Anda di halaman 1dari 17

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

TATA BATAS JALAN NASIONAL DI PULAU SELARU (PPK KPIJ)

URAIAN PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam
persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat
dipisahkan (pasal 1 ayat (b) UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan).
Hutan merupakan sumberdaya alam penting yang harus dikelola sebaik-
baiknya demi kepentingan generasi saat ini dan yang akan datang.
Untuk itu diperlukan pemantapan kawasan hutan agar tetap terjaga dari
waktu ke waktu. Kawasan hutan selain sebagai tempat penyedia
sumberdaya alam untuk sektor lingkungan hidup dan kehutanan juga
tidak lepas dari kepentingan sektor-sektor lainnya yang juga mengemban
tugas untuk memastikan kemaslahatan orang banyak seperti
infrastruktur jalan. Infrastruktur jalan ini diharapkan mampu
menghubungkan antara wilayah yang satu dengan wilayah wilayah
lainnya. Ketersedian jalan akan membuka isolasi daerah, menghidupkan
kegiatan perekonomian melalui lalu lintas barang dan jasa dan
memaksimalkan layanan layanan pemerintah terhadap kebutuhan
masyarakat. Yang paling penting dengan pembangunan jalan
masyarakat menyadari kehadiran Negara dalam hal ini pemerintah di
tengah tengah mereka.
Namun, untuk memastikan bahwa penggunaan kawasan hutan untuk
pembangunan jalan itu efektif dan terukur, maka diperlukan penataan
batas yang akan memberikan ruang gerak, kepastian kredibilitas untuk
mengelola jalan. Oleh karena itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan
Tata Ruang melaksanakan penataan batas areal Persetujuan
Penggunaan Kawasan Hutan sebagai salah satu kewajiban bagi
pemegang izin dan untuk kepastian izin di lapangan.

2. Maksud dan Maksud dilaksanakannya kegiatan penataan batas ini adalah untuk
Tujuan memproyeksikan batas secara definitif di lapangan sebagai tindak lanjut
keluarnya Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai
berikut :
1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
SK.60/MENLHK/SETJEN/PLA.0/1/2022 tanggal 20 Januari 2022
tentang Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan untuk Kegiatan
Penanganan Jalan dan Jembatan di Pulau Selaru Atas Nama
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Seluas
±47,91 Ha (Empat Puluh Tujuh dan Sembilan Puluh Satu Per
Seratus Hektar) Pada Kawasan Hutan Produksi Tetap dan Kawasan
Produksi yang Dapat Dikonversi di Kabupaten Kepulauan Tanimbar
(D/H Kabupaten Maluku Tenggara Barat), Provinsi Maluku;
2. Surat Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan,
Direktur Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan Hutan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:
S.653/PKTL-KUH/PKH/PLA.2/7/2022 tanggal 19 Juli 2022 hal
Penyampaian Rencana Penataan Batas Areal Persetujuan
Penggunaan Kawasan Hutan untuk Kegiatan Penanganan Jalan
dan Jembatan di Pulau Selaru a.n. Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat pada Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP)
dan Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi (HPK) di Kabupaten
Kepulauan Tanimbar, Provinsi Maluku.
Kegiatan yang dilakukan meliputi pembuatan peta trayek batas,
pemasangan tanda batas dan pengukuran batas, pemetaan hasil
penataan batas, pembuatan dan penandatanganan berita acara tata
batas dan peta tata batas.
Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah didapatkannya batas
definitif trase jalan yang diijinkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan untuk ruas jalan nasional di Pulau Selaru serta untuk
memperoleh kepastian hukum, mengenai letak, posisi dan luas dari areal
PPKH P. Selaru a.n. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat, baik secara administrasi maupun fisik di lapangan sesuai
dengan trayek batas yang telah ditetapkan.
3. Sasaran Sasaran dari kegiatan Tata Batas Ruas Jalan Nasional di Pulau Selaru
Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Provinsi Maluku T.A 2023 meliputi:
1. Pemenuhan komitmen menyelesaikan tata batas areal PPKH untuk
Kegiatan Penanganan ruas jalan nasional di Pulau Selaru.
2. Pelaksanaan penataan batas meliputi ukuran pokok mulai dari pal
batas A sampai dengan pal batas IJ yang terdiri dari trayek jalan
sepanjang ± 38,34 kilometer dan blok seluas 47,91 Ha.
3. Penyelesaian penataan batas sebagaimana dimaksud, sampai
dengan terbitnya peta penetapan areal kerja PPKH yang
ditandatangani oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
4. Lokasi Kegiatan Lokasi kegiatan adalah pada ruas jalan nasional di Pulau Selaru
Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Provinsi Maluku.
5. Sumber 1. Pengadaan ini dibiayai dari sumber pendanaan: APBN Tahun
Pendanaan Anggaran 2023
Pagu Anggaran:
Rp. 555.586.000,-
(Lima Ratus Lima Puluh Lima Juta Lima Ratus Delapan Puluh
Enam Ribu Rupiah)

