Anda di halaman 1dari 6

REPUBLIK INDONESIA

KEI4ENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN


REPUBLIK INDONESIA
NoMoR : SK. 666/MENLHK-PKTL/IPSDH/PLA. 1/2 I 2o2r
TENTANG

PENETAPAN PETA INDIKATIF PENGHENTIAN PEMBERIAN PERIZINAN BERUSAHA,


PERSETUJUAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN, ATAU PERSETUJUAN PERUBAHAN
PERUNTUKAN KAWASAN HUTAN BARU PADA HUTAN ALAM PRIMER DAN LAHAN
GAMBUT TAHUN 2021 PERIODE I

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang a. bahwa berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2019
telah ditetapkan Penghentian Pemberian lzin Baru dan
Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan
Gambut;
b. bahwa berdasarkan diktum KETIGA angka t huruf e
sebagaimana dimaksud dalam Instruksi Presiden Republik
Indonesia, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
menetapkan Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru
Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut;
c. bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor SK.4945/MENLHK-PKTL/IPSDH/PLA.1
I 8l2O2O telah ditetapkan Peta Indikatif Penghentian Pemberian
Izin Bant Pada Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut Tahun
2020 Periode II;
d. bahwa Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru Pada
Hutan Alam Primer Dan Lahan Gambut sebagaimana dimaksud
dalam huruf b dilakukan revisi setiap 6 (enam) bulan sekali;
e. bahwa dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2O2O tentang Cipta Kerja dan Peraturan Pemerintah Nomor 23
Tahun 2O2l tentang Penyelenggaraan Kehutanan nomenklatur
pemberian izin dalatr, keputusan sebagaimana dimaksud pada
huruf d perlu disesuaikan;
f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a sampai dengan huruf e perlu menetapkan
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang
Penetapan Peta Indikatif Penghentian Pemberian Perizinan
Berusaha, Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan, atau
Persetujuan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Baru Pada
Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut Tahun 2O2I Peiode I;
Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor l1 Tahun 2O2O tentang Cipta Kerja;
2. Undang ...
2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2OO7 tentang Penataan Ruang
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2O2O terrtang Cipta Kerja;
o. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Periindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2O2O tentang
Cipta Kerja;
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2Ol4 tentang Pemerintahan
Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015;
5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2O2O tentarrg Cipta Kerja;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 2l Tahun 2O2l tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2021, tentang
Penyelenggaraan Perlindungan Lingkungan Hidup;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2O2l tentang
Penyelenggaraan Kehutanan;
9. Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2O2O tentang Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 113/P Tahun
10.
2019 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan
Menteri Negara Kabinet Indonesia Maju Periode 2Ol9 - 2024;
11. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2019 tentang Penghentian
Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan
Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut;
L2. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P. 18/MenLHK-IIl2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
Memperhatikan : 1. Surat Tugas Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
ST.5 1 / MENLHK I PK IL I PLA. I I 8 I 20 19 tanggal 22 Agustus 20 19
kepada Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata
Lingkungan;
2. Hasil pembahasan teknis yang melibatkan unsur
kementerian/lembaga terkait pada tanggal 4 Februari 2O2I setta
hasil koordinasi Tim Teknis Pembuatan Peta Indikatif
Penghentian Pemberian Izin Baru Hutan Alam Primer dan Lahan
Gambut;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN


KEHUTANAN TENTANG PENETAPAN PETA INDIKATIF
PENGHENTIAN PEMBERIAN PERIZINAN BERUSAHA,
PERSETUJUAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN, ATAU
PERSETUJUAN PERUBAHAN PERUNTUKAN KAWASAN
HUTAN BARU PADA HUTAN ALAM PRIMER DAN LAHAN
GAMBUT TAHUN 2021 PERIODE I.

KESATU...
-J-

KESATU Menetapkan Peta Indikatif Penghentian Pemberian Perizinan


Berusaha, Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan, atau
. Persetujuan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Baru pada
Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut Tahun 2O2l Periode I
dengan skala 1:25O.000 sebagaimana tercantum dalam peta
lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan ini.

KEDUA Peta Indikatif Penghentian Pemberian Perizinan Berusaha,


Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan, atau Persetujuan
Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Baru pada Areal
Penggunaan Lain yang berada di dalam peta indikatif
sebagaimana dimaksud dalam Amar KESATU, skalanya
disesuaikan dengan ketersediaan data perizinan di instansi
teknis.
KETIGA Penghentian Pemberian Perizinar: Berusaha, Persetujuan
Penggunaan Kawasan Hutan, atau Persetujuan Perubahan
Peruntukan Kawasan Hutan Baru sebagaimana dimaksud
dalam Amar KESATU meliPuti:
a. Perizinarr Berusaha Pemanfataan Hutan Produksi;
b. Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan Lindung;
c. Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan; dan/ atau
d. Persetujuan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan.
KEEMPAT Penghentian Persetujuan Perubahan Peruntukan Kawasan
Hutan sebagaimana dimaksud dalam Amar KETIGA huruf d
tidak berlaku untuk perubahan peruntukan kawasan hutan
dalam rangka revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi.

