Anda di halaman 1dari 11

A. JUDUL : KONSULTASI PUBLIK PENGUSULAN LOKASI HUTAN DESA DI KABUPATEN BANTAENG B.

LATARBELAKANG MASALAH Pemberdayaan masyarakat didalam dan sekitar hutan membutuhkan koordinasi dan peningkatan kapasitas para pihak dalam rangka memperkuat programprogram yang sudah berjalan maupun menginisiasi lokasi-lokasi baru kehutanan masyarakat baik yang ditawarkan pemerintah seperti Hutan Kemasyarakatan (HKm), Hutan Desa (HD), Hutan Tanaman Rakyat (HTR) maupun kehutanan masyarakat yang tumbuh dari tradisi lokal seperti hutan adat, dll. Saat ini skema hutan desa di dua desa (Labbo dan Pattaneteang) dan satu kelurahan (Campaga) di Kabupaten Bantaeng telah mendapatkan izin areal dari Menteri Kehutanan dan Hak kelola hutan desa dari Gubernur Propinsi Sulawesi Selatan pada bulan November 2010 seluas 700 ha. Melihat kesuksesan kedua desa dan satu kelurahan tersebut dalam memperjuangkan hak ases kelola kawasan hutan, secara swadaya masyarakat dan pemerintah desa disekitarnya melakukan studi banding kelokasi hutan desa, dan mengadakan kesepakatan untuk mengusulkan juga areal kawasan hutan didesa mereka untuk dijadikan lokasi hutan desa. Hal yang paling mendasar dari hasil pembelajaran mereka adalah adanya reduksi atas konflik pengelolaan hutan antara pemerintah dengan masyarakat. Berdasarkan usulan enam desa tersebut, Bupati Bantaeng pada Tahun 2011 telah memohonkan kembali kepada Menteri Kehutanan untuk pencadangan areal hutan desa di desa tersebut Pembelajaran lain yang menarik adalah pada Hutan Desa Labbo, pengelola sedang melakukan reforma agraria pada lahan-lahan masyarakat yang terlanjur berada di areal hutan desa Labbo. Pada pedoman pengelolaan hutan desa Labbo, telah dibuat keputusan bahwa mereka yang mengelola areal hutan desa adalah diprioritaskan bagi yang terlanjur memiliki lahan id areal kerja hutan desa, hanya dibatasi 0,5 ha, dan mereka yang tergolong kategori miskin. Selain itu ditemukan juga adanya usaha membangun sistem pembayaran jasa lingkungan di hutan desa Campaga. Penyelenggaraan hutan desa dimaksudkan untuk memberikan akses kepada masyarakat setempat melalui lembaga desa dalam memanfaatkan sumberdaya hutan secara lestari dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat secara berkelanjutan. Terkelolanya konflik pengelolaan hutan menjadi alasan utama sehingga 6 (enam) desa mengusulkan areal kawasan hutan di desa mereka menjadi areal pencadangan hutan desa yang difasilitasi oleh, LSM lokal (BALANG), Pemrintah Kabupaten Bantaeng, FKKM Sulsel dan Universitas Hasanuddin. Kohesi sosial calon pengelolaan hutan desa tersebut sangat penting untuk dikuatkan dengan indikator adanya kesepahaman para pihak serta agenda yang jelas dalam proses pengelolaan hutan yang mandiri dan memberikan manfaat bagi kelestarian dan pemberdayaan masyarakat lokal.