2. Harga Perkiraan Sendiri (HPS):


Rp. 555.586.000,-
(Lima Ratus Lima Puluh Lima Juta Lima Ratus Delapan Puluh
Enam Ribu Rupiah)
6. Nama dan Pejabat Pembuat Komitmen : PPK Keterpaduan Pembangunan
Organisasi Infrastruktur Jalan
Pejabat Pembuat
Satuan Kerja : Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Maluku
Komitmen
7. Data Dasar Data yang disediakan oleh Pengguna Jasa yang dapat digunakan harus
dipelihara oleh Penyedia Jasa. Data dasar pendukung kegiatan antara
lain :
1) Peta Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan Untuk Kegiatan
Penanganan Jalan dan Jembatan di Pulau Selaru
2) Trayek dari Pedoman Kerja dan Instruksi Kerja yang dikeluarkan
3) Peta Kawasan Hutan Terbaru Pulau Selaru
4) Peta Ruas Jalan Nasional di Pulau Selaru

8. Standar Teknis Norma, Standar, Pedoman, Prosedur dan Kriteria yang dikeluarkan oleh
Direktorat Jenderal Bina Marga serta standar teknis yang dikeluarkan
oleh instansi lain yang berkaitan dengan kegiatan Tata Batas Ruas Jalan
Nasional di Pulau Selaru.

9. Studi-Studi Dokumen UKL-UPL Penanganan Jalan di Pulau Selaru


Terdahulu
10. Referensi Hukum Dasar hukum yang mendasari kegiatan ini adalah :
1) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
menjadi Undang-Undang;
2) Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Kehutanan
3) Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2018 tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
4) Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan atas
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah;
5) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.43/Menhut-II/2013 tentang
Penataan Batas Areal Kerja Izin Pemanfaatan Hutan, Persetujuan
Prinsip Penggunaan Kawasan Hutan, Persetujuan Prinsip
Pelepasan Kawasan Hutan dan Pengelolaan Kawasan Hutan pada
Kesatuan Pengelolaan Hutan dan Kawasan Hutan dengan Tujuan
Khusus;
6) Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK. 854/Menhut-II/2014
tanggal 29 September 2014 tentang Kawasan Hutan dan
Konservasi Perairan Provinsi Maluku;
7) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 7
Tahun 2021 Tentang Perencanaan Kehutanan, Perubahan
Peruntukan Kawasan Hutan dan Perubahan Fungsi Kawasan
Hutan, Serta Penggunaan Kawasan Hutan
8) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 208/PMK.02/2019 tanggal 31
Desember 2019 tentang Petunjuk Penyusunan Dan Penelaahan
Rencana Kerja Dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Dan
Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran;
9) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 60/PMK.02/2021 tentang
Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2022;
10) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor 290/KPTS/M/2015 tanggal 25 Mei 2015 tentang Penetapan
Ruas Jalan Menurut Statusnya Sebagai Jalan Nasional;
11) Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2015 tentang Rencana Tata
Ruang Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Maluku;
12) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
SK.60/MENLHK/SETJEN/PLA.0/1/2022 tanggal 20 Januari 2022
tentang Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan untuk Kegiatan
Penanganan Jalan dan Jembatan di Pulau Selaru Atas Nama
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Seluas
±47,91 Ha (Empat Puluh Tujuh dan Sembilan Puluh Satu Per
Seratus Hektar) Pada Kawasan Hutan Produksi Tetap dan
Kawasan Produksi yang Dapat Dikonversi di Kabupaten Kepulauan
Tanimbar (D/H Kabupaten Maluku Tenggara Barat), Provinsi
Maluku.