KELIMA Dalam hal terdapat indikasi perbedaan antara Peta Indikatif


Penghentian Pemberian Petizinan Berusaha, Persetujuan
Penggunaan Kawasan Hutan, atau Persetujuan Perubahan
Peruntukan Kawasan Hutan Baru sebagaimana dimaksud
dalam Amar KESATU dengan kondisi lisik lapangan, dapat
dilakukan klarifikasi lapangan melalui:
a. survei lahan gambut oleh Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian,
Kementerian Pertanian dengan melibatkan Balai
Pemantapan Kawasan Hutan di wilayah tersebut dan
Perguruan Tinggi yang mempunyai ahli di bidang gambut
dengan mengacu SNI 7925:20 19;
b. survei hutan alam primer oleh Balai Pemantapan Kawasan
Hutan di wilayah tersebut, dengan melibatkan Dinas
Provinsi yang membidangi Kehutanan dan Perguruan Tinggi
yang mempunyai disiplin ilmu di bidang kehutanan dengan
-.t gac, padadan
Peraturan Direktur Jenderal Planologi
Tata Lingkungan Nomor:
Kehutanan
P.6/PKTL/SETDIT/KUM.1/lOl2Ol9 tanggal 15 Oktober
2019 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Survei Hutan
Alam Primer dalam rangka Verifikasi Peta Indikatif
Penghentian Pemberian lzin Baru (PIPPIB); dan
c. survei sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b,
dilaksanakan dengan melakukan penafsiran citra
penginderaan jauh resolusi tinggi (satelit, pesawat udara,
atau wahana lainnya), dan dilanjutkan dengan verifikasi
melalui ...
-4-
melalui pengecekan lapangan untuk mengetahui kondisi riil
., penutupan lahan di wilayah tersebut.
KEENAM :' Berdasarkan hasil survei kondisi fisik lapangan sebagaimana
dimaksud dalam Amar KELIMA diperoleh hasil :
a. bukan berupa gambut dan/atau bukan hutan alam primer,
maka areal tersebut dapat diberikan Perizinan Berusaha,
Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan, atau Persetujuan
Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Baru dan
digunakan sebagai bahan revisi Peta Indikatif Penghentian
Pemberian Perizinan Berusaha, Persetujuan Penggunaan
Kawasan Hutan, atau Persetujuan Perubahan Peruntukan
Kawasan Hutan Baru; atau
b. berupa gambut dan/atau hutan alam primer, maka areal
tersebut tidak dapat diberikan Perizinan Berusaha,
Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan, atau Persetujuan
Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Baru sebagaimana
Amar KETIGA.

KETUJUH Revisi Peta Indikatif Penghentian Pemberian Perizinan Berusaha,


Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan, atau Persetujuan
Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Baru sebagaimana
dimaksud dalam Amar KESATU dilakukan dengan
memperhatikan:
a. perubahan tata ruang;
b. masukan dari masyarakat;
c. pembaharuan data perizinan; dan
d. hasil survei kondisi fisik lapangan.
KEDELAPAN Pengumpulan data dalam rangka revisi Peta Indikatif
Penghentian Pemberian Pertzinar. Berusaha, Persetujuan
Penggr:naan Kawasan Hutan, atau Persetujuan Perubahan
Peruntukan Kawasan Hutan Baru dilakukan oleh Tim Teknis
yang terdiri dari Kementerian/ Lembaga terkait dan
dikoordinasikan oleh Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan
dan Tata Lingkungan.

KESEMBILAN a. Perpanjangan perizinan berusaha atau persetujuan


penggunaan kawasan hutan wajib dilakukan sebelum habis
masa berlakunya dengan lokasi dan luas tidak melebihi
perizinar, sebelumnya;
b. Pada areal perizinan berusaha atau persetujuan penggunaan
kawasan hutan yang sudah habis masa berlakunya dan tidak
diperpanjang, maka izin baru hanya dapat diterbitkan pada
areal bukan hutan alam primer dan/atau bukan lahan
gambut;
c. Pemanfaatan hutan di wilayah tertentu pada Kesatuan
Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan
Produksi, wajib berpedoman pada Peta Indikatif Penghentian
Pemberian Perizinan Berusaha, PersetujuanPenggunaan
Kawasan Hutan, atau Persetujuan Perubahan Peruntukan
Kawasan Hutan Baru sebagaimana dimaksud pada Amar
KESATU;

