Anda di halaman 1dari 10

BAB VI.

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

KEGIATAN
PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN

PEKERJAAN
PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG MANGUNAN

Pendahuluan

1. Latar Belakang

DIY memiliki keunikan ekosistem alam yang tidak dimiliki oleh daerah lain.
Keunikan ekosistem yang bernilai tinggi tersebut berhubungan erat dengan sejarah
paleoekosistem, khususnya keberadaan gunung api purba di Nglanggeran dan ekosistem
karst di wilayah kabupaten Gunungkidul. Di samping itu, juga terdapat ekosistem sangat
spesifik yang berkenaan dengan pola letusan berbentuk Wedhus Gembel yang hanya ada di
DIY melalui gunung Merapi. Sedangkan di wilayah Kulon Progo dan Bantul terdapat
ekosistem pegunungan Menoreh yang sangat spesifik, karena adanya proses geologis unik,
yakni tumpang tindihnya proses pengangkatan dasar laut secara tektonis dan proses
vulkanis. Keistimewaan ini dilengkapi dengan sistem sosial budaya yang sangat berbeda
dengan sistem sosial budaya Jawa di wilayah sekitarnya.
Proses ekosistem bentang alam yang terjadi sejak zaman pleistosen pada 2 juta
tahun yang lalu, serta perkembangannya sampai pada 10.000 tahun yang lalu hingga masa
kini, dapat menjadi bahan penelitian dan pendidikan lingkup konservasi ekosistem dan
keanekaragaman hayati bagi generasi sekarang dan masa depan.
Ekosistem bentang alam yang demikian unik, merupakan sub-sistem dalam
ekosistem biosfer DIY, yang bersama-sama dengan sub-sistem hutan, membangun bentang
alam Yogyakarta yang spesifik secara biotik, abiotik, dan sosekbud, yang bernilai
ekologis, ekonomis, dan sosial budaya tinggi.
Sub-Sistem Hutan di wilayah DIY meliputi luasan sekitar 18.715,06 ha, terdiri dari
hutan produksi 13.411,70 ha, hutan lindung 2.312,80 ha, dan hutan konservasi 2.990,56
ha. Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007, pemanfaatan hutan lindung
dalam konteks pengelolaan hutan lindung, salah satunya dapat dilaksanakan melalui
pemanfaatan jasa lingkungan wisata alam.
Ditinjau dari berbagai komponen lingkungan, baik komponen fisik biotik,
komponen fisik abiotik, maupun komponen budayanya, kawasan Hutan Lindung
Mangunan memiliki potensi untuk maksud pemanfaatan tersebut. Hutan Lindung
Mangunan meruapakn tegakan Pinus dengan bentangan alam yang potensial untuk jasa
lingkungan dan pemanfaatan kawasan hutan lainnya. Hutan pinus ini merupakan hasil
rehabilitasi lahan yang dilakukan tahun 1980an yang mampu mengubah kawasan gersang
menjadi kawasan hutan pinus yang dapat dijumpai sekarang. Tutupan tajuk rapat dengan
iklim mikro yang khas yang menjadi daya tarik utama kegiatan wisata di kawasan hutan
ini. Kawasan hutan ini termasuk ke dalam wilayah RPH Mangunan, BDH Kulonprogo-
Bantul yang terdiri dari blok Terong, blok Sudimoro I, Blok Sudimoro II dan blok
Sudimoro III.
Di dalam kawasan hutan juga terdapat objek wisata lain berupa Mata Air Bengkung.
Mata air ini terletak di Blok Sudimoro II. Mata air ini memiliki riwayat historis yang tinggi,
di sekitar mata air Bengkung ini terdapat makam Sultan Agung IX dan makam raja-raja
Mataram sehingga air yang terdapat pada mata air Bengkung ini dianggap sebagai air suci
oleh masyarakat lokal. Selain mata air Bengkung, terdapat juga Puncak Becici yang
menawarkan pemandangan kota Yogyakarta dari ketinggian.
Potensi wisata di dalam kawasan hutan tersebut juga ditopang adanya potensi
pendukung yang berada di luar kawasan yaitu adanya desa-desa kerajinan di sekitar
kawasan hutan berupa kerajinan batik, wayang, keris, bambu, sentra sutera emas; potensi
wisata sejarah yang berkaitan dengan kerajaan mataram (makam Raja-Raja Mataram),
petilasan-petilasan tokoh-tokoh agama maupun kenegaraan, serta potensi religi-budaya
lainnya. Selain itu terdapat pula potensi penggunaan kawasan untuk tujuan olahraga minat
khusus, seperti downhill, berkuda, trail, maupun cross country.
Guna mendukung kegiatan-kegiatan wisata tersebut, akan dikembangkan pula
pembuatan rumah tinggal sementara/homestay untuk para wisatawan. Selain itu, untuk
memanjakan lidah para wisatawan juga disediakan makanan-makanan khas Kab. Bantul,
diantaranya adalah thiwul yaitu makanan tradisional yang terbuat dari singkong .
Secara existing, kawasan hutan Mangunan telah menjadi destinasi wisata alam
alternatif bagi masayarakat di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya, dengan memanfaatkan
potensi-potensi yang ada secara terbatas, dan dengan dukungan sarana/prasarana yang
terbatas juga dari Balai KPH Yogyakarta.
Potensi-potensi tersebut, melalui pengkajian yang mendalam, serta berdasarkan
hasil studi yang telah dilaksanakan sebelumnya, akan dapat menjadi pendukung bagi
optimalisasi pengelolaan hutan lindung di masa yang akan datang, melalui ketersediaan
acuan manajemen pengelolaan dan pemanfaatan berbasis zonasi dan potensi, serta
ketersediaan acuan strategi pengembangan pengelolaan hutan lindung Mangunan.
Berkenaan dengan hal tersebut, perlu dilakukan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan
Lindung Mangunan.

