USTAKAAN
\RSIPAN
IWATIMUR
1.45
DE
',2
@cnaHArLMU fficnrATA-LFpl,r
Teknik Pengawetan
Tanah
Air
TEKNIK PENGAIPETAI TAIYAH DAI{ AIR
f
Oleh : SoedodoHardioamidjojo 1 MILIK
Sukandi Sukartaatmadja Badau Pcrpustakrrtr
dnn Kee rsipro
Edisi Pertama ^ ' -:rr:ri J1r,:,1 fir111xg
Cetakan Pertama,2008
3sA .o4A f vun N pu,;
Hak Cipta @ 2008 pada Penulis,
Hak Cipta dilindungi undang-undang' Dilarang memperbanyak atau
meminclahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa Pun/ secara KATA PENGANTAR
elektronis maupun mekanis, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan
teknik perekaman lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit'
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vlt
BAB 1 PENDAHULUAN !
BAB 2 PROSES TERIADIT{YA EROSI 7
2.1. Definisi 7
2.2 Proses dan Mekanisme Erosi 7
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Erosi 11
BAB 3
ALIRAN PERMUKAAN t9
3.1 Daur Hidrologis 19
3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aliran permukaan 21.
3.3 Pendugaan Debit Puncak Aliran permukaan 24
BAB 4 PENDUGAAN KEHILANGAN TANAH
OLEH EROSI 31
4.1. Percobaan Lapang 31
4.2 Percobaan di Laboratorium u
4.3 Universal Soil Loss Equation 36
BAB 5 SALURAN BERVEGETASI 53
5.1 l\.nglirrlraan Saluran Bervegetasi 53
5.? lh.ttltrL li,rlrrr,rn 54
56
5.3 Pemilihan Vegetasi
56
5.4 KecePatan Desain
5.5 Koefisien Kekasaran 58
60
Bab 1
5.6 Kapasitas Saluran
62
5.7 Drainase
63
5.8 PemeliharaanSaluran
BAB 6 BANGUNANDANKONSTRUKSI
65
PENGENDALI EROSI
6.1. Pengolahan Lahan menurut Kontur 65 PENDAHULUAN
66
6.2 Bangunan Pengendali Erosi
75
6-3 Pengendalian ]urang (Gully control)
79
6.4 Bangunan Pengendali Sedimen
6.5 Pengembangan Sumber Air 81
BAB 7PERENCANAAN USAHATANI DAN ebutuhan utama manusia adalah pmgm, di samping
DAERAH ALIRAN SUNGAI 83 papan dan pakaian, yang sebagian besar dapat dihasilkan
7.1. Pendahuluan 83 melalui pemanfaatan secara efisien sumber daya alam
7.2 Kesesuaian Lahan untuk Diusahakan 85 yang tersedia.
86
7.3 Kelas KaPabilitas Lahan Salah satu sumber alam yang penting yang tersedia adalah
89
7.4 PembatasanTanah sumber daya tanah dan air. Tanah merupakan media tumbuh
7.5 Perencanaan Daerah Aliran Sungai' 91.
tanaman, di mana akar tanaman menyerap air dan hara dari dalam
7.6 Tindakan Perlindungan Daerah Aliran Sungai 91.
tanatr, sedangkan air merupakan syarat mutlak kehidupan.
93
7.7 Sasaran Pengelolaan DAS
Tanah adalah satu benda alam yang terbentuk apabila bahan
7.8 Perencanaan dalam Rehabilitasi Lahan dan induk berada dalam pengaruh iklim tertentu, organisme dan air
Konservasi Tanah 94
dalam periode waktu yang lama. Proses pembentukan tanah (soir)
105
BAB 8 EROSI ANGIN secara alami berjalan sangat lambat, dan karena itu dapat diang-
PrinsiP Erosi Angin 105
8.1 gap sebagai sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharti (non-
Pengendalian Erosi Angin 106
8.2 renewable natural resources). oleh karena itu sumber daya alam ini
125
DAFTAR PUSTAKA harus dilestarikan.
127
TENTANG PENULIS Kegiatan manusia di dalam memanfaatkan lahan (land) mem-
pengnrrrlri berbagai proses di dalam tanah, seperti: gerakan air,
-oo0oo-
tlrry,r l,rrr,rlr lncnrrhan air, sirkulasi udara serta penyerapan hara
trl(.ll lrllt.lttt.ln
'titrtttlt
li'IruI Il'rr11,nlr'lrrrr ,l trt Arr
Penggundulan hutan sebagai salah satu usaha manusia
untuk Walaupun erosi tanah tetap terjadi di bawah kondisi alami,
menambah areal pertanian pada awalnya akan menghilangkan tetapi yang dipermasalahkan disini adalah erosi yang terutama
peneduh serta akumulasi sisa-sisa tanaman, sedangkan pengolah- disebabkan oleh campur tangannya manusia, antara lain karena
an/pemanfaatan tanah yang berlebihan, terutama pada tanah disingkirkannya vegetasi alami sebagai pelindung permukaan ta-
berllreng akan mempercepat dekomposisi bahan-bahan organik, nah. Oleh karena itu, sumber daya alami tanah yang tidak dapat
meninglltkan aliran permukaan, menurunkan daya infiltrasi diperbaharui ini haruslah dilindung, antara lain dengan mengen-
tanah yang kesemuanya menjadi penyebab erosi' dan
menurunkan dalikan erosi pada tingkat yang dapat diijinkan.
produktifitas tanah. Drainase adalah membuang air yang berlebihan ditanah yang
TeknikPengawetanTanahdanAir(TPTA=SoilandWater terlalu basah, suatu keadaan yang antara lain tidak menguntung-
teknik
Conseroation Engineering) adatah peneraPan prinsip-prinsip kan unfuk pertumbuhan sebagian besar tanaman tertentu, sedang-
untuk memecahkan masalah pengelolaan tanah dan air' kan irigasi adalah pemberian air tambahan kepada tanah yang
Pengawetan yang dimaksud disini mengandung arti: peman-
kandungan airnya kurang untuk pertumbuhan tanaman yang op-
timum. Dibidang pertanian, drainase dan irigasi biasanya diterap-
faatan yang optimal tanpa pemborosan dengan memungkinkan
menerus kan bersamaan.
tingkat produksi yang tinggi yang dapat berlangsung terus
dalam waktu Yang tidak terbatas' Pengendalian banjir adalah pencegahan limpasan air di atas
Pengelolaan tanah dan air meliputi pemanfaatan' pengolah- permukaan tanah, khususnya tanah rendah, dan pengurangan alir-
dan
ary pengembangan, penyimpanan dan pengangkutan tanah an dalam saluran alami atau sungai selama dan sesudah hujan be-
khususnya air sebagai bahan baku atau bahan mentah
untuk per- sar.
kegiatan
tanian, industri, rekreasi dan rumah tangga merupakan Pengawetan lengas tanah (moisture conseraation) antara lain
awaldariusahakerjasamamanusia.Konseputamadisiniadalah dengan menerapkan pengolahan tanah yang dimodifikasi dan tin-
bahwaairmerupakanbahanmentah,tidakberbedadenganbatu dakan-tindakan pengelolaan tanaman, termasuk cara penutupan
tanah'
bara, kayu, serat atau batu' Demikian juga halnya dengan tanah dengan sisa tanaman (mulching) secara alami maupun buatan,
merupakan bahan baku utama dibidang pertanian yang
sama Pen-
pembuatan teras, kontur, waduk lapangan dan lain-lain tindakan
tirgtyu dengan air. fisik untuk menahan air hujan ditanah dan mengurangi kehilangan
Sebenarnya,masalahteknikyangterlibatdidalamPeng- karena penguapan dari permukaan tanah.
awetantanahdanairdapatdibagikedalamenamfase'yaitu: Pengembangan sumber air termasuk diantaranya tindakan
pengendalian erosi pengumpulan dan penyimpanan air permukaan serta pengisian
drainase kembali air tanah dan persediaan air di dalam tanah.
irigasi Dua cara utama untuk meningkatkan produksi tanaman
pengendalian banjir irtl.tl,rh tlt.ngan mengembangkan atau membuka lahan yang seka-
pengawetan lengas tanah
pengembangan sumber air
Il.n,Lrhllrr nr
i,L,,;L lt,u,u,,r,u,t, m' l;nut,h rl,rrr z\lr
Bab 2
2.1 Definisi
stilah erosi tanah umumnya diartikan sebagai kerusakan
tanah oleh perbuatan air atau angin. Beberapa ahli menge-
mukakan pendapatnya tentang definisi atau batasan erosi, di-
antaranya adalah:
c. Pengaruh perakaran
vegetasi dengan sistem perakaran yang memencar dalam
topsoil akan melindungi tanah dari erosi karena pengikatan par-
tikel-partikel tanah oleh akar. Jaringan-jaringan sistem akar vege-
tasi rumput-rumputan sangat efektif dalam pembentukan stabilitas
tanah (Kohnke dan Bertrand,1959). Sampah organik yang dihasil-
kan dan kegiatan akar vegetasi dapat memperbaiki permeabilitas
tanah. sampah yang dihasilkan mempunyai pengaruh meningkat-
kan kandungan humus tanah dan merangsang mikroorganisme
yang akan menghasilkan tanah-tanah porous yang baru' Dengan
demikian infiltrasi tanah akan meningkat dan aliran permukaan
yang terjadi akan berkurang. Di samping itu akar vegetasi iuga
menghisap air disekelilingnya, sehingga tanah menjadi lebih mam-
pu untuk menerima air.
- Atr
I'r,,r,'r l,,rltlllrrt l.lrrrl
16 I li'htik l'rrtgrtu'r'lrttt'linr,rlr
Bab 3
ALTRAN PERAAUKAAN
Air memiliki tiga bentuk, yaitu cair, gas (uap) dan padat (es).
