan Kehutanan
dan Mekanisme Pembagian Hasil pada Wilayah Perizinan Berusaha Pemanfaatan
Hutan (PBPH) di Kawasan Hutan Produksi dan/atau Hutan Lindung, tertuang dengan
jelas pada contoh format SOP sebagai berikut :

8
KERANGKA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Fasilitasi Kemitraan Kehutanan dan Mekanisme Pembagian Hasil pada Wilayah
Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) di Kawasan Hutan Produksi
dan/atau Hutan Lindung

=====================================================================

A. HALAMAN JUDUL
(Halaman judul dilengkapi judul SOP, logo, tahun dan institusi penerbit SOP)

B. HALAMAN PENGESAHAN
(Halaman pengesahan memuat, judul SOP, tanggal terbit SOP, tanggal revisi, tanggal
efektif, kotak pengesahan yang mewakili Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan
Produksi/ Lindung)

C. HALAMAN ISI
(Halaman isi seperti contoh dibawah ini)

I. Latar Belakang

(Latar belakang dapat berupa memuat isi sebagai berikut: 1) gambaran pengelolaan
hutan di Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi/ Lindung, 2) dinamika pengelolaan
hutan yang terjadi, 3) konteks pembaruan kebijakan kehutanan pasca UU No 11 tahun
2020 tentang Cipta Kerja serta Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Kehutanan yang menunjukan perubahan peran dan posisi KPHP/L,
4) potensi perhutanan sosial skema Kemitraan Kehutanan antara Pemegang Perizinan
Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) dengan masyarakat setempat, 5) kondisi social
ekonomi masyarakat dan konflik penguasaan lahan di areal yang dibebani izin PBPH
serta urgensi skema kemitraan kehutanan di areal yang dibebani izin PBPH; 6) perlunya
standar operasional prosedur dalam upaya meningkatkan efektifitas pengelolaan
hutan oleh KPHP/L melalui kegiatan skema Kemitraan Kehutana)

II. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan Standar Operasional Prosedur Fasilitasi Kemitraan Kehutanan


dan Mekanisme Pembagian Hasil pada Wilayah Perizinan Berusaha Pemanfaatan
Hutan (PBPH) di Kawasan Hutan Produksi dan/atau Hutan Lindung, diantaranya:

9
1. Memberikan pedoman kerja bagi staf Kesatuan Pengelolaan Hutan
Produksi/Lindung dalam pelaksanaan kegiatan Fasilitasi Kemitraan Kehutanan
pada Wilayah Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) di Kawasan Hutan
Produksi dan/atau Hutan Lindung;
2. Memberikan pedoman kerja bagi staf Kesatuan Pengelolaan Hutan
Produksi/Lindung dalam pelaksanaan kegiatan Mekanisme Pembagian Hasil
Skema Kemitraan Kehutanan pada Wilayah Perizinan Berusaha Pemanfaatan
Hutan (PBPH) di Kawasan Hutan Produksi dan/atau Hutan Lindung
3. Meningkatkan efektifitas pengelolaan hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan
Produksi/ Lindung untuk mendukung program Perhutanan Sosial di dalam
Kawasan Hutan Produksi dan/atau Hutan Lindung.

III. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari Standar Operasional Prosedur (SOP) Fasilitasi Kemitraan


Kehutanan dan Mekanisme Pembagian Hasil pada Wilayah Perizinan Berusaha
Pemanfaatan Hutan (PBPH) di Kawasan Hutan Produksi dan/atau Hutan Lindung,
diantaranya:
1. Prosedur kegiatan penilaian objek areal Kemitraan Kehutanan;
2. Prosedur kegiatan sosialisasi skema Kemitraan Kehutanan;
3. Prosedur kegiatan pembentukan kelembagaan kelompok;
4. Prosedur kegiatan pemetaan aset dan modal pra Kerjasama;
5. Prosedur fasilitasi pembahasan pembagian hasil;
6. Prosedur fasilitasi penyusunan Naskah Kesepakatan Kerjasama;
7. Prosedur fasilitasi permohonan persetujuan Kemitraan Kehutanan;
8. Prosedur fasilitasi penguatan kelembagaan kelompok;
9. Prosedur fasilitasi penyelesaian perselisihan.

IV. Daftar Acuan

Acuan penyusunan Standar Operasional Prosedur Fasilitasi Kemitraan Kehutanan


dan Mekanisme Pembagian Hasil pada Wilayah Perizinan Berusaha Pemanfaatan
Hutan (PBPH) di Kawasan Hutan Produksi dan/atau Hutan Lindung, diantaranya:
1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah beberapa kali

10
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6635);
3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.8 tahun 2021
tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta
Pemanfaatan Hutan di Hutan Lindung dan Hutan Produksi (Berita Negara
Republik Indonesia tahun 2021 Nomor 319);
4. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.9 tahun 2021
tentang Pengelolaan Perhutanan Sosial (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2021 Nomor 320).

V. Definisi

1. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber
daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan;
2. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah untuk
dipertahankan keberadaannya sebagai Hutan tetap;
3. Hutan Lindung adalah Kawasan Hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah
banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara
kesuburan tanah;
4. Hutan Produksi adalah Kawasan Hutan yang mempunyai fungsi pokok
memproduksi hasil Hutan;
5. Pemanfaatan Hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan Kawasan Hutan,
memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan Hasil Hutan Kayu dan bukan
kayu, memungut Hasil Hutan Kayu dan bukan kayu serta mengolah dan
memasarkan hasil Hutan secara optimal dan adil untuk kesejahteraan
masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya;
6. Pemanfaatan Kawasan adalah kegiatan untuk memanfaatkan ruang tumbuh
sehingga diperoleh manfaat lingkungan, manfaat sosial, dan manfaat ekonomi
secara optimal dengan tidak mengurangi fungsi utamanya;

11
7. Pemanfaatan Jasa Lingkungan adalah kegiatan untuk memanfaatkan potensi
jasa lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan mengurangi fungsi
utamanya;
8. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu adalah kegiatan untuk memanfaatkan dan
mengusahakan hasil Hutan berupa kayu dengan tidak merusak lingkungan dan
tidak mengurangi fungsi pokoknya;
9. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu adalah kegiatan untuk memanfaatkan
dan mengusahakan hasil Hutan berupa bukan kayu dengan tidak merusak
lingkungan dan tidak mengurangi fungsi pokoknya;
10. Pemungutan Hasil Hutan Kayu dan/atau Bukan Kayu adalah kegiatan untuk
mengambil hasil Hutan baik berupa kayu dan/atau bukan kayu;
11. Kesatuan Pengelolaan Hutan yang selanjutnya disingkat KPH adalah wilayah
pengelolaan Hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dikelola
secara efisien, efektif, dan lestari;
12. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung yang selanjutnya disingkat KPHL adalah
KPH yang luas wilayah seluruhnya atau sebagian besar terdiri dari Hutan
Lindung;
13. Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi yang selanjutnya disingkat KPHP adalah
KPH yang luas wilayah seluruhnya atau sebagian besar terdiri dari Kawasan
Hutan Produksi;
14. Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan yang selanjutnya disingkat PBPH adalah
Perizinan Berusaha yang diberikan kepada pelaku usaha untuk memulai dan
menjalankan usaha dan/atau kegiatan Pemanfaatan Hutan;
15. Perhutanan Sosial adalah system pengelolaan hutan lestari yang dilaksanakan
dalam Kawasan hutan negara atau Hutan Hak/Hutan Adat yang dilaksanakan
oleh masyarakat setempat atau Masyarakat Hukum Adat sebagai pelaku utama
untuk meningkatkan kesejahteraannya, keseimbangan lingkungan dan
dinamika social budaya dalam bentuk Hutan Desa (HD), Hutan Kemasyarakatan
(HKm), Hutan Tanaman Rakyat (HTR), Hutan Adat (HA) dan Kemitraan
Kehutanan;
16. Persetujuan Pengelolaan Perhutanan Sosial adalah pemberian akses legal
Pemanfaatan Hutan yang dilakukan oleh kelompok Perhutanan Sosial untuk
kegiatan Pengelolaan HD, Pengelolaan HKm, Pengelolaan HTR, Kemitraan
Kehutanan dan Hutan Adat pada Kawasan Hutan Lindung, Kawasan Hutan
Produksi atau Kawasan Hutan Konservasi sesuai fungsinya;
17. Persetujuan Kemitraan Kehutanan adalah persetujuan kemitraan yang diberikan
kepada pemegang perizinan berusaha Pemanfaatan Hutan atau pemegang
persetujuan penggunaan Kawasan hutan dengan mitra/ masyarakat untuk

