Anda di halaman 1dari 35

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT J E N D E R A L S U M B E R D A Y A AIR
BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA I
Jl. Ir. Mohd Thaher No. 14 Lueng Bata-Banda Aceh Telp. (0651) 22701. 637977 Fax.(0651) 21118
website : http://sda.pu.go.id/bwssumatera1/ EMAIL : bwss1.aceh@gmail.com

RENCANA TATA BAT AS


AREAL IZIN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN (IPPKH)
PEMBANGUNAN BENDUNGAN KEUREUTO
KABUPATEN ACEH UTARA PROVINSI ACEH

BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA I


PROVINSI ACEH
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT 3ENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN
Gedung Manggala Wanabakti, Blok I Lantai 7, Jl. Jenderal Gatot Subroto P.O Box 6506
Telepon 5730290 5730318, Faksimile 5734632, JAKARTA 10270

^ *f>t*4fb*r- 2019
Nomor : S. 9 S i fpt=n -feu^ ff>^nu>t ]Pun. a fa/tor9
Lampiran : 1 (satu) berkas
Hal: Rencana Penataan Bates Areal Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan
(IPPKH) untuk Kegiatan Pembangunan Bendungan Keureuto a.n.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada Kawasan
Huten Produksi Tetep di Kabupaten Aceh Utera, Provinsi Aceh

Yth.
1. Kepala Balai Pemantapan Kawasan Huten Wilayah XVIII Aceh
> 2. Kepala Balai Wilayah Sungal Sumatera-I, Direktorat Jenderai Sumber Daya Air,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
di
Tempat

Sehubungan dengan surat Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera-I, Direktorat


Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
TN 10 03/Bwsl/805 tenggal 12 Juli 2019 hal Permohonan Pengesahan Rencana Penataan
Bates dan Pete Kerja, dengan ini diberitehukan hal-hai sebagai berikut:
1.Rencana penatean bates dan pete kerja penatean bates Areal Izin Pinjam Pakai
Kawasan Huten untuk Kegiatan Pembangunan Bendungan Keureuto a.n. Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada Kawasan Hutan Produksi Tetep di
Kabupaten Aceh Utera, Provinsi Aceh, telah disahkan oleh Direktur Pengukuhan dan
Penatagunaan Kawasan Huten a.n. Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata
Lingkungan.
2.Pelaksanaan penataan bates di lapangan agar mengacu pada rencana penatean bates
dan pete kerja penataan bates butir 1, serte:
a.Peraturan Menteri Kehutenan Nomor P. 44/Menhut-II/2012 tenggal 11 Desember
2012 j.o P. 62/Menhut-II/2013 tenggal 15 November 2013.
b.Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 43/MenhutTI/2013 tenggal 19 Agustus
2013.
c.Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutenan Nomor P. 5/VII-Kuh/2011 tenggal
22 Juni 2011.
d.Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutenan Nomor P. 2/VII-Set/2-14 tenggal 4
Februari 2014.
e.Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Nomor P.
4/PKTL-SET/2015 tenggal 26 Juni 2015.
f.Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Nomor P.
3/PKTL/SETDn7PLA.2/9/2016 tenggal 9 September 2016.
/3. Berdasarkan...
3.Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.43/Menhut-II/2013 tanggal 19
Agustus 2013, pada intinya menyatakan bahwa pelaksanaan penataan batas areal izin
pinjam pakai kawasan hutan yang sekaligus penataan batas luar kawasan hutan dan
pelaksanaannya agar melibatkan Panitia Tata Batas (PTB) kawasan hutan.
4.Pemegang izin pinjam pakai kawasan hutan, dalam jangka waktu paling lama 7
(tujuh) hari kerja sejak menerima rencana penataan batas dan peta kerja penataan
batas yang telah disahkan oleh Direktur Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan
Hutan a.n. Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan, wajib
melaporkan persiapan pelaksanaan tata batas kepada Kepala Balai Pemantapan
Kawasan Hutan Wilayah XVIII Aceh.
5.Kepala Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XVIII Aceh dalam waktu paling
lama 7 (tujuh) hari kerja sejak menerima laporan persiapan pelaksanaan tata batas
dari pemegang izin pinjam pakai kawasan hutan, agar membentuk tim pelaksana tata
batas, menyusun instruksi kerja tata batas, dan apabiia terdapat data kawasan hutan
(tata batas, perubahan fungsi, pelepasan, hasil pengecekan lapangan, dan Iain-Iain)
yang belum diakomodir dalam rencana penataan batas dan peta kerja tersebut agar
dilakukan penyempurnaan dalam instruksi kerja.
Demikian untuk dilaksanakan.

wasan Hutan,

.Hut, M.Sc.
3 1 002
Tembusan:
1.Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan (sebagai laporan)
2.Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Aceh
KEMENTERIAN PEKE^JAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR
BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA I
Jl. Ir. Mohd Thaher No. 14 Lueng Baia-Banda Aceh Telp. (0651) 22701, 637977 Fax.(0651) 21118
website : http://sda.po.go.id/bwssumatera1/ EMAIL : bwssi .aceh@gmail.com

RENCANA TATA BATAS


AREAL IZIN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN (IPPKH)
PEMBANGUNAN BENDUNGAN KEUREUTO
KABUPATEN ACEH UTARA PROVINSI ACEH

BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA I


PROVINSI ACEH
RENCANA PENATAANBATAS
IPPKH KEUREUTO

PERPANJANGAN JANGKA WAKTU


PEMENUHAN KEWAJIBAN TATA BATAS
TENTANG IPPKH
REPUBLIK INDONESIA^'^^
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
Gedung Manggala Wanabakti Jl. Jenderal Gatot Subroto
Jakarta 10270, P.O. Box. 6505
Telepon (021) 5704501-04, Faksimile (021) 5738732 1 9 MAR 2019
2019
Nomor S.
Lampiran
Hal Persetujuan Perpanjangan Jangka Waktu Pemenuhan Kewajiban Dalam
Rangka Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan a.n. Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat

Yth. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat


di
Jakarta

Sehubungan dengan surat Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera I Nomor


TN0805/BWS SI/157 tanggal 6 Februari 2019 hal Permohonan Perpanjangan IPPKH
untuk bendungan Keureuto dan sesuai dengan:
a.Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004;
b.Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 105 Tahun 2015;
c.Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2017 tentang
Penyempurnaan Tata Kelola Pemberian Izin Baru Hutan Alam Primer dan Lahan
Gambut;
d.Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.27/Menlhk/Setjen/Kum.l/ 7/2018 tentang Pedoman pinjam Pakai Kawasan
Hutan;
e.Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK. 86/Menlhk/
Setjen/PLA.0/2/2018 tanggal 12 Februari 2018.
dengan ini disampaikan bahwa kami dapat menyetujui perpanjangan jangka waktu
pemenuhan kewajiban menyelesaikan tata bates izin pinjam pakai kawasan hutan
dengan ketentuan sebagai berikut:
1.Surat persetujuan ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan
izin pinjam pakai kawasan hutan ates nama Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor SK. 86/Menlhk/Setjen/PLA.0/2/2018 tanggal 12 Februari
2018.
2.Perpanjangan jangka waktu pemenuhan kewajiban menyelesaikan tata bates ini
berlaku sampai dengan tanggal 12 Februari 2020.
3.Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat wajib memenuhi kewajiban
lainnya sebagaimana dimaksud pada Amar Ketiga Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Nomor SK. 86/Menlhk/Setjen/PLA.0/2/2018 tanggal 12
Februari 2018, sesuai peraturan perundang-undangan.