RUANG LINGKUP

11. Lingkup Kegiatan A. Lingkup Kegiatan


Lingkup kegiatan Tata Batas Ruas Jalan Nasional di Pulau Selaru
Provinsi Maluku dilaksanakan dengan perincian kegiatan sebagai
berikut:
1. Persiapan dan Mobilisasi
Konsultan harus membuat Rencana Kerja Terinci mengenai
semua tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan. Rencana
kerja ini akan digunakan sebagai acuan bagi pengguna jasa
untuk melakukan pemantauan kemajuan pekerjaan.
Kebutuhan personil maupun peralatan-peralatan dan data
pendukung disusun dengan baik sesuai Rencana Kerja sehingga
pelaksanaan pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu.
2. Pengumpulan dan Pengolahan Data
 Konsultan dapat menggunakan data dasar yang disebutkan
pada Butir 7 dan data sekunder untuk mendukung Kegiatan
Tata Batas Ruas Jalan Nasional di Pulau Selaru.
 Melakukan konsultasi, koordinasi dan evaluasi dengan
pengguna jasa dalam hal ini PPK Keterpaduan
Pembangunan Infrastruktur Jalan, Satuan Kerja Balai
Pelaksanaan Jalan Nasional Maluku, Ditjen Bina Marga
sesuai dengan jadwal kegiatan yang telah ditetapkan dan
difasilitasi oleh Project Officer (PO) Kegiatan.
 Melaksanakan koordinasi dengan stakeholder terkait aspek
kehutanan dan tata batas definitif jalan serta koordinasi
persiapan kegiatan Penataan Batas Areal Kerja untuk
mendapatkan data primer dan data sekunder.
3. Pelaksanaan Penataan Batas Areal Kerja
 Melaksanakan kegiatan Penataan Batas Areal Kerja
dengan rincian kegiatan antara lain:
 Penentuan titik kontrol/ titik referensi (Benchmark/BM),
sebagai titik tetap pengikatan (titik ikat) dasar acuan
pengukuran koordinat Tata Batas;
 Pemasangan, penandaan batas dan pengukuran titik
awal dan titik akhir;
 Pembuatan rintis batas;
 Pembuatan dan pemasangan Patok Batas/ Pal Batas;
 Penandaan batas seperti nomor dan inisial Pal Batas;
 Pengukuran batas;
4. Selama proses kegiatan berlangsung, penyedia jasa harus
melaksanakan bimbingan teknis/ pembahasan/ sosialisasi/
koordinasi dengan pihak-pihak sebagai berikut.
 Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah IX Ambon sebagai
supervisi pelaksanaan kegiatan;
 Dinas Kehutanan Provinsi Maluku sebagai pendamping
supervisi pelaksanaan kegiatan;
 Pihak yang terlibat dalam Tim Pendamping sebagaimana
diterbitkan BPKH Wilayah IX Ambon; dan
 Pihak-pihak lain yang diperlukan.
B. Lingkup Wilayah Tata Batas
Lingkup wilayah kegiatan ini berada di Kabupaten Kepulauan
Tanimpar pada Ruas Jalan Nasional di Pulau Selaru, Provinsi
Maluku.
Rincian lingkup wilayah Tata Batas dijabarkan pada tabel di bawah
ini.
Panjang
No. Uraian
(km)
I Pulau Selaru
Hutan Produksi Tetap 6,96
Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi 12,21
Total Panjang Trase/Trayek 19,17
Total Panjang Trayek (kiri-kanan)
38,34
jalan
Sebelum penataan batas pada trase/trayek Tata Batas di atas
dilaksanakan, Penyedia Jasa dapat berkoordinasi terlebih dahulu
dengan BPKH Wilayah IX Ambon.
12. Keluaran Keluaran Tata Batas Ruas Jalan Nasional di Pulau Selaru Provinsi
Maluku T.A 2023, meliputi :
1. Pal batas dan Berita Acara hasil penataan batas,
2. Berita acara supervisi dan uji petik penataan batas,
3. Laporan hasil penataan batas pada areal PPKH,
Bukti pendukung hasil pengukuran batas kawasan hutan dan
pemasangan tanda batas definitif di lapangan oleh penyedia jasa berupa:
a. Buku Ukur;
b. Daftar koordinat Patok batas;
c. Berita Acara hasil pengukuran batas kawasan hutan dan
pemasangan tanda batas definitif;
d. Peta hasil pengukuran batas kawasan hutan dan pemasangan tanda
batas definitif;
e. Laporan hasil pengukuran batas kawasan hutan dan pemasangan
tanda batas definitif;
f. Dokumentasi tanda batas yang dipasang yang diambil dari dua sudut
yang berbeda; dan
g. Berita acara hasil penilaian oleh supervisi dan instruksi kerja.

13. Peralatan, PPK menyediakan fasilitas kantor untuk penyedia jasa. PPK hanya
Material, Personil mengangkat petugas atau wakilnya yang bertindak sebagai pengawas
dan Fasilitas dari atau Project Officer (PO) dalam rangka pelaksanaan kegiatan jasa
Pejabat Pembuat konsultansi.
Komitmen

14. Peralatan, Peralatan dan material yang harus disediakan oleh penyedia jasa untuk
Material, Personil pekerjaan ini meliputi:
dan Fasilitas Dari
 Perlengkapan (sewa);
Penyedia Jasa
Konsultansi  Komputer/Laptop (sewa);
 Printer A3 dan A4 (sewa);
 Kendaraan roda empat (sewa);
 Kendaraan roda enam sedang (sewa);
 Alat-alat untuk pelaksanaan Penataan Batas Kawasan Hutan di
lapangan dengan spesifikasi minimal sebagai berikut.
 Komputer
Prosesor 2.00 GHz (minimal)
RAM 4Gb
Keyboard & Mouse standar

 Laptop
Prosesor 2.00 GHz (minimal)
RAM 8Gb
Mouse standar

 Kamera Digital
Format Gambar : JPEG
Format Video : MP4
Pixel Efektif : 20 MP
Mendukung Fungsi Geotagging

