Anda di halaman 1dari 70

!

USTAKAAN
\RSIPAN
IWATIMUR

1.45
DE
',2
@cnaHArLMU fficnrATA-LFpl,r

Soedodo Ha rdjoa m idjojo


Su kand i Su kartaatmadja

Teknik Pengawetan
Tanah
Air
TEKNIK PENGAIPETAI TAIYAH DAI{ AIR
f
Oleh : SoedodoHardioamidjojo 1 MILIK
Sukandi Sukartaatmadja Badau Pcrpustakrrtr
dnn Kee rsipro
Edisi Pertama ^ ' -:rr:ri J1r,:,1 fir111xg
Cetakan Pertama,2008
3sA .o4A f vun N pu,;
Hak Cipta @ 2008 pada Penulis,
Hak Cipta dilindungi undang-undang' Dilarang memperbanyak atau
meminclahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa Pun/ secara KATA PENGANTAR
elektronis maupun mekanis, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan
teknik perekaman lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit'

Diterbitkan atas kerjasama:


GRAHA ILMU
Candi Gebang Permai Blok R/6 uku Teknik Pengawetan Tanah dan Air ini disusun sebagai
Yogyakarta 55511
Telp. :0274382262;02744462135
bahan bacaan tambahan bagi pembaca dibidang pertaniary
Fax. :02744462136 khususnya bidang Keteknikan pertanian (Agricuttural Engi_
E-mail : info@grahailmu-co.id
neering) dengan spesialisasi reknik pengelolaan sumber Daya Ta-
dan nah dan Air, atau lebih dikenal dengan spesialisasi reknik ranah
dan Air.
EREATA-TPPM Ucapan terima kasih yang tak terhingga disampaikan ke_
Gedung FATET ALt. 2 KamPus IPB
pada Proyek JTAga-132. Kerjasama Teknik antara
|1. Raya Darmaga Bogor 16002 JICA-IpB/Ditjen.
Telp. : 0?5L-621886 Dikti, dengan nama Academic Deaelopment of Agricultural Engineer-
Fax. : 0?5L421887 ing and Technology (A.D.A.E.T.), yung terah memungkinkan pener-
e-mail : creata@ipb.ac.id
bitan buku ini.
Penulis menyadari akan kekurangan yang ada daram buku
Hardjoamidjojo, Soedodo; Sukartaatmadia, Sukandi ini, oleh karena ifu dengan segala kerendahan hati, kdtik dan saran
Hardjoamidjojo;
TEKNIK PENGAWETAN TANAH DAN AIR/Soedodo perbaikan sangat diharapkan.
Sukandi Sukartaatmadj a
-Edisi Pertama - Yogyakarta; Graha IImu, 2008
viii + 132 hlm, 1 Ji1. : 23 cm.
Bogor, |uli 2008
ISBN: 9'78-979-'l56-389-9
Penulis
1. Teknik I' Judul
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vlt
BAB 1 PENDAHULUAN !
BAB 2 PROSES TERIADIT{YA EROSI 7
2.1. Definisi 7
2.2 Proses dan Mekanisme Erosi 7
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Erosi 11
BAB 3
ALIRAN PERMUKAAN t9
3.1 Daur Hidrologis 19
3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aliran permukaan 21.
3.3 Pendugaan Debit Puncak Aliran permukaan 24
BAB 4 PENDUGAAN KEHILANGAN TANAH
OLEH EROSI 31
4.1. Percobaan Lapang 31
4.2 Percobaan di Laboratorium u
4.3 Universal Soil Loss Equation 36
BAB 5 SALURAN BERVEGETASI 53
5.1 l\.nglirrlraan Saluran Bervegetasi 53
5.? lh.ttltrL li,rlrrr,rn 54
56
5.3 Pemilihan Vegetasi
56
5.4 KecePatan Desain
5.5 Koefisien Kekasaran 58
60
Bab 1
5.6 Kapasitas Saluran
62
5.7 Drainase
63
5.8 PemeliharaanSaluran
BAB 6 BANGUNANDANKONSTRUKSI
65
PENGENDALI EROSI
6.1. Pengolahan Lahan menurut Kontur 65 PENDAHULUAN
66
6.2 Bangunan Pengendali Erosi
75
6-3 Pengendalian ]urang (Gully control)
79
6.4 Bangunan Pengendali Sedimen
6.5 Pengembangan Sumber Air 81

BAB 7PERENCANAAN USAHATANI DAN ebutuhan utama manusia adalah pmgm, di samping
DAERAH ALIRAN SUNGAI 83 papan dan pakaian, yang sebagian besar dapat dihasilkan
7.1. Pendahuluan 83 melalui pemanfaatan secara efisien sumber daya alam
7.2 Kesesuaian Lahan untuk Diusahakan 85 yang tersedia.
86
7.3 Kelas KaPabilitas Lahan Salah satu sumber alam yang penting yang tersedia adalah
89
7.4 PembatasanTanah sumber daya tanah dan air. Tanah merupakan media tumbuh
7.5 Perencanaan Daerah Aliran Sungai' 91.
tanaman, di mana akar tanaman menyerap air dan hara dari dalam
7.6 Tindakan Perlindungan Daerah Aliran Sungai 91.
tanatr, sedangkan air merupakan syarat mutlak kehidupan.
93
7.7 Sasaran Pengelolaan DAS
Tanah adalah satu benda alam yang terbentuk apabila bahan
7.8 Perencanaan dalam Rehabilitasi Lahan dan induk berada dalam pengaruh iklim tertentu, organisme dan air
Konservasi Tanah 94
dalam periode waktu yang lama. Proses pembentukan tanah (soir)
105
BAB 8 EROSI ANGIN secara alami berjalan sangat lambat, dan karena itu dapat diang-
PrinsiP Erosi Angin 105
8.1 gap sebagai sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharti (non-
Pengendalian Erosi Angin 106
8.2 renewable natural resources). oleh karena itu sumber daya alam ini
125
DAFTAR PUSTAKA harus dilestarikan.
127
TENTANG PENULIS Kegiatan manusia di dalam memanfaatkan lahan (land) mem-
pengnrrrlri berbagai proses di dalam tanah, seperti: gerakan air,
-oo0oo-
tlrry,r l,rrr,rlr lncnrrhan air, sirkulasi udara serta penyerapan hara
trl(.ll lrllt.lttt.ln

'titrtttlt
li'IruI Il'rr11,nlr'lrrrr ,l trt Arr
Penggundulan hutan sebagai salah satu usaha manusia
untuk Walaupun erosi tanah tetap terjadi di bawah kondisi alami,
menambah areal pertanian pada awalnya akan menghilangkan tetapi yang dipermasalahkan disini adalah erosi yang terutama
peneduh serta akumulasi sisa-sisa tanaman, sedangkan pengolah- disebabkan oleh campur tangannya manusia, antara lain karena
an/pemanfaatan tanah yang berlebihan, terutama pada tanah disingkirkannya vegetasi alami sebagai pelindung permukaan ta-
berllreng akan mempercepat dekomposisi bahan-bahan organik, nah. Oleh karena itu, sumber daya alami tanah yang tidak dapat
meninglltkan aliran permukaan, menurunkan daya infiltrasi diperbaharui ini haruslah dilindung, antara lain dengan mengen-
tanah yang kesemuanya menjadi penyebab erosi' dan
menurunkan dalikan erosi pada tingkat yang dapat diijinkan.
produktifitas tanah. Drainase adalah membuang air yang berlebihan ditanah yang
TeknikPengawetanTanahdanAir(TPTA=SoilandWater terlalu basah, suatu keadaan yang antara lain tidak menguntung-
teknik
Conseroation Engineering) adatah peneraPan prinsip-prinsip kan unfuk pertumbuhan sebagian besar tanaman tertentu, sedang-
untuk memecahkan masalah pengelolaan tanah dan air' kan irigasi adalah pemberian air tambahan kepada tanah yang
Pengawetan yang dimaksud disini mengandung arti: peman-
kandungan airnya kurang untuk pertumbuhan tanaman yang op-
timum. Dibidang pertanian, drainase dan irigasi biasanya diterap-
faatan yang optimal tanpa pemborosan dengan memungkinkan
menerus kan bersamaan.
tingkat produksi yang tinggi yang dapat berlangsung terus
dalam waktu Yang tidak terbatas' Pengendalian banjir adalah pencegahan limpasan air di atas
Pengelolaan tanah dan air meliputi pemanfaatan' pengolah- permukaan tanah, khususnya tanah rendah, dan pengurangan alir-
dan
ary pengembangan, penyimpanan dan pengangkutan tanah an dalam saluran alami atau sungai selama dan sesudah hujan be-
khususnya air sebagai bahan baku atau bahan mentah
untuk per- sar.
kegiatan
tanian, industri, rekreasi dan rumah tangga merupakan Pengawetan lengas tanah (moisture conseraation) antara lain
awaldariusahakerjasamamanusia.Konseputamadisiniadalah dengan menerapkan pengolahan tanah yang dimodifikasi dan tin-
bahwaairmerupakanbahanmentah,tidakberbedadenganbatu dakan-tindakan pengelolaan tanaman, termasuk cara penutupan
tanah'
bara, kayu, serat atau batu' Demikian juga halnya dengan tanah dengan sisa tanaman (mulching) secara alami maupun buatan,
merupakan bahan baku utama dibidang pertanian yang
sama Pen-
pembuatan teras, kontur, waduk lapangan dan lain-lain tindakan
tirgtyu dengan air. fisik untuk menahan air hujan ditanah dan mengurangi kehilangan
Sebenarnya,masalahteknikyangterlibatdidalamPeng- karena penguapan dari permukaan tanah.
awetantanahdanairdapatdibagikedalamenamfase'yaitu: Pengembangan sumber air termasuk diantaranya tindakan
pengendalian erosi pengumpulan dan penyimpanan air permukaan serta pengisian
drainase kembali air tanah dan persediaan air di dalam tanah.
irigasi Dua cara utama untuk meningkatkan produksi tanaman
pengendalian banjir irtl.tl,rh tlt.ngan mengembangkan atau membuka lahan yang seka-
pengawetan lengas tanah
pengembangan sumber air

lilrrrll lhr4tluutrttt irrrrtlt rlrttt Att It'nlJrxlnm


teknik pengawetan tanah dan air dengan baik, yaitu antara lain:
rangtidakproduktif(ekstensifikasi)danmeningkatkanproduktivi- Dasar-dasar Ilmu Tanah, Fisika Tanatu Ilmu Ukur Wilayah, Dasar-
tas lahan yang sekarang diusahakan (intensifikasi\' dasar Klimatologi, Hidrologi, Statistika, dan lain-lain.
dengan
Pembukaan lahan baru dapat dikerjakan misalnya
drainase, irigasi dan pembukaan lahan dengan
membuang semak- -oo0oo-

semak, pohon-pohonan serta batu dilahan tersebut'


Faseteknikyangdisebutkandiatasditerapkanterutamake-
produk-
pada tindakan-tindakan yang akan meningkatkan efisiensi
,i paau tanah yang dapat ditanami (arableland)'
keseluruh-
Bidang atau ruang lingkup TPTA tidak mencakup
an fase yang aiseUutkan diatas, akan tetapi hanya
mencakup bebe-
erosi
rapa dari fase yang disebutkan di atas, yaitu: pengendalian
dur, p"nguwetan l"r,gas tanah, karena fase-fase
yang lain merupak-
an ilmu-ilmu yang akan dibicarakan secara lebih
rinci dalam Irigasi
daya Air'
dan Drainasi, Hidrologi dan Pengembangan sumber
DidalamTP[A,jugaakandibicarakanmasalahPengelolaan
merupakan
Aliran Sungai (DAS = Watershed Management), di mana
suatuistilahyangdidefinisikansebagaiberikut:pengelolaansum-
produksi dan
ber daya alami dari suatu daerah aliran sungai untuk
perlindunganpersediaanairdansumberdasaratr(water.basedre-
iourorl,t"r-arrk pengendalian erosi dan banjir serta perlindung-
an nilai estetika yang terkait dengan air'
sum-
Pengelolaan DAS merupakan bagian dari pengelolaan
alam
ber daya alam, yaitu pengurusan dari semua sumber-sumber
dari suatu negara dengan tuiuan untuk mencukupi kebutuhan
masa kini dan masa dePan Penduduk'
Unfuk menangani bidang pengawetan tanah dan air secara
dapat
baik, seorang ahli teknik pertanian (agricultural rngineer)harus
teknik'
mengintegrasikan ru"u,u penuh dasar-dasar pengetahuan
atmJsfir (klimatologi), budidaya tanaman dan ilmu
tanah. Beberapa
ilmudasardiperlukansebagaiprasyaratuntukmenanganimasalah

Il.n,Lrhllrr nr
i,L,,;L lt,u,u,,r,u,t, m' l;nut,h rl,rrr z\lr
Bab 2

PROsEs TERJADINY A ERO5I

2.1 Definisi
stilah erosi tanah umumnya diartikan sebagai kerusakan
tanah oleh perbuatan air atau angin. Beberapa ahli menge-
mukakan pendapatnya tentang definisi atau batasan erosi, di-
antaranya adalah:

Ellison (1946), menyatakan bahwa erosi merupakan proses


pelepasan (detachment) dan pengangkutan (tr anspor t ation) dari ba-
han-bahan tanah oleh penyebab erosi. Arsyad (1980) memberikan
batasan erosi sebagai peristiwa berpindahnya atau terangkutnya ta-
nah atau bagian tanah dari tempat ke tempat lain oleh media alami
(air atau angin).

Baver (1972) menyatakan bahwa erosi oleh air adalah akibat


dari daya dispersi (pemecahan) dan daya transportasi (pengang-
kutan) oleh aliran air di atas permukaan tanah dalam bentuk aliran
permukaan.

2.2 Proses dan Mekanisme Erosi


l)rr.r pr,li51iwa utama, yaitu pelepasan(detachment) dan peng-
irrrpih r r l,r r r (l r u t t ::,l n r l n liol) rncrupirkan komponen-komponen erosi
tanah yang pentl4g. Di dalam proses terjadinya erosi' peristiwa aliran sebagai muatan dasar (bed load). percikan hujan itu sendiri
pelepasan butir tanah mendahului peristiwa pengangkutan' tetapi
dapat juga sebagai agen pengangkutan. perpindahan tanah oreh
pu.,iur,gt rtan tidak selalu diikuti oleh pelepasan. Ini berarti bahwa percikan hujan yang jatuhnya vertikal di atas permukaan tanah da-
tar adalah nol.
puf"pu*" merupakan variabel yang penting yang berdiri sendiri'
tetapi pengangkutan tergantung dari pelepasan' Apabila tetesan hujan jatuhnya miring karena tiupiur ansn
Agen pelepasan yang penting adalah tetesan hujan yang atau jika jika tanahnya miring, percikan hujan menyebabkan jum-
jatuh. Tetesan air hujan memukul permukaan tanah sehingga meng- lah kehilangan tanah yang lebih besar (Gambar 2.1.).
akibatkan gumpalan tanah meniadi butir-butir yang lebih kecil dan
terlepas. I
Energi tetesan hujan berupa energi kinetik hujan yang di-
nyatakan dalam persamaan berikut:
EK=1/z (*.t') (2.1)

di mana EK: Energi kinetik hujan


m: Massa butir hujan a.
v: Kecepatan jatuh butir hujan tanahbelerang b. hujan vertikal c hujan miring kare-
na tiupanangin
Di samping itu proses-proses alamiyang berupa pembasahan
dan pengeringan tanah yang selanjutnya menimbulkan pembeng- Gambar 2.1Pengaruh arah jatuhbutir hujan dan lereng terhadap
kakan dan pengkerutan dapat mengakibatkan pecahnya gumpalan p e rp in d ah an p ar tikel tanah
tanah meniadi agr egat-agregat kecil'
Aliran permukaan lama kelamaan akan berkurang sejalan
Butir-butir tanah tunggal yang terlepas sebagian akan ter- dengan berkurangnya curah hujan. oleh karena itu kemampuan
lempardansebagiankecilakanmengisipori-porikapilertanah, pengangkutannya akan menyusut dan pada suatu saat akan habis
setringga akan menghambat proses infiltrasi. Aliran permukaan sama sekali. Pada keadaan demikian ini terjadilah peristiwa pe-
akan terladi apabila air hujan yang samPai ke tanah melebihi kapa- ngendapan partikel tanah yang merupakan fase terakhir dari pros-
sitas infiltrasinya. Aliran tersebut mula-mula laminar, tetapi
lama
es terjadinya erosi.
kelamaan berubah menjadi turbulen karena pengaruh permukaan
Berdasarkan atas terlibat tidaknya peranan manusia sebagai
tanahyang dilaluinya. Turbulensi aliran ini dipakai untuk melepas faktor penyebabnya, erosi dapat dibedakan atas: (1) Erosi alamiah
dengan cara mengangkat dari massanya, dan menggulingkan bu- (natural eosion, geological erosion, atau normal erosion), dan (2) Erosi
tir-butir tanah dan penggemburan butir-butir tanah dari massanya d ipcrct'pat (accelerted erosion).
oleh butir-butir yang terkandung dalam aliran (stalling, 1957).Ta'
nah-tanah yang diangkut oleh aliran ini dalam bentu k su spensi a tr
t u lir,si .lurrriah dia^ggap tidak membawa kerugiary karena
butir-butir tanah yang lebih besar yang bergerlk st'Pitpii1n11 tlrrs,rr julrrlirlr lrrrrirlr y,rrrli lrilirng kirrcna erosi seimbang dengan jumlah

x-f-- lilr|ttl ll,rtg',tr'r'l,r,r l.rrrrlrr,1,ilr r\t, l'rrrrr'r lr,r/rtlllltrl l.rurl


diakibat- pat belokan atau tempat-tempat yang mudah hanyut. Erosi ini cepat
tanah yang terbentuk. Erosi dipercepat adalah erosi yang
antara sekali terjadi pada sungai-sungai yang pohon-pohonnya sepanjang
kan oleh perbuatan manusia, yang merusak keseimbangan
sungai telah habis ditebang.
proses pembentukan dan pengikisan tanah'
Longsor (land slide) adalah suatu bentuk erosi yang pengang_
Di bidang pengawetan tanah, yang diperhatikan hanya erosi
kutan atau pemindahan tanahnya terjadi pada suatu saat dalam
dipercepat saja, dan dalam pembahasan selanjutnya dipergunakan
volume yang besar. Dalam proses longsor ini pemindahan tanah
istilah erosi saja untuk mengartikan erosi yang dipercepat'
terjadi sekaligus.
Menurut agen Penyebabnya, dikenal dua jenis erosi yaitu
erosi karen a air (watei erosion) dan erosi karena angin (wind
erosion)' 2.3 Flaktor-faktor yang Mempengaruhi'Erosi
Oleh karena Indonesia merupakan daerah yang beriklim tropika Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi terutama adalah
basah, maka erosi yang paling utama adalah erosi air' iklim tanatu topografi, vegetasi dan aktivitas manusia. oleh Baver
atas (1980), faktor-faktor tersebut diklasifikasikan ke daram suatu per-
Berdasarkan tahapan terjadinya erosi dapat dibedakan
erosi per- samaan sebagai berikut:
enam macam, yaitu (1) erosi percikan (splash erosion)' (2)
mukaan (sheet erosion), (g) erosi alur (rill erosion), (4) erosi parit atau E=f(C,tT,V,H) (2.2)
jurang (iully erosion)t, (5) erosi tebing sungai (stream bank erosion), Di mana E Erosi
dan (6) longsor (land slide). C Iklim
Erosi percikan terjadi sebagai akibat dari tumbukan butir- S Tanah
butir hujan pada permukaan tanah' Pada umumnya erosi percikan T Topografi
meru-
mengawali terjadinya erosi permukaan' Erosi permukaan V Vegetasi
puml pemindahan tanah secara seragam dari suatu permukaan H Aktivitas Manusia (Human\
lapisan-
ianah, akibat aliran permukaan yang terjadi dalam bentuk Hudson (1971) mengklasifikasikan penyebab erosi ke dalam
lapisan tipis (Frevert et a1., 1981)' dua komponery yaitu erosivitas dan erodibilitas. Erosivitas adalah
Erosi
Erosi alur merupakan kelanjutan dari erosi permukaan' daya mengerosi, sedagkan erodibilitas adalah kepekaan tanah ter-
ini terjadi karena air terkonsentrasi dan mengalir pada tempat ter- hadap erosi. Apabila kedua jenis klasifikasi faktor-faktor tersebut di
lebih banyak
tentu dipermukaan tanah sehingga pemindahan tanah atas dihubungkan terdapat hubungan sebagai berikut:
dapat
terjadi pada tempat tersebut. Alur-alur yang terjadi masih Baver (1980) Hudson (1977)
alur lain-
dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa. selanjutnya
1. Iklim 'J,.
,,yu -"Lbentuk parit_parit yang lebih besar dan menimbulkan iu-
Erosivitas
atau gully 2. Erodibilitas
rang-juran g t6ully) sehingga disebut erosi parit /iu'x'1 2. Tanah a. Sifat fisik tanah
erosion. 3. 'l'opografi
Erositebingsungaiadalaherosiyangterjadipadatebingstr- 4. Vr.g,r'lrui b. Pengelolaan tanah
tempi'tt-tt'tlt- 5. MdturFiir
ngai yang disebabkan oleh arus sungai yang mclirrrtla dan tanaman

- tl;'[rrll ltttr,lrt'r'litrt litttrtrt rIttt Alr l\,,rer t&rp&ix Eo*r


2.3.1 Faktor Ik1im 2.3.2 Faktor Tanah
Faktor iklim yang memPengaruhi erosi adalah hujan' suhu Sifat-sifat fisik tanah yang penting yang berpengaruh terha-
terpenting
udara dan angin. Di daerah kopika faktor iklim yang dap erosi adalah kepekaan tanah terhadap eorsi yang dikenal se-
Huian
yemg menentukan besarnya tanah tererosi adalah hujan' bagai erodibilitas tanah. Makin besar nilai erodibilitas suatu tanah
jangkau-
me.irpaka^ salah satu faktor penentu yang berada di luar makin peka tanah tersebut terhadap erosi. Erodibilitas tanah ter-
an manusia untuk mengubahnya. Karakteristik hujan
yang memPe- gantung pada dua karakteristik tanah yaitu stabilitas agregat tanah
hujan,
ngaruhi erosi adalah intensitas hujan, lama hujan, total curah dan kapasitas infiltrasi (Wiersurn, 1979). Stabilitas agregat tanah
jatuhnya
energi kinetik hujan, ukuran butir, kecepatan dan bentuk merupakan daya tahan tanah terhadap daya disperse air hujan.
hujan serta distribusi hujan (Kohnke,1968)' Stabilitas agregat tanah dipengaruhi oleh struktur tanah, yang bi-
asanya ditentukan oleh kandungan bahan organic tanah, persentase
Butir-butir hujan yang jatuh mengenai tanah mengeluarkan
dispersi' lempung, debu dan pasir, dan juga oleh persentase kandungan ga-
energi penghancur agtegat-agregat tanah sehingga terjadi
ter- ram tanah, biasanya Na+ atau Ca++ ((Wiersum, 1979).Tanah-tanah
Ketika tetesan hujan menumbuk tanah, partikel-partikel tanah
agregal dengan kandungan lempung dan kandungan bahan organik yang
percik. Energi kinetik hujan menyebabkan pelepasan antar
ti.ggi mempunyai agregat yang stabil karena mempunyai ikatan-
L"*r. Energi kinetik huian adalah jumlah total tetesan hujan pada ikatan yang kuat di antara kolloid-kolloidnya (Greenland,1963).
intensitas yang terjadi pada distribusi hujan. Distribusi ukuran
tetes-

anhujanmeliputiproporsiterbesaradalahtetesandengandiameter Bouyoucos (1935) mengemukakan suatu kriteria yang pen-


jam' dan
di atas 4 mm pada intensitas antara 50 sampai 100 mm per ting dalam menduga kepekaan tanah terhadap erosi yaiilt "clay
lebihdari200mmperjampadaintensitaslairuryayanglebihkecil ratio" . Clay ratio merupakan perbandingan antara persentase pasir
makin
(< 2,5 mm) (Hudson, 1971). Makin tinggi intensitas hujan' dan debu dengan persentase liat, yang dapat ditulis sebagai ber-
tanah' se-
besar pula energi kinetik yang memukul agregat-agregat ikut:
hi.ggu semukin banyak partikel-partikel tanah yang terlepas dari Clay Ratio = (% pasir + % debu) / %liat
terlihat
agregatnya. Intensitas hujan dapat diklasifikasikan seperti Menurut Middleton (1930), kepekaan tanah terhadap erosi
pada Tabel2.1' dapat didekati dengan Nilai Perbandingan Dispersi (NPD), yang
Tabel 2.1 Klasifikasi intmsitas huian (Kohnke' 1960) merupakan perbandingan antara persentase debu dan lempung ak-
tual. Lebih lanjut Wischmeier dan Mannering (1969), menyatakan
bahwa debu mempunyai per€rnzrn negatif terhadap erosi. Klasifikasi
6 0,25 ringan NPD tanah menurut Midleton (1930) ditunjukkan pada Tabel2.2.
6 -L2 0,25 -0,5 sedang Kapasitas infiltrasi tanah adalah kemampuan tanah untuk
12-50 0,5 -2,0 lebat
menyerap air. Kapasitas infiltrasi mempengaruhi terjadinya aliran
50 2,O sangat lebat
pcrmukaarr. lika kapasitas infiltrasi tirgg, air huian tidak cukup
runtuk rttr.rti,rtli llirirn pc'rmukaan dan oleh karena itu pengangkut-
.tll l).ll'lik.'l lt,rtlrl'r'l l,1t;tlr ylng tcrlt'pas hlnya kc-cil. Akibatnya

'Ii'krril lt'ttg,tu,cl,ttt'litturlr rl,rrr Air it',,e, !,,rtr*ifi,r,r iio*t -flt


tergan-
2.3.3 Faktor Topografi
kehilangan tanah yang terjadi juga kecil. Kapasitas infiltrasi
permu- Pada daerah yang datar kehilangan tanah umumnya tidak
tung dari dua faktor yaitu permeabilitas tanah dan kondisi
merupakan masalah. Dua unsur topografi yang berpengaruh ter-
kaan tanah.
hadap erosi adalah kemiringan lereng dan panjang lereng (Kohnke
Tabel 2.2 Klasifikasi derajat erosi dan Bertrand,1953). Kenaikan kecepatan aliran permukaan akibat
kemiringan lereng menjadikan air tersebut sebagai pengangkut
Kurang dari L5 Tahan terhadaP erosi yang lebih baik. selain itu tetesan-tetesan hujan akan memukul
Agak peka terhadaP erosi permukaan tanah secara langsung karena lapisan air pada tanah
15 -19
Peka terhadaP erosi belerang menjadi tipis. Pukulan tetesan-tetesan huiar, tersebut akan
Lebih dari 19
mengakibatkan terlepasnya butir-butir tanatu yang selanjuturya
Permeabilitas tanah berpengaruh terhadap perkolasi air ke akan dihanyutkan oleh aliran permukaan. secara teoritis apabila
jenis dan
dalam profil tanah. Permeabilitas tanah tergantung pada kecepatan meningkat dua kali, daya erosivitas air akan meningkat
struktur tanah, mineral-mineral lempung yang dominan (kaolinit menjadi empat kali dan banyaknya material dengan ukuran terten-
atau montmorilonite), kandungan bahan organik, adanya garam- tu yang terbawa sama dengan dua pangkat lima kali (Brady, 1974).
garamtertentu(Na+atauCa++)(Wiersum,1979)'Teksturtanah
Pengaruh panjang lereng terhadap erosi tergantung pada jenis
menyatakan proporsi partikel-partikel tanah seperti pasir'
debu
tanah dan dipengaruhi oleh intensitas hujan. Umumnya kehilangan
dan liat. Proporsi-proporsi tersebut akan mempengaruhi porositas
tanah meningkat dengan meningkatnya panjang lereng.
tanah yang meliputi jumlah, ukuran dan kemantapan porinya'
Ta-
kapasi-
nah dengan proporsi yang berbeda-beda akan mempunyai Apabila intensitas hujan rendah, kehilangan tanah dapat
Tabel 2.3.
tas infiltrasi yang berbeda pula, yang ditunjukkan dalam menurun dengan peningkatan panjang lereng. Besamya pengaruh
lereng tersebut terganfung pada jenis tanah, terutama stabilitas
Tabet2.SKapasitasinfiltrasibeberapatipetanahdaripengukuran
lap angan (Arsyad S, 1965)
agregat dan permeabilitas tanah.

