Anda di halaman 1dari 42

RANCANGAN AKTUALISASI

PELATIHAN DASAR CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL

OPTIMALISASI PENGGUNAAN MEDIA INFORMASI PETUGAS


INSEMINATOR BERBASIS VIDEO INFOGRAFIS DI POS IB
DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN
KABUPATEN PASANGKAYU

OLEH:

NAMA : PISMAWATI, S.Pt


NIP : 199604012022032012
INSTANSI : DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN
PEMERINTAH DAERAH KAB. PASANGKAYU
JABATAN : AHLI PERTAMA-PENGAWAS BIBIT TERNAK
NDH : 19

PEMERINTAH DAERAH KAB. PASANGKAYU DAN


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PROVINSI SULAWESI BARAT
2022

i
LEMBAR PERSETUJUAN
RANCANGAN AKTUALISASI
PELATIHAN DASAR CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL

NAMA : PISMAWATI, S.Pt


NIP : 199604012022032012
INSTANSI : DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN
PEMERINTAH DAERAH KAB. PASANGKAYU
GOL./JABATAN : III/a, AHLI PERTAMA-PENGAWAS BIBIT TERNAK
ANGKATAN/GEL. : VII/ 3
JUDUL : OPTIMALISASI PENGGUNAAN MEDIA INFORMASI
PETUGAS INSEMINATOR BERBASIS VIDEO
INFOGRAFIS DI POS IB DINAS PERKEBUNAN
DAN PETERNAKAN KABUPATEN PASANGKAYU

Telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan pada Evaluasi Rancangan Aktualisasi
Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan III Angkatan VII Gelombang III
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2021.

Pasangkayu, Agustus 2022

Mengetahui,

Coach, Mentor,

dr. H. AHMAD ASIZ, M.Kes ABDUL GAFUR, S.Pt.,M.AP


NIP.195905151989031016 NIP. 19761212 200604 1 017

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta‘ala atas
berkat, rahmat, dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan rancangan aktualisasi ini
dengan judul “optimalisasi penggunaan media informasi petugas inseminator melalui
video grafis sebagai upaya peningkatan pelayanan di pos inseminasi buatan” sebagai
salah satu syarat menyelesaikan Pelatihan Dasar CPNS. Penyusunan laporan ini dapat
terlaksana karena kontribusi dari berbagai pihak berupa bimbingan dan motivasi,
sehingga melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada:

1. Kedua orangtua Penulis yang selalu suport dan memotifasi dari mulai pelaksanaan
Latihan Dasar CPNS hingga saat penyusunan laporan rancangan aktualisasi ini
berlangsung serta saudara (i) sebagai suport system penulis.
2. Bapak Dr. Yakub F. Solon, SH., M.Pd, selaku Kepala Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia (BPSDM) dan Seluruh Jajarannya selaku Penyelenggara Latihan
Dasar CPNS Pemerintah Provinsi Suawesi Barat Tahun 2022.
3. Bapak dr. Ahmad Asiz, M.Kes selaku Coach yang telah memberikan bimbingan,
masukan, pengarahan dan motivasi secara menyeluruh kepada penulis.
4. Bapak Abdul Gafur, S.Pt., M.AP selaku Mentor yang telah memberikan dukungan
dan bimbingan selama pelaksanaan kegiatan.
5. Keluarga besar Dinas Perkebunan dan Peternakan tak terkecuali para petugas
Inseminator, atas segala dukungan yang telah diberikan.
6. Seluruh Widyaiswara yang telah memberikan bimbingan dalam pembelajaran dan
pengarahan terkait materi BerAKHLAK untuk dapat diinternalisasikan dalam
aktualisasi dan habituasi di instansi tempat kerja.
7. Seluruh panitia Penyelenggara Pelatihan Dasar CPNS Lingkup BKPPD dan teman-
teman Pelatihan Dasar CPNS Golongan III untuk kebersamaan yang terjalin selama
masa kegiatan Pelatihan Dasar CPNS.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan aktualisasi ini


masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
dari pembaca dan pemerhati sangat diharapkan untuk penyempurnaan laporan
aktualisasi ini.
Pasangkayu, Agustus 2022
Penulis,

Pismawati, S.Pt

iii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... iii


DAFTAR ISI ................................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Deskripsi Gagasan Pemecahan Isu ........................................................................ 3
C. Tujuan .................................................................................................................... 4
D. Manfaat .................................................................................................................. 5
E. Dasar Hukum ......................................................................................................... 6
BAB II GAMBARAN UMUM ORGANISASI DAN NILAI DASAR BerAKHLAK ... 7
A. Profil Organisasi .................................................................................................... 7
B. Profil Peserta ....................................................................................................... 15
C. Nilai Dasar ASN BerAKHLAK .......................................................................... 16
D. Kedudukan dan Peran ASN Dalam Mewujudkan Smart Governance ................ 20
BAB III RANCANGAN AKTUALISASI ..................................................................... 25
A. Deskripsi dan Identifikasi Isu ............................................................................. 25
B. Analisis Penetapan Core Issue dengan metode USG ......................................... 26
C. Gagasan Pemecahan Isu ..................................................................................... 27
D. Analisis Kesenjangan (GAP Analysis)................................................................ 28
E. Alternatif Strategi dengan Tapisan Mc.Namara ................................................. 29
F. Matriks Rancangan Aktualisasi .......................................................................... 30
G. Rencana Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi ........................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 36

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Struktur Organisasi Dinas Perkebunan dan Peternakan ................... 11
Gambar 2. Foto Peserta ...................................................................................... 15
Gambar 3. GAP Analysis ................................................................................... 29

v
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Susunan Pegawai Berdasarkan Golongan1 .......................................... 4
Tabel 2. Identitas Diri ......................................................................................... 15
Tabel 3. Riwayat Pendidikan .............................................................................. 15
Tabel 4. Identifikasi Isu dengan Teknik Analisis USG ...................................... 27
Tabel 5. Tapisan Mc. Namara ............................................................................ 28
Tabel 6. Matriks Rancangan Aktualisasi ............................................................ 30
Tabel 7. Rencana Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi ............................. 35

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aparatur Sipil Negara memiliki fungsi menurut Undang-Undang Nomor 5
tahun 2014, yaitu sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta perekat
dan pemersatu bangsa. Dalam menjalankan ketiga fungsi tersebut Aparatur Sipil
Negara yang telah mengucapkan sumpah jabatan harus secara konsisten menjalankan
ketiga fungsi tersebut tanpa melanggar nilai-nilai dan kode etik. Dengan ditetapkanya
aturan ini maka calon aparatur sipil negera yang telah diseleksi tersebut juga harus
mengikuti masa percobaan selama 1 (satu) tahun. Masa percobaan dilaksanakan
melalui proses pendidikan dan pelatihan terintegrasi untuk membentuk calon pegawai
negeri sipil (CPNS) sesuai nilai dasar BerAKHLAK akronim dari berorientasi
pelayanan, akuntabel, kompeten, harmonis, loyal, adaptif, dan kolaboratif. CPNS
yang sedang menjalani pendidikan dan pelatihan dasar dituntut untuk
mengaktualisasikan nilai-nilai yang didapat selama proses aktualisasi di tempat
satuan kerja masing-masing.
Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan merupakan bagian dari organisasi
pemerintah daerah Kab. Pasangkayu sesuai Peraturan Bupati Kab. Mamuju Utara
Nomor 06 Tahun 2010 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja dinas. Dinas
Perkebunan dan Peternakan kemudian terpisah dari Dinas Pertanian dan telah
mendapat persetujuan dari Gubernur Sulawesi Barat sesuai Surat Nomor:
120.2/1623/SET tanggal 18 Juli 2017. Berdasarkan Peraturan Bupati Pasangkayu No
33 Tahun 2021 tentang perubahan atas Peraturan Bupati Mamuju Utara No. 35 Tahun
2017 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi, Serta Tata Kerja
Perangkat Daerah, Dinas Perkebunan dan Peternakan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 256 ayat (1) mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah di
bidang Perkebunan dan Peternakan meliputi perkebunan, sarana dan prasarana dan
penyuluhan, kesehatan Hewan dan peternakan. Bidang peternakan dan kesehatan
hewan terdiri dari dua sub bidang yaitu kesehatan hewan dan Perbibitan.

