Anda di halaman 1dari 50

BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

BAB
4
TEORI PERTUMBUHAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI

Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan mampu:


1. memahami apa yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi.
2. memahami apa yang dimaksud dengan pembangunan ekonomi.
3. mengetahui teori-teori pertumbuhan ekonomi.
4. mengetahui teori-teori pembangunan ekonomi.

Materi yang dibahas dalam bab ini adalah sebagai berikut:


1. Pengertian pertumbuhan ekonomi
2. Pengertian pembangunan ekonomi
3. Teori pertumbuhan ekonomi
4. Teori pembangunan ekonomi
5. Implementasi teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di Indonesia

0
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

PERSPEKTIF

MP3EI Meninggalkan Konsep Usaha Kecil


JAKARTA, (PRLM). Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia
(MP3EI) dinilai membahayakan, sehingga dapat merugikan rakyat sendiri. Alasannya,
MP3EI merupakan rencana pembangunan jangka panjang pemerintah yang dibagi
menjadi enam koridor ekonomi yang pada pelaksanaanya akan berimplikasi terhadap
pertanahan di wilayah Indonesia.
Pengamat pertanahan sekaligus Direktur Eksekutif GAPKI, M. Fadhil Hasan,
mengatakan, secara historis atau konseptual MP3EI merupakan bentuk ketidakpuasan
terhadap RPJPM (Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah) yang dinilai
masih pada tataran normatif. Menurut dia, MP3EI hanya memberikan ruang bagi pelaku
ekonomi asing melalui instrumen liberalisasi perdagangan. "Jadi menurut saya persoalan
penting adalah masalah struktur ekonomi yang masih timpang. Tapi pendekatan MP3EI
kenyataanya masih berdasarkan pertumbuhan. MP3EI hanya memberi ruang yang besar
bagi pelaku ekonomi asing melalui instrumen liberaliasi perdagangan," ujar Fadhil pada
acara seminar "MP3EI, Pengadaan Lahan dan Kesejahteraan Rakyat", seperti disebutkan
dalam siaran pers, di Jakarta, Kamis (16/2). Menurut Fadhil, MP3EI hanya memacu
pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita yang tinggi, tetapi tidak ada strategi
penguatan struktur ekonomi dan transformasi ketenagakerjaan. "MP3EI juga hanya
memberi porsi besar kepada swasta nasional namun meninggalkan konsep usaha kecil
seperti koperasi dan UKMK," ujarnya. Bahkan, pembangunan koridor berdasarkan pulau
hanya menimbulkan kekakuan. Misalnya, pulau Jawa yang fokus pada industri dan jasa.
"Bagaimana dengan pertanian? Padahal di luar Jawa belum tentu cocok untuk lahan
pertanian," katanya. Bukan hanya itu, menurut Fadhil, dengan hadirnya MP3EI ini
pembangunan infrastruktur juga dinilai lebih banyak melayani kepentingan sektor
industri atau jasa dan cenderung abai terhadap sektor pertanian seperti irigasi, bendungan,
jalan desa dan sebagainya.
Sementara itu, Dewan Pengarah Sabang Merauke Circle (SMC), Arwin Lubis, menilai
MP3EI merupakan kapitalisme semu. Karena dalam ini merupakan perpaduan antara
penguasa dan pengusaha. Karena itu, MP3EI bisa diambil kesimpulan, bahwa selama
1
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

MP3EI berjalan, kesenjangan juga makin melebar. Karena jelas bahwa pendekatan
MP3EI dikatakan melalui Keppres dengan pendekatan bisnis as usual, yang memerlukan
kolaborasi semua pihak, yakni pemerintah dan swasta untuk mencapai pertumbuhan.
"Jadi kalau digeneralisir pemerintah pusat dan daerah adalah penguasa. BUMN dan
pengusaha adalah kolaborasi pengusaha. Jadi MP3EI adalah kolaborasi pengusaha dan
penguasa. Ini yang biasa disebut dengan kapitalisme semu, yang tidak mau bersaing
dengan bisnis sehat," ujar Arwin. MP3EI ini juga dinilai sebagai pemikiran orde baru
yang dimodifikasi atau diperbaharui melalui pencitraan. Maka di mata Arwin, MP3EI
lebih tepat jika diplesetkan menjadi pendekatan not business as usual.

Sumber: http://www.pikiran-rakyat.com/node/177160

2
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

4.1 Pendahuluan
Hakikat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang ditunjukkan
dengan kebijakan pemerintah dan swasta dalam mengelola sumberdaya-sumberdaya yang
ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah dengan swasta untuk
menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan
ekonomi. Masalah pokok dalam pertumbuhan dan pembangunan ekonomi adalah
terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pertumbuhan dan pertumbuhan
ekonomi yang didasarkan pada kekhasan wilayah masing-masing dengan menggunakan
potensi sumberdaya manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik secara lokal (Malizia,
Emil E. dan Edward J. Feser. 1999). Orientasi ini mengarahkan pada inisiatif yang
muncul dari daerah tersebut dalam proses pertumbuhan dan pembangunan ekonomi untuk
menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi
(Waluyo, 2007).
Setiap usaha pertumbuhan dan pembangunan ekonomi mempunyai tujuan utama
untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja dalam usaha meningkatkan
kesejahteraan masyarakat (Kusreni, 2009). Dalam usaha mencapai tujuan tersebut,
pemerintah beserta swasta harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pertumbuhan
dan pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, pemerintah beserta swasta dengan
menggunakan sumberdaya-sumberdaya yang ada harus mampu menaksir potensi
sumberdaya-sumberdaya yang diperlukan untuk merancang dan membangun
perekonomian. Pendekatan alternatif terhadap teori pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi telah dirumuskan untuk kepentingan perencanaan pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi. Pendekatan ini merupakan sistesis dan perumusan kembali
konsep-konsep yang telah ada. Pendekatan ini memberikan dasar bagi kerangka pikir dan
rencana tindakan yang akan diambil dalam konteks pertumbuhan dan pertumbuhan
ekonomi. Paradigma baru teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi ditunjukkan
pada Tabel 4.1 berikut ini:

3
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

Tabel 4.1
Paradigma Baru Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi
No. Komponen Konsep Lama Konsep Baru
1 Kesempatan Kerja Semakin banyak perusahaan Perusahaan harus mengem-
semakin banyak peluang kerja bangkan pekerjaan yang sesuai
dengan kondisi penduduk
daerah
2 Basis Pembangunan Pengembangan sektor eko- Pengembangan lembaga-
nomi lembaga ekonomi baru
3 Aset-Aset Lokasi Keunggulan komparatif di- Keunggulan kompetitif dida-
dasarkan pada aset fisik sarkan pada kualitas ling-
kungan
4 Sumberdaya Pengetahuan Ketersediaan angkatan kerja Pengetahuan sebagai pem-
bangkit ekonomi
Sumber: Arsyad (2004:302).

4.2 Pengertian Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi


Menurut Djojohadikusumo (1994:1-9), pengertian ekonomi pertumbuhan berbeda dengan
ekonomi pembangunan. Ekonomi pertumbuhan adalah ilmu yang mempelajari proses
peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Ekonomi
pembangunan adalah ilmu yang mempelajari perubahan pada tata susunan ekonomi
masyarakat secara menyeluruh sebagai sebuah proses transformasi yang dalam perjalanan
waktu ditandai oleh perubahan struktural, yaitu perubahan pada landasan kegiatan
ekonomi maupun pada kerangka susunan ekonomi masyarakat yang bersangkutan.
Jhingan (1994:7-8), membedakan pengertian ekonomi pertumbuhan dengan ekonomi
pembangunan. Ekonomi pertumbuhan adalah ilmu yang mempelajari kenaikan
pendapatan nyata per kapita dalam jangka panjang tanpa memandang apakah kenaikan
pendapatan nyata per kapita lebih besar atau lebih kecil daripada tingkat pertumbuhan
penduduk, atau apakah terjadi berbagai perubahan yang akan meningkatkan sumber-
sumber produktif yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan nyata per kapita.
Berbeda dengan ekonomi pertumbuhan, pengertian ekonomi pembangunan adalah ilmu
yang mempelajari suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan nyata per kapita
penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang lebih besar daripada tingkat
pertumbuhan penduduk dan disertai berbagai perubahan yang akan meningkatkan sumber-
sumber produktif yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan nyata per kapita.

4
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

Menurut Amartya Sen dalam Pressman (2000:274), pengertian ekonomi pertumbuhan


berbeda dengan ekonomi pembangunan (perkembangan). Ekonomi pertumbuhan adalah
ilmu yang mempelajari kenaikan produksi barang terlepas dari apa yang terjadi pada
orang-orang yang memproduksi dan mengkonsumsi barang tersebut. Berbeda dengan
ekonomi pertumbuhan, pengertian ekonomi pembangunan (perkembangan) adalah ilmu
yang mempelajari pengembangan kemampuan manusia.
Menurut Arsyad (2004:12-13), pengertian ekonomi pertumbuhan berbeda dengan
ekonomi pembangunan. Ekonomi pertumbuhan adalah ilmu yang mempelajari kenaikan
Gross Domestic Product (GDP) atau Gross National Product (GNP) tanpa memandang
apakah kenaikan GDP/GNP itu lebih besar atau lebih kecil daripada tingkat pertumbuhan
penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak. Berbeda dengan
ekonomi pertumbuhan, pengertian ekonomi pembangunan adalah ilmu yang mempelajari
suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil perkapita penduduk suatu
negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perubahan sistem kelembagaan seperti
ekonomi, politik, hukum, sosial, dan budaya atau kelembagaan dalam aspek perbaikan di
bidang organisasi dan perbaikan di bidang regulasi.
Sukirno (2006:9), membedakan pengertian antara ekonomi pertumbuhan dengan
ekonomi pembangunan. Ekonomi pertumbuhan adalah ilmu yang mempelajari suatu
ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu
tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Perkembangan tersebut
dinyatakan dalam bentuk persentase perubahan pendapatan nasional pada suatu tahun
tertentu dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pendapatan nasional adalah nilai barang
dan jasa yang diproduksikan dalam suatu negara pada tahun tertentu dan secara konsepsial
nilai tersebebut disebut Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross National Product
(GDP). Berbeda dengan ekonomi pertumbuhan, pengertian ekonomi pembangunan adalah
ekonomi pertumbuhan ditambah perubahan, artinya ada tidaknya pembangunan ekonomi
dalam suatu negara pada suatu tahun tertentu tidak saja diukur dengan kenaikan produksi
barang dan jasa yang berlaku dari tahun ke tahun tetapi juga perlu diukur dengan
perubahan lain yang berlaku dalam berbagai aspek kegiatan ekonomi seperti
perkembangan pendidikan, teknologi, kesehatan, infrastruktur yang tersedia, dan

5
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

peningkatan dalam pendapatan dan kemakmuran masyarakat. Dengan demikian, ekonomi


pembangunan meliputi berbagai aspek perubahan dalam kegiatan ekonomi.
Menurut Todaro dan Stephen C. Smith (2006:9), pengertian ekonomi pertumbuhan
adalah ilmu yang mempelajari peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan
ekonomi masyarakat. Peningkatan produksi barang dan jasa berkaitan dengan efisiensi,
alokasi biaya minimum dari keterbatasan sumber daya, dan pertumbuhan optimal dari
sumber daya. Pemikiran ini sepaham dengan aliran ekonomi tradisional dan Neo-Klasik.
Berbeda dengan ekonomi pertumbuhan, pengertian ekonomi pembangunan adalah ilmu
yang mempelajari peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi
masyarakat yang disertai dengan perubahan lain dalam berbagai aspek kegiatan ekonomi
seperti perkembangan sosial, politik, dan kelembagaan yang berefek pada perubahan
struktural dan transformasi kelembagaan.
Menurut Kuncoro (2010:5), pengertian ekonomi pertumbuhan adalah ilmu yang
mempelajari peningkatan produksi barang dan jasa secara nasional. Berbeda dengan
ekonomi pertumbuhan, pengertian ekonomi pembangunan adalah ilmu yang mempelajari
peningkatan produksi barang dan jasa secara nasional dalam dimensi yang lebih luas dan
memusatkan perhatian pada kualitas proses pembangunan. Jadi, pertumbuhan ekonomi
merupakan syarat yang diperlukan (necessary) tetapi tidak mencukupi (sufficient) bagi
proses pembangunan ekonomi.
Berdasarkan pengertian ekonomi pertumbuhan dan pembangunan menurut
Djojohadikusumo (1994:1-9), Jhingan (1994:7-8), Amartya Sen dalam Pressman
(2000:274), Arsyad (2004:12-13), Sukirno (2006:9), Todaro dan Stephen C. Smith
(2006:9), serta Kuncoro (2010:5), maka dapat disimpulkan bahwa ekonomi pertumbuhan
adalah ilmu yang mempelajari kenaikan pendapatan nasional atau Gross National Product
GDP atau Gross National Product (GNP) tanpa memandang apakah perubahan struktur
ekonomi terjadi atau tidak. Ekonomi pembangunan adalah ilmu yang mempelajari suatu
proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil perkapita penduduk suatu negara
dalam jangka panjang yang disertai oleh perubahan sistem kelembagaan seperti ekonomi,
politik, hukum, sosial, dan budaya yang berefek pada perubahan struktural dan
transformasi kelembagaan.