 Handy Talky
Jangkauan Komunikasi : Minimal 3-5 km

 Drone
Waktu Maksimum Terbang : 23 Menit
Sistem Satelit : GPS/GLONASS
Penyimpanan : 64 GB
Kamera : 12,76 MP
Format Gambar : JPEG, DNG (RAW)
Format Video : MP4, MOV

 Alat-alat pendukung pelaksanaan Penataan Batas Kawasan


Hutan di lapangan, seperti Pita Ukur, Catu Daya dan Charger,
dan Obat-obatan (P3K); dan
 Alat dan material untuk pelaksanaan pemasangan Pal Batas,
seperti kayu dan/atau pipa paralon, cat, plat seng, dan lain-lain;
 Alat dan material pendukung lainnya.

15. Lingkup 1. Penyedia Jasa harus menyediakan dan memelihara semua fasilitas
Kewenangan dan peralatan yang dipergunakan untuk kelancaran pelaksanaan
Penyedia Jasa pekerjaan;
2. Penyedia Jasa wajib memahami dan memberikan komentar
terhadap Kerangka Acuan Kerja. Penyedia Jasa juga berwenang
menentukan metodologi yang dianggap paling baik dan sesuai untuk
menyelesaikan seluruh lingkup pekerjaan;
3. Penyedia Jasa dapat mengatur penugasan tenaga ahli sesuai
kebutuhannya dengan cermat yang disesuaikan dengan jadwal tiap
tahap kegiatan dan waktu yang tersedia sehingga seluruh sumber
daya yang ada dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk dapat
menyelesaikan pekerjaan dengan hasil yang baik dan tepat waktu;
4. Penyedia Jasa harus membuat Rencana Kerja Terinci mengenai
semua tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan. Rencana kerja ini
akan digunakan sebagai acuan bagi Pengguna Jasa untuk
melakukan pemantauan kemajuan pekerjaan;
5. Pengguna Jasa sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang
berlaku dapat melimpahkan sebagian kewenangannya kepada
Penyedia Jasa untuk mewakili kepentingannya dalam pekerjaan ini
antara lain terkait pengurusan izin untuk memperoleh validitas data
ke Lembaga/instansi terkait, melakukan survey dan sosialisasi
pekerjaan ke masyarakat, melakukan koordinasi dengan Balai
Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah IX Ambon dan Dinas/
Instansi yang terkait dengan pekerjaan ini, serta kegiatan lainnya.
Dengan adanya pelimpahan kewenangan ini, Penyedia Jasa dapat
melaksanakan tugasnya dengan efisien dan optimal sehingga hasil
kegiatan ini diharapkan dapat menjadi pedoman awal untuk
penyusunan program lebih lanjut.

16. Jangka Waktu Jangka waktu penyelesaian pekerjaan Penataan Batas Kawasan Hutan
Penyelesaian di Pulau Selaru, di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Provinsi Maluku,
Pekerjaan dialokasikan selama 45 (Empat Puluh Lima) Hari Kalender

17. Personil Berikut merupakan kualifikasi personil yang dibutuhkan pada Paket
Penataan Batas Areal PPKH untuk Kegiatan Penanganan Jalan dan
Jembatan di Pulau Selaru
Kualifikasi Jumlah
No. Posisi
Pendidikan Keahlian Pengalaman Orang

I. Tenaga Ahli
1. Ketua Tim S1 Kehutanan 3 Tahun 1

Sistem
S1 Teknik
2. Informasi Ahli Geodesi Muda 2 Tahun 1
Geodesi
Geografis

II. Tenaga Pendukung


D3/S1 Semua
3. Surveyor - 1 Tahun 4
Jurusan

D3/S1 Semua
4. Operator SIG - 1 Tahun 1
Jurusan

Operator
5. SMA 1 Tahun 1
Komputer

a. Ketua Tim (Ahli Kehutanan)