1
Jabatan fungsional pengawas bibit ternak ahli pertama berdasarkan
PermenPanRB No 2 Tahun 2011 tugas pokok Pengawas Bibit Ternak adalah
menyiapkan, melaksanakan, mengevaluasi, mengembangkan dan melaporkan
kegiatan pengawasan bibit ternak yang terdiri dari pengawasan mutu bibit,
pengawasan mutu benih, serta pengawasan peredaran bibit dan benih. Rincian salah
satu tugas pokok dan fungsi pengawas bibit ternak berkaitan dengan pengembangan
metode pengawasan bibit dan melakukan kegiatan inseminasi buatan (IB) pada ternak
(ternak besar, kecil dan unggas).
Inseminasi buatan (IB)/kawin suntik merupakan salah satu rangkaian dari
proses produksi bibit ternak dengan teknik measukkan semen/mani kedalam alat
reproduksi ternak betina sehat (akseptor) untuk membuahi sel telur dengan
menggunakan alat-alat terstandarisasi buatan manusia (insemination gun) dengan
tujuan agar ternak betina menjadi bunting, serta merupakan teknologi reproduksi yang
bertujuan untuk meningkatkan populasi dan mutu genetik ternak. Tekonologi IB
dapat meningkatnya populasi dan produktivitas ternak, mempercepat jarak kelahiran
ternak, memperoleh keturunan jenis ternak yang unggul sehingga mengembangkan
ekonomi desa dan meningkatkan kesejahteraan peternak.
Petugas inseminator merupakan tenaga teknis menengah yang telah dididik dan
mendapat sertifikat sebagai inseminator dari pemerintah (dalam hal ini Dinas
Peternakan). Pelayanan inseminasi buatan dilakukan oleh Inseminator yang telah
memiliki surat izin melakukan inseminasi (SIM) dengan sistem aktif, pasif dan semi-
aktif. Bila belum memiliki SIM maka tanggung jawab hasil kerjanya jatuh pada Dinas
Peternakan tempatnya bekerja. Tugas pokoknya yaitu menerima laporan dari pemilik
ternak mengenai sapi birahi dan memenuhi panggilan tersebut dengan baik dan tepat
waktu, menangani alat dan bahan Inseminasi buatan sebaik-baiknya, melakukan
identifikasi akseptor IB dan mengisi kartu peserta IB, melaksanakan IB pada ternak,
membuat laporan pelaksanaan IB dan mengedukasi peternak tentang tata cara deteksi
birahi.
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan IB adalah ketepatan waktu
pelaksanaan IB yaitu pada puncak birahi/estrus pada sapi, sehingga di perlukan peran
dan keahlian peternak untuk mendeteksi/mengenali tanda-tanda birahi dan siklus
estrus pada sapi. Berahi (Estrus) merupakan salah satu faktor penting dalam

2
manajemen reproduksi. Kegagalan dalam deteksi berahi dapat menyebabkan
kegagalan kebuntingan. Sapi dipelihara secara intensif dengan cara dikandangkan, hal
ini akan memudahkan dalam deteksi birahi serta memudahkan petugas untuk
melaksanakan IB. Namun, faktanya belum optimalnya media informasi yang
digunakan petugas inseminator menjadi salah satu faktor penyebab minimnya
informasi yang diterima oleh para peternak sehingga gagal mendeteksi birahi. Hal ini
dikarenakan komunikasi antara petugas inseminator dan peternak hanya sebatas
komikasi secara verbal. Olehnya itu dibutuhkan inovasi pada penggunaan media
informasi petugas insemiantor. Hal inilah yang melatarbelakangi di angkatnya
pemecahan isu rancangan aktualisasi dengan judul “Optimalisasi Penggunaan
Media Informasi Petugas Inseminator Berbasis Video Infografis Di Pos Ib Dinas
Perkebunan Dan Peternakan Kabupaten Pasangkayu”. Diharapkan penyelesaian
isu ini dapat membantu petugas inseminator saat komunikasi/sosialisasi ke peternak
dan dapat meningkatkan pelayanan di Pos IB, melalui pemecahan isu ini diharapkan
peternak mampu mendeteksi birahi/estrus pada ternak sapi betina.

B. Deskripsi Gagasan Pemecahan Isu


Deteksi birahi yang tepat merupakan faktor yang penting dalam program
perkawinan agar fertilisasi dapat dilakukan pada saat yang tepat. Siklus berahi yang
normal pada sapi berulang secara regular dan disertai munculnya gejala visual seperti
sapi nampak gelisah, sering mengeluarkan suara yang spesifik, sering mengibas-
ngibaskan ekornya, menaiki sesama, nafsu makan berkurang, vulva bengkak
berwarna agak kemerahan dan keluar cairan putih agak pekat. Gejala-gejala birahi ini
memang harus diperhatikan minimal 2 kali sehari oleh pemilik ternak. Jika tanda-
tanda birahi sudah muncul maka pemilik ternak tersebut tidak boleh menunda laporan
kepada petugas inseminator agar sapinya masih dapat memperoleh pelayanan IB tepat
pada waktunya. Sapi dara umumnya lebih menunjukkan gejala yang jelas
dibandingkan dengan sapi yang telah beranak.
Siklus birahi pada sapi betina yang normal biasanya berulang setiap 21 hari,
dengan selang antara 17-24 hari. Siklus birahi akan berhenti secara sementara pada
keadaan-keadaan Sebelum dewasa kelamin, Selama kebuntingan, Masa post-partum.
Siklus birahi dibagi dalam 4 tahap dan berbeda-beda pada setiap spesies hewan.
Tahapan dan lamanya pada sapi yaitu 1) Estrus pada tahap ini sapi betina siap untuk

3
dikawinkan (baik secara alam maupun IB) ovulasi terjadi 15 jam setelah estrus selesai
lama periode ini pada sapi adalah 12-24 ja. 2) Proestrus, waktu sebelum estrus, tahap
ini dapat terlihat karena ditandai dengan sapi terlihat gelisah dan kadang-kadang sapi
betina tersebut menaiki sapi betina yang lain lamanya 3 hari. 3) Metaestrus Waktu
setelah estrus berakhir, folikelnya matang kemudian terjadi ovulasi diikuti dengan
pertumbuhan/pembentukan corpus luteum (badan kuning) lama periode ini 3-5 hari.
4) Diestrus, waktu setelah metaestrus, corpus luteum meningkat dan memproduksi
hormon progesterone periode ini paling lama berlangsungnya karena berhubungan
dengan perkembangan dan pematangan badan kuning yaitu 13 hari.
Media informasi merupakan alat-alat grafis, fotografis atau elektronik untuk
menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual, fungsinya sebagai
untuk menunjang atau memperbaharui informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Video grafis adalah penggambaran suatu informasi, data atau pengetahuan secara
audio visual yang dimaksudkan untuk menyajikan informasi yang kompleks dengan
cepat dan jelas.
Tanda-tanda birahi sangat penting diketahui oleh peternak, kesalahan dalam
mendeteksi birahi dapat menyebabkan kegagalan program inseminasi buatan, akurasi
dan efisiensi deteksi birahi merupakan kunci keberhasilan manajemen untuk
suksesnya inseminasi buatan. Melalui video infografis sebagai representasi secara
visual yang berisi informasi teknologi terapan IB dan tata cara deteksi birahi,
diharapkan dapat mempermudah peternak secara khusus dan masyarakat pada
umumnya, mempermudah inseminator berkomunikasi dengan peternak, serta
berpotensi meningkatkan pelayanan petugas inseminator di Pos IB Dinas Perkebunan
dan Peternakan Kab. Pasangkayu. Dikarenakan video infografis salah satu dari media
yang mudah dijangkau dan tepat sasaran maka diharapkan inovasi ini dapat terus
dikembangkan dimasa yang akan datang.

C. Tujuan
Adapun tujuan pelaksanaan aktualisasi ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Calon Pegawai Negeri Sipil
a. Peserta pelatihan dasar CPNS diharapkan mampu menerapkan nilai-nilai
dasar ASN, kedudukan dan peran ASN dalam kegiatan aktualisasi di unit
kerja/insatansi

4
b. Peserta pelatihan dasar CPNS diharapkan mampu mengoptimalkan
pembuatan video grafis untuk petugas inseminator
c. Peserta diharapkan mampu melaksanakan tupoksi yaitu mengembangkan
metode pengawasan bibit
2. Bagi Unit Kerja
a. Kegiatan aktualisasi ini diharapkan dapat mengoptimalkan media informasi
petugas inseminator
b. Kegiatan aktualisasi diharapkan dapat meningkatkan pelayanan di Pos IB
c. Kegiatan aktualisasi ini diharapkan dapat membantu tercapainya visi-misi
organisasi
d. Diharapkan melalui kegiatan aktualisasi ini diharapkan diperoleh SDM
Aparatur yang berintegritas, profesional, berkinerja tinggi dan kompeten.
3. Bagi Masyarakat
Kegiatan aktualisasi ini diharapkan dapat memberikan kejelasan informasi
terkait pelayanan teknologi IB dan dapat meningkatkan minat masyarakat dan
mendaftarkan ternaknya sebagai akseptor.
D. Manfaat
Adapun manfaat pelaksanaan aktualisasi ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Calon Pegawai Negeri Sipil
a. Peningkatan pemahaman dan kemampuan peserta untuk mengaktualisasikan
nilai-nilai dasar ASN, kedudukan dan peran ASN dalam NKRI sebagai
landasan dalam menjalankan tugas dan fungsinya di unit kerja.
b. Mendorong peserta menjadi lebih inovatif dalam menyelenggarakan
pelayanan publik.
2. Bagi Unit Kerja
a. Meningkatkan pelayanan di Pos IB
b. Memudahkan petugas Inseminator
c. Inovasi media informasi yang tepat sasaran
3. Bagi Masyarakat
a. Menarik minat masyarakat mengikuti program teknologi IB
b. Meningkatkan indeks kepuasan pelayanan teknologi IB
c. Meningkatkan nilai ekonomi dari program IB

5
E. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara.
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Mamuju
Utara
3. Peraturan Pemerintah RI Nomor 61 Tahun 2017 tentang perubahan nama Kab.
Mamuju Utara menjadi Kab. Pasangkayu di Prov. Sulawesi Barat.
4. Peraturan Pemerintah RI Nomor 17 Tahun 2020 tentang perubahan Peraturan
Pemerintah RI Nomor 11 Tahun 2020 tentang Manajemen PNS
5. Peraturan LAN RI Nomor 10 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Peraturan LAN
RI Nomor 1 Tahun 2021 Tentang Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil
6. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 2 Tahun 2011 tentang Jabatan fungsional pengawas bibit ternak dan angka
kreditnya.
7. Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 1 Tahun 2021 Tentang Pelatihan
Dasar CPNS
8. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2010 tentang perubahan atas Peraturan Daerah
Nomor 10 Tahun 2016 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja dinas daerah.
9. Peraturan daerah Kab. Mamuju utara Nomor 7 tahun 2017 tentang perubahan atas
peraturan daerah kab. Mamuju utara Nomor 10 tahun 2016
10. Peraturan Bupati Pasangkayu Nomor 33 Tahun 2021 tentang kedudukan dan
susunan organisasi tugas dan fungsi serta tata kerja perangkat daerah. Perbup ini
perubahan atas Peraturan Bupati Mamuju Utara Nomor 35 Tahun 2017
11. Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor: 14/K.1/PDP.07/2022
Tentang Kurikulum Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil.

