ANTARA
DINAS KEHUTANAN PROVINSI BALI
DENGAN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
Nomor :522/ /Dishut-2/2017
Nomor :…………………………………
TENTANG :
KERJASAMA PENGUATAN FUNGSI PEMANFAATAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA
NGURAH RAI UNTUKREVITALISASI TPA REGIONAL SARBAGITA SUWUNG DAN
WASTE TO ENERGY (WTE) SERTA REBOISASI DAN RESTORASI PADA AREAL TPA
REGIONAL SARBAGITA SUWUNG UNTUK DIJADIKAN SEBAGAI KAWASAN ECOPARK
PADA KAWASAN HUTAN TAMAN HUTAN RAYA NGURAH RAI, PROVINSI BALI
dalamhalinibertindakuntukdanatasnamaDinaskehutananProvinsi
BaliberdasarkanSurat KeputusanGubernur Bali Nomor: 2085./04-G/HK/2016
tanggal 20 Desember 2016sebagai KepalaDinasKehutananProvinsi Bali, selanjutnya
disebut PIHAK KESATU.
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat berdasarkan Surat Nomor UM.01.03-CL/54 tanggal 20
Desember 2017 sebagai Pembantu Atasan Langsung Kuasa Pengguna
Anggaran/Barang dan Pejabat Perbendaharaan Satuan Kerja di Lingkungan
Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.
PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA, dalam Perjanjian ini selanjutnya secara bersama-
sama disebut sebagai PARA PIHAK dan jika masing-masing disebut sebagai PIHAK.
Halaman 1
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor:
SK.447/Menhut-II/2014 tanggal 30 April 2014.
2. Bahwatelahterjadipencemaran air lautdan air tanahsertapencemaranudara di
daerah TPA Suwung,
sehinggaperluditanganisecaraintensifdenganmelakukanoptimalisasipengelolaansamp
ah di TPA Suwungmelaluipembangunanfasilitas TPA
denganteknologiramahlingkunganyaituteknologiWaste to Energy (WTE).
3. Bahwa pengelolaan TPA Suwung telah ada dan memiliki izin sebelum kawasan
Tahura Ngurah Rai ditunjuk/ditetapkan fungsinya sebagai Hutan Konservasi sesuai
dengan Surat Menteri Kehutanan RI Nomor : 231/Menhut-II/1984.
4. Bahwaberdasarkan Surat MenteriKehutananNomor : S.113/Menhut-IV/2004
tanggal 12 April 2004,
MenteriKehutanantelahmemberikanpersetujuanpemanfaatantanahKawasanHutanTa
huraNgurah Rai seluas ± 10 Ha untuk TPA sampah.
5. Bahwaberdasarkan Surat KepalaDinasKehutananProvinsi Bali Nomor :
522/1300/Dishut-2 tanggal 4 September 2017, bahwapengelolaansampah di
TahuraNgurah Rai pada areal dimaksud di atasseluas ± 10 Ha
untukpengelolaansampah yang
dikelolaolehBadanPengelolaanKebersihanSarbagitacacatadministrasikarenabelumdil
andasidenganperjanjiankerjasamasesuaidengan Surat MenteriKehutananNomor :
S.113/Menhut-IV/2004 tanggal 12 April 2004.
6. BahwaGubernur Bali telahmenyampaikanpermohonanpengelolaan TPA
Suwungseluas di KawasanHutanTahuraNgurah Rai ± 10 Ha
kepadaMenteriKehutananberdasarkansuratNomor : 522/766/Dishut-2 tanggal 5
Juni 2017 perihalPenggunaanKawasanHutanTahuraNgurah Rai Untuk TPA Sampah.
7. Bahwa areal seluas ± 22,46 Ha yang dikerjasamakan dengan Dinas Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Provinsi Bali untuk Pengelolaan TPA Regional
Sarbagita dengan Ekowisata, sudah mendapatkan persetujuan dari Dirjen PHKA
sesuai Surat Dirjen PHKA Nomor : S.536/IV-KKBHL/2013 tangal 18 April 2013.
