ZAMRUD SIAK
21022009
STRATEGI PENYELAMATAN DAN MASA DEPAN EKOSISTEM
HUTAN RAWA GAMBUT ZAMRUD SIAK DITENGAH BALADA
KEHANCURAN HUTAN RIAU
Oleh. Mangara Silalahi
(Pemenang Pertama Kategori Umum Penulisan Konservasi dan Masa Depan Hutan Rawa Gambut
Zamrut- Kab. Siak, Kerjasama Pemda Siak dan Kagama Riau, Augustus 2007)
1. PENDAHULUAN
Laju kerusakan hutan di Indonesia rata-rata 2,5 juta ha/tahun, sedangkan Riau memberi
kontribusi rata-rata 150.000 ha pertahun kurun waktu 8 tahun sejak 1998-2006. Laju kerusakan
hutan tersebut tertutama disebabkan oleh penghancuran hutan secara legal maupun illegal.
Saat ini kawasan hutan Riau yang mengalami degradasi yang cukup parah adalah kawasan
hutan rawa gambut dan oleh karena itu akan terjadi kebakaran hutan dan lahan yang hebat
setiap tahunnya. Indonesiapun dituduh sebagai negara perusak hutan tercepat dunia (Green
peace 2007) dan penyumbang emisi no 3 dunia.
Hutan Rawa gambut yang ada di Riau merupakan 56,1 % dari total hutan rawa gambut di
Indonesia ( 18,586 juta ha). Di Kabupaten Siak tepatnya di ekosistem hutan rawa gambut
Zamrut merupakan bagian dari hutan rawa gambut di Riau.
Gbr.1. Kawasan Ekosistem hutan rawa Gambut Zamrut
Ekosiste
m hutan rawa gambut Zamrut adalah kawasan hutan yang terdiri dari Suaka Marga Satwa
(SM) Danau Pulau Besar/ Danau Bawah seluas 28.237.5 ha (berdasarkan analisis citra landsat
TM 2005) dan kawasan penyangganya. Kawasan SM. Danau Pulau Besar/Bawah ditetapkan
berdasarkan SK. Mentan No. 846/Kpts/Um/II/1980 seluas 25.000 Ha), jo SK. Menhutbun No.
668/Kpts-II/1999 Tgl. 26 Agustus 1999. Sedangkan di kawasan penyangga kawasan Zamrut
terdapat HPH yaitu PT. National Timber Products, pemanfaatan HTI yaitu PT. Arara Abadi
Siak, PT. Ekawana Lestari Darma, PT. Balai Kayang Mandiri di Kabupaten Siak, HTI. PT. Putra
Riau Perkasa, HTI. PT RAPP, dan HTI. CV. Bhakti Praja Mulia di Kabupaten Pelalawan.
Secara geografis ekosistem ini berada di Timur Provinsi Riau, tepatnya di
Kabupaten Siak. Kawasan hutan rawa gambut Zamrut berada di antara DAS Kampar dan DAS
Siak, merupakan bagian dari Ekosistem hutan rawa Gambut Semenanjung Kampar, dan relatif
lebih aman karena merupakan kawasan pelestarian alam. Ekosistem ini memiliki dua
keterwakilan tipe habitat yang berbeda yaitu hutan rawa gambut dan hutan rawa air tawar.
Terdapat flora fauna yang memiliki tingkat biodiversiti yang tinggi dan diantaranya
terancam punah dan dilindungi. Dengan berdasarkan berbagai penelitian dari para pakar yang
meneliti habitat ekosistem Hutan rawa Gambut Semenanjung Kampar yang memiliki tipe dan
habitat yang sama dengan ekosistem Zamrut disimpulkan terdapat berbagai flora dengan
dominasi kayu Meranti (Shorea sp), Kempas (Koompassia malacensis Maig), Bitangur
(Galophyllum spp), balam (palagium sp), resak (Vatica wallichii), Punak (Tetrameristaglabra
miq), Perupuk (Solenuspermun javanicus), Nipah (Nypa fruction), Rengas (Gluta rengas),
Pandan (Pandanus sp), sagu hutan (Metroxylon sagu), dll. Hal ini menunjukkan bahwa
kawasan ini masih relatif baik (Unit KSDA Riau, 2000; Tjut Johan Sugandawati et all, 2005,
Percakapan pribadi Jonotoro, 2006). Beberapa jenis diantaranya dilindungi menurut IUCN,
CITES dan Undang-Undang Pemerintah RI seperti sebagai berikut:
Tabel 1. Daftar Jenis Flora Dilindungi di kawasan Zamrut
Pemanfaatan Langsung
Pengaturan Hidrologi
Keanekaragaman hayati
Stabilisasi iklim
Sumber; Presentasi Wetland International 2007 dalam Seminar Penyelamatan ekosistem Hutan Rawa
Gambut Semenjanjung Kampar.
