Anda di halaman 1dari 6

REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN


REPUBLIK INDONESIA

NOMOR: SK. 851/MENLHK-PKTL/IPSDH/PLA.1/2/2020

TENTANG

PENETAPAN PETA INDIKATIF PENGHENTIAN PEMBERIAN IZIN BARU


HUTAN ALAM PRIMER DAN LAHAN GAMBUT
TAHUN 2020 PERIODE I

DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA


MENTER! LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 20 19 telah


ditetapkan Penghentian Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan
Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut;
b. bahwa berdasarkan Amar KETIGA angka 1 huruf e Instruksi
Presiden Republik Indonesia sebagaimana dimaksud huruf a,
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan menetapkan peta
Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru Hutan Alam Primer dan
Lahan Gambut;
c . bahwa Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru Hutan Alam
Primer dan Lahan Gambut sebagaimana dimaksud huruf b
dilakukan revisi setiap 6 (enam) bulan sekali;
d. bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor: SK.7099/MENLHK-PKTL/IPSDH/PLA.1/8/
2019 Tanggal 28 Agustus 2019 telah ditetapkan Peta Indikatif
Penghentian Pemberian Izin Baru Hutan Alam Primer dan Lahan
Gambut Tahun 2019;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d perlu menetapkan
Keputusan Mente1;i Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang
Penetapan Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru Hutan
Alam Primer dan Lahan Gambut Tahun 2020 Periode I;

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,


sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2004;
2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;

4. Undang-Undang ...

,
-2 -

4. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan


.Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir denga n
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015;
5. Pera turan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaa n
Kehutanan;
6. Peraturan Pem erintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan
Hutan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 6 0 Tahun 2009;
7. Pera turan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan
dan Penyusuna n Rencana Pen gelolaan Hutan, serta Pema nfaatan
Hutan sebagaimana telah diubah d en gan Peraturan Pemerintah
Nomor 3 Tahun 2 008;
8. Peratura n Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana
Tata Rua ng Wilayah Nasional (RTRWN), sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerinta h Nomor 13 Tahun 2017;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Ta hun 2015 tentang Ta ta Cara
Perubahan Peruntukan dan Perubahan Fungsi Kawasan Hutan;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2 010 tenta n g Penggunaan
Kawasa n Huta n sebagaimana tela h diubah beberapa kali, terakhir
dengan Peraturan Pemerinta h Nomor 105 Tahun 2015;
11. Pera turan Presiden Nomor 67 Tahun 2019 ten tang Penataan Tugas
dan Fungsi Kabinet Kerj a;
12. Pera tura n Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2 015
tentang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
13 . Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 56 Ta hun 20 18
Tentang Perubah an Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 3
Tahun 2016 Tentang Percep a ta n Pelaksanaan Proyek Strategis
Nasional;
14. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 113/ P Tahun 20 19
tenta ng Pembentuka n Kem enterian d a n Pengan gk atan Menteri
Negara Kabinet Indonesia Maju Periode 2019 - 2024;
15. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2 01 9 ten tang Penghentian
Pemberia n Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Huta n
Hutan Alam Primer da n Lahan Gambut;
16. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 47 /Menhut- II /20 13
tentang Pedoman, Kriteria dan S ta nda r Pemanfaatan Hutan d i
Wilayah Tertentu pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan
Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi;
17 . Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor · P. 18/MenLHK-II /2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
18. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Keh utanan RI Nomor
P.83/ MENLHK/SETJEN/ KUM.1 / 10/2016 Tentang Perhutanan
Sosial;
19. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor
P.27 / Menlhk/Setjen/Kum.1 /7 /2018 Tentang Pedoman Pinja m
Pakai Kawasan Hutan sebagaimana tela h diubah dengan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup d an Kehutanan Nomor. P .7 /
Menlhk /Setjen/Kum.1 /2/2019 ;

20. Peraturan ...


-3 -

20. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI · Nomor


_P.28/MENLHK / SETJEN/ KUM.1/7 /2018 Tentang Tata Cara
Pemberian, Perluasan Areal Kerja dan Perpanjangan Izin Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam, Izin Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Restorasi Ekosistem atau Izin Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri pada
Hutan Produksi;

Memperhatikan : 1. Hasil pembahasan teknis yang m elibatkan unsur


kementerian/lembaga terkait pada tanggal 12 Februari 2020
serta hasil koordinasi Tim Teknis Pembuatan Peta Indikatif
Penghentian Pemberian Izin Baru Hutan Alam Primer dan Lahan
Gambut;
2. Surat Tugas Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Norn.or
ST.51/MENLHK/ PKTL / PLA.1 /8/2019 tanggal 22 Agustus 2019
kepada Direktur Jen deral Planologi Kehutanan dan Tata
Lingkungan untuk Mela ksanakan Penetapan Peta Indikatif
Penghentian Pemberian Izin Baru Hutan Alam Primer dan La han
Gambut;
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTER! LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN


TENTANG PENETAPAN PETA INDIKATIF PENGHENTIAN
PEMBERIAN IZIN BARU HUTAN ALAM PRIMER DAN LAHAN
GAMBUT TAHUN 2020 PERIODE I.
KESATU : Menetapkan Peta Ind-i katif Penghentian Pemberian Izin Baru Hutan
Alam Primer dan Lahan Gambut Tahun 2020 Periode I dengan
skala 1 :250.000 sebagaimana tercantum dalam peta lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.
KEDUA : Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru pada Areal
Penggunaan Lain yang berada di dalam peta indikatif sebagaimana
dimaksud d a la m Amar KESATU, skalanya disesuaikan dengan
ketersediaan d a ta perizinan di instansi teknis.
KETIGA : Penghentian p emb erian izin baru sebagaimana dimaksud dalam
Amar KESATU meliputi:
a. izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu;
b. izin pemungutan h asil hutan kayu;
c. izin p enggunaan kawasan hutan; dan
d. perubahan peruntukan kawasan huta n.
KEEMPAT : Penghentian p erubahan peruntukan kawasan hutan sebagaimana
dimaksud dalam Amar KETIGA huruf d tidak berlaku untuk
perubahan perun tuka n kawasan hutan dalam rangka revisi
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi.
KELIMA : Dalam h a l terdapat indikasi perbedaan antara Peta Indikatif
Penghentian Pemberia n Izin Baru sebagaimana dimaksud dalam
Amar KESATU dengan kondisi fisik lapangan, dapat dilakukan
klarifikasi lapa n gan melalui :
a. survei lahan gambut oleh Balai Besar Pen elitia n dan
Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian, Kementerian
Perta nia n dengan melibatkan Balai Pemantapan Kawasan
Hutan di wilayah tersebut dan Perguruan Tinggi yang
mempunyai a hli di bidang gambut dengan mengacu SNI
7925:2013;
b. survei ...

,
-4 -

b. survei hutan alam primer oleh Balai Pemantapan K;3..wasan


Hutan di wilayah tersebut, dengan melibatkan Dinas Provinsi
yang membidangi Kehutanan dan Perguruan Tinggi yang
mempunyai disiplin ilmu di bidang kehutanan dengan mengacu
pada Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan
Tata Lingkungan Nomor: P.6 / PKTL/ SETDIT / KUM.1/10/2019
tanggal 15 Oktober 2019 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Survei Hutan Alam Primer dalam rangka Verifikasi Peta
Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru (PIPPIB);
c. survei sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b ,
dilaksanakan dengan melakukan penafsiran citra penginderaan
jauh resolusi tinggi (satelit, pesawat uda ra, atau wahana
I
lainnya ), dan dilanjutkan dengan verifikasi m elalui pengecekan
lapangan untuk mengetahui kondisi riil penutupan lahan di
wilayah tersebut; dan
KEENAM : Berdasarkan hasil survei kondisi fisik lapangan sebagaimana
dimaksud dalam Amar KELIMA diperoleh h asil :
a. bukan berupa gambut dan/ atau bukan hutan a lam primer,
maka areal tersebut dapat diberikan izin baru dan digunakan
sebagai bahan revisi Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin
Baru.
b. berupa gambut dan/atau hutan a lam primer, maka areal
tersebut tidak dapat diberikan izin baru sebagaimana Amar
KETIGA.

KETUJUH : Revisi Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru sebagaimana


dimaksud dalam Amar KESATU. dilakukan dengan memperhatikan:
a. perubahan tata ruang;
b. masukan dari masyarakat;
c. pembaharuan data perizinan; dan
d. hasil survei kondisi fisik lapangan.

KEDELAPAN Pengumpulan data dalam rangka revisi Peta Indikatif Penghentian


Pemberian Izin Baru dilakukan oleh Tim Teknis yang terdiri dari
Kementerian/Lembaga terkait dan dikoordinasikan oleh Direkorat
Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan.
KESEMBILAN a. Perpanjangan perizinan wajib dilakukan sebelum habis masa
berlakunya dengan lokasi dan luas tidak melebihi perizinan
sebelumnya;
b. Pada areal perizinan yang sudah habis masa berlakunya dan
tidak diperpanjang, maka iziri baru hanya dapat diterbitkan
pada areal b_u kan hutan a la m primer dan/ a tau bukan lahan
gambut;
c. Pemanfaatan hutan di wilayah tertentu pada Kesatuan
Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan
Produksi, wajib berpedoman pada Peta Indikatif Penghentian
Pemberian Izin Baru sebagaimana dimaksud pada Amar
KESATU;

d. izin ...