6
BAB II
GAMBARAN UMUM ORGANISASI
DAN NILAI DASAR ASN BerAKHLAK

A. Profil Organisasi
1. Pemerintah Daerah Kab.Pasangkayu
Kabupaten Mamuju Utara merupakan daerah otonom sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Kabupaten Mamuju Utara dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor
7 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Mamuju Utara dan Kabupaten
Luwu Timur di Provinsi Sulawesi Selatan, yang terdiri dari 4 (empat) kecamatan,
yaitu Kecamatan Bambalamotu, Kecamatan Pasangkayu, Kecamatan Baras, dan
Kecamatan Sarudu. Dalam perkembangan penyelenggaraan pemerintahan
daerah, berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Provinsi Sulawesi Barat, Kabupaten Mamuju Utara menjadi salah
satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat.
Dalam perkembangan penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten
Mamuju Utara terdapat aspirasi masyarakat dan usul Pemerintah Daerah
Kabupaten Mamuju Utara yang menginginkan adanya perubahan nama
Kabupaten Mamuju Utara menjadi Kabupaten Pasangkayu. Perubahan narna
Kabupaten Mamaju Utara menjadi Kabupaten Pasangkayu tersebut
dilatarbelakangi oleh faktor sejarah, budaya, adat istiadat, dan faktor sosial
masyarakat Kabupaten Pasangkayu.
Nama Pasangkayu berasal dari kata "Vova dan Sanggayu", menurut
bahasa Kaili (Sulawesi Tengah) kata "Vova" berarti sejenis kayu bakau yang
tumbuh di tepi pantai atau laut, dan kata "sanggayu" berarti satu batang atau satu
pohon (sepohon), sehingga kedua kata tersebut jika digabung memiliki arti
"Sebatang Kayu" atau "sebatang Pohon Bakau". Nama awal "Vova Sanggayu"
perlahan berubah dan diucapkan dengan kata "Pasanggayu" dan akhirnya
berubah menjadi "Pasangkayu". Nama Pasangkayu merupakan nama yang sudah

7
lama dikenal dalam masyarakat Kabupaten Mamuju Utara khususnya dan
Provinsi Sulawesi Barat pada umumnya, yang mempunyai nilai-nilai
kesejahteraan, memperkukuhkan jati diri, mempertinggi harkat, dan martabat
yang sarat dengan kearifan lokal.
Berdasarkan aspirasi masyarakat Kabupaten Mamuju Utara yang
menginginkan perubahan nama kabupaten dan hasil kajian Pemerintah
Kabupaten Mamuju Utara, Bupati Mamuju Utara mengusulkan Perubahan Nama
Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Mamuju Utara.
Selanjutnya Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Mamuju Utara
memberikan persetujuan Perubahan Nama Kabupaten Mamuju Utara Menjadi
Kabupaten Pasangkayu Provinsi Sulawesi Barat.
Atas dasar persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
Mamuju Utara, Bupati Mamuju Utara menyampaikan permohonan rekomendasi
kepada Gubernur Sulawesi Barat perihal Usul Perubahan Nama Daerah
dimaksud, kemudian Gubernur Sulawesi Barat menyampaikan usulan perubahan
nama daerah Kabupaten Mamuju Utara menjadi Kabupaten Pasangkayu kepada
Pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri. Berdasarkan uraian tersebut di atas
dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 48 ayat (3) Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, perlu menetapkan Peraturan
Pemerintah tentang Perubahan Nama Kabupaten Mamuju Utara Menjadi
Kabupaten Pasangkayu di Provinsi Sulawesi Barat.

Visi dan Misi Pemerintah Daerah Kab. Pasangkayu


Visi
Mewujudkan masyarakat Pasangkayu yang lebih sejahtera Maju dan Bermartabat
berlandaskan keberagaman.
Misi
1. Sumber daya manusia berkualitas.
2. Menguatkan struktur ekonomi produktif dan berdaya saing.
3. Akselerasi pemerataan pembangunan
4. Ruang dan lingkungan yang berlanjutan
5. Tata pemerintahan yang bermartabat (bersih, efektif dan terpercaya)

8
2. Dinas Perkebunan Dan Peternakan
Dinas perkebunan dibentuk berdasarkan peraturan daerah Bupati kabupaten
mamuju utara Nomor 06 Tahun 2010. Mempunyai tugas pokok dan fungsi
melaksanakan kewenangan pemerintah kabupaten dibidang perkebunan yang
menjadi tanggungjawabnya. Bidang perkebunan terdiri dari bidang
pengembangan pembinaan usaha perbenihan dan peningkatan produksi, bidang
tata guna dan pengolahan hasil perkebunan, bidang pengembangan SDM
kelembagaan usaha tani dan introduksi teknologi perkebunan, dan bidang
perlindungn tanaman. Dinas perkebunan adalah unit pelaksana teknis dinas
(UPTD). Kelompok jabatan fungsional dan struktural.
Dinas pertanian tanaman pangan dan peternakan dibentuk berdasarkan
peraturan daerah Bupati kabupaten mamuju utara Nomor 06 Tahun 2010. Dinas
pertanian tanaman pangan dan peternakan mempunyai tugas pokok dan fungsi
melaksanakan kewenangan pemerintah kabupaten dibidang pertanian tanaman
pangan dan peternakan yang menjadi tanggung jawabnya. Bidang peternakan
terdiri dari seksi produksi dan pengembangan kawasan peternakan, seksi
pembibitan dan penerapan teknologi. Dinas pertanian tanaman pangan dan
peternakan adalah unit pelaksana teknis dinas (UPTD) dan masuk kedalam
kelompok jabatan fungsional dan struktural.
Kabupaten Mamuju Utara merupakan daerah dengan potensi perkebunan
antara lain sawit, kakao, cengkeh, kelapa dalam, lada, pala dan peternakan antara
lain sapi, kambing, ayam, sehingga perlu dibentuk Organisasi Perangkat Daerah
tersendiri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang perkebunan dan
peternakan. Hal ini didukung dengan skor nilai 974,6 (kategori besar) sehingga
sesuai ketentuan Pasal 53 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2016
tentang Perangkat Daerah, dapat dibentuk dua urusan pada bidang pertanian yaitu
Dinas Pertanian dan Dinas Perkebunan dan Peternakan.
Pembentukan Dinas Perkebunan dan Peternakan terpisah dari Dinas
Pertanian telah mendapat persetujuan dari Gubernur Sulawesi Barat sesuai Surat
Nomor: 120.2/1623/SET tanggal 18 Juli 2017 perihal Pembentukan Dinas
Perkebunan Kabupaten Mamuju Utara, dan persetujuan Menteri Pertanian RI
yang ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal melalui Surat Nomor

9
B-1447/ot.030/a/04/2017 tanggal 7 April 2017. Berdasarkan hal tersebut, maka
perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah
Kabupaten Mamuju Utara Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Mamuju Utara.

a. Visi dan Misi Dinas Perkebunan dan Peternakan


Visi
Terwujudnya masyarakat perkebunan dan peternakan yang sejahtera, maju
dan bermartabat melalui usaha perkebunan dan peternakan yang
berkelanjutan.
Misi
1. Peningkatan Produktivitas dan mutu hasil pertanian/perkebunan
sehingga berdampak pada peningkatan produksi.
2. Peningkatan produksi ternak sapi.
3. Penyediaan teknologi pertanian/perkebunan dan peternakan tepat guna.
4. Penguatan agribisnis pemasaran pada sektor pertanian/perkebunan
melalui pasar dan permodalan
5. Meningkatkan kinerja instansi melalui peningkatan pelayanan, SDM
koordinasi dan kerjasama antar lembaga

Motto
Melayani dengan hati, cepat, tanggap dan bersahabat.
b. Struktur Organisasi
Adapun struktur organisasi Dinas Perkebunan dan Peternakan sesuai
dengan ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Bupati Pasangkayu No 33
Tahun 2021 tentang perubahan atas Peraturan Bupati Mamuju Utara No. 35
Tahun 2017 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 257 ayat (1) tentang Susunan
Organisasi Dinas Perkebunan dan Peternakan, terdiri atas:
1) Kepala Dinas;
2) Sekretariat;
3) Bidang Perkebunan;
4) Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan; dan
5) Bidang Prasarana, Sarana dan Penyuluhan.