2. Maksud dan Tujuan


Pengadaan konsultansi ini dimaksudkan untuk dapat memilih konsultan yang diharapkan
dapat mampu memberikan hasil karyanya yang terbaik dengan cara-cara pengadaan yang
sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. Sedangkan tujuan kegiatan adalah
membuat dokumen rencana pengelolaan hutan lindung mangunan di RPH Mangunan
yang memenuhi kaidah-kaidah konservasi/ekologi, keekonomian, dan sosial, serta sesuai
kondisi dan nilai-nilai lokalitas setempat.

3. Sasaran
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Lindung Mangunan di Blok Terong, Sudimoro
I, Sudimoro II, Sudimoro III, Gumelem, dan Kediwung
4. Lokasi Pekerjaan
Lokasi pekerjaan adalah Hutan Lindung Wilayah RPH Mangunan, BDH Kulon Progo-
Bantul, dengan rincian sebagai berikut:

No Blok/Petak Luas Kawasan (Ha) Jenis ODTW dan Arahan Pengembangan


1 Terong 42,30 Gunung pengger (wisata hutan pinus dan
camping)
2 Sudimoro I 7,20 Wisata hutan pinus, pemandangan, dan
camping
3 Sudimoro II 108,30 Bukit indah room (pemandangan), rumah
budaya, camping ground, dan wisata hutan
pinus
4 Sudimoro III 102,00 Wisata hutan pinus dan pemandangan
5 Kediwung 97,60 Pemandangan, outbond, paintball, rafting
6 Gumelem 83,50 Pemandangan
7 Ceme 39,80 -
JUMLAH 570,70

5. Sumber Pendanaan
Pekerjaan ini dibiayai dari sumber pendanaan APBD DIY Tahun 2017

6. Nama dan Organisasi Pejabat Pembuat Komitmen


Nama PPK: Aji Sukmono Beno Nurjaman, S.Hut, MP
Satuan Kerja:Balai KPH Yogyakarta, Dinas Kehutanan dan Perekebunan DIY