Air dipermukaan tanah dan dilautan, karena mendapat energi pa-
nas matahari akan menguap ke atmosfir. Makin tinggi suhu udara
akan makin besar kemampuannya unfuk menampung uap air sam_
pai batas maksimumnya (batas kejenuhan) di mana uap air tidak
clapat ditampung lagi. Uap air di atmosfir berubah menjadi awan
setelah mengalami beberapa proses dan kemudian karena masih
k.ndensasi akan jatuh ke bumi sebagai hujan atau salju. sebagian
air hujan akan menguap sebelum sampai kepermukaan bumi.
Air hujan yang jatuh ada yang tertahan oleh tanaman atau Gerakan air dalam daur hidrologis adalah tidak beraturan
bangunan dan diuapkan lagi sehingga tidak sampai dipermu- dalam hal tempat dan waktu. Pada suatu waktu terjadi hujan lebat
kaan bumi. Proses ini disebut intersepsi, sedangkan air hujan yang dan rnengakibatkan banjir, sedangkan pada waktu lainnya me-
jatuh di atas tanaman kemudian mengalir melalui batang-batang kanisme satu fase terhenti sama sekali sehingga huian tidak turun
tanaman menuju ke permukaan tanah disebut stream flotn Air hu- dan terjadi kekeringan. Ilmu yang mempelajari semua proses yang
jan yang sampai dipermukaan tanatL sebagian diuapkan melalui menyangkut keberadaan air disebut Hidrologi.
proses evapotranspirasi, sebagian akan masuk ke dalam tanah (in- Run offadalah bagian dari presipitasi yang mengalir ke danau
filtrasi) dan selebihnya akan mengalir di atas permukaan tanah se- atau laut, dapat melalui tepi permukaan(surface runffi atau bawah
bagai surface run offataualiran permukaan. Air yang terinfiltrasi ke permukaan tanah (sub-surface runoft).Aliran di atas permukaan (snr-
dalam tanah sebagian akan bergerak kearah lateral, sebagian arah face runffi disebut jug a " oaerland fl*r" atau " sheet flow" merupakan
intra (interftozo) dan bergerak ke bawah sebagai perkolasi untuk ke- bentuk yang paling penting penyebab erosi. Biasanya surface runoff
mudian disimpan sebagai air bumi (ground-water) dansebagian lagi disebut dengan istilah run offsaja atau aliran permukaan.
dihisap oleh perakaran tanaman.
Aliran permukaan terjadi bila presipitasi (hujan) yarg jatuh
Air bumi akan mengalir sebagai aliran dasar (base flow) dalrr telah mencukupi kebutuhan untuk evaporasi, intersepsi, infiltrasi
bersama-sama dengan inter flow dan aliran permukaan akan dan juga untuk mengisi cekungan-cekungan di permukaan tanah.
menuju sungai dan akhirnya ke danau atau laut. secara skematik
daur hidrologis dapat dituniukkan pada Gambar 3.1. 3.2 Flaktor-faktor yang Mempengaruhi Aliran
Permukaan
PRTCITIIAIIQN
Secara garis besar aliran permukaan dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu hujan dan daerah pengaliran (watershed).
I tllr
Preciprtalion
3.2.1 Hujan
9e, r.r, tu{. .t
Sifat-sifat hujan yang penting adalah lama hujan, intensitas
\\ hujan dan distribusi hujan. Sifat-sifat hujan tersebut mempenga-
ruhi debit dan volume aliran permukaan. Iumlah aliran permu-
titittJario'r,
t"' kaan suatu kejadian hujan berhubungan erat dengan lama hujan
dan intensitasnya. Umumnya hujan dalam waktu yang singkat ti-
otlr*eta d dak mengakibatkan terjadinya aliran permukaary sedangkan suatu
hujan dengan intensitas yang sama dengan waktu yang lama akan
0eep pe.colation Our!trr oa
'.1! .d
anarc a.f6a.l.r$ mcngakibatkan terjadinya aliran permukaan.
aur Hidrologis
Intcrrsil,ts lrujirn mempengaruhi debit dan volume aliran
Gambar 3.1 D
Pcrrnlrk,rirrr. srr,rltr lrrrj,rn t{t.ngan intensitas yang melebihi kapasi-
Hutan:
Datar0-5%slope 0,10 0,40
Bergelombang 5 - 10 % slope 0,25 0,50
i. Tunu* dalam baris, Pengelolaan Berbukit 10 - 30 % slope 0,30 0,60
Padang Rumput (Pasture):
2. Tanam dalam baris, Pengelolaan Datar 0,10 0,40
Bergelombang 0,L6 0,55
3. Tanaman bulir kecil, pengelolaan
Berbukit 0,22 0,60
Lahan yang diusahakan:
4. Tanaman bulir kecil, pengelolaan
Datar 0,30 0,50 0,60
5. Tanaman rerumPutan, Perma- Bergelombang 0,41. 0,60 0,70
nent, pengelolaan baik Berbukit 0,52 0,72 0,70
6. Hutan mantaP, Pengelolaanbaik Areal Pemukiman atea
30o/o 50% area 70% area
kedap air kedap air kedap air
Sumber: Schwab et a1., 1981.
Datar 0,40 0,55 0,65
3.3.2 Metode Cook 0,50 0,65 0,80
Sumber: Schwab et al., 1981.
MetodeinisemuladikembangkandiAmerikaSerikat,ke-
mudiansetelahdimodifikasidapatdigunakandiNegaratropika Tabel 3.3 Waktu konsentrasi untuk watershed kecil
areal yang tidak
dan sub tropika. Metode Cook digunakan untuk
lapangan
terlalu luas. Dalam metode ini perlu beberapa tinjauan
paling
untuk mengetahui kondisi dalam daerah tangkapan yang
Kondisi-kondisi
banyak berpengaruh terhadap aliran permukaan'
serta ke-
terslbut adalah penutupan tanatU jenis tanah dan drainase
miringan. Untuk masing-masing daerah tangkapan dibandingkan
pada tabel
der,gan kondisi pada tabel' Diskripsi yang ditemukan
tangkapan
uauLn yang paling mendekati dengan diskripsi daerah
dan dicatat nomer Yang ada'
lain, maka dapat digunakan faktor konversi pada Tabel 3.6. Apabila
50 1..2 1.8 2.5 3.5 4.6 5.8 7.1 8.5 10.0 L1..5 13.3 15.1
75 1,.6 2.4 3.5 4.9 6.3 8.0 9.9
daerah tangkapan mempunyai bentuk lainnya, maka dapat
11.1 14.0 16.4 18.9 2'1,.7
100 1.8 -10.4
3.2 4.7 6.4 8.3 12.7 15.4 1,8.2 21..2 24.5 28.0
digunakan faktor konversi bentuk. 150 2."t 4.1 6.3 8.8 11,.6 14.7 t8_2 21.8 25.6 29"9 35.0 40.6
200 2.8 qq 8.4 11,.7 15.3 t9."1 23.3 28.0 33.1 38.s 45.0 52.5
Tabel 3.4 Catchment Characteistics (CC) 250 3.5 6.5 9.7 13.2 17.2 2t.7 27.0 32.9 39.6 46.9 55.0 63.7
300 4.2 7.0 10.5 14.7 t9.6 25.2 31.5 38.5 46.2 54.6 63.7 73.5
350 4.9 8.4 L2.6 17.2 '23.2 30.2 37.8 46.3 53.8 62.5 77.5 81.0
Rerumputan 10 Tanah dalam, drainase baik 10 Datar sampai 5 400 5.6 10.0 1.4.4 19.4 25.6 33.6 42.2 51.0 60.0 69.3 79.5 90.0
landai 450 6.3 10.5 15.5 21,.5 28.5 36.5 45.5 55.s 65.s 76.0 86.5 97.5
Rerumputan sedang 15 Tanah dalam drainase 20 Berombak 10 500 7.0 11.0 17.0 23.5 31.0 40.5 51.0 62.0 73.0 84.0 95.0 106.5
sedang Sumber: Dept.of Conservation and Extension Government of Rhodesia
Lahan yang Tanah dalam, permeabilitas 25 Bergelombang 15
-oo0oo-
esar kecil laju erosi (erosion rate) yang terjadi pada suatu
lahan akan menenfukan berat ringannya kerusakan tanah
pada lahan tersebut. Makin besar laju erosinya makin
cepat kerusakan tanah yang terjadi dan sebaliknya laju erosi kecil
kerusakan tanah ringan. Berbagai cara pendekatan dapat digunakan
untuk mengetahui laju erosi yang terjadi. Cara-cara pendekatan
tersebut dapat dilakukan melalui percobaan di lapangan maupun
di laboratorium.
ill l, l,,rtl. li rrl',rrn lrttl Llttrlll,l,lrt .\rr l','rr,lu4,r,tt Ieftlf,lqat lrttt,rft r,[,lr I r,,rr 'l-,,-
d. Total energi kinetik butir hujan dapat dibandingkan dengan
r EXPEBiI'T€NIAL PLOT LAYOUI
e.
hujan alarni.
Plot harus cukup lebar dan panjang agar kejadian erosi
mendekati keadaan lapangan.
n r[]n
Berdasarkan cara jatuh butir air, rainfall simulator dapat dibe-
\. ts,/
n dakan menjadi dua macarn yaitu non-pressured dropper (air di-
jatuhkan tanpa tekanan) dan spraying simulator (air disemprotkan
""i.' r'1"' M Mctco.ologkd dengan tekanan).
lE:t:1"' llrlidl
Rainfall simulator banyak digunakan untuk mempelajari
proses-proses erosi di laboratorium. Alat ini tidak dapat digunakan
untuk menenfukan erosi akfual pada areal tertentu.
