Anda di halaman 1dari 7

PERANAN SM SUNGAI LAMANDAU DALAM MITIGASI DAN

ADAPTASI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM

Oleh : Lisna Yulianti, S.Hut

BKSDA Kalteng SKW II

Pemanasan Global (Global Warming)

meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi sebagai akibat meningkatnya jumlah emisi

Gas Rumah Kaca di atmosfer. GRK meliuti uap air (H2O); Carbon dioksida (CO2);

Metan (CH4); NO2; dan CFC. Pemanasan global diakibatkan oleh beberapa hal

diantaranya adalah kebakaran hutan dan meningkatnya emisi karbon, akibat penggunaan

energi fosil (bahan bakar minyak, batu bara, dsb).

Akibat dari pemanasan global menyebabkan beberapa dampak negatif

diantaranya :

1) Perubahan iklim

2) Kenaikan permukaan air laut

3) Intrusi air laut

4) Berkurangnya sumber air bersih

5) Rusaknya habitat

6) Dampak negatif bagi kesehatan

Mitigasi dalam kamus John M. Echols dan Hassan Shadily artinya pengurangan.

Sedangkan adaptation atau adaptasi artinya penyesuaian diri. Kedua istilah ini menjadi

penting karena menyangkut strategi menghadapi perubahan alam melalui mitigasi. Usaha

yang dapat dilakukan adalah mengurangi sebab pemanasan global dari sumbernya.
Gunanya agar laju pemanasan itu melambat. Dan pada saat bersamaan, dapat dilakukan

persiapan diri untuk beradaptasi dengan perubahan yang ada. Sehingga diharapkan akan

ditemukan suatu titik temu yang menjamin kelangsungan hidup manusia.

SM SUNGAI LAMANDAU

Kawasan hutan Suaka Margasatwa Sungai Lamandau ditetapkan berdasarkan

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 162/Kpts-II/1998 Tanggal 26 Februari 1998

seluas ± 76.110 Ha. Pada Tahun 2004 Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah V

Banjarbaru, Badan Planologi Kehutanan, Departemen Kehutanan telah dilakukan kegiatan

pemancangan batas kawasan yang meliputi dua kabupaten, yaitu: Kabupaten

Kotawaringan Barat dan Kabupaten Sukamara. Setelah dilakukan perhitungan dari hasil

tata batas definitive tersebut luas Suaka Margasatwa Lamandau berkurang menjadi ±

56.584 Ha. Suaka Margasatwa Sungai Lamandau berada di wilayah pengelolaan

Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Tengah Seksi Konservasi Wilayah II

Pangkalan Bun.

Letak SM Sungai Lamandau

Suaka Margasatwa Sungai Lamandau merupakan kawasan yang sebagian besar

merupakan hutan rawa yang terletak diantara Sungai Lamandau dan Jelai pada bagian

selatan berada di sepanjang pesisir pantai laut jawa. Secara geografis Suaka Margasatwa

Sungai Lamandau berada pada posisi koordinat bumi antara 02º35'00" - 02º55'00" LS

dan 111°12'00" - 111º30'00" BT. Menurut administrasi pemerintahan kawasan tersebut

terdapat Desa Tanjung Putri dan Mendawai Seberang Kecamatan Arut Selatan Kabupaten

Kotawaringin Barat dan Desa Natai Sedawa, Pudu Kecamatan Sukamara, Kabupaten
Sukamara Propinsi Kalimantan Tengah. Sedangkan secara administratif kehutanan

termasuk dalam Koordinator Seksi Konservasi Wilayah II, Balai KSDA Kalimantan

Tengah.

Potensi SM Sungai Lamandau

1. Flora

Jenis-jenis vegetasi yang mendominasi di Suaka Margasatwa Sungai

Lamandau adalah jenis-jenis Meranti Merah ( Shorea sp), Bintan (Polyanlthia sp),

Ketiau (Ganua motleyana Pierre), Pantung (Dyera sp), Geronggang (Crataxylon sp),

Ramin (Gonystyllus bancanus), Rengas (Melanorhoea sp) Terantang

(Campnospermum auriculata Hk.f) dan Bekunyit (Shorea Acuminata Dyer), Bintangur

(Callophyllum sp). Jenis tumbuhan bawah didominasi oleh acrosthicum aureum,

acanthus ilicifolius, dan Baringtonia asiatica.

2. Fauna

Suaka Margasatwa Sungai Lamandau merupakan tempat perlindungan

bagi beberapa jenis satwa yang dilindungi seperti Orangutan ( Pongo pygmaeus),

Bekantan (Nasalis larvatus) Beruang madu (Helarctos malayanus), dll. Jenis-jenis

satwa lain yang dapat dijumpai di Suaka Margasatwa Sungai Lamandau adalah

sebagai berikut :

Desa Penyangga di sekitar kawasan SM Sungai Lamandau

Desa penyangga di sekitar kawasan SM Sungai Lamandau yang masuk wilayah

Kabupaten Kotawaringin Barat adalah Desa Mendawai Seberang, Desa Kumpai Batu
Bawah, Desa Tanjung Terantang, Desa Tanjung Putri dan Desa Babual Baboti.

Sedangkan desa penyangga yang masuk ke dalam Kabupaten Sukamara adalah Desa

Sei Pasir, Desa Natai Sedawak dan Desa Karta Mulia.