/4. Apabila...
-2-

Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan atau kekurangan informasi, maka


akan dilakukan perbaikan terhadap persetujuan ini.
Demikian untuk menjadi maklura.

a.n. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan


./^ Direktur Jenderal Planologi Kehutanan
i/*'''1 dan Tata Lingkungan,

V ^isigit-Hardwinarto
^ifflPjEJ>610202 198603 1 003
Tembusan :
1.Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
2.Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
3.Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari;
4.Direktur Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung;
5.Gubernur Aceh;
6.Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Aceh;
7.Kepala Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XVIII Banda Aceh;
8.Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera I.
RENCANA PENATAAN BATAS
IPPKH KEUREUTO

KEPUTUSAN MENTERI
LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
TENTANG IPPKH
MENTER1 LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : SK.86/Menlhk/Setjen/PLA.0/2/2018

TENTANG

IZIN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN UNTUK KEGIATAN PEMBANGUNAN


BENDUNGAN KEUREUTO ATAS NAMA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
DAN PERUMAHAN RAKYAT SELUAS 39,14 (TIGA PULUH SEMBILAN DAN
EMPAT BELAS PERSERATUS) HEKTAR PADA KAWASAN HUTAN PRODUKSI
TETAP DI KABUPATEN ACEH UTARA, PROVINSI ACEH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang: a. bahwa Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan


Rakyat dengan surat Nomor TN.07.04-Mn/367
tanggal 18 April 2017 dan Surat Nomor HK.05-04-
DA/985 tanggal 13 Oktober 2017, mengajukan
pertnohonan izin pinjam pakai kawasan hutan
untuk pembangunan Bendungan Keureuto di
Kabupaten Aceh Utara Provinsi Aceh;
b.bahwa sesuai surat Direktur Jenderal Planologi
Kehutanan dan Tata Lingkungan Nomor S.17/PKTL
/REN/PLA.O/1/2018 tanggal 17 Januari 2018,
permohonan izin pinjam pakai kawasan hutan a.n.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat untuk pembangunan Bendungan Keureuto
,, *telah memenuhi persyaratan sesuai ketentuan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor P.50/Menlhk/Setjen/Kum.l/
6/2016 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan
Hutan dan teiah memenuhi ketentuan teknis seluas
39,14 Hektar;
c.bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut huruf a
dan huruf b di atas, perlu menetapkan Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang
Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan Untuk Kegiatan
Pembangunan Bendungan Keureuto atas nama
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat seluas 39,14 (Tiga Puluh Sembilan dan
Empat Belas Perseratus) Hektar Pada Kawasan
Hutan Produksi Tetap di Kabupaten Aceh Utara,
Provinsi Aceh;
-2-

Mengingat: 1.Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang


Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan
Ekosistemnya;
2.Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan, sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004;
3.Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang;
4.Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan;
5.Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa
kali di ubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015;
6.Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004
tentang Perencanaan Kehutanan;
7.Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004
tentang Perlindungan Hutan, sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2009;
8.Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang
Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hutan Serta Pemanfaatan Hutan, sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3
Tahun 2008;
9.Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional,
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017;
10.Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008
tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan;
11.Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010
tentang Penggunaan Kawasan Hutan, sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2015;
12.Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2014
tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada
Kementerian Kehutanan;
13.Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2014
tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak Yang Berasal Dari Penggunaan
Kawasan Hutan Untuk Kepentingan Pembangunan
di Luar Kegiatan Kehutanan Yang Berlaku Pada
Kementerian Kehutanan;
14.Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu;
15.Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang
Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja;
16.Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara;
-3-

17.Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2015 tentang


Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
18.Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2017 tentang
Penundaan dan Penyempurnaan Tata Kelola
Pemberian Izin Baru Hutan Alam Primer dan Lahan
Gambut;
19.Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.56/Menhut-
II/2008 tentang Tata Cara Penentuan Luas Areal
Terganggu dan Areal Reklamasi dan Revegatasi
Untuk Perhitungan Penerimaan Negara Bukan
Pajak Penggunaan Kawasan Hutan, sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor P.84/Menhut-II/2014;
20.Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.60/Menhut-
11/2009 tentang Pedoman Penilaian Keberhasilan
Reklamasi Hutan;
21.PeraturanMenteriKeuanganNomor
91/PMK.02/2009 tentang Tata Cara Pengenaan,
Pemungutan dan Penyetoran Penerimaan Negara
Bukan Pajak Yang Berasal Dari Penggunaan
Kawasan Hutan Untuk Kepentingan Pembangunan
di Luar Kegiatan Kehutanan;
22.Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor P.97/Menhut-II/2014 tentang
Pendelegasian Wewenang Pemberian Perizinan dan
Non Perizinan di Bidang Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Dalam Rangka Pelaksanaan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kepada Kepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal, sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Nomor P.l/Menhut-II/2015;
23.Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor P.18/Menlhk-II/2015 tehtang
Organisasi dan Tata Keija Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan;• s!.,"'il;
24.Peraturan J^enteri LingkungaiT 'HidtllJ^^'dan
Kehutanan- Noitior' ^:P.43/MenLHK:Setjen/2015
tentang Penatausahaari Hasil Hutan "Kayu Ydng
Berasal Dan. Hutan Alam sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor P.60/MenLHK/Setjen/Kum.l
/7/2016;
25.Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor P.62/MenLHK-Setjen/2015
tentang Izin Pemaniaatan Kayu;
26.Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor P.32/MenLHK/Setjen/Kum.l/
3/2016 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan
dan Lahan;
27.Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor P.5O/Menlhk/Setjen/Kum.l/
6/2016 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan
Hutan;
-4-