Gambar 4.7 Tata Letak Plot Percobaan
4.2.2 Pengukuran Stabilitas Agregat Tanah
4.2 Percobaan di Laboratorium Pengukuran stabilitas agregat dilakukan untk mengetahui
kepekaan tanah terhadap erosi. Pada umumnya dapat dikatakan
4.2.1 Rainfall Simulator
bahwa stabiiitas tanah yang rendah berarLi butiran hujan yang jatuh
Percobaan-percobaan di lapangan dengan menggunakan mudah menyebabkan erosi, karena tanah yang terdispensi menjadi
plot erosi sangat tergantung pada hujan, yarlg sulit dikendalikan partikel yang kecil dan akan menyumbat pori-pori makro tanah
sehingga hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu saja. Agar yang berakibat menurunkan kapasitas ffiltrasi. pengukuran sta-
percobaan dapat dilakukan pada setiap saat maka diperlukan alat bilitas bertujuan untuk potensial erosi suatu tanatg jadi tidak dapat
untuk meniru hujan. Alat peniru hujan tersebut dinamakan "Rain- menentukan erosi aktualnya.
fall Simulator."
Ada beberapa metode yang dapat dipakai untuk menentukan
Rainfall Simulator dirancang untuk menghasilkan hujan tingkat stabilitas agrega! diantaranya empat metode utama (Baver,
dengan karakteristik yang dikehendaki seperti ukuran butir, ke- 1960)yaitu:
cepatan jatuh, intensitas, lama hujan dan sebagainya' Adapun per-
a. Metode Ayakan Basah (wet siaing).
syaratan yang harus dipenuhi di dalam percobaan dengan meng-
gunakan Rainfall simulator tersebut adalah sebagai berikut:
b. Metode Tetesan Air Hujan.
c. Metode Pencucian dengan larutan NaCl lemah.
a. Rainfall simulator harus dapat memberi air secara seragam ke- d. Metode penjenuhan dengan air yang sebelumnya dibasahi de-
seluruh plot pada intensitas tertentu. ngan alkohol atau larutan organik lainnya.
b. Besar butiran dan intensitas hujan dapat dibandingkan dengan
hujan alami.
c. Kecepatan jatuh butiran mendekati kecepatan terminal'
IiIrriI Itrrllrnlr'lrttt itttrtlt ,l trr ;\tt ll,rr,filg,*rn hrfitlrrrrgrl l,rrt[ l['/r I rrrr
4.3 Universal Soil Loss Dquation Di mana EK = Energi kinetik hujan (Joule/m2 cm)
4.9.1 Rumus Universal Soil Equation I = Intensitas hujan (cm/jam)
Universal Soii Loss Equation (USLE) adalah suatu Persamaan selanjutnya wischmeier menyatakan bahwa intensitas maksi-
untuk memperkirakan kehilangan tanah yang telah dikembang- mum hujan yang jatuh selama s, 15, 30 menit tidak menunjukkan
kan oleh smith dan wichmeier tahun 1978. Apabila dibandingkan hubungan yang erat dengan erosi tanah. Hubungan yang sangat
dengan persamaan kehilangan tanah lainnya. USLE mempunyai nyata ditunjukkan oleh hasil perkalian antara hujan maksimum
kelebihan yaitu variabel-variabei yang berpengaruh terhadap be- selama 30 menit (U dur', energi kinetik (E). persamaannya adalah
sarnya kehilangan tanah dapat diperhitungkan secara terperinci sebagai berikut:
dan terpisah. EL= G x I*)/100 (4.3)
Sampai saat ini USLE masih dianggap rumus yang paling Dari hasil penelitiannya Hudson (1971) menunjukkan bahwa
mendekati kenyataary sehingga lebih banyak digunakan daripada energi kinetik hujan dengan intensitas lebih besar dan 2,s cm per
rumus lainnya. Persamaan kehilangan tanah tersebut dapat ditulis- jam adalah lebih baik sebagai petunjuk erosi daripada 8130. Indeks
kan sebagai berikut: erosivitas dari Hudson sering ditulis KE-1 atau KE_25.
A=RxKxLxSxCxP (4.1)
Ial (1976) mendapatkan petunjuk penyebab erosi (AIm), di
dimana A = ]umlah kehilangan tanah maksimum (ton/ha/ta- mana ini merupakan hasil perkalian dari jumlah total hujan dengan
hun) intensitas maksimum. Indeks erosivitas tahunan dari Lal dapat di-
R = Faktor erosivitas hujan hitung dengan rumus sebagai berikut:
K = Faktor erodibilitas tanah
L = Faktor panjang lereng a.Im=I f,
mt n
(a.im) (4.4)
S = Faktor kemiringan lereng i i
C = Faktor pengelolaan tanaman
P = Faktor praktik konservasi tanah di mana: a = Total curah hujan (cm)
im = Intensitas hujan maksimum (cm/jam)
a. Erosivitas huian (R) n = ]urnlah hari hujan dalam satu bulan
Erosivitas hujan menggambarkan kemampuan hujan untuk p1 = Jurnlah bulan dalam setahun
menimbulkan erosi. Erosivitas ini merupakan fungsi sifat-sifat hu-
untuk menghitung EI30 atau KE-1 diperlukan data curah hu-
jan dan biasanya dinyatakan dalam energi kinetik hujan. Energi ki-
fan yang diperoleh dari pencatat hujan otomatih sedangkan untuk
netik tersebut oleh smith dan wischmeier (1978) dinyatakan dalam ciaerah yang tidak tersedia data dari pencatat hujan otomatik, in-
persamaan:
rk'ks erosivitas hujan (R) dapat dihitung dengan cara sebagai ber-
EK = 210.3 + 891og I (4.2)
ikut:
di mana: Rb = Erosivitas hujan bulanan a' Bila yang tersedia persentase debu dan pasir sangat
harus,
Pb = Curah hujan bulanan (cm) persentase bahan organik, strukfur tanah dan permeabili-
H = Banyaknyaharihujan tas tanah, maka penggunaan nomograf sebagai berikut
Ph*r." = Hujanharianmaksimum (cm) (lihat Gambar 4.1):
persentase debu dan pasir sangat halus yang
Apabila data jumtah hujan harian maksimum rata-rata (Ph- sudah
diketahui, ditetapkan pada titik yang bersesraiao pada
maks) dan banyaknya hari hujan tidak tersedia, maka nilai erosi-
sumbu tegak sebelah kiri dad nomoglaf;
vitas hujan bulanan dapat dihitung dengan menggunakan rumus
dari titik perpotongan ini ditarik garis horizontal hingga
Lenvain (1975) sebagai berikut:
memotong grafik persentase pasir yang bersesuaian;
Rb = 2.21 (Pb)1'36 (4.7) - dari titik perpotongan ini ditarik garis vertikar
hingga memotong grafik klas bahan organik yang
Di mana: Rb = Erosivitas bulanan
[rrrsr.suaian;
Pb = Curah hujan bulanan (cm)
li'I rrrI l'r'rrl:rrl,r'lrlrr lrttrrtlr rl,rr,,\rr l', 1,f11y,1,,,r lrr,lrlfifir&til lrlrrrh rJlI I r,irr Lri
aliran permukaan dan suatu titik di mana terdapat penurunan ke-
Bila data tekstur tanah secara kuantitatif tidak tersedia/
miringan yang cukup (menjadi lebih landai), sehingga mulai terjadi
diketahui maka untuk mendapatkan nilai M dapat digr-
pengendapan, atau di mana aliran permukaan masuk dalam suafu
nakan Tabel 4.3.
saluran drainase (Morgaru 1980).
Bila data bahan organik yang tersedia berupa klas, pe-
nilaian bahan organik menggunakan Tabel 4.5 (nilai a =.-. Faktor kemiringan lereng adalah rasio tanah yang tererosi
% x L,724) Untuk kadar bahan organic > 6 % (agak ti.gg pada suatu kemiringan lahan tertentu terhadap tanah yang tererosi
- sangat tinggi), angka 6 % tersebut digunakan sebagai ang- pada kemiringan lahan 9 %, untuk kondisi permukaan lahan yang
ka maksimum. sama.
Penilaian struktur tanah dan permeabilitas masing-masing
Menurut Wischmeier dan Smith (1978), faktor LS dapat diten-
menggunakan Tabel 4.3 dan T abel 4.4.
tukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Tabel 4.5 Klas kandungan bahan organik LS= (l/22,1)-(0,065 + 0,045 s + 0,0065 s2) (4.e)
''lrhnk ll'ttg,trt,,'l,ltt lilrr,rlr,l lrr r\tr l'rirfi rjrrrtrr Irlrtlrrgrrlr lrtfirtfi rrll,l I r,rtrI I +t
I
Mtt rl
di mana: a = adjustment factor U2i= nilai U untuk segmen di bawah segmen j (m)
j = nomor urut segmen (dari atas sampai ke bawah) lc = panjang seluruh lereng (m)
m = eksponen panjang lereng
n = jumlah segmen
d. Faktor Pengelolaan Tanaman (C)
Faktor pengelolaan tanaman merupakan rasio tanah yang ter-
Faktor a untuk kemiringan lahan dengan nilai eksponen erosi pada suatu jenis pengelolaan tanaman terhadap tanah yang
m = 0,5 dapat dilihat dalam Tabel4.6. tererosi pada kondisi permukaan lahan yang sama tetapi tanpa
Tabel 4.6 Faktor a untuk mengkoreksi nilai LS dari segmen pengelolaan tanaman atau diberakan tanpa tanaman.
yang berurutan dengan m = 0,5 Pada dasarnya penentuan nilai C sangat rumit karena ha-
rus mempertimbangkan sifat perlindungan tanaman terhadap
erosivitas hujan. sifat perlindungan tanaman dimulai sejak dari
pengelolaan tanah hingga panen, bahkan hingga tanaman berikut-
nya. Di samping itu penyebaran hujan selama satu tahun juga perlu
memperoleh perhatian. Penelitian tentang faktor C ini telah ban-
yak dilakukan baik di luar negeri maupun di dalam negeri. Nilai C
yang didapat dari sumber pustaka luar negeri harus diuji dahulu
Apabila sebidang lahan tidak memungkinkan untuk dibagi kebenarannya untuk dapat diterapkan pada kondisi lahan di Indo-
ke dalam segmen-segmenyang seragam, makanilai LS dapat diten- nesia. Bagaimanapun iklim dan kondisi pola tanam yang berbeda
tukan dengan prosedur sebagai berikut: akan mempengaruhi nilai-nilai C tersebut.