12
memanfaatkan hutan pada Kawasan Hutan Lindung atau Kawasan Hutan
Produksi;
18. Konflik adalah suatu proses sosial dimana orang Perorangan atau kelompok
masyarakat berusaha untuk memenuhi tujuan dan/atau kepentingannya
dengan jalan menentang pihak lain/lawan yang disertai dengan ancaman
dan/atau kekerasan.
19. Potensi konflik adalah faktor-faktor yang berpeluang menjadi penyebab timbul
atau berkembangnya konflik.
20. Pemetaan potensi konflik adalah kegiatan penyajian data biofisik maupun
informasi sosial, ekonomi, budaya, lingkungan maupun aspek kehidupan
lainnya dalam suatu wilayah desa beserta kelompok masyarakatnya yang
disusun secara deskriptif maupun spasial berdasarkan kriteria dan indikator
tertentu yang telah ditetapkan.
21. Masyarakat Setempat adalah kesatuan sosial yang terdiri dari warga masyarakat
baik perempuan dan laki-laki yang tinggal di sekitar Kawasan hutan dibuktikan
dengan kartu tanda penduduk yang bermukim dan/ atau mengelola di dalam
Kawasan hutan negara dibuktikan dengan memiliki komunitas social berupa
Riwayat pengelolaan Kawasan hutan dan bergantung pada hutan;
22. Pendampingan adalah kegiatan yang dilakukan kepada masyarakat/ kelompok
Persetujuan Pengelolaan Perhutanan Sosial untuk pengelolaan hutan lestari
dan peningkatan kesejahteraan masyarakat;
23. Pendamping adalah pihak yang memiliki kompetensi dalam melakukan
pendampingan terhadap masyarakat pemegang Persetujuan Pengelolaan
Perhutanan Sosial secra perorangan dan/atau kelompok dan/atau Lembaga;
24. Masyarakat adalah perseorangan, kelompok orang termasuk MHA atau badan
hukum;
25. Perseorangan adalah Warga Negara Indonesia yang cakap bertindak menurut
hukum;
26. Stakeholders atau pemangku kepentingan adalah tertentu dalam kehidupan
masyarakat yang berhubungan langsung dengan upaya Identifikasi dan
Pemetaan Konflik dalam pengusahaan Hutan. aktor, baik individu, kelompok,
atau organisasi yang memiliki kepentingan terhadap Identifikasi dan
Pemetaan Konflik pengusahaan Hutan;
27. Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disingkat UPT adalah unit yang
membidangi Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan;
28. Kelompok Kerja Percepatan Perhutanan Sosial yang selanjutnya disingkat Pokja
PPS adalah kelompok kerja provinsi yang membantu kegiatan percepatan akses
dan peningkatan kualitas pengelolaan Perhutanan Sosial.

13
VI. Peran dan Tanggungjawab

Dalam standar operasional prosedur (SOP) Fasilitasi Kemitraan Kehutanan dan


Mekanisme Pembagian Hasil pada Wilayah Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan
(PBPH) di Kawasan Hutan Produksi dan/atau Hutan Lindung melibatkan banyak peran
stakeholder yang memiliki tanggung jawab diantaranya:
1. Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan sebagai penanggung jawab utama yang
memberikan arah kebijakan pelaksanaan kegiatan Fasilitasi Kemitraan
Kehutanan dan Mekanisme Pembagian Hasil pada Wilayah Perizinan Berusaha
Pemanfaatan Hutan (PBPH) di Kawasan Hutan Produksi dan/atau Hutan
Lindung;
2. Tim Pelaksana (KPH) sebagai pelaksana teknis dibawah supervisi Kepala
Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung/Produksi (KPHL/KPHP) dalam
melaksanakan Fasilitasi Kemitraan Kehutanan dan Mekanisme Pembagian Hasil
pada Wilayah Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) di Kawasan Hutan
Produksi dan/atau Hutan Lindung;
3. Kelompok Kerja Perhutanan Sosial (POKJA-PS) sebagai bagian yang membantu
melaksanakan kegiatan Fasilitasi Kemitraan Kehutanan dan Mekanisme
Pembagian Hasil pada Wilayah Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH)
di Kawasan Hutan Produksi dan/atau Hutan Lindung;
4. Pemegang Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan sebagai Lembaga Usaha
yang mengusulkan Persetujuan Kemitraan Kehutanan di kawasan hutan yang
menjadi areal berusaha yang bersangkutan;
5. Kelompok Mitra/ Masyarakat sebagai mitra dari Pemegang Perizinan Berusaha
Pemanfaatan Hutan (PBPH) yang melaksanakan kegiatan usaha di dalam
Kawasan hutan Bersama Pemegang PBPH;
6. Kepala Desa sebagai entitas perwakilan masyarakat desa yang memberikan
dukungan dan persetujuan pelaksanaan kegiatan Kemitraan Kehutanan di areal
yang menjadi bagian dari administrasi pemerintahannya.

VII. Prosedur Kerja

7.1 Tahapan Prosedur Kerja


Kegiatan Fasilitasi Kemitraan Kehutanan dan Mekanisme Pembagian Hasil pada
Wilayah Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) di Kawasan Hutan Produksi
dan/atau Hutan Lindung memiliki tahapan kegiatan, diantaranya:

14
1. Penilaian Objek Areal Kemitraan Kehutanan
2. Sosialisasi Skema Kemitraan Kehutanan
3. Fasilitasi Pembentukan Kelembagaan Kelompok
4. Kegiatan Pemetaan Aset dan Modal Pra Kerjasama
5. Fasilitasi Pembahasan Pembagian Hasil
6. Fasilitasi Penyusunan Naskah Kesepakatan Kerjasama
7. Fasilitasi Permohonan Persetujuan Kemitraan Kehutanan
8. Fasilitasi Penguatan Kelembagaan Kelompok
9. Fasilitasi Penyelesaian perselisihan

7.2 Kerangka Kerja

Kegiatan Fasilitasi Kemitraan Kehutanan dan Mekanisme Pembagian Hasil pada


Wilayah Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) di Kawasan Hutan Produksi
dan/atau Hutan Lindung setidaknya memiliki ragam prosedur dan mekanisme kerja
sebagai berikut:

a. Penilaian Objek Areal Kemitraan Kehutanan

Kegiatan penilaian objek areal kemitraan kehutanan diawali dengan


penyampaian laporan identifikasi dan pemetaan konflik oleh pemegang PBPH di
arealnya dalam rangka tindak lanjut permohonan persetujuan kemitraan kehutanan.
Kegiatan selanjutnya Kepala KPH menunjuk tim pelaksana dari unsur KPH untuk
melakukan beberapa kegiatan diantaranya: 1) melakukan penelaahan informasi
pemetaan konflik areal pemegang konflik areal pemegang PBPH dan penelaahan
usulan skema kemitraan kehutanan oleh pemegang PBPH; 2) melakukan survey areal
konflik dan atau berpotensi konflik serta melakukan penilaian areal sebagai sumber
penghidupan masyarakat termasuk juga identifikasi tanaman sawit di areal objek
kemitraan kehutanan; 3) melakukan verifikasi status administrasi kependudukan pada
kelompok setempat yang memiliki potensi sebagai mitra skema Kemitraan Kehutanan;
4) memberikan pelaporan kegiatan penilaian objek areal Kemitraan Kehutanan kepada
Kepala KPH. Dalam penelaahan objek areal mengacu pada Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.9 tahun 2021 tentang Pengelolaan
Perhutanan Sosial dengan Batasan sebagai berikut:

1) Areal yang dapat diberikan Persetujuan Kemitraan Kehutanan berupa : a)


kawasan Hutan Produksi dan/atau Hutan Lindung yang telah dibebani perizinan
berusaha Pemanfaatan Hutan; b) kawasan Hutan Produksi dan/atau Hutan

15
Lindung yang telah dibebani persetujuan penggunaan kawasan hutan; atau c)
kawasan Hutan Konservasi.
2) Areal sebagaimana dimaksud diatas dengan ketentuan: a) memiliki potensi
menjadi sumber penghidupan Masyarakat Setempat; atau b) areal konflik atau
berpotensi konflik.
3) Dalam hal areal yang sudah dikelola oleh Masyarakat berupa tanaman sawit
yang dilakukan oleh Perseorangan dengan ketentuan membentuk kelompok
dan bertempat tinggal di dalam dan/atau di sekitar kawasan hutan paling
singkat 5 (lima) tahun secara terus menerus, diberikan paling luas 5 (lima) hektar
per orang.
4) Perseorangan yang bertempat tinggal di dalam dan/atau di sekitar kawasan
hutan dibuktikan dengan: kartu tanda penduduk; atau surat keterangan tempat
tinggal dan/atau domisili yang diterbitkan oleh kepala desa atau lurah
setempat, yang alamatnya di dalam kawasan hutan atau di desa yang
berbatasan langsung dengan kawasan hutan. Pembuktian terhadap
Perseorangan dilakukan melalui verifikasi teknis dan validasi data dan informasi
oleh tim terpadu yang dibentuk oleh Menteri.
5) Batasan luas areal untuk Persetujuan Kemitraan Kehutanan diatur dengan
ketentuan : a) pada areal kerja perizinan berusaha Pemanfaatan Hutan atau
pemegang persetujuan penggunaan kawasan hutan paling luas 5 (lima) hektar
untuk setiap keluarga; atau b) dalam hal Masyarakat Setempat bermitra untuk
memungut hasil hutan bukan kayu atau jasa lingkungan hutan, luasan areal
sebagaimana dimaksud pada huruf a tidak berlaku, diberikan sesuai dengan
kemampuan dan kesepakatan bersama para pihak dan melampirkan peta
zonasi.

b. Sosialisasi Skema Kemitraan Kehutanan

Kegiatan sosialisasi skema kemitraan kehutanan dilakukan setelah dilakukannya


tahap penilaian objek areal Kemitraan Kehutanan. Kegiatan Sosialisasi Skema
Kemitraan Kehutanan dilakukan melalui beberapa kegiatan diantaranya : 1) melakukan
pra kondisi kegiatan sosialisasi skema Kemitraan Kehutanan dimana tim pelaksana
melakukan koordinasi dengan Pokja-PS, pemegang PBPH, kelompok mitra dan kepala
desa terkait rencana pelaksanaan sosialisasi skema Kemitraan Kehutanan. Pembiayaan
kegiatan sosialisasi skema Kemitraan Kehutanan dapat dialokasikan dari APBD, sektor
swasta (pemegang PBPH) maupun sumber lainnya; 2) melakukan pengumpulan bahan
dan materi untuk persiapan kegiatan Sosialisasi Skema Kemitraan Kehutanan; 3)
melaksanakan kegiatan Sosialisasi Skema Kemitraan Kehutanan yang dilakukan di

16
Balai Desa/Balai Kantor Kecamatan maupun di lokasi lainnya yang memungkinkan; 4)
memberikan pelaporan pelaksanaan kegiatan Sosialisasi Skema Kemitraan Kehutanan
kepada Kepala KPH.

Dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.9 tahun 2021
tentang Pengelolaan Perhutanan Sosial, Sosialisasi Persetujuan Kemitraan Kehutanan
dilakukan kepada calon mitra oleh diantaranya Direktur Jenderal; Organisasi perangkat
daerah yang membidangi kehutanan; Kepala UPT; Pengelola hutan; Pemegang
perizinan berusaha Pemanfaatan Hutan; dan/atau pemegang persetujuan
penggunaan kawasan. Kegiatan sosialisasi dapat dibantu oleh Pokja PPS. Materi
sosialisasi yang akan dituangkan dalam naskah kesepakatan kerja sama, diantranya
berisi :

1) Tujuan kemitraan,
2) Hak dan kewajiban para pihak,
3) Pendampingan,
4) Pengawasan,
5) Pelaporan, dan pengendalian

c. Fasilitasi Pembentukan Kelembagaan Kelompok

Kegiatan Pembentukan Kelompok memiliki rangkaian kegiatan diantaranya : 1)


melakukan pemetaan calon anggota kelompok mitra; 2) melakukan kegiatan Focus
Group Discussion (FGD) pembentukan kelompok mitra; 3) mendokumentasikan
pengesahan pembentukan kelompok mitra berupa Surat Keputusan dari Kepala Desa
setempat; 4) memberikan pelaporan pelaksanaan kegiatan pembentukan
kelembagaan kelompok masyarakat sebagai mitra.

d. Kegiatan Pemetaan Aset dan Modal Pra Kerjasama

Kegiatan Pemetaan Aset dan Modal Pra Kerjasama dilaksanakan oleh tim
pelaksana Bersama dengan pemegang PBPH dan kelompok mitra. Kegiatan Pemetaan
Aset dan Modal Pra Kerjasama memiliki rangkaian kegiatan diantaranya : 1) melakukan
koordinasi kegiatan verifikasi asset/ modal kepada pemegang PBPH dan kelompok
mitra; 2) melakukan pengisian formulir pendaftaran aset/ modal oleh pemegang PBPH
dan kelompok mitra; 3) mengumpulkan formulir pendaftaran aset/modal yang telah
diisi oleh pemegang PBPH dan kelompok mitra; 4) melakukan penelaahan dan
verifikasi administrasi pendaftaran aset/ modal; 5) melakukan verifikasi lapangan untuk
menaksir aset/ modal yang telah digunakan atau dimiliki oleh pemegang PBPH dan
kelompok mitra; 6) mendokumentasikan Berita Acara Hasil Pemetaan asset/ modal

17
yang telah digunakan atau dimiliki oleh pemegang PBPH dan kelompok mitra; 7)
memberikan pelaporan pelaksanaan kegiatan Pemetaan Aset dan Modal Pra
Kerjasama kepada Kepala KPH.

e. Fasilitasi Pembahasan Pembagian Hasil

Kegiatan Fasilitasi Pembahasan Pembagian Hasil dan Manfaat skema Kemitraan


Kehutanan memiliki rangkaian kegiatan diantaranya : 1) melakukan koordinasi
kegiatan Fasilitasi Pembahasan Pembagian Hasil Bersama Pokja-PS dan atau
pendamping PS; 2) melakukan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) Fasilitasi
Pembahasan Pembagian Hasil Skema Kemitraan Kehutanan antara pemegang PBPH
dan kelompok mitra dengan melibatkan Kepala Desa setempat; 3)
mendokumentasikan Berita Acara Hasil Pembahasan Pembagian Hasil Skema
Kemitraan Kehutanan; 4) memberikan pelaporan pelaksanaan kegiatan Fasilitasi
Pembahasan Pembagian Hasil skema Kemitraan Kehutanan kepada Kepala KPH.