28.Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan


Kehutanan Nomor P.71/MenLHK/Setjen/HPL.3/
8/2016 tentang Tata Cara Pengenaan, Pemungutan,
dan Penyetoran Provisi Sumber Daya Hutan dan
Dana Reboisasi, Ganti Rugi Tegakan, Denda
Pelanggaran Eksploitasi Hutan dan Iuran Izin
Usaha Pemanfaatan Hutan;
29.Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor P.89/Menlhk/Setjen/Kum.l/
11/2016 tentang Pedoman Penanaman Bagi
Pemegang Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan Dalam
Rangka Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai;
30.Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor P.93/Menlhk/Setjen/Kum.l/12
/2016 tentang Panitia Tata Batas Kawasan Hutan;
31.Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor SK.6559/MenLHK-PKTL/PSDH
/PLA.1/12/ 2017 tanggal 4 Desember 2017 tentang
Penetapan Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin
Baru Pemanfaatan Hutan, Penggunaan Kawasan
Hutan dan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan
dan Area) Penggunaan Lain (Revisi XIII);
Memperhatikan : 1. Keputusan Gubernur AcehNomor
660/BP2T/1657/2015 tanggal 8 Juli 2015 tentang
Izin Lingkungan Rencana Pembangunan Waduk
Krueng Keureto di Kabupaten Aceh Utara Provinsi
Aceh Dengan Pemrakarsa Dinas Pengairan dan
ESDM Kabupaten Aceh Utara sebagaimana telah
diubah dengan Keputusan Kepala Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Nomor 660/DPMPTSP/2318/IL/2017 tanggal
3 Oktober 2017;
2.Surat Gubernur Aceh Nomor 522.51/DPM-
PTSP/484/2017 tanggal 8 Maret 2017 hal
Rekomendasi Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan
(IPPKH) untuk Pembangunan Bendungan Keureuto
di Kabupaten Aceh Utara;
3.Surat Pernyataan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 03/SP/M/2017 tanggal
18 April 2017;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN TENTANG IZIN PINJAM PAKAI KAWASAN
HUTAN UNTUK KEGIATAN PEMBANGUNAN
BENDUNGAN KEUREUTO ATAS NAMA KEMENTERIAN
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
SELUAS 39,14 (TIGA PULUH SEMBILAN DAN EMPAT
BELAS PERSERATUS) HEKTAR PADA KAWASAN HUTAN
PRODUKSI TETAP DI KABUPATEN ACEH UTARA,
PROVINSI ACEH.
-5-

KESATU : Memberikan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan dengan


kompensasi penanaman dalam rangka rehabilitasi
Daerah Aliran Sungai untuk kegiatan pembangunan
Bendungan Keureuto atas nama Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat seluas 39,14 (tiga
puluh sembilan dan empat belas perseratus) Hektar
pada Kawasan Hutan Produksi Tetap di Kabupaten Aceh
Utara, Provinsi Aceh, sebagaimana Peta Lampiran
Keputusan ini.

KEDUA : Pemberian izin sebagaimana dimaksud dalam amar


KESATU adalah untuk kegiatan pembangunan
Bendungan Keureuto, bukan untuk kegiatan lain serta
arealnya tetap berstatus sebagai kawasan hutan.

KETIGA : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,


berhak:
a.berada, menempati dan mengelola serta melakukan
kegiatan terkait pembangunan Bendungan Keureuto,
serta melakukan kegiatan-kegiatan lainnya yang
berhubungan dengan kegiatan tersebut dalam
kawasan hutan yang dipinjam pakai;
b.memanfaatkan hasil kegiatan yang dilakukan
sehubungan dengan kegiatan terkait pembangunan
Bendungan Keureuto dalam kawasan hutan yang
dipinjam pakai;
c.melakukan penebangan pohon dalam rangka
pembukaan lahan yang tidak dapat dielakan dengan
membayar Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH)
dan/atau Dana Reboisasi (DR) sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-Undangan.
: Dalam jangka waktu paling lama satu tahun setelah
KEEMPAT
terbit Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan ini,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
wajib:
a.menyelesaikan tata batas areal izin pinjam pakai
kawasan hutan dengan supervisi oleh Balai
Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XVIII Banda
Aceh, dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu
paling lama 1 (satu) tahun.
b.menyampaikan peta lokasi penanaman dalam rangka
rehabilitasi daerah aliran sungai;
c.menyampaikan pernyataan dalam bentuk akta
notariil bersedia mengganti biaya investasi
pengelolaan/pemanfaatan hutan kepada pengelola/
pemegang izin usaha pemanfaatan hasil hutan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam hal Kementerian Pekerjaan Umum dan
KELIMA Perumahan Rakyat tidak memenuhi kewajiban
sebagaimana dimaksud pada Amar KEEMPAT, Izin
Pinjam Pakai Kawasan Hutan menjadi batal dan

dinyatakan tidak berlaku.


Penetapan areal kerja Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan
KEENAM oleh Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata
-6-

Lingkungan atas nama Menteri Lingkungan Hidup dan


Kehutanan, dilaksanakan dengan ketentuan:
a.pemegang izin pinjam pakai kawasan hutan
menyampaikan permohonan penetapan areal keija
berdasarkan hasil tata batas areal izin pinjam pakai
kawasan hutan kepada Direktur Jenderal Planologi
Kehutanan dan Tata Lingkungan.
b.permohonan penetapan areal kerja sebagaimana
dimaksud pada huruf a, dilampiri dengan bukti
pemenuhan kewajiban sebagaimana dimaksud Amar
KEEMPAT.

KETUJUH: Selain kewajiban dimaksud Amar KEEMPAT


Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,
wajib:
a.melakukan penanaman dalam rangka rehabilitasi
daerah aliran sungai dan dilaksanakan paling lambat
1 (satu) tahun sebelum berakhirnya izin pinjeim pakai
kawasan hutan sesuai peraturan perundang-
undangan;
b.membuat rencana dan melaksanakan reklamasi dan
revegetasi pada kawasan hutan yang sudah tidak
dipergunakan tanpa menunggu selesainya jangka
waktu izin pinjam pakai kawasan hutan;
c.membayar Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH)
dan/atau Dana Reboisasi (DR) sesuai peraturan
perundang-undangan;
d.melaksanakan inventarisasi tegakan sesuai dengan
rencana kerja penggunaan kawasan hutan tahunan;
e.membayar ganti rugi nilai tegakan kepada
pemerintah apabila areal yang dimohon merupakan
hutan tanaman hasil rehabilitasi;
f.mengganti biaya investasi pengelolaan/pemanfaatan
hutan kepada pengelola/pemegang izin usaha
pemanfaatan hasil hutan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan;
g.melakukan pemeliharaan batas areal pinjam pakai
kawasan hutan;
h. melaksanakan perlindungan hutan sesuai peraturan
perundang-undangan;
i. melakukan pengendalian kebakaran hutan dan
lahan, berupa antara lain:
i.l.memfasilitasi organisasi kelompok-kelompok
Masyarakat Peduli Api (MPA);
1.2.menyiapkan sumberdaya manusia pengendalian
kebakaran hutan dan lahan dalam organisasi
kelompok - kelompok MPA;
1.3.menyiapkan sarpras pengendalian kebakaran
hutan dan lahan bagi organisasi kelompok MPA;
1.4.melakukan perencanaan, dan menyelenggarakan
upaya pencegahan, pemadaman dan penanganan
pasca kebakaran hutan dan lahan;
1.5.melakukan koordinasi kerja dalam perencanaan,
penyelenggaraan pencegahan, pemadaman dan
penanganan pasca kebakaran hutan dan lahan.
-7-

j. memberikan kemudahan bagi aparat lingkungan


hidup dan kehutanan baik pusat maupun daerah
pada saat melakukan monitoring dan evaluasi
lapangan;
k. mengkoordinasikan kegiatan kepada instansi
lingkungan hidup dan kehutanan setempat dan/atau
kepada pemegang izin pemanfaatan hutan atau
pengelola hutan;
1. membuat laporan secara berkala setiap 6 (enam)
bulan sekali kepada Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan mengenai penggunaan kawasan hutan
yang dipinjam pakai dengan tembusan: Direktur
Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan,
Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi
Lestari, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya
Alam dan Ekosistem, Direktur Jenderal Pengendalian
Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung, Kepala
Dinas Kehutanan Provinsi Aceh, Kepala Balai
Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XVIII Banda
Aceh dan Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai dan Hutan Lindung Krueng Aceh.
m. laporan tersebut huruf 1, memuat:
m.l. rencana dan realisasi penggunaan kawasan

