Anda di halaman 1dari 12

Rencana Operasional

Pemulihan
Ekonomi
Nasional(PEN)
Food Estate
KALIMANTAN TENGAH, PAPUA,
SUMATERA SELATAN DAN SUMATERA UTARA
TAHUN 2020

DIREKTORAT PENGUKUHAN DAN PENATAGUNAAN KAWASAN HUTAN


DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN
Pendahuluan:
Terjadi wabah Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
Pandemi Covid-19 berpotensi akan memberikan dampak
terhadap kelangkaan dan krisis pangan di dunia termasuk
Indonesia.
Dampak ekonomi akibat wabah Covid-19 ini sangat dirasakan
di Indonesia, oleh karena itu pemerintah telah mengambil
langkah dengan membentuk program pemulihan ekonomi
nasional (PEN) dalam rangka penanganan Covid-19.
Program tersebut dijabarkan melalui diterbitkannya Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2020 tentang Program Pemulihan
Nasional untuk Penanganan Pandemi Covid-19.
Tujuan utama program PEN ini untuk melindungi,
mempertahankan, dan meningkatkan kemampuan ekonomi
pelaku usaha.

Kerja Kabinet Indonesia Maju oleh Presiden Jokowi


diorientasikan untuk melaksanakan reformasi strukural di
segala bidang.
Reformasi struktur berbasis pada:
1. Pertanian modern (high-tech),
2. Pemulihan fungsi lingkungan hidup (ekosistem gambut) dan
3. Penataan hutan yang berpihak pada masyarakat dan
keberlanjutan (sustainability),
4. Modernisasi transmigrasi serta keterpaduan desa, adat dan
elemen masyarakat/dunia usaha untuk memperkuat kohesi
sosial dengan dengan melibatkan berbagai pihak termasuk
investasi dunia usaha (swasta), migrasi professional
(pemuda/angkatan kerja), dan SDM unggul (pelopor).
Pengembangan lahan pangan akan dilakukan di 4 (empat)
lokasi yaitu Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Sumatera
Selatan, Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Mappi,
Kabupaten Merauke, dan Kabupaten Boven Digoel di Provinsi
Papua.
Beberapa areal di wilayah tersebut terdapat ekosistem gambut, sehingga
perlu memperhatikan karakteristik dan fungsinya. Pemanfaatan
ekosistem gambut selain harus sesuai dengan fungsi ekosistemnya, juga
harus sesuai dengan kriteria baku kerusakan, antara lain menjaga tinggi
Muka Air Tanah di Lahan Gambut tidak melebihi 0,4 m (nol koma
empat meter) di bawah permukaan gambut dan/atau tereksposnya
sedimen berpirit dan/atau kwarsa di bawah lapisan gambut.
Paludiculture merupakan sistem silvikultur yang penting karena
bertujuan memulihkan fungsi ekosistem gambut, yaitu gambut terjaga
kelembapannya dan tinggi muka air gambut yang sesuai dengan
peraturan yang berlaku, sehingga dapat mencegah terjadinya kebakaran
gambut.
Keberhasilan pembangunan paludiculture untuk mencapai tujuan
peningkatan tutupan hutan dengan jenis-jenis pohon alami gambut,
peningkatan biomassa cadangan karbon, terciptanya alternatif sumber
pendapatan masyarakat sekitar hutan dari produk-produk paludiculture
serta pemulihan fungsi ekosistem gambut untuk mengurangi risiko
kebakaran lahan gambut perlu dipelajari secara intensif.
Perhutanan Sosial sebagai salah satu program prioritas nasional telah
memberikan manfaat nyata bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat
disamping manfaat untuk mempertahankan kelestarian kawasan hutan.
Agroforestry adalah suatu bentuk pengelolaan sumber daya yang
memadukan kegiatan pengelolaan hutan atau pohon kayu-kayuan
dengan penanaman komoditas atau tanaman jangka pendek, seperti
tanaman pertanian.
Dalam rangka memberikan acuan dalam fasilitasi dimaksud maka
disusun dokumen rencana operasional lahan food estate (pengembangan
lahan pangan) untuk pemulihan ekonomi sosial yang melingkupi proses
perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan serta penataan batas
kawasan hutan.
DASAR HUKUM
Pelaksanaan Pemulihan Ekonomi Nasional 9. PP Nomor 71 Tahun 2014 tentang Perlindungan dan
(PEN) Food Estate Tahun 2020 Pengelolaan Ekosistem Gambut juncto Peraturan
Pemerintah Nomor 57 Tahun 2016 tentang Perubahan
Tata Ruang dan Pembangunan atas Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2014
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem
Tentang Rencana Pembangunan Jangka Gambut;
Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025; 10.Perpres Nomor 16 Tahun 2015 tentang Kementerian
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
11. Perpres Nomor 86 Tahun 2018 tentang Reforma
Pemerintahan Daerah;
Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2017 tentang
2018 Nomor 172);
Penataan Ruang; 12.Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.34/Menhut
4. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 II/2010 tentang Tata Cara Perubahan Fungsi Kawasan
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Hutan, sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Ruang Wilayah Nasional; Nomor P.16/MenLHK-II/2015;
5.Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2012 13.Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.36/Menhut
Tentang Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan; II/2010 tentang Tim Terpadu Dalam Rangka
Penelitian Perubahan Peruntukan dan Fungsi
6.Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017