Berdasarkan hal diatas, maka melalui program PKM-M, kami akan membantu para pihak mengkonsultasikan dokumen pemerintah Kabupaten Bantaeng tentang pengusulan enam lokasi hutan desa keppada publik di level Kabupaten Bantaeng. C. PERUMUSAN MASALAH Pemerintah kabupaten Bantaeng kembali mengusulkan enam lokasi atau desa untuk dicadangkan sebagai areal hutan desa berdasarkan usulan dari enam desa yang bersangkutan. Pengelolaan hutan desa yang sangat kompleks antara lain konflik tenurial, pembayaran jasa lingkungan, pengelolaan hasil hutan kayu dan non kayu, meniscayakan kohesi kelembagaan lokal yang kuat. Disisi lain kelembagaan lokal masyarakat perlu untuk disiapkan dan atau dikuatkan yang berawal dari kesepahaman awal dan pengetahuan yang jelas tentang konsep, proses dan prosedur pengelolaan hutan desa kedepan. Sehingga dibutuhkan peta jalan (road map) rmenuju pengelolaan hutan desa yang mandiri berikut para pihak yang akan mengimplementasinya. D. TUJUAN Tujuan konsultasi publik pengusulan lokasi Hutan Desa di Kab. Bantaeng untuk : 1. Membangun kesepahaman pengelolaan hutan lestari dan pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan hutan desa berdasarkan peraturan Menteri tentang hutan desa dan sistem kearifan lokal masyarakat Membangun peta jalan (road map) menuju pengelolaan hutan desa yang mandiri Membangun agenda implementasi peta jalan (road map) pengelolaan hutan desa yang mandiri

2. 3.

E. LUARAN YANG DIHARAPKAN Luaran yang diharapkan pada kegiatan konsultasi publik ini adalah : 1. Adanya dokumen kesepahaman pengelolaan hutan desa di lokasi sasaran 2. Adanya dokumen peta jalan (road map) menuju pengelolaan hutan desa yang mandiri 3. Adanya dokumen agenda impelementasi peta jalan (road map) pengelolaan hutan desa yang mandiri serta para pihak teridentifikasi dalam mendukung implementasi kegiatan tersebut F. KEGUNAAN Adapun kegunaan konsultasi publik ini dapat menjadi milestone awal atau pijakan dasar dalam rangka penguatan kohesi sosial kelompok-kelompok masyarakat calon pengelola hutan desa pada enam desa pengusul sehingga rencana pengelolaan hutan desa yang mandiri dan berkelanjutan dan berbasis pada kearifan lokal masyarakat dapat diwujudkan di masa yang akan datang

G. GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN Secara geografis Kabupaten Bantaeng terletak pada titik 5o2123 -5o3526 lintang selatan dan 119o5142 -120o526 bujur timur. Berjarak 125 Km kearah selatan dari Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan. Luas wilayahnya mencapai 395,83 Km2, dengan jumlah penduduk 170.057 jiwa dengan rincian Laki-laki sebanyak 82.605 jiwa dan perempuan 87.452 jiwa. Terbagi atas 8 kecamatan serta 46 desa dan 21 kelurahan. Kabupaten Bantaeng pada umumnya dan enam desa pengusul hutan desa pada khususnya memiliki kekayaan sumberdaya hutan yang relatif kecil dibanding kabupaten lain di Sulawesi Selatan, yakni hanya 0,3% dari total kawasan hutan Sulawesi Selatan. Namun demikian, kawasan hutan tersebut sangat strategis karena dari sekitar 6.222 ha luas kawasan hutan Kabupaten Bantaeng, terdapat kawasan hutan lindung seluas 2.773 ha atau sekitar 44,6%, yang mempunyai fungsi hidroorologis penting bagi masyarakat Kabupaten Bantaeng dan kabupaten lain di sekitarnya. Sebagian besar (54,4%) kawasan hutan mengalami degradasi hutan yang sangat berat. Konversi kawasan hutan menjadi lahan budidaya pertanian dan perkebunan rakyat merupakan pemicu utama terjadinya degradasi hutan. Pada saat ini terdapat 1.518 KK penduduk miskin yang melakukan aktivitas perladangan di dalam kawasan hutan di Kabupaten Bantaeng dengan luas lahan garapan seluas 2.138 ha atau rata-rata seluas 1,4 ha/KK. Hal ini menunjukkan tingginya tingkat ketergantungan msyarakat atas lahan kawasan hutan. Permasalahan pembangunan kehutanan seperti disebutkan di atas cenderung meningkat di masa datang, oleh karena berkembangnya jumlah penduduk. Pada sisi lain, tingkat keberhasilan program-program rehabilitasi hutan dan lahan yang dilaksanakan selama ini belum mampu mengimbangi laju degradasi hutan. Salah satu faktor penyebabnya adalah tidak adanya aktivitas pengelolaan hutan dan aktivitas pelayanan publik kehutanan di lapangan yang dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah kabupaten. Kecamatan Uluere yang merupakan salah satu wilayah administrasi kecamatan dimana desa pengusul berada yang terletak kurang lebih 23 km dari pusat pemerintahan Kabupaten Bantaeng dan 144 km di ujung bagian barat dari Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan. Desa Bonto Marannu, Desa bonto daeng, Desa bonto karaeng, Desa bonto lojong, Desa bonto Tangnga merupakan desa di Kecamatan Uluere. Masyarakat Desa Bonto Marannu Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng wilayahnya berbatasan dengan lahan hutan. Interaksi antara masyarakat dengan lahan hutan telah terjadi sejak lama. Hasil hutan berupa kayu bakar diperoleh dari dalam hutan, sedangkan lahan hutan dimanfaatkan untuk areal berladang secara menetap dan sumber air untuk kegiatan usaha tani dan keperluan sehari-hari. Desa Bonto Tangnga terletak dibagian selatan Kabupaten Bantaeng. Jarak tempuh wilayah Desa Bonto Tangnga dari ibu kota kecamatan + 2,5 km dan Ibukota Kabupaten Bantaeng + 16 km. Desa ini memiliki luas wilayah 685 Ha, dengan potensi lahan yang produktif seperti lahan sawah, perkebunan dan hutan.