- Tentukan nilai U dengan rumus: Untuk menentukan besarnya nilai C dapat ditempuh cara se-
U=Sl(m+1)/ (22,L)^ (4.11) bagai berikut:
m= eksponen panjang lereng - Untuk jenis tanaman dengan rotasi tanaman tertentu atau de-
ngan cara pengelolaan pertanian tertenfu dapat menggunakan
Menghitung IS dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Tabel4.8.
- Apabila untuk sebidang lahan terdapat rotasi tanaman atau
ts = I
j=1
(Uzi-Uij)/lc (4.12) cara pengelolaan tanaman yang tidak tertentu padaTabel4.T
dan Tabel4.8, maka dapat mempertimbangkan kembali nilai C
di mana j = nomor urut segmen tersebut berdasarkan nilai-nilai C pada Tabel 4.7 danTabel4.8.
n = iumlah segrnen
Uil = nilai U untuk segmen di atas segmen j (m)
46 lilrrrl lt'rrg,firt.llrllt Llltulrl rIIII ,\rr It,,r'fiqarr,r,r lrrlilkg;n lfurilr,,&l I ,,,,, --n-
21. Tanah kosong diolah 1,0 1,0
Tabel 4.7 Nilai faktor C dengan pertanaman tunggal
22. Tanah kosong tak diolah 0,95
(Ab durr achman, Sopiy ah dan Undang 1.9 8'1., dan Hammer L9 8L)
23. Hutan tak terganggu o001
24. Semak tak terganggu 0,01
Sebagian berumput 0,10
1. Rumput Brachiaria decumbers tahun I 0,287 0,3
25. Alang-alang permanent 0,02
2. Rumput Brachiaria decumbers tahun II 0,002 0,02
26. Alang-alang dibakar 1 kali 0,70
3. Kacang tunggak 0,161
27. Semak lantana 0.51
4, Sorghum 0,242
28. Albizia dengan semak campuran 0,012
5. Ubi kayu 0,8
29. Albizia bersih tanpa semak dan tanpa 1,0
6. Kedele 0,399
seresah
7. Serai wangi 0,434 oA
30. Pohon tanpa semak 0,32
8. Kacang tanah 0,20 0,2
31. Kentang ditanaman searah lereng L,0
9. Padi (lahan kering) 0,56'L o5
32. Kentang ditanam menurut kontur o3s
10. Iagung 0,637 0,7
33. Pohon-pohon dibawahnya dicangkul 0,21
11. Padi sawah o01 0,01 (diolah)
72- Kentang oA 34. awang daun ditanam dalam bedeng 0,08
13. Kapas, tembakau 0,5 -0,7
Tabel 4.8 Nilai faktor C dengan berbagai pengelolaan tanaman
74. Nama dengan penanaman Menurut kon-
(Abdurachman, Sopiyah dan llndan 1.g81)
tur:
a. dengan mulsa dibakar 0,2-0,5
b. dengan mulsa dibenam 0,1 -0,3
dengan mulsa dipermukaan 0,01 Ubi kayu + kacang tanah
15. Tebu 0,2 Padi + sorghum
't6. Pisang jarang monokultur 0,6
ti;il,J,t,,,,
s)l 1,,,,,
li'I rrrI I i'rrllrrrrt't,rrr A;
tanah gundul, maka sejumlah besar partikel tanah akan dilepaskan
dan diangkut oleh air. ]urang yang terbentuk akan membagi suatu
lahan menjadi sempit, banyak, barisan menjadi pendek, gerak alat-
alat pertanian dari satu lahan kelahan lain akan menjadi terham- c $3
'tv Nd
bat, dan nilai lahan akan turun. Tanah yang terangkut dari areal o
o
++
a-
lr
.15 g
tt
yang berjurang akan menyebabkan kerusakan karena sedimentasi.
Diharapkan agar pendugaan aliran permukaan dilakukan pada be-
berapa titik temu dari berbagai daerah tangkapan air untuk mem- sf
3e
i:
ili
+l) il;
-lE.: d rid
perhitungkan perubahan daerah pengaliran. Untuk saluran yang t! :lP tl-' r $ ui
:. *- o
Bentuk penampang melintang dari saluran dapat berupa pa-
rabola, trapesoidal atau segitiga. Bentuk parabola adalah bentuk ;oc € r no c4
9i
L
co
yang paling mendekati bentuk saluran alami. + u I Ur
I r s
5
(
Oo
U ot
Dalam kondisi normal, aliran di dalam saluran, deposisi, ser- !t
ta erosi lereng salurary maka bentuk segitiga dan trapezoidal akan o c
;
.9
o !
bertendensi untuk berbentuk parabola. Karakteristik geometris dari a
{' I
OO
berbagai bentuk saluran dapat dilihat pada Gambar 5.1. yang juga F *
memberikan rumus untuk menghitung karakteristik hidrolika ma- qJ
a:
ro
Saluran trapezoidal berdasar lebar memerlukan kedalaman 1!
(!
gali (ekskavasi) yang lebih dangkal dibandingkan dengan bentuk st
parabola atau segitiga. Dalam periode di mana aliran kecil, sedi-
o G,
ld
I
menyebabkan gerak meander pada aliran yang lebih besar serta ter-
bentuknya aliran turbulen dan eddy yang akan menyebabkan keru- zo
sakan local pada vegetasi. Saluran segitiga mengurangi pengendap-
an sediment, tetapi kecepatan yang tinggi mungkin menyebabkan
kerusakan dasar saluran.
o.{
o.t
a
3 o.:
g o
3 0.!
( o.l tl.ds. L.ttlr r.i - rsBl{ r.rr
E
l 008 (fkr&rrl krld ir .i.dfr tu'.{
(
o
0,06 5* !...&e.. Oa.r ra nod fn
h{ b Ialt
ta\i{ S.r. at*qka d Gn lrta
o,04 5{.dralrf ,rFtr!,ht a*l
lo
Oirtsr lrorn.r!,t., lt( t,xl o.oo5 o or o (}'1 o r0 o.a
&oth tdl
Gambar 5.2 Penyebaran kecepatan pada saluran berlapis rumput. Gambar 5.3 Kelakuan hidrolika dari rumput yang sedang panjangnya.
-58
-- --iA,irt t"[,,r,urlrl Llrtrlft ,l,ttr z\il \,tltr r,tl I lr'ttt,{r'fu lrl
I
waktu-waktu lampau, nilai n = 0.004 merupakan nilai praktis yang
dipergunakan untuk saluran bervegetasi. Dalam banyak saluran,
nilai ini cukup memuaskary tetapi pertimbangan yang hati-hati ha-
rus diberikan kepada kondisi vegetasi dan aliran terutama untuk
saluran yang panjang, dan besar di mana penyesuaian dalam de-
sain dapat menghasilkan biaya konstruksi yang lebih rendah.
60 I
li'[ruI ll'rrg,tt+l,ltt l,lr*ll,l,ttr z\lt l.,tlttr,ttr I l+'tlr'gtlrttl
Saluran harus dirancang untuk mengalirkan aliran permu- di intersepsi dengan drainase pipa. Pipa harus diletakkan agak ke
kaan pada kecepatan yang diperbolehkan di bawah kondisi ham- samping dari pusat saluran untuk menghindari kemungkinan bila
batan, minimum (rumput pendek) yang mungkin terjadi pada terjadi kegagalan saluran.
musim aliran permukaan. Kondisi ini merupakan proPorsi dasar
dari saluran, misalnya lebar dasar suafu saluran trapezoidal. Ke- 5.8 PemeliharaanSaluran
dalaman tambahan perlu diberikan pada saluran untuk memberi- Kegagalan suatu saluran bervegetasi dapat disebabkan oleh
kan kapasitas yang cukup di bawah kondisi hambatan maksimum tidak cukupnya kapasitas, kecepatan terlalu tinggi, atau vegetasi
(rumput panjang atau tinggi). Suatu kedalaman bebas (freeboard) penutup saluran yang tidak cukup baik. Dua hal pertama adalah
sebesar 10 - 15 cm harus ditambahkan pada kedalaman desain. permasalahan desain, sedangkan kondisi vegetasi bagaimanapun
Segera setelah konstruksi saluran dilaksanakan, saluran
juga dipengaruhi tidak hanya oleh persiapan awal dari saluran,
mungkin sudah harus dapat menampung aliran permukaan pada tetapi juga oleh manajemen sesudahnya. Penggunaan salurary ter-
kondisi vegetasi belum ada, atau baru dalam permulaan pertumbuh- utama unfuk jalan setapak, jalan ternak, atau tempat ternak merum-
an. Karena itu tidak praktis untuk mendesain saluran pada kondisi
put akan merusak vegetasi dan sering mengakibatkan kegagalan
yang ekstrim ini. Cara lain yang untuk menjawab masalah ini an- saluran.
tara lain dengan memindah (diaert) arah aliran, sampai pada waktu Teras yang mengalirkan airnya ke saluran ini dengan keterjalan
vegetasi dalam saluran sudah tumbuh mantap. Kemungkinan lain yang terlalu besar akan menoreh kebelakang pada saluran, dan
yang dapat terjadi adalah pada saat vegetasi belum tumbuh man- merusak baik saluran maupun terasnya sendiri. Penanganan alat-
tap, terjadi aliran permukaat:tyang tinggi, tetapi hal ini merupakan alat pertanian yang kurang hati-hati, misalnya menyeberang saluran
risiko yang sudah harus diperhatikan dalam desain. dengan seenaknya, akan merusak pula vegetasi dalam saluran.
a
I
Of, I
li'liruI l1'rrgrttl,+Ilrt l,ttr,tI rl,or .'\rr
T
ll,rru,rrrr,lr 1f,1p1 [rrrnlnrtrl ll.ng, rr,l,rI l, r,,r1 --w-
6.2.l.lTeras Kredit 6.2.1.2 TerasGuludan
Teras kredit biasanya dibuat pada tempat dengan kemiring- Teras guludan adalah suatu teras yang membentuk guludan
an lereng 3 - 1A"/o, dengan cara membuat jalur tanaman penguat yang dibuat melintang lereng, dan biasanya dibuat pada lahan
teras yang mengikuti kontur (tanaman lamtoro, kaliandra, dan se- dengan kemiringan lereng 10 - 15 %. sepanjang guludan sebelah
bagainya). Jarak antar larikan antara 5 - 12 m' Tanaman pada lari- dalam, terbentuk saluran air yang landai dengan kemiringan dasar
kan teras berfungsi untuk menahan butir-butir tanah akibat erosi saluran adalah 0,1. %, sehingga dapat menampung sedimen hasil
dari sebelah atas larikan. Lama kelamaan tanah bagian atas larikan erosi (lihat Gambar 6.3). saluran tersebut juga berfungsi untuk
akan menurun, sedangkan bagian bawah yang dekat dengan
jalur mengalirkan aliran permukaan dari bidang olah menuju saluran
tanaman akan semakin meninggi (lihat Gambar 6'2)' pembuang air.