 Mempunyai latar belakang pendidikan Sarjana Strata Satu (S-1)
Jurusan Kehutanan atau yang lebih tinggi dari lulusan universitas/
perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah
diakreditasi atau telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar
negeri yang telah diakreditasi dengan jumlah Orang Bulan sebesar
1,5 OB;
 Berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaan Tata Batas
Kawasan Hutan sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun;
 Ketua tim memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
 Memimpin dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan dengan
supervisi dari Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH)
Wilayah IX Ambon
 Mengendalikan anggota tim tenaga ahli dan tim kerja lainnya
dalam pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan Kerangka Acuan
Kerja;
 Berkoordinasi dengan Balai Pemantapan Kawasan Hutan
(BPKH) Wilayah IX Ambon dan Dinas Kehutanan serta dinas
terkait lainnya terkait pelaksanaan kegiatan Tata Batas;
 Bertanggung jawab dalam membuat laporan dan output
kegiatan lainnya sesuai yang tercantum dalam Kerangka
Acuan Kerja.
b. Tenaga Ahli SIG (Sistem Informasi Geografis)
 Mempunyai latar belakang pendidikan Sarjana Strata Satu (S-1)
Teknik Geodesi lulusan universitas/ perguruan tinggi negeri atau
perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau telah lulus
ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah
diakreditasi dengan jumlah Orang Bulan sebesar 1,5 OB;
 Memiliki SKA Ahli Geodesi Muda;
 Berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaan Tata Batas
Kawasan Hutan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun;
 Mampu mengoperasikan drone;
 Tenaga Ahli SIG memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut:
 Setiap saat mengikuti petunjuk teknis dan instruksi dari Staf
Pengguna Jasa (Project Officer) dan Ketua Tim dalam
melaksanakan tugasnya;
 Tugas utamanya adalah dan tidak terbatas pada
menganalisis koordinat tata batas Ruas Jalan Nasional di
Pulau Selaru dan Pulau Selaru seperti yang diminta dalam
KAK, melaksanakan pengukuran tata batas, bekerjasama
dengan Dinas terkait dalam survey trase ruas jalan nasional
di Pulau Selaru dan Pulau Selaru seperti yang diminta dalam
KAK, membuat peta-peta terkait, serta membantu Ketua Tim
berkoordinasi dengan BPKH Wilayah IX Ambon, Dinas
Kehutanan Provinsi Maluku dan
kementerian/instansi/lembaga lainnya.
Tenaga pendukung lain yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. 4 (empat) orang Surveyor;
- Memiliki kemampuan dalam melaksanakan survei
permukaan tanah
b. 1 (satu) orang Operator SIG (Sistem Informasi Geografis);
- Memiliki kemampuan dalam mengolah data SIG (Sistem
Informasi Geografis)
c. 1 (satu) orang Operator Komputer;
- Memiliki kemampuan dalam mengoperasikan komputer
18. Jadwal Tahapan
BULAN I BULAN II
Pelaksanaan No. URAIAN KEGIATAN
1 2 3 4 1 2 3 4
Kegiatan A TAHAP PELAKSANAAN
1 Rapat Persiapan Pelaksanaan Tata Batas
Pemasangan, Penandaan Tata Batas dan
2 Pengukuran Batas Kawasan Hutan
3 Pelaksanaan Supervisi dan Pengawasan
4 Pemetaan Hasil Penataan Batas
Pembuatan Laporan dan Peta Hasil Tata
5 Batas
Rapat Pembahasan dan Penandatanganan
5 Laporan/Berita Acara Hasil
Serah Terima Laporan HasilTata
TataBatas
Batas,
6 Berita Acara Tata Batas dan Lampiran Peta
Laporan
19. Laporan Rencana Laporan Program Mutu dan RMK3L sekurang-kurangnya memuat antara
Mutu Kerja lain:
1. Informasi Kegiatan;
2. Sasaran Mutu Kegiatan;
3. Persyaratan Teknis dan Administrasi;
4. Struktur Kegiatan;
5. Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab;
6. Bagan Alir dan Metode Pelaksanaan Pekerjaan;
7. Identifikasi Risiko Pelaksanaan Kegiatan;
8. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan;
9. Jadwal Penugasan Tenaga Ahli;
10. Jadwal Arus Kas.
Laporan Rencana Mutu Kontrak/ Laporan Program Mutu harus
diserahkan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak SPMK
diterbitkan sebanyak 3 (tiga) buku laporan. Laporan ini juga diserahkan
kepada Pengguna Jasa dalam bentuk softcopy yang tersimpan dalam
media penyimpanan eksternal yang terdiri atas File Microsoft Word
(*.doc) dan File PDF hasil scan dokumen (*.pdf).

20. Laporan Laporan Pendahuluan memuat kesesuaian Rencana Kerja dalam


Pendahuluan Program Mutu Penyedia Jasa dengan realisasi dan perkembangan
pelaksanaan kegiatan dalam 1 (satu) bulan berjalan pada aspek:
1. Rencana Kerja Tim Kegiatan;
2. Mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung lainnya;
3. Metoda Pelaksanaan Kegiatan;
4. Jadwal Rencana Pelaksanaan Kegiatan;
5. Data Primer dan Sekunder Tata Batas;
6. Hasil Rapat Koordinasi dengan BPKH.
Laporan Pendahuluan harus diserahkan selambat-lambatnya 1 (satu)
bulan sejak SPMK diterbitkan sebanyak 3 (tiga) buku laporan. Laporan
Pendahuluan juga diserahkan kepada Pengguna Jasa dalam bentuk
softcopy yang tersimpan dalam media penyimpanan eksternal yang
terdiri atas File Microsoft Word (*.doc) dan File PDF hasil scan dokumen
(*.pdf).