,
- 5-

d. Izin lokasi di areal hutan alam primer atau lahan gambut yang
terbit sebelum Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
SK.323/Menhut-II/2011 tanggal 17 Juni 2011, tetapi tidak
ditindaklanjuti dan/ atau telah melewati batas berlakunya,
maka areal tersebut menjadi areal penghentian pemberian izin
baru.
e . Data/informasi sebagaimana dimaksud huruf a, b, c dan d
akan digunakan sebagai bahan revisi Peta Indikatif
Penghentian Pemberian Izin Baru.

KESEPULUH Gubernur dan Bupati/Walikota dalam menerbitkan rekomendasi


dan penerbitan izin lokasi. baru wajib berpedoman pada Peta
Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru sebagaimana dimaksud
dalam Amar KESATU.
KESEBELAS : Peta Indikatif sebagaimana disebutkan dalam Amar KESATU, tidak
berlaku pada :
a . kegiatan perhutanan sosial untuk pemanfaatan jasa lingkungan
atau pemungutan hasil hutan bukan kayu dengan tidak
merusak lingkungan dan tidak mengurangi fungsi utamanya.
b. kegiatan penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam
penyelenggaraan perlindungan hutan, kawasan hutan dan
lahan gambut.
c. lokasi yang telah mendapat perizinan atau titel hak dari pejabat
berwenang sesuai peraturan perundang-undangan pada Areal
Penggunaan Lain (APL) atau bukan kawasan hutan yang
diterbitkan sebelum Surat Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor SK.323/Menhut-II/20 11.
d. tanah milik masyarakat perseorangan di Areal Penggunaan Lain
(APL) sepanjang disertai bukti hak atas tanah/ tanda bukti
kepemilikan lainnya yang diterbitkan sebelum Surat Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor SK.323/Menhut-II/2011 dan
hasilnya dilaporkan kepada Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan melalui Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan
Tata Lingkungan.
KEDUABELAS a. Untuk masyarakat perseorangan sebagaimana dimaksud pada
Amar KESEBELAS huruf d setelah mendapat legalisasi bukti
kepemilikan hak atas tanah/ tanda bukti kepemilikan lainnya
serta plating areal dari Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota
dapat mengajukan permohonan klarifikasi terhadap Peta
Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru dan status lahannya
kepada Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata
Lingkungan c.q. Direktur Inventarisasi dan Pemantauan
Sumber Daya Hutan.
b. Lokasi yang telah mendapat perizinan atau titel hak serta bukti
hak atas tanah/tanda bukti kepemilikan lainnya sebagaimana
dimaksud pada Amar KESEBELAS huruf c dan d yang telah
mendapat klarifikasi, dan merupakan Areal Penggunaan
Lainnya (APL) akan digunakan sebagai bahan revisi Peta
Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru.

c. Terhadap ...

,
-6 -

c. Terhadap instansi pemberi izin kegiatan yang termasuk dalam


pengecualian pada Peta Indikatif Penghentian Pemberia n Izin
Baru wajib menyampaikan la poran kepada Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan melalui Direktur J enderal Planologi
Kehutanan d an Tata Lingkungan setiap 6 (enam) bula n sekali.
KETIGABELAS : Dengan ditetapka nnya Keputusan ini, maka Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup d an Kehutanan Nomor SK. 7099 / MENLHK-
PKTL/ IPSDH/PLA.1/8/2019 dicabut dan dinyatakan tid a k
b e rlaku.

KEEMPATBELAS : Ke putusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di J a karta
pada tanggal, 26 Februari 2020
·- suai dengan aslinya a .n. MENTER! LINGKUNGAN HIDUP DAN
ian Hukum KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
ma Teknik, DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI
KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN,

ttd .

",
~
' ' . . GANDI l
NIP·. 19651123 199803 1 005
SIGIT HARDWINARTO
NIP.196.10202 198603 1 003

Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth.:


1. Menter i Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
2 . Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;
3 . Menteri Perencan aan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional;
4. Ment eri Pertania n;
5 . Menteri Pekerjaan Umum dan Pe ruma h an Rakyat;
6. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral;
7. Menteri Dalam Negeri;
8 . Me nteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional;
9 . Sekretaris Kabinet;
10. Kepala Badan Informasi Geospasial; .
11. Direktur Jende r a l/Kepala Badan lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan;
12. Para Gubernur di seluruh Indonesia;
13. Para Bupati/Walikota di seluruh Indonesia;

Anda mungkin juga menyukai