b. Bad Practice
Perkembangan kawasan konservasi merapi perlu diperhatikan pemerintah, karena
terdapat beberapa factor yang dapat mempengaruhi perkembangan wisata ekosistem, seperti
kerusakan dan masalah ekosistem yang ditimbulkan berupa sedimentasi
yang terjadi dalam pembangunan sarana penunjang. Seperti
perubahan fungsi guna lahan diarea puncak berupa bangunan shelter,
toilet dan tiang pemancar, perubahan lainnya yaitu pembangunan toilet dan
tandon air di sepanjang jalur pendakian dari Paltuding hingga Pondok Bunder
yang pada mulanya merincikan bahwa di sepanjang jalur pendakian hanya shelter
yang bisa dibangun dan pembangunan pagar pembatas di lokasi berbahaya
sebagai pelindung bagi wisatawan.
Hal demikian juga tampak terlihat ketika
beberapa bagian jalan di semen, penambahan pagar permanen di sisi
tebing sebagai pengamanan pendakian, pelebaran jalan pendakian menyebabkan longsoran
kecil di sisi jalan pendakian. Jadi dalam kasus ini kegiatan dalam menjaga ketahananan
lingkungan dalam menghadapi perubahan fungsi lahan dan
guna lahan sangat diperlukan oleh pemerintah dan masyarakat. Dampak
lain dari pariwisata pada aspek sosial ekonomi baik positif dan negatif terjadi
berimbang, pada peningkatan pendapatan masyarakat maupun kesenjangan dan
kecemburuan dalam menghadapi pendatang baru dilingkungan masyarakat,
terutama bagi mereka yang juga sebagai pemilik usaha wisata di daerah merapi.
Daftar Pustaka
Nirmala. (2020). Ekowisata Merapi : Pengembangan wisata alam dan konservasi di Gunung
Merapi. Universitas Gadjah Mada : Antropologi
Putra, Ahimsa. (2012). Etnowisata Bencana, Kajian Wisata di Lereng Merapi. Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Pemerintah Provinsi DIY. Vol IV, No. 5: 104-128.