Kawasan Hutan;
tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan
14.Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.44/Menhut
Pembangunan Berkelanjutan;
II/2012 tentang Pengukuhan Kawasan Hutan
7.Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
2020 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menteri Kehutanan Nomor P.62/Menhut-II/2013;
Menengah Nasional Tahun 2020-2024. 15. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia
Ketahanan Pangan Nomor : P.43/Menhut-II/2013 Tentang Penataan Batas
1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Areal Kerja Izin Pemanfaatan Hutan, Persetujuan
Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai Prinsip Penggunaan Kawasan Hutan, Persetujuan
Prinsip Pelepasan Kawasan Hutan Dan Pengelolaan
Kesejahteraan Sosial;
Kawasan Hutan Pada Kesatuan Pengelolaan Hutan
2. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang
Dan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus;
Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan
16. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; Nomor P.18/MenLHK-II/2015 tentang Organisasi dan
3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan
Panganl Kehutanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
4. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 2015 Nomor 713);
Tentang Ketahanan Panganl 17. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
5. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang Nomor: P.93/MenLHK/Setjen/Kum.1/12/2016 tentang
Ketahanan Pangan dan Gizil Panitia Tata Batas Kawasan Hutan;
18. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan
6. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan
Nomor P.17/Menlhk/Setjen/Kum.1/5/2018 Tentang Tata
Kehutanan Nomor 81 Tahun 2016 tentang Kerjasama
Cara Pelepasan Kawasan Hutan Dan Perubahan Batas
Penggunaan Dan Pemanfaatan Kawasan Hutan Kawasan Hutan Untuk Sumber Tanah Obyek Reforma
Untuk Mendukung Ketahanan Pangan. Agraria sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri
Kehutanan dan Perlindungan Ekosistem Gambut Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia
1. UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Nomor P.42/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2019;
Daya Alam Hayati dan Ekosistem Kehutanan 19. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor P.96/Menlhk/Setjen/Kum.1/11/2018 tentang
Tata Cara Pelepasan Kawasan Hutan Produksi Yang
Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara
Dapat Dikonversi sebagaimana diubah dengan
Nomor3888);
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan
2. UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
Republik Indonesia Nomor P.50/Menlhk/Setjen/Kum.1/
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang 9/2019;
Nomor 19 Tahun 2004; 20.Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2007 tentang
3. UU Nomor  32 Tahun 2009 tentang Pelindungan dan Percepatan Rehabilitasi dan Revitalisasi Kawasan
Pengelolaan Lingkungan Hidup; Pengembangan Lahan Gambut Di Kalimantan Tengah;
4. PP No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan 21. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2019 tentang
Tumbuhan dan Satwa Liar; Penghentian Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan
5. PP Nomor 150 Tahun 2000 tentang Pengendalian Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut;
22.Peraturan Dirjen KSDAE Nomor P.8/KSDAE/BPE2/KSA.4/
Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa;
9/2016 tentang Pedoman Penentuan Koridor Hidupan
6. PP Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan
Liar sebagai Ekosistem Esensial;
Kehutanan; 23. Peraturan Dirjen KSDAE Nomor P.5/KSDAE/SET/KUM.1/
7. PP Nomor 104 Tahun 2015 tentang Tata Cara 9/2017 tentang Petunjuk Teknis Penentuan Areal
Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan; Bernilai Konservasi Tinggi di Luar KSA, KPA, dan TB;
8.PP Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan 24. Perdirjen PKTL Nomor: P.12/PKTL/KUH/PLA.2/12/2019
Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam; tentang Petunjuk Teknis Permohonan dan Penerbitan
Pelepasan Kawasan Hutan Produksi yang dapat
Dikonversi Tidak Produktif untuk Sumber TORA.
Tujuan
Tujuan Penataan Kawasan
Membantu strategi perlindungan lingkungan (environmental safeguard), kebijakan
pendukung (enabling policy) yang harus dilakukan, langkah-langkah pengendalian
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, serta arahan monitoring dan evaluasi
keberlanjutan landscape;
Perubahan fungsi dan Peruntukan Kawasan Hutan;
Penataan batas kawasan hutan
Penandaan batas lokasi penyediaan lahan pangan;
Tujuan Pemulijan Ekosistem Gambut
Melakukan pemulihan Ekosistem Gambut dilaksanakan di lahan eks PLG melalui
kegiatan pembangunan sekat kanal, rehabilitasi vegetasi dan pengembangan Desa
Mandiri Peduli Gambut;
Melakukan inventarisai karakteristik Ekosistem Gambut skala 1:50.000 di Kabupaten
Marauke, Kabupaten Mappi, Kabupaten Boven Digoel di Provinsi Papua dan Provinsi
Sumatera Selatan.