hutan;
m.2. rencana dan realisasi reklamasi dan reboisasi;
m.3. rencana dan realisasi penanaman dalam
rangka rehabilitasi daerah aliran sungai sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
m.4. pemenuhan kewajiban lainnya sesuai izin
pinjam pakai kawasan hutan.
: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
KEDELAPAN
dilarang:
a.memindahtangankan Izin Pinjam Pakai Kawasan
Hutan kepada pihak lain atau melakukan perubahan
nama tanpa persetujuan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan;
b.menjaminkan atau mengagunkan areal Izin Pinjam
Pakai Kawasan Hutan kepada pihak lain;
c.melakukan kegiatan lainnya yang dilarang sesuai
peraturan perundang-undangan.

: Menyelesaikan hak-hak pihak ketiga, apabila terdapat


KESEMBILAN hak-hak pihak ketiga di dalam areal pinjam pakai
kawasan hutan dengan meminta bimbingan dan
fasilitasi Pemerintah Daerah setempat.
: Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan ini dicabut dan
KESEPULUH
pemegang izin dikenakan sanksi sesuai peraturan
Perundang-undangan, apabila pemegang izin tidak
memenuhi kewajiban dan/atau melakukan pelanggaran
atas ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam izin ini.


-8-

KESEBELAS : Izin pinjam pakai kawasan hutan ini berlaku dan


melekat sebagai izin pemanfaatan kayu, serta izin
pemasukan dan penggunaan peralatan.
KEDUA BELAS : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan
untuk jangka waktu selama Bendungan Keureuto
digunakan kecuali apabila dicabut oleh Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 13 Februari 2018

ngan aslinya,
KUM, MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

SITI NURBAYA

Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth:


1.Gubernur Aceh;
2.Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
3.Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan;
4.Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari;
5.Direktur Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan
Lindung;
6.Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem;
7.Direktur Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan
Kehutanan;
^l) Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat;
9.Bupati Aceh Utara;
10.Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Aceh;
11.Kepala Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XVIII Banda Aceh;
12.Kepala Balai Pengelolaan Hutan Produksi Wilayah I Banda Aceh;
13.Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung
Krueng Aceh.
I^
.11
hii ill
'!il
lill ^^
UM1 II4
II
Illi iiiii
sill I 1 11 SI II!
II
ill ill ll
RENCANA PENATAAN BATAS
IPPKH KEUREUTO

SURAT KUASA MENTERI PUPR


MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
REPUBUK INDONESIA

SURAT KUASA
NOMOR: 20 /SKS/H/2019

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama: M. Basuki Hadimuljono


Nomor Keputusan : 121/P/201 Tahun 2014 tanggal 27 October 2014
PresidenRI
Jabatan: Menteri Pekerjaan Umum dan Penjmahan Rakyat
Alamat: Jalan Pattimura Nomor 20 Kebayoran Bam Jakarta Selatan

memberi kuasa kepada:

Nama: Ir. Djaya Sukarno, M. Eng


NIP: 19680421 199603 1 002
Jabatan: Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera I
Alamat: Jalan Ir. Mohd. 7haher No. 14 Lueng Bata, Kota Banda Aceh,
Provinsi Aoeh

Untuk dan atas nama Pemberi Kuasa dalam kedudukannya selaku Pemegang Izin Pinjam
Pakai Kawasan Hutan Nomor SK.86/Menlhk/Setjen/Pla.0/2/2018 tanggal 13 Febmari
2018 untuk Kegiatan Pembangunan Bendungan Keureuto di Kabupaten Aceh Utara
Provinsi Aceh, seluas 39,14 Hektar pada kawasan hutan produksi tetap.

Untuk kepentingan pelaksanaan kuasa Ini, Penerima Kuasa berhak untuk:


1.Menandatangani Permohonan Pengesahan Rencana dan Peta Kerja Penataan Batas;
2.Menandatangani dokumen rencana tata batas, administrasi persuratan tata batas,
Berita Acara Tata Batas Pinjam Pakai Kawasan Hutan dan penyelesaian hasil tata
batas tingkat daerah dan Kementerian Lingkungan Hktup dan Kehutanan;
3.Melakukan penanaman pohon tanaman kayu dengan jenis unggulan setempat di kiri
kanan atau sekeliling dalam areal Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan sebagai bentuk

perlindungan;
4.Menandatangani dokumen pendukung lainnya yang berkaitan dengan proses
penetapan areal kerja dan pemenuhan kewajiban izin pinjam pakai kawasan hutan
di tingkat daerah dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
5.Membuat laporan triwulan mengenai perkembangan proses pemenuhan kewajiban
izin pinjam pakai kawasan hutan kepada Pemberi Kuasa meiakii Direktur Jenderal
Sumber Daya Air Kementerian PUPR;
6.Melakukan tindakan lainnya yang dianggap periu dan bermanfaat dalam
menjalankan kuasa tersebut demi kepentingan Pemberi Kuasa dan sebagaimana
Pemberi Kuasa berhak untuk melakukannya.
Untuk meiaksanakan kuasa ini Penerima Kuasa memilih domilisi di kantor Balai Wilayah
Sungai Sumatera I, Jalan Ir. Mohd. Thaher No. 14 Lueng Bata, Kota Banda Aceh,
Provinsi Aceh. Surat Kuasa ini mulai beriaku pada tanggal ditetapkan.

Surat Kuasa ini dibuat untuk dipetgunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, 14 Maire-t-^ 2019

Penerima Kuasa, Pemberi Kuasa,

KEPALA BALAI MENTERIPEKERJAAN UMUM


WILAYAH SUNGAI SUMATERA I DAN PERUMAHAN RAKYAT

O
RENCANA PENATAAN BATAS
IPPKH KEUREUTO

KEPUTUSAN BUPATI ACEH UTARA


PENETAPAN LOKASI PENGADAAN TANAH UNTUK
BENDUNGAN KEUREUTO
BUPATI ACEH UTARA
KEPUTUSAN BUPATI ACEH UTARA
NOMOR 592.2/478 /2017

TENTANG
PENETAPAN LOKASI PENGADAAN TANAH UNTUK WADUK KRUENG
KEUREUTOE DIKECAMATAN PAYA BAKONG DAN KECAMATAN TANAH LUAS
KABUPATEN ACEH UTARA