2.3.4 Faktor Vegetasi


Pasir berlemPung 25 -50 Pengaruh vegetasi terhadap erosi dapat dikelompokkan se-
Lempung 12,5 -25 bagai berikut:
Lempung berdebu 7,5 -15
2,5 -0,5
a. Intersepsi hujan oleh taiuly'mahkota tanaman
Lempungberliat
kurang dari 0,5 Ada dua peristiwa penting dalam intersepsi hri* oleh mah-
Liat
kota tanaman atau tajuk vegetasi, yaitu:
Kondisi permukaan tanah mempengaruhi masuknya air ke
yang 1,. Sebagian air intersepsi diuapkan sebelum mencapai tanah
dalam tanah. Faktor ini merupakan bagian dari faktor-faktor
2. Sebagian gaya pukulan tetesan-tetesan hujan diredam oleh
mempengaruhipermeabilitastanah.Pemadatantanahmenyebab- ttuthkot,t t.l llil nlan.
mcntl-
kan pori-pori tanah berkurang sehingga kapasitas infiltrasi
run.

-;-T-*-- - l"r,,r, ierlirltrf*


liLrrrL l'r'turrlu,cl,tri Ittr,tlt rItrr Air
Itrrxt
lrs
d. Transpirasi
Dengan adanya tanaman penutup tanah, air hujan yang sam-
Dengan adanya transpirasi mengakibatkan berkurangnya
pai di tanahberupa aliranyang melalui batangbatang tanaman dan
lengas tanah sehingga tanah tersebut akan menampung air lebih
tetesan hujan yang menerobos di sela-sela tajuk dan sebagian akan
banyak dan aliran permukaan akan berkurang.
tertinggal pada tanaman, sehingga aliran permukaan yang terjadi
akan berkurang. Begitu juga pukulan tetesan diredam oleh mahko- 2.3.5 Faktor Manusia
ta tanaman sehingga kemampuan pelepasan tanahnya berkurang.
Peranan manusia merupakan yang utama di dalam proses
b. Mengurangi kecepatan dan kekuatan perusakan aliran per- erosi. Peranan tersebut dapat bersifat positif maupun negatif. Ber-
mukaan peranan positif bilamana tindakan manusia yang dilakukan dapat
Vegetasi sering menghasilkan lapisan sampah pada tanah' menekan besamya kehilangan tanah dan dikatakan berper€ulan
Lapisan sampah tersebut sangat penting untuk melindungi tanah negatif apabila tindakan yang dilakukan malah memperbesar ke-
dari pukulan tetesan hujan, oleh karena tetesan-tetesan hujan tidak hilangan tanah. umumnya per€uran manusia yang negatif tersebut
dapat memecah partikel-partikel tanah. disebabkan oleh kesalahan dalam pengelolaan tanah akibat kurang-
nya pengetahuan tentang teknik pengawetan tanah dan air.
seresah, herba dan rumput-rumputan akan merintangi aliran
permukaan sehingga kecepatan berkurang dan mengakibatkan -oo0oo-
berkurang pula kemamPuan pengangkutannya. Di samping itu
seresah, herba dan rumput-rumputan akan menyaring aliran
permukaan sehingga butir-butir tanah yang terbawa berkurang.

c. Pengaruh perakaran
vegetasi dengan sistem perakaran yang memencar dalam
topsoil akan melindungi tanah dari erosi karena pengikatan par-
tikel-partikel tanah oleh akar. Jaringan-jaringan sistem akar vege-
tasi rumput-rumputan sangat efektif dalam pembentukan stabilitas
tanah (Kohnke dan Bertrand,1959). Sampah organik yang dihasil-
kan dan kegiatan akar vegetasi dapat memperbaiki permeabilitas
tanah. sampah yang dihasilkan mempunyai pengaruh meningkat-
kan kandungan humus tanah dan merangsang mikroorganisme
yang akan menghasilkan tanah-tanah porous yang baru' Dengan
demikian infiltrasi tanah akan meningkat dan aliran permukaan
yang terjadi akan berkurang. Di samping itu akar vegetasi iuga
menghisap air disekelilingnya, sehingga tanah menjadi lebih mam-
pu untuk menerima air.

- Atr
I'r,,r,'r l,,rltlllrrt l.lrrrl
16 I li'htik l'rrtgrtu'r'lrttt'linr,rlr
Bab 3
ALTRAN PERAAUKAAN

3.7- Daur Hidrologis


aur Hidrologis atau siklus hidrologis (hydrotogic cycle)
adalah serangkaian peristiwa yang terjadi pada air dari
saat ia jatuh ke bumi hingga menguap ke atmosfir untuk
kemudian jatuh kembali ke bumi. Titik permulaan di mana proses
ini dimulai, adalah seperti halnya telur dengan induk ayam. oleh
karena itu, untuk membahasnya harus diambil salah satu titik se-
bagai permulaary misalnya saat air menguap dan membentuk
awan.

Air memiliki tiga bentuk, yaitu cair, gas (uap) dan padat (es).
Air dipermukaan tanah dan dilautan, karena mendapat energi pa-
nas matahari akan menguap ke atmosfir. Makin tinggi suhu udara
akan makin besar kemampuannya unfuk menampung uap air sam_
pai batas maksimumnya (batas kejenuhan) di mana uap air tidak
clapat ditampung lagi. Uap air di atmosfir berubah menjadi awan
setelah mengalami beberapa proses dan kemudian karena masih
k.ndensasi akan jatuh ke bumi sebagai hujan atau salju. sebagian
air hujan akan menguap sebelum sampai kepermukaan bumi.
Air hujan yang jatuh ada yang tertahan oleh tanaman atau Gerakan air dalam daur hidrologis adalah tidak beraturan
bangunan dan diuapkan lagi sehingga tidak sampai dipermu- dalam hal tempat dan waktu. Pada suatu waktu terjadi hujan lebat
kaan bumi. Proses ini disebut intersepsi, sedangkan air hujan yang dan rnengakibatkan banjir, sedangkan pada waktu lainnya me-
jatuh di atas tanaman kemudian mengalir melalui batang-batang kanisme satu fase terhenti sama sekali sehingga huian tidak turun
tanaman menuju ke permukaan tanah disebut stream flotn Air hu- dan terjadi kekeringan. Ilmu yang mempelajari semua proses yang
jan yang sampai dipermukaan tanatL sebagian diuapkan melalui menyangkut keberadaan air disebut Hidrologi.
proses evapotranspirasi, sebagian akan masuk ke dalam tanah (in- Run offadalah bagian dari presipitasi yang mengalir ke danau
filtrasi) dan selebihnya akan mengalir di atas permukaan tanah se- atau laut, dapat melalui tepi permukaan(surface runffi atau bawah
bagai surface run offataualiran permukaan. Air yang terinfiltrasi ke permukaan tanah (sub-surface runoft).Aliran di atas permukaan (snr-
dalam tanah sebagian akan bergerak kearah lateral, sebagian arah face runffi disebut jug a " oaerland fl*r" atau " sheet flow" merupakan
intra (interftozo) dan bergerak ke bawah sebagai perkolasi untuk ke- bentuk yang paling penting penyebab erosi. Biasanya surface runoff
mudian disimpan sebagai air bumi (ground-water) dansebagian lagi disebut dengan istilah run offsaja atau aliran permukaan.
dihisap oleh perakaran tanaman.
Aliran permukaan terjadi bila presipitasi (hujan) yarg jatuh
Air bumi akan mengalir sebagai aliran dasar (base flow) dalrr telah mencukupi kebutuhan untuk evaporasi, intersepsi, infiltrasi
bersama-sama dengan inter flow dan aliran permukaan akan dan juga untuk mengisi cekungan-cekungan di permukaan tanah.
menuju sungai dan akhirnya ke danau atau laut. secara skematik
daur hidrologis dapat dituniukkan pada Gambar 3.1. 3.2 Flaktor-faktor yang Mempengaruhi Aliran
Permukaan
PRTCITIIAIIQN
Secara garis besar aliran permukaan dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu hujan dan daerah pengaliran (watershed).
I tllr
Preciprtalion
3.2.1 Hujan
9e, r.r, tu{. .t
Sifat-sifat hujan yang penting adalah lama hujan, intensitas
\\ hujan dan distribusi hujan. Sifat-sifat hujan tersebut mempenga-
ruhi debit dan volume aliran permukaan. Iumlah aliran permu-
titittJario'r,
t"' kaan suatu kejadian hujan berhubungan erat dengan lama hujan
dan intensitasnya. Umumnya hujan dalam waktu yang singkat ti-
otlr*eta d dak mengakibatkan terjadinya aliran permukaary sedangkan suatu
hujan dengan intensitas yang sama dengan waktu yang lama akan
0eep pe.colation Our!trr oa
'.1! .d
anarc a.f6a.l.r$ mcngakibatkan terjadinya aliran permukaan.

aur Hidrologis
Intcrrsil,ts lrujirn mempengaruhi debit dan volume aliran
Gambar 3.1 D
Pcrrnlrk,rirrr. srr,rltr lrrrj,rn t{t.ngan intensitas yang melebihi kapasi-

N:T ?krlL li',,11,,*-T,*,,,,1u,,,1,, r\llrrlrr I 1'rrrrlIrtrltt :,


a. Ukuran watershed
tas infiltrasi, maka air tidak sampai semuanya meresaP ke dalam Makin besar ukuran daerah pengaliran makin besar pula debit
tanah. Hujan dengan intensitas rendah tetapi dalam waktu lama' dan volume aliran permukaan. Bagaimanapun debit dan vo-
maka air sempat meresap ke dalam tanah. Jadi untuk totai hujan lume persafuan luas daerah pengaliran akan menurun dengan
yang sama, aliran permukaan yang dihasilkan oleh hujan dengan menurunnya luas. Ukuran daerah pengaliran menentukan ka-
intensitas rendah lebih kecil dibandingkan dengan hujan dengan pan terjadinya aliran permukaan.
intensitas tinggi dalam waktu yang lebih singkat. Hubungan antara
b. Bentuk Watershed
aliran permukaan dengan laju infiltrasi dan intensitas hujan dapat
Daerah pengaliran yang mempunyai bentuk sempit dan me-
ditunjukkan pada Gambar 3.2.
manjang, kecepatan aliran permukaan yang terjadi akan lebih
rendah dari pada daerah pengaliran yang lebih pendek dalam
-a ukuran yang sama. Aliran permukaan dari watershed yang
3-
sempit dan memanjang tidak mengumpul secepat aliran per-
E
mukaan dari watershed yang lebih pendek.
I, a c. Arah (orientasi)
?i Rekrtrll 3-3 iph (89 mm/h,
,.8 Jika sumbu memanjang suatu daerah pengaliran sejajar dengan
! arah gerakan hujan (stormpath), hujan bergerak ke hulu menye-
!
g 50 babkan debit puncak aliran permukaan lebih rendah daripada
C
i apabila hujan bergerak ke hilir. Untuk hujan yang bergerak ke
d
0 hulu aliran permukaan dari ujung terbawah daerah pengaliran
Ti.na (mn.) berkurang sebelum mendapat kontribusi lidah air dari puncak
sampai ke titik pengeluaran (outlet). Hujan yang bergerak ke
Gambar 3.2 Kurua hubungan antara run off, laiu lnfiltrasi dan hilir menyebabkan aliran permukaan dari bagian-bagian yang
intensitas huian
lebih rendah bertepatan dengan aliran permukaan yang datang
Debit dan volume aliran permukaan dari suatu daerah peng- dari bagian atas (hulu\.
aliran dipengaruhi oleh distribusi curah hujan dan intensitas hujan d. Topografi
di atas daerah pengaliran tersebut. Umumnya debit dan volume Keadaan topografi seperti kemiringan, areal-areal pegunungan,
aliran maksimum terjadi jika mendapat kontribusi dari seluruh tingkat perkembangan dan gradient saluran, luas dan jumlah
daerah pengaliran (w ater shed). daerah cekungan, mempengaruhi debit dan volume aliran per-
mukaan. Daerah pengaliran yang mempunyai dataran yang
g.2.2 Keadaan Fisik Daerah Pengaliran (Watershed)
luas atau cekungan-cekungan tanpa saluran pembuang (surface
Faktor-faktor dari daerah pengaliran yang mempengaruhi outlet) mcmpunyai aliran permukaan yang lebih rendah dari-
aliran permukaan adalah ukuran, bentuk, arah (orientasi), topografi, padn rrt,irl y.rng curam dengan pola drainase yang ditetapkan
geologi dan vegetasi di permukaan tanah. rlt'lt1i,ttt lt,rih

;\ltr rlrr I t'nrrtrhrttt


Ii'ftrrili ll'rrg,rrut'ltltt l,trrrrlt,l,ttt l\tr
Pendugaan Debit hrncak Niran Permukaan
C: Koefisien aliran permukaan (tidak berdimensi)
3.6 I : Intensitas hujan (mm/jam) untuk desain periode
Sebelum merancang atau mendesain suafu bangunan yang ulang dan lama hujan sama dengan waktu konsen-
berhubungan dengan aliran permukaary perlu mengetahui ba- trasi (Tc) watershed
nyaknya air yang mungkin terjadi. Untuk merancang bangunan A : Luas Daerah Pengaliran (Ha)
penyimpan air permukaan, cukup mengetahui total volume alir-
Koefisien aliran permukaan (C) merupakan perbandingan
an permukaan saja, sedang untuk merancang saluran, yang lebih
antara laju puncak aliran permukaan dan intensitas hujan. Jika sete-
penting adalah mengetahui debit puncak aliran permukaan yang
ngah dari curah hujan menjadi aliran permukaary maka nilai C =
mungkin terjadi.
0.5. Koefisien aliran permukaan dipengaruhi oleh faktor topografi,
Tidak semua air hujan yang iatuh di atas daerah pengaliran jenis tanah dan penggunaan lahan. untuk menentukan perkiraan
menjadi aliran permukaan, tetapi sebagian akan hilang karena in- nilai C dapat dipergunakan Tabel3.L dan Tabel3.2.
tersepsi, infiltrasi, evaporasi serta tertahan pada cekungan-cekung-
Waktu konsentrasi ialahwaktu yang diperlukan oleh air yang
an. Oleh karena itu pendugaan debit aliran permukaan tergantung
mengalir di permukaan tanah dari tempat yang terjauh pada daerah
pada dua proses yaitu penaksiran intensitas hujan dan penaksiran
pengaliran ke tempat keluamya (outlet). waktu konsentrasi dapat
berapa hujan yang akan menjadi aliran permukaan.
dihitung dengan menggunakan rumus Kirpich (1940):
Beberapa metode penaksiran besarnya aliran permukaan Tc = 0.0195 (Loz-So.eas; (3.2)
telah dikembangkan berdasarkan hal-hal tersebut di atas. Tetapi
di dalam memilih metode yang akan digunakan harus hati-hati, di mana Tc = Waktu konsentrasi (menit),lihat Tabel3.3.
karena rumus-rumus yang dikembangkan pada suatu situasi ti- L = Panjang aliran terjauh sampai outlet (m)
dak dapat diterapkan pada kondisi yang berbeda tanpa diperiksa S = Gradient aliranH/L (m/m)
terlebih dahulu, apakah metode tersebut sesuai atau tidak untuk H = Beda tinggi aliran dari ujung sampai outlet (m).
kondisi yang baru. Metode Rasional dan metode Cook merupakan Intensitas hujan selama waktu konsentrasi dapat dihitung
dua metode yang sederhana dan mudah penggunaarmya'Metode- dengan mempergunakan rumus:
metode tersebut banyak digunakan di Negara-negara tropika dan i= (Rrn/24) (24/Tc)zrz (3.3)
sub tropika.
di mana i = adalah intensitas hujan selama TC (mm/jam)
3.3.1, Metode Rasional Rr, = adalah hujan harian maksimum untuk periode
Debit puncak aliran permukaan dapat ditaksirkan dengan ulang tertentu (mm) dihitung dengan metode Gum-
mempergunakan rumus: bel
(3.1)
Tc = adalah waktu konsentrasi fiam)
Q= 1/360 (C.LA)
l,uas l)irt'ralr Aliran (A) dapat diperoleh dari pengukuran di-
Di mana Q: Debitpuncakaliranpermukaanpadaperiodeulang
l,r1'rir11f il1, (:irl-r,r',r/lrrt), llatr dari peta topografi atau foto udara.
tertentu (m3/det)

l.trr,.,tru,*,et,lrr llln rlr,Lriffi t\ltr,rrr Il.rlruLulr


l)j
pertanian Tabel 3.2 Nilai koefisien aliran permukaan C berdasar Tekstur tanah
Tabel 3.1Koefisien aliran permukaan (C) untuk daerah
berdasar laju huian

Hutan:
Datar0-5%slope 0,10 0,40
Bergelombang 5 - 10 % slope 0,25 0,50
i. Tunu* dalam baris, Pengelolaan Berbukit 10 - 30 % slope 0,30 0,60
Padang Rumput (Pasture):
2. Tanam dalam baris, Pengelolaan Datar 0,10 0,40
Bergelombang 0,L6 0,55
3. Tanaman bulir kecil, pengelolaan
Berbukit 0,22 0,60
Lahan yang diusahakan:
4. Tanaman bulir kecil, pengelolaan
Datar 0,30 0,50 0,60
5. Tanaman rerumPutan, Perma- Bergelombang 0,41. 0,60 0,70
nent, pengelolaan baik Berbukit 0,52 0,72 0,70
6. Hutan mantaP, Pengelolaanbaik Areal Pemukiman atea
30o/o 50% area 70% area
kedap air kedap air kedap air
Sumber: Schwab et a1., 1981.
Datar 0,40 0,55 0,65
3.3.2 Metode Cook 0,50 0,65 0,80
Sumber: Schwab et al., 1981.
MetodeinisemuladikembangkandiAmerikaSerikat,ke-
mudiansetelahdimodifikasidapatdigunakandiNegaratropika Tabel 3.3 Waktu konsentrasi untuk watershed kecil
areal yang tidak
dan sub tropika. Metode Cook digunakan untuk
lapangan
terlalu luas. Dalam metode ini perlu beberapa tinjauan
paling
untuk mengetahui kondisi dalam daerah tangkapan yang
Kondisi-kondisi
banyak berpengaruh terhadap aliran permukaan'
serta ke-
terslbut adalah penutupan tanatU jenis tanah dan drainase
miringan. Untuk masing-masing daerah tangkapan dibandingkan
pada tabel
der,gan kondisi pada tabel' Diskripsi yang ditemukan
tangkapan
uauLn yang paling mendekati dengan diskripsi daerah
dan dicatat nomer Yang ada'

Ii,krrik Ptn((ru,ctatt Irnrtlt rlirtr r\tr .'\[rrttr ll'rtttttIrtltt


| ,t
penjumlahan nomor-nomor diskripsi terpilih disebut catchment Tabel 3.5 Debit aliran peftnukaan dari daerah tangkapan kecil
Cha)acteristics (CC). Nilai Cafchment Characteristic (CC) dapat
dilihat (Small Catchment)
pada Tabel3.4.
Kemudian luas daerah tangkapan (A) diukur dalam hektar, 5 0.2 0.3 0.4 0.5 0.7 0.9 1.1 1.3 1.5 1.9
dan kemudian dapat diperoleh debit puncak aliran permukaan
1.7 2.1
10 0.3 0.5 0.7 0.9 7.1 't.4 1.7 2.0 2.4 2.8 3.2 3.7
untuk robabilitas L0 tahun dari suatu daerah tangkapan yang 15 0.5 0.8 't
."1 L.4 1,.7 2.0 2.4 2.9 3.4 4.0 4.6 5.2
20
bentuk kasarnya persegi empat atau bulat'
0.6 1.0 1.4 1.8 2.2 2.7 3.2 3.8 4.4 5.1 5.8 6.5
30 0.8 1.3 1.8 2.3 2.9 3.6 4.4 5.3 6.3 7.3 8.4 9.5
Apabila diinginkan debit puncak pada probabilitas yang 40 1.1 1.5 2_1 2.8 3.5 4.5 5.5 6.6 7.8 9.-t 10.5 L2.3

lain, maka dapat digunakan faktor konversi pada Tabel 3.6. Apabila
50 1..2 1.8 2.5 3.5 4.6 5.8 7.1 8.5 10.0 L1..5 13.3 15.1
75 1,.6 2.4 3.5 4.9 6.3 8.0 9.9
daerah tangkapan mempunyai bentuk lainnya, maka dapat
11.1 14.0 16.4 18.9 2'1,.7
100 1.8 -10.4
3.2 4.7 6.4 8.3 12.7 15.4 1,8.2 21..2 24.5 28.0
digunakan faktor konversi bentuk. 150 2."t 4.1 6.3 8.8 11,.6 14.7 t8_2 21.8 25.6 29"9 35.0 40.6
200 2.8 qq 8.4 11,.7 15.3 t9."1 23.3 28.0 33.1 38.s 45.0 52.5
Tabel 3.4 Catchment Characteistics (CC) 250 3.5 6.5 9.7 13.2 17.2 2t.7 27.0 32.9 39.6 46.9 55.0 63.7
300 4.2 7.0 10.5 14.7 t9.6 25.2 31.5 38.5 46.2 54.6 63.7 73.5
350 4.9 8.4 L2.6 17.2 '23.2 30.2 37.8 46.3 53.8 62.5 77.5 81.0
Rerumputan 10 Tanah dalam, drainase baik 10 Datar sampai 5 400 5.6 10.0 1.4.4 19.4 25.6 33.6 42.2 51.0 60.0 69.3 79.5 90.0
landai 450 6.3 10.5 15.5 21,.5 28.5 36.5 45.5 55.s 65.s 76.0 86.5 97.5
Rerumputan sedang 15 Tanah dalam drainase 20 Berombak 10 500 7.0 11.0 17.0 23.5 31.0 40.5 51.0 62.0 73.0 84.0 95.0 106.5
sedang Sumber: Dept.of Conservation and Extension Government of Rhodesia
Lahan yang Tanah dalam, permeabilitas 25 Bergelombang 15

diusahakan sedang A adalah luas daerah tangkapan dalam hektar, CC adalah


Lahan mudah Tanahdangkal,drainase 30 Berbukit 20
Catchment Characteristics dari Tabel 3.4. dan debit aliran permu-
tererosi atau bera jelek
berliat 30 Bergunung 25 kaan (m3 per detik untuk probabilitas 10 tahun).
Permukaan berbatu,
berat Tabel 3.6 Faktor Konaersi Probabilitas Huian
Permukaankedapdanjenuh 50
air

Sumber: Hudson, 1971. 2 Tahun 0.90


5 Tahun 0.95
10 Tahun 1.00
25 Tahun 1.25
50 Tahun 1.50

-oo0oo-

/.trT- l, l ,,rl li',rluirlr'lltt lrlttrlll ,l,t,, .'\t,


r\[r,lrr lt,rrrrrLilrr .,,,
Bab 4
PENDUGAAN KEHILANGAN
TANAH OLEH ERO5I

esar kecil laju erosi (erosion rate) yang terjadi pada suatu
lahan akan menenfukan berat ringannya kerusakan tanah
pada lahan tersebut. Makin besar laju erosinya makin
cepat kerusakan tanah yang terjadi dan sebaliknya laju erosi kecil
kerusakan tanah ringan. Berbagai cara pendekatan dapat digunakan
untuk mengetahui laju erosi yang terjadi. Cara-cara pendekatan
tersebut dapat dilakukan melalui percobaan di lapangan maupun
di laboratorium.