6
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

Berbeda dengan pengertian ekonomi pertumbuhan dan pembangunan yang melihat


pada subyek ilmu, pengertian pertumbuhan dan pembangunan ekonomi berfokus pada
subyek proses. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan pendapatan
nasional atau Gross National Product GDP atau Gross National Product (GNP) tanpa
memandang apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak, sedang pembangunan
ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil perkapita
penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perubahan sistem
kelembagaan seperti ekonomi, politik, hukum, sosial, dan budaya yang berefek pada
perubahan struktural dan transformasi kelembagaan. Pada umumnya, para ekonom
memberikan pengertian yang sama untuk pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.
Dalam penggunaan yang lebih umum, pertumbuhan ekonomi biasanya digunakan untuk
menyatakan perkembangan ekonomi di negara maju sedang pembangunan ekonomi
biasanya digunakan untuk menyatakan perkembangan ekonomi di negara sedang
berkembang (Arsyad, 2004:13).
Menurut Djojohadikusumo (1994:1-9), sebaiknya perlu membedakan pengertian
antara pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan ekonomi karena kedua istilah
tersebut di samping berbeda secara pengertian juga berbeda dalam dampak yang
ditimbulkannya terhadap perekonomian suatu negara. Menurut Amartya Sen dalam
Pressman (2000:274), pertumbuhan ekonomi berbeda dengan pembangunan
(perkembangan) ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan produksi barang
terlepas dari apa yang terjadi pada orang-orang yang memproduksi dan mengkonsumsi
barang tersebut, sedang pembangunan (perkembangan) ekonomi adalah pengembangan
kemampuan manusia yang berupa peningkatan harapan hidup, bebas buta huruf, serta
peningkatan kesehatan dan pendidikan masyarakat.
Menurut Kuncoro (2010:40-41), pengertian yang sama untuk pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi terjadi pada awal perkembangan teori pembangunan yang pada
dasarnya mengacu pada kondisi di Barat di mana dalam proses awal pembangunannya
pada tiga abad yang lalu, tolok ukur itulah yang digunakan. Pembangunan ekonomi pada
saat itu hanya diukur secara kuantitatif saja, misalnya dengan GNP per kapita,
pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan lapangan kerja, dan inflasi yang rendah.
Implementasi teori pembangunan ekonomi memaksa ekonom untuk melakukan revisi

7
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

strategi pembangunan ekonomi dengan memasukkan faktor pembangunan sosial dan


politik. Oleh karena itu, keberhasilan pembangunan ekonomi akhirnya tidak hanya
ditentukan oleh percepatan pertumbuhan ekonomi, namun lebih pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat secara lebih utuh. Dengan demikian, Kuncoro (2010:40-41)
sependapat dengan Djojohadikusumo (1994:1-9) dan Amartya Sen dalam Pressman
(2000:274) yang menyatakan bahwa sebaiknya perlu membedakan pengertian antara
pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan ekonomi karena kedua istilah tersebut di
samping berbeda secara pengertian juga berbeda dalam dampak yang ditimbulkannya
terhadap perekonomian suatu negara. Ringkasan perbedaan pengertian antara ekonomi
pertumbuhan, ekonomi pembangunan, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan ekonomi
disajikan pada Tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4.2
Ringkasan Perbedaaan Pengertian Ekonomi Pertumbuhan, Ekonomi
Pembangunan, Pertumbuhan Ekonomi, dan Pembangunan Ekonomi, Tahun 1994

No. Istilah Subyek Pengertian


1 Ekonomi Pertumbuhan Ilmu Ilmu yang mempelajari proses
peningkatan produksi barang dan jasa
dalam kegiatan ekonomi masyarakat.
2 Ekonomi Pembangunan Ilmu Ilmu yang mempelajari perubahan pada
tata susunan ekonomi masyarakat secara
menyeluruh sebagai sebuah proses
transformasi yang dalam perjalanan
waktu ditandai oleh perubahan pada
landasan kegiatan ekonomi maupun pada
kerangka susunan ekonomi masyarakat
yang bersangkutan.
3 Pertumbuhan Ekonomi Proses Proses peningkatan produksi barang dan
jasa dalam kegiatan ekonomi
masyarakat.
4 Pembangunan Ekonomi Proses Proses perubahan pada tata susunan
ekonomi masyarakat secara menyeluruh
sebagai sebuah proses transformasi yang
dalam perjalanan waktu ditandai oleh
perubahan pada landasan kegiatan
ekonomi maupun pada kerangka susunan
ekonomi masyarakat yang bersangkutan.
Sumber: Djojohadikusumo (1994:1-9).

8
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

Contoh 4.1:
Jelaskan pengertian pertumbuhan dan pembangunan ekonomi dan mengapa perlu
membedakan pengertian antara pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.

Jawab:
Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan produksi barang terlepas dari apa yang terjadi
pada orang-orang yang memproduksi dan mengkonsumsi barang tersebut, sedang
pembangunan (perkembangan) ekonomi adalah pengembangan kemampuan manusia yang
berupa peningkatan harapan hidup, bebas buta huruf, serta peningkatan kesehatan dan
pendidikan masyarakat.
Pembedaan pengertian antara pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan ekonomi
diperlukan karena kedua istilah tersebut di samping berbeda secara pengertian juga
berbeda dalam dampak yang ditimbulkannya terhadap perekonomian suatu negara.
Keberhasilan pembangunan ekonomi tidak hanya ditentukan oleh percepatan pertumbuhan
ekonomi, namun lebih pada peningkatan kesejahteraan masyarakat secara lebih utuh.
Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan pendapatan nasional atau Gross National Product
GDP atau Gross National Product (GNP) tanpa memandang apakah perubahan struktur
ekonomi terjadi atau tidak, sedang pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang
menyebabkan kenaikan pendapatan riil perkapita penduduk suatu negara dalam jangka
panjang yang disertai oleh perubahan sistem kelembagaan seperti ekonomi, politik,
hukum, sosial, dan budaya yang berefek pada perubahan struktural dan transformasi
kelembagaan.

4.3 Klasifikasi Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi Menurut Mashab


Historis dan Analitis
Pengelompokan teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi secara tepat dan sederhana
bukanlah pekerjaan yang mudah. Banyak hal yang harus dipertimbangkan misalnya periode
waktu lahirnya teori tersebut atau ide dari teori tersebut, tetapi setelah memperhatikan
beberapa kepustakaan yang membahas tentang teori pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi, akhirnya muncul klasifikasi teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
menurut mashab historis dan analitis (Arsyad, 2004:45).
Teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi mashab historis meliputi teori Friedrich
List, Bruno Hilderbrand, Karl Bucher, dan Walt Witman Rostow. Teori pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi mashab analitis meliputi teori Klasik, Neo-Klasik, dan Keynesian
seperti teori Adam Smith, David Ricardo, Arthur Lewis, Roy F. Harrod dan Evsey D.
Domar, dan Robert Solow dan Trevor Swan, Nicholas Kaldor, dan Simon Kuznets. Teori
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi menurut Joseph Schumpeter dan Teori
9
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

Ketergantungan merupakan teori terpisah dari teori pertumbuhan dan pembangunan


ekonomi menurut mashab historis dan analitis.

4.4 Klasifikasi Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi Menurut


Pendekatan Klasik dan Modern
Setelah Perang Dunia II, literatur dalam teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
didominasi oleh empat pendekatan dalam pemikiran pembangunan ekonomi, yaitu model
1) pertumbuhan linier atau klasik seperti teori Adam Smith, David Ricardo, dan Arthur
Lewis, 2) perubahan struktural seperti teori Roy F. Harrod dan Evsey D. Domar, Nicholas
Kaldor, dan Simon Kuznets, 3) teori ketergantungan, dan 4) neo klasik seperti teori Robert
Solow dan Trevor Swan (Todaro dan Stephen C. Smith, 2006:103-104). Dalam model
pertumbuhan linier pandangan tahun 1950 dan awal tahun 1960, suatu negara dapat
membangun ekonominya apabila negara tersebut mampu memperoleh sejumlah tabungan
untuk investasi dan bantuan luar negeri apabila dibutuhkan. Tabungan, investasi, dan
bantuan luar negeri digunakan untuk membangun ekonomi suatu negara dalam upaya
meraih pertumbuhan ekonominya. Dalam konteks ini pengertian pertumbuhan ekonomi
sinonim dengan pembangunan ekonomi.
Mulai tahun 1970, pendekatan model pertumbuhan linier diganti dengan pendekatan
model perubahan struktural dan teori ketergantungan. Dalam model perubahan struktural,
teori dan materi perubahan struktural menggunakan teori ekonomi modern dan analisis
statistik sehingga dapat dianalisis bagaimana upaya suatu negara dalam melakukan proses
pembangunan ekonomi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dalam model
teori ketergantungan yang dikembangkan di Amerika Latin, keterbelakangan negara-negara
Amerika Latin terjadi pada saat masyarakat prakapitalis tersebut tergabung ke dalam sistem
ekonomi dunia kapitalis. Dengan demikian, masyarakat kehilangan otonominya dan
menjadi daerah pinggiran dari daerah-daerah metropolitan yang kapitalis. Daerah-daerah
pinggiran ini dijadikan daerah-daerah jajahan dari negara-negara metropolitan dan hanya
berfungsi sebagai produsen-produsen bahan mentah bagi kebutuhan industri negara-
negara metropolitan. Sebaliknya, daerah-daerah pinggiran merupakan konsumen barang-
barang jadi yang dihasilkan industri-industri di negara-negara metropolitan tersebut.

10
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

Dengan demikian, timbul struktur ketergantungan sebagai rintangan yang hampir tak
dapat diatasi serta merintangi pula pembangunan yang mandiri (Arsyad, 2004:74-75).
Mulai tahun 1980 dan awal tahun 1990, pendekatan model perubahan struktural dan
teori ketergantungan diganti dengan model neo klasik melalui peran perdagangan bebas,
keterbukaan ekonomi, dan privatisasi perusahaan-perusahaan publik. Model neo klasik
memandang bahwa ketergantungan suatu negara menjadi semakin bertambah karena
karena ketidakmampuannya aspek teori ketergantungan dalam mengelola eksploitasi
faktor eksternal dan internal seperti negara luar serta struktur sosial-budaya dan pola
perilaku masyarakat setempat yang mengakibatkan intervensi pemerintah berupa regulasi
dalam perekonomian.

4.5 Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi Friedrich List


Menurut Friedrich List, perkembangan ekonomi didasarkan pada cara produksi dan hanya
terjadi apabila dalam kehidupan masyarakat terdapat kebebasan perorangan dan kebebasan
dalam berorganisasi politik. Terdapat 5 perkembangan ekonomi, yaitu tahap primitif, tahap
beternak, tahap pertanian, tahap pertanian dan industri pengolahan, serta tahap pertanian,
industri pengolahan, dan perdagangan. Friedrich List juga berpendapat bahwa daerah-
daerah beriklim sedang tepat untuk pengembangan industri, sedang daerah tropis tepat
untuk pertanian (Arsyad, 2004:46).

4.6 Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi Bruno Hilderbrand


Menurut Bruno Hilderbrand, perkembangan ekonomi didasarkan pada cara distribusi yang
digunakan yang meliputi tahap perekonomian barter (natura), tahap perekonomian uang,
dan tahap perekonomian kredit. Perkembangan ekonomi yang didasarkan pada cara
distribusi yang digunakan ditimbulkan oleh berkembangnya peradaban manusia.
Perkembangan peradaban manusia ini diiringi dengan berkembangnya kebutuhan manusia.
Untuk memenuhi kebutuhannya, seseorang hampir tidak mungkin tanpa membutuhkan
hasil kerja orang lain. Oleh karena itu, diperlukan pertukaran barang/jasa yang bernilai
antara orang yang satu dengan orang yang lain agar masing-masing kebutuhannya dapat
dipenuhi. Pada tahap perekonomian barter, pertukaran dilakukan antara barang dengan
barang. Pada tahap perekonomian uang, pertukaran dilakukan dengan menggunakan

11
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

instrumen uang. Pada tahap perekonomian kredit, pertukaran dilakukan dengan


menggunakan alat pembayaran kredit (instrumen kredit), seperti cek, kartu kredit, dan lain-
lain (Arsyad, 2004:47).

4.7 Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi Karl Bucher


Menurut Karl Bucher, perkembangan ekonomi merupakan sintesis dari pendapat Friedrich
List dan Bruno Hilderbrand. Oleh karena itu, perkembangan ekonomi didasarkan pada cara
produksi dan distribusi. Menurut Karl Bucher, perkembangan ekonomi meliputi tahap
produksi untuk kebutuhan sendiri (subsisten), tahap perekonomian kota karena
pertukaran sudah meluas, dan tahap perekonomian nasional sebagai perluasan pertukaran
antarperekonomian kota. Dalam perluasan pertukaran dari tahapan perekonomian kota
menjadi perekonomian nasional peran pedagang menjadi sangat penting (Arsyad,
2004:47).

Contoh 4.2:
Jelaskan perbedaan teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Friedrich List, Bruno
Hilderbrand, dan Karl Bucher.

Jawab:
Menurut Friedrich List, perkembangan ekonomi didasarkan pada cara produksi dan hanya
terjadi apabila dalam kehidupan masyarakat terdapat kebebasan perorangan dan kebebasan
dalam berorganisasi politik sehingga terjadi lima tahap perkembangan ekonomi, yaitu
tahap primitif; tahap beternak; tahap pertanian; tahap pertanian dan industri pengolahan;
dan tahap pertanian, industri pengolahan dan perdagangan. Menurut Bruno Hilderbrand,
perkembangan ekonomi didasarkan pada cara distribusi yang digunakan yang meliputi
tahap perekonomian barter (natura), perekonomian uang, dan perekonomian kredit.
Menurut Karl Bucher, perkembangan ekonomi merupakan sintesis dari pendapat Friedrich
List dan Bruno Hilderbrand yang didasarkan pada cara produksi dan distribusi yang meliputi
tahap produksi untuk kebutuhan sendiri (subsisten), tahap perekonomian kota karena
pertukaran sudah meluas, dan tahap perekonomian nasional sebagai perluasan pertukaran
antarperekonomian kota.