Culudan batu/tanah
6rr l,'lrrrrL lt'ltllrtttflrltt lrtfttl,1,ril''\lr ll,rnllrrrrrrr rlitft lrrttltttlr, l1.rrg, ir,l,rI I r,,rr
tanaman penguat teras berupa rumput makanan ternak (lihat Gam- Sasaranwilayah untuk dibuat teras bangku adalah lahan yang
bar 6.4). digarap secara intensif untuk tanaman semusim, tipe tanah bukan
tanah pasir yang porus, dan lahan yang mulai tererosi berat dan
berlangsung terus rnenerus. T'eras bangku merupakan bangunan
pengawetan tanah yang paling baik untuk mengurangi kehilangan
tanatu sampai 95 7o. Teras bangku mempunyai spesifikasi sebagai
berikut:
bidang oleh teras ndring ke dalam sekitar 3 %;
bidang olah dibatasi oleh talud teras dengan kemiringan lereng
2:L atau1,:1;
Gambar 6.4TerasDatar tepi teras bagian luar dibuat pematang selebar 1.f cm dan di
atasnya sebaiknya ditanami tanaman penguat t\s seperti
6.2.1.4Teras Bangku
lamtoro, kaliandra dan sebagainya;
Teras bangku (bench terrace) adalah bangunan yang dibuat \
permukaan talud teras ditanami rumput;
sedemikian rupa sehingga bidang olah miring kebelakang(reverse \
pada kaki talud dibuat selokan teras dengan lebar 15Jcm dan
back slope) dan dilengkapi bangunan pelengkap lainnya untuk me-
kedalaman 20 cm, dengan kemiringan dasar selokan kearah
nampung dan mengalirkan air permukaan secara aman dan terken-
pembuangan air 0,1 %.
dali.
Bangunan pelengkap teras bangku terdiri dari saluran pem-
Teras banguku yang asii disesuaikan untuk lereng 25 - 50 %,
buangan air (SPA), saluran pengelak, saluran peresaparL dan terju-
berfungsi mengurangi kemiringan tanah, tetapi pembuatannya ma-
nan.
hal, dan tidak selalu sesuai untuk alat-alat pertanian modern. Ke-
miringan lahan yang sesuai untuk teras bangku adalah 10 - 30 %, Ukuran SPA perlu diperhatikan agar supaya tidak menim-
dengan ketebalan topsoil sebelum dibuat teras > 30 cm. bulkan kerusakan. Dua hal penting yang perlu dipertimbangkan
adalah perkiraan debit maksimum yang akan terjadi, dan kecepat-
Teras seperti ini walaupun sangat berguna diperadaban
an aliran maksimum yang diizinkan. Benfuk saluran biasanya trap-
lam& terbatas terutama untuk lebih menjamin penyebaran merata
ezoidal, dan permukaannya ditanami rumput untuk melindungi ta-
air. Tipe mula-mula teras bangku terdiri dari suatu serie area yang
nah serta memperlambat kecepatan aliran. Oleh karena kemiringan
didatarkan seperti rak/bangku yang merubah lereng ter1atr20-30 %
dasar SPA seharusnya 0,4 - 0,5 %, maka ditempat-tempat tertentu
n-renjadi suatu serie bangku datar atau hampir datar.
perlu dibuat bangunan terjunart /ang diperkuat dengan bambu,
Teras bangku yang lebih modern disesuaikan pada lereng batu atau bahan lain yang tersedia didaerah setempat. Tempat
6 - I % dan dapat dirubah untuk memenuhi keperluan peralatan kcdudukan SPA serta teras bangkunya, dapat dilihat pada Gambar
pertanian. Teras bangku sering disebut Conservation bench tcrracc 6.5.
atau juga ZinggConservation bench.
I,'lrrrL lt'lgrtt.'lrrti l,li,tlr,l,lr, \tr lLlrt(tttrrtrt rltlr hrfrrlrttlt, ll'l*,, r,,l,rl, I r,,rr
6.2.1.5 Teras Kebun
Teras kebr-rn biasanya dibuat pada lahan dengan kemiringan
lereng antara 30 - 50 %, yang direncanakan untuk areal penana-
man jenis tanaman perkebunan. Pembuatan teras hanya dilakukan
pada jalur tanaman, sehingga pada areal yang bersangkutan ter-
dapat lahan yang tidak di teras dan biasanya tertutup oleh vegetasi
Saluran tcras penutup tanah. Ukuran lebar jalur teras dan jarak antar jalur teras
disesuaikan dengan jenis komoditas. di dalam
kebun, lahan yang terletak diantara dua teras yang
Gambar 6.5 Teras bangku dengan Saluran Pentbuanagn Air (SPA). dibiarkan tidak diolah (lihat Gambar 6.6.)
7) I
li'LrrrL ll'rryintrlrtt r!t,r,r,r,l,rrr .'\ri ll,rrgrlrr,rrr ,[nr ltrullfkl ltrq,,il,l rlr l',,,,r z,
Lahan tak diolah
Tanaman
penutup / Li-'' j
1 [ Lubong
Lereng
asli
Gambar 6.7 Teras indiaidu. Gambar 5.8 Saluran Lereng atau Hill Side Ditch.
Cara dan teknik pembuatan teras individu cukup sederhana,
yaitu dengan menggali tanah pada tempat rencana pembuatan lu-
6.3 Pengendalian Jurang (Auilg Controll
bang tanaman, dan menimbunnya kelereng sebelah bawah sam- Dalam pengertian pengawetan tanah dan air,, jurang atau
pai datar, sehingga bentuknya seperti teras bangku yang terpisah. yang dikenal dengan nama " golly" , adalah merupakan tempat
Tanah disekeliling teras individu tidak diolah dan tetap berupa konsentrasi aliran permukaan pada suatu tempat secara teratur.
Ju-
padang rumput atau ditanami dengan tanarnan penutup tanah rang yang tidak segera ditanggulangi akan berkembang terus, yaitu
lainnya. penggerusan pada tebing dan dasar jurang sehingga mengakibat-
kan jurang makin dalam dan lebar.
6.2.2 Saluran Lereng (Hill Side Ditchl
Jurang atau gully ini sering dijumpai pada lahan-lahan yang
Saluran Lereng atau Hill Side Ditch adalah suatu bangunan kurang atau tidak dikelola sebagaimana mestinya menurut kaidah
pengawetan tanah dan air secara mekanis yang dibuat dengan pengawetan tanah. Jurang dapat dibedakan atas jurang bersambung-
memotong lereng pada lahan-lahan miring untuk mengurangi ke- an (continuous gullies),jurang dalam satu arear tetapi terpisah/tidak
cepatan aliran permukaan. Perbedaannya dengan teras adalah pada bersambunga^ (discontinuous gullies), dan jurang-jurang yang nam*
kegunaan daripada bidang datarnya. Pada teras, bidang datarnya pak akan bersatu, satu dengan lainnya (independent discontinuous
diolah untuk ditanami, sedangkan pada Saluran Lereng bidang gullies). Klasifikasi tersebut akan merupakan dasar pertimbangan
datarnya dipergunakan untuk jalan atau sebagai saluran drainase. dalam menetapkan tindakan atau perlakuan yang akan diberikan.
Saluran lereng ini biasanya dibuat pada perkebunan-perkebunan
Pengendalian jurang yang paling efektif adalah secara ve-
yang belum banyak bangunan pengawetan tanah dan airnya, atau getati{ dengan1irenamai jurang dengan jenis-jenis tanaman terten-
pada hutan dengan kelerengan terjal > 25 % (lihat Gambar 6.8).
tu. Hanya saja karena cara ini memerlukan wakfu yang relatif lama
st'lrirgiit sisl.rtr Pcngcndalian jurang, dan adanya risiko kegagalan
l,tlt,tttt,ttt rir'lt,tl:,tr ,rkilr,rt l',r'rrgt'mbllrgan iurirng (tanaman hanyut,
74 li,l.ru& lbrt1rru"ldr lrrk,[ ,l,rrr r\rr IlrlrHrrrrrl ,Llr, lifirfi*rl Ikrrgrrr,l,rL I r,,,r t;,,
rang, kemiringan landai sampai curam, dan keadaan penutup
mati tertimbun longsorary dan sebagainya), maka dalam menunggu
tanah rendah sampai nol (lihat Gambar 6.10.).
berfungsinya pengaman jurang, dibuat bangunan pengendali" OIeh
karena itu, pembuatan bangunan pengendali jurang harus diikuti
dengan penanaman disekitar dan di dalam jurang.