Tujuan Paludiculture
Melakukan penelitian dan kajian terhadap komoditas ekosistem gambut, seperti hasil
gambut bukan kayu dan jasa lingkungan sesuai karakteristik ekosistem gambut yang
potensial untuk dikembangkan;
Melakukan teknik paludiculture, agrosilvopasture, agrosilvofishery sesuai karakteristik
ekosistem gambut uang potensial untuk dikembangkan;
Melakukan kajian efektivitas pelaksanaan tata kelola air di ekosistem gambut melalui
pendekatan KHG;
Tujuan Agroforestry
Melakukan penyediaan bahan pangan dari kawasan hutan Perhutanan Sosial untuk
ketahanan pangan;
Meningkatkan optimalisasi pemanfaatan kawasan hutan secara lestari dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat

Tujuan Koridor Satwa


Melakukan pengelolaan koridor satwa sebagai salah satu dari upaya meminimalkan
dampak fragmentasi dan berkurangnya jumlah atau luasan habitat yang tersedia bagi
hidupan liar
Melakukan upaya konservasi satwa prioritas terancam punah dan habitatnya dengan
pengelolaan koridor satwa yang baik
Sasaran

Umum Pemulihan Ekosistem


Gambut
Tersedia lahan pangan Food Estate Areal pangan tersedia dan telah
seluas 770.000 Ha dengan pulih serta tidak akan ada masalah
pemanfaatan bertahap (Tahap I : kerusakan gambut
148.000 dan Tahap II : 622.000 Ha); Peatland (scape) management,
Tersedia lahan pangan untuk knowledge pooling dan R&D
komcad pangan Pengembangan sistem operasi dan
strategis 60.000 Ha. maintanance untuk kelola gambut