BUPATI ACEH UTARA,

Menimbang : a. bahwa menindaHacnjuti surat Gubernur Aceh Nomor : 590/ 162C9


tanggal 21 Agustus 2017 M bertepatan dengan 28 Dzulqaidah
1438 H perihal Pembaharuan Penetapan lokasi untuk
Pembangunan Bendungan Keureutoe di Kabupaten Aceh Utara,
sebagaimana telah ditetapkan dengan Keputusan Bupati Aceh
Utara Nomor : 592.2/786/2012 tentang Penetapan Lokasi
Pengadaan Tanah untuk Waduk Krueng Keureutoe di Kecamatan
Paya Bakong dan Kecamatan Tanah Luas Dalam Kabupaten Aceh
Utara, dan telah diubah dengan Keputusan Bupati Aceh Utara
Nomor : 592.2/560/2015 tentang Perubahan Atas Keputusan
Bupati Aceh Utara Nomor : 592.2/786/2012 tentang Penetapan
Lokasi Pengadaan Tanah untuk Waduk Krueng Keureutoe di
Kecamatan Paya Bakong dan Kecamatan Tanah Luas Dalam
Kabupaten Aceh Utara telah berakhir masa berlaku ;

b.bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 21 Ayat (6)


Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2017 tentang Perubahan
Atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan
Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional, perlu menetapkan lokasi
pengadaan tanah untuk Waduk Krueng Keureutoe di Kecamatan
Paya Bakong dan Kecamatan Tanah Luas Kabupaten Aceh Utara;
c.bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan huruf b perlu menetapkan dalam suatu keputusan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 tentang


Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten dalam
lingkungan Daerah Propinsi Sumalera Utara;

2.Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar


Pokok-pokok Agraria;
3.Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pen^idaan Tanah
Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum;
4.Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan

Aceh;
5.Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan;
6.Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah
Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum;
7.Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah;
8.Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2012
Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan
Untuk Kepentingan Umum, yang telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2015
Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 71
Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum;

9.Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Percepatan


Pelaksanaan Proyek Strategi Nasional, sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2017 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016
Tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategi Nasional;

10.Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun


2012 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Agraria dan
Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 6 Tahun
2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nasional Nomor 5 Tahun 2012 Tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah;

MEMUTUSKAN
Menetapkan
Menetapkan lokasi pengadaan tanah untuk Waduk Krueng
KESATU Keureutoe di Kecamatan Paya Bakong dan Kecamatan Tanah Luas

Kabupaten Aceh Utara;


Lokasi pengadaan tanah sebagaimana dimaksud pada Diktum
KEDUA kesatu seluas 457 Ha, diberikan batas dengan koordinat
sebagaimana bagian yang berarsir dalam peta terlampir;
Penetapan lokasi Pengadaan Tanah untuk Waduk Krueng
KETIGA Keureutoe di Kecamatan Paya Bakong dan Kecamatan Tanah Luas
Kabupaten Aceh Utara sebagaimana dimaksud dalam Keputusan
Bupati ini ditetapkan untuk jangka waktu 2 (dua) Tahun terhitung
sejak tanggal penetapan;
Segala biaya yang timbul akibat dikeluarkannya Keputusan ini
KEEMPAT dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh dan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Kabupaten Aceh Utara;
KEliMA; Deixgan ditetapkan Keputusan ini maka Keputusan Bupati Aceh
Utara Nomor 592.2/786/2012 Tentang Penetapan Lokasi
Pengadaan Tanah Untuk Waduk Krueng Keureutoe di Kecamatan
Paya Bakong dan Kecamatan Tanah Luas Kabupaten Aceh Utara
sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Bupati Aceh Utara
Nomor 592.2/560/2015, dicabut dan dinyatakan tidak herlaku;

KEENAM .: Keputusan ini mulai beriaku pada tanggal ditetapkan dengan


ketentuan apabila terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan
diperbaiki kembaii sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Lhokseumawe,
padatanggal 11 September 2017 M
20Dzulhijjah 1438 H
RENCANA PENATAAN BATAS
IPPKH KEUREUTO

RENCANA TATA BATAS


(koordinat dan titik PAL)
RENCANA PENATAAN BATAS
1.Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor : SK.86/Menlhk/Setjen/PLA.0/2/2018
tanggal 13 Februari 2018 Tentang Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk Kegiatan Pembangunan
Bendungan Keureto atas nama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat seluas 39,14
Hektar pada Kawasan Hutan Produksi Tetap di Kabupaten Aceh Utara provinsi Aceh.

2.Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia nomor


SK.580/MenLHK/SETJEN/SET.1/12/2018 tanggal 17 Desember 2018 tentang Perubahan Ketiga atas
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.865/Menhut-ll/2014 tanggal 11 November 2014 tentang
Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Aceh.

3.Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.27/Menlhk/Setjen/Kum.l/7/2018 tanggal 13 Juli 2018 jo.


P.7/Menlhk/Setjen/Kum.l/2/2019 tanggal 21 Februari 2019 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor P.27/Menlhk/Setjen/Kum.l/7/2018 tanggal 13 lull 2018 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan.

4.Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.43/Menhut-II/2013 Tanggal 19 Agustus 2013 tentang Penataan Batas Areal
Kerja Izin Pemanfaatan Hutan, Persetujuan Prinsip Penggunaan Kawasan Hutan, Persetujuan Prinsip Pelepasan
Kawasan Hutan dan Pengelolaan Kawasan Hutan Pada Kesatuan Pengelolaan Hutan dan Kawasan Hutan Dengan
Tujuan Khusus.
5. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.44/Menhut-II/2012 tanggal 11 Desember 2012 jo. P
62/Menhut-II/2013 tanggal 15 November 2013, tentang Pengukuhan Kawasan Hutan.
6.Peraturan Direktur jenderal Planologi Kehutanan Nomor P5/VII-KUH/2011 tanggal 22 juni 2011, Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Penataan Batas Areal Kerja Izin Pemanfaatan Hutan.
7.Peraturan Direktur jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan No. P.3/PKTiySETDIT/PU.2/9/2016 tanggal 9
September 2016 tentang Petunjuk Teknis Pengukuhan Kawasan Hutan.
8.Peraturan Direktur jenderal Planologi Kehutanan Nomor P.2/vn-SET/2014 tanggal 4 Februari 2014 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Penataan Batas Kawasan Hutan dan Wilayah Tedentu yang Ditunjuk Sebagai Kawasan Hutan dan Wilayah
Tertentu yang ditunjuk sebagai kawasan hutan dengan menggunakan GNSS ^Global Navigation Satellite System).

-1
PERNYATAAN No.

TENTANG RENCANA PENATAAN BATAS


AREAL IZIN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN
UNTUK PEMBANGUNAN BENDUNGAN KEUREUTO
A.N. KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
PADA KAWASAN HUTAN PRODUKSI TETAP (HP)
SELUAS 39,14 HEKTAR
DI KABUPATEN ACEH UTARA
PROVINSI ACEH

Pada hari initanggal Agustus 2019 bertempat di Kantor Direktorat Pengukuhan


dan Penatagunaan Kawasan Hutan di Bogor, kami yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama: Ir. Djaya Sukarno, M.Eng

NIP: 19680421 199603 1 002


Jabatan: Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera I
Alamat: Jalan H. M. Thaher No. 14 Lueng Bata-Banda Aceh

Menyatakan persetujuan kami sebagai berikut:

I. Areal persetujuan prinsip Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan Untuk Pembangunan
Bendungan Keureuto a.n. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada
Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) di Kabupaten Aceh Utara Provinsi Aceh seluas
39,14 ha perlu segera diukur dan dipancang di lapangan.