21. Laporan Final 1. Laporan hasil pelaksanaan tata batas dan peta final hasil tata batas
Tata Batas harus diserahkan kepada Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Maluku.
Adapun sistematika laporan hasil penataan batas areal kerja
persetujuan penggunaan kawasan hutan sesuai dengan Lampiran II
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 7 Tahun
2021, antara lain:
Bab I Pendahuluan
Bab II Lokasi dan Keadaan Fisik
Bab III Pelaksanaan
A. Dasar Pelaksanaan
B. Tenaga dan Peralatan
C. Pelaksanaan Penataan Batas
Bab IV Hasil Pelaksanaan Penataan Batas
A. Persiapan
B. Hasil Penataan Batas
1. Panjang Batas
2. Jumlah Pal Batas
3. Panjang Rintis Batas
4. Koordinat Titik Belok atau Tempat Strategis
5. Luas Areal Kerja Hasil Penataan Batas
6. Peta Hasil Tata Batas
Bab V Hasil Pelaksanaan Supervisi
Bab VI Kesimpulan dan Saran
Lampiran-Lampiran
Laporan disusun dan dicetak dengan Sampul Laporan berwarna coklat.
2. Pembuatan laporan disusun dengan berkoordinasi kepada Kepala
Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah IX Ambon. Laporan Final
Tata Batas ini merupakan laporan yang akan diasistensikan kepada
BPKH Wilayah IX Ambon, dan harus diserahkan selambat-lambatnya
100 (seratus) hari kalender setelah diterbitkannya SPMK.
3. Laporan ditandatangani oleh Pemegang Persetujuan Penggunaan
Kawasan Hutan dan diketahui/ditandatangani oleh Kepala Balai
Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah IX Ambon dan
disahkan/ditandatangani oleh Direktur atas nama Direktur Jenderal
dalam bentuk digital ang sudah tersertifikat elektronik atau analog,
dengan dilampiri dokumen :
a. Rencana Penataan Batas;
b. Instruksi Kerja Penataan Batas;
c. Surat Perintah Tugas;
d. Berita Acara dan Peta Hasil Pelaksanaan Penataan Batas;
e. Berita Acara hasil pelaksanaan supervise
f. Daftar koordinat Pal Batas dan koordinat titik kontrol.
4. Laporan Final Tata Batas yang telah mendapatkan persetujuan dan
rekomendasi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
harus diserahkan selambat-lambatnya 45 (empat puluh lima) hari
kalender setelah diterbitkannya SPMK sebanyak 5 (lima) dokumen.
5. Laporan yang sudah mendapatkan rekomendasi dan persetujuan
juga diserahkan kepada Pengguna Jasa dalam bentuk Hard Copy
dan softcopy yang tersimpan dalam media penyimpanan eksternal
yang terdiri atas File Microsoft Word (*.doc) dan File PDF hasil scan
Dokumen Lingkungan yang telah mendapatkan rekomendasi (*.pdf)
serta Peta Hasil Tata Batas dalam format Shape File (*.shp).

22. Laporan Akhir Laporan Akhir harus diserahkan selambat-lambatnya 45 (empat puluh
lima) hari sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku laporan.
Laporan akhir sekurang-kurangnya berisi penjelasan mengenai hasil
pelaksanaan kegiatan secara keseluruhan termasuk hasil pelaksanaan
Tata Batas definitif secara umum, analisis dan evaluasi pelaksanaan
kegiatan, saran dan rekomendasi terhadap hasil pekerjaan, dan lain-lain.
Laporan Akhir juga diserahkan kepada Pengguna Jasa dalam bentuk
Hard Copy dan softcopy yang tersimpan dalam Hardisk External. File yg
diserahkan terdiri dari file Microsoft Words (*.doc) dan File PDF hasil
scan Dokumen Laporan Akhir (*.pdf).

HAL-HAL LAIN

23. Pedoman Pengumpulan data lapangan dilakukan sebagai berikut :


Pengumpulan
1. Persiapan
Data Lapangan
a. Rencana Penataan Batas dan Peta Kerja diterbitkan oleh Direktur
Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan Hutan berdasarkan
permohonan Penataan Batas Areal Kerja yang disampaikan oleh
pemegang Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan.
b. Rencana Penataan Batas dan Peta Kerja yang diterbitkan
tersebut menjadi dasar Balai Pemantapan Kawasan Hutan
Wilayah IX Ambon dalam membuat Instruksi Kerja Penataan
Batas dan tim pelaksana Penataan Batas.
c. Rencana kegiatan Penyedia Jasa disusun dan disiapkan
berdasarkan Instruksi Kerja yang sudah dibahas dan disahkan
oleh Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah IX Ambon.