7. Standar Teknis
1) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.6/Menhut-II/2010 tentang Norma Standar Prosedur
dan Kriteria Pengelolaan Hutan pada KPHL dan KPHP
2) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.22/Menhut-II/2012 tentang Pedoman Kegiatan
Usaha pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata Alam pada Hutan Lindung;
3) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.47/Menhut-II/2013 tentang Pedoman, Kriteria, dan
Standar Pemanfaatan Hutan di Wilayah Tertentu pada KPHL dan KPHP;
4) Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 464/Kpts-II/1995 Jo Nomor: 140/Kpts-II/1998 tentang
Pengelolaan Hutan Lindung;
5) Gedung/Bangunan yang akan dibangun harus memenuhi syarat kualitas dan teknis
sebagaimana tersebut dalam Peraturan Menteri PU Nomor 45 tahun 2007; dengan pedoman
teknis untuk perencanaan bangunan antara lain ialah:
a. Tata cara Perencanaan Ketahanan Gempa Rumah dan Gedung, SNI 03 – 1726 – 2002.
b. Tata Cara Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung, SNI – 03 – 1727 –
1989.
c. Tata Cara Perencanaan Bangunan Baja Untuk Gedung, SNI 02 – 1729 – 2002.
d. Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SNI 03 – 2847 – 2002.
e. Spesifikasi Bahan Bangunan Indonesia, SNI 03 – 6861 – 2002.
f. Peraturan Umum Bahan Bahan Bangunan Indonesia Tahun 1982;
g. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) Tahun 1977
h. Standar Penerangan Buatan dalam Gedung Tahun 1978 Departemen Pekerjaan Umum;
i. Petunjuk Perencanaan Struktur Bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada
bangunan rumah dan gedung tahun 1987;
j. Panduan Pemasangan Sistem Hidran untuk pencegahan bahaya kebakaran pada rumah
dan gedung tahun 1987;
k. Pedoman Plumbing Indonesia tahun 1981;
l. Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung
dan Lingkungan Nomor 10/KPTS/2000 tanggal 1 Maret 2000;
m. Panduan Pemasangan Sistem Instalasi Alarm Kebakaran untuk pencegahan bahaya
kebakaran pada bangunan rumah dan gedung;
n. Peraturan, Pedoman, Standar atau Ketentuan – ketentuan teknis yang lain yang
berhubungan dengan rumah dan gedung.

8. Studi-Studi Terdahulu
1. Studi Pengelolaan Hutan Lindung
2. Studi Penyusunan Zonasi Hutan Lindung
3. Studi Grand Desain Wanawisata Budaya Mataram
4. Penyusunan Kajian/Studi DED Pengembangan Wanawisata Budaya Mataram

9. Referensi Hukum
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Jogjakarta
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 3) sebagaimana telah diubah,
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1955 tentang Perubahan Undang-Undang
Nomor 3 jo. Nomor 19 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Jogjakarta
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1955 Nomor 43, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 827);
3. Undang–Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);
4. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3888) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan yang telah ditetapkan menjadi Undang-Undang dengan Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2004 menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4412);
5. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun
2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
6. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Tahun 2009 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
7. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 170, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5339);
8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 2,
3, 10, dan 11 Tahun 1950 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 58);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4453);
11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Tata Hutan Dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4696) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3
Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 16, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4814);
12. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2007 tentang
Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
(Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2007 Nomor 7);
13 Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2010 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi DIY 2009-2029 (Lembaran Daerah Provinsi DIY Tahun 2010
Nomor 2)
14 Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2012 tentang
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun 2012-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2012 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2012 Nomor 1);
15. Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 4 Tahun 2002 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Bantul (Lembaran Daerah Tahun 2002 Seri C Nomor 01)
16. SEB Bappenas dan Menteri Keuangan RI Nomor: 1203/D.II/03/2000, tanggal 17 Maret
SE-38/A/2000
2000, perihal Petunjuk penyusunan RAB untuk jasa konsultansi (biaya langsung personil
(remuneration) dan biaya langsung non personil (direct reimbursable cost).
17. Peraturan daerah yang berkaitan dengan penyelenggaraan pembangunan