4.8 Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi Walt Witman Rostow


Menurut Walt Witman Rostow, teorinya bermula dari artikel WW Rostow yang dimuat
dalam Economics Journal (Maret 1956) dan kemudian dikembangkan lebih lanjut dalam
bukunya yang berjudul The Stages of Economic Growth (1960). Menurut WW Rostow,

12
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

proses pertumbuhan dan pembangunan ekonomi dibedakan dalam 5 tahap yaitu masyarakat
tradisional, prasyarat untuk tinggal landas, tinggal landas, menuju kekedewasaan, dan
masa konsumsi tinggi. Dasar pembedaan proses pembangunan ekonomi menjadi 5 tahap
adalah karakteristik perubahan keadaan ekonomi, sosial, dan politik yang terjadi. Menurut
WW Rostow, pembangunan ekonomi atau proses transformasi suatu masyarakat
tradisional menjadi masyarakat moderen merupakan proses yang multi dimensional (Sukirno
(2006:168). Pembangunan ekonomi berarti 1) perubahan struktur ekonomi suatu negara
yang ditunjukkan oleh menurunnya peranan sektor pertanian dan peningkatan peranan
sektor industri, 2) proses yang menyebabkan antara lain perubahan orientasi organisasi
ekonomi, politik, dan sosial yang pada mulanya berorientasi kepada suatu daerah menjadi
berorientasi ke luar, 3) perubahan pandangan masyarakat mengenai jumlah anak dalam
keluarga, yaitu dari menginginkan banyak anak menjadi keluarga kecil, 4) perubahan
dalam kegiatan investasi masyarakat, dari melakukan investasi yang tidak produktif
menjadi investasi yang produktif, dan 5) perubahan sikap hidup dan adat istiadat yang
terjadi kurang merangsang pembangunan ekonomi (Arsyad, 2004:48).
Pada tahap Masyarakat Tradisional dengan ciri masyarakat yang fungsi produksinya
terbatas yang ditandai oleh cara produksi yang relatif primitif dan cara hidup masyarakat
yang masih sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang kurang rasional dan telah
berlangsung turun temurun, tingkat produktivitas per pekerja masih rendah. Oleh karena
itu, sebagian besar sumberdaya masyarakat digunakan untuk kegiatan sektor pertanian.
Sistem pemerintahan terkadang masih sentralisasi dengan pusat kekuasaan politik di
daerah berada di tangan tuan tanah yang ada didaerah tersebut. Kebijakan pemerintah
pusat dipengaruhi oleh pandangan tuan tanah di daerah tersebut.
Pada tahap Prasyarat Tinggal Landas dengan ciri masyarakat mempersiapkan dirinya
untuk mencapai pertumbuhan atas kekuatan sendiri sehingga pada tahap ini dan sesudahnya
pertumbuhan ekonomi akan terjadi secara otomatis. Tahap Prasyarat Tinggal Landas
mempunyai 2 corak. Pertama, corak yang dialami oleh negara-negara Eropa, Asia, Timur
Tengah, dan Afrika, di mana tahap ini dicapai dengan perombakan masyarakat tradisional
yang sudah lama ada. Kedua, corak yang dialami oleh Amerika Serikat, Kanada, Australia,
dan Selandia Baru, dimana tahap ini dicapai tanpa merombak sistem masyarakat yang
tradisional. Corak kedua tersebut terjadi karena sifat masyarakat negara-negara tersebut

13
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

yang terdiri dari imigran yang telah mempunyai sifat yang dibutuhkan oleh suatu
masyarakat untuk tahap Prasyarat Tinggal Landas.
Menurut WW Rostow, kemajuan sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam
masa peralihan sebelum mencapai tahap tinggal landas, yaitu kemajuan pertanian menjamin
penyediaan bahan makanan bagi penduduk di pedesaan maupun di perkotaan, kenaikan
produktivitas di sektor pertanian akan memperluas pasar dari berbagai kegiatan industri,
dan kemajuan sektor pertanian akan menciptakan tabungan yang dapat digunakan sektor
industri sehingga dapat meningkatkan investasi di sektor-sektor lainnya.
Pada tahap Tinggal Landas, dengan ciri terjadinya kenaikan investasi produktif dari 5%
atau kurang menjadi 10% persen dari Produk Nasional Bersih, terjadinya perkembangan satu
atau beberapa sektor industri dengan tingkat pertumbuhan yang sangat tinggi, dan
terciptanya suatu kerangka dasar politik, sosial, dan kelembagaan yang dapat menciptakan
perkembangan sektor modern dan eksternalitas ekonomi yang dapat menyebabkan
pertumbuhan ekonomi terus terjadi. Pada tahap ini, negara mempunyai kemampuan untuk
mengerahkan sumber-sumber modal dalam negeri, karena kenaikan tabungan dalam negeri
peranannya besar sekali dalam menciptakan tahap lepas landas.
Pada tahap Menuju Kekedewasaan, dengan ciri masyarakat sudah secara efektif
menggunakan teknologi modern pada hampir semua kegiatan produksi dan muncul sektor-
sektor unggulan baru. Pada tahap Konsumsi Tinggi, perhatian masyarakat lebih
menekankan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan
masyarakat, bukan lagi pada masalah produksi.

Contoh 4.3:
Apa ciri tahap tinggal landas dalam teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi WW
Rostow?

Jawab:
Ciri tahap tinggal landas adalah 1) terjadinya kenaikan investasi produktif dari 5% atau
kurang menjadi 10% persen dari Produk Nasional Bersih, 2) terjadinya perkembangan satu
atau beberapa sektor industri dengan tingkat pertumbuhan yang sangat tinggi, dan 3)
terciptanya suatu kerangka dasar politik, sosial, dan kelembagaan yang dapat menciptakan
perkembangan sektor modern dan eksternalitas ekonomi yang dapat menyebabkan
pertumbuhan ekonomi terus terjadi.

14
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

4.9 Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi Adam Smith


Adam Smith ternyata bukan saja terkenal sebagai pelopor teori pembangunan ekonomi dan
kebijaksanaan laissez-faire, tetapi juga merupakan ekonom pertama yang banyak
menumpahkan perhatian kepada masalah pertumbuhan ekonomi. Dalam bukunya An Inquiry
into the Nature and Causes of the Wealth of Nations, Adam Smith mengemukakan tentang
proses pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang secara sistematis. Menurut Adam
Smith, ada dua aspek utama pertumbuhan ekonomi yaitu pertumbuhan output total dan
pertumbuhan penduduk. Unsur pokok dalam pertumbuhan output total adalah sumberdaya
alam yang tersedia (faktor produksi tanah), sumberdaya insani (jumlah penduduk), dan
stok barang modal yang ada (Arsyad, 2004:55-56).
Sumberdaya alam yang tersedia merupakan wadah yang paling mendasar dari kegiatan
produksi suatu masyarakat. Jumlah sumberdaya alam yang tersedia merupakan batas
maksimum bagi pertumbuhan suatu perekonomian, artinya jika sumberdaya ini belum
digunakan sepenuhnya, maka jumlah penduduk dan stok modal yang ada berperan dalam
pertumbuhan output. Pertumbuhan output tersebut akan berhenti jika semua sumberdaya
alam tersebut telah digunakan secara optimal.
Sumberdaya insani (jumlah penduduk) mempunyai peranan pasif dalam proses
pertumbuhan output, artinya jumlah penduduk akan menyesuaikan diri dengan kebutuhan
tenaga kerja dalam suatu perekonomian. Jumlah penduduk akan meningkat jika tingkat
upah yang berlaku lebih tinggi daripada tingkat upah subsisten yaitu tingkat upah yang
pas-pasan untuk hidup. Jika tingkat upah di atas tingkat subsisten, maka orang-orang akan
menikah pada umur muda, tingkat kematian menurun, dan jumlah kelahiran meningkat.
Sebaliknya, jika tingkat upah yang berlaku lebih rendah daripada tingkat upah subsisten,
maka jumlah penduduk akan menurun. Tingkat upah yang berlaku ditentukan oleh tarik-
menarik antara kekuatan permintaan dan penawaran tenaga kerja. Tingkat upah tinggi
dan meningkat jika permintaan tenaga kerja tumbuh lebih cepat daripada penawaran tenaga
kerja. Permintaan tenaga kerja ditentukan oleh stok modal dan tingkat output masyarakat.
Oleh karena itu, laju pertumbuhan permintaan tenaga kerja ditentukan oleh laju pertumbuhan
stok modal (akumulasi modal) dan laju pertumbuhan output (Arsyad, 2004:57).
Stok modal merupakan unsur produksi yang secara aktif menentukan tingkat
output. Peranannya sangat sentral dalam proses pertumbuhan output. Jumlah dan tingkat

15
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

pertumbuhan output tergantung pada laju pertumbuhan stok modal sampai batas
maksimum dari sumber alam. Pengaruh stok modal terhadap tingkat output total dapat
secara langsung dan tak langsung. Pengaruh langsung adalah karena pertambahan modal
(sebagai input) akan langsung meningkatkan output, sedang pengaruh tak langsung adalah
meningkatkan produktivitas per kapita yang dimungkinkan karena adanya spesialisasi dan
pembagian kerja. Semakin besar stok modal, semakin besar kemungkinan dilakukannya
spesialisasi dan pembagian kerja di antara tenaga kerja. Hal ini akan mempercepat proses
pembangunan ekonomi, karena spesialisasi akan meningkatkan tingkat produktivitas tenaga
kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi (Sukirno, 2006:244).
Spesialisasi dan pembagian kerja ini dapat menghasilkan pertumbuhan output, karena
spesialisasi tersebut dapat meningkatkan keterampilan setiap pekerja dalam bidangnya dan
pembagian kerja dapat mengurangi waktu yang hilang pada saat peralihan pekerjaan. Ada
dua faktor penunjang penting dibalik proses akumulasi modal bagi terciptanya
pertumbuhan output yaitu makin meluasnya pasar dan adanya tingkat keuntungan di atas
tingkat keuntungan minimal.
Potensi pasar dapat dicapai secara maksimal, jika dan hanya jika setiap warga
masyarakat diberi kebebasan seluas-luasnya untuk melakukan kegiatan ekonominya. Untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi perlu dilakukan pembenahan dan penghilangan
peraturan perundangan yang menjadi penghambat kebebasan berusaha dan kegiatan
ekonomi, baik antara warga masyarakat di suatu negara maupun antara warga masyarakat
antarnegara. Hal ini menunjukkan bahwa Adam Smith merupakan penganjur laissez-faire
dan free trade.
Tingkat keuntungan di atas tingkat keuntungan minimal mempunyai hubungan erat
dengan luas pasar. Jika pasar tidak tumbuh secepat pertumbuhan modal, maka tingkat
keuntungan akan merosot yang akhirnya mengurangi gairah para pemilik modal untuk
melakukan akumulasi modal. Dalam jangka panjang, tingkat keuntungan tersebut
menurun dan akhirnya mencapai tingkat keuntungan minimal pada posisi stasioner
perekonomian tersebut.
Menurut Sukirno (2006:245), apabila pembangunan sudah terjadi, maka proses
tersebut akan berlangsung terus menerus secara kumulatif. Perkembangan pasar,
spesialisasi, dan pembangian kerja yang terjadi akan menimbulkan kenaikan

16
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

produktivitas dan pendapatan nasional. Kenaikan pendapatan nasional dan perkembangan


penduduk yang terjadi secara bersama-sama akan memperluas pasar (vent for surplus)
dan menciptakan tabungan yang digunakan untuk kebutuhan investasi. Di samping itu,
spesialisasi dan pembangian kerja akan menciptakan inovasi produk dan inovasi proses.
Proses yang berlangsung dari waktu ke waktu tersebut menimbulkan perkembangan
ekonomi dan meningkatkan pendapatan per kapita.
Menurut Sukirno (2006:247), ada lima hal penting dalam teori pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi menurut Adam Smith, yaitu 1) tingkat perkembangan suatu
masyarakat tergantung jumlah penduduk, jumlah stok barang modal, luas tanah, dan
teknologi, 2) pendapatan nasional suatu masyarakat meliputi pendapatan dari sewa tanah,
upah pekerja, dan keuntungan pengusaha, 3) kenaikan upah menyebabkan pertambahan
penduduk, 4) pembentukan modal dipengaruhi tingkat keuntungan sehingga apabila tidak
ada tingkat keuntungan perekonomian mengalami stationary state, dan 5) the law of
diminishing return mengakibatkan pertambahan penduduk menurunkan tingkat upah,
menurunkan tingkat keuntungan, meningkatkan tingkat sewa tanah apabila tidak ada
kemajuan teknologi.
Keterbatasan teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Adam Smith adalah 1)
pembagian kelas dalam masyarakat antara kelas kapitalis (termasuk tuan tanah) dan
buruh, padahal dalam kenyataannya ada kelas menengah yang mempunyai peran penting
dalam masyarakat modern dalam mendorong pembangunan ekonomi, 2) alasan menabung
hanya dari para kapitalis dan tuan tanah, padahal dalam kenyataannya sumber utama
tabungan dalam masyarakat yang maju adalah para penerima pendapatan bukan kapitalis dan
tuan tanah, 3) asumsi persaingan sempurna, padahal dalam kenyataannya asumsi
persaingan sempurna tidak ditemukan di dalam perekonomian manapun, 4) mengabaikan
peranan entrepreneur, padahal dalam kenyataannya entrepreneur mempunyai peran sentral
dalam pembangunan sebagai inovator yang akan menghasilkan akumulasi modal, dan 5)
asumsi stasioner berarti perubahan hanya terjadi di sekitar titik keseimbangan, padahal
dalam kenyataannya proses pembangunan terjadi teratur dan tidak seragam (Jhingan,
1994:106-107).

17
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

Contoh 4.4:
Mengapa pertumbuhan ekonomi menurut Adam Smith dapat berhenti.

Jawab:
Sumberdaya alam yang tersedia merupakan wadah yang paling mendasar dari kegiatan
produksi suatu masyarakat. Jumlah sumberdaya alam yang tersedia merupakan batas
maksimum bagi pertumbuhan suatu perekonomian, artinya jika sumberdaya ini belum
digunakan sepenuhnya, maka jumlah penduduk dan stok modal yang ada berperan dalam
pertumbuhan output. Pertumbuhan output tersebut akan berhenti jika semua sumberdaya
alam tersebut telah digunakan secara optimal.

4.10 Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi David Ricardo


Teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi David Ricardo yang bertumpu pada laju
pertumbuhan output dan laju pertumbuhan penduduk dikemukakan pertama kali dalam
bukunya yang berjudul The Principles of Political Economy and Taxation yang
diterbitkan pada tahun 1917. Laju pertumbuhan output tergantung daripada faktor
produksi yang tersedia. Faktor produksi tanah (sumberdaya alam) tidak dapat bertambah,
karena tidak semua faktor produksi tanah merupakan faktor produksi yang produktif.
Oleh karena itu, faktor produksi tanah menjadi faktor pembatas dalam proses
pertumbuhan ekonomi. Jumlah faktor produksi tenaga kerja atau penduduk tergantung pada
tingkat upah yang diperolehnya apakah lebih tinggi atau lebih rendah daripada tingkat upah
minimal atau tingkat upah alamiah Akumulasi faktor produksi modal terjadi apabila tingkat
keuntungan yang diperoleh pemilik modal lebih besar daripada tingkat keuntungan minimal
yang diperlukan untuk menarik investor melakukan investasi. David Ricardo
menambahkan bahwa kemajuan teknologi terjadi sepanjang waktu dan sektor yang
dominan dalam perekonomian adalah sektor pertanian (Sukirno, 2006:120).
Terbatasnya faktor produksi tanah dan pertumbuhan faktor produksi penduduk atau
tenaga kerja mengakibatkan penurunan produk marginal. Hal itu disebut dengan istilah the
law of diminishing returns. Pertumbuhan penduduk akan terjadi apabila buruh mau
menerima tingkat upah di atas tingkat upah minimal. Proses ini berdampak pada
penurunan produk marginal tenaga kerja menjadi semakin rendah dan pada akhirnya akan
menekan tingkat upah buruh menjadi semakin rendah. Apabila tingkat upah buruh
menurun sampai di bawah tingkat upah minimal, maka jumlah penduduk atau tenaga

18
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

kerja akan menurun. Penurunan jumlah penduduk atau tenaga kerja mengakibatkan tingkat
upah akan naik di atas atau sama dengan tingkat upah alamiah, tergantung persentase
penurunan jumlah penduduk atau tenaga kerja. Dengan demikian, dari sisi faktor produksi
tanah dan tenaga kerja ada suatu kekuatan dinamis yang selalu menarik perekonomian ke
arah tingkat upah minimum, yaitu bekerjanya the law of diminishing returns. Akumulasi
faktor produksi modal dan kemajuan teknologi cenderung meningkatkan produktivitas
tenaga kerja, artinya akan memperlambat bekerjanya the law of diminishing returns dan
pada akhirnya akan memperlambat penurunan tingkat hidup minimal. Teori pertumbuhan
ekonomi menurut David Ricardo merupakan proses tarik menarik antara dua kekuatan
dinamis, yaitu the law of diminishing returns dan kemajuan teknologi dan pada akhirnya
kekuatan the law of diminishing returns lebih kuat daripada kemajuan teknologi (Arsyad,
2004:60).
Keterbatasan teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi David Ricardo adalah 1)
pengabaian pengaruh kemajuan teknologi, padahal kenaikan produksi pertanian yang
sangat pesat di negara-negara maju telah membuktikan bahwa kemajuan teknologi mampu
menahan berlakunya the law of diminishing returns, 2) pengertian yang salah tentang
keadaan stasioner, padahal tidak ada perekonomian yang mencapai keadaan stasioner
dengan laba dan produksi yang meningkat serta akumulasi modal terjadi, 3) Pengabaian
faktor-faktor kelembagaan, padahal faktor-faktor kelembagaan penting dalam
pembangunan ekonomi dan tidak dapat diabaikan, 4) teori David Ricardo bukan teori
pertumbuhan tetapi teori distribusi yang menentukan besarnya pangsa tenaga kerja, tuan
tanah, dan pemilik modal, dan 5) pengabaian suku bunga, padahal suku bunga merupakan
imbalan jasa yang terpisah dari modal dan termasuk dalam laba.