Ancaman Kelestarian SM Sungai Lamandau

Ancaman kerusakan hutan akibat perambahan dan penebangan liar akan

menimbulkan dampak negatif yang luar biasa karena adanya efek domino dari hilangnya

hutan, terutama pada kawasan-kawasan yang mempunyai nilai fungsi ekologis dan

biodiversitas yang tinggi, salah satu contohnya adalah Suaka Margasatwa Sungai

Lamandau. Akibat dari kejadian ini tidak saja menimbulkan hilangnya suatu kawasan

hutan yang tadinya dapat mendukung kehidupan manusia dalam berbagai aspek,

misalnya kebutuhan akan air, oksigen, kenyamanan (iklim mikro), keindahan (wisata),

penghasilan (hasil hutan non kayu dan kayu), penyerapan carbon (carbon sink), pangan

dan obat-obatan akan tetapi juga hilangnya biodiversity untuk generasi yang akan datang.

Hutan memiliki berbagai manfaat bagi kehidupan. Manfaat hutan tersebut

diperoleh apabila hutan terjamin eksistensinya sehingga dapat berfungsi secara optimal.

Fungsi-fungsi ekologi, ekonomi dan sosial dari hutan akan memberikan peranan nyata

apabila pengelolaan sumberdaya alam berupa hutan seiring dengan upaya pelestarian

guna mewujudkan pembangunan berkelanjutan.

Rusaknya kondisi hutan mengakibatkan keadaan ekonomi masyarakat sekitar

hutan juga akan menurun. Hal ini dapat diakibatkan karena tempat mereka bergantung

hidup, keadaan ekosistemnya sudah rusak sehingga masyarakat tidak dapat lagi

mengambil hasil hutan non kayu, ikan, air, udara yang bersih, dll.
Fungsi Hutan Suaka Margasatwa Sungai Lamandau

a) Pengendali daur dan penyedia air

Hutan dengan penyebarannya yang luas, dengan struktur dan komposisi yang

beragam diharapkan mampu menyediakan manfaat lingkungan yang amat besar bagi

kehidupan manusia antara lain jasa pencegah banjir, erosi dan sedimentasi serta jasa

pengendalian daur air. Akar pohon dapat menahan surface run off (aliran

permukaan), menyimpan air cadangan air sehingga pada musim kemarau, mata air

tidak mengalami kekeringan. Sehingga walaupun musim kemarau masyarakat tidak

mengalami krisis air.

b) Mencegah intrusi air laut ke dalam air tanah dan sungai

Dengan adanya ekosistem hutan yang baik yang terdiri dari pepohonan dan

perakaran yang kuat maka Suaka Margasatwa Sungai Lamandau dapat berfungsi

sebagai pencegah intrusi air laut. Sehingga sumber air bersih tidak tercemar menjadi

asin dan masyarakat hutan dapat memanfatkan sumber air bersih tersebut.

c) Penyerap carbon

Komposisi gas-gas rumah kaca (GRK) utama seperti CO 2 (Karbon dioksida), CH4

(Metan) dan N2O (Nitrous Oksida), HFCs (Hydrofluorocarbons), PFCs

(Perfluorocarbons) and SF6 (Sulphur hexafluoride). Aktifitas-aktifitas yang

menghasilkan GRK diantaranya dari kegiatan perindustrian, penyediaan energi listrik,

transportasi dan hal lain yang bersifat membakar suatu bahan. Sedangkan dari

peristiwa secara alam juga menghasilkan/mengeluarkan GRK seperti dari letusan

gunung berapi, rawa-rawa, kebakaran hutan, peternakan hingga kita bernafaspun


mengeluarkan GRK. Pohon melakukan fotosintesis dengan cara mengubah CO2 dan

H2O menjadi O2 dan dan karbohidrat. Oleh karena itu pohon sangat berfungsi untuk

mengubah CO2 menjadi O2, suatu unsur yang sangat berguna bagi manusia dan

hewan untuk melakukan respirasi.

d) Sebagai pengatur lingkungan (mikro), vegetasi akan menimbulkan hawa

lingkungan setempat menjadi sejuk, nyaman, dan segar. Hal ini dapat mengurangi

dampak dari pemanasan global, yaitu dengan meningkatnya suhu bumi.

e) Pencipta lingkungan hidup (ekologis)

Dengan adanya hutan, makhluk hidup seperti manusia, tumbuhan dan binatang

dapat tetap hidup dalam lingkungan hidup (ekologis) yang baik, yang tidak tercemar

oleh polusi sehingga tetap dapat melangsungkan hidup dan bereproduksi dengan

baik.

f) Penyeimbangan alam (adaphis) merupakan pembentukan tempat-tempat hidup

alam bagi satwa yang hidup di sekitarnya.

g) Perlindungan (protektif), terhadap kondisi fisik alami sekitarnya (angin kencang, terik

matahari, gas atau debu-debu)

Pemanasan global mempengaruhi penipisan ozone antara lain meningkatnya

intensitas sinar ultra violet yang mencapai permukaan bumi menyebabkan gangguan

pada kesehatan, seperti kanker kulit, katarak, penurunan daya tahan tubuh, dll.

Dengan adanya hutan dapat melindungi makhluk hidup yang ada di muka bumi ini

dari sinar matahari langsung.

Upaya-Upaya Pelestarian Kawasan


Dalam rangka memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan SM Sungai

Lamandau maka dilakukan kegiatan rehabilitasi hutan melalui kegiatan :

1. Reboisasi

2. Penghijauan

3. Pemeliharaan

4. Pengayaan Tanaman

5. Penerapan teknik konservasi tanah secara vegetatif dan teknis pada lahan kritis

dan tidak produktif

Ada 3 pokok kegiatan dalam rangka konservasi sumber daya alam hayati dan

ekosistemnya yaitu : Perlindungan,Pengawetan dan Pemanfaatan

Anda mungkin juga menyukai