Ruang Lingkup

10. Lingkup Pekerjaan


Lingkup pekerjaan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Lindung Mangunan
mencakup:
1. Mengkaji peraturan, kebijakan, rencana, kondisi, serta potensi sumber daya hutan yang
ada, serta kepustakaan yang berkait dengan pengelolaan hutan lindung Mangunan.

2. Melaksanakan pekerjaan lapangan untuk mendapatkan data yang diperlukan, melakukan


pengolahan data, serta membuat analisis guna menyusun rencana pengelolaan hutan
lindung Mangunan yang bersifat representatif, obyektif, dan komprehensif.

3. Menyusun Dokumen Rencana Pengelolaan Hutan Lindung Mangunan.

11. Jangka Waktu Penyelesaian Pekerjaan


Jangka waktu penyelesai pekerjaan selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari kalender
sejak diterbitkan SPMK.
12. Personil
a. Untuk melaksanakan tujuannya, konsultan perencana harus menyediakan tenaga
ahli yang memenuhi ketentuan dari PPK, baik ditinjau dari segi lingkup kegiatan
maupun tingkat kompleksitas pekerjaan
b. Tenaga ahli yang dibutuhkan dalam perencanaan kegiatan dimaksud terdiri dari:

1) Team Leader (Ahli Kehutanan) : 1 orang


2) Ahli Manajemen Hutan : 1 orang
3) Ahli Budidaya Hutan : 1 orang
4) Ahli Konservasi SDH : 1 orang
5) Ahli Geografi : 1 orang
6) Ahli Konservasi Tanah dan Air : 1 orang
7) Ahli Transportasi : 1 orang
8) Ahli Klimatologi : 1 orang
9) Ahli Sipil : 1 orang
10) Ahli Landscape : 1 orang
11) Ahli Biologi/Ekologi : 1 orang
12) Ahli Lingkungan/Amdal : 1 orng
13) Ali Sosekbud : 1 orang
14) Ahli Pariwisata : 1 orang

c. Tenaga pendukung yang dibutuhkan:


1) Surveyor : 10 orang
2) Operator Komputer : 2 orang
3) Tenaga Adm/Keuangan : 1 orang

d. Persyaratan tenaga ahli dan tenaga pendukung adalah sebagai berikut:

Posisi Kualifikasi

1. Ahli Muda Kehutanan S-2 Kehutanan, lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau swasta yang
(ketua tim) telah diakreditasi dan memiliki keahlian bidang kehutanan, berpengalaman
selama 4 tahun, serta pernah menjadi ketua tim, mempunyai motivasi tinggi,
leadership, dan dapat bekerja sama dengan pihak-pihak lain serta dapat
memecahkan segala permasalahan dalam pelaksanaan pekerjaan, 1 (satu) orang
selama 2 (dua) bulan, memiliki NPWP
2. Ahli Pratama S-1 dengan latar belakang pendidikan Kehutanan program studi/jurusan
Manajemen Hutan manajemen hutan, lulusan universitas/ perguruan tinggi negeri/swasta yang telah
diakreditasi dan memiliki keahlian dalam bidang Manajemen Hutan dengan
pengalaman kerja 4 tahun, 1 (satu) orang selama 2 (dua) bulan, memiliki NPWP
3. Ahli Pratama Budidaya S-1 dengan latar belakang pendidikan Kehutanan program studi/jurusan
Hutan Budidaya hutan, lulusan universitas/ perguruan tinggi negeri/swasta yang telah
diakreditasi dan memiliki keahlian dalam bidang Budidaya Hutan dengan
pengalaman kerja 4 tahun, 1 (satu) orang selama 2 (dua) bulan, memiliki NPWP
4. Ahli Pratama S-1 dengan latar belakang pendidikan Kehutanan program studi/jurusan
Konservasi konservasi sumberdaya hutan, lulusan universitas/ perguruan tinggi
Sumberdaya Hutan negeri/swasta yang telah diakreditasi dan memiliki keahlian dalam bidang
Konservasi SDH dengan pengalaman kerja 4 tahun, 1 (satu) orang selama 2 (dua)
bulan, memiliki NPWP
5. Ahli Pratama Geografi S-1 dengan latar belakang pendidikan Geografi program studi/jurusan Geografi
Manusia, lulusan universitas/ perguruan tinggi negeri/swasta yang telah
diakreditasi dan memiliki keahlian dalam bidang Geogafi Kependudukan
dengan pengalaman kerja 4 tahun, 1 (satu) orang selama 2 (dua) bulan, memiliki
NPWP
6. Ahli Pratama S-1 dengan latar belakang pendidikan Kehutanan program studi/jurusan
Konservasi Tanah dan konservasi sumberdaya hutan, lulusan universitas/ perguruan tinggi
Air negeri/swasta yang telah diakreditasi dan memiliki keahlian dalam bidang KTA
dengan pengalaman kerja 4 tahun, 1 (satu) orang selama 2 (dua) bulan
7. Ahli Pratama S-1/D-4 dengan latar belakang pendidikan Manajemen Transportasi, lulusan
Transportasi universitas/ perguruan tinggi negeri/swasta yang telah diakreditasi dan memiliki
keahlian dalam bidang Transportasi Publik dengan pengalaman kerja 4 tahun, 1
(satu) orang selama 2 (dua) bulan
8. Ahli Pratama S-1 dengan latar belakang pendidikan Kehutanan, program studi/jurusan
Klimatologi teknologi hasil hutan lulusan universitas/ perguruan tinggi negeri/swasta yang
telah diakreditasi dan memiliki keahlian dalam bidang Klimatologi dengan
pengalaman kerja 4 tahun, 1 (satu) orang selama 2 (dua) bulan
9. Ahli Pratama Sipil S-1 dengan latar belakang pendidikan Teknik Sipil, lulusan universitas/
perguruan tinggi negeri/swasta yang telah diakreditasi dan memiliki keahlian
dalam bidang Sipil dengan pengalaman kerja 4 tahun, 1 (satu) orang selama 2
(dua) bulan
10. Ahli Pratama S-1 dengan latar belakang pendidikan Pertanian program studi/jurusan landscape,
Landscape lulusan universitas/ perguruan tinggi negeri/swasta yang telah diakreditasi dan
memiliki keahlian dalam bidang Landscape dengan pengalaman kerja 4 tahun, 1
(satu) orang selama 2 (dua) bulan
11. Ahli Pratama S-1 dengan latar belakang pendidikan Kehutanan/Biologi, program studi
Biologi/Ekologi budidaya hutan/biologi murni lulusan universitas/ perguruan tinggi negeri/swasta
yang telah diakreditasi dan memiliki keahlian dalam bidang Ekologi/Biologi
dengan pengalaman kerja 4 tahun, 1 (satu) orang selama 2 (dua) bulan
12. Ahli Pratama S-1 dengan latar belakang pendidikan Teknik Lingkungan, lulusan universitas/
Lingkungan/ Amdal perguruan tinggi negeri/swasta yang telah diakreditasi dan memiliki keahlian
dalam bidang Lingkungan/AMDAL dengan pengalaman kerja 4 tahun, 1 (satu)
orang selama 2 (dua) bulan
13. Ahli Pratama Sosial S-1 dengan latar belakang pendidikan Kehutanan/Pertanian program
Ekonomi Budaya studi/jurusan agribisnis/sosial ekonomi pertanian/manajemen kehutanan, lulusan
universitas/ perguruan tinggi negeri/swasta yang telah diakreditasi dan memiliki
keahlian dalam bidang Sosial Ekonomi Budaya Masyarakat Sekitar Hutan
dengan pengalaman kerja 4 tahun, 1 (satu) orang selama 2 (dua) bulan
14. Ahli Pratama S-1 dengan latar belakang pendidikan Pariwisata, program studi/jurusan
Pariwisata pariwisata lulusan universitas/ perguruan tinggi negeri/swasta yang telah
diakreditasi dan memiliki keahlian dalam bidang Pariwisata dengan pengalaman
kerja 4 tahun, 1 (satu) orang selama 2 (dua) bulan