II. Dasar pelaksanaan penataan batas areal kerja kami adalah Peta Kerja Penataan Batas Izin
Pinjam Pakai Kawasan Hutan Untuk Pembangunan Bendungan Keureuto a.n. Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) di
Kabupaten Aceh Utara Provinsi Aceh seluas 39,14 ha Skala 1 : 10.000 yang telah kami
teliti" dan bubuhi paraf di sepanjang trayek batas yang akan ditata batas di lapangan,
serta telah disetujui oleh Direktur Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan Hutan atas
nama Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan.

Dalam pembuatannya bersumber pada peta-peta sebagai berikut:

1.Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1: 50.000.

2.Peta Kawasan Hutan Provinsi Aceh skala 1 : 250.000 (Lampiran Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia nomor
SK.580/MenLHK/SETJEN/SET. 1/12/2018 tanggal 17 Desember 2018 tentang
Perubahan Ketiga atas Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.865/Menhut-II/2014
tanggal 11 November 2014 tentang Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan

Provinsi Aceh).
3.Peta Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan Untuk Pembangunan Bendungan Keureuto
a.n. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada Kawasan Hutan

Produksi Tetap (HP) di Kabupaten Aceh Utara Provinsi Aceh seluas 39,14 ha
(Lampiran Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor SK.86/Menlhk/Setjen/PLA.0/2/2018 tanggal 13 Februari 2018).

III. Garis batas areal kerja kami yang akan ditata batas di lapangan pada peta kerja tata
batas skala 1:10.000 diberi tanda dengan huruf dan angka sebagai berikut:
Trayek Batas Panjang Keterangan
Sebagian batas luar kawasan hutan yang
merupakan batas areal Izin Pinjam Pakai
PUPR.1 - PUPR.2... PUPR.28 - PUPR.1 2.622 m
dan batas sendiri buatan Kementerian
Pekeriaan Umum dan Perumahan Rakyat
Sebagian batas luar kawasan hutan yang
merupakan batas areal Izin Pinjam Pakai
PUPR.29 - PUPR.30 ... PUPR.65 - PUPR.29 3.721 m
dan batas sendiri buatan Kementerian
Pekeriaan Umum dan Perumahan Rakyat
Sebagian batas luar kawasan hutan yang
merupakan batas areal Izin Pinjam Pakai
PUPR.66 - PUPR.67 ... PUPR.69 - PUPR.66 221m dan batas sendiri buatan Kementerian
Pekeriaan Umum dan Perumahan Rakyat
Jumlah 6.564 m
IV. Pelaksanaan penataan batas di lapangan selanjutnya mengikuti ketentuan teknis tata
batas sebagai berikut:

A. Trayek Batas PUPR.1 - PUPR.2 ... PUPR.28 - PUPR.1

Sebagai titik awal pengukuran dan penataan batas di lapangan adalah Titik PUPR.1
dengan koordinat Geografis pendekatan 97 6' 14.09" BT dan 4 53" 58.63" LU. Titik
PUPR.1 ditetapkan dengan cara mengadakan pengukuran ikatan dari titik X yaitu
muara anak sungai Keureuto dengan koordinat geografis pendekatan 97 5' 59.79" BT
dan 4 53' 56.88" LU dengan ketentuan ikatan X ke titik PUPR.1 dengan Azimuth 82
40' 7,42" jarak datar lurus sejauh 444,98 m. Setelah titik PUPR.1 ditetapkan dan
dipancang di lapangan, selanjutnya penataan batas mengikuf ketentuan trayek batas
sebagai berikut:

KOORDINAT
AZIMUTH
JARAK JUMLAH GEOGRAFIS
No TRAYEK NAM A TITIK
M' S"
(m) PAL BUJUR UNTANG
D
TIMUR UTARA KETERANGAN
X - PUPR.1 82 40 7,424 444,96 X 975'59.79J 453'56.88' Ikatan Anak
Sungai
Keureuto ke
titik PUPR.1
1 PUPR.1 - PUPR.2 74 14 50,03 100 1 B/HP/PP/PUPR.1 97 6' 14.09" 4 53' 58.63" Titik awal
pengukuran,
batas IPPKH
yang
merupakan
batas luar
kawasan hutan
2 PUPR.2 - PUPR.3 84 30 43,18 100 1 B/HP/PP/PUPR.2 97 6' 17.20" 4 53' 59.49" Batas IPPKH
yang
merupakan
batas luar
kawasan hutan
3 PUPR.3 - PUPR.4 354 25 0,682 100 1 B/HP/PP/PUPR.3 97 6' 20.35" 4 53' 59.78" sda
4 PUPR.4 - PUPR.5 324 48 11,72 100 1 B/HP/PP/PUPR.4 97 6' 20.08" 4 54' 2.73" sda
5 PUPR.5 - PUPR.6 21 39 5,51 100 1 B/HP/PP/PUPR.5 97 6' 18.23" 4 54' 5.39" sda
6 PUPR.6 - PUPR.7 47 20 58,31 100 1 B/HP/PP/PUPR.6 97 6' 19.37" 4 54' 8.20" sda
7 PUPR.7 - PUPR.8 91 26 2,504 100 1 B/HP/PP/PUPR.7 97 6' 21.74" 4 54' 10.36" sda