10
Struktur organisasi Dinas Perkebunan dan Peternakan yang dapat
dilihat pada Gambar 1. berikut:

Gambar 1. Struktur Organisasi Dinas Perkebunan dan Peternakan

c. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Organisasi


Berdasarkan Peraturan Bupati Pasangkayu No. 33 Tahun 2021 pasal 255
(1) tentang kedudukan Dinas Perkebunan dan Peternakan adalah unsur
pembantu Kepala Daerah untuk melaksanakan Urusan Pemerintahan Daerah
yang menjadi kewenangan daerah di bidang Perkebunan, Peternakan dan

11
Kesehatan Hewan serta sarana dan prasarana dan penyuluhan. Dan dipimpin
oleh kepala dinas.
Berdasarkan Peraturan Bupati Pasangkayu No 33 Tahun 2021 tentang
perubahan atas Peraturan Bupati Mamuju Utara No. 35 Tahun 2017 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi, Serta Tata Kerja
Perangkat Daerah, Dinas Perkebunan dan Peternakan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 256 ayat (1) mempunyai tugas melaksanakan urusan
pemerintahan daerah di bidang Perkebunan dan Peternakan meliputi
perkebunan, kesehatan Hewan dan peternakan, sarana dan prasarana dan
penyuluhan berdasarkan asas otonomi dan pembantuan. Dinas Perkebunan
dan Peternakan dalam melaksanakan tugas sebagamana dimaksud ayat (1),
menyelenggarakan fungsi:
1) Perumusan kebijakan teknis Bidang Perkebunan, Bidang Peternakan
dan Kesehatan Hewan, dan Bidang Prasarana, Sarana dan Penyuluhan;
2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang Perkebunan, Bidang
Peternakan dan Kesehatan Hewan, dan Bidang Prasarana, Sarana dan
Penyuluhan;
3) Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang Perkebunan, Bidang
Peternakan dan Kesehatan Hewan, dan Bidang Prasarana, Sarana dan
Penyuluhan; dan
4) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati.

Peserta sebagai Ahli Pertama Pengawas Bibit Ternak di bidang


Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Perkebunan dan Peternakan
Pemerintah Daerah Kab. Pasangkayu berdasarkan surat perintah
melaksanakan tugas (SPMT) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 262 ayat
(1), Bidang Peternakan dan Kesehatan hewan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 257 ayat (1) huruf d, bertugas untuk melaksanakan penyusunan,
pelaksanaan kebijakan, dan pemberian bimbingan teknis, serta pemantauan
dan evaluasi di bidang peternakan dan kesehatan hewan. Dan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 262 ayat (2) Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan
dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
menyelenggarakan fungsi:

12
1) Penyusunan kebijakan di bidang benih/bibit, produksi peternakan dan
kesehatan hewan, perlindungan serta pengolahan dan pemasaran hasil
di bidang peternakan;
2) Pengelolaan sumber daya genetik hewan;
3) Perencanaan kebutuhan dan penyediaan benih/bibit ternak, pakan
ternak, dan benih/bibit hijauan pakan ternak;
4) Pemberian bimbingan penerapan peningkatan produksi ternak;
5) Pengendalian penyakit hewan dan kesehatan masyarakat veteriner;
6) Pengawasan peredaran dan penggunaan serta sertifikasi benih/bibit
ternak, pakan ternak, dan obat hewan;
7) Pengawasan pemasukan dan pengeluaran hewan, dan produk hewan
8) Pelaksanaan sertifikasi persyaratan teknis kesehatan masyarakat
veteriner dan kesejahteraan hewan;
9) Pemberian izin/rekomendasi di bidang peternakan,kesehatan hewan
dan kesehatan masyarakat veteriner;
10) Pemberian bimbingan pascapanen, pengolahan dan pemasaran hasil di
bidang peternakan;
11) Pemantauan dan evaluasi di bidang peternakan dan kesehatan hewan;
dan
12) Melakukan tugas lain yang berkaitan dengan tugas yang diperintahkan
oleh pimpinan.

Adapun tugas dan fungsi dari pengawas bibit ternak (wasbitnak)


berdasarkan PermenPanRB No 2 Tahun 2011 tentang Jabatan fungsional
pengawas bibit ternak dan angka kreditnya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 tugas pokok Pengawas Bibit Ternak adalah menyiapkan,
melaksanakan, mengevaluasi, mengembangkan dan melaporkan kegiatan
pengawasan bibit ternak yang terdiri dari pengawasan mutu bibit,
pengawasan mutu benih, serta pengawasan peredaran bibit dan benih.
Uraian kegiatan berdasarkan tupoksi antara lain:
1) Pengawasan proses produksi bibit ternak
2) Pelaksanaan pengawasan mutu bibit ternak
3) Penyusunan rencana dan kegiatan pengawasan bibit ternak,

13
4) Pengelompokan atau mengklasifikasikan data bahan pengawasan
5) Pembuatan rumusan hasil pengawasan bibit ternak,
6) Pengembangan metode pengawasan bibit.
7) Menyusun konsep hasil identifikasi
8) Pelaksanaan kegiatan penunjang lain terkait pengawasan bibit ternak.
9) Menyusun laporan hasil pengawasan.

d. Deskripsi SDM, Sarana Prasarana, dan Sumber Daya Lain


Jumlah pegawai pada Organisasi perangkat daerah (OPD) Dinas
Perkebunan dan Peternakan Pemerintah Daerah Kab. Pasangkayu secara
keseluruhan adalah sebanyak 42 orang. Adapun susunan pegawai
berdasarkan golongannya dapat dilihat pada Tabel 1. sebagai berikut:

Tabel 1. Susunan Pegawai Berdasarkan Golongan


Golongan
PNS CPNS ∑
Ruang
IV/e - - -
IV/d - - -
IV/c - - -
IV/b 2 - 2
IV/a 3 - 3
Jumlah golongan IV 5 - 5
III/d 6 - 6
III/c 6 - 6
III/b 8 - 8
III/a 4 2 6
Jumlah golongan III 24 2 26
II/d 4 - 4
II/c 2 - 2
II/b 3 - 3
II/a - - -
Jumlah golongan II 9 - 9
Total 38 4 42

Berdasarkan tingkat pendidikannya, SDM di Dinas Perkebunan dan


Peternakan Pemerintah Daerah Kab. Pasangkayu didominasi dengan
pendidikan terakhir setingkat S-1 yaitu sebanyak 26 orang, diikuti dengan
pendidikan terakhir setingkat SMA sebanyak 9 orang, diikuti dengan
pendidikan terakhir setingkat S-2 sebanyak 6 orang, dan peringkat terakhir
diikuti dengan pendidikan setingkat D3 sebanyak 1 orang.

14
B. Profil Peserta

Gambar 2. Foto Peserta

Tabel 2. Identitas Diri

NAMA PISMAWATI, S.Pt

TEMPAT TANGGAL LAHIR Pinrang, 01 April 1996

NIP 199604012022032012

ALAMAT Jl. Durian Kota Pasangkayu


Dinas Perkebunan dan Peternakan
INSTANSI Pemerintah Daerah Kab. Pasangkayu

JABATAN/GOLONGAN Ahli Pertama-Pengawas Bibit Ternak, III/a

Tabel 3. Riwayat Pendidikan

NAMA SEKOLAH TAHUN LULUS JURUSAN

SDN 171 PINRANG 2008 -

SMPN 4 PATAMPANUA 2011 -

SMKN 1 PINRANG 2014 Tata Busana

UNIVERSITAS HASANUDDIN 2018 Ilmu Peternakan

15
C. Nilai Dasar ASN BerAKHLAK
Reformasi birokrasi senyatanya terus digaungkan sebagai bagian dari upaya
pemerintah mewujudkan suatu sistem peyelenggaraan kepemerintahan yang baik
(good governance}, terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi),
ketatalaksanaan dan sumber daya manusia aparatur. Salah satu bentuk upaya tersebut
adalah melalui tatanan nilai dasar aparatur sipil negara (ASN) selaku penyelenggara
birokrasi pemerintahan.
Tatanan nilai dasar (core values) ASN tersebut telah diluncurkan oleh Presiden
Joko Widodo pada 27 Juli 2021 lalu dalam kegiatan peluncuran “Core values dan
Employer branding ASN”. Acara yang berlangsung secara daring tersebut
diselenggarakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi. Kegiatan ini bertepatan dengan ditetapkannya tanggal 27 Juli sebagaiHari
Jadi Kemenpan & RB. Core values atau nilai-nilai dasar ASN tersebut adalah
“BerAKHLAK”, dengan Employer branding atau semboyan bagi ASN yaitu “Bangga
Melayani Bangsa”.
Peluncuran nilai-nilai dasar tersebut bertujuan untuk menyeragamkan nilai-nilai
dasar ASN yang masih bervariasi di setiap instansi pemerintah, baik pusat maupun
daerah. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Presiden Joko Widodo dalam
sambutannya yang menegaskan, bahwa seluruh aparatur sipil negara ASN) harus
memegang teguh nilai-nilai dasar serta mempunyai semboyan yang sama dalam
melaksanakan tugasnya. “ASN yang bertugas sebagai pegawai pusat maupun pegawai
daerah harus mempunyai core values yang sama. ASN yang berprofesi sebagai dosen,
guru, jaksa, dokter, perawat, analis kebijakan, sebagai administratur, juga petugas
Satpol PP, seharusnya mempunyai nilai dasar yang sama,” ujar Presiden. Nilai-nilai
dasar BerAKHLAK merupakan panduan perilaku bagi ASN dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya. Ada tujuh kompenen yang tercakup dalam akronim
BerAKHLAK, yakni: Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis,
Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif.
1. Berorientas Pelayanan
Berorientasi pada pelayanan dimaksudkan adar ASN dalam melaksanakan
tugas pekerjaannya lebih mengedepankan pemberian pelayanan yang terbaik
kepada masyarakat (publik). Sebagai aparat birokrasi pemerintah, dalam

