Anda di halaman 1dari 3

TELAAHAN STAF

LAPORAN
PULBAKET TENTANG PENGELOLAAN OBJEK WISATA AIR TERJUN PROKLAMATOR

A. PERSOALAN
Laporan Kepala Resort Konservasi Wilayah VII Tanah Datar Nomor S. 108/K.9/SKWII-
RKWVII/KSA/09/2020 tanggal 01 September 2020.

B. PRAANGGAPAN
Penggunaan akses kawasan Cagar Alam Lembah Anai menuju air terjun Proklamator untuk
kepentingan wisata tirta oleh sekelompok pemuda yang berasal dari Kenagarian Singgalang
Kec. X Koto Kab. Tanah Datar.

C. FAKTA YANG MEMPENGARUHI


1. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya,
a. Pasal 1 ayat 10, Cagar Alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan
alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau ekosistem
tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami.
b. Pasal 17 ayat 1, di dalam cagar alam dapat dilakukan kegiatan untuk kepentingan
penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan kegiatan lainnya
yang menunjang budidaya.

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan


Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.
a. Pasal 33, cagar alam dapat dimanfaatkan untuk kegiatan :
 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan
 Pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi alam
 Penyerapan dan/atau penyimpanan karbon
 Pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang budidaya.

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,


a. Pasal 1 butir 8, hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
sebagai pelindung sitem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah
banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan
tanah.
b. Pasal 26
 ayat 1, Pemanfaatan hutan lindung dapat berupa pemanfaatan kawasan,
pemanfaatan jasa lingkungan dan pemungutan hasil hutan bukan kayu
 ayat 2, Pemanfaatan hutan lindung dilaksanakan melalui pemberian izin usaha
pemanfaatan jasa lingkungan dan izin pemungutan hasil hutan bukan kayu.

4. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.22/Menhut-II/2012 tentang


Pedoman Kegiatan Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata Alam pada Hutan
Lindung
a. Pasal 1 ayat 2, pemanfaatan jasa lingkungan pada hutan lindung adalah bentuk usaha
yang memanfaatkan potensi jasa lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan
mengurangi fungsi utamanya.
b. Pasal 2
 ayat 1, usaha pemanfaatan jasa lingkungan wisata alam meliputi : (a) areal usaha;
atau (b) jenis usaha.
 ayat 2, usaha pemanfaatan jasa lingkungan wisata alam sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), diberikan sesuai dengan desain tapak pengelolaan jasa lingkungan
wisata alam dan rencana pengelolaan
c. Pasal 3
 ayat 1, areal usaha pemanfaatan jasa lingkungan wisata alam sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) huruf a dilaksanakan dalam blok pemanfaatan
pada hutan lindung.
 Luas areal yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata alam pada hutan
lindung paling banyak 10% (sepuluh perseratus) dari luas blok pemanfaatan hutan
lindung.

5. Laporan Kepala Resort Konservasi Wilayah VII Tanah Datar Nomor S. 108/K.9/SKWII-
RKWVII/KSA/09/2020 tanggal 01 September 2020 tentang “Pengelolaan Objek Wisata Air
Terjun Proklamator” :
a. Air terjun Proklamator berada pada kawasan Hutan Lindung dan akses jalan menuju
objek air terjun melewati kawasan CA. Lembah Anai yakni sepanjang ± 200 meter.
Akses jalan tersebut sangat rawan/berpotensi terjadinya bencana longsor.
b. CA. Lembah Anai juga merupakan habitat satwa liar seperti Harimau Sumatera, Macan
Dahan, Beruang Madu dan berbagai jenis ular berbisa yang sangat mematikan
(berdasarkan hasil pengamatan kamera pengintai yang dipasang setiap tahunnya),
sehingga akan mengancam nyawa dan keselamatan pengunjung. Selain hal tersebut
aktivitas wisata dapat mengganggu habitat satwa liar yang berada di kawasan CA.
Lembah Anai dan Hutan Lindung.
c. Wisata air terjun Proklamator dikelola oleh sekelompok masyarakat Nagari Singgalang
dan pengelolaan tersebut semenjak pemberlakuan pelonggaran PSBB di Provinsi
Sumatera Barat.
d. Jumlah pengunjung pada hari biasa sekitar 50 – 100 orang per hari dan hari libur
sekitar 200 – 400 orang per hari. Setiap pengunjung dipungut biaya sebesar Rp.
10.000,00.

D. SIMPULAN
Berdasarkan fakta yang mempengaruhi, dapat disimpulkan :
1. Berdasarkan UU No. 5 tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
28 Tahun 2011, cagar alam tidak dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata.
2. Lokasi yang menjadi objek wisata air terjun proklamator berada di dalam kawasan hutan
lindung.
3. Perlu adanya koordinasi dengan KPHL Bukit Barisan terkait dengan kejelasan lokasi pasti
air terjun proklamator berada pada blok apa, sehingga dapat ditentukan langkah
selanjutnya sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor :
P.22/Menhut-II/2012 tentang Pedoman Kegiatan Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan
Wisata Alam pada Hutan Lindung.
4. BKSDA Sumatera Barat bersama KPHL Bukit Barisan, Polres Padang Panjang dan aparat
Nagari Singgalang serta masyarakat yang mengelola bermusyawarah dan menyepakati
penutupan sementara akses jalan menuju air terjun proklamator sehubungan dengan
bahaya yang mengancam keselamatan pengunjung dan pengelola dalam perjalanan
menuju air terjun. Penutupan dilakukan sampai adanya kejelasan usaha pemanfaatan
yang bisa dikembangan di kawasan hutan lindung dan ditemukan akses jalan yang lebih
aman menuju air terjun dan tidak masuk kawasan CA. Lembah Anai

Anda mungkin juga menyukai