Hutan dan Satwa Institusional


Areal Pangan tersedia dan tidak dalam Penguatan kelembagaan pemda
kawasan hutan; Penguatan kelompok hutsos
Penataan kawasan hutan dengan Pengembangan sistem kerja antar
prinsip keserasian lingkungan /alam; strata pemerintah dan sistem public
Pelepasan kawasan hutan tidak private partnership
produktif untuk Food Estate dan
komcad-stra;
Perlindungan habitat satwa;
Pengembangan Agroforetsry pangan
hutan sosial
Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Food Estate Tahun 2020 adalah melaksanakan
penataan kawasan, pemulihan (rehab) Ekosistem Gambut, pengembangan pangan agroforestry,
perlindungan habitat satwa, dan penguatan kelembagaan baik pemda dan kelompok hutsos, serta
pengembangan sistem kerja antar strata pemerintahan dan sistem public-private partnership. Diagram
lingkup kerja dan sasaran yang akan dicapai dalam PEN Food Estate Tahun 2020 diuraikan dalam
Gambar berikut.

Gambar 1.1.   Ruang Lingkup Pelaksanaan Kegiatan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Food
Estate Tahun 2020
Ruang lingkup pelaksanaan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk pengembangan lahan
pangan dari kawasan hutan pada rencana operasional ini adalah:
a. Proses pembuatan dan penyusunan KLHS cepat perngembangan lahan pangan di 4 (empat)
wilayah yaitu, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Papua, Provinsi Sumatera Selatan dan
Provinsi Sumatera Utara;
b. Kegiatan perubahan fungsi dan pelepasan kawasan hutan serta kegiatan penataan batas
kawasan hutan dalam rangka penyediaan lahan pangan di Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi
Sumatera Selatan, Provinsi Sumatera Utara di Kabupaten Humbang Hasundutan dan Provinsi
Papua di Kabupaten Merauke, Mappi dan Boven Digoel
Ruang lingkup kegiatan pemulihan ekosistem gambut, yaitu
a. Pemulihan Ekosistem Gambut melalui kegiatan pembangunan sekat kanal, rehabilitasi vegetasi,
dan pengembangan Desa Mandiri Peduli Gambut dilaksanakan di lahan eks PLG blok A,B,C,D,E
b.Inventarisasi karakteristik Ekosistem Gambut skala 1:50.000 dilaksanakan di Kab Merauke,
Kabupaten Mappi, Kabupaten Boven Digoel di Provinsi Papua dan Provinsi Sumatera Selatan.
Ruang lingkup kegiatan kajian paludiculture yaitu:
a. Identifikasi permasalahan dan potensi restorasi kubah gambut dan pengelolaan paludiculture
untuk mendukung ketahanan pangan.
b. Kajian implementasi iptek paludiculture dan agroforestry ramah gambut.
c. Kajian implementasi model restorasi lahan gambut berbasis masyarakat.
d. Kajian revitalisasi sosial, ekonomi masyarakat dalam upaya pemulihan lahan gambut
terdegradasi di Provinsi Kalimantan Tengah.
e. Kajian adopsi tanaman penghasil pangan dengan sistem paludiculture yang sesuai dengan
kondisi sosial ekonomi masyarakat dan ekosistem gambut di Kalimantan Tengah.
f. Kajian pengelolaan dan pengembangan budi daya burung Collocalia fuciphaga (walet) di lahan
gambut.
g. Identifikasi indigenous species (jenis lokal) lahan gambut bernilai tinggi dan aplikasi teknologi arang
terpadu untuk agroforestri sebagai upaya restorasi dan peningkatan perekonomian masyarakat
Kalimantan Tengah.
h. Kajian pengembangan silvopasture pada hutan lahan gambut di Provinsi Kalimantan Tengah.
i. Kajian pengembangan model silvofishery di lahan gambut berbasis strategi konservasi.
j. Kajian aspek lingkungan restorasi dan rehabilitasi kubah gambut di Provinsi Kalimantan Tengah.
k.Pembahasan hasil kajian pengembangan model restorasi lahan gambut berbasis masyarakat untuk
menunjang ketahanan pangan.
l. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pasca kegiatan.
Struktur Pemulihan Ekonomi
Nasional (PEN)
lingkup Kementerian LHK