16
memberikan pelayanan kepada publik maka ASN sudah seharusnya berorientasi
kepada pemenuhan kepuasan pengguna layanan (customer service) melalui
pelayanan prima. Pelayanan prima dikembangkan dengan berdasarkan prinsip-
prinsip attitude, attention, dan action. Attitude adalah sikap atau perilaku,
attention adalah bagaimana kita memberikan perhatian , dan action adalah
bagaimana kita melakukan tindakan. Ketiga prinsip tersebut sudah seharusnya
menjadi nilai-nilai mendasar bagi para ASN ketika memberikan pelayanan
kepada masyarakat.
Ketika masa lalu ASN banyak mendapat sorotan publik karena bersikap
sebagai pejabat yang minta dilayani, saatnya kini perilaku tersebut harus dibuang
jauh. Bahkan Presiden Joko Widodo ketika meluncurkan nilai-nilai dasar ASN,
juga menegaskan bahwa ASN harus mempunyai orientasi untuk memberikan
pelayanan terbaik kepada masyarakat. “ASN bukan pejabat yang justru minta
dilayani, yang bergaya seperti pejabat zaman kolonial dulu. Itu tidak boleh lagi,
bukan zamannya lagi. Setiap ASN harus mempunyai jiwa untuk melayani,
untukmembantu masyarakat,” tegasnya.
Dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan, ASN adalah aparat yang
diberikan amanah oleh negara untuk menjamin terwujudnya nilai-nilai publik,
seperti: mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik
kepentingan; memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan
mencegah keterlibatan ASN dalam politik praktis; memperlakukan warga negara
secara sama dan adil dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan
publik; serta menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat
diandalkan sebagai penyelenggara pemerintahan.
2. Akuntabel
Nilai dasar berikutnya adalah Akuntabel. Dalam hal ini, akuntabel atau
akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai sesuai
dengan tanggung jawab yang menjadi amanahnya baik selaku individu,
kelompok atau institusi. Akuntabel dimaksudkan agar ASN dalam melaksanakan
tugas secara jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas tinggi.
Melalui nilai-nilai akuntabilitas tersebut, bertujuan untuk membentuk sikap dan
perilaku ASN dengan mengedepankan kepentingan publik, imparsial, dan

17
berintegritas. Dalam hal ini, akuntabilitas publik berfungsi untuk menyediakan
kontrol demokratis; mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan; serta
meningkatkan efisiensi dan efektivitas.
Seperti diketahui, dalam perannya sebagai pelayan publik, ASN
dilengkapi dengan kewenangan dan sumber daya yang diberikan oleh negara.
Kendati demikian, otoritas dan sumber daya tersebut harus digunakan secara
akuntabel sehingga dapat dipertanggungjawabkan sebagaimanaa mestinya.
3. Kompeten
Nilai dasar lainnya adalah kompeten, yang berarti kecakapan atau
ketrampilan yang dimiliki seseorang dalam bidangnya. Seorang ASN sudah
seharusnya kompeten atau memiliki kecakapan dan ketrampilan dalam
menjalankan tugas dan pekerjaan yang diembannya. Seseorang dianggap
kompeten apabila mereka dapat melaksanakan tugas-tugas tertentu secara
profesional. Kompeten berkaitan erat dengan profesionalisme. Profesionalisme
ASN merupakan aspek penting dalam upaya meningkatkan kualitas layanan
publik sesuai dengan agenda reformasi birokrasi. Untuk itu, pengelolaan ASN
yang profesional harus didasarkan pada kualitas, kompetensi, dan hasil penilaian
kinerjanya, sehingga ASN dapat mendukung secara optimal kinerja organisasi
sesuai tugas dan fungsinya masing-masing.
Peningkatan dan pengembangan kompetensi dapat dilakukan melalui
pembelajaran yang berkelanjutan. Dalam hal pengembangan kompetensi, sesuai
Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 2020 menyebutkan bahwa pengembangan
kompetensi bagi setiap PNS dilakukan paling sedikit 20 jam pelajaran dalam satu
tahun
4. Harmonis
Nilai dasar berikutnya adalah harmonis. ASN diharapkan bersikap
harmonis dalam lingkungan kerjanya. Perilaku yang harmonis tergambar dengan
sikap saling menghargai dan peduli dengan sesamanya. Terciptanya harmonisasi
dalam lingkup organisasi dapat membangun lingkungan kerja yang kondusif,
yang pada akhirnya berefek kepada keberhasilan pencapaian tujuan, tugas dan
fungsi organisasi.

18
Untuk itu, di saat menjalankan tugas kedinasan ASN dituntut untuk
berlaku harmonis dengan lingkungan kerjanya dalam suatu organisasi. Hal ini
dikarenakan organisasi adalah kelompok kerja sama antara orang-orang yang
diadakan untuk mencapai tujuan bersama. Harmonisasi dalam organisasi
merupakan upaya penyelarasan semua anggota dalam suatu organisasi agar
tujuan organisasi tercapai dengan maksimal. Suasana yang harmonis dalam suatu
organisasi akan membuat kenyamanan bagi semua pegawai di lingkungannya.
Kenyamanan dalam hubungan yang baik antar anggota di dalam organisasi akan
membuahkan kerjasama yang baik sehingga memperlancar tugas dan fungsi
organisiasi.
5. Loyal
Selanjutnya adalah loyal atau loyalitas, yang bermakna pada kesetiaan
atau kepatuhan. Dalam hal ini, loyalitas dari ASN ditujukan dari sikap dan
perilaku yang memegang teguh ideologi Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945; setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) serta
pemerintahan yang sah; menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan, instansi dan
negara; serta menjaga rahasia jabatan dan negara.
6. Adaptif
Sebagaimana dimaklumi, ASN adalah pekerja yang digaji oleh negara.
Oleh karena itu, sikap dan perilakunya harus memegang teguh ideologi negara,
yaitu Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; serta setia kepada negara serta
pemerintahan yang sah. Sebagai aparatur negara, dalam menjalankan tugasnya
ASN dilengkapi dengan kewenangan dan sumber daya oleh negara. Dengan
demikian, sudah seharusnya ASN memiliki loyalitas yang tinggi kepada
pemerintah, bangsa dan negara.
Loyalitas kepada bangsa dan negara pada akhirnya bermuara kepada sikap
untuk memberikan layananyang prima dan mengayomi kepada segenap lapisan
warga negara.Nilai dasar berikutnya adalah adaptif, atau mudah menyesuaikan
diri dengan keadaan. Dalam hal ini, seorang ASN hendaknya selalu
mengembangkan kreativitas dan terus berinovasi dalam menyikapi perubahan-
perubahan yang terjadi. ASN juga dituntut untuk selalu proaktif dalam
menghadapi setiap perubahan yang terjadi sehingga tidak menghalangi tugas dan

19
tanggung jawab yang diembannya, utamanya yang berkaitan dengan pelayanan
publik.
7. Kolaboratif
Nilai dasar ASN adalah kolaboratif. Sikap kolaboratif ditunjukkan dengan
memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi, terbuka dalam
bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah, dan menggerakkan pemanfaatan
berbagai sumber daya untuk tujuan bersama. Nilai ini diperlukan sebagai
upayadari pemecahan masalah dengan membangun kerja sama yang sinergis,
baik antar sesama ASN maupun antar Kementerian/Lembaga atau Pemerintah
Daerah. erkait dengan kolaboratif, Presiden Joko Widodo mengungkapkan
bahwa kolaborasi lintas organisasi dibutuhkan karena terdapat banyak tantangan
yang tidak bisa dipecahkan oleh satu dinas, satu daerah, satu kementerian atau
lembaga, maupun satu keahlian dan satu disiplin ilmu. “Kolaborasi lintas
organisasi, lintas daerah, lintas ilmu, lintas profesi, menjadi sangat penting.
Semua masalah selalu lintas sektor dan lintas disiplin. Saat ini dunia menjadi
serba hybrid, serta kolaboratif, tidak boleh lagi ada ego, baik ego sektor, ego
daerah, dan ego ilmu,” ujar Presiden.
Whole of Government (WoG) Kongkretisasi Kolaborasi Pemerintahan,
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang
menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor
dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan bersama
dalam bidang pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan
publik. WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan
yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan yang
relevan.