4.7, Percobaan Lapang


4.1.1" Pengamatan Patok (Stakel
Beberapa patok besi atau kayu ditancapkan tegak lurus ke
dalam permukaan tanah dengan menyisakan panjang tertentu di
atas tanah. Dengan mengukur tambahan panjang di atas tanah pa-
tok dalam waktu tertentu misalnya setahun, maka dapat diketahui
laju erosinya dalam mm/tahun.
4.T.2 Analisis Sedimen besar akan meluap melalui slot atau lubang-lubang tersebut. salah
satu lubang atau slot dihubungkan dengan pipa ke tangki kedua.
PadaoutletsuatuDASyangakandiukurlajuerosinyadi-
Pada tangki pertama juga dilengkapi penyaring (filter) untuk me-
amatidebitalirannyadandiambilcontohairnya.Pengambilancon-
contoh nyaring sedimen yang terangkut aliran permukaan. Dari outlet plot
toh air dilakukan setiap pengukuran debit air. selanjutnya
air dianalisis konsentrasi sedimen yang terangkut dalam
gr/litet' sampai ke kolektor diberi tutup untuk melindungi hujan.
debit aliran
Debit sedimen dapat dihitung dengan cara men8alikan Volume aliran permukaan pada tangki pertama adalah se-
jumlah aliran
dengan konsentrasi sedimennya' Dengan mengetahui banyak volume aliran permukaan pada tangki kedua dikalikan
setahun dan luas daerah tangkapan (DAS)nya
maka laju erosinya jumlah lubang atau slot divisor. Air pada tangki pertama dibuang
ke mm/
dapat diketahui dalam ton/ha/tahun atau dikonversikan dan diukur volume sedimen kemudian diambil contoh tanah un-
tahun. tuk dianalisis berat kering muatan dasar (bed load) di laboratorium.
setelah volume aliran permukaan diukur, kemudian diambil con-
4.1..3 Plot Erosi toh air untuk dianalisis konsentrasi muatan suspensi (suspended
Pengukuran laju erosi dengan menggunakan plot percobaan load) nya.
plot
di lapangan dapat diUugi menjadi dua macam' yaitu metode Besamya kehilangan tanah dapat dihitung dengan menjum-
kecil dan metode Plot besar. lahkan total muatan dasar dan muatan suspensinya dalam ton/
a. Plot kecil ha/tahun atau mm/tahun. Jumlah plot tergantung pada maksud
Karakteristikwilayahy*gharusdiperhatikanadalahke- percobaary tetapi biasanya paling sedikit dua ulangan. ]adi untuk
ber- memperkirakan kehilangan tanah pada dua jenis tanah akan mem-
miringan lereng, jenis tanah, ienis tanaman penutup' dan sistim
dengan butuhkan paling sedikit empat plot. Tataletak plot percobaan dapat
cocok tanam. Plot berbentuk segi empat memanjang lereng
sumbu bawah merupakan tempat kolektor untuk menampung dilihat pada Gambar 4.1,.
aliran permukaan dan sedimen yang dihasilkan. Ukuran plot
yang
b. Plot besar
terkecil 1, - Zrn'yungsering disebut "micro plot"' Ukuran
standar
dibatasi Pada dasarnya cara kerja maupun perlengkapan yang dipakai
adalah panjang 22,1rndan lebarny a}m' Di sekeliling plot dalam pengukuran laju erosi dengan metode plot besar adalah sama
lain-
oleh sekat dari lempeng logam (seng), paPan kayu atau bahan dengan metode plot kecil, perbedaanya hanya pada divisor dan
dan
nya. Lebar sekat sekitar 30 cm yakni 15 sampai 20 cm ditanam ukuran plotnya. Divisor yang digunakan pada metode plot besar
10 sampai 15 cm berada di atas permukaan tanah' "Cosochton wheel" dengan contoh seperseratusnya. Ukuran plot
Aliran permukaan dan sedimen yang berasal dari plot dialir- adalah panjang 6,2 - 32 m dan lebarnya 6,2 m atau panjang 15,1 m
kan melalui alat pengukur debit (misalnya flume) menuju
kolektor. clan lebar 13,41m. Pada tepi plot dibuat tanggul-tanggul pembatas
Biasanya kolektor terdiri dari dua buah tangki penampung'
Pacla clari tanah dan disekelilingnya dibuat saluran untuk menghindari
tangki pertama dipasang "divisor" misalnya "Geib multi slot
tlivi- nrasukny;r irir rlirri luar ke dalam plot. Pengamatan serta cara per-
sor,, atau dengan melubangi tangki tersebut tlt'trgan lttir* lttl'r.rlrl" lrilurrg.rrr kllrrl,rrrl',,ur t,rrrirh 1-rircli.r mctode plot besar sama dengan
dan ketinggian yang sama, sel'ringga bilit irlir.rrr Pt'rtttttkitittt
lt'rl'rltt ('.tr,l yrllltr, r I il,tl. tr l.,rlr I r,l( l,t lll(.1()tlr'
Pltlt kt.cil.

ill l, l,,rtl. li rrl',rrn lrttl Llttrlll,l,lrt .\rr l','rr,lu4,r,tt Ieftlf,lqat lrttt,rft r,[,lr I r,,rr 'l-,,-
d. Total energi kinetik butir hujan dapat dibandingkan dengan
r EXPEBiI'T€NIAL PLOT LAYOUI

e.
hujan alarni.
Plot harus cukup lebar dan panjang agar kejadian erosi
mendekati keadaan lapangan.

n r[]n
Berdasarkan cara jatuh butir air, rainfall simulator dapat dibe-

\. ts,/
n dakan menjadi dua macarn yaitu non-pressured dropper (air di-
jatuhkan tanpa tekanan) dan spraying simulator (air disemprotkan
""i.' r'1"' M Mctco.ologkd dengan tekanan).
lE:t:1"' llrlidl
Rainfall simulator banyak digunakan untuk mempelajari
proses-proses erosi di laboratorium. Alat ini tidak dapat digunakan
untuk menenfukan erosi akfual pada areal tertentu.
Gambar 4.7 Tata Letak Plot Percobaan
4.2.2 Pengukuran Stabilitas Agregat Tanah
4.2 Percobaan di Laboratorium Pengukuran stabilitas agregat dilakukan untk mengetahui
kepekaan tanah terhadap erosi. Pada umumnya dapat dikatakan
4.2.1 Rainfall Simulator
bahwa stabiiitas tanah yang rendah berarLi butiran hujan yang jatuh
Percobaan-percobaan di lapangan dengan menggunakan mudah menyebabkan erosi, karena tanah yang terdispensi menjadi
plot erosi sangat tergantung pada hujan, yarlg sulit dikendalikan partikel yang kecil dan akan menyumbat pori-pori makro tanah
sehingga hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu saja. Agar yang berakibat menurunkan kapasitas ffiltrasi. pengukuran sta-
percobaan dapat dilakukan pada setiap saat maka diperlukan alat bilitas bertujuan untuk potensial erosi suatu tanatg jadi tidak dapat
untuk meniru hujan. Alat peniru hujan tersebut dinamakan "Rain- menentukan erosi aktualnya.
fall Simulator."
Ada beberapa metode yang dapat dipakai untuk menentukan
Rainfall Simulator dirancang untuk menghasilkan hujan tingkat stabilitas agrega! diantaranya empat metode utama (Baver,
dengan karakteristik yang dikehendaki seperti ukuran butir, ke- 1960)yaitu:
cepatan jatuh, intensitas, lama hujan dan sebagainya' Adapun per-
a. Metode Ayakan Basah (wet siaing).
syaratan yang harus dipenuhi di dalam percobaan dengan meng-
gunakan Rainfall simulator tersebut adalah sebagai berikut:
b. Metode Tetesan Air Hujan.
c. Metode Pencucian dengan larutan NaCl lemah.
a. Rainfall simulator harus dapat memberi air secara seragam ke- d. Metode penjenuhan dengan air yang sebelumnya dibasahi de-
seluruh plot pada intensitas tertentu. ngan alkohol atau larutan organik lainnya.
b. Besar butiran dan intensitas hujan dapat dibandingkan dengan
hujan alami.
c. Kecepatan jatuh butiran mendekati kecepatan terminal'

IiIrriI Itrrllrnlr'lrttt itttrtlt ,l trr ;\tt ll,rr,filg,*rn hrfitlrrrrgrl l,rrt[ l['/r I rrrr
4.3 Universal Soil Loss Dquation Di mana EK = Energi kinetik hujan (Joule/m2 cm)
4.9.1 Rumus Universal Soil Equation I = Intensitas hujan (cm/jam)
Universal Soii Loss Equation (USLE) adalah suatu Persamaan selanjutnya wischmeier menyatakan bahwa intensitas maksi-
untuk memperkirakan kehilangan tanah yang telah dikembang- mum hujan yang jatuh selama s, 15, 30 menit tidak menunjukkan
kan oleh smith dan wichmeier tahun 1978. Apabila dibandingkan hubungan yang erat dengan erosi tanah. Hubungan yang sangat
dengan persamaan kehilangan tanah lainnya. USLE mempunyai nyata ditunjukkan oleh hasil perkalian antara hujan maksimum
kelebihan yaitu variabel-variabei yang berpengaruh terhadap be- selama 30 menit (U dur', energi kinetik (E). persamaannya adalah
sarnya kehilangan tanah dapat diperhitungkan secara terperinci sebagai berikut:
dan terpisah. EL= G x I*)/100 (4.3)
Sampai saat ini USLE masih dianggap rumus yang paling Dari hasil penelitiannya Hudson (1971) menunjukkan bahwa
mendekati kenyataary sehingga lebih banyak digunakan daripada energi kinetik hujan dengan intensitas lebih besar dan 2,s cm per
rumus lainnya. Persamaan kehilangan tanah tersebut dapat ditulis- jam adalah lebih baik sebagai petunjuk erosi daripada 8130. Indeks
kan sebagai berikut: erosivitas dari Hudson sering ditulis KE-1 atau KE_25.
A=RxKxLxSxCxP (4.1)
Ial (1976) mendapatkan petunjuk penyebab erosi (AIm), di
dimana A = ]umlah kehilangan tanah maksimum (ton/ha/ta- mana ini merupakan hasil perkalian dari jumlah total hujan dengan
hun) intensitas maksimum. Indeks erosivitas tahunan dari Lal dapat di-
R = Faktor erosivitas hujan hitung dengan rumus sebagai berikut:
K = Faktor erodibilitas tanah
L = Faktor panjang lereng a.Im=I f,
mt n
(a.im) (4.4)
S = Faktor kemiringan lereng i i
C = Faktor pengelolaan tanaman
P = Faktor praktik konservasi tanah di mana: a = Total curah hujan (cm)
im = Intensitas hujan maksimum (cm/jam)
a. Erosivitas huian (R) n = ]urnlah hari hujan dalam satu bulan
Erosivitas hujan menggambarkan kemampuan hujan untuk p1 = Jurnlah bulan dalam setahun
menimbulkan erosi. Erosivitas ini merupakan fungsi sifat-sifat hu-
untuk menghitung EI30 atau KE-1 diperlukan data curah hu-
jan dan biasanya dinyatakan dalam energi kinetik hujan. Energi ki-
fan yang diperoleh dari pencatat hujan otomatih sedangkan untuk
netik tersebut oleh smith dan wischmeier (1978) dinyatakan dalam ciaerah yang tidak tersedia data dari pencatat hujan otomatik, in-
persamaan:
rk'ks erosivitas hujan (R) dapat dihitung dengan cara sebagai ber-
EK = 210.3 + 891og I (4.2)
ikut:

'li'IrrrI l*,i',ti, ,'V


l'r'rr11,trrtt,trr
I ttrlrgrrm hiirrlm Tl***,&li L.,., - .--'-"__T-,i-
1. Peta Iso-erodent. Peta Iso-erodent untuk ]awa dan Madura b. Faktor Erodibilitas Tanah (K)
telah ada, yang dibuat oleh Bols (1978). Faktor erodibilitas tanah adarah faktor kepekaan jenis
tanah
2. Menggunakan data curah hujan (data sekunder) dari pencatat terhadap erosivitas hujan tanah daram keadaant"ru
r"irr,lung ta-
hujanotomatik atau manual dan kemudian menyusunpeta iso- hun dengan kemiringan lahan 9 % danpanjang
lererg, lah an 22.1
erodennya. m dengan satuan ton ha jam/ hmj crn. n"rui.,yu
,,ilai { dapat ctihi-
3. Curah hujan harian. Apabila tersedia data curah hujan harian tung dengan menggunakan rumus berikut:
dari pencatat hujan manual, maka nilai erosivitas bulanan (Rb) 1. K = A/R.L.S.C.P Untuk keadaan nol standar
dapat dihitung dengan menjumlahkan erosivitas hujan harian 2. K=A/R Unfuk keadaan standar
(Rh) selama satu bulan. Nilai erosivitas hujan harian (Rh) dapat
Ketentuan keadaan standar ialah kemiringan lereng g
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: = %,panjang
lereng = 22'1m, keadaan bera sepanjang tahun.
Dengan demikian
PYr= Q.476 (Phn / p.02727 Ph + 0.725) (4.5)
L=S=C=P=L.
di mana: Rh = Erosivitas hujan harian Metode penilaian erodibilitas tanah K yung kedua
Ph = Curah hujan harian (cm) adarah
dengan menggunakan nomograf dan rumus. Besarnya
nilai K di-
4. Curah Hujan Bulanan. Apabila suatu wilayah yang tersedia tentukan oleh teksfur, struktur, permeabilitas dan
bahan organik
hanya curah hujan bulanan dari penakar hujan manual, maka tanah (Wischmeier et al., 1971).
nilai erosivitas bulanan (Rb) dapat dicari dengan menggunakan
1.. Penentuan nilai K dengan menggunakan nomograf
rumus Bols (1978) sebagai berikut:
Atas dasar data yang tersedia, penggunaan nomograf
rJapat di_
Rb = 6.119 (pb;r.zr. H4'47 €h-ukr)0'53 (4.6.) lakukan dengan dua cara:

di mana: Rb = Erosivitas hujan bulanan a' Bila yang tersedia persentase debu dan pasir sangat
harus,
Pb = Curah hujan bulanan (cm) persentase bahan organik, strukfur tanah dan permeabili-
H = Banyaknyaharihujan tas tanah, maka penggunaan nomograf sebagai berikut
Ph*r." = Hujanharianmaksimum (cm) (lihat Gambar 4.1):
persentase debu dan pasir sangat halus yang
Apabila data jumtah hujan harian maksimum rata-rata (Ph- sudah
diketahui, ditetapkan pada titik yang bersesraiao pada
maks) dan banyaknya hari hujan tidak tersedia, maka nilai erosi-
sumbu tegak sebelah kiri dad nomoglaf;
vitas hujan bulanan dapat dihitung dengan menggunakan rumus
dari titik perpotongan ini ditarik garis horizontal hingga
Lenvain (1975) sebagai berikut:
memotong grafik persentase pasir yang bersesuaian;
Rb = 2.21 (Pb)1'36 (4.7) - dari titik perpotongan ini ditarik garis vertikar
hingga memotong grafik klas bahan organik yang
Di mana: Rb = Erosivitas bulanan
[rrrsr.suaian;
Pb = Curah hujan bulanan (cm)

-1,'[rulll'rtgr^trr'lrttt Iiurrrlr ,l rrr ,'\rr I phller**i iarrd,,,l"r, 1,,,,,,


I I'n, lu1,r,lrr
I' xt-
dari titik perpotongan ini ditarik garis horizontal ke b. Bila tersedia data: klas tekstur tanah (lihat Tabel 4.2),
kanan hingga memotong grafik klas struktur tanah persentase bahan organi, struktur tanah dan permeabili-
yang bersesuaian; tas tanah, maka penggunaan nomograf sebagai berikut
dari titik perpotongan ini ditarik garis vertikal ke (lihat Gambar 4.1).
bawah hingga memotong klas permeabilitas tanah Tabel 4.1Penilaian ukuran butir (M) untuk digunakan
yang bersesuaian; dalam rumus Nomograf (Hammer, 197g)
dari titik perpotongan tersebut ditarik garis horizontal
ke kiri hingga memotong skala indeks erodibilitas K'
Skala tersebut harus dibaca dua angka decimal'
heavy clay 270 loamy sand 3245
medium clay 750 silt clay loam 3770
sandy clay t2t3 sandy loam 4005
. I.t
-E oig
light clay 1685 loam 4390
rg!iir
.ai;ij
sandy clay loam 2760 silt loam 6330
silt clay 2830 silt 8245
clay loam 2830 tidak diketahui 4000
3035

Tabel 4.2Penilaian tekstur lapangan untuk dipergunakan


dalam nomograf (Hammer, 1978)
ooooo
Iraxtatp'.6 in,.i;ifififi
Lempung berat (heavy 2 Geluh lempung ber- 38
ooooot
a:1cna
clay) debu (silt clay loam)
Lempung sedang 15 Pasir (sand) 43
(medium clay)
Lempung berpasir 1,6 Geluh berpasir 45
(sand clay) (sandy loam)
Lempung ringan (light 20 Pasir bergeluh 45
clay) (loamy sand)
Lempung berdebu (silt 23 Geluh (loam) 46
clay)
Celuh lempung ber- 26 Geluh berdebu (silt 68
8S93333 pasir (sanrly clay loam) loam)
W Ot?.aoo'd E. qr 4r.. . r, p.rr.a
( lt'lulr lrcrh.rrrlrrrng JJ Debu (silt) 74
(r'liry hr,rrrr)
Gambar 4|t'Nomograf faktor erodibilitas tanah (K)'

1.,,,,,,,,'",t"ffii 1,r,,,,1,,l,r,r r\ii ll'rr,[tg,t,ttt ].elrlLfrfSfr Lrtrlt ,,1,,I l ,,,rr - -Til


- nilai tekstur tanah yang sudah diketahui (dari Tabel Contoh penggunaan nomograf
4.2) ditetapkan pada titik yang bersesuaian pada sum- Bila data yang diketahui:
bu datar nomograf yang mempunyai nilai antara 0 - 80 persentase debu dan pasir sangat halus 6s%
(lihat Gambar 4.\); persentase pasir 5%
dari titik ini ditarik garis vertikal hingga memotong persentase bahan organik 3%
grafik % bahan organik bersesuaian;
- struktur tanah granuler halus 2
dari perpotongan ini ditarik garis vertikan ke bawah
- permeabilitas tanah lambat sampai sedang 4
sehingga memotong grafik permeabilitas tanah yang
berkesesuaian (lihat Tabel 4.4); Arah garis hitam ( ) menunjukkan pro_
dari titik perpotongan tersebut tarik garis horizontal sedur penilaian K (nilai K: O40).
-
ke kiri hingga memotong skala indeks erodibilitas (K), Bila data yang diketahui:
skala tersebut harus dibaca dua angka decimal. tekstur tanah: debu berpasir (sandy loam) nilai 45
%bahanorganik 3%
Tabel 4.3 Penilaian struktur tanah (Hammer,'1'978)
- struktur tanah: granuler halus 2
- permeabilitas tanah: lambat _ sedang 4
Granuler sangat halus (very fine granuler) Arah garis putus-putus (- - - -) menunjukkan prosedur pe-
Granuler halus (fine granuler) nilaian K (nilai K:0,37).
Granuler sedang dan besar (medium, Coarse granuler) Penentuan nilai K dengan menggunakan rumus.
Gumpal, lempeng, pejal (blocky, platry, massif) Menurut Hammer (1978) perhitungan nilai K dapat meng-
gunakan rumus sebagai berikut:
Tabel 4.4 Penilaian permeabilitas tanah (Hammer, 1-978)
K= rt'ta
(2,713 110-a; (12 - a) + g,2ift.-2)+2,5(c_Z))/1ttr.. (4.8)
Di mana:
Cepat (rapid) M = parameter ukuran butir yang diperoleh sebagai berikut:
12,7 -25,4
M = (5% debu + % pasir sangat halus) (100 - % liat)
6,3 - t2,7
Sedang sampai lambat Bila data tekstur yang tersedia hanya fraksi pasir, debu dan liat,
% pasir sangat halus dapat diduga dengan sepertiga dari%
pa_
sir.
Sangat lambat (very slow)
a = % balrirn organik (% cx1,.724)
h = krxk.strrrktrrr tanah (lihat Tabel4.3).
c = ktttk, pr.nrtr'.r[ilit;rs tanah (lihat Tabel4.4).

li'I rrrI l'r'rrl:rrl,r'lrlrr lrttrrtlr rl,rr,,\rr l', 1,f11y,1,,,r lrr,lrlfifir&til lrlrrrh rJlI I r,irr Lri
aliran permukaan dan suatu titik di mana terdapat penurunan ke-
Bila data tekstur tanah secara kuantitatif tidak tersedia/
miringan yang cukup (menjadi lebih landai), sehingga mulai terjadi
diketahui maka untuk mendapatkan nilai M dapat digr-
pengendapan, atau di mana aliran permukaan masuk dalam suafu
nakan Tabel 4.3.
saluran drainase (Morgaru 1980).
Bila data bahan organik yang tersedia berupa klas, pe-
nilaian bahan organik menggunakan Tabel 4.5 (nilai a =.-. Faktor kemiringan lereng adalah rasio tanah yang tererosi
% x L,724) Untuk kadar bahan organic > 6 % (agak ti.gg pada suatu kemiringan lahan tertentu terhadap tanah yang tererosi
- sangat tinggi), angka 6 % tersebut digunakan sebagai ang- pada kemiringan lahan 9 %, untuk kondisi permukaan lahan yang
ka maksimum. sama.
Penilaian struktur tanah dan permeabilitas masing-masing
Menurut Wischmeier dan Smith (1978), faktor LS dapat diten-
menggunakan Tabel 4.3 dan T abel 4.4.
tukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Tabel 4.5 Klas kandungan bahan organik LS= (l/22,1)-(0,065 + 0,045 s + 0,0065 s2) (4.e)

Di mana: I = panjang lereng (m)


s = kemiringan tanah (%)
m = nilai eksponensial yang tergantung dari kemiring-
an:
s=L%,nilaim=0,2
s=1-3%,rtilaim=0,3
Contoh: penggunaan rumus untuk menentukan/menghitung s=3-5o/o,rilaim=0,4
nilai erodibilitas tanah (K). s=5%,nilaim=0,5
Apabila data yang tersedia: Untuk sebidang lahan dengan panjang lereng yang terlalu
tekstur tanah: debu berpasir (sandy loam) nilai M = 4005 besar biasanya memiliki permukaan yang tidak homogen (jenis ta-
persentase bahan organik: 3 % (Tabel .fl. nah, kemiringan dan pengelolaan yang berbeda). Dalam keadaan
nilai a =3 % x1.,724= 0,05172. demikian panjang lereng dibagi beberapa segmen dengan panjang
struktur tanah (b): granuler halus: 2 (Tabel4.2) yang sama dan kondisi permukaan tiap segmenyang seragam. Ke-
- permeabilitas tanah (c): lambat - sedang: 4 (Tabel4.3), maka mudian masing-masing segmen ditentukan nilai LS nya dengan
akandiperolehK =0,43 rumus (4.9) dan dikalikan dengan suatu faktor a (adjustment factor).
Faktor a dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai ber-
c. Faktor paniang lereng dan kemiringan lahan (LS)
ikut:
Faktor panjang lereng adalah perbandingan (rasio) tanah
;1 = j(mtr) - (i - 1) m+l ,/ nm (4.10)
yang tererosi pada suatu panjang lereng tertentu terhadap tanah
tererosi pada panjang lereng 22,1rn untuk kondisi permukaan la-
han yang sama. Panjang lereng merupakan jarak antara titik awal

''lrhnk ll'ttg,trt,,'l,ltt lilrr,rlr,l lrr r\tr l'rirfi rjrrrtrr Irlrtlrrgrrlr lrtfirtfi rrll,l I r,rtrI I +t
I
Mtt rl
di mana: a = adjustment factor U2i= nilai U untuk segmen di bawah segmen j (m)
j = nomor urut segmen (dari atas sampai ke bawah) lc = panjang seluruh lereng (m)
m = eksponen panjang lereng
n = jumlah segmen
d. Faktor Pengelolaan Tanaman (C)
Faktor pengelolaan tanaman merupakan rasio tanah yang ter-
Faktor a untuk kemiringan lahan dengan nilai eksponen erosi pada suatu jenis pengelolaan tanaman terhadap tanah yang
m = 0,5 dapat dilihat dalam Tabel4.6. tererosi pada kondisi permukaan lahan yang sama tetapi tanpa
Tabel 4.6 Faktor a untuk mengkoreksi nilai LS dari segmen pengelolaan tanaman atau diberakan tanpa tanaman.
yang berurutan dengan m = 0,5 Pada dasarnya penentuan nilai C sangat rumit karena ha-
rus mempertimbangkan sifat perlindungan tanaman terhadap
erosivitas hujan. sifat perlindungan tanaman dimulai sejak dari
pengelolaan tanah hingga panen, bahkan hingga tanaman berikut-
nya. Di samping itu penyebaran hujan selama satu tahun juga perlu
memperoleh perhatian. Penelitian tentang faktor C ini telah ban-
yak dilakukan baik di luar negeri maupun di dalam negeri. Nilai C
yang didapat dari sumber pustaka luar negeri harus diuji dahulu
Apabila sebidang lahan tidak memungkinkan untuk dibagi kebenarannya untuk dapat diterapkan pada kondisi lahan di Indo-
ke dalam segmen-segmenyang seragam, makanilai LS dapat diten- nesia. Bagaimanapun iklim dan kondisi pola tanam yang berbeda
tukan dengan prosedur sebagai berikut: akan mempengaruhi nilai-nilai C tersebut.