d. lzin ...
-5-
d. lzirr lokasi di areal hutan alam primer atau lahan gambut
yang terbit sebelum Surat Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor SK.323/Menhut-lI l 2Ol 1 tanggal 17, Juni 20 1 1, tetapi
tidak ditindaklanjuti dan/ atau telah melewati batas
berlakunya, maka areal tersebut menjadi areal penghentian
pemberian perizinan berusaha, persetujuan penggunaan
kawasan hutan, atau persetujuan perubahan peruntukan
kawasan hutan baru.
e. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b,
huruf c dan huruf d akan digunakan sebagai bahan revisi
Peta Indikatif Penghentian Pemberian Perizinan Berusaha,
Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan, atau Persetujuan
Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Baru.
KESEPULUH Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya dalam
menerbitkan rekomendasi dan penerbitan izin lokasi baru wajib
berpedoman pada Peta Indikatif Penghentian Pemberian
Penzinan Berusaha, Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan,
atau Persetujuan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Baru
sebagaimana dimaksud dalam Amar KESATU.
KESEBELAS Peta Indikatif Penghentian Pemberian Perizinan Berusaha,
Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan, atau Persetujuan
Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Baru sebagaimana
disebutkan dalam Amar KESATU, tidak berlaku pada :
a. kegiatan perhutanan sosial untuk pemanfaatan jasa
lingkungan atau pemungutan hasil hutan bukan kayu
dengan tidak merusak lingkungan dan tidak mengurangi
fungsi utamanya.
b. kegiatan penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam
penyelenggaraan perlindungan hutan, kawasan hutan dan
lahan gambut.
c. lokasi yang telah mendapat perizinan atau titel hak dari
pejabat berwenang sesuai peraturan perundang-undangan
pada Areal Penggunaan Lain (APL) atau bukan
kawasan hutan yang diterbitkan sebelum Surat Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor SK.323/ Menhut-ll / 20 I l.
d. tanah milik masyarakat perseorangan di Areal Penggunaan
Lain (APL) sepanjang disertai bukti hak atas tanah/ tanda
bukti kepemilikan lainnya yang diterbitkan sebelum Surat
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.323/Menhut-
II dan hasilnya dilaporkan kepada Menteri
l2oll
Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Direktur
Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan.
KEDUABELAS a. Untuk masyarakat perseorangan sebagaimana dimaksud
pada Amar KESEBELAS huruf d setelah mendapat legalisasi
bukti kepemilikan hak atas tanah/tanda bukti kepemilikan
lainnya serta ploting areal dari Kantor Pertanahan
Kabupaten/ Kota dapat mengajukan permohonan klarifikasi
terhadap Peta Indikatif Penghentian Pemberian Perizinan
Berusaha, Persetujuan Penggunaan Kawasan atau
Persetujuan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Baru
dan status lahannya yang terlebih dahulu dikoordinasikan
oleh Kantor Pertanahan setempat kepada Direktur Jenderal
Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan c.q. Direktur
Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Dava Hutan.
b. Lokasi ...
-6

b. Lokasi yang telah mendapat perizinan atau titel hak serta


bukti hak atas tanah/tanda bukti kepemilikan lainnya
" sebagaimana dimaksud pada Amar KESEBELAS huruf c
dan d yang telah mendapat klarifikasi, dan merupakan
Areal Penggunaan Lainnya (APL) akan digunakan sebagai
bahan revisi Peta Indikatif Penghentian Pemberian Perizinan
Berusaha, Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan atau
Persetujuan Perubahan Peruntukan Kawasan Baru.
c. Terhadap instansi pemberi izin kegiatan yang termasuk
dalam pengecualian pada Peta Indikatif Penghentian
Pemberian Perizinan Berusaha, Persetujuan Penggunaan
Kawasan Hutan atau Persetujuan Perubahan Peruntukan
Kawasan Hutan Baru wajib menyampaikan laporan kepada
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Direktur
Jenderal Pianologi Kehutanan dan Tata Lingkungan setiap 6
(enam) bulan sekali.
KETIGABELAS Dengan ditetapkannya Keputusan ini, maka Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK. 4945/MENLHK-
PKTL/IPSDH lPLA.Il8l2O2O, dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
KEEMPATBELA Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 15 Februari 2021
Salinan sesuai dengan aslinya a.n. MENTERI I.INGKUNGAN HIDUP DAN
Plt.Kepala Bagian Hukum KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
dan Kerjasama Teknik, DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI
a KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN,
f D \1
ttd.
ABI
aI UDYA SAKTI SIGIT HARDWINARTO
2 200012 1 001 NIP. 19610202 198603 1 003
Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth.:
1. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
2. Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi;
3. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional;
4. Menteri Pertanian;
5. Menteri Pekedaan Umum dan Perumahan Ralryat;
6. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral;
7.. Menteri Daiam Negeri;
8. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional;
9. Sekretaris Kabinet;
10. Kepala Badan Informasi Geospasial;
1 1. Direktur Jenderal/Kepala Badan lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan;
L2.Para Gubernur di seluruh Indonesia;
13. Para Bupati/Walikota di seluruh Indonesia;

Anda mungkin juga menyukai