Berdasarkan tujuan dan pertimbangan masing-masing kon-
disi jurang, pada dasarnya jaminan pengendali jurang dapat dibe-
dakan atas dua kelompok, yaitu bangunan pengendali jurang"po-
,
rous", dan bangunan pengendali jurang "non-porous".
a. Bangunan pengendali iurang "potorts"
Tipe bangunan ini berfungsi menahan bahan-bahan yang
terangkut oleh air, disamping itu juga untuk mematahkan energi Gambar 6.10 Bangunan pengendali jurang dengan bronjong Kazoat.
air yang menerjangnya, tetapi bangunan ini dapat meloloskan air 3. Trucuk (brushrnood-dnms)
yang melaluinya. Beberapa tipe bangunan pengendali jurang po- Tipe bangunan ini sesuai untuk jurang-jurang yang berukuran
rous adalah: kecil sampai sedang, berbentuk v, semua kepanjangan jurang,
1. Pasangan batu kosong (loose rock) kemiringan landai sampai sedang, dan keadaan penutup tanah
Tipe bangunan ini sesuai untuk jurang-jurang berukuran kecil rendah sampai nol (lihat Gambar 6.11,.).
sampai sedang, berbentuk v, pada semua kepanjangan jurang,
kemiringan landai sampai sedang, dan keadaan penutup tanah
rendah sampai nol (lihat Gambar 6.9).
ii IrLJ-
ll
i_
I
I
J
._t
4. Bangunan pengendali jurang dengan pasangan beton
Tipe bangunan ini yang cukup dikenal dan banyak diterapkan
t
I I
t_ I I
I I I I
I
I
I
I
I
t
,
di Austraiia adalah "gully-head dams". Bangunan ini sangat
I
I I
iiTi
a
J.
I
l_ I I
I ,- t _l
I
sesuai untuk penanggulangan juran berbenhrk U pada ber-
UuS{ ukuran jurang. Selain berbentuk U, jurang tersebut juga
Gambar 6.12 Bangunan pe.ngendali jurang rlengan papan. memQunyai bentuk memanjang seperti sungai, dengan rata-
2. Bendung dengan pasangan batu bata (brick weir) rata le\r serta kedalamanlurang yrrrg r"rugam. pada seluruh
Ada tiga tipe bangunan dari pasangan batu bata, yaitu arch- kepanja:fuan jurang dapat dibuat beberapa gully-head clarns
weir, straiht wall, dan T-buttress (lihat Gambar 6.13). Bangunan (lihat Gambar 6.1.4.).
permanen ini dapat dibuat pada berbagai iurang tiurt st'gatlu
kondisi stabilitas tanah, bahkan untuk ciacrah bt'rlr.tltt y,rrrll s(r-
Dalam sistem ini, dapat dibuat suatu peta bagi masing-mas- Divisi I. Lahan yang sesuai untuk diusahakan (.t:ul.tiaation/usaha
ing usaha-tani/lahan ataupun daerah aliran sungai (DAS)/Water- tani)
shed). di dalam peta ditunjukkan: tipe tanah, kemiringan serta ber- Divisi II. Lahan yang tidak sesuai untuk usaha tani.
bagukeadaan karakteristik fisik lahan yang penting'
7.2 Kesesuaian Lahagr rlntuk miusatral{,am
Tanah/lahan dimasukkan ke dalam kelompok satuan kapa-
bilitas, yaitu satuan yang memerlukan perlakuan tanah dan sistem Pengusahaan lahan mernpunyai pengeltian luas. Termasuk
pertanian yang berbeda yang akan memberikan kepastian pen8- pengelolaan lahan. I-ahan vang clianggap sesuai untuk ,liusahakan
gunaan lahan yang sinambung dan tingkat produksi yang tinggl adalah Jahan yang "rvorkable" ciapat rlikerjakarx rnisai*ya: lah,n
sesuai dengan daya dukung lahan. Setiap satuan kapabilitas terdiri
tidak terialu terjal, tidak terlalu basah cian ticlak sanp;at rlibatasi oleh
dari suatu kelompok tanah yang masing-masing mempunyai ba- faktor-faktor penghambat lainnya.
tasan yang nyata antara lain: tipe tanatu kemiringan, derajat erosi Faktor-faktor yang dapat membatasi atau menghambat dapat
dan karakter fisik lainnYa. bervariasi dari satu tempat ketempat lain. Faktor-faktr:r ini dapat
semua tanah dalam satu kelompok satuan kapabilitas mem- merupakan gabungan faktor-faktor fisik yang mengharnbat untuk
punyai kesamaan daya ketidaktahanan (susceptible) terhadap erosi penggunaan yang aman dan sinambung. Disatu iokasi, kemiringan
10% mungkin sudah terlalu te{al untuk diusahakan, misalnya
(air atau angin) dalam jenis penutup tanah yang sama. Dalam sa- den-
tuan ini, maka sistem pola tanam atau tindakan-tindakan pengelo- gan alat-alat mesin pertanian, tetapi ditempat lain clengan lingk,n-
gan yang berbeda kemiringan 10% ataulebih mungkin masih dapat
laan yang sama daPat diteraPkan.
diusahakan dengan aman.
Satuan kapabilitas tanah adalah satuan perlakuan tanah se-
jauh melibatkan faktor permanen tanah. Masing-masing mempu- Derajat di mana risiko kerusakan termasuk erosi dan keru_
nyai kemungkinan penggunaan dan kebutuhan pengawetan tanah sakan lahan lainnya membatasi kemungkinan penggunaan yang
yang hampir seragam. satu-satuan kapabilitas lahan dapat mem- lama dan sinambung, merupakan faktor-faktor p*r.,iirg. Hal-hal
punyai satu atau lebih satuan pemetaan (mapping unit)' inilah yang d{pergunakan untuk mengelompokkan lahan ke dalam
kelas kapabil\as. Hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah
satuan kapabilitas dikelompokkan lagi ke dalam kelas yang kedangkalan lapisan tanah bawarr yung spesifik, misalnya
lebih luas, dimana pengelompokkan ini memberikan tujuan yang \lum,
berbatu, dan se\againya. pada umu,nya, lahan yang tidak sesuai
berguna. Kelompok ini dikenal dengan nama: sub-kelas atau kelas. untuk diusahaka\h, akan sesuai untuk dan akan menghasilkan suatu
satuan yang membentuk Kelas Kapabilitas mempunyai jenis dan bcntuk vegetasi permanen.
derajat keterbatasan yang Permanen yang hampir sama'
7.3.L Lahan yang dapat diusahakan untuk pertanian Kelas III. Tanah yang termasuk Kelas III mempunyai pem-
batasan-pembatasan penggunannya ytrLg berat apabila dipergu-
Tanah atau lahan yang termasuk ke dalam empat Kelas Kapa-
nakan untu\ertanamary karena mempunyai risiko atau keru-
bilitas yang pertama merupakan lahan yang dapat diusahakan,
khususnya untuk pertanian/Usaha tani'
sakan berat.
\du u*rmnya tanahnya sedang baik, dan dapat
ditanami tanam\n pertanian secara reguler, asal ditanam dengan
Kelas I. Tanah dalarn Kelas I tidak ini tidak memPunyai atau rotasi yang baik dan diberikan perlakuan yang sesuai. Kerniringan
hanya sedikit mennpunyai pembatasan-pembatasan Permanen, larhan sedang, mudah terkena erosi bera! dan karenanya mempu-
atau risiko kerusakan.'Ianah-tanah ini sangat baik, dan clapat dio- nyai kcsubrrrirn rendah.
lah c{en gan aman dengan mempergunaka tr nretodt-- ltrt'l ot I c lrt't tl'p-
-1,;
J
- - l,'lrll* l'ergrnrrlrfit [lt,tlt,l,lr ''\rr I
rr'
t r't tr rtttrkttl ilrlrr l{rlrtl,llir, r rt l, r[, rr r -|;ti
Lahan Kelas III mempunyai lebih banyak keterbatasan atau pembatasan lain. Tanahnya mungkin hampir datar, dan kemung-
risiko di-banding Kelas Itr. Pembatasan-pembatasan ini seringkali kian erosi air atau angin kecil, apabila dikelola dengan sebaik-bai-
menghambat atau mengurangi pilihan tanaman atau waktu pena- k yr. Penggembalaan harus dibatasi agar penutup tanah tidak ru-
nanuln dan pengolahan lahan. sak.
Lahan ini memerlukan sistem pertanian yang menghasilkan Kelas VI. Sebaiknya hanya untuk penggembalaan dan hutan
penutup ta-nah yang baik, untuk melindungi dari erosi tanah, dis- walaupun hal ini juga mempunyai bahaya sedang untuk penggu-
amping membanfu mempertahankan struktur tanah. Penanaman naan ini. Pembatasan permanen sedang, dan tidak sesuai untuk
tanaman makanan ternak akan lebih baik daripada tanaman ber- pengolahan lahan karena kemiringan terjal, atau kedalaman solum
lajur. Kombinasi tindakan-tindakan diperlukan untuk mengusa- dangkal. Penggembalaan sebaiknya tidak diperbolehkan karena
hakan lahan tersebut dengan aman. akan merusak penutup tanah.