Dalam Peraturan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor


P.9 tahun 2021 tentang Pengelolaan Perhutanan Sosial, pembagian hasil dari
keuntungan bersih setelah dikurangi biaya modal dari masing-masing pihak, diatur
sebagai berikut:

1) Dalam hal lokasi Persetujuan Kemitraan Kehutanan telah ada aset atau modal
pemegang perizinan berusaha Pemanfaatan Hutan atau pemegang persetujuan
penggunaan kawasan hutan, pembagian hasil dari keuntungan bersih paling
banyak 80% (delapan puluh persen) untuk pemegang perizinan berusaha
Pemanfaatan Hutan atau pemegang persetujuan penggunaan kawasan hutan
dan paling sedikit 20% (dua puluh persen) untuk Masyarakat;

2) Dalam hal lokasi Persetujuan Kemitraan Kehutanan telah ada aset atau modal
Masyarakat, pembagian hasil dari keuntungan bersih paling banyak 20% (dua
puluh persen) untuk pemegang perizinan berusaha Pemanfaatan Hutan atau
pemegang persetujuan penggunaan kawasan hutan dan paling sedikit 80%
(delapan puluh persen) untuk Masyarakat; atau

3) Dalam hal lokasi Persetujuan Kemitraan Kehutanan belum ada tanaman,


pembagian hasil dari keuntungan bersih sebesar 50% (lima puluh persen) untuk
pemegang perizinan berusaha Pemanfaatan Hutan atau pemegang persetujuan
penggunaan kawasan hutan dan 50% (lima puluh persen) untuk Masyarakat
atau sesuai kesepakatan.

18
f. Fasilitasi Penyusunan Naskah Kesepakatan Kerjasama

Penyusunan Naskah Kesepakatan Kerjasama akan mengacu format yang diatur


dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.9 tahun 2021
tentang Pengelolaan Perhutanan Sosial. Kegiatan Fasilitasi Penyusunan Naskah
Kesepakatan Kerjasama memiliki beberapa rangkaian kegiatan diantaranya : 1)
pemegang PBPH menyusun konsep dan draft Naskah Kesepakatan Kerjasama yang
disampaikan kepada tim pelaksana; 2) melakukan koordinasi kegiatan Fasilitasi
Pembahasan Naskah Kesepakatan Kerjasama Bersama Pokja-PS, pemegang PBPH,
Kelompok Mitra dan Kepala Desa dalam rangka persiapan pelaksanaan kegiatan Focus
Group Discussion pembahasan Naskah Kesepakatan Kerjasama antara pemegang
PBPH dan Kelompok Mitra; 3) melakukan kegiatan Focus Group Discussion (FGD)
Fasilitasi Pembahasan Naskah Kesepakatan Kerjasama bersama para pihak termasuk
Kepala Desa yang dilaksanakan di Balai Desa/ Balai Kantor Kecamatan atau lainnya
yang representatif. Kegiatan pembahasan Naskah Kesepakatan Kerjasama akan
disertai dengan penandatanganan Naskah Kesepakatan Kerjasama yang telah
disepakati kedua pihak (pemegang PBPH dan Kelompok Mitra). Pembiayaan kegiatan
ini dapat dialokasikan dari anggaran APBD, sektor swasta (pemegang PBPH) atau
sumber lainnya; 4) mendokumentasikan Berita Acara hasil pembahasan Naskah
Kesepakatan Kerjasama; 5) memberikan pelaporan pelaksanaan kegiatan Fasilitasi
Penyusunan Naskah Kesepakatan Kerjasama (termasuk pendokumentasian Naskah
Kesepakatan Kerjasama yang ditelah ditandatangani kedua pihak) kepada Kepala KPH.

Naskah kesepakatan kerja sama berisi kesepakatan antara pemegang perizinan


berusaha Pemanfaatan Hutan atau pemegang persetujuan penggunaan kawasan
hutan dengan kelompok Masyarakat. Naskah kesepakatan kerja sama paling sedikit
memuat dengan susunan :

1) Identitas para pihak yang bermitra;


2) Areal kemitraan dan peta;
3) Rencana dan objek kegiatan kemitraan;
4) Biaya kegiatan;
5) Hak dan kewajiban para pihak;
6) Jangka waktu kemitraan;
7) Pembagian hasil; dan
8) Penyelesaian perselisihan,

Kerangka penyusunan Naskah Kesepakatan Kerja Sama dijelaskan sebagai


berikut dalam tabel 1.

19
Tabel 1. Penjelasan Isi Naskah Kesepakatan Kerja Sama
No Susunan Materi Penjelasan
1 Identitas para pihak Berisi:
yang bermitra 1) Identitas pemegang perizinan berusaha pemanfaatan hutan atau
persetujuan penggunaan kawasan hutan dan
2) Identitas anggota kelompok calon mitra dan nama pengurus.
Identitas pemegang perizinan berusaha pemanfaatan hutan atau
persetujuan penggunaan kawasan hutan meliputi:
- Nama pimpinan perizinan berusaha pemanfaatan hutan atau
persetujuan penggunaan kawasan hutan yang menandatangani
perjanjian;
- Kartu tanda penduduk/nomor induk kependudukan;
- Alamat pemegang perizinan berusaha pemanfaatan hutan atau
persetujuan penggunaan kawasan hutan yang menandatangani
perjanjian;
- Nama jabatan; dan
- Nama pengelola atau perusahaan pemegang perizinan berusaha
pemanfaatan hutan atau persetujuan penggunaan kawasan hutan
2 Areal kemitraan dan Memuat informasi:
peta 1) Nama kampung, desa, kecamatan, kabupaten dan provinsi; dan
2) Batas areal kerja pengelola atau pemegang perizinan berusaha
pemanfaatan hutan atau persetujuan penggunaan kawasan hutan,
dan
3) Batas lokasi kemitraan.
Peta dibuat secara partisipatif dalam bentuk digital dan cetakan.
3 Rencana dan objek Rencana Kegiatan Kemitraan Berisi:
kegiatan kemitraan 1) Rencana jangka pendek meliputi kegiatan dan target yang akan
dilaksanakan dalam 1 (satu) tahun, lokasi kegiatan, tata waktu,
pembiayaan, pelaksana kegiatan; dan
2) Rencana jangka panjang 10 (sepuluh) tahunan meliputi
pengembangan kelembagaan kelompok Masyarakat,
pengembangan ekonomi Masyarakat Setempat, tata waktu dan
peran para pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kemitraan.
Objek Kegiatan Kemitraan Berisi:
1) Membangun hutan tanaman kayu atau hasil hutan bukan kayu
melalui kegiatan penyiapan lahan, persemaian, pembibitan,
penanaman, pengadaan sarana produksi, pemeliharaan, pemanenan,
pengolahan, distribusi dan pemasaran; dan
2) Membangun jasa lingkungan hutan seperti ekowisata, jasa tata air
dan keanekaragaman hayati.
4 Biaya kegiatan Biaya kegiatan ditentukan secara bersama-sama antara para pihak yang
bermitra
5 Hak dan kewajiban Hak dan kewajiban para pihak disepakati bersama oleh para pihak.
para pihak
6 Jangka waktu Hasil kesepakatan kedua pihak
kemitraan
7 Pembagian hasil Pembagian hasil dari keuntungan bersih setelah dikurangi biaya modal
dari masing-masing pihak
8 Penyelesaian Hasil kesepakatan kedua pihak
perselisihan
Sumber : PermenLHK No. P.9 tahun 2021