Selain 5 desa sasaran diatas, Desa Pabumbungan juga merupakan salah satu desa sasaran yang terletatak diwilayah adminisratif kecamatan Eremerasa kurang lebih 10 km dari ibu kota Kecamatan Eremerasa dengan lama jarak tempuh 15 - 20 menit dan 17 km dari ibu Kota Kabupaten Bantaeng Dengan jarak tempuh kurang 900 mdpl.luas Wilayah Desa lebih 40 - 60 menit. Dengan ketinggian 500 Pabumbungan 6,08 km2 yang terdiri dari 2 Dusun yaitu Dusun Sarrea dan Dusun Libboa yang dihuni oleh 456 Kepala keluarga. Secara garis besar dapat dilingkupkan dalam Tabel 1. Tabel 1. Daftar Desa, Luasan dan Gambaran Aktfitas Masyarakat Pengusul Hutan Desa Nama Desa Total Areal

No.

Keterangan

Aktifitas Masyarakat Sebagian areal dijadikan kawasan pertanian, pengambilan kayu bakar, pemungutan hasil hutan non kayu seperti madu, aren, dan rotan Dijadikan lokasi pendukung wisata loca camp, tanaman hortikultura, pemungutan madu Sebagian areal dijadikan kawasan pertanian, pemungutan hasil hutan non kayu seperti madu, aren, dan rotan Aktifitas perkebunan rakyat, kawasan pertanian, kayu bakar, dan pemungutan hasil hutan non kayu seperti madu, aren, dan rotan Sebagian areal dijadikan kawasan pertanian, pem pemungutan hasil hutan non kayu seperti madu, aren, dan rotan

Bonto Hutan Produksi Marannu

43 ha

Bonto Daeng Bonto Karaeng

Hutan Produksi

189 ha

Hutan Produksi Hutan Lindung Hutan Produksi Hutan Produksi Terbatas Hutan Produksi