- Tentukan nilai U dengan rumus: Untuk menentukan besarnya nilai C dapat ditempuh cara se-
U=Sl(m+1)/ (22,L)^ (4.11) bagai berikut:

di mana S = Untuk tanaman-tanaman tunggal, dapat dipergunakan Tabel


O065 + 0,045 s + 0,0065 s2; s dalam %
I = panjang lereng (m) 4.7.

m= eksponen panjang lereng - Untuk jenis tanaman dengan rotasi tanaman tertentu atau de-
ngan cara pengelolaan pertanian tertenfu dapat menggunakan
Menghitung IS dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Tabel4.8.
- Apabila untuk sebidang lahan terdapat rotasi tanaman atau
ts = I
j=1
(Uzi-Uij)/lc (4.12) cara pengelolaan tanaman yang tidak tertentu padaTabel4.T
dan Tabel4.8, maka dapat mempertimbangkan kembali nilai C
di mana j = nomor urut segmen tersebut berdasarkan nilai-nilai C pada Tabel 4.7 danTabel4.8.
n = iumlah segrnen
Uil = nilai U untuk segmen di atas segmen j (m)

46 lilrrrl lt'rrg,firt.llrllt Llltulrl rIIII ,\rr It,,r'fiqarr,r,r lrrlilkg;n lfurilr,,&l I ,,,,, --n-
21. Tanah kosong diolah 1,0 1,0
Tabel 4.7 Nilai faktor C dengan pertanaman tunggal
22. Tanah kosong tak diolah 0,95
(Ab durr achman, Sopiy ah dan Undang 1.9 8'1., dan Hammer L9 8L)
23. Hutan tak terganggu o001
24. Semak tak terganggu 0,01
Sebagian berumput 0,10
1. Rumput Brachiaria decumbers tahun I 0,287 0,3
25. Alang-alang permanent 0,02
2. Rumput Brachiaria decumbers tahun II 0,002 0,02
26. Alang-alang dibakar 1 kali 0,70
3. Kacang tunggak 0,161
27. Semak lantana 0.51
4, Sorghum 0,242
28. Albizia dengan semak campuran 0,012
5. Ubi kayu 0,8
29. Albizia bersih tanpa semak dan tanpa 1,0
6. Kedele 0,399
seresah
7. Serai wangi 0,434 oA
30. Pohon tanpa semak 0,32
8. Kacang tanah 0,20 0,2
31. Kentang ditanaman searah lereng L,0
9. Padi (lahan kering) 0,56'L o5
32. Kentang ditanam menurut kontur o3s
10. Iagung 0,637 0,7
33. Pohon-pohon dibawahnya dicangkul 0,21
11. Padi sawah o01 0,01 (diolah)
72- Kentang oA 34. awang daun ditanam dalam bedeng 0,08
13. Kapas, tembakau 0,5 -0,7
Tabel 4.8 Nilai faktor C dengan berbagai pengelolaan tanaman
74. Nama dengan penanaman Menurut kon-
(Abdurachman, Sopiyah dan llndan 1.g81)
tur:
a. dengan mulsa dibakar 0,2-0,5
b. dengan mulsa dibenam 0,1 -0,3
dengan mulsa dipermukaan 0,01 Ubi kayu + kacang tanah
15. Tebu 0,2 Padi + sorghum
't6. Pisang jarang monokultur 0,6

17. Talas 0,86 Kacang tanah + cabe


18. Cabe, jahe dan lain-lain 0,9 Kacangtanah + mulsa jerami4ton/ha
19. Kebun campuran (rapat) 0,1 Kacang tanah + kacangtunggak
Kebun campuran ubi kayu + kedelai 4,2 Padi + mulsa jerami4ton/ha
Kebun campuran cabe + kacang tanah 0,495 os
(iarane)
20. Ladang berpindah 0,4

4ul ''llktuk lhuftruf,lilt lia*dr ,l rr Arr


l1'rr,ftrg,r,lr lrrlrtlngrrr l,l*rl1 lf,.f, ; ,,,,,
l;,
9. Kacang tanah + mulsa jagung4ton/ha 0,120 Tabel 4.9 Nilai faktor P (konseruasi tanah)
10. Kacangtanah + mulsa crotalaia 3 ton/ha 0,136
11 Kacang tanah + mulsa kacang tanah 0,259
12. Kacang tanah + mulsa jerami 0,377 I Teras bangku
13. Padi + mulsa crotalaia 3 ton/ha 0,387 a. Sempurna 0,04
t4. Pola tanam tumpang gilir *) + mulsa jerami6 ton/ 0,079 b. Sedang 0,15
haltahun c. Jelek 0,35
15. Pola tanam berurutan **) + mulsa sisa tanaman 0,347 2. Teras tradisional 0,40
t6. Pola tanam berurutan 0.498 J. Padang Rumput (permanent grass field)
t7. Pola tanam tumDang gilir + mulsa sisa tanaman 0,347 a. Bagus 0,04
18. Pola tanam tumpang gilir 0,s88 b. Jelek 0,40
*) jugo.g padi ubi kayu setelah panen padi kemudian ditanam kacang tanah 4. Hillside ditch atau freld pits 0,3
*") padijagungkacangtanah 5. Contour cropping
a. dengankemiringan 0 - 8 % 0,5
e. Faktor Praktik Pengawetan (Konservasi) Tanah (P) b. dengan kemiringan 9 - Z0 % 0,75
Faktor praktik pengawetan (konservasi) tanah adalah rasio c. dengan kemiingan2} Vo 0,9
tanah tererosi pada suatu jenis praktik pengawetan tanah terhadap 6. Limbah jerami digunakan
tanah yang tererosi pada lahan dengan kondisi permukaan yang a. 6ton/ha/tahw 0,3

sama dan tanpa praktik pengawetan.


b. 3 ton/ha/tahun 0,5
c. 7 ton/ha/tahun 0,8
Yang dimaksud dengan pengawetan disini tidak hanya tindak- 7. Tanaman perkebunan
an pengawetan tanah secara mekanis dan fisik saja tetapi termasuk a. dengan penutup tanah rapat 0,1
juga macam-macam usaha yang bertujuan mengurangi erosi tanah. b. dengan penutup tanah sedang 0,5
Usaha ini dapat dikelompokkan menjadi dua cara yaitu konservasi 8. awal 0,3
secara mekanis dan secara biologis. Konservasi tanah tersebut me- 9. Strip cropping jagurrg- kacang tanah sisa tana- 0,050
man dijadikan mulsa
liputi penterasary pengerjaan tanah secara garis kotur, strip crop-
10. Jagung - kedelai, sisa tanaman dijadikan mul- 0,087
ping dan sebagainya. Konservasi tanah secara mekanis disamping SA
berguna untuk mengendalikan aliran permukaan dan erosi juga 11. mulsa jerami padi
Jagung - 0,009
berguna untuk mempertahankan lengas tanatu sedangkan konser- 12. Padi gogo - kedelai, mulsaierami 4ton/ha 0,193
vasi tanah secara biologis dengan vegetasi akan menekan proses 13. Ifucang tanah - kacang hijau 0,730
pelepasan tanah dan memperbaiki sifat-sifat tanatr, nilai P untuk t4. Kacang tanah - kacang hijau - mulsa jerami 0,013
beberapa teknik konservasi dapat dilihat dalam Tabel4.9. t5. Padi gogo - ja ung - kacang tanah + mulsa 0,267
I (r. ,l;tpirrrrll I prrtl tlogo + ubi kayu * kacang tanah 0,1 59
lilsrl lrlll,llll,lll lij;rrlikan mulsa

-r.l liIrrrI lhrtr'rrueftl,l li.t,tfi ,l,trr ,'\tr


li rr,irl,,r,trr Ai,ltl rtgrtr l*Lrh,,l .fi 1 ,,,,, -
t7. Teras zulud: padi - iazung 0,013
18.
19.
20.
Teras gulud: sorgum
Teras gulud: ketela pohon
- sorgum

Teras gulud: jagung - kacang tanah mulsa *


0,041
0,063
0,006
Bab 5
sisa tanaman dijadikan mulsa
21. Teras gulud: kacang tanah + kedelai 0,105
11 Teras gulud: padi - jagung
kaour2ton/ha
- kacang tunggak, 0,012 5ALURAN BERVEaETASI
23. Teras bangku: jagung-ubi kayu/kedelai 0,056
24. Teras baneku: sorgum - sorgum 0,026
25. Teras bangku: kacang tanah - kacang tanah 0,009
26. Teras bangku: tanpa tar:aman 0,039
27. Serai wansi 0,537
28. Alang-alang 0,02t
29. Ubi kayu 0,0461 esain saluran bervegetasi pada dasarnya adalah suatu per-
30. Sorzum - sorgum 0,341 masalahan dibidang teknik hidrolika saluran terbttka (open
31. Crotalaria Ussaramuensis 0,502 channel hydraulics), dengan desain yang lebih kompleks
32. Padi gogo -iagung 0,209 daripada saluran terbuka berlapis semen atau bahan permanen
33. Padi eoeo - iazung - mulsaierami 0,083 lainnya. Kekomplekan ini karena variasi dalam koefisien kekasaran
34. Padi gogo - jagung - kapur 2 ton/ha - mulsa,/ 0,030
dengan ke dalam aliran, tingkat pertumbuhan vegetasi, jari-jari hi-
pupuk kandang 10 - 20 ton/ha
drolika dan kecepatan aliran.
35. Jagung - padi gogo + ubi kayu - kedelai/kacang 0,421
tanah
36. Jazung + kacang tanah - kacang hijau - mulsa 0,014 5.1 Penggunaan Saluran Bervegetasi
37. Strip crotalaria - sorgum-sorgum 0,264 Aliran permukaan pada tanah berlereng harus mengalir ke-
38. Strip crotalaria-kacangtanah - ketela pohon 0,405
bawah secara terkendali sehingga tiadak mengakibatkan terben-
39. Strio crotalaia - padi soso - kedelai 0,193
tuknya jurang(gully). Aliran semacam ini dapat terkonsentrasi oleh
40. Strip rumput - padi gogo 0,841
topografi alami, atau oleh jalur kontur, teras dan hasil pekerjaan
manusia lainnya.
-oo0oo- Didalam setiap kejadian, sejumlah besar energi dilepaskan
pada saat aliran berjalan menuruni lereng. sebagai contolu suatu ali-
r;rn dengan besaran 50 cfs (1,35 m3/detik) yang mengalir sepanjang
l(X) ft (30 rn) P11qli1 lcreng dengan kemiringan 5%, akanmelepaskan
r,rrt'r1',i s(,l,lt',t tlr.rr1,,,rrr 2tt tt-naga kuda. Bila energi ini berlaku pada

ti;il,J,t,,,,
s)l 1,,,,,
li'I rrrI I i'rrllrrrrt't,rrr A;
tanah gundul, maka sejumlah besar partikel tanah akan dilepaskan
dan diangkut oleh air. ]urang yang terbentuk akan membagi suatu
lahan menjadi sempit, banyak, barisan menjadi pendek, gerak alat-
alat pertanian dari satu lahan kelahan lain akan menjadi terham- c $3
'tv Nd

bat, dan nilai lahan akan turun. Tanah yang terangkut dari areal o
o
++
a-
lr
.15 g
tt
yang berjurang akan menyebabkan kerusakan karena sedimentasi.
Diharapkan agar pendugaan aliran permukaan dilakukan pada be-
berapa titik temu dari berbagai daerah tangkapan air untuk mem- sf
3e
i:
ili
+l) il;
-lE.: d rid
perhitungkan perubahan daerah pengaliran. Untuk saluran yang t! :lP tl-' r $ ui

relativ pendek, pendugaan aliran permukaan pada titik keluar t: li P,-


L
(outlet) saluran merupakan nilai desain praktis.
L; t:
r
o
s lx tt; \
5.2 Bentuk saluran i
I
E
&
:
(a

:. *- o
Bentuk penampang melintang dari saluran dapat berupa pa-
rabola, trapesoidal atau segitiga. Bentuk parabola adalah bentuk ;oc € r no c4
9i
L
co
yang paling mendekati bentuk saluran alami. + u I Ur
I r s
5
(
Oo
U ot
Dalam kondisi normal, aliran di dalam saluran, deposisi, ser- !t
ta erosi lereng salurary maka bentuk segitiga dan trapezoidal akan o c
;
.9

o !
bertendensi untuk berbentuk parabola. Karakteristik geometris dari a
{' I
OO

berbagai bentuk saluran dapat dilihat pada Gambar 5.1. yang juga F *
memberikan rumus untuk menghitung karakteristik hidrolika ma- qJ

sing-masing bentuk. Q.,

a:
ro
Saluran trapezoidal berdasar lebar memerlukan kedalaman 1!
(!
gali (ekskavasi) yang lebih dangkal dibandingkan dengan bentuk st
parabola atau segitiga. Dalam periode di mana aliran kecil, sedi-
o G,
ld

men akan diendapkan dalam saluran trapezoidal dengan dasar le- a


I
bar dan datar. Pengendapan sedimen yang tidak beraturan akan D

I
menyebabkan gerak meander pada aliran yang lebih besar serta ter-
bentuknya aliran turbulen dan eddy yang akan menyebabkan keru- zo
sakan local pada vegetasi. Saluran segitiga mengurangi pengendap-
an sediment, tetapi kecepatan yang tinggi mungkin menyebabkan
kerusakan dasar saluran.

s4 Ii'ftrrrI Il'rr11,lrti{'klrl lrll,ll,l,rrr \t, \,tIl r,lr llr'n,r'grrhtrl I.i


sain ini adalah kecepatan rata-rata dan bukan kecepatan yang se-
Saluran dengan penampang melintang parabola sebaiknya
benarnya dalam kontak dengan vegetasi atau dengan dasar saluran,
selalu dipilih untuk saluran pada jalan air alami. Penampang trape-
seperti yang diperlihatkan pada Gambar S.2yang memperlihatkan
zoidaldengan sedikit bentuk v pada dasar, biasanya mudah dalam
penyebaran kecepatan dalam saluran yang bervegetasi rumput.
kostruksi, di mana jalan air tersebut secara sengaja diletakkan se-
Walaupun kecepatan rata-rata dalam penampang melintang terse-
perti pada titik pengeluaran suatu teras sepanjang garis Pagar.
but adalah sekitar 0.8 m/detik, tetapi kecepatan pada titik kontak
5.3 Pemilihan Yegetasi dengan vegetasi dan dasar saluran kurang dari 0.3 m/detik. Desain
dari saluran bervegetasi adalah berdasarkan rumus Manning un-
Kondisi tanah dan iklim suatu areal adalah faktor utama
tuk kecepatan aliran (Rumus 5.1).
dalam seleksi vegetasi. Faktor lain yang harus diperhitungkan
adalah lama, kuantitas dan kecepatan aliran permukaan, kemudah- Tabel 5.1 Kecetatan
KecEatan yang
uano dinerholphknn nnin saluran
diperbolehkan pada cnlrtrnn beraegetasi
hontoootnci
an dan waktu vegetasi untuk tumbuh dan berkembangnya menjadi
pelindung, penutup yang baik, kesesuaian petani dalam hal peng-
gunaan vegetasi sebagai makanan ternak, penyebaran vegetasi ke
lahan yang berdampingan, biaya dan ketersediaan benih, serta
hambatan terhadap aliran dangkal sehubungan dengan sedimen- 1. Rumput Bermuda
tasi. 2. Blue grama
Rumput Buffalo
5.4 Kecepatan desain Rumput biru Kentucky
Kesanggupan vegetasi unfuk menahan erosi adalah terbatas. Brome halus
Rescue tinggi
Kecepatan yang diperbolehkan dalam suatu saluran tergantung
pada tipe, kondisi, dan kerapatan vegetasi serta karakteristik erosif
3. Tanaman tahunan untuk
proteksi sementara
tanah. Keseragaman penutuP tanah adalah sangat penting, karena
Alfalfa
stabilitas dari daerah yang bervegetasi rapat akan mengendalikan
Rumput kepiting
stabilitas saluran. Kecepatan yang diperbolehkan untuk rumput
Kudzu
berumpun atau penutup yang tidak seragam lainnya lebih rendah Lespedeza sericea
daripada rumput tumbuh tunggal. Rumput berumpun menghasil- Weeping lovegrass
kan aliran tidak seragam dengan erosi lokal yang tinggi. Perakaran
tanaman ini yang terbuka tidak mengikat tanah secara kuat mela-
Catatan:
wan erosi.
l. Untuk kelompok vegetasi 1 dan Z, pada tanah resiten sedang,
Kecepatan yang diperbolehkan juga dipengaruhi kemiringan
kcct'patan dikurangi 0.3 m/detik, dan unfuk tanah yang mu-
dasar saluran. saluran yang terjadi meningkatkan turbulensi den-
tlalr lr.rr.rosi krrrirrrlii dcngan 0.6 m/detik.
gan erosi lokal yang intensif. Kecepatan desain yang dianiurkan
dapat dilihat pada Tabel5.L. Harus diketahui bahwa kt'r't'P,t1,111 111'-

56 li'LrrrI ll'r11,lufftltl Illr,rl ,l,rrr ,{lr


\,,11r,r,, ll,'t1r'gr,t,r,l -lv
2. Untuk kelompok vegetasi 3, pada tanah mudah tererosi, ku- dari rumput, dan hambatan menurun dengan tajam, pada wakfu
rangi kecepatan 0.3 m/detik. vegetasi makin banyak yang tenggelam.
J. TD = tidak dianjurkan.
t.0
0.3
06 Sekl!. u.d<'

o.{
o.t
a

3 o.:
g o
3 0.!
( o.l tl.ds. L.ttlr r.i - rsBl{ r.rr
E
l 008 (fkr&rrl krld ir .i.dfr tu'.{
(
o
0,06 5* !...&e.. Oa.r ra nod fn
h{ b Ialt
ta\i{ S.r. at*qka d Gn lrta
o,04 5{.dralrf ,rFtr!,ht a*l

lo
Oirtsr lrorn.r!,t., lt( t,xl o.oo5 o or o (}'1 o r0 o.a
&oth tdl

Gambar 5.2 Penyebaran kecepatan pada saluran berlapis rumput. Gambar 5.3 Kelakuan hidrolika dari rumput yang sedang panjangnya.

5.5 KoefisienKekasaran Hambatan terhadap aliran juga dipengaruhi oleh kemiring-


an dari saluran. Hambatan yang lebih kecil ternyata dihasilkan
Kemiringan dan jari-jari hidrolika (hydraulic radius) dengan oleh kecepatan yang lebih tinggi pada kemiringan yang lebih ter-
mudah dapat dihitung dari geometri dari saluran, tetapi koefisien jal disertai makin menunduknya vegetasi. Tipe dan kondisi vege-
kekasaran sangat sulit untuk dihitung atau dievaluasi. Dari per- tasi mempunyai pengaruh yang besar terhadap hambatan, Rum-
cobaan yang sangat intensif oleh Ree (1949,1958,1976,1977) serta put yang baru dipotong memberikan hambatan yang lebih sedikit
ahli lainnya telah memberikan cara dan data untuk menentukan dibanding yang tidak. Tanaman, batang dan daun yang panjang
koefisien kekasaran dari berbagai tipe vegetasi. Gambar 5.3 mem- bertendensi untuk bergoyang dan bergetar dalam aliran, yang me-
berikan gambaran, bagaimana kompleksnya permasalahan ini. nyebabkan serta mempertahankan turbulensi yang besar. Bentuk
Koefisien kekasaran sangat bervariasi dengan kedalaman dari ali- penampang melintang dari saluran hanya mempunyai pengaruh
ran. Aliran yang sangat dangkal akan mendapat hambatan yang yang kecil terhadap koefisien kekasaran dalam selang penampang
maksimum karena vegetasi akan berdiri tegak dalam aliran. Ham- melintang yang biasanya dipergunakan.
batan yang sedikit bertambah dalam selang aliran yang rendah atau
Hasil perkalian vg yaitu kecepatan dikalikan dengan jari-
kecil ternyata disebabkan oleh kelompok vegetasi yang lebih besar
jari hidrolika, ternyata memberikan indeks hambatan saluran yang
yang disebabkan oleh bertambahnya kedalaman. Aliran sedang
rnt'rnuasknn urrl rrk koperluan desain. Vegetasi telah dikelompokkan
membuat vegetasi membungkuk dan menenggelamkan sebagiarr
tl,rl.rrn lilrr,r h,rl,r1',ori lr,rrrrlrrrtan clengan simbol A sampai E. Dalam

-58
-- --iA,irt t"[,,r,urlrl Llrtrlft ,l,ttr z\il \,tltr r,tl I lr'ttt,{r'fu lrl
I
waktu-waktu lampau, nilai n = 0.004 merupakan nilai praktis yang
dipergunakan untuk saluran bervegetasi. Dalam banyak saluran,
nilai ini cukup memuaskary tetapi pertimbangan yang hati-hati ha-
rus diberikan kepada kondisi vegetasi dan aliran terutama untuk
saluran yang panjang, dan besar di mana penyesuaian dalam de-
sain dapat menghasilkan biaya konstruksi yang lebih rendah.

5.6 Kapasitas Saluran


Saluran harus didesain secara proporsional untuk dapat me-
ngalirkan aliran permukaan pada kecepatan yang diperbolehkan.
Hal ini dapat dicapai dengan penerapan Rumus Manning, yaitu:
v = R2/3.s1/2.n (5.1)

Di mana : v adalah kecepatan rata-rata aliran (m/detik)


n adalah koefisien kekasaran saluran
R adalah a/p, di mana a adalah luas penampang
aliran, du. p adalah Perimeter basah (R dalam m)
S adalah gradien hidrolika saluran. Gambar 5,4 Monograf untuk hambatan oegetasi kelas B.

Dimensi saluran harus dipilih sehingga memenuhi v = qf a, di


mana q adalah laju aliran yang harus ditampung (m3/detik).
Rumus Manning dapat dipecahkan dengan memPergunakan
nomograf seperti pada Gambar 5.4 dan Gambar 5.5 berturut-turut
untuk vegetasi dengan kelas hambatan B. dan C.
Untuk saluran trapezoidal dengan kemiringan dinding sam-
ping 4:L, kedalaman aliran dapat ditetapkan untuk Penampang
melintang, lebar dasar dan jari-jari hidrolika yang diperlukan. Lar-
son dan Manbeck (1960) menemukan bahwa untuk penampang
melintang parabola yang kecil, d = 1.5 R" dan untuk penampang
melintang segitiga d = 2R dengan kesalahan kurang dariL% untuk
kecepatan.

(larrrlrlr 5,.5 Morlor.,rnf untuk hnmbntan aegctasi kelas C.

60 I
li'[ruI ll'rrg,tt+l,ltt l,lr*ll,l,ttr z\lt l.,tlttr,ttr I l+'tlr'gtlrttl
Saluran harus dirancang untuk mengalirkan aliran permu- di intersepsi dengan drainase pipa. Pipa harus diletakkan agak ke
kaan pada kecepatan yang diperbolehkan di bawah kondisi ham- samping dari pusat saluran untuk menghindari kemungkinan bila
batan, minimum (rumput pendek) yang mungkin terjadi pada terjadi kegagalan saluran.
musim aliran permukaan. Kondisi ini merupakan proPorsi dasar
dari saluran, misalnya lebar dasar suafu saluran trapezoidal. Ke- 5.8 PemeliharaanSaluran
dalaman tambahan perlu diberikan pada saluran untuk memberi- Kegagalan suatu saluran bervegetasi dapat disebabkan oleh
kan kapasitas yang cukup di bawah kondisi hambatan maksimum tidak cukupnya kapasitas, kecepatan terlalu tinggi, atau vegetasi
(rumput panjang atau tinggi). Suatu kedalaman bebas (freeboard) penutup saluran yang tidak cukup baik. Dua hal pertama adalah
sebesar 10 - 15 cm harus ditambahkan pada kedalaman desain. permasalahan desain, sedangkan kondisi vegetasi bagaimanapun
Segera setelah konstruksi saluran dilaksanakan, saluran
juga dipengaruhi tidak hanya oleh persiapan awal dari saluran,
mungkin sudah harus dapat menampung aliran permukaan pada tetapi juga oleh manajemen sesudahnya. Penggunaan salurary ter-
kondisi vegetasi belum ada, atau baru dalam permulaan pertumbuh- utama unfuk jalan setapak, jalan ternak, atau tempat ternak merum-
an. Karena itu tidak praktis untuk mendesain saluran pada kondisi
put akan merusak vegetasi dan sering mengakibatkan kegagalan
yang ekstrim ini. Cara lain yang untuk menjawab masalah ini an- saluran.
tara lain dengan memindah (diaert) arah aliran, sampai pada waktu Teras yang mengalirkan airnya ke saluran ini dengan keterjalan
vegetasi dalam saluran sudah tumbuh mantap. Kemungkinan lain yang terlalu besar akan menoreh kebelakang pada saluran, dan
yang dapat terjadi adalah pada saat vegetasi belum tumbuh man- merusak baik saluran maupun terasnya sendiri. Penanganan alat-
tap, terjadi aliran permukaat:tyang tinggi, tetapi hal ini merupakan alat pertanian yang kurang hati-hati, misalnya menyeberang saluran
risiko yang sudah harus diperhatikan dalam desain. dengan seenaknya, akan merusak pula vegetasi dalam saluran.

Saluran harus dipotong rumputnya beberapa kali dalam satu


5.7 Drainase
musim, untuk merangsang perfumbuhan baru serta mengenda-
Saluran air yang terletak dalam atau dibawah suatu daerah likan gulma. Pemupukan tahunan perlu diberikan untuk menjaga
peresapan, mata air, atau titik pengeluaran (outlet) drainase pipa, kerapatan vegetasi, setiap ada bagian yang tercabut atau gundul
akal selalu basah untuk wakhr lama. Keadaan basah ini akan me- harus segera ditutup kembali. Tikus dan binatang lain yang dapat
nyebabkan vegetasi penu tup saluran terhambat pertumbuhannya, merusak saluran juga harus dapat dikendalikan.
cian tanah rnenjadi sangat lenrbek, suatu keadaanyang erosif. Drain-
ase dengan pipa bawah tanah, atau pengalihan aliran semacam itu -oo0oo-
penting untuk keberhasilan sal uran bervegetasi tersebut.
Aliran yang rendah atau kecil terus menerus dari aiiran per-
mukaan yang masuk pada beberapa titik mungkin dapat ditang-
kap oleh daerah tangkapan dan diangkut keltlar oleh tlritinastr
pipa. Perembesan sepanjang tepi atau tepi atas saluritn itrli,r tl,rPirl

,,., l,'l.rrrl, l', rrgrlttfhlll l;lt,t[,l,rl'\r' ,,rlttr,rrr f L rt r'!r ftltf ;,,._


Bab 6
BANoUNAN DAN KONSTRUK5I
PENGENDAUT EROST

egiatan-kegiatan pengawetan tanah dan air secara mekanis


terdiri dari beberapa cara, diantaranya: pengolahan lahan
menurut kontur, pembuatan bangunan pengendali erosi,
pengendalian jurang @ully), bangunan pengendali sedimen dan
pengembangan sumber air.