Contoh 4.5:
Jelaskan salah satu keterbatasan teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi David
Ricardo.

Jawab:
Salah satu keterbatasan teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi David Ricardo
adalah mengabaikan pengaruh kemajuan teknologi, padahal kenaikan produksi pertanian
yang sangat pesat di negara-negara maju telah membuktikan bahwa kemajuan teknologi
mampu menahan berlakunya the law of diminishing returns.

19
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

4.11 Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi Arthur Lewis


Teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Arthur Lewis (1954) membahas proses
transformasi industrialisasi pada tahap awal pembangunan kapitalis di Eropa dengan
melihat hubungan antara sektor pertanian (tradisional) dan industri (modern) dalam
perekonomian yang terjadi antara daerah perdesaan dan perkotaan dengan memasukkan
proses urbanisasi yang terjadi di daerah tersebut. Asumsi teori pembangunan dan
pertumbuhan Arthur Lewis adalah sektor perdesaan merupakan sektor pertanian
(tradisional) yang subsisten dengan jumlah penduduk yang berkelebihan yang ditandai
dengan produktivitas marginal tenaga kerja sebesar nol dan tingkat upah riil yang rendah,
sedang sektor perkotaan merupakan sektor industri (modern) yang produktivitas
marginalnya tinggi dan menjadi tempat penampungan tenaga kerja yang dialihkan sedikit
demi sedikit dari sektor pertanian yang terjadi kelebihan jumlah tenaga kerja (Sukirno,
2006:196).
Model pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Arthur Lewis lebih ditujukan pada
terjadinya proses alih tenaga kerja serta pertumbuhan output dan peningkatan penyerapan
tenaga kerja di sektor perkotaan (modern). Alih tenaga kerja di sektor perkotaan (modern)
ini terjadi karena adanya pertumbuhan kesempatan kerja dan pertumbuhan output pada
sektor perkotaan (modern). Pertumbuhan output pada sektor perkotaan (modern)
dipengaruhi oleh tingkat investasi dan akumulasi modal di sektor industri. Investasi di
sektor modern terjadi karena adanya kelebihan keuntungan sektor modern. Investasi di
sektor modern semakin meningkat karena tingkat upah di sektor modern dianggap
konstan dan besarnya ditetapkan melebihi tingkat rata-rata upah di sektor tradisional.
Kelebihan tingkat upah di daerah modern dibandingkan di daerah tradisional inilah yang
mengakibatkan alih tenaga kerja dari perdesaan ke perkotaan terus menerus terjadi
(urbanisasi).
Proses tersebut berkelanjutan terus-menerus sampai kelebihan tenaga kerja di sektor
pertanian habis diserap di sektor industri. Selanjutnya, alih tenaga kerja dari sektor
pertanian di perdesaan ke sektor industri di perkotaan terjadi dengan biaya yang lebih
tinggi. Hal ini mengakibatkan berkurangnya produksi makanan di perdesaan karena
penurunan rasio tenaga kerja-tanah, sehingga produk marginal tenaga kerja di perdesaan
tidak lagi sebesar nol. Penurunan kelebihan tenaga kerja di sektor tradisional

20
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

mengakibatkan tingkat upah tenaga kerja semakin mahal bersamaan dengan peningkatan
permintaan tenaga kerja di sektor modern. Kondisi ini mengakibatkan kurva penawaran
tenaga kerja mempuyai arah kemiringan dari kiri bawah ke kanan atas (slope positif).
Dengan demikian, secara umum perekonomian akan beralih dari sektor pertanian
(tradisional) di perdesaan ke sektor industri (modern) di perkotaan.

Contoh 4.6:
Jelaskan proses alih tenaga kerja serta pertumbuhan output dan peningkatan penyerapan
tenaga kerja di sektor perkotaan (modern).

Jawab:
Alih tenaga kerja di sektor perkotaan (modern) ini terjadi karena adanya pertumbuhan
kesempatan kerja dan pertumbuhan output pada sektor perkotaan (modern). Pertumbuhan
output pada sektor perkotaan (modern) dipengaruhi oleh tingkat investasi dan akumulasi
modal di sektor industri. Investasi di sektor modern terjadi karena adanya kelebihan
keuntungan sektor modern. Investasi di sektor modern semakin meningkat karena tingkat
upah di sektor modern dianggap konstan dan besarnya ditetapkan melebihi tingkat rata-
rata upah di sektor tradisional. Kelebihan tingkat upah di daerah modern dibandingkan di
daerah tradisional inilah yang mengakibatkan alih tenaga kerja dari perdesaan ke
perkotaan terus menerus terjadi (urbanisasi).

4.12 Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi Harrod-Domar


Teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Harrod-Domar dikembangkan oleh dua
ekonom sesudah John Maynard Keynes yaitu Evsey D. Domar dan Roy F. Harrod. Harrod
telah mengemukakan teorinya pada tahun 1939 dalam jurnal Economic Journal sedang
Domar mengemukakan teorinya pada tahun 1947 dalam jurnal American Economic
Review. Teori ini sebenarnya dikembangkan oleh kedua ekonom secara sendiri-sendiri,
tetapi karena inti teori tersebut sama, maka dikenal sebagai teori Harrod-Domar (Sukirno,
2006:255). Teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Harrod-Domar merupakan
perluasan dari analisis John Maynard Keynes mengenai kegiatan ekonomi secara nasional
dan masalah tenaga kerja. Analisis John Maynard Keynes dianggap kurang lengkap
karena tidak membicarakan masalah-masalah ekonomi jangka panjang, sedang teori Harrod-
Domar ini menganalisis syarat-syarat yang diperlukan agar perekonomian dapat tumbuh dan
berkembang dalam jangka panjang. Dengan kata lain, teori Harrod-Domar berusaha

21
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

menunjukkan syarat yang dibutuhkan agar perekonomian dapat tumbuh dan berkembang
dengan mantap.
Klasik berpendapat bahwa pembentukan modal merupakan pengeluaran yang akan
menambah jumlah barang modal dalam masyarakat. Tambahan jumlah barang modal
tersebut akan meningkatkan produksi dan pendapatan nasional sehingga akan tercipta
pembangunan ekonomi karena berlakunya hukum Klasik bahwa supply creates its own
demand. Keynes berpendapat bahwa tingkat kegiatan ekonomi dalam masyarakat tidak
ditentukan oleh kemampuan barang modal dalam memproduksi barang tetapi ditentukan
oleh tingkat pengeluaran seluruh masyarakat. Oleh karena itu, analisis penananam modal
dipandang sebagai tindakan untuk meningkatkan pengeluaran masyarakat (Sukirno,
2006:256). Berbeda dengan pandangan ekonom paham Klasik dan Keynes yang hanya
memperhatikan pada aspek peranan pembentukan modal dalam menciptakan
pertumbuhan ekonomi, Harrod-Domar menjelaskan selain aspek peranan pembentukan
modal dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi juga menjelaskan tentang pertumbuhan
ekonomi itu sendiri. Harrod-Domar menjelaskan bahwa pembentukan modal dipandang
sebagai pengeluaran yang akan menambah kesanggupan suatu perekonomian untuk
menghasilkan barang dan sebagai pengeluaran yang akan menambah permintaan efektif
dari masyarakat (Sukirno, 2006:257).
Teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Harrod-Domar mempunyai beberapa
asumsi yaitu 1) perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan
barang-barang modal dalam masyarakat digunakan secara penuh, 2) perekonomian terdiri
dari 2 sektor yaitu sektor rumah tangga dan sektor perusahaan berarti pemerintah dan
perdagangan luar negeri tidak ada, 3) besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional
dengan besarnya pendapatan nasional berarti fungsi tabungan dimulai dari titik nol, dan 4)
kecenderungan untuk menabung atau marginal propensity to save (MPS), rasio modal-
output atau capital-output ratio (COR), dan rasio pertambahan modal-output atau
incremental capital-output ratio (ICOR) besarnya tetap (Arsyad, 2004: 65).
Fungsi produksi dalam teori Harrod-Domar berbentuk huruf L, karena sejumlah modal
hanya dapat menciptakan suatu tingkat output tertentu, artinya modal dan tenaga kerja tidak
substitutif. Untuk menghasilkan output sebesar Q1 dibutuhkan modal sebesar K1 dan tenaga
kerja sebesar L1 dan untuk menghasilkan output sebesar Q2 dibutuhkan modal sebesar K2 dan

22
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

tenaga kerja sebesar L2. Fungsi produksi dalam teori Harrod-Domar ditunjukkan dalam
Gambar 4.1 berikut ini:

Modal

K2 Q2

K1 Q1

L1 L2 Tenaga Kerja

Sumber: Arsyad (2004:65).

Gambar 4.1
Kurva Produksi Harrod-Domar

Menurut Harrod-Domar, setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu proporsi


tertentu dari pendapatan nasionalnya jika hanya untuk mengganti barang-barang modal
(gedung-gedung, peralatan, dan material) yang rusak, namun untuk menumbuhkan
perekonomian diperlukan investasi-investasi baru sebagai tambahan stok modal. Jika
menganggap bahwa ada hubungan ekonomis secara langsung antara besarnya stok modal
(K) dan output total (Y), misalnya jika modal sebanyak Rp3.000.000,- diperlukan untuk
menghasilkan (kenaikan) output total sebesar Rp1.000.,000,-, maka setiap tambahan bersih
terhadap stok modal (investasi baru) akan mengakibatkan kenaikan output total sesuai
dengan rasio modal-output tersebut. Hubungan tersebut, yang dikenal dengan istilah rasio
modal-output (COR), yaitu 3 berbanding 1. Model pertumbuhan ekonomi menurut
Harrod-Domar dijelaskan sebagai berikut:
Tabungan merupakan proporsi (s) dari output total (Y) atau:
S = sY persamaan 4.1
23
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

Investasi (I) merupakan perubahan stok modal (ΔK) atau:


I = ΔK persamaan 4.2

Stok modal (K) mempunyai hubungan langsung dengan output total (Y) atau Capital
Output Ratio (COR) atau k, maka:
ΔK/ΔY = k atau ΔK = k ΔY persamaan 4.3

Perekonomian dua sektor dalam keadaan keseimbangan, maka:


S=I
Berdasarkan persamaan 4.1 dan persamaan 4.3, maka:
sY = k ΔY
ΔY s persamaan 4.4
=
Y k

yang menunjukkan bahwa:


ΔY/Y: tingkat pertumbuhan output atau persentase perubahan output
s: rasio tabungan-pendapatan
k: rasio modal-output atau COR

Model pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Harrod-Domar menunjukkan bahwa


tingkat pertumbuhan output secara positif berhubungan dengan rasio tabungan-pendapatan.
Semakin tinggi rasio tabungan-pendapatan dan diinvestasikan semakin tinggi pula tingkat
pertumbuhan output dan semakin rendah rasio tabungan-pendapatan dan diinvestasikan
semakin rendah pula tingkat pertumbuhan output. Logika ekonomi tersebut sangat
sederhana. Jika ingin tumbuh, perekonomian harus menabung dan menginvestasikan
suatu proporsi tertentu dari output totalnya. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang nyata
sebenarnya tergantung pada produktivitas investasi.
Hubungan antara COR dengan tingkat pertumbuhan output adalah negatif. Semakin
besar nilai COR semakin rendah tingkat pertumbuhan output dan semakin rendah nilai
COR semakin tinggi tingkat pertumbuhan output. Konsep COR ada 2, yaitu average
capital-output ratio (ACOR) dan incremental capital-output ratio (lCOR). ACOR

24
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

menunjukkan hubungan antara stok modal yang ada dan aliran output yang dihasilkan.
ICOR menunjukkan perbandingan antara perubahan tertentu pada stok modal (ΔK) dan
perubahan output atau pendapatan (ΔY). Besamya COR tergantung pada teknik produksi
yang digunakan. Pada sektor dengan teknik produksi bersifat padat modal, nilai COR
tinggi. Sebaliknya, pada sektor dengan teknik produksi bersifat padat karya, nilai COR
rendah. Sektor-sektor seperti transportasi, telekomunikasi, perhubungan, perumahan, dan
industri barang modal mempunyai COR sektoral yang relatif tinggi karena untuk
menghasilkan setiap output yang diinginkan pada sektor-sektor tersebut dibutuhkan
modal yang relatif besar.
Menurut Djojohadikusumo (1994:38), ada dua konsep pengertian mengenai
pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar, yaitu the warranted rate of growth sebagai laju
pertumbuhan produksi dan pendapatan pada tingkat yang dianggap memadai berdasarkan
sudut pandang pengusaha atau investor dan the natural rate of growth sebagai laju
pertumbuhan produksi dan pendapatan sebagaimana yang ditentukan oleh kondisi dasar
yang menyangkut bertambahnya angkatan kerja karena pertambahan penduduk dan
meningkatnya produktivitas karena kemajuan teknologi. Oleh karena itu, berdasarkan
kondisi the warranted rate of growth dan the natural rate of growth, maka proses
pertumbuhan ekonomi mengandung di dalamnya secara inheren unsur ketidakstabilan
yang sewaktu-waktu dapat mengganggu keadaan equilibrium.
Keterbasan teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Harrod-Domar adalah 1)
Marginal Propoensity to Save (MPS) dan ICOR konstan, padahal dalam kenyataannya
MPS dan ICOR berubah dalam jangka panjang sehingga memodifikasi persyaratan-
persyaratan pertumbuhan yang diinginkan, 2) proporsi penggunaan tenaga kerja dan
modal tetap, padahal dalam kenyataannya antara tenaga kerja dan modal dalam kegiatan
produksi dapat saling mensubstitusi, 3) harga konstan, padahal dalam kenyataannya
perubahan harga terjadi setiap waktu, dan 4) suku bunga tetap, padahal dalam
kenyataannya perubahan suku bunga terjadi setiap waktu sehingga mempengaruhi nilai
investasi, 5) mengabaikan program pemerintah, 6) mengabaikan wiraswasta), 7)
kegagalan membedakan barang modal dan barang konsumsi, dan 8) ketidakstabilan
dalam sistem ekonomi bukan faktor langkanya modal tetapi akses permintaan dan
penawaran dalam produksi (Jhingan, 1994:303-304).