200 ha 1,959 ha 622 ha 660 ha

Bonto Lojong

Bonto Tangnga

115 ha

Hutan Lindung 64 ha Sebagian areal dijadikan kawasan Pa'bumb Hutan Produksi 93 ha 6 pertanian, pemungutan hasil hutan ungan Hutan Produksi 374 ha non kayu Terbatas Total 4.319 ha Sumber : Diolah Dari Dokumen Surat Pengusulan Hutan Desa ke Menteri Kehutanan RI oleh Bupati Bantaeng

Tabel 1. menunjukkan bahwa hamper pada semua lokasi usulan hutan desa terdapat potensi hasil hutan non kayu antara lain madu, rotan dan aren. Potensi rotan sudah susah ditemukan pada kawasan hutan yang dekat dengan pemukiman sehingga perlu dikembangkan melalui teknik budidaya pada kawasan hutan yang dekat dengan pemukiman. Sedangkan potensi madu alam masih relatif tinggi dengan volume ratarata yang dipungut masyarakat sebesar 750 sampai 1000 botol setiap tahun, namun demikian kualitas madu tersebut belum memenuhi standar pasar sehingga harganya relatif murah. Masyarakat juga mengembangkan budidaya tanaman markisa pada lahan-lahan di luar kawasan hutan, dan tanaman tersebut berpotensi untuk dikembangkan di dalam kawasan hutan melalui pengembangan pola-pola agroforestry. H. METODE PELAKSANAAN 1. Metode Konsultasi Publik Konsultasi publik Pengusulan Lokasi Hutan Desa di Kabupaten Bantaeng akan dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan partisipatif dengan basis para pihak (stakeholder dan shareholder) atau penerima manfaat dan dampak langusng dari dokumen pengusulan hutan desa di Kabupaten Bantaeng 2. Desain Konsultasi Publik Konsultasi publik Pengusulan Lokasi Hutan Desa di Kabupaten Bantaeng akan dilaksanakan melalui dua tahapan. Tahap pertama adalah analisis situasi dan kebutuhan para pihak di level desa, dan tahap kedua adalah seminar dan lokakarya (semiloka) selama dua hari, di level Kabupaten Bantaeng. a. Tahap I : Analisis Situasi Kegiatan ini akan menganalisis situasi umum dan khusus konteks pengelolaan hutan di Kabupaten bantaeng dan enam lokasi pengusul hutan desa dengan menggunakan pendekatan wawancara mendalam kepada pihak-pihak kunci. Hasil kegiatan tahap I akan dianalisis dan dibawa pada kegiatan tahap II dalam hal ini konsultasi public. b. Tahap II : Konsultasi Publik Konsultasi Publik akan dilaksanakan melalui Seminar dan Lokakarya (Semiloka), yang didesain secara partisipatif. Konsultasi publik akan difasilitasi oleh Tim PKM-M ini. Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan selama Semiloka adalah sebagai berikut: a. Mensosialisasikan dokumen pengusulan hutan desa kab. bantaeng b. Mendiskusikan konsep pengelolaan hutan desa yang telah diusulkan dan yang telah mendapatkan hak kelola usaha hutan desa di Kab. Bantaeng
5

c. Mendiskusikan keterkaitan para pihak dan multi sector dalam pengelolaan hutan desa d. Mendiskusikan sistem kelembagaan pengelolaan hutan desa e. Mendiskusikan peta jalan (road map) menuju pengelolaan hutan desa yang mandiri f. Membangun agenda implementasi peta jalan (road map) pengelolaan hutan desa yang mandiri 3. Peserta Semiloka akan diikuti oleh 50 orang peserta perwakilan parapihak yaitu: Bupati Bantaeng, Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan 1 orang, masingmasing 2 orang pengurus Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) pada 6 desa pengusul, masing-masing 2 orang tokoh masyarakat pada 6 desa pengusul, 6 kepala desa pengusul, LSM 3 orang, Balai Pengelolaan DAS Jennebrang Walannae 1 orang, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bantaeng 2 orang, Dinas Pertanian 1 orang, Akademisi dari Universitas Hasanuddin 2 orang, Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Bantaeng 1 orang, Bapedalda Kabupaten Bantaeng 1 orang, DPRD Bantaeng 1 orang, mahasiswa 3 orang, Badan Perwakilan Desa 8 orang. I. JADWAL KEGIATAN Adapun jadwal kegiatan konsultasi publik akan diuraikan pada Tabel 2. Tabel 2. Jadwal Kegiatan Konsultasi Publik Pengusulan Hutan Desa Kabupaten Bantaeng No. Bulan/Minggu KeMacam Kegiatan Analisis Situasi a. Kordinasi b. Identifikasi Para Pihak c. Analisis Situasi 2. Semiloka a. Persiapan administrasi b. Pengolahan data hasil analisis situasi c. Semiloka d. Penulisan prosiding hasil semiloka III 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 I II