Kelas IV. Tanah Kelas IV mempunyai pembatasan-pem- Kelas VI. Dapat menghasilkan kayu hutan apabila dikelola
batasan permanen yang berat atau berbahaya bila diusahakan dengan baik. Bila penutup tanah rusak, maka penggunaan lahan
unfuk tanaman pertanian, walaupun sebenarnya tanahnya masih harus lebih dibatasi agar penutup tanah kembali seperti semula.
cukup baik. Tanah ini dapat diolah sekali kali asal ditangan den- Tanah pada umumnya lebih terjal atau lebih mudah terkena erosi
gan hati-hati. Sebagian besar tanah ini sebaiknya ditanami tanaman dibanding dengan Kelas IV atau V.
makanan ternak. Kelas VII. Mempunyai pembatasan-pembatasan yang lebih
Tanah Kelas IV mempunyai banyak faktor yang tidak dike- berat, apabila dipergunakan untuk penggembalaan atau hutan. Ta-
hendaki, antara lain kemiringan/lereng yang cukup terjal, dan mu- nah-tanah ini pada umumnya terjal, telah mengalami erosi berat,
dah tererosi, sangat terbatas untuk usaha tanaman pertanian. Sebai- kasar permukaannya, dangkal kedalaman solumnya, kekeringan
knya tanaman yang cocok adalah rumput makanan ternak untuk atau berawa-rawa.
waktu yang lama, dan tanaman serealia dapat ditanam 5-6 tahun Kelas VIII. Tanah dalam kelas ini sangat kasar permukaan-
sekali. Dilain pihak, tanah memPunyai solum dangkal, rendah ke- nya, bahkan untuk hutan ataupun penggembalaan. Sebaiknya di-
suburan dengan kelerengan sedang. pergunakan untuk kehidupan liar, rekreasi atau sebagai daerah ali-
ran sungai dengan fungsi penuh hidro-orologis.
7.3.2lahan yang tidak dapat Diusahakan untuk Pertanian
Lahan dalam empat kelas terakhir tidak sesuai untuk pen- 7.4 feri-batasan Thnah
golahan tanah. Apabila mungkin, mereka harus dibiarkan dengan \
Istilah rung\ baik, baik, sedang baik atau sedikit baik diper-
tanaman/vegetasi permanen atau tanaman tahunan.
gunakan di dalam\deskripsi Kelas Kapabilitas. Mereka menunjuk-
Kelas V. Sebaikrrya untuk vegetasi permanen, untuk tanaman kan kualitas relative dari tanah/lahan dari semua segi penyebab
makanan ternak atau hutan. Pengolahan lahan tidak nrcrrrrrngkin- f isik yan g rl iketahui, kemungkinan-kemungkinan dan pembatasan-
kan, karena tingkat kebasaharr, batu-tratu;rtl tlan atilt't 1'rctrtIr,tt.tsittt- lrt.rrrl'rrrtirs,rn, ri('Jx'rti' kelerengan, erosi, kedalaman, dan kemam-
lrr rir n l,rlr,u r r r I r r k r I i r sir hir ka lr/ cl i kcriakirrr.
r r r
lir'l l, l rrrl lt'r8,tft".',,trt l,,ri,,ri ,l,rr, \r' I i' t,'rt,,ttt,t,ltt,lrtr f{rhrrl'illt,*t l, rl,, r,,
i ''i"
Istila-istilah tersebut tidak menyatakan keadaan produktifitas 7.5 Perencanaan Daerah Niran Sungai
sekarang atau kemamPuannya, misalnya: tanah dalam, subur dan Suatu perlindungan DAS yang sukses memerlukan penger-
berwarna gelap pada lerengl}% mungkin memPunyai produktifi- tian bahwa mereka yang tinggal di dalam DAS tersebut merupakan
tas sekarang yang sama dengan tanah pada kelerengan 3%. Tetapi penanggungsawabutama.
dari segi bahaya (hazard) kelangsungan produksi, tanah pertama di-
masukkan ke dalam kelas "sedangbaik" , dan yang kedua ke dalam
Perlindungan suatu DAS dapat terdiri dari:
"ba7k" . Semua tanah dalam kelas I, II, dan III paling tidak harus aplikasi tindakan pengawetan tanah dan air yang diperlukan
cukup produktif yang memungkinkan pengolahan lahan regular dalam usaha taninya, perlindungan dan pengelolaan hutan
untuk tanaman setahun atau tanaman berumur pendek dapat di- yang baik, serta pemasangan peralatan atau bangunan yang
lakukan. diperlukan dan dapat dilakukan untuk mengurangi kerusakan
karena aliran air/banjir dan sedimentasi.
Seianjutnya, kelas-kelas kapabilitas tanah tersebut dapat di-
pembuatan bangunan penghambat banjir, perbaikan saluran,
ringkas seperti pada Tabel7.1.
pengendalian gully, stabilisasi lereng saluran dan tindakan
Tabel 7.7 Ringkasan Kelas Kesesuaian / Kapabilita Lahan. lain.
Divisi I. Sesuai untuk pengolahan lahan pertanian. Karena tanah dan kelakuan air yang jatuh diatasnya berbeda
dari satu lahan kelahan lairy dari satu DAS ke DAS yang lain, maka
I. Hanya memerlukan tindakan pengelolaan lahan yang tiap tipe lahan dan DAS harus direncanakan dan dikelola secara in-
baik dividual, walaupun mempunyai prinsip-prinsip dasar yang sama/
il. Memerlukan tindakan pengawetan sedang umum. Karena kompleksnya serta besaran-besaran perbedaan-per-
m. Memerlukan pengawetan yang intensif bedaan ini, maka tidak ada suatu tindakan yang dapat dikatakan
IV. Memerlukan/Dapat diolah dengan pengolahan lahan "fixed", atau suatu rencana yang siap pakai yang dapat dipergu-
vanq iaranq, dan ditanami tanaman tahunan. nakan.
Divisi II. Tidak sesuai untuk pengolahan lahan pertanian hanya 7.6 Tindakan Perlindungan Daerah Niran
untuk rerumputan, tanaman makanan ternak, hutan dan Sungai
khidupan satwa liar/ rekreasi)
yang mendukung perlindungan DAS
dapat di ke dalam dua kategori: Tujuan (purpose) dan
Tidak ada pembatasan penggunaan metode
Pembatasan sedang perlu
Pertama-ta tindakan-tindakan dalam penggunaan lahan
Pembatasan berat perlu
scrta perlakuan dapat secara efektif meningkatkan ffiltrasi dari
Hanva sesuai untuk kehidu n satwa liar/rekrt'asi
curah hujarr, clan meningkatkan kapasitas tanah menahan air serta
7.8 Perencanaan dalam Rehabilitasi Lahan dan a. Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan
Penetapan penggunaan lahan setiap unit lahan ke dalam suatu
Konservasi Thnah
kawasan dilakukan dengan sistim skor dari tiga faktor yaitu
Di dalam mengelola sumber daya lahan vegetasi, tanah dan tanah,lereng dan curah hujan harian. Kawasan tersebut terdiri
air perlu mempertimbangkan kaidah-kaidah konservasi. Pengelo- dari:
Iaan yang tidak tepat akan mengakibatkan kerusakan sumber daya
Kawasan Lindung
alam itu sendiri serta menimbulkan berbagai kerusakan lingkun- Kawasan Penyangga
gan, seperti banjir di musim hujan, kekeringan dimusim kemarau, Kawasan Budidaya Tanarnan Tahunan/Semusim
pencemaran lingkungan dan sebagainya. OIeh karena itu pengelo- Kawasan Pemukiman
laan sumber daya alam perlu dilaksanakan berdasarkan perenca-
naan yang baik dan sistematis. Perencanaan tersebut dengan pola b. Urutan Prioritas Penanganan Sub DASIDAS
RLKT, RTL RLKT dAN RTT RLKT. Urutan Prioritas Penanganan Sub DAS/DAS didasarkan pada
Nilai Indeks Bahaya Erosi (IBE) yang dihitung dengan rumus:
7.8.1 Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah
rBE=(T+S).D/L (7.1.)
Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (RLKT) adalah
suatu rencana umum jangka panjang (25 Tahun) di bidang RLKT
Di mana IBF = Nilai Indeks Bahaya Erosi
yang memuat tentang arahan fungsi pemanfaatan lahan, urutan
I - Nilai Skore Bentuk Wilayah
prioritas penanganan Sub Daerah Aliran Sungai (DAS), arahan ke-
S = Nilai Skore Lereng (Sloope)
giatan RLKT dan arahan penunjang RLKT-
D = Nilai Skore Bentuk Drainase Wilayah (Dissec-
tion factor)
Maksud penyusunan Pola RLKT adalah untuk memberikan L = Nilai Skore Penggunaan Lahan
arahan atau pedornan umum bagi penyusunan Rencana Teknik
Klasifikasi dan scoring untuk faktor-faktor bentuk wilayah,le-
Lapangan RLKT (RTL RLKT). Sedangkan tujuan penyusunan
reng dan Ueritqk percabangan sungai dapat menggunakan kla-
pola RLKT adalah memantapkan koordinasi antara instansi/dinas
sifikasi dan sco\ing yang tercantum dalam Tabel7.2.
yang terkait dalam penggunaan lahan dan konservasi tanah untuk
mewujudkan kondisi tata air DAS yang optimal dan lestari-
Didalam penyususnanPolaRLKT, analisanya masihmenekan-
kan pada aspek fisik teknis serta bersifat global, dan belunr banyak
mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi dan budayit. ('itkul-rilrt
sedang
VI. Berbukit 1s -30 % 15-300m h3 5
Keadaan atau jenis penggunaan lahan serta pengaruhnya ter-
VII. Bergunung 3O 7o 300 m m 5
hadap pengendalian erosi tanah dapat berbeda-beda dari suatu
DAS dengan DAS lainnya. Oleh karena itu pembuatan klasifi-
Yang dimaksud dengan perbedaan tinggi dalam Tabel 7.2ler-
kasi serta penentuan nilai skors untuk setiap jenis penggunaan
sebut adalah selisih titik tertinggi dengan titik terendah yang
lahan tidak dapat digeneralisasi tetapi harus dibuat untuk se-
terdapat disuatu wilayah (unit lahan).
tiap kondisi DAS tertentu.
Tabel. 7.3 Klasifikasi dan nilai skore faktor lereng (S) c. Arahan umum / Makro kegiatan RLKT
Pada masing-masing kawasan, diberikan arahan fungsi terse-
but di atas dengan memperhatikan antara lain: nilai IBE, Peng-
gunaan lahary prioritas pembangunan sektor/subsektor di
[. Landai 0-3% A1 0 daerah yang bersangkutan, arahan kegiatan berupa kegiatan
3-B% A2 0 vegetatif, mekanis serta penyuluhan pembangunan.