Tenaga pendukung :
Surveyor Pendidikan minimal SMK/SMU, lulusan SMK/SMU negeri atau swasta yang
telah terakreditasi. Berpengalaman sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan
memiliki NPWP

Operator Komputer Pendidikan SLTA, lulusan SMK/SMU negeri atau swasta yang telah
terakreditasi. Berpengalaman sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan memiliki
NPWP

Tenaga Pendidikan SLTA, lulusan SMK/SMU negeri atau swasta yang telah
Administrasi/Keuangan terakreditasi. Berpengalaman sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun serta NPWP
13. Jadwal Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan

No Paling lambat Target Pelaksanaan Pekerjaan Bobot s/d


Hari ke Pekerjaan ini
1. Hari ke 10 Laporan Pendahuluan 15 %
Laporan Pendahuluan memuat:
a. Rencana Kerja Penyedia Jasa secara menyeluruh.
b. Mobilisasi tenaga Ahli dan tenaga Pendukung
Lainnya.
c. Jadwal Kegiatan penyedia Jasa.

Catatan:
Laporan pendahuluan tersebut dibuat dalam rangka 10
(sepuluh) buku laporan dan harus dibahas bersama
pengguna barang/jasa, serta diserahkan selambat-
lambatnya 10 (sepuluh) hari kalender sejak tanggal
Surat Perintah Mulai Kerja diterbitkan.

2. Hari ke 11 Pembahasan Laporan Pendahuluan:


a. Dilaksanakan hari ke-11 setelah SPMK, di Balai
KPH Yogyakarta
b. Narasumber tim ahli penyedia barang/jasa, dengan
peserta pengguna barang/jasa dan pihak terkait
berjumlah 20 orang
c. Fasilitasi konsumsi, uang saku, dan ringkasan
materi
3. Hari ke 39 Laporan Antara
Laporan Antara memuat:
a. Kemajuan Pelaksanaan Pekerjaan
b. Kendala dan Solusi Penyelesaiannya.
c. Uraian konsep rencana dan perhitungan-
perhitungan yang diperlukan

Laporan Antara tersebut dibuat dalam rangkap 10


(sepuluh) buku laporan dan harus diserahkan kepada
Pejabat Pembuat Komitmen selambat-lambatnya 39
(tiga puluh sembilan) hari kalender sejak tanggal Surat
Perintah Mulai Kerja.
4. Hari ke 40 Pembahasan Laporan Antara: 60 %
a. Dilaksanakan hari ke-40 setelah SPMK, di Balai
KPH Yogyakarta
b. Narasumber tim ahli penyedia barang/jasa, dengan
peserta pengguna barang/jasa dan pihak terkait
berjumlah 20 orang
c. Fasilitasi konsumsi, uang saku, dan ringkasan
materi
5. Hari ke 55 Penyempurnaan akhir dari laporan Antara dengan
mengakomodir masukan-masukan dalam
pembahasan laporan antara; dan dituangkan dalam
Draft Laporan Akhir.
Draft Laporan Akhir memuat:
a. Kemajuan pelaksanaan pekerjaan
b. Kendala dan solusi penyelesaiannya
c. Hasil pekerjaan dan rekomendasi