2. Tim pelaksana Penataan Batas terdiri atas unsur :


a. Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah IX Ambon sebagai
supervisi dan pengawas;
b. Pemegang Perizinan Penggunaan Kawasan Hutan sebagai
pelaksana;
c. Pengelola Kawasan Hutan dan camat dan/atau kepala
desa/kelurahan sebagai pendamping, dan
d. Pemegang Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan yang
bersekutu dapat ditunjuk sebagai saksi.
Balai Pemantapan Kawasan Hutan dalam melakukan supervisi dapat
melibatkan Dinas Kehutanan Provinsi Maluku.
Pemegang Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan dapat menunjuk
Penyedia Jasa sebagai pelaksana dengan ketentuan memiliki
kompetensi di bidang pengukuran dan pemetaan.
Supervisi dan pengawas memiliki tugas antara lain :
a. Melakukan penilaian terhadap pelaksanaan Penataan Batas sesuai
jadwal yang telah ditetapkan;
b. Melakukan pengecekan kelayakan alat ukur yang digunakan;
c. Melakukan penilaian terhadap pelaksanaan Penataan Batas dengan
metode uji petik, berupa:
1) Titik kontrol;
2) Titik awal dan titik akhir; dan
3) Pal Batas dan rintis batas dengan sebaran paling banyak 10%
dari Areal Kerja dan ditetapkan oleh Kepala Balai Pemantapan
Kawasan Hutan Wilayah IX Ambon
d. Melaporkan kepada Kepala Balai Pemantapan Kawasan Hutan
Wilayah IX Ambon apabila terdapat ketidaksesuaian instruksi kerja
dengan keadaan lapangan untuk mendapatkan keputusan;
e. Menandatangani Berita Acara supervisi pelaksanaan Penataan
Batas;
f. Melakukan Tindakan korektif sesuai dengan instruksi kerja; dan
g. Membuat laporan pelaksanaan Penataan Batas.

Pelaksana memiliki tugas antara lain :