25
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

Contoh 4.7:
Apabila besarnya MPS = 0,1 dan COR = 0,9, maka hitunglah pertumbuhan ekonomi yang
terjadi dalam perekonomian tersebut.

Jawab:
ΔY s 0,3
r= = = = 11,11%
Y k 0,8
Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi yang terjadi dalam perekonomian tersebut
sebesar 11,11%.

4.13 Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi Solow Swan


Salah satu teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang berkembang sejak tahun
1950-an adalah teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Neo-Klasik yang
dikemukakan oleh Solow-Swan Menurut teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
Solow-Swan, pertumbuhan dan pembangunan ekonomi tergantung kepada pertambahan
penyediaan faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja, dan akumulasi modal) dan
tingkat kemajuan teknologi (Sukirno, 2006:266), Peran kemajuan teknologi di dalam
pertumbuhan ekonomi sangat tinggi. Pandangan ini didasarkan kepada anggapan yang
mendasari analisis Klasik, yaitu perekonomian tetap mengalami tingkat pengerjaan penuh
dan kapasitas modal tetap sepenuhnya digunakan sepanjang waktu. Dengan demikian,
seberapa perkembangan perekonomian akan tergantung pada pertambahan penduduk,
akumulasi kapital, dan kemajuan teknologi. Teori pertumbuhan Neo-Klasik ini
didasarkan kepada fungsi produksi yang dikembangkan oleh Charles Cobb dan Paul
Douglas (fungsi produksi Cobb-Douglas) yang diformulasikan sebagai berikut (Arsyad,
2004:63):
Q = T La Kb
keterangan:
Q = tingkat output pada tahun tertentu
T = tingkat teknologi pada tahun tertentu
L = jumlah tenaga kerja pada tahun tertentu
K = jumlah stok barang modal pada tahun tertentu
a = persentase perubahan output yang diciptakan oleh perubahan 1% tenaga kerja
26
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

b = persentase perubahan output yang diciptakan oleh perubahan 1% modal

Analisis terhadap hubungan antara input dan output dengan menggunakan fungsi
produksi Cobb-Douglass dapat memberikan banyak informasi mengenai karakteristik
proses produksi yang dianalisis. Karakteristik peoses produksi yang dapat diketahui dari
persamaan Q = T La Kb adalah sebagai berikut (Algifari, 2003:149):
a. Nilai konstanta T, a, dan b dapat membedakan antara proses produksi satu dengan
proses produksi yang lain.
b. Nilai konstanta T menunjukkan tingkat teknologi yang digunakan dalam proses
produksi waktu tertentu.
c. Nilai a menunjukkan elastisitas input L. Jika teknologi dan jumlah input L yang
digunakan dalam proses produksi tidak berubah, maka a menunjukkan besarnya
persentase perubahan jumlah output setiap perubahan 1% jumlah input L yang
digunakan dalam proses produksi.
d. Nilai b menunjukkan elastisitas input K. Jika teknologi dan jumlah input K yang
digunakan dalam proses produksi tidak berubah, maka b menunjukkan besarnya
persentase perubahan jumlah output setiap perubahan 1% jumlah input K yang
digunakan dalam proses produksi.
e. Jumlah nilai a dan b menunjukkan skala produksi suatu proses produksi. Jika a+b > 1,
maka skala produksi tersebut adalah increasing return to scale. Proses produksi yang
memiliki karakteristik increasing return to scale berarti jika teknologi tidak berubah
sedangkan input L dan input K masing-masing ditambah 1% maka output akan
meningkat lebih daripada 1%. Jika a+b = 1, maka skala produksi tersebut adalah
constant return to scale. Proses produksi yang memiliki karakteristik constant return
to scale berarti jika teknologi tidak berubah sedangkan input L dan input K masing-
masing ditambah 1% maka output akan meningkat sebesar 1% pula. Jika a+b < 1,
maka skala produksi tersebut adalah decreasing return to scale. Proses produksi yang
memiliki karakteristik decreasing return to scale berarti jika teknologi tidak berubah
sedangkan input L dan input K masing-masing ditambah 1% maka output akan
meningkat kurang daripada 1%.

27
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

f. Hasil bagi nilai a dan b menunjukkan intensitas penggunaan input dalam proses
produksi. Jika pada suatu proses produksi di mana hasil bagi a dengan b lebih besar
daripada 1 maka proses produksi tersebut lebih banyak menggunakan input L atau
labor intensive (padat karya). Jika pada suatu proses produksi di mana hasil bagi a
dengan b lebih kecil daripada 1 maka proses produksi tersebut lebih banyak
menggunakan input K atau capital intensive (padat modal).

Contoh 4.8:
Apabila elastisitas input Labor = 0,4 dan elastisitas input Kapital = 0,6, maka hitunglah
skala produksi dan intensitas faktor produksi yang digunakan.

Jawab:
Hasil penjumlahan elastisitas input L dan K = 0,4 + 0,6 = 1, maka skala produksi adalah
constant return to scale.
Hasil bagi elastisitas input L dengan K = 0,4 / 0,6 = 0,67 < 1, maka intensitas faktor
produksi yang digunakan adalah lebih banyak menggunakan input Kapital daripada input
Labor atau capital intensive (padat modal).

4.14 Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi Nicholas Kaldor


Nicholas Kaldor menjelaskan bahwa dalam masyarakat terdapat dua kelompok, yaitu
kelompok kapitalis dan kelompok buruh (Budiono, 1992:82-85) dan (Djojohadikusumo,
1994:49-52). Masing-masing kelompok memiliki marginal propensity to save (MPS)
yang berbeda, yaitu MPS kelompok kapitalis disebut sk dan MPS kelompok buruh disebut
sb dan nilai sk lebih besar daripada sb. Selain membedakan masyarakat ke dalam
kelompok kapitalis dan kelompok, Nicholas Kaldor juga membolehkan untuk
membedakan kelompok yang terdapat dalam masyarakat berdasarkan ciri-ciri sosio-
ekonomis, misalnya kelompok penduduk perkotaan dan kelompok penduduk pedesaan
dan kelompok sektor pertanian dan kelompok sektor industri/jasa. Seluruh pendapatan
nasional (Q) dihasilkan oleh kedua kelompok masyarakat tersebut. Penjelasan tersebut
dapat ditulis sebagai berikut:
K+B=Q persamaan 4.5
yang menunjukkan bahwa:
K: pendapatan kelompok kapitalis yang disebut dengan keuntungan
B: pendapatan kelompok buruh yang disebut dengan upah

28
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

Tabungan kedua kelompok masyarakat tersebut dapat dinyatakan dengan persamaan


S = s Q, atau apabila Q = K + B, maka secara lengkap dapat dijabarkan dengan
persamaan:
S = sk K + sb B persamaan 4.6
S = sk K + sb (Q - K) persamaan 4.7

Apabila persamaan 4.7 dibagi dengan Q maka diperoleh persamaan:


S = sk K + sb (Q - K)
Q Q

S = sk K + sb (Q - K)
Q Q Q

S = sk K + sb Q – sb K
Q Q Q Q

S = sk K - sb K + sb
Q Q Q

S = ( sk - sb ) K + sb
Q Q

s = ( sk - sb ) K + sb persamaan 4.8
Q
yang menunjukkan bahwa:
s: MPS seluruh masyarakat atau MPS kelompok kapitalis dan kelompok buruh
sk: MPS kelompok kapitalis
sb: MPS kelompok buruh
K/Q = profit share atau bagian pendapatan nasional yang diterima kelompok kapitalis
atau pola distribusi pendapatan antarkelompok masyarakat

Rumus pertumbuhan ekonomi menurut Nicholas Kaldor adalah:


r=sh persamaan 4.9
yang menunjukkan bahwa:
r: tingkat pertumbuhan ekonomi
s: MPS
h: output capital ratio atau efisiensi pengeluaran investasi

29
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

Apabila nilai s pada persamaan 4.9 disubstitusi dengan nilai s pada persamaan 4.8 maka
diperoleh persamaan:
r = [ ( sk - sb ) K + sb ] h persamaan 4.10
Q

Berdasarkan persamaan 4.10, maka dapat dihitung pertumbuhan ekonomi r yang


nilainya tergantung nilai K/Q yang menunjukkan profit share atau distribusi pendapatan
antarkelompok masyarakat. Apabila nilai K/Q semakin mendekati angka 1 maka
pertumbuhan ekonomi makin meningkat dan apabila nilai K/Q semakin mendekati angka
0 maka pertumbuhan ekonomi makin menurun. Nilai K/Q yang semakin mendekati
angka 0 artinya hampir seluruh pendapatan nasional diterima oleh kelompok buruh dan
nilai K/Q yang semakin mendekari angka 1 artinya hampir seluruh pendapatan nasional
diterima oleh kelompok pengusaha.
Temuan empiris Nicholas Kaldor pada duabelas negara industri selama tahun 1950—
an sampai dengan tahum 1960-an diperoleh hasil bahwa 1) terjadi angka korelasi yang
tinggi antara pertumbuhan ekonomi dengan pertumbuhan output manufaktur dan
meningkatnya return of scale dalam aktivitas industri, 2) terjadi angka korelasi yang
tinggi antara pertumbuhan produktivitas sektor manufaktur dengan pertumbuhan output
manufaktur karena faktor economies of scale, dan 3) terjadi angka korelasi yang tinggi
antara pertumbuhan output sektor manufaktur dengan pertumbuhan output sektor lain,
khususnya sektor pertanian sehingga produktivitas dan standar kehidupan sektor
pertanian meningkat. Berdasarkan temuan empiris tersebut, maka Nicholas Kaldor
menyimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi tergantung terutama pada pertumbuhan
sektor industri. Sektor manufaktur yang sehat dan maju berarti mempercepat
pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan taraf hidup. Oleh karena itu, pemerintah harus
mendorong industri manufaktur dalam negeri melalui berbagai kebijakan seperti
pembelian barang-barang manufaktur, pembebasan pajak, bantuan regular, dan intensif
(Pressman, 2000:216-217).
Menurut Djojohadikusumo (1994:49), teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
menurut Nicholas Kaldor merupakan perpaduan yang bersifat interaksi antara metode
deduksi dan metode induksi. Metode deduksi disebut juga dengan pendekatan rasional-
empiris dan metode induksi disebut juga dengan pendekatan empiris-rasional. Pada

30
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

metode deduksi, dimulai dengan adanya problematik tertentu, kemudian masalah ini
dikaji secara teoritis, dicari dasar rasionalnya. Berdasarkan kajian teori dan dasar rasional
yang telah ada, dirumuskan hipotesis, yaitu jawaban atau dugaan sementara terhadap
masalah kemudian dilakukan pengumpulan data empiris, dalam rangka menguji hipotesis
tersebut. Berdasarkan hasil pengujian tersebut dapat diambil kesimpulan apakah hipotesis
tersebut diterima atau ditolak. Pada metode induksi, dimulai dengan pengumpulan data
empiris atau berangkat dari data empiris yang telah ada, tanpa atau belum adanya
problematik tertentu. Berdasarkan data empiris yang telah didapat atau yang telah ada,
dilakukan rasionalisasi atau teoritisasi untuk menafsirkan data empiris. Kesimpulan akhir
dengan metode induksi adalah suatu generalisasi empiris, konsep, atau suatu teori.
Langkah Nicholas Kaldor dalam menjelaskan teori pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi disebut dengan stylized facts (Djojohadikusumo, 1994:49 dan 52), yaitu dapat
diuji secara empiris-kuantitatif berdasarkan data konkrit yang ditemukan dalam
perkembangan selanjutnya. Ada dua sisi pendekatan teori pertumbuhan ekonomi menurut
Nicholas Kaldor berdasarkan stylized facts. Sisi pertama adalah menjembatani perbedaan
antara pendekatan Neo-Keynes dan Neo-Klasik dan sisi kedua adalah perkembangan
pemikiran Nicholas Kaldor tentang pertumbuhan ekonomi semakin mendekati kerangka
pemikiran yang berkisar pada masalah-masalah pembangunan ekonomi. Pembahasan
mengenai pertumbuhan antarsektoral dan pertumbunan antarregional sudah menyangkut
beberapa masalah penting dalam pembangunan ekonomi negara-negara sedang
berkembang.

Contoh 4.9:
Apabila MPS kelompok kapitalis = 0,6, MPS kelompok buruh = 0,4, output kelompok
kapitalis = 60, output kelompok buruh = 40, dan output capital ratio atau efisiensi
pengeluaran investasi = 1,2, maka hitunglah pertumbuhan ekonomi yang terjadi dalam
perekonomian tersebut.

Jawab:
r = [ ( sk - sb ) K + sb ] h = [ (0,6 – 0,4) 60 + 0,4 ] 1,2 = [ 0,12 + 0,4 ] 1,2 = 0,52 x 1,2 =
Q 100
= 62,4%

Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi yang terjadi dalam perekonomian tersebut


sebesar 62,4%.