6.1 Pengolahan Lahan menurut Kontur.


Pada pengolahan lahan menurut kontur, pembajakan dilaku-
kan menurut kontur atau memotong lereng, sehingga terbentuk
jalur-jalur tumpukan tanah dan alur menurut kontur. pengolahan
lahan menurut kontur akan lebih efektif apabila diikuti dengan
penanaman menurut konfur pula, yaitu larikan tanaman dibuat se-
iajar dengan kontur.
Efek utama pengelolaan menurut kontur adalah terbentuknya
lr.nghambat aliran permukaan yang memungkinkan penyerapan
,rir cl.n menghindarkan pengangkutan tanatu oleh karena itu, di-
tlirt'ralr kering, I'rt'ngolahan menurut kontur sangat efektif dalam
lx,r)Hilw(.tln itir.
6.2 Bangunan Pengendali Erosi Pengolahan lahan dengan kontur tanah pertanian selalu
dikombinasi-kan dengan teras. Karena perterasan memerlukan in-
6.2.7. Teras dan fungsi teras
vestasi tambahan dan menyebabkan perubahan dalam prosedur
Teras adalah suafu bangunan pengawetan tanah dan air se- bertani maka tindakan penterasan hanya dipertimbangkan di mana
cara mekanis yang dibuat untuk memperpendek lereng dan atau tindakan pertanaman atau pengelolaan tanah lainnya sendirinen-
memperkecil kemiringan, dan merupakan suafu metode pengen- diri atau bersama, tidak memberikan pengendalian yang cukup.\--
dalian erosi dengan membangun semacam saluran lebar melintang
lereng tanah.
Fungsi teras adalah mengurangi panjang lereng karena itu
mengurangi erosi sheet dan rill, mencegah terbentuknya gully, dan
Pemakaian diversions, suatu bentuk teras, untuk melindungi menahan aliran permukaan di daerah kurang hujan.
tanah bawah, bangunan dan sebagainya dari aliran permukaan
yang merusak dan erosi dari daerah terbukti juga sangat penting.
Disebagian besar daeratu graded teras lebih efektif dalam
mengurangi erosi daripada aliran permukaan (runoff), sedangkan
Teras pada permulaannya terdiri dari tangga besar atau level teras lebih efektif dalam mengurangi runo{f di samping me-
bangku datar dibandingkan dengan broad base teras yang seka- ngendalikan erosi.
rang umum.
Di dalam perencanaan teras, diperlukan berbagai pertimbang-
Dengan kemajuan teknologi, disain teras telah dikembangkan ary khusus, antara lain:
secara ilmiah sesuai dengan pengendalian hidrologis dan erosi yang
keadaan tata guna lahan pada daerah y*g bersangkutan
diperlukan daerah perlakuan dan disesuaikan dengan mekanisasi
pembuatan saluran pembuang an (outlet)
modern. Berdasarkan konstruksinya, teras dapat klasifikasikan se-
penentuan tata letak teras (terrace lay-out\
bagai tipe Nichols atau teras saluran (tanah timbunan diambil dari
rencana pertanian yang diusahakan
tanah bagian atas saja) dan tipe Mangun atau teras guludan (tanah
timbunan diambil dari bagian atas dan bawah). Perbedaan tersebut Berdasarkan fungsinya, teras dibedakan ke dalam dua jenis,
dapat dilihat pada Gambar 6.1.. yaitu: teras intersepsi (interception terrace), dan teras diversi (diuer-
sion terrace). Pada teras intersepsi, aliran permukaan ditahan oleh
saluran yang memotong lereng, sedangkan pada teras diversi ber-
Tanah gali
fungsi untuk mengubah arah aliran sehingga tersebar kesaruran la-
Tanah timbun han dan tidak terkonsentrasi kesatu tempat.
Tanah gali

Menurut bentuknya, teras dapat dibedakan ke dalam be-


Tanah timbun berapa bentuk, yaitu teras kredit, teras guludary teras datar, teras
Teras tipe Nichols Teras tipe Mangun
bangku, teras kebun dan teras individu.

Gambar 6.L Tipe teras dilihat dari konstruksiny a.

a
I

Of, I
li'liruI l1'rrgrttl,+Ilrt l,ttr,tI rl,or .'\rr
T
ll,rru,rrrr,lr 1f,1p1 [rrrnlnrtrl ll.ng, rr,l,rI l, r,,r1 --w-
6.2.l.lTeras Kredit 6.2.1.2 TerasGuludan
Teras kredit biasanya dibuat pada tempat dengan kemiring- Teras guludan adalah suatu teras yang membentuk guludan
an lereng 3 - 1A"/o, dengan cara membuat jalur tanaman penguat yang dibuat melintang lereng, dan biasanya dibuat pada lahan
teras yang mengikuti kontur (tanaman lamtoro, kaliandra, dan se- dengan kemiringan lereng 10 - 15 %. sepanjang guludan sebelah
bagainya). Jarak antar larikan antara 5 - 12 m' Tanaman pada lari- dalam, terbentuk saluran air yang landai dengan kemiringan dasar
kan teras berfungsi untuk menahan butir-butir tanah akibat erosi saluran adalah 0,1. %, sehingga dapat menampung sedimen hasil
dari sebelah atas larikan. Lama kelamaan tanah bagian atas larikan erosi (lihat Gambar 6.3). saluran tersebut juga berfungsi untuk
akan menurun, sedangkan bagian bawah yang dekat dengan
jalur mengalirkan aliran permukaan dari bidang olah menuju saluran
tanaman akan semakin meninggi (lihat Gambar 6'2)' pembuang air.

?arr*man penguat teras

Culudan batu/tanah

Gambar G.ZTeraskredit Gambar 6.3 Teras Guludan


Teras guludan hanya dibuat pada tanah yang bertekstur lepas
Proses pemindahan tanah ini berlangsung terus menerus
dengan permeabilitas tinggi. jarak antar guludan 10 m, tetapi pada
sehingga bidang olah menjadi datar atau mendekati datar- Untuk
jalan' tahap berikutnya diantara guludan dibuat guludan lain sebanyak 3
mempercepat proses tersebut, dapat ditempuh beberapa
yaitu:
- 5 jalur dengan ukuran lebih kecil (lihat Gambar 6.3). perbedaan-
nya dengan teras kredit adalah dalam teras guludary faktor kemir-
menarik tanah dari sebelah atas larikan kearah larikan tanaman ingan lereng belum berubah, sedangkan pada teras gurudan, faktor
penguat teras kemiringan lereng berubah.
membuat guludan sepaniang larikan tanaman sehingga sedi-
mentasi diperbesar 6.2.L.3. Teras Datar
memberi seresah, mulsa atau limbah pertanian atau batu-batu Teras datar dibuat pada daerah dengan kemiringan lereng
sepanjang larikan tanaman unfuk memperbesar proses sedi- < 3 %- Tujuannya adalah untuk memperbaiki pengaliran air dan
mentasi. pembasahn tanah, yaitu dengan pembuatan selokan menurut garis
kontur. 'l'lrr,rlr 1,,;rlian ditimbunkan ditepi luar sehingga air dapat
lct l,tltittt rl,ttt lct l rrrrrl,rrl. rli alirs pt matang se|aiklya ditanami

6rr l,'lrrrrL lt'ltllrtttflrltt lrtfttl,1,ril''\lr ll,rnllrrrrrrr rlitft lrrttltttlr, l1.rrg, ir,l,rI I r,,rr
tanaman penguat teras berupa rumput makanan ternak (lihat Gam- Sasaranwilayah untuk dibuat teras bangku adalah lahan yang
bar 6.4). digarap secara intensif untuk tanaman semusim, tipe tanah bukan
tanah pasir yang porus, dan lahan yang mulai tererosi berat dan
berlangsung terus rnenerus. T'eras bangku merupakan bangunan
pengawetan tanah yang paling baik untuk mengurangi kehilangan
tanatu sampai 95 7o. Teras bangku mempunyai spesifikasi sebagai
berikut:
bidang oleh teras ndring ke dalam sekitar 3 %;
bidang olah dibatasi oleh talud teras dengan kemiringan lereng
2:L atau1,:1;
Gambar 6.4TerasDatar tepi teras bagian luar dibuat pematang selebar 1.f cm dan di
atasnya sebaiknya ditanami tanaman penguat t\s seperti
6.2.1.4Teras Bangku
lamtoro, kaliandra dan sebagainya;
Teras bangku (bench terrace) adalah bangunan yang dibuat \
permukaan talud teras ditanami rumput;
sedemikian rupa sehingga bidang olah miring kebelakang(reverse \
pada kaki talud dibuat selokan teras dengan lebar 15Jcm dan
back slope) dan dilengkapi bangunan pelengkap lainnya untuk me-
kedalaman 20 cm, dengan kemiringan dasar selokan kearah
nampung dan mengalirkan air permukaan secara aman dan terken-
pembuangan air 0,1 %.
dali.
Bangunan pelengkap teras bangku terdiri dari saluran pem-
Teras banguku yang asii disesuaikan untuk lereng 25 - 50 %,
buangan air (SPA), saluran pengelak, saluran peresaparL dan terju-
berfungsi mengurangi kemiringan tanah, tetapi pembuatannya ma-
nan.
hal, dan tidak selalu sesuai untuk alat-alat pertanian modern. Ke-
miringan lahan yang sesuai untuk teras bangku adalah 10 - 30 %, Ukuran SPA perlu diperhatikan agar supaya tidak menim-
dengan ketebalan topsoil sebelum dibuat teras > 30 cm. bulkan kerusakan. Dua hal penting yang perlu dipertimbangkan
adalah perkiraan debit maksimum yang akan terjadi, dan kecepat-
Teras seperti ini walaupun sangat berguna diperadaban
an aliran maksimum yang diizinkan. Benfuk saluran biasanya trap-
lam& terbatas terutama untuk lebih menjamin penyebaran merata
ezoidal, dan permukaannya ditanami rumput untuk melindungi ta-
air. Tipe mula-mula teras bangku terdiri dari suatu serie area yang
nah serta memperlambat kecepatan aliran. Oleh karena kemiringan
didatarkan seperti rak/bangku yang merubah lereng ter1atr20-30 %
dasar SPA seharusnya 0,4 - 0,5 %, maka ditempat-tempat tertentu
n-renjadi suatu serie bangku datar atau hampir datar.
perlu dibuat bangunan terjunart /ang diperkuat dengan bambu,
Teras bangku yang lebih modern disesuaikan pada lereng batu atau bahan lain yang tersedia didaerah setempat. Tempat
6 - I % dan dapat dirubah untuk memenuhi keperluan peralatan kcdudukan SPA serta teras bangkunya, dapat dilihat pada Gambar
pertanian. Teras bangku sering disebut Conservation bench tcrracc 6.5.
atau juga ZinggConservation bench.

I,'lrrrL lt'lgrtt.'lrrti l,li,tlr,l,lr, \tr lLlrt(tttrrtrt rltlr hrfrrlrttlt, ll'l*,, r,,l,rl, I r,,rr
6.2.1.5 Teras Kebun
Teras kebr-rn biasanya dibuat pada lahan dengan kemiringan
lereng antara 30 - 50 %, yang direncanakan untuk areal penana-
man jenis tanaman perkebunan. Pembuatan teras hanya dilakukan
pada jalur tanaman, sehingga pada areal yang bersangkutan ter-
dapat lahan yang tidak di teras dan biasanya tertutup oleh vegetasi
Saluran tcras penutup tanah. Ukuran lebar jalur teras dan jarak antar jalur teras
disesuaikan dengan jenis komoditas. di dalam
kebun, lahan yang terletak diantara dua teras yang
Gambar 6.5 Teras bangku dengan Saluran Pentbuanagn Air (SPA). dibiarkan tidak diolah (lihat Gambar 6.6.)

Dalarn menentukan dimeirsi teras, dapat dipergunakan be-


berapa cara perhitungan, antara lain:
a. Rumus HILMAN Tanaman pengual
teras
V.I.=8s+60cm (6.1)
\
Untuk tanah vang peka terhadap erosi, atau
Urugan
tanah
L'
Rusak
V.I.=L0s+60cm (5.2)

Untuk tanah yang kurang peka terhadap erosi, di mana


i tet. (B). iIlt-
V.I. adalah vertical interval (m), dan s adalah kemiringan
lereng (%). Gambar 6.5 Teras kebun, (A) potongan melintang, dan
(B) dilihat dari atas
b. Rumus FAO Conservation Guide:
6.2.1.6 TerasIndividu
V.I. = s.Wr/ (100 - s. U) (6.3.)
Teras individu biasanya dibuat pada lahan dngan kemiring-
di mana an lereng 30 - 50% yang direncanakan untuk areal penanEunan
V.I. adalah vertical interval (m) tanaman perkebunan daerah didaerah yang curah hujannya terba-
s adalah kemiringan lereng (%) tas dan penutupan tanahnya cukup baik, sehingga memungkinkan
Wo adalah lebar bidang olah teras (m) pembuatan teras individu. Teras dibuat berdiri sendiri untuk tiap
U adalah (1/kemiringan talud) tanaman (pohon) sebagai tempat pembuangan lubang tanaman.
Ukuran teras individu disesuaikan dengan kebutuhan masing-ma-
sing jenis komoditas tanaman (lihat Gambar 6-7.).

7) I
li'LrrrL ll'rryintrlrtt r!t,r,r,r,l,rrr .'\ri ll,rrgrlrr,rrr ,[nr ltrullfkl ltrq,,il,l rlr l',,,,r z,
Lahan tak diolah

Tanaman
penutup / Li-'' j
1 [ Lubong
Lereng
asli

Gambar 6.7 Teras indiaidu. Gambar 5.8 Saluran Lereng atau Hill Side Ditch.
Cara dan teknik pembuatan teras individu cukup sederhana,
yaitu dengan menggali tanah pada tempat rencana pembuatan lu-
6.3 Pengendalian Jurang (Auilg Controll
bang tanaman, dan menimbunnya kelereng sebelah bawah sam- Dalam pengertian pengawetan tanah dan air,, jurang atau
pai datar, sehingga bentuknya seperti teras bangku yang terpisah. yang dikenal dengan nama " golly" , adalah merupakan tempat
Tanah disekeliling teras individu tidak diolah dan tetap berupa konsentrasi aliran permukaan pada suatu tempat secara teratur.
Ju-
padang rumput atau ditanami dengan tanarnan penutup tanah rang yang tidak segera ditanggulangi akan berkembang terus, yaitu
lainnya. penggerusan pada tebing dan dasar jurang sehingga mengakibat-
kan jurang makin dalam dan lebar.
6.2.2 Saluran Lereng (Hill Side Ditchl
Jurang atau gully ini sering dijumpai pada lahan-lahan yang
Saluran Lereng atau Hill Side Ditch adalah suatu bangunan kurang atau tidak dikelola sebagaimana mestinya menurut kaidah
pengawetan tanah dan air secara mekanis yang dibuat dengan pengawetan tanah. Jurang dapat dibedakan atas jurang bersambung-
memotong lereng pada lahan-lahan miring untuk mengurangi ke- an (continuous gullies),jurang dalam satu arear tetapi terpisah/tidak
cepatan aliran permukaan. Perbedaannya dengan teras adalah pada bersambunga^ (discontinuous gullies), dan jurang-jurang yang nam*
kegunaan daripada bidang datarnya. Pada teras, bidang datarnya pak akan bersatu, satu dengan lainnya (independent discontinuous
diolah untuk ditanami, sedangkan pada Saluran Lereng bidang gullies). Klasifikasi tersebut akan merupakan dasar pertimbangan
datarnya dipergunakan untuk jalan atau sebagai saluran drainase. dalam menetapkan tindakan atau perlakuan yang akan diberikan.
Saluran lereng ini biasanya dibuat pada perkebunan-perkebunan
Pengendalian jurang yang paling efektif adalah secara ve-
yang belum banyak bangunan pengawetan tanah dan airnya, atau getati{ dengan1irenamai jurang dengan jenis-jenis tanaman terten-
pada hutan dengan kelerengan terjal > 25 % (lihat Gambar 6.8).
tu. Hanya saja karena cara ini memerlukan wakfu yang relatif lama
st'lrirgiit sisl.rtr Pcngcndalian jurang, dan adanya risiko kegagalan
l,tlt,tttt,ttt rir'lt,tl:,tr ,rkilr,rt l',r'rrgt'mbllrgan iurirng (tanaman hanyut,

74 li,l.ru& lbrt1rru"ldr lrrk,[ ,l,rrr r\rr IlrlrHrrrrrl ,Llr, lifirfi*rl Ikrrgrrr,l,rL I r,,,r t;,,
rang, kemiringan landai sampai curam, dan keadaan penutup
mati tertimbun longsorary dan sebagainya), maka dalam menunggu
tanah rendah sampai nol (lihat Gambar 6.10.).
berfungsinya pengaman jurang, dibuat bangunan pengendali" OIeh
karena itu, pembuatan bangunan pengendali jurang harus diikuti
dengan penanaman disekitar dan di dalam jurang.
Berdasarkan tujuan dan pertimbangan masing-masing kon-
disi jurang, pada dasarnya jaminan pengendali jurang dapat dibe-
dakan atas dua kelompok, yaitu bangunan pengendali jurang"po-
,
rous", dan bangunan pengendali jurang "non-porous".
a. Bangunan pengendali iurang "potorts"
Tipe bangunan ini berfungsi menahan bahan-bahan yang
terangkut oleh air, disamping itu juga untuk mematahkan energi Gambar 6.10 Bangunan pengendali jurang dengan bronjong Kazoat.
air yang menerjangnya, tetapi bangunan ini dapat meloloskan air 3. Trucuk (brushrnood-dnms)
yang melaluinya. Beberapa tipe bangunan pengendali jurang po- Tipe bangunan ini sesuai untuk jurang-jurang yang berukuran
rous adalah: kecil sampai sedang, berbentuk v, semua kepanjangan jurang,
1. Pasangan batu kosong (loose rock) kemiringan landai sampai sedang, dan keadaan penutup tanah
Tipe bangunan ini sesuai untuk jurang-jurang berukuran kecil rendah sampai nol (lihat Gambar 6.11,.).
sampai sedang, berbentuk v, pada semua kepanjangan jurang,
kemiringan landai sampai sedang, dan keadaan penutup tanah
rendah sampai nol (lihat Gambar 6.9).

Gambar 6.ll Bangunan pengendali jurang dengan trucuk.


b. nanguFan Pengendali lurang "non-porous,,
Tipe
\tl -- \Lngunan ini berfungsi menahan laju aliran air beser-
ta sebagian b\n-bahan yang terbawa, baik yang berupa benda-
benda yang agakbesar maupun Lumpur, dan meneruskan secara
Gambar 6.9 B angunan pengendali jurang pasangan batu Kosong.
aman kelebihan air yang ditampung. pematahan energi kecepatan
2. Bronjong Kawat (wireboundloose rock) aliran akarr nrt'ngurangi penggerusan tebing-tebing jurang, dengan
Tipe bangunan ini sesuai untuk jurang-jurang hr.rrtkrrrirn s(.- rlt'rnikirrrr lx'rk.rnb,rngan jurang akan dihambat, bahkan sedikit
dang sampai besar, berbentuk U, par'la s(,nlra kr'1r,uti,rtr1,,,rrr jrr

-1,'[rrl l]rrytu"httt ll,rrrgun,nr rIrt Arttrtrklrl l]lgr,rr,l,rft l ,,,rr


Ltfhtrr rIrrr ,'\tr
demi sedikit kondisinya dipulihkan oleh adanya endapan tanah dah tidak ada sedimr:n pada air aliran permukaannya" Ilarrgun-
dalam jurang yang telah terbendung. an ini dapat berfungsi sebagai tendon air (zunfur co!.lectCIr)"
Bangunan pengendali jurang non-porous sering dibedakan
atas dua bentuk utama, yaifu:
1. "Gully plug, yaitu apabila bentuk bangunan merupakan ben-
tuk di mana jika terjadi limpasan permukaar; air tidak melewa-
ti bendung (top dam), tetapi melewati pelimpah (spillway) yang
dibuat.
.{=-={,= .,Ft{.,
2. "Gully drop", suafu bentuk bangunan yang memungkinkan Arch weir Straight wall T-buttress
limpasan permukaan yang terjadi melewati bangunan seperti
Garnbar 5.13. Bangunan pengendali jurang dutgnn pasangan
halnya bangunan terjun (drop structure) pada SPA.
Batu bata.
Beberapa tipe bangunan pengendalian jurang non-porous an-
Bangunan pengendali jurang dengan urugeu:l tanah
tara lain:
Tipe bangunan ini hampir sama dengan check-dam dengan
1. Bandung papan (log dam) ukuran yang lebih kecil. Bangunan pelimpah (spillznay) hanya
Tipe bangunan ini sesuai untuk jurang-jurang yang berukuran dibuat dari urugan tanatU tidak dari batu pasangan atau beton.
kecil sampai sedang berbentuk v, semua kepanjangan jurang, Untuk badan bendung dapat diberi lapisan kedap air, dapat
kemiringan landai sampai sedang, dan keadaan penutup tanah juga tidak, tergantung dari kondisi daerah dan besar kecilnya
rendah sampai nol (lihat Gambar 6.12.). badan bendung itu sendiri. Agar efektil, sebaiknya fipe b*go-
nan ini dibuat pada jurang dengan daerah tangkapan (catch-
!r- It ment area) 10 - 20 ha.

ii IrLJ-
ll
i_
I
I
J
._t
4. Bangunan pengendali jurang dengan pasangan beton
Tipe bangunan ini yang cukup dikenal dan banyak diterapkan
t
I I
t_ I I
I I I I
I
I
I
I
I
t
,
di Austraiia adalah "gully-head dams". Bangunan ini sangat
I
I I
iiTi
a

J.
I
l_ I I
I ,- t _l
I
sesuai untuk penanggulangan juran berbenhrk U pada ber-
UuS{ ukuran jurang. Selain berbentuk U, jurang tersebut juga
Gambar 6.12 Bangunan pe.ngendali jurang rlengan papan. memQunyai bentuk memanjang seperti sungai, dengan rata-
2. Bendung dengan pasangan batu bata (brick weir) rata le\r serta kedalamanlurang yrrrg r"rugam. pada seluruh
Ada tiga tipe bangunan dari pasangan batu bata, yaitu arch- kepanja:fuan jurang dapat dibuat beberapa gully-head clarns
weir, straiht wall, dan T-buttress (lihat Gambar 6.13). Bangunan (lihat Gambar 6.1.4.).
permanen ini dapat dibuat pada berbagai iurang tiurt st'gatlu
kondisi stabilitas tanah, bahkan untuk ciacrah bt'rlr.tltt y,rrrll s(r-

7ul lr'lirrlL ltr'rr{rfir'trftltI Iarkt[,l,Irr,'\t, llr,lAtrhtttrLfir lrrrhtllrl lt'lg, l,l,rI l, r,,rr


f-v;
fr:rietak pilda f)AS vang kritrs Cr-.ngan kemr"ringarl tt5 - 35 12,;
truas daerah tangkapan ma.kstmr:m ZS0lm;
luas genangan maksirnum 2.S ha;
tinggi bendung maksimum I rn.

Gambar 6.14 Bangunan pengendali iurang tipe " gully-head dams" .

6.4 Bangunan Pengendali Sedimen


Semua usaha untuk mengendalikan erosi adalah suatu usaha
untuk rnemperkecil erosi saja. Oleh karena itu masih terdapat sedi- Gambar 6.15 Dam pengendali tipekedap air
men (Lumpur) yang masih perlu diamankan. Bendu,g dibuat pada alur-alur jurang atau ujung sungai kecil
Proses sedimentasi yu.g terjadi di dalam waduh dasar sa- dengan maksud untuk menampung sedimen yang diangkut oleh
luran irigasi, muara sungai dan sebagainya, telah menimbulkan aliran permukaan dari daerah tangkapannya (lihat Gambar 6.L6).
banyak kerugian. Satah satu bangunan pengendali sedimen yang Check-dam selain berfungsi sebagai bangunan pengendali
dikenal adalah Check-dam (dam pengendali). Bangunan ini adalah sediment, juga bermanfaat untuk perikanary rekreasi, mencukupi
suatu bendung kecil yang terbuat dari urugan tanah yang berfung- kebutuhan air pertanian dan kebutuhan sehari-hari, dan sebagain-
si untuk menamPung sedimen serta pengawetan air' Penampang ya.
melintang dari Check-dam dapat dilihat pada Gambar 6.15.
Disamping check-dam, bangunan pengendali jurang seperti 6.5 Pengembangan Sumber Air
gully drop dan gully plug juga berfungsi sebagai pengendali sedi- Pengem Sumber Air dapat dilakukan dengan mem-
men, walaupun dengan ukuran yang lebih kecil. Tipe check-dam perhatikan sumber daya air yang ada serta kebutuhan se-
yang dikenal adalah check-dam urugan tanah, baik yang kedap air maksimal terutama untuk pertanian. Untuk itu diperlu-
maupn yang homogen. Selain kedua tipe tersebut, juga terdapat kan ang dapat menaikkan tinggr permukaan aliran air,
check-dam tipe busur yang dibuat dari Pasangan batu atau beton. antara lain pembuatan bendung sadap (weir). Berhubung
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan orientasi pengembangan hanya pada DAS yang sempit, maka ti"g$
check-dam adalah: birngunan lxrrkisar antara 1 - 3 m saja.