a. Melaksanakan Penataan Batas Areal Kerja sesuai dengan instruksi
kerja dan ketentuan teknis pemasangan Tanda Batas, penandaan
batas dan pengukuran serta pemetaan batas;
b. Membuat dan menandatangani Berita Acara hasil Penataan Batas
Areal Kerja;
c. Membuat Peta hasil Penataan Batas Areal Kerja; dan
d. Membuat laporan hasil Penataan Batas Areal Kerja.
Pendamping memiliki tugas antara lain :
a. Melakukan pendampingan pelaksanaan Penataan Batas Areal
Kerja dan menginformasikan permasalahan yang terjadi di lapangan
yang menyangkut Hak Pihak Ketiga sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
Menandatangani Berita Acara Tata Batas Areal Kerja.
3. Alat Ukur
Pengukuran batas dilakukan dengan menggunakan alat ukur antara lain:
a. Hand Global Positioning System (GPS) untuk metode sederhana;
b. Global Positioning System Realtime Kinematic (GPS RTK) dan/atau;
Alat ukur lain yang memenuhi ketentuan teknis.
4. Pelaksanaan Penataan Batas
Pelaksanaan penataan batas diuraikan sebagai berikut :
1. Pemegang Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan harus
berkoordinasi dengan Kepala Balai Pemantapan Kawasan Hutan
Wilayah IX Ambon untuk dilaksanakan supervisi oleh Tim Supervisi.
2. Hasil pelaksanaan supervisi Penataan Batas Areal Kerja
sebagaimana disebutkan di atas dituangkan dalam Berita Acara
hasil pelaksanaan supervisi terhadap hasil pelaksanaan Penataan
Batas Areal Kerja yang telah dilaksanakan oleh Tim Pelaksana.
3. Berita Acara sebagaimana disebutkan di atas ditandatangani oleh
tim supervisi dan diketahui oleh Kepala Balai Pemantapan Kawasan
Hutan Wilayah IX Ambon.
Pelaksanaan Penataan Batas Areal Kerja
1. Pelaksanaan Penataan Batas Areal Kerja dilakukan melalui kegiatan:
a. Penentuan titik kontrol;
b. Pemasangan, penandaan batas dan pengukuran titik awal dan
titik akhir;
c. Pembuatan rintis batas;
d. Pemasangan Pal Batas;
e. Penandaan batas seperti nomor dan inisial Pal Batas; dan
f. Pengukuran batas.
2. Hasil pelaksanaan Penataan Batas Areal Kerja dituangkan dalam
Berita Acara, meliputi:
a. Penentuan titik kontrol;
b. Penentuan titik awal;
c. Penentuan titik akhir; dan
d. Hasil pelaksanaan Penataan Batas Areal Kerja.
3. Berita Acara sebagaimana disebutkan di atas ditandatangani oleh tim
pelaksana dengan Pemegang Persetujuan Penggunaan Kawasan
Hutan dan diketahui atau ditandatangani oleh Kepala Dinas
Kehutanan Provinsi Maluku serta Kepala Balai Pemantapan Kawasan
Hutan Wilayah IX Ambon.
4. Dalam pelaksanaan penataan batas, 1 (satu) tim pelaksana kegiatan
terdiri atas Tenaga Ahli, Surveyor, Buruh/Helper, dan beberapa unsur
Tim Pendamping.
5. Dalam hal pelaksanaan Penataan Batas Areal Kerja dilaksanakan
oleh lebih dari 1 (satu) regu maka hasil pelaksanaan Penataan Batas
Areal Kerja dibuat dalam satu Berita Acara yang merupakan
rangkuman pelaksanaan Penataan Batas Areal Kerja yang
ditandatangani oleh tim pelaksana, Pemegang Persetujuan
Penggunaan Kawasan Hutan dan diketahui/ditandatangani oleh
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Maluku serta Kepala Balai
Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah IX Ambon.
Pengukuran Trayek Batas
1. Pengukuran Trayek Batas dilakukan sesuai dengan ketentuan
trayek pada rencana Penataan Batas dan instruksi kerja
Penataan Batas.
2. Dalam hal keadaan tertentu, Trayek Batas pada rencana
Penataan Batas dan instruksi kerja Penataan Batas di lapangan
dapat dipasang Pal Batas titik referensi sebagai dasar petunjuk
ke arah batas Areal Kerja atau dilakukan Penataan Batas Virtual
yang dituangkan dalam Citra Satelit data resolusi tinggi.
3. Keadaan tertentu sebagaimana disebutkan di atas antara lain:
a. Pulau kecil yang tidak berpenghuni;
b. Kawasan Konservasi di wilayah perairan;
c. Batas Alam berupa pantai dan sungai;
d. Batas Kawasan Hutan yang tidak langsung berbatasan
dengan Hak Atas Tanah;
e. Batas Kawasan Hutan karena kondisi alam yang tidak dapat
dilaksanakan Penataan Batas antara lain topografi curam
dan rawa; atau
f. Batas Kawasan Hutan yang dapat membahayakan
keselamatan pelaksana Tata Batas.
4. Perubahan Trayek Batas Areal Kerja dapat dilakukan di lapangan
akibat adanya Hak Pihak Ketiga yang belum tercantum pada
rencana Penataan Batas Areal Kerja dan instruksi kerja.
Penulisan Huruf dan Nomor Pal Batas
Ketentuan dalam penulisan huruf dan nomor Pal Batas, yaitu:
1. Pada sisi Pal Batas yang menghadap Areal Kerja Pemegang
Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan ditulis inisial dengan
paling banyak 3 huruf nama Pemegang Persetujuan Penggunaan
Kawasan Hutan;
2. Penomoran Pal Batas ditulis di bawah inisial nama singkatan
Pemegang Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan; dan
3. Apabila Pal Batas berupa Batas Luar Kawasan Hutan dan/atau
Batas Fungsi Kawasan Hutan, nama singkatan Pemegang
Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan dan nomor Pal Batas
berada di bawah inisial dan nomor Pal Batas Luar Kawasan Hutan
dan/atau Pal Batas Fungsi Kawasan Hutan
Rintis Batas
1. Rintis batas Areal Kerja Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan
dibuat dengan jarak 2 meter.
2. Garis batas persekutuan antara Areal Kerja Persetujuan
Penggunaan Kawasan Hutan dan/atau dengan batas fungsi
merupakan sumbu dari rintis batas sebagaimana dimaksud di atas.
3. Tanda Batas yang dipasang di lapangan berupa Pal Batas dan
Papan Pengumuman yang diberi inisial nama Pemegang
Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan dan diberi nomor urut Pal
Batas.
Penulisan kode huruf Trayek Batas dan penomoran Pal Batas harus
ditulis secara permanen menghadap ke arah rintis batas.
5. Spesifikasi Pal Batas, Tugu Batas, Papan Pengumuman/Plat
Seng, Papan Pengumuman uk. 90x120 cm
Spesifikasi Pal Batas, Tugu Batas, Papan Pengumuman/Plat Seng,
Papan Pengumuman sesuai Lampiran 1 Keputusan Direktur Jenderal
Planologi Kehutanan Nomor P.5/VII-KUH/2011 tanggal 22 Juni 2011
tentang Pedoman Tata Batas

23. Alih Pengetahuan Jika diperlukan, Penyedia jasa dapat menyelenggarakan pertemuan dan
diskusi terkait substansi pelaksanaan pekerjaan dalam rangka alih
pengetahuan kepada staf/personil di lingkungan organisasi Pejabat
Pembuat Komitmen.

Pejabat Pembuat Komitmen


Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur Jalan
Satker Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Maluku,

Julia Olivia Joris, ST., M.Reg.Dev


NIP 19800707 200502 2 001

Anda mungkin juga menyukai