31
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

4.15 Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi Simon Kuznets


Menurut Djojohadikusumo (1994:53), Simon Kuznets mendefinisikan pertumbuhan
ekonomi sebagai peningkatan kemampuan suatu negara untuk menyediakan barang-
barang ekonomi bagi penduduknya. Pertumbuhan kemampuan ini disebabkan oleh
kemajuan teknologi dan kelembagaan serta penyesuaian ideologi yang dibutuhkannya.
Ada tiga komponen pokok penting, yaitu kenaikan output nasional secara terus menerus,
kemajuan teknologi sebagai prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi, dan penyesuaian
kelembagaan, sikap, dan ideologi. Simon Kuznets memisahkan enam karakteristik proses
pertumbuhan pada hampir semua negara maju, yaitu 1) tingginya tingkat pertumbuhan
output per kapita dan penduduk, 2) tingginya tingkat kenaikan produktivitas faktor
produksi secara keseluruhan terutama produktivitas tenaga kerja, 3) tingginya tingkat
transformasi struktur ekonomi, 4) tingginya tingkat transformasi sosial dan ideologi, 5)
kecenderungan negara-negara maju secara ekonomis untuk menjangkau seluruh dunia
untuk mendapatkan pasar dan bahan baku, dan 6) pertumbuhan ekonomi ini hanya
terbatas pada sepertiga populasi dunia.
Teori pertumbuhan ekonomi menurut Simon Kuznets, didasarkan pada hasil
penelitiannya di sejumlah negara dalam perjalanan sejarahnya ke arah modernisasi. Hasil
identifikasi, pemantauan, dan pengkajian mengenai fenomena pertumbuhan ekonomi
mulai dari pertumbuhan ekonomi di negara-negara Eropa Barat sejak akhir abad XVIII
dan selama abad XIX dan XX yang meluas ke Amerika Utara, Australia, Selandia Baru,
dan Jepang diperoleh hasil bahwa pertumbuhan ekonomi negara-negara tersebut ditandai
dengan tiga pokok, yaitu 1) laju pertumbuhan pendapatan per kapita dalam arti riil, 2)
persebaran angkatan kerja menurut sektor kegiatan produksi yang menjadi sumber
nafkahnya, dan 3) pola persebaran penduduk (Djojohadikusumo, 1994:55). Selain
ditandai peran industri manufaktur dan kontruksi, pertumbuhan ekonomi juga
memerlukan peran modernisasi teknologi yang akan berdampak pada kegiatan ekonomi
modern yang melintasi batas-batas antarnegara sehingga akhirnya perekonomian berada
dalam tahap interdependensi dan globalisasi.
Fenomena yang kontradiktif antara pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan
ketidakmerataan pembangunan yang terjadi di negara sedang berkembang sejalan dengan
teori yang dikemukakan Simon Kuznets dengan inverted U curve. Inverted U curve

32
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

menyatakan bahwa pada tahap awal pembangunan akan ditandai dengan tingkat
pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang disertai tingkat ketimpangan pendapatan yang
tinggi pula. Kondisi tersebut akan berlangsung sampai pada titik krisis tertentu, dimana
tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan diikuti oleh menurunnya tingkat
ketimpangan pendapatan (Pressman, 2000:176). Inverted U curve seperti yang
dikemukakan Simon Kuznets ditunjukkan dalam Gambar 4.2. Nampak pada Gambar 4.2,
ketika pertumbuhan ekonomi sebesar r1 terjadi ketimpangan pendapatan sebesar t1 (titik A).
Ketika pertumbuhan ekonomi meningkat menjadi r2 ketimpangan pendapatan juga
meningkat menjadi t2 (titik B), namun ketika pertumbuhan ekonomi meningkat menjadi r3
ketimpangan pendapatan menurun menjadi t3 (titik C). Apabila titik A, B, dan C dihubungkan
satu sama lain maka akan diperoleh garis yang disebut dengan inverted U curve karena
berbetuk kurva huruf U terbalik.
Fenomena yang kontradiktif antara pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan
ketidakmerataan pembangunan yang terjadi di negara sedang berkembang seperti yang
dijelaskan pada Gambar 4.2 oleh Simon Kuznets dengan inverted U curve (Kuncoro,
1997:105-106) dan Sukirno (2006:268-270) sejalan dengan penjelasan Simon Kuznets
dalam Pressman (2000:173-177). Simon Kuznets menjelaskan faktor penyebab
pertumbuhan ekonomi, perubahan kesenjangan pendapatan, lingkaran pertumbuhan yang
dilewati ekonomi, dan memahamkan dampak pertumbuhan ekonomi terhadap
distribusipendapatan.
Ketimpangan Pendapatan

t2 B

t1 A

t3 C

Pertumbuhan Ekonomi
r1 r2 r3

33
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

Sumber: Kuncoro (1997:105-106).

Gambar 4.2
Inverted U Curve Menurut Simon Kuznets

Pendapatan nasional yang meningkat belum tentu menunjukkan keadaan yang


menjadi lebih baik, karena pendapatan dapat terdistribusi secara tidak merata sehingga
meskipun secara keseluruhan pendapatan menjadi lebih tinggi tetapi mungkin mayoritas
rumah tangga keadaannya lebih buruk. Proses pertumbuhan ekonomi juga dapat
mengakibatkan hasil buruk seperti urbanisasi, kriminalitas, kemacetan lalu lintas, dan
polusi.
Menurut Sukirno (2006:268-270), ada kesamaan faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi menurut Simon Kuznets dengan faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi menurut Harrod-Domar dan Nicholas kaldor, yaitu 1) luas tanah
termasuk kekayaan yang terkandung di dalamnya, 2) jumlah dan perkembangan
penduduk, 3) jumlah stok modal dan perkembangannya dari waktu ke waktu, dan 4)
tingkat teknologi dan perbaikannya dari waktu ke waktu. Faktor luas tanah dan kekayaan
dalam suatu negara adalah tetap, sehingga faktor tersebut kurang dianggap penting
sebagai penentu pertumbuhan ekonomi. Faktor jumlah dan perkembangan penduduk,
tidak selalu dipandang akan memberikan sumbangan positif kepada pembangunan
ekonomi. Kelebihan penduduk menyebabkan suatu masyarakat kembali kepada taraf
pembangunan yang lebih rendah. Penduduk dianggap memberikan kontribusi positif
karena 1) pertumbuhan penduduk memperluas pasar, 2) perbaikan keterampilan dan
kualitas penduduk menyebabkan arah positif pembangunan, dan 3) penduduk
menyediakan pengusaha yang inovatif yang akan menjadi unsur penting dalam
pembentukan modal.
Faktor jumlah stok modal dan perkembangannya dari waktu ke waktu pasti akan
memberikan kontribusi positif kepada pembangunan ekonomi. Faktor tingkat teknologi
dan perbaikannya dari waktu ke waktu digunakan dengan mengadakan pembentukan
modal sehingga antara faktor modal dan teknologi mempunyai kaitan erat (Pressman,
2000:177). Oleh karena itu, yang ideal bagi pembangunan ekonomi adalah pembentukan

34
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

modal yang bertujuan untuk mengadakan perbaikan teknologi atau yang disertai dengan
perbaikan yang seperti itu. Kekurangan dalam penanaman modal akan menimbulkan
proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat dan masalah resesi
yang lebih serius dari masa-masa sebelumnya.

Contoh 4.10:
Jelaskan yang dimaksud dengan inverted U curve.

Jawab:
Inverted U curve menunjukkan fenomena yang kontradiktif antara pertumbuhan ekonomi
yang tinggi dan ketidakmerataan pembangunan yang terjadi di negara sedang
berkembang. Inverted U curve menunjukkan bahwa pada tahap awal pembangunan akan
ditandai dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang disertai tingkat
ketimpangan pendapatan yang tinggi pula. Kondisi tersebut akan berlangsung sampai
pada titik krisis tertentu, dimana tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan diikuti
oleh menurunnya tingkat ketimpangan pendapatan

4.16 Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi Joseph Schumpeter


Joseph Schumpeter dalam bukunya The Theory of Economics Development (1934) dan
Business Cycle (1939) menjelaskan dua hal penting, pertama sistem kapitalisme
merupakan sistem yang paling baik untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang
pesat dan kedua faktor utama yang mengakibatkan perkembangan ekonomi adalah proses
inovasi yang dilakukan oleh inovator atau entrepenuer (Sukirno, 2006:250). Lima
macam kegiatan yang dimasukkan sebagai proses inovasi adalah 1) diperkenalkannya
produk baru yang sebelumnya tidak ada, 2) diperkenalkannya cara berproduksi baru, 3)
pembukaan daerah pasar baru, 4) penemuan sumber bahan mentah baru, dan 5)
perubahan organisasi industri sehingga menjadi undustri yang efisiensi. Lima jenis
inovasi tersebut merupakan bentuk dari inovasi proses dan inovasi output. Inovasi proses
meliputi 1) diperkenalkannya cara berproduksi baru, 2) penemuan sumber bahan mentah
baru, dan 3) perubahan organisasi industri sehingga menjadi industri yang efisiensi.
Inovasi output meliputi 1) diperkenalkannya produk baru yang sebelumnya tidak ada dan
2) pembukaan daerah pasar baru. Kelima macam kegiatan proses inovasi tersebut
dilakukan oleh inovator atau entrepenuer, yaitu orang yang terjun dalam dunia bisnis
dengan semangat dan keberanian untuk menerapkan ide-ide baru menjadi kenyataan dan

35
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

berani mengambil risiko bisnis karena ide-ide baru tersebut belum pernah dicoba
diterapkan secara ekonomis.
Menurut Joseph Schumpeter, perkembangan ekonomi yang diartikan sebagai
peningkatan output total masyarakat terdiri dari pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output masyarakat yang disebabkan
oleh peningkatan banyaknya faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi
masyarakat tanpa adanya perubahan teknologi dalam kegiatan produksi, misalnya kenaikan
output karena pertumbuhan stok modal tanpa perubahan teknologi produksi. Pembangunan
ekonomi adalah kenaikan output masyarakat yang disebabkan oleh inovasi yang
dilakukan oleh inovator. Pembangunan ekonomi berawal dari suatu lingkungan politik,
ekonomi, sosial, budaya, dan teknologi yang menunjang kreativitas inovator. Lingkungan
yang menunjang kreativitas inovator akan menimbulkan beberapa wirausaha perintis yang
mencoba menerapkan ide-ide baru (lima jenis inovasi) dalam kehidupan ekonomi. Inovator
yang berhasil dalam menerapkan jenis-jenis inovasi tersebut akan menimbulkan posisi
monopoli bagi inovator yang bersangkutan dan akan menghasilkan keuntungan di atas
keuntungan normal yang diterima pengusaha yang tidak mampu melakukan inovasi.
Keuntungan monopoli merupakan imbalan bagi inovator dan sekaligus merupakan
rangsangan bagi calon inovator (Arsyad, 2004:70).
Inovasi mempunyai 3 pengaruh yaitu 1) diperkenalkannya teknologi baru, 2)
menimbulkan keuntungan lebih sebagai sumber dana penting bagi akumulasi modal, dan
3) inovasi akan diikuti oleh timbulnya proses peniruan atau imitasi yaitu adanya pengusaha
lain yang meniru teknologi baru tersebut yang pada akhirnya akan diikuti oleh investasi
(akumulasi modal) oleh para peniru atau imitator tersebut. Proses peniruan ini mempunyai
pengaruh berupa menurunnya keuntungan monopolis yang diperoleh inovator dan
penyebaran teknologi baru di dalam masyarakat sehingga teknologi tersebut tidak lagi
menjadi monopoli bagi pencetusnya. Proses tersebut akan meningkatkan output
masyarakat dan secara keseluruhan merupakan proses pembangunan ekonomi. Seperti
disinggung di muka, kunci dalam proses inovasi adalah terdapatnya lingkungan yang
menunjang terjadinya inovasi tersebut. Selain lingkungan yang menunjang, inovasi akan
berhasil apabila 1) didukung oleh sistem kapitalis dan bebas berusaha yang didukung oleh
lembaga-lembaga politik sosial yang sesuai, 2) tersedianya cadangan ide-ide baru secara

36
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

memadai, dan 3) adanya sistem perkreditan yang mampu menyediakan dana bagi
innovator untuk merealisir berbagai ide menjadi kenyataan.

Contoh 4.11:
Jelaskan perbedaan antara pengertian pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi
menurut Joseph Schumpeter.

Jawab:
Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh
peningkatan banyaknya faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi
masyarakat tanpa adanya perubahan teknologi dalam kegiatan produksi, misalnya kenaikan
output karena pertumbuhan stok modal tanpa perubahan teknologi produksi. Pembangunan
ekonomi adalah kenaikan output masyarakat yang disebabkan oleh inovasi yang
dilakukan oleh inovator yang meliputi 1) diperkenalkannya produk baru yang sebelumnya
tidak ada, 2) diperkenalkannya cara berproduksi baru, 3) pembukaan daerah pasar baru,
4) penemuan sumber bahan mentah baru, dan 5) perubahan organisasi industri sehingga
menjadi undustri yang efisiensi.Pembangunan ekonomi berawal dari suatu lingkungan
politik, ekonomi, sosial, budaya, dan teknologi yang menunjang kreativitas inovator.

4.17 Teori Ketergantungan


Teori ketergantungan pertama kali dikembangkan di Amerika Latin pada tahun 1960-an,
ketika negara-negara Amerika Latin tergabung ke dalam sistem ekonomi kapitalis sehingga
negara-negara tersebut kehilangan otonominya karena dijadikan sebagai daerah-daerah
jajahan dari negara-negara kapitalis. Kelompok negara di Amerika Latin tersebut hanya
berfungsi sebagai produsen bahan mentah bagi kebutuhan industri negara-negara kapitalis
dan juga sebagai konsumen barang-barang industri yang dihasilkan oleh negara-negara
kapitalis tersebut. Dengan demikian, timbul ketergantungan ekonomi negara-negara
Amerika Latin dan menjadi hambatan dalam upayanya menjadi negara yang mandiri.
Dalam teori ketergantungan terdapat 2 aliran yaitu aliran Marxis serta Neo-Marxis dan
aliran non-Marxis (Arsyad, 2004:74). Aliran pertama diwakili oleh Andre Gunder Frank,
Theotonio Dos Santos, Rudolfo Stavenhagen, Vasconi, Ruy Mauro Marini, dan FH. Cardoso.
Aliran ini menggunakan kerangka analisis dari teori Marx dan Neo-Marxis tentang
imperialisme. Aliran ini tidak membedakan secara tajam antara struktur intern dan ekstern,
karena kedua struktur tersebut pada dasarnya dipandang sebagai faktor yang berasal dari
sistem kapitalis dunia itu sendiri. Aliran Marxis dan Neo-Marxis juga menjelaskan tentang
perjuangan antara pemilik modal (kapitalis) dan kaum buruh. Untuk memperbaiki posisi
37
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

kaum buruh, perlu mengambil inisiatif dengan menumbangkan kekuasaan pemerintah


karena menjadi alat kapitalis. Oleh karena itu, menurut aliran pertama ini, jalan pintas
untuk pembangunan daerah jajahan adalah revolusi (Djojohadikusumo, 1994:83).
Aliran kedua, yaitu aliran Non-Marxis diwakili oleh Celso Furtado, Helio Jaguaribe,
Anibal Pinto, dan Osvaldo Sunkel. Aliran Non-Marxis berpendapat bahwa ketergantungan
kawasan Amerika Latin dapat dilihat dari perspektif kewilayahan, yaitu dengan
membedakan antara kondisi dalam negeri (intern) dan luar negeri (ekstern). Kondisi intern
pada umumnya dilihat sebagai faktor yang dibentuk dari sistem intern itu sendiri, meskipun
terdahulu juga dipengaruhi oleh kondisi ekstern. Oleh karena itu, subyek yang perlu
dibangun adalah bagaimana konsep negara itu sendiri sehingga dapat dijadikan landasan
dalam mengadakan pembaharuan yang diperlukan untuk menentukan sikap terhadap
kondisi ekstern. Dengan demikian, tidak semata menyalahkan faktor kolonialisme
sebagai penghambat negara-negara terbelakang dalam mewujudkan tingkat kesejahteraan
yang lebih tinggi tetapi juga karena faktor-faktor intern, seperti struktur sosial-budaya dan
pola perilaku masyarakat pra kolonial itu sendiri yang menjadi faktor penyebab
keterbelakangan.