8. Bahwa telah terjadi pencemaran air laut dan air tanah serta pencemaranudara di
daerah TPA Regional Sarbagita, sehingga perlu ditangani secara intensif dengan
melakukan optimalisasi penataan areal di TPA tersebut untuk dilakukan reboisasi
danrestorasi dengan system Sanitary Land Fiil (SLF).
9. Bahwa setelah dilakukan reboisasi dan restorasi dengan system Sanitary Land Fiil
(SLF), areal tersebut menjadi pengembangan kegiatan ekowisata melalui
pembangunan areal ecopark.
10. Bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P.44/MENLHK/Setjen/Kum.1/6/2017 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.85/Menhut-II/2014 tentang Tata Cara
Kerjasama Penyelenggaraan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
pasal 43A menyatakan bahwa kerjasama optimalisasi pemanfaatan kawasan dalam
bentuk pemanfaatan minyak dan instalasi pengolahan limbah serta tempat
pengelolaan akhir sampah (TPA) yang telah ada serta memiliki izin sebelum kawasan
tersebut ditunjuk/ditetapkan fungsinya sebagai hutan konservasi, tetap berlaku dan
dapat dilakukan kerjasama sesuai dengan Peraturan Menteri ini. .
11. Bahwa berdasarkan Surat Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan
Ekosistem – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:
S.466/KSDAE/PIKA/KSA.0/8/2017 tanggal 25Agustus 2017, S.1501/MENLHK-
KSDAE/PIKA/KSAO/12/2017 tanggal 14 Desember 2017 bahwa pemanfaatan lahan
seluas ± 10 Ha untuk pengelolaan sampah agar dibuat perjanjian Kerjasama baru
berpedoman pada Pasal 43A Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia Nomor P.44/MENLHK/Setjen/Kum.1/6/2017 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.85/Menhut-II/2014 tentang
Halaman 2
Tata Cara Kerjasama Penyelenggaraan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam.
12. Bahwa berdasarkan Surat Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor : S.1502/MENLHK/KSDAE/PIKAKSA.0/12/2017 tanggal 14
Desember 2017 perihal Kerjasama Revitalisasi TPA Sampah Regional SARBAGITA
Suwung, Provinsi Bali , bahwa pada prinsipnya kerjasama Pekerjaan Revitalisasi
TPA Regional SARBAGITA Suwung antara Dinas Kehutanan Provinsi Bali dengan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dapat disetujui dengan
berpedoman pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor :
P.44/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2017 tentang Tata Cara Kerjasama
Penyelenggaraan Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA).
13. Bahwa Kerjasama Pengelolaan TPA Sampah Suwung sesuai surat Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor S.343/MENLHK/KSDAE/KSA.0/10/2017
tanggal 4 Oktober 2017, dapat dilaksanakan setelah penyiapan Prakondisi Areal
Pengelolaan TPA Sampah Regional SARBAGITA Suwung dapat diselesaikan.
Pasal 1
TUJUAN
Pasal 2
RUANG LINGKUP
Pasal 3
LETAK DAN LUAS AREAL KERJASAMA
(1) Areal kegiatan berada di Blok Khusus Kawasan Tahura Ngurah Rai yang
dikelolaoleh UPT Tahura Ngurah Rai;
(2) Areal kegiatan Revitalisasi TPA Regional Sarbagita Suwung danWaste To Energy
(WTE) di Kawasan Hutan Taman Hutan Raya Ngurah Rai dengan luas ±32,46 Ha,
sebagaimana tergambar dalam Peta Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Perjanjian Kerjasama ini.
Halaman 3
Pasal 4
RENCANA PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN
(1) Perjanjian Kerjasama dengan jangka waktu sampai dengan 4 (empat) ditindaklanjuti
dengan penyusunan Rencana Pelaksanaan Program dan dijabarkan ke dalam
Rencana Kerja Tahunan.
(2) Rencana Pelaksanaan Program dan Rencana Kerja Tahunan wajib disusun dan
disahkan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah ditandatangani perjanjian
kerjasama ini.
(3) Dalam hal rencana pelaksanaan program atau kegiatan dan rencana kerja tahunan
padaayat (1) tidak tersusun, maka perjanjian kerjasama dibatalkan oleh PIHAK
KESATU.