T,T Ji'LrrtL li'rr1',rlt'r'lrl,t lilrtrti,l,lt "\l


lLilr(rrlrrtll rlm hinrlr*rl l]lucil,l,r[ I r,,rr
t!'
L
q- t -- "'- "i'fi Bab ry
-ir- € -- - ,lt-1
tr,,.- rl\ ; ; _
.',/ ^-.v"'uJl
-T,.rl
a\ ,-I;rS
.r[im
,i$.1 il"W f -2 -*-S*
r
/-'Y(
/
##
;l
{i
ttl.It
tDl
lr
'4'r
tt{ rt PERENCANAAN U5AHA
3
%:
I
fi,;
,ti'L"','ti(lft, It(
',lrlrl
,,,",--*,
.l -L, TANI DAN DAERAF{ ALTRAN
, -rr
I
. -?c
.-?1
G,t?f,Fi((( 'a .t /'
(r (;y,r,'"-rfr 5UN6AT,IWATERSHED
{t 4 e 6( Sulurur, lrig"si .--I

Gambar 6.16 Bendung todop


Selain bendung sadap, check-dam juga mempunyai potensi
7.1 Pendahuluan
sumber air permukaan yang dapat dikernbangkan untuk pengairan, atu langkah penting untuk pengendalian erosi tanah adalah
walaupun akan terus rnenurun dengan adanya proses sedimentasi dengan menyusun tanah/lahan ke dalam kelompok ber-
didalarnnya. Pengernbangan sumber air dalam upaya rehabilitasi dasarkan bahaya erosi dan keterbatasan-keterbatasan rain,
lahan-lahan kritis sangat besar pengaruhnya, karena dapat me- sehingga sistem pertanian yang sesuai dapat direncanakan. Hal ini
rangsang petani rnembuat sar,r'ah" juga merupakan dasar suatu program perbaikan lahan yang baik,
yang sebenarnya menjadi tujuan utama.
Untuk menampung air hujan dan menyimpannya dalam
tanah (datram jurnlah kecil), dapat dibuat rorak. Rorak adalah lu- Di^as Konservasi ranah (soil Conservation service) di Ameri-
bang-lubang yang dibuat secara sederhana sejajar garis kontur atau ka serikat telah mengembangkan suatu sistemklasifikasi lahanyang
melintarrg lereng" Llkuran lubang adalah 50 cm, 20 cm lebar, dan dapat membantu menyusun faktor-faktor tanah untuk penggunaan
200 - 300 m panjang" Dengan adanya air yang tertampung akan pengawetan tanatr, yang disebut Klasifikasi Kapabilitas Lahan.
menarnbah potensi air tanah (ground water)
istilah "Tkapabilitas" adalah dalam hubungannya dengan de_
rajat bahaya
-oo0oo- flan keterbatasan lahan daiam pengolahan lahan, khu-
susnya untu\ pertanian. Jadi berbeda dengan ,,kapasitas produk-
tif" lahan. \
\
Faktor-faktor tanah yang ditentukan dilapang berlaku sebagai
rlarsar pcncntuan kapabilitas lahan. Karakteristik ini juga dipergu-
nakirn urrlrrL lrrr.nt.tapkan penggunaan lahan yang terbaik dari ber-

.r.' f, l rrrl. li'rtl,tfrT hlrt f,ltt.r,r ,1,t,, \,,


bagai kelas lahan, di mana menunjukkan tindakan atau perlakuan stib-kelas kemudian dikelornpokka* ke dala*r clelapa* kelas
pertanaman/usaha tani yang dapat melindungi lahan dari tenaga kapabilitas menr.lrut derajat keterbatasan yang perrnanen" Kedela-
erosi sehingga menjamin hasil tanaman yang tings dan lestari. pan kelas dikelompokkan ke dalam dua Divisi, yaitu:

Dalam sistem ini, dapat dibuat suatu peta bagi masing-mas- Divisi I. Lahan yang sesuai untuk diusahakan (.t:ul.tiaation/usaha
ing usaha-tani/lahan ataupun daerah aliran sungai (DAS)/Water- tani)
shed). di dalam peta ditunjukkan: tipe tanah, kemiringan serta ber- Divisi II. Lahan yang tidak sesuai untuk usaha tani.
bagukeadaan karakteristik fisik lahan yang penting'
7.2 Kesesuaian Lahagr rlntuk miusatral{,am
Tanah/lahan dimasukkan ke dalam kelompok satuan kapa-
bilitas, yaitu satuan yang memerlukan perlakuan tanah dan sistem Pengusahaan lahan mernpunyai pengeltian luas. Termasuk
pertanian yang berbeda yang akan memberikan kepastian pen8- pengelolaan lahan. I-ahan vang clianggap sesuai untuk ,liusahakan
gunaan lahan yang sinambung dan tingkat produksi yang tinggl adalah Jahan yang "rvorkable" ciapat rlikerjakarx rnisai*ya: lah,n
sesuai dengan daya dukung lahan. Setiap satuan kapabilitas terdiri
tidak terialu terjal, tidak terlalu basah cian ticlak sanp;at rlibatasi oleh
dari suatu kelompok tanah yang masing-masing mempunyai ba- faktor-faktor penghambat lainnya.
tasan yang nyata antara lain: tipe tanatu kemiringan, derajat erosi Faktor-faktor yang dapat membatasi atau menghambat dapat
dan karakter fisik lainnYa. bervariasi dari satu tempat ketempat lain. Faktor-faktr:r ini dapat
semua tanah dalam satu kelompok satuan kapabilitas mem- merupakan gabungan faktor-faktor fisik yang mengharnbat untuk
punyai kesamaan daya ketidaktahanan (susceptible) terhadap erosi penggunaan yang aman dan sinambung. Disatu iokasi, kemiringan
10% mungkin sudah terlalu te{al untuk diusahakan, misalnya
(air atau angin) dalam jenis penutup tanah yang sama. Dalam sa- den-
tuan ini, maka sistem pola tanam atau tindakan-tindakan pengelo- gan alat-alat mesin pertanian, tetapi ditempat lain clengan lingk,n-
gan yang berbeda kemiringan 10% ataulebih mungkin masih dapat
laan yang sama daPat diteraPkan.
diusahakan dengan aman.
Satuan kapabilitas tanah adalah satuan perlakuan tanah se-
jauh melibatkan faktor permanen tanah. Masing-masing mempu- Derajat di mana risiko kerusakan termasuk erosi dan keru_
nyai kemungkinan penggunaan dan kebutuhan pengawetan tanah sakan lahan lainnya membatasi kemungkinan penggunaan yang
yang hampir seragam. satu-satuan kapabilitas lahan dapat mem- lama dan sinambung, merupakan faktor-faktor p*r.,iirg. Hal-hal
punyai satu atau lebih satuan pemetaan (mapping unit)' inilah yang d{pergunakan untuk mengelompokkan lahan ke dalam
kelas kapabil\as. Hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah
satuan kapabilitas dikelompokkan lagi ke dalam kelas yang kedangkalan lapisan tanah bawarr yung spesifik, misalnya
lebih luas, dimana pengelompokkan ini memberikan tujuan yang \lum,
berbatu, dan se\againya. pada umu,nya, lahan yang tidak sesuai
berguna. Kelompok ini dikenal dengan nama: sub-kelas atau kelas. untuk diusahaka\h, akan sesuai untuk dan akan menghasilkan suatu
satuan yang membentuk Kelas Kapabilitas mempunyai jenis dan bcntuk vegetasi permanen.
derajat keterbatasan yang Permanen yang hampir sama'

-lrL"rl I'r'rryrru+ftltr l'trr'r[


'l'tr ''\rr I'r' rr't rr rrrrtrln,lrrr fl-lu/'lll,rrl L 'l -
rlr, rr r
ris
7,3 Kelas KaPabilitas Lahan lahan lahan yang biasa. Pada umurmya tmr.ah filernpurlyai. solum
yang dalam, produktif, mudah dikerjakan, dan hampir datar. Ta-
Seperti d.iuraikan di atas, lahan dibagi ke dalam dua Divisi" nah-tanah ini tidak terancam oleh kerusakan karena aliran perrnu-
Iv{asing-rnasing Divisi terdiri dari 4 (empat) Kelas Kapabilitas. Ke- kaan.
tlelapan Kelas Kapabilitas akan terlalu umum untuk rekomendasi
Lahan Kelas I ini apabila dipergunakan untuk pertanamarr
pengelolaan dan perlakuan lahan yang spesifik, karena itu dibeda-
memerlukan tindakan-tindakan untuk menjaga kesuburan dan
kan satu sama lain dari derajat faktor pembatas yang Permanen/
struktur tanatu yaitu dengan penggunaan pupuk dan pengapuran,
atau risiko yang terlibat di dalam pemanfaatnnya'
penufup tanah hijauan, pemberian sisa-sisa tanaman dan rotasi
Untuk kegunaan yang umum, Sub-kelas merupakan penge- tanaman.
lompokan yar.lg sesuai. Kelas ditenttlkan oleh "derajat" pembatasan
Kelas II. Tanah Kelas II terdiri dari tanah yang mempunyai
total dalam penggunaan lahan, sedangkan sub-kelas ditentukan
pembatasan-pembatasan sedang di dalam penggunannya, karena
oleh "jenis" pembatasnYa'
mempunyai risiko kerusakan yang sedang. Termasuk tanah yang
untuk suafu areal yang kecil, seperti suatu lahan pertanian. baik, dan dapat diolah dengan metode pengolahan yang biasa di-
Satuan Kapabilitas adalah sistem pengelompokan yang sesuai kare- lakukan.
na memungkinkan seorang operator melihat karakteristik tanah
Lahan Kelas II ini berbeda dengan lahan Kelas I dalam bebe-
dengan hanya faktor keterbatasan tertentu. Bagi areal yang cukup
,,diverse" (beragam)yangmempunyai dua atau lebih jenis keterba- rapa hal, antara lain: mempunyai kemiringan lahan/landai, dapat
mengalami erosi sedang, ke dalam solum sedang, dalam meng-
tasan dalam satu kelas kapabilitas, seringkali harus clikelompokkan
alami aliran permukaan sewaktu-waktu, dan biasanya memerlukan
ke dalam Sub-keias.
tinadakan drainase. Masing-masing faktor tersebut memerlukan
Kelas Kapabilitas mempunyai selang Kelas I - VIII. Kelas I perhatian khusus, dan mungkin memerlukan tindakan pengolahan
rnempunyai seiang adaptasi patring luas, sedangkan penggunaan lahan yang khusus seperti rotasi untuk pengawetan tanatr, bangunan
lahan dalam kelas-kelas lainnya secara berangsur lebih terbatas atau peralatan pengontrol air atau pengolahan lahan khusus.
karena aclanya pembatas-pembatas permanen' Kombinasi tindakan-tindakan di atas biasanya diperlukan.

7.3.L Lahan yang dapat diusahakan untuk pertanian Kelas III. Tanah yang termasuk Kelas III mempunyai pem-
batasan-pembatasan penggunannya ytrLg berat apabila dipergu-
Tanah atau lahan yang termasuk ke dalam empat Kelas Kapa-
nakan untu\ertanamary karena mempunyai risiko atau keru-
bilitas yang pertama merupakan lahan yang dapat diusahakan,
khususnya untuk pertanian/Usaha tani'
sakan berat.
\du u*rmnya tanahnya sedang baik, dan dapat
ditanami tanam\n pertanian secara reguler, asal ditanam dengan
Kelas I. Tanah dalarn Kelas I tidak ini tidak memPunyai atau rotasi yang baik dan diberikan perlakuan yang sesuai. Kerniringan
hanya sedikit mennpunyai pembatasan-pembatasan Permanen, larhan sedang, mudah terkena erosi bera! dan karenanya mempu-
atau risiko kerusakan.'Ianah-tanah ini sangat baik, dan clapat dio- nyai kcsubrrrirn rendah.
lah c{en gan aman dengan mempergunaka tr nretodt-- ltrt'l ot I c lrt't tl'p-

-1,;
J
- - l,'lrll* l'ergrnrrlrfit [lt,tlt,l,lr ''\rr I
rr'
t r't tr rtttrkttl ilrlrr l{rlrtl,llir, r rt l, r[, rr r -|;ti
Lahan Kelas III mempunyai lebih banyak keterbatasan atau pembatasan lain. Tanahnya mungkin hampir datar, dan kemung-
risiko di-banding Kelas Itr. Pembatasan-pembatasan ini seringkali kian erosi air atau angin kecil, apabila dikelola dengan sebaik-bai-
menghambat atau mengurangi pilihan tanaman atau waktu pena- k yr. Penggembalaan harus dibatasi agar penutup tanah tidak ru-
nanuln dan pengolahan lahan. sak.

Lahan ini memerlukan sistem pertanian yang menghasilkan Kelas VI. Sebaiknya hanya untuk penggembalaan dan hutan
penutup ta-nah yang baik, untuk melindungi dari erosi tanah, dis- walaupun hal ini juga mempunyai bahaya sedang untuk penggu-
amping membanfu mempertahankan struktur tanah. Penanaman naan ini. Pembatasan permanen sedang, dan tidak sesuai untuk
tanaman makanan ternak akan lebih baik daripada tanaman ber- pengolahan lahan karena kemiringan terjal, atau kedalaman solum
lajur. Kombinasi tindakan-tindakan diperlukan untuk mengusa- dangkal. Penggembalaan sebaiknya tidak diperbolehkan karena
hakan lahan tersebut dengan aman. akan merusak penutup tanah.

Kelas IV. Tanah Kelas IV mempunyai pembatasan-pem- Kelas VI. Dapat menghasilkan kayu hutan apabila dikelola
batasan permanen yang berat atau berbahaya bila diusahakan dengan baik. Bila penutup tanah rusak, maka penggunaan lahan
unfuk tanaman pertanian, walaupun sebenarnya tanahnya masih harus lebih dibatasi agar penutup tanah kembali seperti semula.
cukup baik. Tanah ini dapat diolah sekali kali asal ditangan den- Tanah pada umumnya lebih terjal atau lebih mudah terkena erosi
gan hati-hati. Sebagian besar tanah ini sebaiknya ditanami tanaman dibanding dengan Kelas IV atau V.
makanan ternak. Kelas VII. Mempunyai pembatasan-pembatasan yang lebih
Tanah Kelas IV mempunyai banyak faktor yang tidak dike- berat, apabila dipergunakan untuk penggembalaan atau hutan. Ta-
hendaki, antara lain kemiringan/lereng yang cukup terjal, dan mu- nah-tanah ini pada umumnya terjal, telah mengalami erosi berat,
dah tererosi, sangat terbatas untuk usaha tanaman pertanian. Sebai- kasar permukaannya, dangkal kedalaman solumnya, kekeringan
knya tanaman yang cocok adalah rumput makanan ternak untuk atau berawa-rawa.
waktu yang lama, dan tanaman serealia dapat ditanam 5-6 tahun Kelas VIII. Tanah dalam kelas ini sangat kasar permukaan-
sekali. Dilain pihak, tanah memPunyai solum dangkal, rendah ke- nya, bahkan untuk hutan ataupun penggembalaan. Sebaiknya di-
suburan dengan kelerengan sedang. pergunakan untuk kehidupan liar, rekreasi atau sebagai daerah ali-
ran sungai dengan fungsi penuh hidro-orologis.
7.3.2lahan yang tidak dapat Diusahakan untuk Pertanian
Lahan dalam empat kelas terakhir tidak sesuai untuk pen- 7.4 feri-batasan Thnah
golahan tanah. Apabila mungkin, mereka harus dibiarkan dengan \
Istilah rung\ baik, baik, sedang baik atau sedikit baik diper-
tanaman/vegetasi permanen atau tanaman tahunan.
gunakan di dalam\deskripsi Kelas Kapabilitas. Mereka menunjuk-
Kelas V. Sebaikrrya untuk vegetasi permanen, untuk tanaman kan kualitas relative dari tanah/lahan dari semua segi penyebab
makanan ternak atau hutan. Pengolahan lahan tidak nrcrrrrrngkin- f isik yan g rl iketahui, kemungkinan-kemungkinan dan pembatasan-

kan, karena tingkat kebasaharr, batu-tratu;rtl tlan atilt't 1'rctrtIr,tt.tsittt- lrt.rrrl'rrrtirs,rn, ri('Jx'rti' kelerengan, erosi, kedalaman, dan kemam-
lrr rir n l,rlr,u r r r I r r k r I i r sir hir ka lr/ cl i kcriakirrr.
r r r

lir'l l, l rrrl lt'r8,tft".',,trt l,,ri,,ri ,l,rr, \r' I i' t,'rt,,ttt,t,ltt,lrtr f{rhrrl'illt,*t l, rl,, r,,
i ''i"
Istila-istilah tersebut tidak menyatakan keadaan produktifitas 7.5 Perencanaan Daerah Niran Sungai
sekarang atau kemamPuannya, misalnya: tanah dalam, subur dan Suatu perlindungan DAS yang sukses memerlukan penger-
berwarna gelap pada lerengl}% mungkin memPunyai produktifi- tian bahwa mereka yang tinggal di dalam DAS tersebut merupakan
tas sekarang yang sama dengan tanah pada kelerengan 3%. Tetapi penanggungsawabutama.
dari segi bahaya (hazard) kelangsungan produksi, tanah pertama di-
masukkan ke dalam kelas "sedangbaik" , dan yang kedua ke dalam
Perlindungan suatu DAS dapat terdiri dari:
"ba7k" . Semua tanah dalam kelas I, II, dan III paling tidak harus aplikasi tindakan pengawetan tanah dan air yang diperlukan
cukup produktif yang memungkinkan pengolahan lahan regular dalam usaha taninya, perlindungan dan pengelolaan hutan
untuk tanaman setahun atau tanaman berumur pendek dapat di- yang baik, serta pemasangan peralatan atau bangunan yang
lakukan. diperlukan dan dapat dilakukan untuk mengurangi kerusakan
karena aliran air/banjir dan sedimentasi.
Seianjutnya, kelas-kelas kapabilitas tanah tersebut dapat di-
pembuatan bangunan penghambat banjir, perbaikan saluran,
ringkas seperti pada Tabel7.1.
pengendalian gully, stabilisasi lereng saluran dan tindakan
Tabel 7.7 Ringkasan Kelas Kesesuaian / Kapabilita Lahan. lain.
Divisi I. Sesuai untuk pengolahan lahan pertanian. Karena tanah dan kelakuan air yang jatuh diatasnya berbeda
dari satu lahan kelahan lairy dari satu DAS ke DAS yang lain, maka
I. Hanya memerlukan tindakan pengelolaan lahan yang tiap tipe lahan dan DAS harus direncanakan dan dikelola secara in-
baik dividual, walaupun mempunyai prinsip-prinsip dasar yang sama/
il. Memerlukan tindakan pengawetan sedang umum. Karena kompleksnya serta besaran-besaran perbedaan-per-
m. Memerlukan pengawetan yang intensif bedaan ini, maka tidak ada suatu tindakan yang dapat dikatakan
IV. Memerlukan/Dapat diolah dengan pengolahan lahan "fixed", atau suatu rencana yang siap pakai yang dapat dipergu-
vanq iaranq, dan ditanami tanaman tahunan. nakan.

Divisi II. Tidak sesuai untuk pengolahan lahan pertanian hanya 7.6 Tindakan Perlindungan Daerah Niran
untuk rerumputan, tanaman makanan ternak, hutan dan Sungai
khidupan satwa liar/ rekreasi)
yang mendukung perlindungan DAS
dapat di ke dalam dua kategori: Tujuan (purpose) dan
Tidak ada pembatasan penggunaan metode
Pembatasan sedang perlu
Pertama-ta tindakan-tindakan dalam penggunaan lahan
Pembatasan berat perlu
scrta perlakuan dapat secara efektif meningkatkan ffiltrasi dari
Hanva sesuai untuk kehidu n satwa liar/rekrt'asi
curah hujarr, clan meningkatkan kapasitas tanah menahan air serta

,rt) l,'LruL lbtUrrttrl,n l,t,ur/,,1,,,, .'\,, ll'ri'rrr,lrrrrrail rlrr fkl*il,*fur,rrr l,rlr,rrr


I
mencegah erosi tanah. Termasuk dalam tindakan-tindakan ini anta- lalu kompleks untuk dilakukan oleh petani, atau keuntungan baru
ra lain menanam dalam konfur, penterasan, strip cropping, membuat diperoleh dalam jangka panjang, sehingga tidak dapat diharapkan
saluran berumput, rotasi tanamary penanaman pastur dan pengelo- petani akan melaksanakan hal ini.
laan hutan. Iuga termasuk disini tindakan-tindakan stabilisasi DAS, Apabila sesuatu tindakan secara ekonomis akan menguntung_
seperti pengendalian gully dengan bangunan atau vegetasi. kan keinginan masyarakat, maka akan lebih ekonomis dan efisien
Kelompok tindakan-tindakan ini mempunyai karakteristik, apabila atau sebaiknya dilaksanakan oleh pihak pemerintah.
yaitu pada umurnnya mempunyai keuntungan yang nyata pada
lahan usaha tani itu sendiri. Ini tidak berarti bahwa tindakan-tin- 7.7 Sasaran Pengelolaan DAS
dakan tidak mempunyai pengaruh nyata dalam mengurangi keru- sasaran pengelolaan suatu DAS adalah untuk memecahkan
sakan karena banjir misalnya, tetapi ini bukan merupakan keun- masalah penggunaan lahan dan air dengan dasar semua sumber
tungan yang utama. daya adalah saling tergantung, dan karena itu harus dipertimbang-
Yang kedua, adalah termasuk tindakan-tindakan yang diren- kan secara bersama. suatu safuan alami merupakan refleksi inter-
canakan terutama untuk pengelolaan aliran air setelah meninggal- aksi vegetasi, tanah, serta formasi geologi dibawahnya, terhadap
kan lapangan dan saluran pertanian dan mencapai anak sungai dan air yang jatuh sebagai hujan yang menghasilkan hasil akhir yang
ueek. Tindakan ini termasuk pembuatan bangunan penahan laju umum yaitu runoff, aliran sungai, dan air tanah di mana penga_
banjir, peningkatan saluran untuk meningkatkan kapasitas pengali- ruh interaksi ini terhadap hasil akhir tersebut dapat diukur dan di-
ran serta stabilisasi/perbaikan lereng dan dasar saluran, bangunan evaluasi.
penangkap sedimen, dan lain-lain. Karakteristik katagori ini adalah Aliran sungai dalam berbagai aspeknya merupakan kriteria
keuntungan utama adalah di luar atau di hilir dari tempat di mana yang dikenal sebagai kondisi DAS, dan juga keefektifan pengelo-
bangunan ini dibuat. Dalam kaitan ini, maka keuntungan utama laan DAS. Total aliran tahunan, regularitas musiman, dan frekuensi
adalah masyarakat, karena hal ini berpengaruh pada lahan pertani- serta aliran rendah atau tinggi yang ekstrim merupakan indikator
an lainnya, kota dan jalan di hilir dari tempat bangunan dibuat. hasil bersih (net) dan tindakan-tindakan pengawetan.
Tindakan-tindakan yang membantu dalam pencegahan ban- Perencanaan dan pengembangan sumber air dari DAS se_
jir dapat juga diklasifikasikan menurut cara bagaimana mereka bagai satuan-satuan sekarang ini secara umum terah dapat diteri-
dikembangkan atau dibangun. Sebagian dari tindakan perlakuan ma. Karena pe@olaan DAS terletak dalam prinsip bahwa air
dan penggunaan lahan secara naluriah dibuat oleh para petani di merupakan hasil s\tu lahan, maka dianggap sebagai syarat uta-
dalam lahan usaha taninya, apabila mereka diberi pengertian pen- ma dari suatu peng\mbangan DAS di mana tindakan konservasi
tingnya nilai, bantuan teknis dalam perencanaan dan pemasangan akan diaplikasikan
serta bantuan dana tertentu.
{alam hubungan pekerjaan teknik maju un-
tuk pencegahan banjir, pengendalian banjir, tenaga listrik-hidro,
Tindakan-tindakan tertentu, yang diperlukan un tu k sta bi I i sa- navi5;asi atau pengairan. Kerjasama antara pengawetan tanah dan
si lahan dalam suatu DAS, misalnya stabilisasi gully yartl; lrt':;.tr, lt'r- tt.knik, dapat misalnya memperpanjang umur reservoir, dengan

-1,'LrrrL ltrrrgitUiFhllt Ltrtrllt,l,tr,'\t, ,l'rnh rrrkr.r,r ,kt l{rlul*lt,ru Lrl,rrr


mengurangi sedimentasi, menyediakan air berkualitas tinggi un- wilayah dengan satuan analisis Pola RLKT adalah DAS/wilayah
tuk kebutuhan rumah tangga dan industri, mengurangi alian yang DAS. Pola RLKT ini bersifat strategis.
membahayakan serta menghasilkan berbagai keuntungan lain. Adapun keluaran dari Pola RLKT adalah sebagai berikut:

7.8 Perencanaan dalam Rehabilitasi Lahan dan a. Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan
Penetapan penggunaan lahan setiap unit lahan ke dalam suatu
Konservasi Thnah
kawasan dilakukan dengan sistim skor dari tiga faktor yaitu
Di dalam mengelola sumber daya lahan vegetasi, tanah dan tanah,lereng dan curah hujan harian. Kawasan tersebut terdiri
air perlu mempertimbangkan kaidah-kaidah konservasi. Pengelo- dari:
Iaan yang tidak tepat akan mengakibatkan kerusakan sumber daya
Kawasan Lindung
alam itu sendiri serta menimbulkan berbagai kerusakan lingkun- Kawasan Penyangga
gan, seperti banjir di musim hujan, kekeringan dimusim kemarau, Kawasan Budidaya Tanarnan Tahunan/Semusim
pencemaran lingkungan dan sebagainya. OIeh karena itu pengelo- Kawasan Pemukiman
laan sumber daya alam perlu dilaksanakan berdasarkan perenca-
naan yang baik dan sistematis. Perencanaan tersebut dengan pola b. Urutan Prioritas Penanganan Sub DASIDAS
RLKT, RTL RLKT dAN RTT RLKT. Urutan Prioritas Penanganan Sub DAS/DAS didasarkan pada
Nilai Indeks Bahaya Erosi (IBE) yang dihitung dengan rumus:
7.8.1 Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah
rBE=(T+S).D/L (7.1.)
Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (RLKT) adalah
suatu rencana umum jangka panjang (25 Tahun) di bidang RLKT
Di mana IBF = Nilai Indeks Bahaya Erosi
yang memuat tentang arahan fungsi pemanfaatan lahan, urutan
I - Nilai Skore Bentuk Wilayah
prioritas penanganan Sub Daerah Aliran Sungai (DAS), arahan ke-
S = Nilai Skore Lereng (Sloope)
giatan RLKT dan arahan penunjang RLKT-
D = Nilai Skore Bentuk Drainase Wilayah (Dissec-
tion factor)
Maksud penyusunan Pola RLKT adalah untuk memberikan L = Nilai Skore Penggunaan Lahan
arahan atau pedornan umum bagi penyusunan Rencana Teknik
Klasifikasi dan scoring untuk faktor-faktor bentuk wilayah,le-
Lapangan RLKT (RTL RLKT). Sedangkan tujuan penyusunan
reng dan Ueritqk percabangan sungai dapat menggunakan kla-
pola RLKT adalah memantapkan koordinasi antara instansi/dinas
sifikasi dan sco\ing yang tercantum dalam Tabel7.2.
yang terkait dalam penggunaan lahan dan konservasi tanah untuk
mewujudkan kondisi tata air DAS yang optimal dan lestari-
Didalam penyususnanPolaRLKT, analisanya masihmenekan-
kan pada aspek fisik teknis serta bersifat global, dan belunr banyak
mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi dan budayit. ('itkul-rilrt

l, l.lrl, llrtgtttt'rlri,r l,rir,rlr,i,,', \r' l'r' tr'rtr tt,t.ritlt,Lrlr llrl*rlrllit,rrt L rl,, r r,


--'l tl" -
Tabel 7.4 Klasifikasi dan nilai skor faktor percabangan sungai
Tabel 7.2 Klasifikasi dan nilai skor faktor bentuk wilayah (T)

I. Datar O-3Yo 1m f 1, 0-1


[. Berombak 3-8y" 10m u J 1.-2
III. Bergelombang 8-15% 10m r 4
IV. Agak Berbukit t5 -30 % 10m hl J