20
g. Fasilitasi Permohonan Kemitraan Kehutanan

Penyusunan Permohonan Kemitraan Kehutanan akan mengacu format yang


diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.9 tahun 2021
tentang Pengelolaan Perhutanan Sosial. Kegiatan Fasilitasi Permohonan Kemitraan
Kehutanan terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan diantaranya : 1) penyampaian
konsep surat permohonan persetujuan Kemitraan Kehutanan dari pemegang PBPH
disertai lampirannya berupa peta, daftar kelompok dan Naskah Kesepakatan
Kerjasama); 2) tim pelaksana melakukan verifikasi kelengkapan administrasi
permohonan persetujuan Kemitraan Kehutanan; 3) memberikan pelaporan
permohonan persetujuan Kemitraan Kehutanan kepada Kepala KPH; 4) Kepala KPH
menyampaikan dokumen usulan permohonan persetujuan Kemitraan Kehutanan
kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan cq Direktorat Jenderal Perhutanan
Sosial dan Kemitraan Lingkungan.

h. Fasilitasi Penguatan Kelembagaan Kelompok

Kegiatan penguatan kelembagaan kelompok memiliki rangkaian kegiatan


diantaranya : 1) melakukan fasilitasi penyusunan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga (ADART) kelompok mitra yang telah dibentuk; 2) melakukan fasilitasi
pembahasan aturan main/ pengaturan kegiatan kelompok termasuk juga
memfasilitasi penyusunan Rencana Pemanfaatan Lahan dan Pemetaan Areal
Persetujuan Kemitraan Kehutanan; 3) memberikan pelaporan pelaksanaan kegiatan
penguatan kelembagaan kelompok masyarakat sebagai calon mitra skema Kemitraan
Kehutanan kepada Kepala KPH.

Pembentukan dan penguatan kelembagaan kelompok calon mitra dilaksanakan


oleh pengelola hutan, pemegang perizinan berusaha Pemanfaatan Hutan atau
pemegang persetujuan penggunaan kawasan hutan. Pembentukan dan penguatan
kelembagaan kelompok difasilitasi oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah atau Pokja
PPS. Dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.9 tahun 2021
tentang Pengelolaan Perhutanan Sosial, penguatan kelembagaan kelompok meliputi
kegiatan:

1) Penyusunan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga kelompok;


2) Membuat rencana pemanfaatan lahan dan pemetaan areal Persetujuan
Kemitraan Kehutanan; dan
3) Pembentukan koperasi.

21
i. Fasilitasi Penyelesaian Perselisihan

Kegiatan Fasilitasi Penyelesaian Perselisihan antara pemegang PBPH dan


Kelompok Mitra memiliki beberapa rangkaian kegiatan diantaranya : 1) Kesatuan
Pengelolaan Hutan menerima laporan aduan perselisihan dari pemegang PBPH dan
Kelompok Mitra sesuai dengan format aduan dan saluran pengaduan yang telah
disediakan oleh KPH; 2) Kepala KPH membentuk Tim Kerja Penyelesaian Perselisihan
jika perselisihan termasuk dalam kategori sedang-berat dengan melibatkan Tim
Pelaksana, Pokja-PS dan Kepala Desa; 3) Tim Kerja melakukan kegiatan identifikasi,
konfirmasi dan verifikasi objek perselisihan antara pemegang PBPH dan Kelompok
Mitra; 4) Tim Kerja melakukan kegiatan Fasilitasi berupa FGD/Dialog untuk
penyelesaian perselisihan antara pemegang PBPH dan Kelompok Mitra; 5)
mendokumentasikan Berita Acara Penyelesaian Perselisihan antara pemegang PBPH
dan Kelompok Mitra; 6) memberikan pelaporan pelaksanaan kegiatan Penyelesaian
Perselisihan antara pemegang PBPH dan Kelompok Mitra.

Penyelesaian perselisihan berisi: 1) uraian langkah-langkah yang akan ditempuh


dalam hal terjadi perselisihan diantara pihak yang bermitra pada pelaksanaan
kemitraan; dan 2) menggunakan mediator penyelesaian perselisihan dan dapat
difasilitasi oleh Pokja PPS atau lembaga adat atau Pemerintah atau pemerintah daerah
dengan prinsip musyawarah mufakat.

VIII. Pelaporan

Pelaksanaan kegiatan Fasilitasi Kemitraan Kehutanan dan Mekanisme Pembagian


Hasil pada Wilayah Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) di Kawasan Hutan
Produksi dan/atau Hutan Lindung yang terdiri dari rangkaian tahapan kegiatan,
memiliki dokumentasi pelaporan yang disusun oleh Tim Pelaksana dan disampaikan
kepada Kepala KPH. Pelaporan kegiatan dimaksud diantaranya : 1) Laporan Penilaian
objek areal Kemitraan Kehutanan; 2) Laporan sosialisasi skema Kemitraan Kehutanan;
3) Laporan pembentukaan kelembagaan kelompok; 4) Laporan kegiatan pemetaan
aset dan modal pra kerjasama; 5) Laporan fasilitasi pembahasan pembagian hasil; 6)
Laporan fasilitasi penyusunan Naskah Kesepakatan Kerjasama; 7) Laporan fasilitasi
permohonan persetujuan Kemitraan Kehutanan; 8) Laporan fasilitasi penguatan
kelembagaan kelompok; 9) Laporan fasilitasi penyelesaian perselisihan. Laporan
disusun secara ringkas dan sederhana dengan susunan sebagai berikut:
1) Latar Belakang
2) Maksud dan Tujuan
3) Keluaran

22
4) Dasar Hukum
5) Pembahasan Pelaksanaan Kegiatan
a. Pelaksana Kegiatan
b. Waktu dan Tempat
c. Isi Kegiatan
d. Tindak Lanjut
6) Penutup
7) Lampiran

23
Lampiran 1. Prosedur Penilaian Objek Areal Kemitraan Kehutanan

Kepala Tim
No Uraian Kegiatan Pokja PPS PBPH Kelompok Perangkat Keterangan
KPH Pelaksana
Mitra Desa/ Kec
Laporan Identifikasi dan Format laporan identifikasi dan
pemetaan konflik di areal pemetaan potensi konflik mengacu
1 PermenLHK P.8/2021 Lampiran V
pemegang PBPH dan pengajuan
skema kemitraan kehutanan
Penelaahan diantaranya:
1. Desk Review Status Fungsi Wilayah
Penelaahan informasi Hutan di Areal Objek Kemitraan
Kehutanan
pemetaan konflik areal
2. Review hasil pemetaan konflik
2 pemegang PBPH dan
3. Penelusuran : identitas PBP, batas
penelaahan usulan skema areal PBPH, sebaran lokasi dan nama
kemitraan kehutanan desa, kegiatan masy berpotensi
konflik, sebaran konflik sedang-
sangat tinggi
Identifikasi Biofisik:
Survey areal konflik/ 1. Tutupan lahan
berpotensi konflik dan 2. Flora fauna
3. Jenis tanaman budidaya, dll
penilaian areal sebagai sumber Identifikasi Sosekbud:
penghidupan masyarakat 1. Ragam ekonomi masy
3 2. Kepemilikan lahan
termasuk juga identifikasi 3. Ketergantungan pada lahan hutan
tanaman sawit di areal objek Identifikasi Tanaman Sawit:
kemitraan kehutanan 1. Umur & Jumlah tanaman sawit
2. Pola budidaya
3. Pemilik tanaman sawit
Pengumpulan Kartu Tanda Penduduk
anggota masyarakat calon Mitra dari
masyarakat setempat
Verifikasi Status Administrasi
4 Kependudukan Kelompok
Mitra