8 PUPR.8 - PUPR.9 107 8 53,07 100 1 B/HP/PP/PUPR.8 97 6' 24.87" 4 54' 10.26" sda
9 PUPR.9 - PUPR.10 121 56 24,42 100 1 B/HP/PP/PUPR.9 97 6' 27.96" 4 54' 9.29" sda
10 PUPR.10 - PUPR.ll 120 27 34,83 100 1 B/HP/PP/PUPR.10 97 6' 30.68" 4 54' 7.56" sda
11 PUPR.11 - PUPR.12 125 41 36,83 100 1 B/HP/PP/PUPR.11 97 6' 33.46" 4 54' 5.90" sda
12 PUPR.12 - PUPR.13 137 2 25,48 100 1 B/HP/PP/PUPR.12 97 6' 36.07" 4 54' 3.99" sda
13 PUPR.13 - PUPR.14 112 42 52,35 85 1 B/HP/PP/PUPR.13 97 6' 38.25" 4 54' 1.62" sda
14 PUPR.14 - PUPR.15 264 50 0,473 113 1 B/HP/PP/PUPR.14 97 6' 40.75" 4 54' 0.55" sda
15 PUPR.15 - PUPR.16 317 0 46,47 88 1 HP/PP/PUPR.15 97 6' 37.11" 4 54' 0.24" Batas sendiri
areal IPPKH
16 PUPR.16 - PUPR.17 317 11 19,11 100 1 HP/PP/PUPR.16 97 6' 35.20" 4 54' 2.32" sda
17 PUPR.17 - PUPR.18 317 18 49,63 96 1 HP/PP/PUPR.17 97 6' 33.01" 4 54' 4.72" sda
18 PUPR.18 - PUPR.19 280 2 46,94 105 1 HP/PP/PUPR.18 97 6' 30.94" 4 54' 7.00" sda
19 PUPR.19 - PUPR.20 277 39 8,752 100 1 HP/PP/PUPR.19 97 6' 27.61" 4 54' 7.61" sda
20 PUPR.20 - PUPR.21 274 8 8,69 84 1 HP/PP/PUPR.20 97 6' 24.40" 4 54' 8.07" sda
KOORDINAT
AZIMUTH
MRAK JUMLAH GEOGRAFIS
No TRAYEK NAMATTTTK
PAL BUJUR UNTANG
D M1 S"
TIMUR UTARA KETERANGAN
21 PUPR.21 - PUPR.22 232 10 57,55 36 HP/PP/PUPR.21 97 6' 21.71' 4 54' 8.28" sda
22 PUPR.22 - PUPR.23 201 35 45,88 48 HP/PP/PUPR.22 97 6' 20.80" 4 54' 7.58' sda
23 PUPR.23 - PUPR.24 158 18 19,26 115 HP/PP/PUPR.23 97 6' 20.24' 4 54' 6.19' sda
24 PUPR.24 - PUPR.25 162 2 22,66 149 HP/PP/PUPR.24 97 6' 21.59" 4 54' 2.72' sda
25 PUPR.25 - PUPR.26 219 31 1,764 44 HP/PP/PUPR.25 97 6' 23.04" 4 53' 58.16' sda
26 PUPR.26 - PUPR.27 267 46 37,57 91 HP/PP/PUPR.26 97 6' 22.13" 4 53' 57.07" sda
27 PUPR.27 - PUPR.28 287 55 18,68 82 HP/PP/PUPR.27 97 6'19.23" 4 53'56.97" sda
28 PUPR.28 - PUPR.1 287 5 49,23 86 HP/PP/PUPR.28 97 6' 16.73" 4 53' 57.80' sda
29 PUPR.1 B/HP/PP/PUPR.1 97 6' 14.09" 4 53' 58.63' Titik akhir
pengukuran,
batas IPPKH
yang
merupakan
batas luar
kawasan hutan
2.622 28

B. Trayek Batas PUPR.29 - PUPR.30... PUPR.65 - PUPR.29

Sebagai titik awal pengukuran dan penataan batas di lapangan adalah Titik PUPR.29
dengan koordinat Geografls pendekatan 97 6' 43.83" BT dan 4 54' 1.22" LU. Titik
PUPR.29 ditetapkan dengan cara mengadakan pengukuran ikatan dari titik PUPR.14
yaitu pal batas pada trayek "PUPR.1 - PUPR.2 ... PUPR.28 - PUPR.1" dengan koordinat

geografis pendekatan 97 6' 40.75" BT dan 4 54' 0.55" LU dengan ketentuan ikatan
PUPR.14 ke titik PUPR.29 dengan Azimuth 77 25' 19,03" jarak datar lurus sejauh
97,24 m. Setelah titik pupr.29 ditetapkan dan dipancang di lapangan, selanjutnya
penataan batas mengikuti ketentuan trayek batas sebagai berikut:

KOORDINAT
AZIMUTH GEOGRAFIS
MRAK JUMLAH BU1UR UNTANG
No TRAYEK D M' (m) PAL NAMA TITIK TTMUR UTARA KETERANGAN
PUPR.14 - PUPR.29 77 25 19,03 97,24 B/HP/PP/PUPR.14 976'40.751 4 54'0.55' Ikatan yang
merupakan pal
batas pada
trayek PUPR.1
- PUPR.2
PUPR.28
PUPR.1
1 PUPR.29 - PUPR.30 46 34 35,32 100 1 B/HP/PP/PUPR.29 97 6' 43.83' 4 54' 1.22' Titik awal
pengukuran,
batas IPPKH
yang
merupakan
batas luar
kawasan hutan
2 PUPR.30 - PUPR.31 28 48 50,92 1 B/HP/PP/PUPR.30 97 6' 46.19' 4 54' 3.43" Batas IPPKH
yang
merupakan
batas luar
kawasan hutan
3 PUPR.31 - PUPR.32 29 19 29,42 100 1 B/HP/PP/PUPR.31 97 6' 47.76' 4 54' 6.24' sda
KOORDINAT
AZIMUTH GEOGRAFIS
3ARAK JUMLAH BUJUR LINTANG
No TRAYEK PAL NAMA TTTIK TIMUR UTARA KETERANGAN
4 PUPR.32 - PUPR.33 31 32 33,43 100 B/HP/PP/PUPR.32 97 6' 49.36" 4 54' 9.06' sda
5 PUPR.33 - PUPR.34 14 23 13,63 100 B/HP/PP/PUPR.33 97 6' 51.07" 4 54' 11.82' sda
6 PUPR.34 - PUPR.35 353 38 0,672 100 B/HP/PP/PUPR.34 97 6' 51.88" 4" 54' 14.93" sda
7 PUPR.35 - PUPR.36 359 1 28,06 100 B/HP/PP/PUPR.35 97 6' 51.55" 4 54' 18.14' sda
8 PUPR.36 - PUPR.37 17 32 9,368 100 B/HP/PP/PUPR.36 97 6' 51.51" 4 54' 21.36' sda
9 PUPR.37 - PUPR.38 61 56 50,16 100 B/HP/PP/PUPR.37 97 6' 52.50" 4 54' 24.44' sda
10 PUPR.38 - PUPR.39 78 29 15,58 100 B/HP/PP/PUPR.38 97 6' 55.19" 4 54' 25.86' Sda
11 PUPR.39 - PUPR.40 52 52 21,84 100 B/HP/PP/PUPR.39 97 6' 58.32' 4 54' 26.48' sda
12 PUPR.40 - PUPR.41 61 42 26,78 100 B/HP/PP/PUPR.40 97 7' 0.84' 4" 54' 28.36' sda
13 PUPR.41 - PUPR.42 93 22 47,18 100 B/HP/PP/PUPR.41 97 7' 3.48" 4 54' 29.77" sda
14 PUPR.42 - PUPR.43 85 26 28,2 100 B/HP/PP/PUPR.42 97 7' 6.71' 4 54' 29.56" sda
15 PUPR.43 - PUPR.44 57 28 19,86 81 B/HP/PP/PUPR.43 97 7 9.90" 4 54' 29.79' sda
16 PUPR.44 - PUPR.45 185 55 59,84i 79 B/HP/PP/PUPR.44 97 7 12.09' 4 54'31.18" sda
17 PUPR.45 - PUPR.46 150 11 41,57 122 B/HP/PP/PUPR.45 97 7 11.81 4 54' 28.63' sda
18 PUPR.46 - PUPR.47 150 11 41,51 100 B/HP/PP/PUPR.46 97 7 13.74' 4 54' 25.20' sda
19 PUPR.47 - PUPR.48 150 11 41,37 100 1 B/HP/PP/PUPR.47 97 7 15.33" 4 54' 22.37" sda
20 PUPR.48 - PUPR.49 150 11 41,38 100 B/HP/PP/PUPR.48 97 7 16.93" 4 54' 19.55' sda
21 PUPR.49 - PUPR.50 147 33 3,393 146 B/HP/PP/PUPR.49 97 7 18.52' 4 54' 16.72' sda
22 PUPR.50 - PUPR.51 290 7 43,46 100 B/HP/PP/PUPR.50 97 7 21.03' 4 54' 12.71' sda
23 PUPR.51 - PUPR.52 302 0 25,33 57 HP/PP/PUPR.51 97 7 18.00' 4 54' 13.84' Batas sendiri
areal IPPKH
24 PUPR.52 - PUPR.53 324 16 7,53 112 HP/PP/PUPR.52 97 7 16.46' 4 54' 14.82' sda
25 PUPR.53 - PUPR.54 298 29 16,71 141 HP/PP/PUPR.53 97 7 14.37" 4 54' 17.77" sda
26 PUPR.54 - PUPR.55 291 34 24,24 100 HP/PP/PUPR.54 97 7 10.37" 4 54' 19.98" sda
27 PUPR.55 - PUPR.56 260 54 22,7 92 HP/PP/PUPR.55 97 7 7.38" 4 54' 21.18" sda
28 PUPR.56 - PUPR.57 260 54 22,75 100 HP/PP/PUPR.56 97 7 4.45" 4 54' 20.73' sda
29 PUPR.57 - PUPR.58 260 54 22,8 100 HP/PP/PUPR.57 97 7 1.25" 4 54' 20.24"
30 PUPR.58 - PUPR.59 260 54 22,85 94 HP/PP/PUPR.58 97 6' 58.04' 4 54' 19.74' sda
31 PUPR.59 - PUPR.60 189 51 31,25 107 HP/PP/PUPR.59 97 6' 55.04' 4 54' 19.28" sda
32 PUPR.60 - PUPR.61 189 51 31,57 100 HP/PP/PUPR.60 97 6' 54.43' 4 54' 15.89" sda
33 PUPR.61 - PUPR.62 190 11 26,32 100 HP/PP/PUPR.61 97 6' 53.86' 4 54' 12.69" sda
34 PUPR.62 - PUPR.63 219 23 51,47 100 HP/PP/PUPR.62 97 6' 53.26" sda
4 54' 9.50'
35 PUPR.63 - PUPR.64 227 20 54,19 100 HP/PP/PUPR.63 97 6' 51.20" 4 54' 7.01' sda
36 PUPR.64 - PUPR.65 235 13,1 100 HP/PP/PUPR.64 97 6' 48.81" 4 54' 4.83" sda
37 PUPR.65 - PUPR.29 232 12 33,97 90 HP/PP/PUPR.65 97 6' 46.14 4 54' 2.99' sda
38 PUPR.29 B/HP/PP/PUPR.29 97 6' 43.83" 4 54' 1.22' Titik akhii
pengukuran,
batas IPPKH
yang
merupakan
batas luar
kawasan hutan
3.721 37