V. Berbukit 15 -30 % 10-50m ta 4

sedang
VI. Berbukit 1s -30 % 15-300m h3 5
Keadaan atau jenis penggunaan lahan serta pengaruhnya ter-
VII. Bergunung 3O 7o 300 m m 5
hadap pengendalian erosi tanah dapat berbeda-beda dari suatu
DAS dengan DAS lainnya. Oleh karena itu pembuatan klasifi-
Yang dimaksud dengan perbedaan tinggi dalam Tabel 7.2ler-
kasi serta penentuan nilai skors untuk setiap jenis penggunaan
sebut adalah selisih titik tertinggi dengan titik terendah yang
lahan tidak dapat digeneralisasi tetapi harus dibuat untuk se-
terdapat disuatu wilayah (unit lahan).
tiap kondisi DAS tertentu.
Tabel. 7.3 Klasifikasi dan nilai skore faktor lereng (S) c. Arahan umum / Makro kegiatan RLKT
Pada masing-masing kawasan, diberikan arahan fungsi terse-
but di atas dengan memperhatikan antara lain: nilai IBE, Peng-
gunaan lahary prioritas pembangunan sektor/subsektor di
[. Landai 0-3% A1 0 daerah yang bersangkutan, arahan kegiatan berupa kegiatan
3-B% A2 0 vegetatif, mekanis serta penyuluhan pembangunan.
8-15% A30 d. Arahan Kegiatan Penunjang RLKT
II. Agak curam 16 y, 1.6 -30 % B 2 Arahan kegi{an penunjang RLKT merupakan kegiatan yang
III. Curam L6 % 31. -50 % C J secara tidak la\Ssung akan mempercepat tercapainya tujuan
lV. Curam Sekali 51. -75 Y" D 4 RLKT yaitu antala lain:
\
1,6%
- Pengembangfn sumber daya manusia
V. Ter1al1.6% E 5
- Pengembanlan sumber daya pertanian
75% - Pengembangan sumber daya pariwisata
Pen ga tu ran kependudukan

%T l,'lltl lbrUfiurlrilt l.tl.rlt ,l,trt ;\tt It,rurr,,lr,rrl ,Lm llrlulflnrttl I rtfi,m


I',1
e. Analisa belum (tidak dihitung) 7.8.2 Rencana Teknik Lapangan RLKT
Diagram alir pembuatan Peta Pola RLKT dapat dilihat pada Rencana Teknik Lapangan RLKT (RTL RLKT) adalah suatu
diagram pada Gambar 7.1. rencana teknik jangka menengah (5 tahun) dan bersifat operasional
yang memuat rencana tentang kegiatan RLKT di wilayah Sub DAS
dengan satuan pengamatan sosial ekonomi semi detail dan bersifat
Praktis.
Maksud penvusunan RTL RLKT ialah untuk memberikan
petunjuk bagi penyusunan Rencana Teknik Tahunan (RTT) di bi-
dang RLKT seperti reboisasi, penghijauary hutan kemasyarakataru
konservasi tanah, pengendalian perladangan liar dan penyuluhan.
I'e nggunaan
'fahah Sedangkan tujuan penyusunan RTL ialah agar upaya RLKT dapat
dilaksanakan secara tepat, mantap dan terarah. Dengan tersusun-
nya RTL pada suatu Sub DAS diharapkan penentuan lokasi, vol-
ume dan jenis kegiatan, rencana pendanaan, proyeksi personal, du-
kungan teknologi, penempatan alat-alat monitoring serta kegiatan
pada tingkat desa dan lintas sektoral dapat ditentukan dengan mu-
Arahan Fungsi Pemanfaatan
dah dan tepat.
1. KawasanLindung
2. Kawasan Penlangga Di dalam penyusunan RTL RLKT, selain pertimbangan tek-
3. Kawasan Budidaya nis juga diperhatikan aspek-aspek sosial ekonomi dan budaya ma-
Tanaman Tahunan
4. Kawaran Budidava syarakat. Dasar penentuan urutan prioritas penyusunan RTL RLKT
TanamanSemusih
masing-masing lahan adalah perkiraan jumlah kehilangan tanah
Indeks Bahaya Erosi
maksimum yang masih diperbolehkan dengan mengingat kedala-
1. ltngan man tanah aktual.
2. Sedarrg llasil Analisa
3. Berat sosek
4. SangatBerat Satuan pemetaan yang digunakan adalah unit lahan. Dengan
satuan pemetaan unit lahafr ini maka memungkinkan sekuruh vari-
abel bahaya erosi pada mfsing-masing unit lahan diperhitungkan
Arahan Keeiatan
RLKf rlan akhirnya akan dipel,6leh tingkat bahaya erosinya. Disamping
itu dengan dasar peta/eta variabel bahaya erosi maka peta akhir
yang akan dihasilkan adalah Peta Tingkat Bahaya Erosi (TBE). Peta
irrilah yang akan dijadikan dasar dalam penyusunan RTL RLKT.

Gambar T.lDiagram Alir Pembuatan Peta Poln lll'K'l'

,r,rT- ll,&rrll lltgatrt*l l*t*ti rlrrr r\tr l'r' tr'ttr rtrtr lr ltt,l,rtt l{,'l,tl'rIr, rrt I, rlr, lrt | ',',
Ketersediaan foto udara, peta topogr#i, peta geomofologi, fumlah penduduk makin besar pula kebutuhan akan sumber daya
peta geologi dan peta penutupan lahan akan sangat membantu alarn, sehingga tekanan terhadap sumber daya alam juga mening-
dalam membuat peta unit lahan adalah: bentuk lahan (topografi, kat. Masalah ledakan jumlah penduduk akan mempunyai dampak
batuan induk/ struktur dan Proses geomorfologinya), kemiringan terhadap lal'ran pertanian Tekanan Penduduk (TP) terhadap lahan
dan penutupan lahan disetiap wilayah hamparan tanah- pertanian dapat dirumuskan sebagai berikut (Otto Sumarwoto,
' 1984 yangdikutip BTP DAS):
Teknik yang digunakan dalam pembuatan peta unit lahan ial-
ah den$an cara ouerlay (tumpang tindih) dari unsur-unsur tersebut-
TP = z.f .Po {1+ r)t / L (7.3.)

Di dalam pembuatan peta TBE pada tiap unit lahan diperlukan peta f)i rnana TP = Tekanan Penduduk
erosivitas hujan (R), peta erodibilitas tanah (K), peta kelas kemir- z = Luas Lahan Minimal Untuk Hidup Layak
ingan (LS), peta tata guna tanah (CP) dan peta ieluk tanah- [Jntuk f = "/" Petani Dalam Populasi
mendapatkan peta TBE, peta-peta tersebut dioverlaykan dengan Po = Jumlah Penduduk ada Waktu t=0
peta unit lahan. r = Rata-rata iaju pertumbuhan penduduk per tahun
Dengan data penunjang yang berupa data kependudukan,
t = Waktu (periode waktu hitungan)
data sosial ekonomi dan data budaya dapat disusun RTL RLKT
L = Luas lahan pertanian
yang merupakan tindakan konservasi tanah yang akan dilakukan
dalam suatu wilayah Sub DAS. Dengan tersusunnya RTL RLKT
maka dapat ditentukan kegiatan I{LKTnya yang berupa:
a. Penentuan Kegiatan Pengendalian Erosi
Kegiatan pengendalian erosi dapat berupa: Penanalnan veg-
etasi tetap dengan kerapatan yang bervariasi (alternatif jenis
tanamannya), penanaman vegetasi tetap dengan Grmpuran
tanaman semusim dan hijauan ternak.
b. Penentuan Bangunan Pengendali Sedimen I'eta
Pengendalian sedimen terutama diwaduk atau dasar sungai Penutupan krhan

dibagian hilir yang dapat mengakibatkan banjir bila musim hu-


jan tiba merupakan salah satu tujuan RLKT- Y*g dimaksud
dengan bangunan pengendali sedimen dalam RLKT adalah
berupa: dan pengendali, dan penahan gally (Gully Plug) dan
pengendali tebing sungai.
Gambar T.2Diagram Alir Pembuatan PetaUnit Lshan
Masalah kependudukan baik kuantitas mauPun kualitas
penduduk sangat berpengaruh terhadap lingkurrgarl. M.rLiIr Ix's:tr

ldul llrya*et l*,..rr,&m rlrr I'r'rr rrr ,rrr.lur ,l rrr lil [,rl,tllt,rtr I ,tlr,trt
Penentuan luas lahan minimal untuk hidup layak didapatkan Pendapatan untuk hidup layak dapat ditentuka dalam RP/
dari konservasi nilai pendapatan layak tersebut kepada produksi Kapita/tahun atau RP/KK/tahun. Apabila data petani (l Po)
yang harus diusahakan. Secara umurl z didekati dengan rumus: dalam satuan jiwa, maka z ditetapkan per kapita dengan demikian
untuk hidup layak juga pendapatan/kapita/tahun atau didekati
Pendapa tan HiduP LaYak dengan a80 kg setara beras/kapita/tahun. Dari nilai TP (Tekanan
- Nilai Produktivita Tanah Pcnduduk) yo.g terjadi maka ditentukan:
TP = 1 ) tepat pada tekanan
Pcta TP < 1 ) masih dapat menampung
Kedalam fulum 1.}eluk
TP>1)sudahberbahaya
Frta Erosivitas (K) Apabila nilai TP > L berarti sudah berbahaya sehingga perlu
Ilcta adanya tindakan atau perlakuan terhadap manusianya atau terha-
Feta Erodibilits$ {K} Tingkat Bahaya dap lahannya sehingga menaikkan daya dukungnya. Perlakuan-
Srosi
perlakuan terhadap manusianya dapat melalui pengurangan
lreta Klas Kernidngan'l anah illi) jumlah penduduk (keluarga berencana, transmigrasi) atau memin-
dahkan sektor mata pencaharian petani ke sektor lain seperti indus-
lleta Tata Cuna Tanah {CP} tri dan lain-lain, sedang terhadap lahannya dapat melalui intensifi-
kasi pertanian.
Gambar 7.3 Diagram Alir Pembuatnn PetttTBE
7.8.3 Rencana Teknik Tahunan RLKT
Rencana Teknik Tahunan (RTT) RLKT merupakan penjaba-
ran dari RTL RLKT sehingga dilakukan tiap tahun dengan cakupan
wilayah (satuan analisa) satuan unit lahary satuan pengamatan so-
Data Kependudukan sial ekonomi lokasi setempat (desa), analisa fisik teknis dan sosial
ckonomi secara detail. Rencana ini bersifat operasional.
Data Sosi;'rl Ekonorni
-oo0oo-

tt'fl- RI".K'I:

Gambar T.4Diagrnrn Alir Pt'nrlutrnnn R'I'l /i/ K /

f ,,-' l,'l rrtl ll'ngrrttrl,ltt I,rrr,tlr ,l,r,r \tr l l' ror,,rrr, t,rr,Ltn l{glrrrl{ltt,l rl L t/r, rr r
I
Bab 8

ERO5I AN6IN

8.1 Prinsip Erosi Angin


ergantung pada ukuran besar partikel tanah, maka
gerak partikel tanah dapat dibagi menjadi tiga:

a. Suspensi: gerak partikel tanah sangat halus, terutama yang ber-


diameter < 0.1.0 mm
Gerak partikel tersebut mengikuti Hukum STOKE$ di mana
partikel jatuh berbanding lurus dengan kuadrat diameter par-
tikel:
V = K-r2 (8.1)

di mana r = diameter partikel (mm).


Apabila r
kecil, maka)V luga akan kecil sehingga partikel
tersebut dapat dikatakan tetgp berada dalam suspensi dalam waktu
yang lama. Oleh karena iAt/tmahyang halus akan dapat bergerak
sangat jauh.

b. Creep: partikel berguling di atas permukaan tanah, terutama


yang berdiameter antara 0.5 - 2.0 mm.
('. Saltasi: gerak partikel yang paling penting di antara ketiga ger-
ak yang tcrjadi, karena:
lebih banyak terjadi 26 - 80% sedang
suspensi dan creep selalu terjadi bersamaan dengan saltasi 81 -150% tinggi
ringan untuk dapat terangkat angin, tetapi terlalu besar un- >150% sangat tinggi
tuk berada dalam suspensi. Agak berlawanan dengan pendapat yang umum/ daerah basah (hn-
Diameter paling kritis untuk saltasi adalah 0.10 - 0.15 mm (lihat mid) juga sering dirusak oleh erosi angin, misalnya:
Gambar 8.1). tanah berpasir disepanjang sungai, danau dan pantai
tanah-tanah organik (1teat danmuck), dan
nm -o5 -rO .r5 .23 -Ss .50 2. OO tanah-tanah gambut.
Pengendalian erosi angin dapat dilakukan antara lain dengan:
mengurangi kecepatan angn dipermukaan tanah
memanfaatkan faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik
tanah.
Beberapa tindakan yang berguna untuk kedua prinsip pe-
Gamabar 8.1Selang diameter partikel tanah sensitif terhadap angin.
ngendalian erosi angin antara lain dengan menanaln rumput per-
8.2 Pengendalian Erosi Angin manerL dan menanam menurut kontur, karena tanaman tersebut
tidak hanya menghalangi angin permukaan saja, tetapi juga mening-
Erosi angin sangat penting di daerah arid dan semi-arid. Di
katkan agregasi tanah.
Amerika Serikat, di Great Plain yang merupakan 20 % dari total
areal tanah di Amerika Serikat merupakan suatu daerah yang teru- 3.2.L Pengendalian kecepatan angin dipermukaan
tama banyak terjadi gerakan tanah karena angin.
Ada tiga prinsip metode untuk mengurangi kecepatan angin
Erosi angin dapat menyebabkan perpindahan tanah, merusak dipermukaan tanah, yaitu dengan vegetasi (pertanaman), dengan
tanaman, pa9ar, bangunan dan jalan raya. pengolahan tanah, dan dengan cara mekanis.
CHEPIL (1962) telah mengembangkan suatu faktor iklim ero- Masing-masing derajat proteksi dipengaruhi oleh tinggi dan
si angin, yang menggabungkan kecepatan angin rata-rata tahunan jarak penghalang, pengaruhlpemecahan pada angin, dan tahanan
dengan indek kandungan air dalam tanah, untuk mencirikan ba- tanah terhadap gerak.
haya erosi angin sebagai suatu fungsi dari lokasi geografis. I
Hal lain yang tida/ kurang pentingnya untuk diketahui
Hasilnya adalah: suatu perbandingan areal tertentu dengan ltlalah variasi kecepata/angin, variasi kecepatan angin dapat ter-
suatu areal yang dianggap 100 % daerah bahaya erosi angin sebagai jarli secara harian atau musiman. Variasi ini perlu diketahui dan
suatu kehilangan tanah potensial Qtotensial soil loss). r I i t cta pkan untuk perencanaan dan pelaksanaan tindakan-tindakan

0 - 10% =sangatrendah 1r,ngt ndalian erosi angin.


11- 25% =rendah

lelntl lkrnr,rfulr l,tl,t[,l,trt,'\tt l'rrru Arqlltt I toz


Contoh ekstrim: di daerah Great Plains di Amerika serikat, Vegetasi biasanya merupakan tindakan paling efektif untuk
pada akhir musim dingin dan awal musim serni, kecepatan angin pengendalian erosi angin dipermukaan karena vegetasi:
pada umumnya ti.gg.Ditambah adanya pemecahan struktur ta- secara langsung dapat mengurangi kecepatan angin
nah oleh adanya perubahan temperatur, yaitu yilng semula beku vegetasi akan menahan tanah melawan tenaga dorong angin
(tanah mengerut), lalu menghangat (tanah memuai), yang meng- hasilnya dapat dimanfaatkan untuk manusia/ hewan.
hancurkan butir-butir tanah menjadi sangat halus, dan akhirnya
Pengendalian erosi dengan vegetasi, terutama tanaman yang
menghasilkan suatu keadaan yang mengarah pada kemudahan bu-
berkayu, misalnya semak-semak, atau pohon-pohanan yang dapat
tir tanah untuk di erosi oleh angin. dipergunakan untuk mengurangi kecepatan angin pada daerah
Berdasarkan data kecepatan angin yang dicatat di stasiun yang relatif luas.
meteorologi, dapat dibuat serta dikembangkan suafu Kurva Inten-
Gerakan udara dalm atmosfir bebas terhambat didekat per-
sitas angin dengan berbagai Periode Ulang (tahun) pada berbagai
mukaan tanah. Pada daerah yang dekat sekali dengan permukaan
duration (menit), baik untuk bulan-bulan tertentu, atau dan un-
tarrah, angin hampir-hampir berhenti karena adanya daya penye-
tuk musim yang berbeda dalam setahun, seperti halnya pada data
retan (drag forces) antara udara dan permukaan tanah. Gaya yang
curah hujan (lihat Gambar 8.2).
ada di dalam udara memungkinkan kecepatan bertambah dan
bertambah tingginya udara di atas tanatu sampai akhirnya semua
too pengaruh permukaan tanah hilang. Variasi kecepatan angin di atas
permukaan tanah dijelaskan oleh Geiger (1957) sebagai berikut:
lntensi tas 75 Ulang ( thn)
kecePa Lan I F %=V,- (8.2.)
angin
j di mana: V, adalah kecepatan angin pada ketinggian
J
( ko )
,g h
$
V1 adalah kecepatan angin pada ketinggian 1 m
a adalah eksponen yang tergantung pada tinggi dan
i
penutup tanah.
i'
2a 4t) oo ao fOO l2O tergantung tinggi, tetapi pada selang kondisi
Walaupun nilai a
L a rrl a (duration) (menit)
iklim mikro, nilai a dapat diTggap konstan. Tanaman penutup
tanah mempunyai pengaruh
Gambar 8.2 Hubungan antara intensitas kccepatan angin - duration- ffrtu pada penyebaran kecepatan
angin di atas permukaan tanal/, beberapa diantaranya dapat dilihat
periode ulang.
pada Gambar 8.3.
Untuk curah hujan, data intensitas yang dipakai biasanya ,/
Profil kecepatan an$in di dekat permukaan tanah secara
mempunyai satuan millimeter per jam (mm/iam) at;ru cctttirncter rryata dipengaruhi vegetasi, tetapi di atas daerah pengaruh (y*g
per jam (cm/jam), sedangkan untuk kecepatan attl',in :iitltr.rrt yitrtli tlitlt'finisikan sebagai tinggi kekasaran penutup tanah = Zo), profil
dipakai adalah kilometer per jam, atatt kilolnt'lt'r pct lt'rr i rrrr.niirrli kurva t'ksponensial (lihat persamaan di atas). Geiger (1957)

r0{ l,'[ril l]rt;rnrfrfl lir'rrtfi ,l,rrr,'\t' I r, nt ,'\ttr,ltl


tingkat tumbuh tanaman
melaporkanbahwa dalam selang iklimmikro, nilai abervariasi dari
kecepatan tanaman
0.20 di atas salju datar sampai 0.33 pada vegetasi kasar. Perbanding-
macam tanaman
an kecepatan antara dua ketinggian biasanya diambil sebagai per-
lebar dan arah jalur
bandingan logaritma kedua ketinggian, yaitu:
kondisi iklim.
5
Rumput-rurnputan mempunyai tendensi unfuk mengumpul-
4 kan tanah kalau ada vegetasi baik, yaitu tanah yang berasal dari
fingt tanah berdekatan dan diendapkan sebagai deposit.
Z.(m) r ll
E
Tindakan manajemen atau pengelolaan yang baik sangat
2 6
?
g penting, misalnya rotasi pengambilan rumput untuk ternak. Untuk
1 {d tanaman pangart penyebaran biji sebaiknya tegak lurus arah angin,
0 i dan sebaiknya diikuti dengan rotasi tanaman yang baik yang dapat
Kecepatan anPn (kPj)
mempertahankan struktur tanah dan dapat menyimpan air tanah.
Selain itu, dianjurkan untuk menanam jenis tanaman yang
a = wheaU b = beets; c = rumpu! d = penutup salju datar
sesuai dan praktis untuk tanah dan kondisi iklim setempat serta
Gambar 8.3 Penyebaran kecepatan angin pada berbagai tipe tanaman memberikan perlindungan sebaik mungkin terhadap angin keras.
penutup dan Permukaan tanah. Contoh: tanaman tebu, rumput Sudan yang tahan kering dan efektif
mencegah erosi angin, karena itu banyak ditanam di Great Plains.
Erosi angin sering membahayakan pada saat tanah dalam
keadaan bera (tidak atau belum ada tanaman). Metode pengolah- Cara lain adalah dengan menutup permukaan tanah dengan
an tanah tertentu, walaupun bersifat sementara, sering efektif me- sisa-sisa tanaman, atau menanam tanaman penutup tanah di antara
ngendalikan erosi angin dalam keadaan bera ini. Bilamana mung- dua jalur tanaman, sampai tanaman utama berkembang/tumbuh.
kin, pengolahan tanah sudah dimulai/dilakukan sebelum musim Dibeberapa daerah kering, sering ditanam tanaman daruratf
angin datang, karena akan lebih mudah mencegah erosi angin dari- sementara yang memerlukan sedikit air pada musim bera sebelum
pada menahan anginnya sendiri. Secara umum, keadaan kering datangnya musim angin kencang. Ditanah-tanah"muck", di mana
yang lama akan mengurangi efek daripada perlakuan kultur teknis sayuran tanaman biasa ditanam,]sering ditanam tanaman pengha-
ini terhadap erosi angin. lang angin yang terdiri dari lalrrlulu. ianam€ul padi-padian.
I
8.2.1.L Vegetasi (Pertanaman) Stabilisasi bukit-bukit pfsir (sand dune.s) dengan tanaman
dapat dilakukan dengan tan6man rumpur-rumputary dan kemu-
secara umum, pertanaman dengan jarak rapat lcbih cfcktif
clian diusahakan menghutankan kembali. Vegetasi yang digunakan
dalam pengendalian erosi daripada pertanama n den ga rr iil I t r r. Ilft' k-
hcndaknya yang mudah dan sanggup tumbuh di atas pasir, tanah
tifitas tanaman tergantung dari:
tt.rbuka, kukrrh menahan angin dan berumur panjang. Selain ha-

rn[- -ltLn|, l}rUrtlrrt'tn l,n,tl ,l,trr .'\tt I rlrr,4rryttt Irr


t
rus menutup rapat permukaan tanah pada musim kritis, juga harus Kecepatatr angin berkurang disebelah arah angin datang
memberikan halangan seragam mungkin terhadap angin dengan clari 5 - 10 kali tinggi pohon dariwind-break; disebelah angin pergi
mengurangi kecepatan angin dipermukaan, dan memberikan sisa- berkurang 10 - 30 kali tinggi pohon wind-break.
sisa tanaman yang banyak. dari tanah sampai puncak pohon
Shelter belf sebaiknya rapat
agar efektif dalam menyaring angin dan menaikkannya dari per-
8.2.1.2 Semak dan pohon-Pohonan
mukaan tanah. Pengaruh kecepatan angin terhadap kecepatan an-
Di Amerika, diperlukan sekitar satu juta hektar tanah perlu
gin, terutama dibagian belakang, secara diagramatis dapat dilihat
sabuk pelindung (shelter bett) danpemecah angin (wind break). Wa-
pada Gambar 8.4.
laupun pemecah angin didefinisikan sebagai tipe penahan apa saja
untuk melindungi sesuatu dari angin, yang dimaksudkan disini Dari Ganrbar 8.4., tersebut dapat dilihat bahwa diuiung shel-
adalah yang berhubungan dengan penghalang mekanis atau ve- ter-belt, kecepatan angin 10 - 20% lebih besar daripada kecepatan
getasi untuk bangunan, halaman, pertanaman buah-buahan, dan angin bebas. Hal ini menuniukkan bahwa shelter-belt yang lebih
lain-lain. panjang akan lebih efektif daripada shelter-belt yang pendek'

shelter belf umumnya lebih paniang daripada wind break, bi- Suatu bagian yang terbuka ditengah shelter-belf akan menye-
asanya terdiri dari semak, pohon, dan dimaksudkan untuk peng- babkan kenaikan kecepatan angin yang serupa dan akan mengu-
awetan tanah dan air, dan melindungi tanaman pertanian. rangi luas areal yang dilindungi. Oleh karena itu, apabila diper-
lukan mungkin pembuatan jalan ditengah atau yang memotong
sabuk pelindung dan pemecah angin tersebut selain berguna
shelter-belt dihindari, atau sebaiknya dibuat jalan yang berkelok-
untuk pengendalian erosi angln, juga mempunyai beberapa kugo- kelok atau memotong shelter-belf menyudut.
naan lain, miasalnya: ;
9-

iti tr i nd- break


mensuranF PenSuaPan
mengurangi bahaya kebakaran karena angin Panas {t o
o
menahan salju dimusim dingin
ql o
o
menghemat bahan baker, karena membuat sejuk dimusim pa- o

nas, dan membuat hangat dimusim dingin.