1.

J. RANCANGAN BIAYA Biya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan Kegiatan Konsultasi Publik Pengusulan Lokasi Hutan Desa di Kabupaten Bantaeng adalah sebesar Rp. 9.022.000 (Sembilan juta dua pupluh dua ribu rupiah). Rincian biaya terdapat pada tabel berikut: Tabel 1. Rancangan Biaya Kegiatan Pemetaan Partisipatif
No

Alokasi Dana Prakondisi a. Koordinasi y Transportasi Makassar- Bantaeng y Akomodasi Di Kota Bantaeng b. Upgrading Teknis Pemetaan Kepada Mahasiswa c. Pelatihan Teknis Pemetaan Kepada Anggota Kelompok Tani y Konsumsi makan siang 25 orang peserta selama 3 hari y Transportasi dan Akomodasi 4 orang pendamping selama 3 hari 2) Snack 2 kali sehari selama 3 hari Pelaksanaan Pemetaan a. Peralatan 1) Sewa GPS 1 buah selama 20 hari 2) Bateri GPS 3) Sewa Kompas 4) Meteran roll 50m b. Alat Tulis Menulis 1) Pinsil 2) Rautan pinsil 3) Penghapus 4) Penggaris 60 cm 5) Kertas Grafik 2x1 6) Spidol White Board c. Akomodasi 4 orang Pendamping seama 9 hari d. Pengolahan dan Cetak Peta

Unit

Satuan

Harga Satuan (Rp)

Jumlah (Rp)

3 3 1

orang paket paket

100.000 100.000 500.000

300.000 300.000 500.000

1.

75 12 150

paket paket paket

8.000 50.000 5.000

600.000 600.000 750.000

20 20 18 2 18 18 18 18 36 1 36 15

hari buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah dos hari peta

30.000 5.000 30.000 60.000 3.000 1.500 1.500 12.000 20.000 50.000 50.000 100.000 Jumlah

600.000 100.000 540.000 120.000 54.000 27.000 27.000 216.000 720.000 50.000 1.800.000 1.500.000 9.022.000

2.

LAMPIRAN 1) BIODATA A. Ketua dan Anggota Kelompok 1. Ketua a. Nama Lengkap : Sianghati

b. Tempat/ Tanggal Lahir : Pinrang,01 Maret 1990 c. Alamat d. Jenis Kelamin e. No Hp f. Email g. NIM h. Fakultas/Jurusan i. Waktu Kegiatan j. Riwayat Pendidikn : BTN Asal Mula Blok B No 10 : Perempuan : 085255904749 : sianghati_chickn@yahoo.co.id : M111 09 023 : Kehutanan/ Kehutanan : 1 Bulan :

SD SMP SMA UNIVERSITAS

SDN INP PAJALELE SMP NEG. 2 LEMBANG SMA NEG. 1 LEMBANG HASANUDDIN

1997 - 2003 2003 -2006 2006-2009 2009- SEKARANG

Makassar, 14 Oktober 2011

SIANGHATI M111 09 023

2. Anggota Pelaksana Anggota Pelakasana 1 a. Nama Lengkap : Epi Dayanti Nurdin

b. Tempat/Tanggal Lahir : Sakeang, 28 Oktober 1992 c. Alamat d. Jenis Kelamin e. Fakultas/Jurusan f. Waktu Kegiatan g. Riwayat Pendidikn : BTN Mangga 3 Permai Blok A 2/8 Daya : Perempuan : Kehutanan/Kehutanan : 1 Bulan :