Contoh 4.12:
Jelaskan aliran Teori Ketergantungan yang lebih tepat dengan kondisi di negara sedang
berkembang pada umumnya.

Jawab:
Aliran Teori Ketergantungan yang lebih tepat dengan kondisi di negara sedang
berkembang pada umumnya adalah aliran Non-Marxis Aliran Non-Marxis berpendapat
bahwa ketergantungan kawasan Amerika Latin (negara sedang berkembang pada umumnya
juga berlaku) dapat dilihat dari perspektif kewilayahan, yaitu dengan membedakan antara
kondisi dalam negeri (intern) dan luar negeri (ekstern) negara sedang berkembang. Kondisi
intern pada umumnya dilihat sebagai faktor yang dibentuk dari sistem intern itu sendiri,
meskipun terdahulu juga dipengaruhi oleh kondisi ekstern. Oleh karena itu, subyek yang
perlu dibangun adalah bagaimana konsep negara sedang berkembang itu sendiri sehingga
dapat dijadikan landasan dalam mengadakan pembaharuan yang diperlukan untuk
menentukan sikap terhadap kondisi ekstern. Dengan demikian, tidak semata menyalahkan
faktor kolonialisme sebagai penghambat negara-negara sedang berkembang dalam
mewujudkan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi tetapi juga karena faktor-faktor
intern, seperti struktur sosial-budaya dan pola perilaku masyarakat negara sedang
berembang itu sendiri yang menjadi faktor penyebab keterbelakangan.

4.18 Implementasi Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi di Indonesia


38
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi sebagai nilai relatif dari perubahan PDRB dari waktu ke waktu
menunjukkan terjadinya peningkatan pendapatan masyarakat dari waktu ke waktu pula.
Peningkatan pendapatan masyarakat ditunjukkan dengan peningkatan alokasi pendapatan
untuk konsumsi kebutuhan primer, sekunder, dan tersier sehingga masyarakat daerah
tersebut menjadi lebih kaya, lebih sehat, lebih berpendidikan sebagai indikator angka
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan terjadi pula penurunan angka Indeks
Kriminalitas Daerah (IKD) sebagai Indikator Sosial (Arsyad, 2004:38).
Semua pemerintahan kabupaten/kota di Indonesia umumnya ketika menyusun target-
target hasil pembangunan ekonomi menggunakan salah satu asumsi, yaitu pencapaian
pertumbuhan ekonomi dalam persentase tertentu. Apabila target pertumbuhan ekonomi
tersebut mampu dicapai bahkan terlewati, maka dikatakan pemerintahan kabupaten/kota
berhasil dalam mengelola pemerintahan, sebaliknya apabila target pertumbuhan ekonomi
tersebut tidak mampu dicapai, maka dikatakan pemerintahan kabupaten/kota belum
berhasil dalam mengelola pemerintahan bahkan dikatakan gagal (Badrudin, 2011:246).
Keberhasilan pembangunan ekonomi tidak hanya ditentukan oleh percepatan
pertumbuhan ekonomi, namun lebih pada peningkatan kesejahteraan masyarakat secara
lebih utuh. Hal ini dijelaskan oleh Kuncoro (2010:40-41) yang sependapat dengan
Djojohadikusumo (1994:1) dan Sen dalam Pressman (2000:274) yang menyatakan bahwa
sebaiknya perlu membedakan pengertian antara pertumbuhan ekonomi dengan
pembangunan ekonomi karena kedua istilah tersebut di samping berbeda secara definisi
juga berbeda dalam dampak yang ditimbulkannya terhadap perekonomian suatu negara
atau daerah. Menurut Sen dalam Pressman (2000:274), pertumbuhan ekonomi adalah
kenaikan produksi barang terlepas dari apa yang terjadi pada orang-orang yang
memproduksi dan mengkonsumsi barang tersebut, sedang pembangunan (perkembangan)
ekonomi adalah pengembangan kemampuan manusia yang berupa peningkatan harapan
hidup, bebas buta huruf, serta peningkatan kesehatan dan pendidikan masyarakat.
Standar kehidupan masyarakat yang menunjukkan tingkat kesejahteraan
masyarakat yang diukur dengan pendapatan nasional atau Gross Domestic Product atau
Produk Domestik Bruto menuai kritikan karena merupakan cara pandang yang terlalu
sederhana dalam memahami kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, pengembangan
model yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat dilakukan terus menerus

39
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

sehingga memunculkan ukuran-ukuran yang baru mengenai indikator kesejahteraan


masyarakat sebagai ukuran keberhasilan pembangunan. Akhirnya muncul pendapat
United Nations Development Program (UNDP) yang mengenalkan formula Human
Development Index (HDI) atau disebut pula dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
pada tahun 1990.
Menurut Todaro dan Stephen C. Smith (2006:22), kesejahteraan masyarakat
menunjukkan ukuran hasil pembangunan masyarakat dalam mencapai kehidupan yang
lebih baik yang meliputi peningkatan kemampuan dan pemerataan distribusi kebutuhan
dasar seperti makanan, perumahan, kesehatan, dan perlindungan; peningkatan tingkat
kehidupan, tingkat pendapatan, pendidikan yang lebih baik, dan peningkatan atensi
terhadap budaya dan nilai-nilai kemanusiaan; dan memperluas skala ekonomi dan
ketersediaan pilihan sosial dari individu dan bangsa. Kesejahteraan masyarakat adalah
suatu kondisi yang memperlihatkan tentang keadaan kehidupan masyarakat yang dapat
dilihat dari standar kehidupan masyarakat. Indikator kesejahteraan masyarakat yang
hanya didasarkan pada PDB merupakan cara pandang yang terlalu sederhana
dalam memahami kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, pengembangan
model yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat dilakukan dengan
memasukkan aspek harga lokal ke dalam PDB sehingga menjadi purchasing power
adjusted real PDB. Formulasi PDB per kapita dengan memperhitungkan daya beli
mengakibatkan PDB suatu wilayah menjadi lebih obyektif jika dibandingkan dengan
PDB wilayah lain, namun tetap saja bahwa transformasi indikator PDB per kapita
berdasarkan daya beli tetaplah dianggap subyektif karena ukuran tingkat kesejahteraan
masyarakat menjadi sangat ekonomi dan kuantitatif. Hal inilah yang kemudian
memunculkan ukuran-ukuran yang baru mengenai indikator kesejahteraan masyarakat
sebagai ukuran keberhasilan pembangunan.
Pertumbuhan ekonomi merupakan syarat yang diperlukan (necessary) tetapi tidak
mencukupi (sufficient) bagi proses pembangunan ekonomi. Padahal hasil pembangunan
ekonomi tidak hanya berorientasi pada pencapaian angka pertumbuhan ekonomi tertentu.
Keberhasilan pembangunan ekonomi tidak hanya ditentukan oleh percepatan pertumbuhan
ekonomi, namun lebih pada peningkatan kesejahteraan masyarakat secara lebih utuh. Oleh
karena itu, pemerintahan kabupaten/kota di Indonesia perlu membedakan pengertian

40
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

antara pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan ekonomi karena kedua istilah


tersebut di samping berbeda secara pengertian juga berbeda dalam dampak yang
ditimbulkannya terhadap perekonomian kabupaten/kota. Berdasarkan pemikiran-
pemikiran tentang model pengembangan yang berkaitan dengan kesejahteraan
masyarakat maka pertumbuhan ekonomi berubah menjadi pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas yang diartikan sebagai pertumbuhan yang mendukung pencapaian
pembangunan manusia yang tinggi. Korelasi positif pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan manusia tercermin dalam wujud perbaikan kualitas kehidupan seluruh
masyarakat secara lebih merata (Badrudin, 2011:227).

Contoh 4.13:
Jelaskan implementasi teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di Indonesia.

Jawab:
Semua pemerintahan kabupaten/kota di Indonesia umumnya ketika menyusun target-target
hasil pembangunan ekonomi menggunakan salah satu asumsi, yaitu pencapaian
pertumbuhan ekonomi dalam persentase tertentu. Apabila target pertumbuhan ekonomi
tersebut mampu dicapai bahkan terlewati, maka dikatakan pemerintahan kabupaten/kota
berhasil dalam mengelola pemerintahan, sebaliknya apabila target pertumbuhan ekonomi
tersebut tidak mampu dicapai, maka dikatakan pemerintahan kabupaten/kota belum
berhasil dalam mengelola pemerintahan bahkan dikatakan gagal. Keberhasilan
pembangunan ekonomi tidak hanya ditentukan oleh percepatan pertumbuhan ekonomi,
amun lebih pada peningkatan kesejahteraan masyarakat secara lebih utuh. Oleh karena
itu, pemerintahan kabupaten/kota di Indonesia sebaiknya perlu membedakan pengertian
antara pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan ekonomi karena kedua istilah
tersebut di samping berbeda secara definisi juga berbeda dalam dampak yang
ditimbulkannya terhadap perekonomian suatu negara atau daerah. Pertumbuhan ekonomi
adalah kenaikan produksi barang terlepas dari apa yang terjadi pada orang-orang yang
memproduksi dan mengkonsumsi barang tersebut, sedang pembangunan (perkembangan)
ekonomi adalah pengembangan kemampuan manusia yang berupa peningkatan harapan
hidup, bebas buta huruf, serta peningkatan kesehatan dan pendidikan masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi merupakan syarat yang diperlukan (necessary) tetapi tidak
mencukupi (sufficient) bagi proses pembangunan ekonomi. Hasil pembangunan ekonomi
tidak hanya berorientasi pada pencapaian angka pertumbuhan ekonomi tertentu.
Keberhasilan pembangunan ekonomi tidak hanya ditentukan oleh percepatan pertumbuhan
ekonomi, namun lebih pada peningkatan kesejahteraan masyarakat secara lebih utuh.

GLOSSARY

41
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

Capital Intensive: Jika pada suatu proses produksi lebih banyak menggunakan input
Kapital daripada input Labor. Disebut juga dengan padat modal.

Capital-Output Ratio: Rasio antara kapital dengan output. Semakin kecil nilai COR
semakin bagus produksi yang dilakukan.

Constant Return To Scale: Proses produksi yang apabila teknologi tidak berubah
sedangkan input L dan input K masing-masing ditambah 1% maka output akan
meningkat sebesar 1%.

Decreasing Return To Scale: Proses produksi yang apabila teknologi tidak berubah
sedangkan input L dan input K masing-masing ditambah 1% maka output akan
meningkat kurang daripada 1%.

Economies of Scale: Menurunnya biaya produksi rata-rata sebagai akibat meningkatnya


jumlah produk yang dihasilkan karena adanya efisiensi dalam proses produksi.

Entrepenuer: Inovator yang melakukan kegiatan inovasi, yaitu 1) diperkenalkannya


produk baru yang sebelumnya tidak ada, 2) diperkenalkannya cara berproduksi baru, 3)
pembukaan daerah pasar baru, 4) penemuan sumber bahan mentah baru, dan 5)
perubahan organisasi industri sehingga menjadi undustri yang efisiensi.

Free Trade: Perdagangan bebas tanpa hambatan dengan kesepakatan transaksi sebagai
hasil tawar menawar antara penjual dan pembeli.

Full Employment: Asumsi ekonomi mashab Klasik, yaitu kondisi perekonomian dalam
kesempatan kerja penuh, tidak terjadi pengangguran faktor produksi.

Gross Domestic Product: Penghitungan pendapatan nasional dengan pendekatan domestik


atau kewilayahan, yaitu pendapatan yang hanya dihitung dari penduduk yang
berpendapatan di wilayah tersebut tanpa mempertimbangkan status kewarganegaraan.

Gross National Product: Penghitungan pendapatan nasional dengan pendekatan politis


atau kewarganegaraan, yaitu pendapatan yang hanya dihitung dari penduduk yang
berkewarganegaraan tertentu, sedangkan penduduk dari warganegara asing tidak
dipertimbangkan.

Human Development Index: Merupakan indikator keberhasilan pembangunan yang


dihitung dengan mempertimbangkan indeks komposit dari 3 dimensi, yaitu dimensi
umur, dimensi manusia terdidik, dan dimensi standar hidup yang layak. Dimensi umur
dalam menjalani hidup sehat diukur dengan usia harapan hidup, dimensi manusia terdidik
diukur dengan tingkat kemampuan baca-tulis orang dewasa dan lamanya sekolah di
sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas, serta dimensi
standar hidup yang layak yang diukur dengan paritas daya beli dan pengeluaran per
kapita riil yang disesuaikan. Dengan demikian, konsep kesejahteraan masyarakat dalam

42
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

IPM telah memasukkan aspek kesehatan dan pendidikan bersama dengan aspek pangan,
sandang, dan perumahan menjadi kesatuan dengan tingkat pendapatan. Formula
penghitungan IPM adalah IPM = 1/3 [ X1 + X2 + X3], yang menunjukkan bahwa X1, X2,
dan X3 masing-masing adalah indeks harapan hidup, indeks pendidikan, dan indeks
tingkat kehidupan yang layak

Incremental Capital-Output Ratio: Rasio perubahan kapital dengan perubahan output.


Semakin kecil nilai incremental capital-output ratio maka proses produksi semakin
efisien.

Increasing Return To Scale: Proses produksi yang apabila teknologi tidak berubah
sedangkan input L dan input K masing-masing ditambah 1% maka output akan
meningkat lebih daripada 1%.