*l o
o
o
o
Kecepatan angin relatif pada ketinggan 50 cm di atas permu- o
kaan tanah, didekat wind-breakmemPunyai kepadatan sekitar 50%. o
o
Kecepatan angin yang terpengaruh dengan adanya wind-break
adalah pada suatu jarak sekitar 8 kali dari ketinggian wind-break
disebelah arah angin datang, dan sekitar 24kali ketinggian wind- Gambar 8.4 P engaruh INind-break terhadap kecepatan angin.
break disebelah arah angin Pergi.
Dalam penentuan atah shelter-belt, data arah dan kecepatan
,rrrliirr, tcrutirtnit dimusim kritis, sangat diperlukan dan menjadi

T tr,[lllt ltnprilr'l,lt lrtttrtlt ,l,tl r\tr I r,rr .'\rrlllt Itlr


pertimbangan utama. Halangan terhadap angin harus diusahakan sekaligus bertindak sebagai pengawetan air tnnah
sedekat mungkin dengan arah tegak lurus arah angin datang. rnemungkinkan panen lebih awal
Woodruff danZingg(1952) dalam suatu percobaan terowong- Strip atau barisan harus mempunyai lebar yang cuktlp agar
an angin mendapatkan rumus jarak perlindungan penuh dari suatu dapat dilakukan pengolahan lahan dengan alat-alat pertanian de-
wind-break sebagai berikut: ngan leluasa, akan tetapi tidak terlalu lebar untuk menghindari ero-
d= 17 h (V-lV) cos 8 (8.3.) si yang berlebihan. Lebar strip tergantung pada: intensitas an81n,
arah jalur, jenis tanaman dan erodibilitas lahan.
di mana : d adalah jarak perlindungan penuh (-)
h Dari analisa lapang dan percobaan di dalam terowongan an-
adalah tirgg halangan (m)
V- adalah kecepatan minimum ansn pada ketingsan t. gin, Chepil (1960) mengembangkan suatu prosedur empiris untuk
*
menentukan lebar maksimum darisuatafrelil strip yang diperlukan
15 m yang diperlukan unuk menggerakkan fraksi ta-
* untuk mengendalikan erosi angin.
nah yang paling mudah dierosi
$
V kecepatan angin nyata pada ketinggian 15 m Pertama-tama ditetapkan besarnya erodibilitas alami (natural
8 sudut deviasi arah angin datang dari kedudukan erodibility) dalam ton/acre sebagai berikut:
tegak lurus terhadap wind-break FX = 400I.F (R.K)-1.26 (8.4)
Chepil (1959) melaporkan bahwa \ untuk permukaan ter- Di mana: F adalah nilai kelas tekstur tanah, yaitu pasir halus (6),
buka dan rata sesudah erosi dimulai dan sebelum pembasahan oleh pasir halus berlempung (4),lempung berpasir halus
air hujan adalah sekitar 35 kpj. Untuk keadaan ini dan arah angin dan liat (2), dan lempung, lempung berdebu, lem-
tegak-lurus wind-break, bagian kanan rumus (3) menjadi 600h/V. pung liat atau lempung liat berdebu (1).
Rumus tersebut berlaku untuk kecepatan angin < 65 kpj. I adalah % berat tanah dalam agregat kering dengan
8.2.1.3 Penanaman dalam
diameter > 0.84 mm dengan cara saringan kering.
|alur Lapangan dan ]alur Kontur
K adalah kekasaran ekivalen dari keadaan lapang
Tindakan ini terdiri dari penanaman berselang dalam strip
R adalah sisa tanaman dipermukaan tanah dalam Lbs/
atau barisan dari beberapa jenis tanaman pada lapangan yang
acre.
sama. Penanaman dalam Jalur Lapangan (Field strip cropping) di-
letakkan sejajar batas lapangan atau garis panduan lain, sedangkan *& Apabila FX sudah dip\oleh, dicari d, dalam arah angin. Bila
strip cropping yfrrg biasa dilakukan adalah ditanam dalam kontur lebar strip tidak dalam arah a\gina, maka dicari:
*.,
il, \
(Contour Stip Cropping). W,=d,cosg
s
s#
]
I
(8.5)
Beberapa keuntungan dari strip cropping adalah: di mana: W, adalah lebar strip, dan
tanaman memberikan perlindungan fisik melawan lngin 0 adalah sudut antara garis normal ke lebar strip de-
erosi tanah dapat dibatasi sampai pada jarak yiull'r s,un,r tlt'rr1;irrr ngan arah angin.
lebar strip

,U-T-
I l'r,,rt r\ttgltt Iils
Didaerah ketinggian sekitar 1"0-15 cm di atas tanah terdapat aliran
Nilai d, dicari denganhubungan antara jarak pada arah angin
nnelintang strip dengan natural erodibility, FX. turbulen.
*-*) -*-*.--;' B.rtas cddy
Jarak yang ditetapkan adalah jarak yang diperlukan untuk 15
membatasi laju gerak tanah di bawah 1..2tan/iamsetiap 30 m lebar 10
untuk angin berkecepatan 65 kpj pada ketinggian 15 m. Tingi
(cm) 5
Contoh:
0
Persentase agregat tanah > 0.84 mm adalah 15 %, sedangkan sisa
tanaman dilahan adalah 500 lbs/acre. Kelas tekstur tanah adalah tr
-J

pasir halus berlempung, dengan nilai kekasaran 2 inci.


FX = 400 x15 x4 (500 x2)-1..26 Gambar 8.5 Pengaruh guludan terhadap gerak angina
= 3"98 Pengolahan lahan seringkali efektif sebagai tindakan Pengen-
Dari garis hubunganyang sudah diketahui antara FX dengan jarak, dalian erosi angin sementara. Tanah yang tertiup biasanya dimulai
diperoieh nilai d,= 360 ft. di areal kecil di mana tanah kurang stabil atau lebih banyak terkena
angin di banding dengan bagian lain dari lahan.
8.2.1"4 Pengolahan tanah Utama dan Tambahan
Bilamana butir tanah seluruh lahan mulai beterbangan, Per-
Pengolahan lahan untuk pengendalian erosi angin dimaksud-
mukaannya harus segera dibuat kasar dan berbongkah sesegera
kan untuk menghasilkan permukaan tanah yang kasar dan berbong-
mungkin. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat pengolahan
kah- I-Intuk mendapatkan kekasaran permukaan yang maksimum,
dengan alat mekanis dengan jarak lebar. Bila lapangan sudah dibuat
sebaiknya tanah diolah segera setelah jatuh hujan. Bongkah-bong-
strip, tanah di antara dua strip sudah dapat diolah.
kah besar atau agregat-agregat besar dengan persentase tinggi dita-
nah merupakan hasil yang dikehendaki. Sisa tanaman yang dibiarkan di atas permukaan lahan meru-
pakan salah satu cara yang baik untuk pengendalian erosi an81n,
Pembuatan guludan kecil tegak lurus ke arah datangnya an-
terutama bila bersama dengan permukaan lahan yang kasar. Cara
gin juga nerupakan tindakan yang cukup efektif . Pengaruh guludan
ini biasa disebut stubble mulch{llage.
kecil tertndap gerak angin dapat dilihat pada Gambar 8.5.
di antara guludan, Efektifitas berbagai perla\uan tanah pada kecepatan angin
Kecepatan yang sangat rendah terdapat
dan erosi diperoleh dari percobfan terowongan angin di Canada
sekitar 2-3 cm di bawah permukaan tanah rata-rata. Dibagian
untuk tanah rata, untuk tanah {engan mulsa batang gandum 0-5
terendah ini, arah angin akan berbalik menghadap arah datangnya
ton setengah terbenam dalam tanah, untuk guludan dengan lebar
angin. ,#
tegak lurus arah angin, dan guludan ditambah sisa tanaman, dapat
Penurunan kecepatan angin dan pcrubirh.ttr irralr .rrrgin di clilihat pada Gambar 8.6. Semua permukaan diperlakukan pada ke-
daerah tersebttt menyebabkan tcrjatliny,r 1n'tt1it'tlrl,tlr.ttr l.rtt,tlr. t'cpatan an1;in yang sama dan diukur pada ketinggian 30 cm dari
t'g
a.
#
," [- lr,Lrtll ltnginr.t'trrr Lrtrrrl ,l,ttr '\lr
I3
lJrut Attgltt Iu7
permukaan tanah. Hasil percobaan menunjukkan bahwa penu- dapat dilihat pada Gambar 81 yangmerupakan hasil pengukuran
runan kecepatan angin terbesar terjadi pada tanah dengan guludan kehilangan tanah karena erosi angin pada lahan yang mempunyai
ditambah sisa tanaman. Pengaruh sisa tanaman dalam pengurang- berbagai % fraksi agregat tanah berdiameter < 0.42 mm.
an erosi lenih besar daripada pengaruh guludan sendiri. Pengaruh
kombinasi guludan dan sisa tanaman lebih besar daripada penga- Dari hasil pengukuran ini diperoleh kesimpulan bahwa ma-
ruh sisa tanaman atau guludan secara terpisah. kin besar % fraksi, makin nyata pengaruh jumlah sisa tanaman ter-
hadap iumlah tanah yang hilang karena erosi angin.
Sebagai perbandingan, maka bila pengaruh tanah terbuka
adalah tA9 o/o, pengaruh 0.5 ton/acre sisa tanaman adalah 83 %
pada tanah lempung (ioam soils), dan 88 o/o pada tanah lempung btrs/ac
6 =isa tanarnan
(I )
,"(//
liat (clay loam soils). Sisa tanaman dalam perlakuan ini mempunyai
dua fungsi, yaifu mengurangi kecepatan angin, dan menahan tanah
:"'/ ,/
4 /icr) //
yang tererosi. Sisa tanaman berukuran panjang lebih efektif dari-
:' l(r:r(J ,/
pada yang berukuran pendek. fanah
hi I ang 1 5r.x1l
( ton/ac, 2

20 t

15
I (-r :Q rr-
Kctinggian di -10
aqrEgat mm
atas tanah (cnr) 7" fraLei ':0.4?

5 Gambar 8.7 Pengaruhberbagai iumlah sisa tanaman terhadap


kehilangantanahuntuk agregat tanahberdiameter < 0.42 mm
10 20 30 Data pengukuran menunjukkan bahwa kehilangan tanahber-
Kecepatan angin ftpi) variasi terbalik dengan pangkat 0.8 dari berat sisa tanaman. Dengan
Keterangan: 1
1 = tanah gr"rndul rata
60 % fraksi agregat berdiameter < 0.42mm, maka kehilangan tanah
2 tanah rata dengan sisa tanaruan 0.5 ton/acre dapat dikurangi dari 5 ton/acre dengan menambah sisa tanaman
3 guludan tinggi 3 cm,lebar 20 cm dari 250lbs/acre ke 2000lbs\e.
4 guludan tinggi 3 cm, lebar 20 cm dan sisa tanaman \
0.5 t7'acre 8.2.1.5 Metode Mekanis \
Penghalang mekanis sePertl "wind break" mempunyai pe-
Garnbar 8.6 Efektifitas berbagai perlakuan tanah pada kecepatan angin
ngaruh relative kecil terhadap tanamannya scndiri, tetapi mereka
dan erosi
scring dipergunakan untuk melindungi tanah pertanian secara ke-
Fengaruh jumlah sisa tanarnan terhadap kehilirrrli.rrr l.rrr.rlr rli- scluruhan dan areal yang kecil.
pengaruhi puia oleh 5 fraksi uktrran agrcgat l.ut,tlt llt'lctrlu, :,r.pr.s'li

7rl--- l,'lttll lhr4ltrlr,trrrr Imrt/t ,lrri ,,\rr


I r,,rr Attglrt I t ro
Beberapa metode mekanis penghalang untuk melindungi Pengaruh sisa tanaman dan pengolahan lahan pada peng-
tanaman sayuran pada tanah organik antara lain: slat atau pagar awetan lengas tanah pada percobaan yang dilakukan di Lincolru
semak, dinding kayu dan vertical burlap (jute) atau strip kertas. Nebraska, Amerika Serikat dapat dilihat pada Gambar 8.8. berikut.

Untuk melindungi permukaan tanatu untuk stabilisasi daerah dipermukaall : 2 ton/ac


bekas t.anamarx
gunung pasir, antara lain: brush matting (pagar dari bekas pohon)
klekas tarraman dibal i k
atatbattt/ gravel.
bekas taftaman diba
Penghalang di atas dapat diklasifikasikan sebagai penghalang
tarratr dibajak dan dibal ik
setengah permeable, atau penghalang impermeable. Setengah per-
meable wind-break biasanya lebih efektif daripada bangunan im- tanah dibajak (('lowt:d
permeable karena adanya efek difusi dan "eddy" (aliran udara ber- Larratr dibal i (disked)
putar melawan arah aliran utama) dibelakang bangunan. O tO 20 7L' 40
ru jan yangt dapsL '-li t. rlr'rrr ( t I

8.2.2 P engendalian Faktor-faktor Tanah


Gambar 8.8 Persentsse hujan yang dapat ditahan pada berbagai
Faktor tanah utama yang mempengaruhi pengendalian erosi tindakan pengawetan lengas tanah
angin diantaranya adalah:
Total hujan adalah 45 cm selama bulan April-September.
mengawetkan air (lengas tanah atau moisfure, yang sangat Data menuniukkan besar (%) hujan yang dapat ditahan di dalam
penting di daerah kering (arid maupun semi-arid) karena se- tanah. Sisa tanaman yang dibalik atau dibaiak menyebabkan seba-
lain mengendalikan erosi angin juga memperbaiki pertumbu- gian sisa tanaman tetap ada dipermukaan tanah, sedangkan tanah
han vegetatif maupun untuk produksi
yang dibalik atau dibajak tidak ada sisa tanaman dipermukaan ta-
membuat permukaan tanah sedemikian rupa sehingga agregasi nah (basin listed).
tanah menjadi lebih baik.
Walaupun padabasinlisted tidak ada aliran permukaan (run
8.2.2.7 Pengawetan Air off), jumlah air yang dapat ditahan hanya setenS;ah dari perlakuan
Di dalam tindakan pengawetan air, ada tiga katagori utama, sisa tanaman dipermukaan sebanyak 2 tonf acte. FIal ini kemung-
yaitu: meningkatkan infiltrasi, mengurangi evaporasi, dan men- kinan disebabkan oleh besaqrya perbedaan evaPorasi yang trjadi
cegah pertumbuhan tanaman yang tidak dikehendaki. di atas permukaan tanah. Ala\ yang sama dapat diberikan pada
tanah yang dibajak dan dibalik y\ng menahan air lebih rendah dari
Didalam pelaksanaannya, hal ini dapat dicapai dengan tin-
semua perlakuan dengan sisa tana\nan.
dakan penterasan dasar, menanam dalam kontur, pemulsaan
(mulching), pemilihan tanaman yang sesuai (suitable crops). Lebih Waktu persiapan penyemaian juga sangat berpengaruh pada
banyak mulsa (sisa tanaman) di atas permukaan tanah, itkan ma- konservasi air pada beberapa daerah tertentu. Pembajakan tanah
kin banyak lengas tanah dapat dihemat karcnir akirtr tttcttl',rrritttgi lambat (September-Oktober) menyebabkan berkurangnya air
evaporasi. tt'rscdia rlibanrlingkan dengan pembajakan awal (misalnya bulan

nT-
*

l,l,rrtl. ll,lgr,lrrrt,ttr l,rtr,rl,1,r" \,'


i
ll I rrrrt .,\tt11ltt -Ttl)-
3
Agar tahan terhadap erosi angin secara optimum di daerah
Juli). Pada percobaan tanaman winter wheat di Kanada, hasil wheat
menurun dengan perbandingan hampir setengah kali hasil pem- arid, pengolahan tanah utama sebaiknya segera dilaksanakan sesu-
bajakan awal. dah jatuh hujan. Jumlah operasi sebaiknya minimum karena pen-
golahan tanah mempunyai tendensi menurunkan besar agregat ta-
Tanah-tanah organik tidak mudah diterbangkan anginbila ta-
nah dan menghancurkan tanah. Pengolahan tanah. kedua sebaiknya
nah basah. Di mana subsoil basah, pengerjaan tanah dengan roller ditunda selama mungkin.
berat akan meningkatkan gerak kapiler air dan membasahi lapisan
permukaan. Drainase terkendali, di mana permukaan air tanah di- -oo0oo-
pertahankan pada ketinggian tertentu dapat mengurani pengaruh
tiupan angin. Di daerah irigasi, permukaan tanah sering dibasahi
dengan sprinkler irigasi pada periode periode kritis.
Penterasan juga suatu tindakan yang baik di mana teras datar
sesuai atau di mana lereng kecil sehingga afi dapat disebar/didis-
tribusikan pada areal yang relatif luas.
Tindakan-tindakan Contouring, Strip cropping dalr:t mulching
juga efektif dalam meningkatkan infiltrasi total dan karena itu me-
nambah air tersedia bagi tanaman.
Strip cropping biasanya tidak seefektif contour strip cropping
dalam usaha pengawetan air, tetapi masih lebih efektif dalam me- ,,
ngurangi kecepatan angn dipermukaan-
,g
s
8.2.2.2Perbaikan kondisi tanah (Topsoil conditioningl
Karena erosi angin dipengaruhi oleh besar dan berat ienis I
tr
agregat tanatr, maka suatu metode yang efektif dalam membuat $,
tanah lebih baik menghadapi angin adalah dengan melakukan
cara-cara yang dEpat menghasilkan agregat yang tidak erosive atau
gumpalan tanah.
Pada waktu tanah bera atau sisa tanaman terbatas pengen-
dalian erosi angin tergantung pada derajat dan stabilitas agregasi
tanah. Pengolahan tanah dapat berpengaruh baik atau tidak b;rik
terhadap struktur tanah, tergantung kandungan air tittrirlt, lll.l('i)trr
pengolahan tanah, dan jumlah operasi.

hftnf fu1HlrrF}ltt Ltrtrtlt,lrrr Atr l'rort Atryltt I tz t


r

DAFTAR PU5TAKA

Arsjad, S. 1990. PengawetanTanah dan Air. Departemen Ilmu Tanah,


Fakultas Pertanian IPB.
Kadarusman, A. 1982. Kriteria lahan kritis dalam rangka program-pro-
gram PHTA. Proyek Pusat Pengembangan Pengelolaan Dae-
rah Aliran Sungai (Proyek P3DAS) Solo. Surakarta., 1982.
Evaluasi Hidrologi suatu pengelolaan DAS. Proyek P3DAS
Solo. Surakarta.

Baver, L.D. 1956. Soil Physics.Jolun Wiley and Sons Inc., New York.
Bennet, H.H. 1959. Element of Soil Conseroaion McGraw Hill Book
Company Inc. Tokyo
\
Ditjen, RRL, 1985. P edoman P embuatan P ol\RLKf (Sementara).Ditjen.
Kehutanan. Dept. Pertanian. Iakartf .
Hudson, N. 1971. Soil Consentation 2ndfedition. Cornel University
Press. Ithaca. New York.

Kirby, M.]. and R.P.C. Morgary 1980. Soil Erosion. Ohn iley and Sons.
New York.
r
Kohnke, H. 1959. Soil Conseruation- McGraw Hill Book Company
Inc. New York.

Schwab, G.O., R.K. Frevert, T.W. edmit'ts1s1ard K.K.. Barnes,1981.


Soil andWater Conservation Engineering. chn Wilev And Sons
Inc., New York.
Sosrodarsono, S. dan K. Takeda, 1980.Hidrolor;i untukPengairan.W
Pradnya Paramita. ]akarta.
Stalling, J.H.1957. Soil Use and lmproaement. Prentice Hall Inc. En-
TENTANo PENULI5
glewood Cliffs. New York.
Wieshmeier, W.H. and D.D. Smith, 1978. Predicting Rainfall Erosion
Losses. A Guide To Conservation Planning US. Departrnent
pf Agricultural Hand Book No. 537.
Soedodo Hardjoamidfoio lahir di Pemalang,
-oo0oo-
Jawa Tengah pada tanggal 4 Mei 1940, puteta
bungsu dari sembilan bersaudara, dari ayah
Mas BannonHardjoamidjojo (alm) dan ibu Ispa-
rin Sastroamidjojo (alm). Tamat Sekolah Rakyat
Argopuro, Semarang (1952), SMPN 2BagianB,
Budi Utomo, Jakarta (1956), dan SMAN 6 Ba-
gian B, Bulungan, Jakarta (1960). Gelar Sarjana
(Ir) diperoleh dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Bidang Mekanisa-
si Pertanian (1967), gelar Master of Science (M.Sc.) dari University
of Illinois, U.S.A. bidang Soil and Water Engineering (1978), dan
I)octor of I']hilosophy (Ph.D) dari North Ca\yoiina State University,
U.S.A. bidang Soil and Water Engineeriun$ (1981). Menjadi dosen
IPB sejak 1965 dan jabatan fungsional /Sflar Curu Besar (Profe-
sor) diperoleh tahun 1993.Kartu jabatan;,/ruktural dimulai sebagai
Sjekretaris Jurusan Mekanisasi Pertanian (1972 - 1973), Ketua Juru-
i
! strn Mekanisasi Pertanian (1981 - 1983), Dekan Fakuitas Teknologi
E
l'e rtanian, IPB (1983 - \986, 1986 - 1989), Pembantu l{ektor Bidang
I
t ;\kirciernik Universitas Pakuan (UNPAK,1997 - 2000), Direktur Pro-
I 1,,r.rrn Past'.rsariana UNPAK (2000 - 2002), dan Rektor UNPAK (2002
E

tT,\-- ,alfi* nfl1ler+trlrr l,rrrl ,frr Atr


- 2004,2A04 - 2008). Penataran yang pernah diikuti adalah Penata-
ran Pengawasan Melekat (WASKAT) bagi pejabat eselon I di Jakar-
PROFIL 5INGKAT
ta (1988), Penataran P4 sebagai Menggala (1998). Penghargaan yang CREATA LPPAA
diterima adalah Satya Lencana Karya Satya 30 tahun dari Presiden
Republik Indonesia {1997).
INSTITUT PERTANIAN BO6OR

Prof. Dr" Ir. H. Sukandi Sukartaatmadja MS,


lahir di Jakarta 16 September 1943" Pendidi-
kan SMP Negeri 1 jakarta (1961), SMA B Neg-
eri 2 Bandung (1964), Fakultas Mekanisasi dan
Teknologi Hasil Pertanian (FATEMETA)/FA-
TETA IPB Jurusan Mekanisasi Pertanian 51 ta-
}run 197'1,. Pasca Sarjana IPB Program Teknik
Pertanian 52 tahun 1983. University of Tokyo
53 bidang Studi Bioiogical and Environmental Engineering. SPe-
cial Post Graduate Diploma of Advanced Mediteranean Agonomi
Studies Bari Italia tahun 1977.Tratuung di Jepang University of To-
kyo Bidang Land and Water Conservation Engineering tahun 1989
- 1990. Mulai tahun 1971 sebagai staf pengajar Departement Teknik
Pertanian FATETA IPB, mengajar kuliah Ilmu Ukur Wilayah, Hi-
drologi, Hubungan Air Tanah dan Tanamaru Teknik Konservasi Ta-
nah dan Air, Teknik pengembangan DAS, Teknik Pendayagunaan IITTAR BEIIII{ANG
Lahan dan Air. Penelitian dalam bidang konservasi tanah dan air di
berbagai daerah. Membantu berbagai kegiatan di Departemen Ke-
ada tahun 1986, Fakultas Teknologi Pertanii" - fnrnenerima
bantuan hibah dari PemerintahJepang melAlui Japan Interna-
hutanan, Departemen Pertanian dan mengajar di Fakultas Teknik
tional Cooperation Agency (JICA) untuk i*/"rrg"n fasilitas pen-
Pakuan dan UIK Bogor ]urusan Teknik Sipil. Sebagai anggota PII
didikan. Bantuan tersebut kemudian dilanidtkan dengan Proyek
(Persatuan Insinyur Indonesia), PERTETA dan FIATTA. Sebagai
Kerjasama Teknik selama lima tahun (1988-1993) antara Direktorat
Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian mulai tahun 2004.
Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTD dan JICA dengan nama the Ac-
ademic Deaelopment of Graduate Program at the Faculty of Agricultural
-oo0oo-
r^,ngineering and Technology {ADAET) Project-lTA-9(a)-132, yang
bcrtujuan meningkatkan kemampuan akademik dari Program Pas-
casarjana rli biclang Keteknikan Pertanian. Untuk melanjutkan ber-
bagai program yang telah dirintis melalui kegiatan Proyek ADAET 1. Penelitian kajian sumber-sumber bio-energi dan pengembang-
tersebut, maka pada tahun 1994 didirikanlah CREATA sebagai an teknologi energi terbarukan, infrastruktur pertaniary penge-
salah satu pusat penelitian di bawah Lembaga Penelitian dan Pem- lolaan air, teknologi pascapanen hasil pertanian dan serat, dan
berdayaan Masyarakat - IPB. Pada tahun 1996 CREATA menerima lain-lain.
hibah dari Proyek URGE (llniaersity Research for Graduate Educa- 2. Pelatihan dan magang, baik tingkat nasional, regional mau-
tion),DIKII, untuk peningkatan kompetensi para dosen dalam ke- pun internasional. CREATA selama 6 tahun menyelengarakan
mampuan yang berkaitan dengan pengajaran dan penelitian pada training bagi 13 negara Afrika untuk bidang Teknik Pertanian
tingkat pascasarjana di Program Studi IImu Keteknikan Pertanian. dan bagi negara CLMV untuk bidang Teknologi Energi Terba-
rukan.
VISI: 3. Pemberdayaan masyarakat melalui introduksi teknologi yang
Menjadi pusat terkemuka dalam pengembangan dan Penera- dikembangkan CREATA, seperti alat pengering surya, alat
pan ilmu teknikuntuk menciptakan teknologi tepat guna bagi pem- pendingin nokturnal, dan lain-lain.
bangunan pertanian tropika berkelanjutan, baik di tingkat on-farm, 4. Seminar-seminar yang berkaitan dengan isu yang urgen.
maupun off-farm. Dalam melaksanakan kegiatannya CREATA bermitra dengan ber-
bagai pihak: Pemerintah (Pusat dan Daerah), Swasta/Industri,
MISI: LSM, Lembaga Penelitian, dan Lembaga-lembaga Internasional se-
Mengembangkan teknologi tepat guna untuk menciptakan perti JICA, JAGEF, NAM Center,ISESCO, dan lain-lain.
sistem produksi optimum berbasis ilmu teknik, sesuai dengan kon-
disi pertanian pedesaan dan berwawasan lingkungan yang bertu- -oo0oo-
juan membantu pemb€Ingunan industri pertanian yang berkelanju-
tan melalui aktifitas penelitian dasar dan terapan.

MAJT{DAT:
1. Pengembangan infrastrukfur pertanian dan pedesaan,
2. Pengembangan sistem produksi optimum,
3. Pengembangan teknologi inovatif dan
4. Pengembangan sistem informasi mekanisasi pertanian.

KEGIAIAN:
Kegiatan CREATA dituiukan untuk turut berkontribusi clalam
pembangunan nasional, melalui kegia ta n pcn el i ti a rr, t ra i n i n 1',, st' nr i -
MILXffi
Brdan pcrpustnk*nn
nar, dan pemberdayaan masyarakat st'sttai tlt'tlf iittt koltt;rclcrrsi tIirtl drn Hearsipn,g
mandatnya, antara lain aclalah: Propinsi .Iarre,i.},-n.

7(;t--- L I'lrl, l1 rtg,rl i t,r,r I t,',tlt ,1,r,, '\tr l'r,,/rl \trrylitl I trrtlrt I l'l'Al lrrrlrlrrl ll'rlrttttrttt 11,,11,,r
I I rr

Anda mungkin juga menyukai