8-15% A30 d. Arahan Kegiatan Penunjang RLKT
II. Agak curam 16 y, 1.6 -30 % B 2 Arahan kegi{an penunjang RLKT merupakan kegiatan yang
III. Curam L6 % 31. -50 % C J secara tidak la\Ssung akan mempercepat tercapainya tujuan
lV. Curam Sekali 51. -75 Y" D 4 RLKT yaitu antala lain:
\
1,6%
- Pengembangfn sumber daya manusia
V. Ter1al1.6% E 5
- Pengembanlan sumber daya pertanian
75% - Pengembangan sumber daya pariwisata
Pen ga tu ran kependudukan
,r,rT- ll,&rrll lltgatrt*l l*t*ti rlrrr r\tr l'r' tr'ttr rtrtr lr ltt,l,rtt l{,'l,tl'rIr, rrt I, rlr, lrt | ',',
Ketersediaan foto udara, peta topogr#i, peta geomofologi, fumlah penduduk makin besar pula kebutuhan akan sumber daya
peta geologi dan peta penutupan lahan akan sangat membantu alarn, sehingga tekanan terhadap sumber daya alam juga mening-
dalam membuat peta unit lahan adalah: bentuk lahan (topografi, kat. Masalah ledakan jumlah penduduk akan mempunyai dampak
batuan induk/ struktur dan Proses geomorfologinya), kemiringan terhadap lal'ran pertanian Tekanan Penduduk (TP) terhadap lahan
dan penutupan lahan disetiap wilayah hamparan tanah- pertanian dapat dirumuskan sebagai berikut (Otto Sumarwoto,
' 1984 yangdikutip BTP DAS):
Teknik yang digunakan dalam pembuatan peta unit lahan ial-
ah den$an cara ouerlay (tumpang tindih) dari unsur-unsur tersebut-
TP = z.f .Po {1+ r)t / L (7.3.)
Di dalam pembuatan peta TBE pada tiap unit lahan diperlukan peta f)i rnana TP = Tekanan Penduduk
erosivitas hujan (R), peta erodibilitas tanah (K), peta kelas kemir- z = Luas Lahan Minimal Untuk Hidup Layak
ingan (LS), peta tata guna tanah (CP) dan peta ieluk tanah- [Jntuk f = "/" Petani Dalam Populasi
mendapatkan peta TBE, peta-peta tersebut dioverlaykan dengan Po = Jumlah Penduduk ada Waktu t=0
peta unit lahan. r = Rata-rata iaju pertumbuhan penduduk per tahun
Dengan data penunjang yang berupa data kependudukan,
t = Waktu (periode waktu hitungan)
data sosial ekonomi dan data budaya dapat disusun RTL RLKT
L = Luas lahan pertanian
yang merupakan tindakan konservasi tanah yang akan dilakukan
dalam suatu wilayah Sub DAS. Dengan tersusunnya RTL RLKT
maka dapat ditentukan kegiatan I{LKTnya yang berupa:
a. Penentuan Kegiatan Pengendalian Erosi
Kegiatan pengendalian erosi dapat berupa: Penanalnan veg-
etasi tetap dengan kerapatan yang bervariasi (alternatif jenis
tanamannya), penanaman vegetasi tetap dengan Grmpuran
tanaman semusim dan hijauan ternak.
b. Penentuan Bangunan Pengendali Sedimen I'eta
Pengendalian sedimen terutama diwaduk atau dasar sungai Penutupan krhan
ldul llrya*et l*,..rr,&m rlrr I'r'rr rrr ,rrr.lur ,l rrr lil [,rl,tllt,rtr I ,tlr,trt
Penentuan luas lahan minimal untuk hidup layak didapatkan Pendapatan untuk hidup layak dapat ditentuka dalam RP/
dari konservasi nilai pendapatan layak tersebut kepada produksi Kapita/tahun atau RP/KK/tahun. Apabila data petani (l Po)
yang harus diusahakan. Secara umurl z didekati dengan rumus: dalam satuan jiwa, maka z ditetapkan per kapita dengan demikian
untuk hidup layak juga pendapatan/kapita/tahun atau didekati
Pendapa tan HiduP LaYak dengan a80 kg setara beras/kapita/tahun. Dari nilai TP (Tekanan
- Nilai Produktivita Tanah Pcnduduk) yo.g terjadi maka ditentukan:
TP = 1 ) tepat pada tekanan
Pcta TP < 1 ) masih dapat menampung
Kedalam fulum 1.}eluk
TP>1)sudahberbahaya
Frta Erosivitas (K) Apabila nilai TP > L berarti sudah berbahaya sehingga perlu
Ilcta adanya tindakan atau perlakuan terhadap manusianya atau terha-
Feta Erodibilits$ {K} Tingkat Bahaya dap lahannya sehingga menaikkan daya dukungnya. Perlakuan-
Srosi
perlakuan terhadap manusianya dapat melalui pengurangan
lreta Klas Kernidngan'l anah illi) jumlah penduduk (keluarga berencana, transmigrasi) atau memin-
dahkan sektor mata pencaharian petani ke sektor lain seperti indus-
lleta Tata Cuna Tanah {CP} tri dan lain-lain, sedang terhadap lahannya dapat melalui intensifi-
kasi pertanian.
Gambar 7.3 Diagram Alir Pembuatnn PetttTBE
7.8.3 Rencana Teknik Tahunan RLKT
Rencana Teknik Tahunan (RTT) RLKT merupakan penjaba-
ran dari RTL RLKT sehingga dilakukan tiap tahun dengan cakupan
wilayah (satuan analisa) satuan unit lahary satuan pengamatan so-
Data Kependudukan sial ekonomi lokasi setempat (desa), analisa fisik teknis dan sosial
ckonomi secara detail. Rencana ini bersifat operasional.
Data Sosi;'rl Ekonorni
-oo0oo-
tt'fl- RI".K'I:
f ,,-' l,'l rrtl ll'ngrrttrl,ltt I,rrr,tlr ,l,r,r \tr l l' ror,,rrr, t,rr,Ltn l{glrrrl{ltt,l rl L t/r, rr r
I
Bab 8
ERO5I AN6IN
shelter belf umumnya lebih paniang daripada wind break, bi- Suatu bagian yang terbuka ditengah shelter-belf akan menye-
asanya terdiri dari semak, pohon, dan dimaksudkan untuk peng- babkan kenaikan kecepatan angin yang serupa dan akan mengu-
awetan tanah dan air, dan melindungi tanaman pertanian. rangi luas areal yang dilindungi. Oleh karena itu, apabila diper-
lukan mungkin pembuatan jalan ditengah atau yang memotong
sabuk pelindung dan pemecah angin tersebut selain berguna
shelter-belt dihindari, atau sebaiknya dibuat jalan yang berkelok-
untuk pengendalian erosi angln, juga mempunyai beberapa kugo- kelok atau memotong shelter-belf menyudut.
naan lain, miasalnya: ;
9-
,U-T-
I l'r,,rt r\ttgltt Iils
Didaerah ketinggian sekitar 1"0-15 cm di atas tanah terdapat aliran
Nilai d, dicari denganhubungan antara jarak pada arah angin
nnelintang strip dengan natural erodibility, FX. turbulen.
*-*) -*-*.--;' B.rtas cddy
Jarak yang ditetapkan adalah jarak yang diperlukan untuk 15
membatasi laju gerak tanah di bawah 1..2tan/iamsetiap 30 m lebar 10
untuk angin berkecepatan 65 kpj pada ketinggian 15 m. Tingi
(cm) 5
Contoh:
0
Persentase agregat tanah > 0.84 mm adalah 15 %, sedangkan sisa
tanaman dilahan adalah 500 lbs/acre. Kelas tekstur tanah adalah tr
-J
20 t
15
I (-r :Q rr-
Kctinggian di -10
aqrEgat mm
atas tanah (cnr) 7" fraLei ':0.4?
nT-
*
DAFTAR PU5TAKA
Baver, L.D. 1956. Soil Physics.Jolun Wiley and Sons Inc., New York.
Bennet, H.H. 1959. Element of Soil Conseroaion McGraw Hill Book
Company Inc. Tokyo
\
Ditjen, RRL, 1985. P edoman P embuatan P ol\RLKf (Sementara).Ditjen.
Kehutanan. Dept. Pertanian. Iakartf .
Hudson, N. 1971. Soil Consentation 2ndfedition. Cornel University
Press. Ithaca. New York.
Kirby, M.]. and R.P.C. Morgary 1980. Soil Erosion. Ohn iley and Sons.
New York.
r
Kohnke, H. 1959. Soil Conseruation- McGraw Hill Book Company
Inc. New York.
MAJT{DAT:
1. Pengembangan infrastrukfur pertanian dan pedesaan,
2. Pengembangan sistem produksi optimum,
3. Pengembangan teknologi inovatif dan
4. Pengembangan sistem informasi mekanisasi pertanian.
KEGIAIAN:
Kegiatan CREATA dituiukan untuk turut berkontribusi clalam
pembangunan nasional, melalui kegia ta n pcn el i ti a rr, t ra i n i n 1',, st' nr i -
MILXffi
Brdan pcrpustnk*nn
nar, dan pemberdayaan masyarakat st'sttai tlt'tlf iittt koltt;rclcrrsi tIirtl drn Hearsipn,g
mandatnya, antara lain aclalah: Propinsi .Iarre,i.},-n.
7(;t--- L I'lrl, l1 rtg,rl i t,r,r I t,',tlt ,1,r,, '\tr l'r,,/rl \trrylitl I trrtlrt I l'l'Al lrrrlrlrrl ll'rlrttttrttt 11,,11,,r
I I rr