D. Kedudukan dan Peran ASN Dalam Mewujudkan Smart Governance


Saat ini dunia dihadapkan dengan yang dinamakan VUCA (volatility,
uncertainty, complexity, ambiguity), dengan kondisi tersebut, segala sesuatu harus
bergerak cepat merespon berbagai perubahan. Organisasi sektor publik pun tidak
boleh kaku dan berjalan laksana mesin. Meskipun tekanan yang dihadapi oleh
organisasi sektor publik tidak sekuat tekanan pada sektor swasta, namun persaingan

20
antar negara dalam menarik investasi asing sangat ketat. Organisasi pemerintah yang
lambat dalam merespon segala sesuatu, tentu sangat tidak menarik bagi para investor.
Salah satu VUCA yang terjadi dan mengguncang dunia saat ini adalah adanya
pandemi covid-19. Hampir semua sektor kehidupan terkena dampak dari pandemi
tersebut. Salah satu sektor yang terdampak adalah sektor publik (pemerintahan). Data
dari Badan Kepegawaian Negara, 38% dari 4,2 juta Aparatur Sipil Negara (ASN) saat
ini diisi oleh pelaksana administrasi, hal ini menjadi beban bagi anggaran negara dan
memperlambat jalannya layanan publik (dead-weight).
Besarnya porsi pelaksana administrasi umum yang tidak memiliki kompetensi
(keahlian/keterampilan) spesifik dalam menjalankan roda birokrasi, dirasa hanya
menjadi parasit birokrasi dan membuat pelayanan publik tidak berjalan dengan baik.
Saat ini proses reformasi birokrasi bidang aparatur negara dalam struktur substansi
pembangunan nasional menempati ruang yang sangat strategis dan mendapatkan
momentum emas (golden opportunity). Hal ini dikarenakan pemerintahan Presiden
Joko Widodo – KH. Ma’ruf Amin telah memfokuskan diri pada aspek pembangunan
sumber daya manusia/SDM. Idealnya, tata birokrasi Indonesia 5 (lima) tahun ke
depan dilaksanakan berdasarkan pada telaah teoritis dan diskursus yang mengarah
pada 2 (dua) konsep besar model ideal governance. Kedudukan dan Peran ASN
terbagi menjadi dua yaitu:
1. Manajemen ASN (Agenda III)
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai
ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi
politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih
menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu
tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan
perkembangan jaman. Sebagai profesi, ASN bekerja dengan berlandaskan pada
kode etik dan kode perilaku. Kode etik dan kode perilaku ASN yang diatur dalam
UU ASN menjadi acuan bagi para ASN dalam penyelenggaraan birokrasi
pemerintah dan bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN.
Kehadiran Undang-Undang ASN dimaksudkan untuk membuat beberapa
perubahan dalam manajemen ASN. Yang pertama yakni dengan menggeser
sistem yang selama ini berkembang seperti pengelolaan secara administratif

21
terkait ASN menjadi human resource management. Selain itu, pola manajemen
ASN yang dimulai lewat UU ASN nomor 5 tahun 2014 semakin ditegaskan
dengan PP Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil yang
mengubah pendekatan closed career system yang berorientasi pada senioritas dan
kepangkatan, kepada open career system yang mengedepankan kompetisi dan
kompetensi ASN dalam promosi dan pengisian jabatan melalui penerapan sistem
merit.
Menurut pasal 1 Undang- undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara, sistem merit didasarkan pada kualifikasi, kemampuan, dan kinerja
terhadap kebijakan dan manajemen ASN secara adil dan wajar tanpa memandang
latar belakang politik, warna kulit, ras, agama, jenis kelamin, asal daerah, usia,
ataupun kecacatan. Sistem Merit bertujuan untuk membangun bidang Sumber
Daya Manusia (SDM) Aparatur dan mewujudkan pegawai ASN yang
professional, berintegritas, netral dan berkinerja tinggi. Untuk melaksanakan
sistem merit, Undang-Undang mewajibkan pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi
(JPT) melalui seleksi terbuka dan instansi menerapkan prinsip-prinsip merit
dalam manajemen ASN. Salah satu bentuk penerapan sistem merit dalam
Manajemen ASN adalah dengan diberlakukannya sistem rekrutmen CPNS secara
transparan dan akuntabel menggunakan sistem Computer Assisted Test (CAT).
2. Smart ASN (Agenda III)
Ruang digital adalah lingkungan yang kaya akan informasi. Keterjangkauan
yang dirasakan dari ruang ekspresi ini mendorong produksi, berbagi, diskusi dan
evaluasi opini publik melalui cara tekstual. Keterjangkauan berarti alat yang
memungkinkan untuk melakukan hal-hal baru, membangun jenis hubungan baru
dan menjadi tipe orang baru sementara pasangannya adalah kendala yang bertolak
belakang dengan keterjangkauan. Kendala dalam literasi digital adalah kurangnya
infrastruktur, akses dan minimnya penguatan literasi digital. Dalam menghadapi
era literasi digital maka diperlukan etika bermedia digital. Etika bermedia digital
adalah kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan
diri, merasionalkan, mempertimbangkan dan mengembangkan tata kelola etika
digital dalam kehidupan sehari-hari. Ruang lingkup etika dalam dunia digital
menyangkut pertimbangan perilaku yang dipenuhi kesadaran, tanggung jawab,

22
integritas (kejujuran) dan nilai kebajikan baik itu dalam hal tata kelola,
berintegrasi, berpartisipasi, berkolaborasi dan bertransaksi eletronik. Nilai-Nilai
dalam Smart ASN sebagai berikut:
a. Integritas
Integritas adalah konsistensi Pegawai ASN dalam berperilaku yang
selaras dengan nilai, norma atau etika organisasi, dan jujur dalam
hubungan dengan atasan, rekan kerja, bawahan langsung dan pemangku
kepentingan.
b. Nasionalisme
Nasionalisme memiliki pokok kekuatan dalam menilai kecintaan
individu terhadap bangsanya. Salah satu cara untuk menumbuhkan
semangat nasionalisme adalah dengan menanamkan dan mengamalkan
nilai-nilai pancasila.
c. Profesionalisme
Pegawai Negeri Sipil adalah terpenuhinya kecocokan antara
kemampuan aparatur dengan kebutuhan tugas merupakan syarat
terbentuknya aparatur yang profesional.
d. Berwawasan Global
Merupakan suatu proses pendidikan yang dirancang untuk
meningkatkan kemampuan dasar intelektual dan tanggung jawab guna
bersifat kompetitif dan dengan derajat saling menggantungkan antar
bangsa yang sangat tinggi
e. Mengusai IT dan Bahasa Asing
ASN dituntut tidak gagap teknologit dan informasi yakni dapat
mengoprasikan dan memanfaatkan aplikasi produk IT (Informasi
Teknologi) dapat dengan bijak memanfaatkan internet yang digunakan
dalam meningkatkan kualitas tugas dan fungsinya dalam pelayanan dan
pengabdian kepada masyarakat.
f. Berjiwa Hospitality (Keramahan)
Hospitality adalah memiliki sifat baik hati dan menarik budi
bahasanya, manis tutur kata dan sikapnya dalam setiap menjalankan

23
aktivitas pelaksanaan tugas dalam menampilkan pelayanan prima kepada
masyarakat.
g. ASN Memiliki Kemampuan Networking
Networking adalah membangun menjalin hubungan dengan orang
lain atau organisasi yang berpengaruh positif pada kesuksesan profesional
maupun personal.

h. ASN Memiliki Jiwa Enterpeneurship


ASN dituntut memiliki kemampuan Enterpeneurship yakni berjiwa
kewirausahaan yaitu memiliki keberanian, kreativitas, inovatif, pantang
menyerah, dan cerdas dalam menangkap dan menciptakan peluang serta
bertanggung jawab.

24
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI

A. Deskripsi dan Identifikasi Isu


Penetapan judul rancangan aktualisasi dapat dilakukan dengan terlebih dahulu
melakukann identifikasi isu. Isu yang diambil berdasarkan pengamatan peserta CPNS
ke petugas inseminator Dinas Perkebunan dan Peternakan serta kelompok peternak di
Kab. Pasangkayu. Dari hasil pengamatan tersebut, ditemukan beberapa isu antara lain
sebagai berikut:

1. Belum ditetapkannya sistem pencatatan/pendataan ternak (recording) berbasis


mobile maupun website khususnya di bidang Peternakan dan kesehatan hewan.
Pencatatan ternak atau Recording adalah suatu kegiatan yang meliputi
identifikasi ternak berkaitan dengan pencatatan silsilah, pencatatan produksi dan
reproduksi, pencatatan manajemen pemeliharaan dan kesehatan ternak dalam
populasi terpilih. Recording memuat data ternak seperti nomor identifikasi,
tanggal lahir, nomor pejantan, nomor bendungan, betis dan jenis kelaminnya,
tanggal melahirkan, tanggal pembelian, tanggal penjualan/ lelang/ kematian.
Tanpa catatan tertulis, peternak harus bergantung pada ingatan mereka sambil
membuat keputusan mengenai praktik peternakan mereka. Peserta menemukan
bahwa alat penunjang pencatatan ternak selama ini yang digunakan para
peternakan masih memiliki banyak kekurangan seperti halnya kartu ternak,
dimana kartu tersebut mudah rusak, robek, basah, terbakar, kotor bahkan hilang.
Sehingga diperlukan adanya sistem pencatatan/pendataan ternak (recording)
berbasis mobile untuk memudahkan para peternak.

2. Belum optimalnya penggunaan media informasi petugas inseminator di Pos IB


Dinas perkebunan dan peternakan Kabupaten Pasangkayu.
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan IB adalah ketepatan
waktu pelaksanaan IB yaitu pada puncak birahi/estrus pada sapi, sehingga di
perlukan peran dan keahlian peternak untuk mendeteksi/mengenali tanda-tanda
birahi dan siklus estrus pada sapi. Berahi (Estrus) merupakan salah satu faktor
penting dalam manajemen reproduksi. Kegagalan dalam deteksi berahi dapat

25
menyebabkan kegagalan kebuntingan. Sapi dipelihara secara intensif dengan cara
dikandangkan, hal ini akan memudahkan dalam deteksi birahi serta memudahkan
petugas untuk melaksanakan IB. Namun, faktanya belum optimalnya media
informasi yang digunakan petugas inseminator menjadi salah satu faktor
penyebab minimnya informasi yang diterima oleh para peternak sehingga gagal
mendeteksi birahi. Hal ini dikarenakan komunikasi antara petugas inseminator
dan peternak hanya sebatas komikasi secara verbal. Olehnya itu dibutuhkan
inovasi pada penggunaan media informasi petugas insemiantor.