1. Ancaman terhadap kestabilan hidrologi kawasan dan sifat hydrophobicityyang ada pada
lahan gambut: sumber ancaman pembuatan kanal oleh perusahaan HTI dan HPH.
Dampaknya: kanal akan mengeringkan lahan gambut sehingga fungsi reservoar air akan
terganggu. Gambut tidak dapat menyerap air selama musim hujan dan melepas air selama
musim kering, Pada kondisi lahan gambut kering ancaman lainnya adalah intrusi air laut
terutama di wilayah pesisir Kampar. Konversi hutan di lahan gambut untuk Akasia akan
mengganggu sumber cadangan air tawar dimasa depan.
4. Konflik antara satwa khususnya harimau dan manusia akan terjadi karena terbatasnya
luasan dan habitat serta mangsa harimau sumatera.
2. Kontroversi RTRWP (Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi) dan RTRK (Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten) tidak selaras dan tidak terpadunya RTRW.
3. Menurunnya spesies kunci: apabila kawasan ekosistem Zamrut hanya seluas 28.237,5
ha, dan tidak ada koridor atau hutan alam lainnya terselamatkan dapat dipastikan jenis dan
spesies kunci ini akan punah
4. Ancaman dari zat peracun tanaman (Pyrite): Lahan gambut yang mencapai subsident
akibat reklamasi lahan akan meningkatkan unsurPyrite di lahan gambut. Pyrite ini bersifat
racun bagi tanaman dan menimbulkan hama bagi petani. Selain itu, pyrite yang keluar ke
sungai-sungai berdampak pada menurunnya hasil tangkapan ikan bagi penduduk di
sekitarnya.
6. IDENTIFIKASI STAKEHOLDER
Yang dimaksud stakeholder disini adalah para pihak yang berkepentingan terhadap
kawasan Zamrut baik secara langsung maupun tidak langsung. Stakeholder langsung
adalah Pemerintah (pusat, provinsi dan kabupaten), Swasta (seperti perusahaan HPH,
perushaaan HTI bahkan perusahaan perkebunan), Masyarakat dan Perguruan tinggi karena
kepentingan pengelolaan, pemanfaatan dan penelitian. Sedangkan stakeholder tidak langsung
terdiri LSM, Legislatif, dan Media Massa karena terkait dengan upaya pengelolaan dan
penyelamatan kawasan ekosistem hutan rawa gambut Zamrut. Semua stakeholder harusnya
saling bersinergi dan memberi perannannya dalam penyelamatan kawasan tersebut.
Goal Penyelamatan :
Pengelolaan Ekosistem Hutan Rawa Gambut Zamrut (TN Zamrut dan daerah
penyangganya) secara yang terpadu dan berkelanjutan
Objektif Penyelamatan ::
Peningkatan status SM Danau Besar Pulau Bawah menjadi Taman
Nasional Zamrut
Usulan Perluasan Taman Nasional Zambut dan Koridor penguhubugn
(biologi)
Pengelolaan berkelanjutan yang mendukung kawasan konservasi secara
kolaboratif
Untuk mencapai goal dan objective tersebut di atas, beberapa strategiyang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut:
5. Menjadi lead local ekspert program Teresterian Bukit Tigapuluh Kerjasama Kerajaan
Norwegia dan Kementerian Lingkungan Hidup RI
7. Ekspert HCVF (High Conservation Value Forest pada WWF Indonesia dan IPB)
Daftar Pustaka