Pasal 5
HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK
Halaman 4
pemukiman liar, yang menjadi areal kerja dan lingkungan sekitarnya, serta
menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan bersama dengan PIHAK KESATU;
d. Menyampaikan laporan kegiatan secara berkala minimal sekali dalam satu tahun
kepada PIHAK KESATU dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kehutanan
Provinsi Bali dan Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bali;
e. Dalam penggunaan lahantidak boleh mengalihkan Hak dan Kewajibannya kepada
PIHAK KETIGA.
f. Memberikankompensasiberupa dana yang disetor ke Kas Daerah.
g. Menyediakan data dan informasi yang diperlukan oleh PIHAK KESATU.
h. Mendukung dan berpartisipasi dalam kegiatan pemeliharaan sarana prasarana
pengelolaan Tahura Ngurah Rai.
i. Mendukung dan berpartisipasi dalam kegiatan penanganan permasalahan
sampah di Kawasan Hutan Tahura Ngurah Rai.
j. Mentaati segala aturan/ketentuan serta petunjuk/arahan dan bimbingan teknis
dari PIHAK KESATU.
k. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pekerjaan Program (RPP) dan Rencana Kerja
Tahunan (RKT) yang disupervisi dan disahkan oleh PIHAK KESATU.
Pasal 6
KEKAYAAN INTELEKTUAL
(1) Setiap Kekayaan Intelektual (KI) milik masing-masing pihak yang dibawa dan
digunakan dalam Perjanjian Kerjasama ini tetap menjadi milik masing-masing
pihak, dan pemilik KI bertanggung jawab atas semua gugatan yang diajukan oleh
pihak manapun terhadap kepemilikan dan keabsahan KI tersebut;
(2) Sepanjang menghasilkan nilai tambah baik, dalam bentuk materiil maupun
inmateriil seperti Hak Kekayaan Intelektual, royalti, barang, dan jasa akan menjadi
milik PARA PIHAK dan akan diatur lebih lanjut dalam perjanjian tersendiri dengan
didasarkan pada kontribusi masing-masing pihak dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Apabila dalam pelaksanaan Perjanjian Kerjasama ini menghasilkan karya tulis
ilmiah yang akan dipublikasikan, harus mencantumkan nama penulis dan
nama lembaga penulis atau pencipta sesuai dengan urutan yang disepakati oleh
PARA PIHAK.
(4) Ketentuan mengenai hak dan kewajiban yang timbul sebagai akibat dari penulisan
karya tulis ilmiah tersebut diatur lebih lanjut sesuai dengan ketentuan etika ilmiah
dan berlaku atas persetujuan PARA PIHAK.
Pasal 7
STATUS ASET DAN SERAH TERIMA HASIL KERJASAMA
(1) Dalam hal perjanjian kerjasama berakhir, seluruh hasil kegiatan kerjasama yang
berupa barang bergerak dan tidak bergerak yang bermanfaat bagi pengelolaan
konservasi menjadi milik negara dan diserahkan kepada PIHAK KESATU yang
akan dimanfaatkan untuk kepentingan konservasi sesuai peraturan perundang-
undangan dengan jenis barang ditetapkan oleh PIHAK KESATU.
(2) Pemilahan aset sarana prasarana yang akan diserahkan dari PIHAK KEDUA
kepada PIHAK KESATU dilakukan oleh PIHAK KESATU.
(3) Dalam hal kerja sama tidak diperpanjang, maka PIHAK KESATU
berkewajibanmengeluarkan aset sebagaimana ayat (1) dari dalam kawasan dan
merehabilitasi bekas areal terdampak kerjasama.
(4) Penyerahan aset dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Halaman 5
Pasal 8
JANGKA WAKTU DAN PERPANJANGAN
(1) Jangka waktu perjanjiankerjasama ini berlaku selama 4 (empat) tahun sejak
ditandatangani perjanjian kerjasama ini dan dapat diperpanjang berdasarkan
persetujuan PARA PIHAK dan hasil evaluasi Tim lingkup Direktorat Jenderal
KSDAE atau Unit Pengelola.