Catatan:
Draft Laporan Akhir dibuat sebanyak 15 (lima belas)
set dan harus diserahkan kepada Pejabat Pembuat
Komitmen selambat-lambatnya 55 (lima puluh lima)
hari kalender sejak tanggal Surat Perintah Mulai Kerja
6. Hari ke 56 Pembahasan Draft Laporan Akhir: 95 %
a. Dilaksanakan hari ke-56 setelah SPMK, di Balai
KPH Yogyakarta
b. Narasumber tim ahli penyedia barang/jasa, dengan
peserta pengguna barang/jasa dan pihak terkait
berjumlah 30 orang
c. Fasilitasi konsumsi, uang saku, dan ringkasan
materi
7. Hari ke 60 Batas Akhir penyerahan laporan akhir yang 100 %
tersusun baik dan disetujui oleh Pihak pengguna
jasa.

Catatan:
Laporan Akhir berikut Sotfcopy dalam Cakram Padat
dibuat sebanyak 15 (lima belas) set.

Laporan
14. Laporan Pendahuluan
Laporan pendahuluan memuat:
a. Rencana kerja penyedia jasa secara menyeluruh
b. Mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung lainnya
c. Jadwal kegiatan penyedia jasa

Catatan:
Laporan pendahuluan tersebut dibuat dalam rangkap 10 (sepuluh) buku laporan yang
sudah dibahas tim teknis, diperiksa oleh PPHP dan disetujui oleh KPA serta diserahkan.
Sampai dengan tahap ini pekerjaan diperhitungkan bernilai 15 % dari nilai kontrak.

15. Laporan Antara


Laporan Antara memuat:
a. Kemajuan pelaksanaan pekerjaan
b. Kendala dan solusi pemecahannya
c. Laporan data dan informasi lapangan
d. Konsep penyiapan rencana pengelolaan dan uraian rencana kerja
e. Konsep skematik rencana pengelolaan
Catatan:
Laporan Antara dibuat dalam rangkap 10 (sepuluh) buku laporan yang sudah dibahas tim
teknis, diperiksa oleh PPHP dan disetujui oleh KPA serta diserahkan. Sampai dengan
tahap ini pekerjaan diperhitungkan bernilai 60 % dari nilai kontrak.

16. Laporan Akhir


Laporan akhir memuat:
a. Kemajuan pelaksanaan pekerjaan
b. Kendala dan solusi penyelesaiannya
a. Konsep pengembangan rencana pengelolaan per bidang keahlian
c. Konsep final dan detail rencana pengelolaan

Laporan akhir yang sudah dibahas tim teknis, diperiksa dan diterima oleh PPHP dan
disetujui oleh KPA, dan harus diserahkan selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari
kalender sejak SPMK diterbitkan, sebanyak 15 (lima belas) buku dan 15 (lima belas)
cakram padat.

Sampai dengan tahap ini pekerjaan diperhitungkan bernilai 100 % dari nilai kontrak.

Hal-Hal Lain

17. Produksi dalam Negeri


Semua kegiatan jasa konsultansi berdasarkan KAK ini harus dilakukan di dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia

18. Persyaratan Kerjasama


Kerjasama dengan penyedia jasa konsultansi lain dimjungkinkan setelah dikonsultasikan
dengan Pengguna Jasa atau yang mewakili dan mendapat persetujuannya secara tertulis
dengan persyaratan semua biaya yang ditimbulkan menjadi tanggung jawab penyedia jasa

19. Pedoman Pengumpulan Data Lapangan


Data lapangan harus berasal dari sumber data yang dapat dipertanggungjawabkan dan
memdapat persetujuan dan atau pengesahan dari sumber data.

Data yang berupa hasil pengukuran dan/ atau pengamatan dari lapangan (lokasi
kegiatan) harus diketahui dan disetujui oleh petugas lapangan yang berkompeten.

20. Alih Pengetahuan


Tidak diperlukan

Anda mungkin juga menyukai