3. Belum optimalnya pelaporan data populasi hasil inseminasi buatan (IB) di


iSIKNAS (sistem informasi kesehatan hewan indonesia yang mutakhir)
Sistem pelaporan yang digunakan pada program SIKOMANDAN (Sapi
Kerbau Komoditas Andalan Negeri) adalah pelaporan melalui iSIKNAS.
Berdasarkan hasil identifikasi isu peserta menemukan permasalahan pada saat
pelaporan seperti human error pada petugas lapangan dalam hal ini lupa format
SMS tertentu ketika berada di lapangan, dan situs ini belum memiliki fitur
pendeteksi duplikasi pelaporan data.

B. Analisis Penetapan Core Issue dengan metode USG


Metode USG merupakan salah satu cara menetapkan urutan prioritas masalah
dengan metode teknik scoring. Proses untuk metode USG dilaksanakan dengan
memperhatikan ugensi dari masalah, keseriusan masalah, serta kemungkinan
perkembangan masalah semakin besar dengan menentukan skala nilai. Isu yang
memiliki total skor tertinggi merupakan isu prioritas yang dapat ditarik kesimpulan
untuk dijadikan isu kontemporer. Penjelasan Urgency, Seriousness, dan Growth
adalah sebagai berikut:
a) Urgensi, menunjukkan seberapa mendesak isu tersebut harus di angkat untuk
dibahas, di analisis dan ditindak lanjuti.
b) Seriousness, menunjukkan seberapa besar suatu isu harus di bahas, dikaitkan
dengan akibat yang akan ditimbulkan.
c) Growth, menunjukkan seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut
jika tidak ditangani segera.

26
Tabel 4. Analisis Isu dengan Teknik USG

IDENTIFIKASI ISU U S G ∑ PRIORITAS


(1-5) (1-5) (1-5)
Belum ditetapkannya sistem
pencatatan/ pendataan ternak
(recording) berbasis mobile maupun
website khususnya di kantor Dinas 5 4 4 13 2
Perkebunan & Peternakan.

Belum optimalnya penggunaan media


informasi edukasi petugas inseminator
di Pos IB 5 5 4 14 1

Belum optimalnya pelaporan data


populasi hasil inseminasi buatan (IB) 4 3 4 11 3
di iSIKNAS.
Keterangan :
*Urgency (Mendesak) *Seriousness (Kegawatan) *Growth (Pertumbuhan)
5 Sangat penting 5 Sangat gawat 5 Sangat cepat
4 Penting 4 Gawat 4 Cepat
3 Cukup 3 Cukup 3 Cukup
2 Kurang penting 2 Kurang gawat 2 Kuramg Cepat
1 Tidak penting 1 Tidak gawat 1 Tidak cepat

Setelah dilakukan analisis isu menggunakan teknik USG berdasarkan kategori


urgency, seriousness dan growth maka didapati bahwa isu tentang belum optimalnya
penggunaan media informasi petugas inseminator di Pos IB Dinas perkebunan dan
peternakan Kabupaten Pasangkayu menempati urutan pertama sebagai isu prioritas.

C. Gagasan Pemecahan Isu


Isu yang diangkat adalah belum optimalnya penggunaan media informasi
petugas inseminator di Pos IB Dinas perkebunan dan peternakan Kabupaten
Pasangkayu. Media informasi yang digunakan petugas inseminator sangatlah penting
karena dapat mengedukasi masyarakat tentang teknologi IB dan tata cara deteksi
birahi ternak sapi betina. Dampak yang terjadi apabila isu tersebut tidak segera diatasi
antara lain sebagai berikut:
1. Tidak adanya media informasi yang digunakan petugas inseminator dalam
penerapan peningkatan produksi ternak dan pelayanan di Pos IB.
2. Kurangnya informasi dan edukasi dari petugas inseminator menyebabkan
peternak kesulitan dalam mendeteksi birahi.
3. Gagal deteksi birahi dapat menyebabkan kegagalan kebuntingan pada sapi.

27
4. Kurangnya minat masyarakat untuk mendaftarkan ternaknya sebagai akseptor.

Adapun gagasan pemecahan isu yang sesuai adalah Optimalisasi penggunaan


media informasi petugas inseminator berbasis video infografis di Pos IB Dinas
Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Pasangkayu.
D. Analisis Kesenjangan (GAP Analysis)

Gambar 3. GAP Analysis

28
E. Alternatif Strategi dengan Tapisan Mc.Namara
Berdasarkan hasil analisis USG, terungkap bahwa isu tentang belum
optimalnya penggunaan media informasi dan edukasi petugas inseminator di Pos IB
menempati urutan pertama dalam isu prioritas untuk ditemukan solusinya. Beberapa
strategi yang dapat diterapkan untuk menyelesaikan isu meliputi:
1. Optimalisasi penggunaan media informasi petugas inseminator melalui e-book
grafis di Pos IB Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Pasangkayu.
2. Optimalisasi penggunaan media informasi petugas inseminator berbasis video
infografis di Pos IB Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Pasangkayu.
3. Optimalisasi pembuatan website Instansi tentang penerapan teknologi IB.
Alternatif strategi di atas akan dianalisis dengan teknik tapisan MC.
Namara dengan mempertimbangkan aspek efektivitas, kemudahan dan biaya.
Skala 1 (Sangat kurang Pengaruhnya) hingga 5 (Sangat kuat pengaruhnya)
digunakan untuk menganalisis isu-isu tersebut. Hasil analisis tersebut dituangkan
dalam tabel berikut
Tabel 5. Analisis Teknik Tapisan MC. Namara

ALTERNATIF STRATEGI E K B ∑ PRIORITAS


(1-5) (1-5) (1-5)
Optimalisasi penggunaan
media informasi petugas
inseminator melalui e-book 5 4 4 13 2
grafis
Optimalisasi penggunaan
media informasi petugas
inseminator berbasis video 5 5 4 14 1
infografis
Optimalisasi pembuatan
website Instansi tentang
penerapan teknologi IB 4 3 4 11 3

Berdasarkan hasil analisis di atas, diperoleh bahwa Optimalisasi


penggunaan media informasi petugas inseminator berbasis video infografis di Pos
IB Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Pasangkayu yang di prioritaskan
untuk menyelesaikan isu dengan melihat aspek efektivitas, kemudahan dan biaya.

29
F. Matriks Rancangan Aktualisasi
Tabel 6. Matriks Rancangan Aktualisasi
Keterkaitan Kontribusi
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Ouput/ Hasil Penguatan Nilai-Nilai ASN
Substansi Mata Terhadap visi-misi
(BerAKHLAK) Di Organisasi
Pelatihan organisasi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Persiapan ▪ Melakukan konsultasi ▪ Surat persetujuan AGENDA II Visi-misi OPD ▪ Akuntabel
pelaksanaan mengenai rancangan dari mentor ▪ Akuntabel ▪ Meningkatkan Melaksanakan tugas dengan jujur,
aktualisasi aktualisai dengan mentor Melaksanakan kinerja instansi cermat, disiplin, dan berintegritas
dan dalam hal ini kepala bidang ▪ Arahan dari petugas tugas dengan melalui tinggi.
pengumpulan peternakan dan kesehatan mengenai data jujur, peningkatan
data hewan; pelayanan IB bertanggung pelayanan, SDM ▪ Harmonis
jawab, cermat, koordinasi dan Membangun lingungan kerja yang
▪ Melakukan koordinasi ▪ Dukungan dokumen disiplin, dan kerjasama antar kondusif
dengan petugas inseminator yang diperlukan berintegritas lembaga
di Pos IB Dinas Perkebunan tinggi. ▪ Kolaboratif
dan peternakan. ▪ Dokumen berupa Visi-misi Pemda Terbuka dalam bekerja sama untuk
resum tentang ▪ Harmonis ▪ Tata pemerintahan menghasilkan nilai tambah
▪ Menginput data pelayanan IB informasi dan Saling yang bermartabat
Inseminator tiap Pos IB pemetaan wilayah mendukung (bersih, efektif dan
sebagai data awal Pos IB dalam pekerjaan terpercaya)
Yaitu,
▪ Mengumpulkan informasi ▪ Resume informasi ▪ Kolaboratif - Mengembangkan
dan pemetaan wilayah sebagai bahan Membangun ASN yang
pelayanan Pos IB/titik locus pembuatan video kerjasama yang profesional.
sinergis
▪ Pembuatan grup whatsapp ▪ Grup Whatsapp - Sistem
petugas inseminator Pos IB petugas inseminator AGENDA III perencanaan dan
Kab. Pasangkayu. Pos IB akuntabilitas
▪ Digital skill
birokrasi.
Kemampuan
▪ Mengatur jadwal pelaksanaan ▪ Matriks Jadwal
mengetahui,
pelaksanaan
memahami, dan
aktualisasi
menggunakan
hardware dan
▪ Dokumentasi
software serta
kegiatan
sistem operasi
digital
30
2 Pembuatan ▪ Megumpulkan informasi ▪ Dokumen berupa AGENDA II Visi-misi OPD ▪ Akuntabel
dan publikasi yang relevan mengenai resum tentang ▪ Akuntabel ▪ Penyediaan Melaksanakan tugas dengan jujur,
video grafis potensi IB (ekonomi informasi teknologi Meningkatkan teknologi cermat, disiplin, dan berintegritas
maupun manajemen IB efektifitas, perkebunan dan tinggi.
penerapannya) untuk bahan efisiensi, dan peternakan yang
pembuatan video ▪ Desain Tamplate transparan. tepat guna. ▪ Adaptif
Video grafis Terus berinovasi dan terus
▪ Mebuat desain video grafis ▪ Adaptif ▪ Meningkatkan mengembangkan kreativitas
yang menarik dan memuat ▪ Dokumentasi Mengembangkan kinerja instansi
informasi yang relevan di kegiatan kreativitas melalui ▪ Kompeten
aplikasi Canva. peningkatan Melaksanakan tugas kualitas
▪ Link youtube video ▪ Kompeten pelayanan, SDM terbaik.
▪ Mendistribusikan atau Mengembangkan koordinasi dan
mempublikasikan video di ▪ Akun google drive kapabilitas kerjasama antar
grup whathsapp petugas lembaga.
inseminator. AGENDA III
▪ Digital skill Visi-misi Pemda.
▪ Mempublikasikan video ke Kemampuan ▪ Tata pemerintahan
laman youtube mengetahui, yang bermartabat
memahami, dan (bersih, efektif dan
menggunakan terpercaya)
hardware dan Yaitu,
software serta - Mengembangkan
sistem operasi ASN yang
digital. profesional.