(2) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak ada
realisasi kegiatan sebagaimana yang telah disepakati PARA PIHAK, maka
perjanjian kerjasama ini batal demi hukum.
Pasal9
BERAKHIRNYA PERJANJIAN KERJASAMA
Pasal 10
KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE)
(1) Apabila terjadi hal-hal yang diluar kekuasaan PARA PIHAK atau force majeure,
dapat dipertimbangkan kemungkinan adanya perubahan lokasi kegiatan dan waktu
pelaksanaan kerjasama dengan persetujuan PARA PIHAK.
(2) Force majeure sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi keadaan:
a. Bencana alam;
b. Tindakan pemerintah dibidang fiscal dan moneter;
c. Keadaan keamanan yang tidak mengizinkan.
(3) Dalam hal terjadi force majeurese bagaimana dimaksud pada ayat (2), pihak yang
terkena force majeure harus memberitahukan kepada pihak lainnya secara tertulis
paling lambat dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak terjadinya force majeure;
(4) Dalam hal force majeure terjadi terus menerus melebihi 30 (tiga puluh) hari yang
berdampak pada kemampuan salah satu pihak dalam melaksanakan kewajiban
berdasarkan Perjanjian Kerjasama ini, maka pihak yang terkena dampak force
majeure tersebut dapat mengajukan pengakhiran Perjanjian Kerjasama.
Pasal 11
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Halaman 6
Pasal 12
PEMBIAYAAN
(1) Seluruh biaya dalam rangka pelaksanaan kegiatan kerjasama ini bersumber dari
PIHAK KEDUA dan sumber lain yang tidak mengikat dan tidak bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Perencanaan dan penggunaan biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan kerjasama
ini berdasarkan asas dan prinsip efektivitas, efisiensi dan transparansi.
Pasal 13
KORESPONDENSI
b. PIHAK KEDUA
Nama : : Ir. I NYOMAN ASTAWA RIADI, M.Si
Alamat : Jl. Beliton No. 2 Denpasar
Jabatan : Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Bali
Telp. : (0361) 222883 Fax. (0361) 228311
udian
(2) Apabila ada perubahan dalam koresponden sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
PIHAK yang melakukan perubahan alamat korepondensi tersebut berkewajiban
untuk memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK lainnya dan tidak perlu
dilakukan amandemen atas perjanjian ini.
Pasal 14
MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
Pasal 15
PERUBAHAN (ADDENDUM)
(1) PARA PIHAK sepakat bahwa setiap perubahan dalam Perjanjian Kerjasama ini
hanya dapat dilakukan atas persetujuan tertulis PARA PIHAK.
(2) Setiap perubahan (addendum) sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), hanya
berlaku dan mengikat jika telah disepakati oleh PARA PIHAK dalam bentuk tertulis
dibuat dalam suatu Addendum atau Amandemen dan ditandatangani oleh wakil-
wakil yang berwenang dari PARA PIHAK yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dalam Perjanjian Kerjasama ini.
Halaman 7
(3) Usul perubahan (addendum) sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (2), diajukan
oleh PIHAK yang satu kepada PIHAK lain selambat-lambatnya 1 (satu) bulan
sebelum berlakunya perubahan yang diusulkan.
Pasal 16
PENUTUP
(1) PARA PIHAK dalam Perjanjian Kerjasama ini menyatakan dan menjamin kepada
PIHAK lainnya bahwa mereka telah melakukan seluruh tindakan yang diperlukan
berdasarkan anggaran dasar masing-masing PIHAK dan peraturan perundang-
undangan dalam rangka menandatangani Perjanjian Kerjasama ini.
(2) Setiap PIHAK dalam Perjanjian Kerjasama ini menyatakan dan menjamin kepada
PIHAK lainnya bahwa penandatanganan dari Perjanjian Kerjasama ini adalah benar
merupakan pihak-pihak yang berwenang untuk bertindak untuk dan atas nama
PIHAK tersebut.
(3) Perjanjian Kerjasama ini berlaku sejak tanggal, bulan, tahun tersebut di atas yang
dibuat dalam 2 (dua) rangkap serta bermeterai cukup dan masing-masing
mempunyai kekuatan hukum yang sama.
Halaman 8