SD SMP SMA UNIVERSITAS

21 IR WASITO SMP 34 MAKASSAR SMA 18 MAKASSAR HASANUDDIN

1998 - 2004 2004 -2007 2007-2010 2010- SEKARANG

Makassar, 14 Oktober 2011

EPI DAYANTI NURDIN M111 10 922

2. Anggota Pelaksana Anggota Pelakasana 2 a. Nama Lengkap : Sri Ramadani

b.Tempat/Tanggal Lahir : Maros,18 maret 1992 c. Alamat d.Jenis Kelamin e. NIM f. Fakultas/Jurusan g.Waktu Kegiatan h.Riwayat Pendidikan : Ramsis putri blok C 201 : Perempuan : M111 10 909 : Kehutanan/Kehutanan : 1 Bulan :

SD SMP SMA UNIVERSITAS

SD NEG.1 MAROS SMP NEG.2 UNGGULAN MAROS SMA NEG.1 UNGGULAN MAROS HASANUDDIN

1998 - 2004 2004 -2007 2007-2010 2010- SEKARANG

Makassar, 14 Oktober 2011

SRI RAMADANI M111 10 909

10

BIODATA DOSEN PEMBMBING Nama NIP Fakultas/Program Studi Pangkat/Golongan Tempat/Tgl Lahir Jabatan Fungsional Alamat Pendidikan S1 Pendidikan S2 Ilmu yang ditekuni : Muhammad Alif KS, S.Hut, M.Si :197908312008121002 : Kehutanan/Kehutanan : Penata Muda Tk I/III B : Rappang, 31 Agustus 1979 : Asisten Ahli : Kompleks BB Vet No. 14 Maros : Kehutanan Universitas Hasanuddin : Ekonomi Sumberdaya Universitas Hasanuddin : Ekonomi Sumberdaya, Kebijakan Kehutanan, Kehutanan Masyarakat

Pengalaman Kerja 1. Fasilitator Wilayah Forum Komunikasi Kehutanan Masyarakat Provinsi Sulawesi Selatan Periode 2004 sekarang 2. Asisten Projek Penguatan kapasitas dalam program pengelolaan hutan berbasis masyarakat di provinsi Sulawesi Selatan tahun 2008 2010 3. Dewan Pembina Tim Layanan Kehutanan Masyarakat Universitas Hasanuddin Tahun 2009 - sekarang Publikasi 2010 Studi Implementasi Program Hutan Tanaman Rakyat (HTR) di Sulawesi Selatan. ISBN : 978-602-8400-41-1. 2010 Pembangunan Hutan Desa di Kabupaten Bantaeng : Konsep, Proses dan Refleksi. ISBN : 978-602-98679-0-9, 2010 Studi Sewa Lahan Pada Kegiatan Pemanfaatan Kawasan Hutan oleh Masyarakat di Kabupaten Bone. Jurnal Hutan dan Masyarakat/Journal of Forest and Society. Vol. 5, No.1, 2010: 7 16. 2009 Analisis Situasi dalam Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Pada Level Komunitas Di Sulawesi Selatan 2010 Pendekatan Kolaborasi dalam Pengelolaan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung : Strategi Menyatukan Kepentingan Ekologi dan Sosial Ekonomi Masyarakat 2009 Kesenjangan Hak-Hak Masyarakat Setempat Dengan Pelaksanaan Pembangunan Kehutanan Berbasis Masyarakat. ISSN : 2085-9392. Makassar, 14 Oktober 2011 Muhammad Alif Kaimuddin Sahide NIP. 197908312008121002
1

Anda mungkin juga menyukai