Inverted U Curve: Merupakan fenomena kontradiktif antara pertumbuhan ekonomi yang


tinggi dan ketidakmerataan pembangunan yang terjadi di negara sedang berkembang,
karena pada tahap awal pembangunan ditandai dengan tingkat pertumbuhan ekonomi
yang tinggi yang disertai tingkat ketimpangan pendapatan yang tinggi pula. Kondisi
tersebut akan berlangsung sampai pada titik krisis tertentu, dimana tingkat pertumbuhan
ekonomi yang tinggi akan diikuti oleh menurunnya tingkat ketimpangan pendapatan.

Labor Intensive: Jika pada suatu proses produksi lebih banyak menggunakan input
Labor daripada input Kapital. Disebut juga dengan padat karya.

Laissez-Faire: Merupakan mashab pemikiran ekonomi neoklasik yangh memegang


pandangan pasar yang murni atau liberal secara ekonomi. Pasar sebaiknya dibiarkan
bebas seperti apa adanya.

Marginal Propensity to Save: Perubahan tabungan sebesar tertentu sebagai akibat


perubahan pendapatan sebesar 1 satuan.

MP3EI: Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia


(MP3EI) yang dilakukan untuk mempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi
melalui pengembangan 8 (delapan) program utama yang terdiri dari 22 (dua puluh dua)
kegiatan ekonomi utama. Strategi pelaksanaan MP3EI dilakukan dengan
mengintegrasikan 3 (tiga) elemen utama yaitu 1) mengembangkan potensi ekonomi
wilayah di 6 (enam) Koridor Ekonomi Indonesia, yaitu: Koridor Ekonomi Sumatera,
Koridor Ekonomi Jawa, Koridor Ekonomi Kalimantan, Koridor Ekonomi Sulawesi,
Koridor Ekonomi Bali–Nusa Tenggara, dan Koridor Ekonomi Papua–Kepulauan Maluku,
2) memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan terhubung secara
global (locally integrated, globally connected), dan 3) memperkuat kemampuan SDM
dan IPTEK nasional untuk mendukung pengembangan program utama di setiap koridor
ekonomi. Penyusunan MP3EI dimaksudkan bukan untuk mengganti dokumen
perencanaan pembangunan yang telah ada seperti RPJPN dan RPJMN, namun akan
menjadi dokumen yang terintegrasi dan komplementer, serta penting dan khusus untuk
melakukan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia.

43
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

Necessary: Keperluan atau kebutuhan, pengertian dalam pertumbuhan yang berkualitas.

Profit Share: Kontribusi keuntungan dari sektor atau pelaku ekonomi yang berperan
dalam pembentukan keuntungan.

Purchasing Power Adjusted Real: Merupakan formulasi PDB per kapita dengan
memperhitungkan daya beli yang mengakibatkan PDB suatu wilayah menjadi lebih
obyektif jika dibandingkan dengan PDB wilayah lain. Formulasi ini merupakan
pengembangan model yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat yang
dilakukan dengan memasukkan aspek harga lokal ke dalam PDB.

Stationary State: Perubahan yang hanya terjadi di sekitar titik keseimbangan. Merupakan
asumsi teori pertumbuhan dan pembangunan mashab Klasik.

Stylized Facts: Langkah Nicholas Kaldor dalam menjelaskan teori pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi, yaitu dapat diuji secara empiris-kuantitatif berdasarkan data
konkrit yang ditemukan dalam perkembangan selanjutnya. Ada dua sisi pendekatan teori
pertumbuhan ekonomi menurut Nicholas Kaldor berdasarkan stylized facts. Sisi pertama
adalah menjembatani perbedaan antara pendekatan Neo-Keynes dan Neo-Klasik dan sisi
kedua adalah perkembangan pemikiran Nicholas Kaldor tentang pertumbuhan ekonomi
semakin mendekati kerangka pemikiran yang berkisar pada masalah-masalah
pembangunan ekonomi. Pembahasan mengenai pertumbuhan antarsektoral dan
pertumbunan antarregional sudah menyangkut beberapa masalah penting dalam
pembangunan ekonomi negara-negara sedang berkembang.

Sufficient: Mencukupi atau memenuhi,. pengertian dalam pertumbuhan yang berkualitas.

Supply Creates Its Own Demand: Asumsi mashab ekonom Klasik yang menyatakan
bahwa penawaran akan menciptakan permintaan dengan sendirinya.

The Law of Diminishing Return: Hukum pertambahan hasil yang semakin menurun,
yaitu pertambahan input variabel pada sejumlah input tetap akan mengakibatkan output
bertambah dengan pertambahan yang semakin menurun.

The Natural Rate of Growth: Merupakan laju pertumbuhan produksi dan pendapatan
sebagaimana yang ditentukan oleh kondisi dasar yang menyangkut bertambahnya
angkatan kerja karena pertambahan penduduk dan meningkatnya produktivitas karena
kemajuan teknologi.

The Warranted Rate of Growth: Merupakan laju pertumbuhan produksi dan pendapatan
pada tingkat yang dianggap memadai berdasarkan sudut pandang pengusaha atau
investor.

Vent for Surplus: Perluasan pasar sebagai akibat kenaikan pendapatan nasional dan
perkembangan penduduk yang terjadi secara bersama-sama.

44
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin, 2004, Ekonomi Pembangunan, Edisi 4, Yogyakarta: Bagian Penerbitan


STIE YKPN.

Badrudin, Rudy, 2011, ”Pengaruh Desentralisasi Fiskal Terhadap Belanja Modal,


Pertumbuhan Ekonomi, dan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten/Kota di Provinsi
Jawa Tengah”, Disertasi, Tidak Dipublikasikan, Surabaya: Universitas Airlangga
Program Doktor Ilmu Ekonomi, hlm. 227 dan 246.

Budiono, 1992, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 4: Teori Pertumbuhan
Ekonomi, Yogyakarta: BPFE.

Djojohadikusumo, Sumitro, 1994, Perkembangan Pemikiran Ekonomi: Dasar Teori


Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan, Jakarta: LP3ES.

Jhingan, ML, 1994, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Jakarta: PT RajaGrafindo


Persada.

Kuncoro, Mudrajad, 1997, Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah, dan Kebijakan,


Yogyakarta: Unit Percetakan dan Penerbitan AMP YKPN Yogyakarta.

________________, 2010, Ekonomika Pembangunan: Masalah, Kebijakan, dan Politik,


Ed.5, Yogyakarta: Penerbit Erlangga.

Kusreni, Sri, 2009, ”Pengaruh Perubahan Struktur Ekonomi terhadap Spesialisasi


Sektoral dan Wilayah serta Struktur Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral untuk
Daerah Perkotaan di Jawa Timur”, Majalah EKONOMI, Vol. XIX, No. 1, April
2009:20-31.

Malizia, Emil E. dan Edward J. Feser. 1999. Understanding Local Economic


Development. Center for Urban Policy Research. New Brunswick, New York:
CUPR Press.

Pressman, Steven, 2000, Lima Puluh Pemikir Ekonomi Dunia. Jakarta: Murai Kencana
PT RadjaGrafindo Persada.

Setyowati, Endang, dkk, 2004, Ekonomi Makro Pengantar, Edisi 2, Yogyakarta: Bagian
Penerbitan STIE YKPN Yogyakarta.

Sukirno, Sadono, 2006, Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan,
Ed. 2, Jakarta: Prenada Media Group.

Todaro, Michael P. and Stephen C. Smith, 2006, Economic Development, 9th Edition,
New York: Pearson Addison Wesley.
45
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

Waluyo, Joko, 2007, “Fiscal Decentralization: Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap


Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan Antardaerah di Indonesia”,
Makalah Pusat Studi Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, download
tanggal 28 Juli 2010, hlm. 1-21.

[http://www.pikiran-rakyat.com/node/177160]

46
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

JAWABLAH PERTANYAAN BERIKUT INI DENGAN MEMBERI TANDA


SILANG PADA JAWABAN YANG BENAR

1. Pernyataan benar tentang MP3EI berikut ini adalah:


A. merupakan program percepatan pembangunan di Indonesia
B. merupakan program perluasan pembangunan di Indonesia
C. jawaban A dan B benar
D. jawaban A dan B salah

2. Menurut Arsyad, pengertian ekonomi pertumbuhan adalah ilmu yang mempelajari:


A. kenaikan Gross Domestic Product (GDP) atau Gross National Product (GNP)
dengan memandang kenaikan GDP/GNP itu lebih besar daripada tingkat
pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau
tidak.
B. kenaikan Gross Domestic Product (GDP) atau Gross National Product (GNP)
dengan memandang apakah kenaikan GDP/GNP itu lebih kecil daripada tingkat
pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau
tidak.
C. kenaikan Gross Domestic Product (GDP) atau Gross National Product (GNP)
tanpa memandang apakah kenaikan GDP/GNP itu lebih besar atau lebih kecil
daripada tingkat pertumbuhan penduduk, dan terjadi perubahan struktur ekonomi.
D. kenaikan Gross Domestic Product (GDP) atau Gross National Product (GNP)
tanpa memandang apakah kenaikan GDP/GNP itu lebih besar atau lebih kecil
daripada tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi
terjadi atau tidak.

3. Menurut Friedrich List, perkembangan ekonomi yang didasarkan pada cara produksi
dan hanya terjadi apabila dalam kehidupan masyarakat terdapat kebebasan perorangan
dan kebebasan dalam berorganisasi politik meliputi tahapan:
A. tiga perkembangan ekonomi, yaitu tahap perekonomian produksi untuk kebutuhan
sendiri (subsisten), tahap perekonomian kota karena pertukaran sudah meluas, dan
tahap perekonomian nasional sebagai perluasan pertukaran antarperekonomian
kota.
B. tiga perkembangan ekonomi, yaitu tahap perekonomian barter (natura), tahap
perekonomian uang, dan tahap perekonomian kredit
C. lima perkembangan ekonomi, yaitu tahap masyarakat tradisional, tahap prasyarat
untuk tinggal landas, tahap tinggal landas, tahap menuju kekedewasaan, dan tahap
masa konsumsi tinggi
D. lima perkembangan ekonomi, yaitu tahap primitif, tahap beternak, tahap pertanian,
tahap pertanian dan industri pengolahan, serta tahap pertanian, industri
pengolahan, dan perdagangan.

4. Pernyataan benar tentang teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi menurut


Adam Smith adalah:

47
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

A. ada dua aspek utama pertumbuhan ekonomi yaitu pertumbuhan output total dan
pertumbuhan penduduk.
B. unsur pokok dalam pertumbuhan output total adalah sumberdaya alam yang
tersedia (faktor produksi tanah), sumberdaya insani (jumlah penduduk), dan stok
barang modal yang ada
C. pembatas pertumbuhan output total adalah faktor produksi tanah.
D. jawaban A, B, dan C benar

5. Pernyataan benar tentang teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Arthur


Lewis adalah:
A. membahas proses transformasi industrialisasi pada tahap awal pembangunan
kapitalis di Eropa dengan melihat hubungan antara sektor pertanian (tradisional)
dan industri (modern) dalam perekonomian yang terjadi antara daerah perdesaan
dan perkotaan dengan memasukkan proses migrasi yang terjadi dari kota ke desa.
B. sektor perdesaan merupakan sektor pertanian (tradisional) yang subsisten dengan
jumlah penduduk yang sedikit yang ditandai dengan produktivitas marginal
tenaga kerja lebih besar daripada nol dan tingkat upah riil yang tinggi.
C. sektor perkotaan merupakan sektor industri (modern) yang produktivitas
marginalnya tinggi dan menjadi tempat penampungan tenaga kerja yang dialihkan
sedikit demi sedikit dari sektor pertanian yang terjadi kelebihan jumlah tenaga
kerja.
D. jawaban A, B, dan C benar

6. Apabila besarnya MPS = 0,15 dan COR = 0,90, maka laju pertumbuhan ekonomi yang
terjadi dalam perekonomian tersebut adalah:
A. 10%
B. 12,5%
C. 15%
D. 20%

7. Apabila elastisitas input Labor = 0,3 dan elastisitas input Kapital = 0,8, maka skala
produksi yang terjadi adalah:
A. increasing return to scale
B. capital intensive
C. jawaban A dan B benar
D. jawaban A dan B salah

8. Apabila elastisitas input Labor = 0,3 dan elastisitas input Kapital = 0,8, maka
intensitas penggunaan faktor produksi yang terjadi adalah:
A. increasing return to scale
B. capital intensive
C. jawaban A dan B benar
D. jawaban A dan B salah

48
BAB 4: Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

9. Apabila MPS kelompok kapitalis = 0,6, MPS kelompok buruh = 0,4, output
kelompok kapitalis = 80, output kelompok buruh = 20, dan output capital ratio atau
efisiensi pengeluaran investasi = 0,2, maka laju pertumbuhan ekonomi yang terjadi
dalam perekonomian tersebut adalah:
A. 8,9%
B. 11,2%
C. 15,2%
D. 15%

10. Pernyataan benar tentang pertumbuhan ekonomi yang berkualitas adalah:


A. pertumbuhan yang mendukung pencapaian pembangunan manusia yang tinggi.
B. pertumbuhan ekonomi sebagai hasil pembangunan ekonomi yang tidak hanya
berorientasi pada pencapaian angka.
C. merupakan ukuran keberhasilan pembangunan ekonomi.
D. jawaban A, B, dan C benar

SOAL URAIAN

1. Jelaskan perbedaan pengertian antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan


ekonomi.
2. Mengapa dalam tahap tinggal landas ditandai dengan 3 ciri. Jelaskan.
3. Apabila MPS kelompok kapitalis = 0,7, MPS kelompok buruh = 0,4, output
kelompok kapitalis = 70, output kelompok buruh = 30, dan output capital ratio atau
efisiensi pengeluaran investasi = 1,2, maka hitunglah pertumbuhan ekonomi yang
terjadi dalam perekonomian tersebut. Hitung pula pertumbuhan ekonomi yang terjadi
dalam perekonomian tersebut apabila MPS kelompok kapitalis = 0,7, MPS kelompok
buruh = 0,4, output kelompok kapitalis = 55, output kelompok buruh = 45, dan output
capital ratio atau efisiensi pengeluaran investasi = 1,2. Simpulkan hasil dari kedua
perhitungan laju pertumbuhan ekonomi tersebut.
4. Jelaskan jenis inovasi dan dampak inovasi terhadap perekonomian menurut Joseph
Schumpeter.
5. Jelaskan pengaruh kebijakan pemerintah kabupaten/kota di Indonesia yang lebih
mementingkan hasil dari pertumbuhan ekonomi daripada pembangunan ekonomi.

49

Anda mungkin juga menyukai