Struktur Kerja Penataan Kawasan


OUTPUT
KEGIATAN
6) Hasil penelitian Terpadu Pelepasan Kawasan
Hutan
7) Surat Keputusan Pelepasan Kawasan Hutan
Rencana, Capaian dan Target Oleh Menteri LHK
Penataan Kawasan 8) Dokumen Penataan Batas Kawasan Hutan
9) Surat Keputusan penetapan pelepasan
Output kegiatan dari kegiatan penataan
kawasan hutan menjadi areal penggunaan
kawasan hutan adalah:
lain untuk food estate
a.  Membangun strategi perlindungan
lingkungan (environmental safeguard),
c. Penataan batas kawasan hutan;
kebijakan pendukung (enabling policy) yang
1) Dokumen dan Peta trayek batas sebagai dasar
harus dilakukan, langkah-langkah
pelaksanan tata batasyang dibahas oleh panitia
pengendalian pencemaran dan kerusakan
tata batas
lingkungan hidup, serta arahan monitoring
2) Penataan batas definitif  dengan memasang
dan evaluasi keberlanjutan landscape;
tanda batas definitif (pal batas dan tugu batas)
untuk kepastian batas, luas
b. Perubahan fungsi dan Pelepasan kawasan
dan letak di lapangan
hutan;
3) Dokumen dan peta hasil penataan batas
1) Hasil Forum Grup Discussion Ketahanan
definitif yang menggambarkan koordinat pal
Pangan
batas dan tugu batas dilapangan yang sudah
2) Dokumen Usulan Perubanan Fungsi oleh
ditandatangani anggota Panitia Tata batas dan
Gubernur
berkekuatan hukum
3) Hasil penelitian terpadu Perubahan Fungsi
4) Dokumen laporan kepada Menteri sebagai
dari Hutan Lindung/ Hutan Produksi Tetap/
dasar Surat Keputusan penetapan pelepasan
Hutan Produksi Terbatas menjadi kawasan
kawasan hutan menjadi areal penggunaan lain
Hutan Produksi Yang dapat dikonversi
untuk food estate
4) Surat keputusan  Perubahan Fungsi oleh
Menteri LHK
5) Usulan Pelepasan Kawasan hutan untuk
food estate oleh  Sekretariat Negara atau
Kementerian Pertahanan

LOKASI
KEGIATAN
Penataan Kawasan

Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) yang dilakukan secara cepat (rapid assessment)
Kegiatan dilaksanakan di Jakarta dan provinsi-provinsi sebagai lokus pelaksanaan kegiatan,
yaitu Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, Sumatera Utara dan Papua.

Perubahan Fungsi dan Pelepasan Kawasan Hutan


Sasaran lokasi perubahan fungsi dan pelepasan kawasan hutan dalam rangka penataan
kawasan hutan untuk ketahanan pangan nasional cetak sawah di Provinsi Kalimantan Tengah,
Sumatera Selatan, Sumatera Utara dan Papua.
A. KALIMANTAN TENGAH
Eks Proyek Lahan Gambut (PLG)
Luas : 770.601 ha
Seluas ±148.268 Ha lahan sesuai komoditas
pertanian pangan yang sudah memiliki
jaringan irigasi
Seluas ±622.333 Ha lahan sesuai komoditas
pertanian pangan yang belum memiliki
jaringan irigasi
Perubahan  fungsi seluas ± 431.465,26 ha
dilakukan terhadap fungsi kawasan :
Hutan Lindung (HL)
Hutan Produksi Terbatas (HPT)
Hutan Produksi Tetap (HP)