C. Trayek Batas PUPR.66 - PUPR.67 ... PUPR.69 - PUPR.66

Sebagai titik awal pengukuran dan penataan batas di lapangan adalah Titik PUPR.66
dengan koordinat geografis pendekatan 97 71 21.85" BT dan 4 54' 11.42" LU. Tltik

PUPR.66 ditetapkan dengan cara mengadakan pengukuran ikatan dari titik PUPR.50
yaitu pal batas pada trayek "PUPR.29 - PUPR.30 ... PUPR.65 - PUPR.29" dengan
koordinat geografis pendekatan 97 7" 21.03" BT dan 4 54" 12.71" LU dengan
ketentuan ikatan PUPR.50 ke titik PUPR.66 dengan Azimuth 147 4' 40,86" jarak datar
lurus sejauh 47,19 m. Setelah tih'k PUPR.66 ditetapkan dan dipancang di lapangan,

selanjutnya penataan batas mengikuti ketentuan trayek batas sebagai berikut:

KOORDINAT
AZIMUTH GEOGRAFIS
JARAK JUMLAH BUJUR UNTANG
No TRAYEK M' PAL NAMATTTIK TIMUR UTARA KETERANGAN
PUPR.50 - PUPR.6614? 4 40,86 47,15 B/HP/PP/PUPR.50 97 7 21.03' 4 54'12.71' Ikatan yang
menipakan pat
batas pada
trayek PUPR.29
PUPR.30
PUPR.65
PUPR.29
1 PUPR.66 - PUPR.67 146 47 ^,5 108 1 B/HP/PP/PUPR.66 97 7 21.85' 454'11.42"Titlk awal
pengukuran,
batas IPPKH
yang
merupakan
batas luar
kawasan hutan
2 PUPR.67 - PUPR.68 295 51 55,97 23 B/HP/PP/PUPR.67 97 7 23.73" 4 54' 8.49" Batas IPPKH
yang
merupakan
batas luar
kawasan hutan
3 PUPR.68 - PUPR.69 321 15 9,846 27 HP/PP/PUPR.68 97 7 23.07" 4 54' 8.82' Batas sendiri
areal IPPKH
4 PUPR.69 - PUPR.66 340 0 7,422 63 HP/PP/PUPR.69 97" 7 22.53' 454'9.50"sda
5 PUPR.66 B/HP/PP/PUPR.66 97 7 21.85' 454'11.42"Trtik akhir
pengukuran,
batas IPPKH
yang
merupakan
batas luar
kawasan hutan
221

V. Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan jarak dan atau azimuth dalam daftar trayek
di atas perbaikannya mengacu pada peta kerja tata batas yang telah disepakati dan
disahkan.

VI. Apabila dalam pelaksanaan tata batas di lapangan trayek batas memotong batas-batas
yang sudah ada di lapangan (batas perkebunan yang sudah ada pelepasan dari Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, batas permukiman yang sudah definitif dan lainnya),
maka pengukuran mengikub" batas tersebut sesuai dengan peraturan yang berlaku dan
dituangkan dalam berita acara.

VII. Pelaksanaan penataan batas di lapangan berpedoman pada :

1. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.43/Menhut-II/2013


Tanggal 19 Agustus 2013.
2.Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.44/Menhut-n/2012
tanggal 11 Desember 2012 jo. P 62/Menhut-II/2013 tanggal 15 November 2013,
tentang Pengukuhan Kawasan Hutan.

3.Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor P5/VII-KUH/2011 Tanggal 22


Juni 2011..'

4.Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata LJngkungan No.


P.3/PKTiySETDIT/PLA.2/9/2016 tanggal 9 September 2016 tentang Petunjuk Teknis
Pengukuhan Kawasan Hutan.

VIII. Pelaksanaan pengukuran dan penataan batas di lapangan akan diselenggarakan dengan
Pengawasan oleh Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XVIII Banda Aceh.

:
ai Sumatera I

. M.Enq
03 1 002

Disahkan di Jakarta
Pada Tanggal: !.l..:M

a.n. Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata LJngkungan


Direktur Pufeahadan Penataunaan Kawasan Hutan,
RENCANA PENATAAN BATAS
IPPKH KEUREUTO

PETA RENCANA TATA BATAS


CamScanner

Anda mungkin juga menyukai