-
5 Pelaporan

24
Lampiran 2 Prosedur Sosialisasi Skema Kemitraan Kehutanan

Kepala Tim
No Uraian Kegiatan Pokja PPS PBPH Kelompok Perangkat Keterangan
KPH Pelaksana
Mitra Desa/ Kec

Pra Kondisi Kegiatan -


1 Sosialisasi Skema Kemitraan
Kehutanan

Pengumpulan Bahan dan -


2
Materi
Materi Sosialisasi:
1. Tujuan kemitraan,
2. Hak dan kewajiban para pihak,
Pelaksanaan Sosialisasi 3. Pendampingan,
3 Skema Kemitraan 4. Pengawasan,
Kehutanan 5. Pelaporan, dan
6. Pengendalian
materi tsb akan dituangkan dalam
Naskah Kesepakatan Kerjasama.
-
4 Pelaporan

25
Lampiran 3. Prosedur Fasilitasi Pembentukan Kelembagaan Kelompok

Kepala Tim
No Uraian Kegiatan Pokja PPS PBPH Kelompok Perangkat Keterangan
KPH Pelaksana
Mitra Desa/ Kec
Pengumpulan data-data kelompok
Pemetaan Calon Anggota mitra:
1 Kelompok Mitra 1. Data Anggota pemanfaat Areal
Kemitraan
2. Identitas diri anggota kelompok
Materi :
FGD pembentukan 1. Penetapan keanggotaan
2
kelompok Mitra 2. Pemilihan ketua, sekretaris,
bendahara
Berupa Surat Keputusan dan
disahkan oleh Kepala Desa atau
Pengesahaan Pembentukan mengacu Peraturan Menteri LHK
3 No. P.9 tahun 2021 tentang
Kelompok Mitra
Pengelolaan Perhutanan Sosial

4 Pelaporan -

26
Lampiran 4. Prosedur Kegiatan Fasilitasi Pemetaan Aset/ Modal Pra Kerjasama

Kepala Tim
No Uraian Kegiatan Pokja PPS PBPH Kelompok Areal Keterangan
KPH Pelaksana
Mitra Objek PS

Koordinasi kegiatan
1 -
verifikasi aset/ modal

Pengisian formulir
Format formulir pendaftaran aset/ modal
2 pendaftaran aset/ modal
mengacu lampiran 13 dan 14
yang telah digunakan
Pendaftaran aset/ modal
3 -
yang telah digunakan
Verifikasi administrasi Verifikasi administrasi berupa:
4 pendaftaran aset/ modal 1. Tersedianya Formulir pendaftaran aset/ modal
2. Tersedianya dokumentasi aset
yang telah digunakan
Verifikasi berupa:
Verifikasi lapangan 1. Inventarisasi jumlah aset/ modal berupa tanaman
5 penaksiran aset/ modal tahunan atau musiman
2. Inventarisasi jumlah, luasan dan kondisi aset/
yang telah digunakan
modal berupa bangunan dan sarana lainnya
Berita Acara Memuat:
1. Hasil verifikasi
2. Kategori pengelompokan Kerjasama
- Kategori A : terdapat aset/ modal milik PBPH
Berita Acara Hasil Pemetaan - Kategori B : terdapat aset/ modal milik Kelompok
- Kategori C : terdapat aset/ modal milik PBPH dan
6 aset/ modal yang telah Kelompok
digunakan - Kategori D : tidak ada aset/ modal
Catatan :
Aset/ modal dapat berupa tanaman tahunan, bangunan,
sarana lainnya
Format Berita Acara lampiran 10

7 Pelaporan -

27
Lampiran 5. Prosedur Fasilitasi Pembahasan Pembagian Hasil Skema Kemitraan Kehutanan

Kepala Tim
No Uraian Kegiatan Pokja PPS PBPH Kelompok Kepala Keterangan
KPH Pelaksana
Mitra Desa

Koordinasi kegiatan
1 Fasilitasi Pembahasan -
Pembagian Hasil

Materi :
1. Penjelasan hasil verifikasi aset/ modal
2. Penjelasan hasil pengelompokan Kerjasama
- Kategori A : terdapat aset/ modal milik PBPH
- Kategori B : terdapat aset/ modal milik Kelompok
- Kategori C : terdapat aset/ modal milik PBPH dan
Kelompok
- Kategori D : tidak ada aset/ modal
3. Diskusi/ pembahasan kesepakatan pembagian hasil
Kegiatan FGD/ Fasilitasi Rujukan dan Batasan Pembagian Hasil:
Pembahasan Pembagian 1) Dalam hal lokasi Persetujuan Kemitraan Kehutanan telah
2
Hasil Skema Kemitraan ada aset atau modal pemegang PBPH , pembagian hasil
dari keuntungan bersih paling banyak 80% untuk
Kehutanan pemegang PBPH dan paling sedikit 20%) untuk Kelompok;
2) Dalam hal lokasi Persetujuan Kemitraan Kehutanan telah
ada aset atau modal Kelompok, pembagian hasil dari
keuntungan bersih paling banyak 20% untuk pemegang
PBPH dan paling sedikit 80% untuk Kelompok; atau
3) Dalam hal lokasi Persetujuan Kemitraan Kehutanan belum
ada tanaman, pembagian hasil dari keuntungan bersih
sebesar 50% untuk pemegang PBPH dan 50% untuk
Kelompok atau sesuai kesepakatan.

Berita Acara Hasil Materi Berita Acara memuat:


1. Hasil kesepakatan mekanisme pembagian hasil
Pembahasan Pembagian
3 2. Ditandatangani kedua pihak dan saksi
Hasil Skema Kemitraan
Kehutanan Format Berita Acara pada Lampiran 10

4 Pelaporan -

28
Lampiran 6. Prosedur Fasilitasi Penyusunan Naskah Kesepakatan Kerjasama

Kepala Tim
No Uraian Kegiatan Pokja PPS PBPH Kelompok Kepala Keterangan
KPH Pelaksana
Mitra Desa
Penyampaian Konsep Konsep NKK mengaju pada format dalam
1 Naskah Kesepakatan Lampiran 11.
Kerjasama
Koordinasi kegiatan
Fasilitasi Pembahasan
2 -
Naskah Kesepakatan
Kerjasama
Materi yang dibahas:
1) Identitas para pihak yang bermitra;
2) Areal kemitraan dan peta;
3) Rencana dan objek kegiatan kemitraan;
4) Biaya kegiatan;
Kegiatan FGD/ Fasilitasi 5) Hak dan kewajiban para pihak;
Pembahasan dan 6) Jangka waktu kemitraan;
3 7) Pembagian hasil; dan
Penandatanganan Naskah
8) Penyelesaian perselisihan,
Kesepakatan Kerjasama 9) Penandatanganan Naskah Kesepakatan
Kerjasama

Konsep NKK mengaju pada format dalam


Lampiran 11
Materi Berita Acara memuat:
Berita Acara Hasil
1. Hasil Naskah Kesepakatan Kerjasama
4 Pembahasan Naskah
2. Ditandatangani kedua pihak dan saksi
Kesepakatan Kerjasama Format Berita Acara pada Lampiran 10

5 Pelaporan -

29
Lampiran 7. Prosedur Fasilitasi Permohonan Kemitraan Kehutanan

Kepala Tim
No Uraian Kegiatan Pokja PPS PBPH Kelompok Ditjen Keterangan
KPH Pelaksana
Mitra PSKL
Penyampaian Konsep Surat Konsep Surat Permohonan mengacu pada
Permohonan Persetujuan format dalam Lampiran 12.
Kemitraan Kehutanan
1 disertai dengan
lampirannya (peta, daftar
kelompok, Naskah
Kesepakatan Kerjasama)
Verifikasi kelengkapan
Verifikasi kelengkapan mengacu pada
administrasi permohonan
2 Peraturan Menteri LHK No. P.9 tahun 2021
persetujuan Kemitraan tentang Pengelolaan Perhutanan Sosial
Kehutanan Tidak Lengkap