Tabel Rincian rencana penyediaan lahan untuk


pengembangan lahan pangan per fungsi kawasan
menurut kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah

Perubahan Peruntukan (Pelepasan) seluas 431.637,27 ha


dengan catatan lokasi perubahan fungsi
direkomendasikan ditambah dengan luas HPK

Peta Sebaran Indikatif Rencana Penyediaan Lahan Food Estate di Eks PLG Provinsi Kalimantan Tengah
B. PAPUA
Kabupaten Merauke, Mappi dan Boven Digoel
Luas : 2.052.551 ha
(Kawasan Hutan : 1.304.574,06 ha dan APL
734.337,03 ha)
Tahapan yang harus ditempuh:
1) Perubahan Fungsi Kawasan Hutan
(HP/HPT/HL --> HPK)
2) Pelepasan Kawasan Hutan (HPK --> APL)
3) Tata batas kawasan hutan
4) Tata batas pelepasan kawasan hutan
Kegiatan yang dilaksanakan TA 2020:
1. Perubahan Fungsi dan Perubahan Peruntukan
(1 Paket, Rp 1.739.134.000,-)
2.Tata batas kawasan hutan dan pelepasan
2.800 km (Rp. 28.989.698.370)
Kegiatan yang dilaksanakan TA 2021
Tata batas pelepasan 7.514 KM
(Rp.42.122.661.370)

Tabel Rincian rencana penyediaan lahan untuk pengembangan


lahan pangan per fungsi kawasan menurut kabupaten di
Provinsi Papua

Tabel Rincian Rencana Penataan Batas Penyediaan Lahan untuk


Pengembangan Lahan Pangan

*Estimasi kemungkinan berubah jika lokasi AOI sudah pasti ditentukan

Peta Sebaran Indikatif Rencana Penyediaan Lahan Food Estate di Papua


C. SUMATERA UTARA
Kabupaten Humbang Hasundutan
Luas : 30.000 ha
Tahapan yang harus ditempuh:
1) Perubahan Fungsi Kawasan Hutan
(HP/HPT/HL --> HPK)
2) Pelepasan Kawasan Hutan (HPK --> APL)
3) Tata batas kawasan hutan
Kegiatan yang dilaksanakan TA 2020:
1. Perubahan Fungsi dan Perubahan Peruntukan
(1 Paket, Rp 1.159.240.000,-)
2.Tata batas kawasan hutan dan pelepasan
356 km (Rp. 3.417.236.000,-)
Kegiatan yang dilaksanakan TA 2021
Tata batas pelepasan 7.514 KM
(Rp.42.122.661.370)

Usulan Bupati ± 30.000 ha untuk pengembangan tanaman hortikultura (bawang putih,


bawang merah, kentang), tanaman pangan (padi, jagung dan kedelai), buah-buahan
(anggur dan jeruk) dan tanaman kopi.

Rincian rencana penyediaan lahan untuk pengembangan lahan pangan per


fungsi kawasan menurut kabupaten di Provinsi Sumatera Utara

D. SUMATERA SELATAN
Kab. Musi Banyuasin, Pali, Musi Rawas Utara, Muara Enim, Banyuasin, Ogan
Komering Ilir, Kota Palembang, OKU Timur, Ogan Komering Ulu, Musi Rawas)
Luas : 235.351 ha
Tahapan yang harus ditempuh:
1) Perubahan Fungsi Kawasan Hutan
(HP/HPT/HL --> HPK)
2) Pelepasan Kawasan Hutan (HPK --> APL)
3) Tata batas kawasan hutan
Kegiatan yang dilaksanakan TA 2020:
1. Perubahan Fungsi dan Perubahan Peruntukan
(1 Paket, Rp 1.170.872.000,-)
2.Tata batas kawasan hutan dan pelepasan
298,07 km

Anda mungkin juga menyukai