- Percepatan sistem
pemerintahan
berbasis elektronik

31
3 Pembuatan ▪ Pembuatan dan pencetakan ▪ Form ceklist ▪ Kompeten Visi-misi OPD ▪ Kompeten
formceklist format ceklist Implementasi Mengembangkan ▪ Meningkatkan Melaksanakan tugas kualitas
Media informasi untuk kapabilitas kinerja instansi terbaik.
petugas inseminator melalui
▪ Akuntabel peningkatan ▪ Akuntabel
▪ Pembuatan dan pencetakan Meningkatkan pelayanan, SDM Melaksanakan tugas dengan jujur,
kusioner efektifitas, koordinasi dan cermat, disiplin, dan berintegritas
efisiensi, dan kerjasama antar tinggi.
▪ Menyerahkan form cekhlist transparan. lembaga.
dan kusioner ke petugas ▪ Adaptif
inseminator. ▪ Adaptif Visi-misi Pemda. Terus berinovasi dan terus
Mengembangkan ▪ Tata pemerintahan mengembangkan kreativitas.
kreativitas yang bermartabat
(bersih, efektif dan
terpercaya)
Yaitu,
- Mengembangkan
ASN yang
profesional.

- Sistem
perencanaan dan
akuntabilitas
birokrasi

32
4. Pelaksanaan ▪ Mengundang petugas ▪ Notulensi rapat ▪ Berorientasi Visi-misi OPD ▪ Berorientasi Pelayanan
aktualisasi inseminator melalui grub Pelayanan ▪ Penyediaan Memaksimalkan sosialisasi ke
whatsapp ▪ SK kerja sama Memahami dan teknologi petugas inseminator yang bermuara
memenuhi perkebunan dan pada kualitas pelayanan ke
▪ Melakukan sosialisasi ▪ Pembentukan tim kebutuhan peternakan yang masyarakat
pelaksanaan kegiatan di kerja petugas tepat guna.
ruang pertemuan kantor inseminator yang ▪ Akuntabel
Dinas Perkebunan dan ▪ Undangan via bermuara pada ▪ Meningkatkan Melaksanakan tugas dengan jujur,
Peternakan. whatsapp kualitas kinerja instansi cermat, disiplin, dan berintegritas
pelayanan ke melalui tinggi.
▪ Pembentukan Tim Kerja ▪ Petugas inseminator masyarakat peningkatan
yaitu rapat dengana petugas memahami pelayanan, SDM ▪ Kompeten
inseminator implementasi video ▪ Akuntabel koordinasi dan Melaksanakan tugas kualitas
grafis Meningkatkan kerjasama antar terbaik.
▪ Berkolaborasi dengan efektifitas, lembaga.
petugas inseminator dalam ▪ form ceklist efisiensi, dan ▪ Harmonis
rangka memberikan transparan. Visi-misiPemda. Membangun lingungan kerja yang
informasi mengenai ▪ Distribusi kusioner ▪ Tata pemerintahan kondusif
teknologi IB melalui media ▪ Kompeten yang bermartabat
informasi (video grafis) ▪ Laporan bentuk Mengembangkan (bersih, efektif dan
kemasyarakat berdasarkan diagram lingkaran kapabilitas terpercaya) ▪ Adaptif
wilayah pelayanan Pos IB. Yaitu, Terus berinovasi dan terus
▪ Dokumentasi ▪ Harmonis - Mengembangkan mengembangkan kreativitas
▪ Mendokumentasikan setiap kegiatan Saling ASN yang
kegiatan mendukung profesional. ▪ Loyal
▪ Arsip kusioner dalam pekerjaan Terus mendampingi petugas
▪ Mengisi form cheklis -Sistem Inseminator hingga kegiatan
penggunaan media ▪ Adaptif perencanaan dan aktualisasi berakhir dan
informasi (video grafis) Mengembangkan akuntabilitas memastikan petugas inseminator
kreativitas birokrasi tidak mengalami kesulitan atau
▪ Menginput laporan hambatan.
perkembangan pelayanan ▪ Loyal -Reformasi
petugas inseminator Mendampingi pelayanan publik. ▪ Kolaboratif
berdasarkan hasil petugas Terbuka dalam bekerja sama untuk
implementasi video grafis Inseminator -Sinergitas menghasilkan nilai tambah
dalam bentuk diagram hingga kegiatan penyelenggaraan
lingkaran aktualisasi pemerintah daerah
berakhir

33
▪ Menyerahkan form cekhlist
hasil survey kepuasan ▪ Kolaboratif ▪ Akselerasi
peternak ke Pos IB sebagai Membangun Pemerataan
arsip dan bahan evaluasi kerjasama yang pembangunan
untuk optimalisasi sinergis pemerintahan
pelayanan IB kedepannya. Yaitu,
-Mengembangkan
ekonomi
kerakyatan

5. Evaluasi hasil ▪ Mengklarifikasi data yang di ▪ Data valid AGENDA II Visi-misi OPD ▪ Akuntabel
kegiatan input ke petugas inseminator ▪ Akuntabel ▪ Meningkatkan Melaksanakan tugas dengan jujur,
aktualisasi untuk memastikan data ▪ Video testimoni Pertanggung- kinerja instansi cermat, disiplin, dan berintegritas
tersebut adalah data yang masyarakat, jawaban kepada melalui tinggi.
valid. petugas dan otoritas yang peningkatan
mentor. lebih tinggi dan pelayanan, SDM ▪ Kompeten
▪ Meminta masukan dari transparan koordinasi dan Melaksanakan tugas kualitas
mentor ▪ Laporan aktualisasi kerjasama antar terbaik.
▪ Kompeten lembaga.
▪ Penyusunan laporan kegiatan ▪ Dokumentasi Mengembangkan ▪ Adaptif
aktualisasi kegiatan kapabilitas Visi-misi Pemda. Terus berinovasi dan terus
(foto/video) ▪ Tata pemerintahan mengembangkan kreativitas.
▪ Membuat bahan presentasi ▪ Adaptif yang bermartabat
seminar hasil aktualisasi. Mengembangkan (bersih, efektif dan
kreativitas terpercaya)
Yaitu,
AGENDA III - Mengembangkan
ASN yang
▪ Digital skill
profesional.
Kemampuan
mengetahui,
- Sistem
memahami, dan
perencanaan dan
menggunakan
akuntabilitas
hardware dan
birokrasi.
software serta
sistem operasi
digital.

34
G. Rencana Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi
Tabel 7. Rencana Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi pada September 2022

No KEGIATAN JADWAL KEGIATAN AKTUALISASI (PEKAN KE-)


I II III IV V

1 Persiapan pelaksanaan aktualisasi dan pengumpulan data

2 Pembuatan dan publikasi video grafis

3 Pembuatan format ceklist dan kusioner

4 Pelaksanaan Aktualisasi

5 Evaluasi hasil kegiatan aktualisasi

35
DAFTAR PUSTAKA

Lembaga Administrasi Negara. 2022. Modul Pelatihan Dasar Calon PNS : Akuntabilitas.
Jakarta : Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.

___________. 2022. Modul Pelatihan Dasar Calon PNS: Berorientasi Pelayanan. Jakarta
: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.

___________. 2022. Modul Pelatihan Dasar Calon PNS: Akuntabel. Jakarta : Lembaga
Administrasi Negara Republik Indonesia.

___________. 2022. Modul Pelatihan Dasar Calon PNS: Harmonis. Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara Republik Indonesia.

___________. 2022. Modul Pelatihan Dasar Calon PNS: Kompeten. Jakarta : Lembaga
Administrasi Negara Republik Indonesia.

___________. 2022. Modul Pelatihan Dasar Calon PNS: Manajemen ASN. Jakarta :
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.

___________. 2022. Modul Pelatihan Dasar Calon PNS: Adaptif. Jakarta : Lembaga
Administrasi Negara Republik Indonesia.

___________. 2022. Modul Pelatihan Dasar Calon PNS: Loyal. Jakarta : Lembaga
Administrasi Negara Republik Indonesia.

___________. 2022. Modul Pelatihan Dasar Calon PNS: Smart ASN. Jakarta : Lembaga
Administrasi Negara Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 48/Permentan/PK.210/10/2016 tentang Upaya


Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting.

Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor: 14/K.1/PDP.07/2022 Tentang


Kurikulum Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil

36

Anda mungkin juga menyukai