Pelaporan permohonan
Lengkap
3 persetujuan Kemitraan -
Kehutanan

Pengiriman dokumen permohonan


Pengiriman dokumen
persetujuan Kemitraan Kehutanan mengacu
4 permohonan persetujuan
pada Peraturan Menteri LHK No. P.9 tahun
Kemitraan Kehutanan 2021 tentang Pengelolaan Perhutanan Sosial

30
Lampiran 8. Prosedur Fasilitasi Penguatan Kelembagaan Kelompok

Kepala Tim
No Uraian Kegiatan Pokja PPS PBPH Kelompok Perangkat Keterangan
KPH Pelaksana
Mitra Desa/ Kec

Materi :
1. Anggaran Dasar Rumah Tangga
Penyusunan ADART
1 2. Hak dan Kewajiban anggota
Kelompok 3. Mekanisme pemberhentian dan
penggantian pengurus & anggota

2 Pengesahan ADART -

Materi yang dibahas:


1. Jadwal pertemuan rutin kelompok
2. Mekanisme kerja mandiri
Kesepakatan pengaturan
3 3. Mekanisme kerja kolektif
kegiatan kelompok Catatan:
Dilaksanakan setelah penyusunan NKK
dengan PBPH
Materi yang dibahas:
1. Jenis komoditas
2. Pola silvikultur
Penyusunan Rencana 3. Pola panen
Pemanfaatan Lahan dan 4. Pengolahan pasca panen
5. Pemasaran
Pemetaan Areal Persetujuan
4 6. Rencana kerja tahunan
Kemitraan Kehutanan, serta
pendampingan Kelembagaan Koperasi dibentuk jika
kondisi kegiatan dan Lembaga Kelompok
pembentukan Koperasi
Mitra telah berkembang dan melibatkan
pengembangan stakeholder lainnya serta
atas persetujuan para pihak

5 Pelaporan -

31
Lampiran 9. Prosedur Fasilitasi Penyelesaian Perselisihan

Kepala Tim
No Uraian Kegiatan Pokja PPS PBPH Kelompok Kepala Keterangan
KPH Pelaksana
Mitra Desa
Laporan aduan perselisihan mengacu pada
format dalam Lampiran 15
1 Laporan aduan perselisihan

Catatan:
Pembentukan Tim Kerja
2 Pembentukan tim kerja jika perselisihan
Penyelesaian Perselisihan termasuk kategori berat

Pengumpulan informasi berupa:


Kegiatan Identifikasi,
1. Tema perselisihan
3 Konfirmasi dan Verifikasi
2. Objek perselisihan
Objek Perselisihan 3. Dampak perselisihan

Materi fasilitasi:
Kegiatan Fasilitasi berupa 1. Pemaparan keluhan pihak PBPH
4 FGD/ Dialog Penyelesaian 2. Pemaparan keluhan pihak kelompok/ mitra
Perselisihan 3. Dialog penyelesaian
4. Kesepakatan baru

Berita Acara Penyelesaian


5 Format Berita Acara kegiatan pada Lampiran 10
Perselisihan

6 Pelaporan -

32
Lampiran 10. Berita Acara Kegiatan
CONTOH

BERITA ACARA KEGIATAN

Pada hari ini ____________, bertempat di _________________ kami yang


bertandatangan di bawah ini sebagai perwakilan peserta telah melaksanakan
serangkaian kegiatan berupa ___________________________________________ yang
dilaksanakan __________ sd ___________ dengan hasil dan kesepakatan sebagai berikut :
1. ____________________________________________________________
2. ____________________________________________________________
3. ____________________________________________________________
4. dst

Demikian Berita Acara Kegiatan ini dibuat dengan sebenar-benarnya

Perwakilan Peserta,

1. Pemilik Persetujuan PBPH

( __________________ ) ( __________________ ) ( ___________________ )

2. Kelompok Masyarakat

( __________________ ) ( __________________ ) ( ___________________ )

3. KPH/ POKJA PS/ Kepala Desa

( __________________ ) ( __________________ ) ( ___________________ )

33
Lampiran 11. Format Naskah Kesepakatan Kerja Sama
CONTOH

NASKAH KESEPAKATAN KERJA SAMA

NASKAH KESEPAKATAN KERJA SAMA PERSETUJUAN KEMITRAAN KEHUTANAN


ANTARA
KELOMPOK TANI/ GABUNGAN KELOMPOK TANI …………………..
DENGAN
PENGELOLA HUTAN BUMN BIDANG KEHUTANAN/ PEMEGANG PERIZINAN
BERUSAHA PEMANFAATAN HUTAN……………………

Pada hari ini ……………., tanggal………………bulan……………..tahun……………bertempat


di…………. Kab/Kota…………., Provinsi…………….., kami yang bertanda tangan dibawah
ini:
1. Nama : ……………………….
Alamat : ……………………….
Jabatan : ……………………….
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Pengelola Hutan BUMN Bidang
Kehutanan/ Pemegang Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan…………… yang
beralamat di:
Desa : ……………………….
Kecamatan : ……………………….
Kabupaten : ……………………….
Kabupaten : ……………………….
Provinsi : ……………………….
Selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA

2. Nama : ………………………..
Alamat : ………………………..
Jabatan : ………………………..
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Kelompok Tani ….. (diisi dengan
nama kelompok tani) yang beralamat di :
Desa : ………………………..
Kecamatan : ………………………..
Kabupaten : ………………………..
Provinsi : ………………………..
Selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA

PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara Bersama-sama selanjutnya disebut dengan
PARA PIHAK, sepakat untuk mengadakan perjanjian Kemitraan Kehutanan dengan
ketentuan sebagai berikut :

34
Pasal 1

Latar Belakang

(1) Kondisi umum pengelola hutan BUMN bidang kehutanan atau pemegang
Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan meliputi bidang usaha dan luas areal
kerja
(2) Kondisi umum masyarakat setempat, meliputi jumlah Kepala Keluarga dan
tingkat ketergantungan terhadap hutan
(3) …………………………………………………………………………………………

Pasal 2

Lokasi Kegiatan

(1) Nama kampung, desa, kecamatan, kabupaten dan provinsi


(2) Informasi batas areal kerja pengelola hutan BUMN bidang kehutanan atau
pemegang Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan dan batas lokasi kemitraan
(3) ………………………………………………………………………………………...

Pasal 3

Rencana Kegiatan

(1) Rencana Jangka Pendek


No Kegiatan Waktu
Jan Feb …….. Des
1
2
3

(2) Rencana Jangka Panjang


No Kegiatan Tahun
I II …….. X
1 Pengembangan
kelembagaan
2 Pengembangan ekonomi
3

35
Pasal 4

Objek Kegiatan

(1) Membangun hutan tanaman kayu atau hasil hutan bukan kayu melalui kegiatan
penyiapan lahan, persemaian, pembibitan, penanaman, pengadaan sarana
produksi, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan, distribusi dan pemasaran;
atau
(2) Membangun jasa lingkungan hutan seperti ekowisata, jasa tata air dan
keanekaragaman hayati
(3) ………………………………………………………………………………………….

Pasal 5

Hak dan Kewajiban Para Pihak

(1) ………………………………………………………………………………………….
(2) ………………………………………………………………………………………….

(disepakati oleh para pihak termasuk kewajiban pembayaran penerimaan negara


bukan pajak dari kegiatan kemitraan antara pengelola hutan BUMN bidang
kehutanan atau pemegang Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan dalam
Kawasan hutan, dibayar sesuai dengan peraturan perundang-undangan)

Pasal 6

Pembiayaan dan Bagi Hasil

(1) …………………………………………………………………………………………..
(2) …………………………………………………………………………………………..

(disepakati oleh para pihak hasil dari pembahasan Mekanisme Pembagian


Manfaat dan Hasil yang difasilitasi oleh KPH yang dibantu Pokja-PS)

Pasal 7

Jangka Waktu

(1) Jangka waktu ditentukan selama………..tahun (selama jangka waktu pemegang


persetujuan atau berdasarkan kesepakatan Bersama)

36
(2) Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada huruf a dimonitor setiap tahun dan
dilakukan evaluasi setiap 5 (lima) tahun sebagai dasar pembinaan kemitraan
kehutanan oleh Direktur Jenderal

Pasal 8

Penyelesaian Perselisihan

(1) ………………………………………………………………………………………….
(2) ………………………………………………………………………………………….

Pasal 9

Sanksi Pelanggaran

(1) …………………………………………………………………………………………
(2) …………………………………………………………………………………………
(3) …………………………………………………………………………………………

(menerangkan jenis sanksi, pihak yang memberikan sanksi, prosedur pelaksanaan


sanksi, dan bentuk sanksi dapat berupa denda, ganti rugi atau dihentikan atau
diputusnya perjanjian kerja sama yang disepakati bersama)

Pasal 10

Penutup

………………………………………………………………………………………………..

(tempat, tgl/bln/tahun)

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA

…………………………… ………………………………

37
Lampiran 12. Format Permohonan Kemitraan Kehutanan
CONTOH

PERMOHONAN PERSETUJUAN KEMITRAAN KEHUTANAN

A. CONTOH SURAT PERMOHONAN

KOP SURAT
…………………………………………………………………….

……………………, …………….. 20……..


No :
Lamp :
Hal : Permohonan Persetujuan Kemitraan Kehutanan

Kepada Yth.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : ………………………………..
No. Telp : ………………………………..
Jabatan : Direktur………………………
Mengajukan permohonan Persetujuan Kemitraan Kehutanan dengan mitra
Nama Kelompok : ………………………………...
Nama Ketua : ………………………………...
No. Telp : ………………………………...
Yang berlokasi di
Desa : …………………………………
Kecamatan : …………………………………
Kabupaten : …………………………………
Provinsi : …………………………………
DAS : …………………………………
Luas : …………..Ha
Sebagai bahan pertimbangan, kami lampirkan dokumen-dokumen:
1. Naskah Kesepakatan Kerja sama
2. Peta areal kerja sama (cetakan dan shape file)
3. Daftar anggota mitra
4. Fotokopi KTP dan KK anggota mitra

Demikian kami sampaikan, terima kasih.

Direktur
………………………
Ttd dan cap basah
……………………….
Tembusan:
1. Gubernur ………………………………
2. Bupati/Wali Kota………………………
3. Kepala Dinas…………………………..
4. Kepala Balai PSKL Wilayah ………….
5. Kepala KPH……………………………

38
PERMOHONAN PERSETUJUAN KEMITRAAN KEHUTANAN

B. CONTOH PETA PERMOHONAN

39
PERMOHONAN PERSETUJUAN KEMITRAAN KEHUTANAN

C. CONTOH DAFTAR ANGGOTA MITRA

Daftar Pengurus dan Anggota Mitra


KTH/ Gapoktan…………………………….

No Nomor NIK Nama Jenis Desa / Kecamatan Kabupaten Provinsi Pekerjaan Luas
KK Kelamin Kelurahan (Ha)
(L/P)
1
2
3
dst
Jumlah
Catatan : diisi sesuai KTP elektronik

Kepala Desa/ Lurah

Ttd dan cap basah

……………………………

40
Lampiran 13. Format Formulir Pendaftaran Aset/ Modal (PBPH)

CONTOH

FORMULIR PENDAFTARAN ASET/ MODAL PEMEGANG PBPH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : ………………………………..
Pemegang PBPH :
No. Telp : ………………………………..
Jabatan : ………..………………………
Lokasi Areal Kemitraan : Desa…………………………
Luasan Areal Kemitraan : ………………………….. Ha

Menyampaikan pendaftaran aset/ modal yang digunakan pada areal objek Kemitraan Kehutanan

No Jenis Aset Luas Jumlah Perkiraan Nilai Keterangan


Areal/ Aset/ Modal
Bangunan
Tanaman Tahunan
1
2
3

Sarana Prasarana
1
2
3

Sebagai bahan pertimbangan, kami lampirkan :


1. Dokumentasi
2. Laporan inventarisasi aset (jika ada)

Demikian kami sampaikan, terima kasih.

a.n Direktur
………………………

Ttd dan cap basah


……………………….

41
Lampiran 14. Format Formulir Pendaftaran Aset/ Modal (Kelompok Mitra)

CONTOH

FORMULIR PENDAFTARAN ASET/ MODAL KELOMPOK MITRA

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : ………………………………..
Perwakilan Kelompok Mitra : ………………………………..
No. Telp : ………………………………..
Jabatan : ………..………………………
Desa : ………………………………..
Menyampaikan pendaftaran aset/ modal yang digunakan pada areal objek Kemitraan Kehutanan
dengan rekapitulasi sebagai berikut :

No Jenis Aset Luas Jumlah Perkiraan Nilai Keterangan


Areal/ Aset/ Modal
Bangunan
Tanaman Tahunan
1
2

Tanaman Semusim
1
2

Sarana Prasarana
1
2
3

Sebagai bahan pertimbangan, kami lampirkan :


1. Dokumentasi
2. Lampiran Rincian Tanaman Tahunan
3. Lampiran Rincian Tanaman Semusim
4. Lampiran Rincian Sarana Prasarana

Demikian kami sampaikan, terima kasih.


a.n Perwakilan Calon Kelompok Mitra
………………………

Ttd
……………………….

42
Lampiran Rincian Tanaman Tahunan/ Tanaman Semusim/ Sarana Prasarana

Rincian Tanaman Tahunan


No Nama Nomor Induk Ragam Jenis Tanaman Luas Areal Nilai Perkiraan
Pemilik Kependudukan Tahunan Aset/ Modal

1
2
3
dst

Rincian Tanaman Semusim


No Nama Nomor Induk Ragam Jenis Tanaman Luas Areal Nilai Perkiraan
Pemilik Kependudukan Semusim Aset/ Modal

1
2
3
dst

Rincian Sarana Prasarana


No Nama Nomor Induk Ragam Sarana Luas Nilai Perkiraan
Pemilik Kependudukan Prasarana Bangunan/ Aset/ Modal
Jumlah

1
2
3
dst

a.n Perwakilan Calon Kelompok Mitra


………………………

Ttd
……………………….

43
Lampiran 15. Formulir Aduan Perselisihan

CONTOH

FORMULIR ADUAN PERSELISIHAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : ………………………………..
Perwakilan Pemegang PBPH/ Kelompok Mitra : ………………………………..
No. Telp : ………………………………..
Jabatan : ………..………………………
Desa : ………………………………..

Menyampaikan aduan perselisihan antara …………… dengan ………………… pada Objek Areal
Kemitraan Kehutanan …………………. dengan penjelasan perselisihan sebagai berikut:
1. ……………………………………………………………………………….
2. ……………………………………………………………………………….
3. ……………………………………………………………………………….
4. ……………………………………………………………………………….
5. dst

Sebagai bahan pertimbangan, kami lampirkan :


1. Dokumentasi
2. Lampiran lainnya

Demikian kami sampaikan agar dapat difasilitasi penyelesaian perselisihannya, terima kasih.

Pemegang PBPH/ Kelompok Mitra


………………………

Ttd
……………………….

44

Anda mungkin juga menyukai