Anda di halaman 1dari 5

ONE VILLAGE ONE PRODUCT (OVOP) DALAM UPAYA

BRANDING PRODUK IKM DI INDONESIA


Oleh : Khairul Afdhil

Pembinaan Industri Kecil Menengah (IKM) di Indonesia merupakan salah


satu tugas dari Kementerian Perindustraian. Industri Kecil Menengah di Indonesia
terdiri dari berbagai komoditi, namun hingga saat ini IKM belum menemukan cara
yang tepat untuk memasarkan produknya agar penjualan bisa rutin setiap hari.
Pemasaran yang dilakukan masih dilakukan secara konvensional dengan
melakukan penjualan dari mulut ke mulut atau menawarkan produk yang dijual
berdasarkan kunjungan konsumen ke galeri yang ada pada IKM , tentunya masih
banyak yang bersifat pasif. Oleh karena itu peran pemerintah untuk pemberdayaan
ekonomi masyarakat pedesaan sangat di harapkan agar produk yang ada pada suatu
desa bisa menembus pasar nasional dan pasar global. Selaras dengan tujuan tersebut
Kementerian Perindustrian meluncurkan program One Village One Product
(OVOP).

Konsep One Village One Product (OVOP) adalah pendekatan


pengembangan potensi daerah untuk menghasilkan satu produk kelas global yang
unik khas daerah yang biasa di sebut dengan kearifan lokal dengan memanfatkan
sumber daya lokal. Satu desa atau kelurahan sebagaimana dimaksud dapat diperluas
menjadi kecamatan, kabupaten/kota, maupun kesatuan wilayah lainnya sesuai
dengan potensi dan skala usaha secara ekonomis. Dengan program OVOP ini
diharapkan produk unggulan tersebut dapat menembus pasar lokal, nasional
maupun global dan tampilan produk yang menarik dan unik terutama berbasis
kearifan lokal dari daerah atau desa tersebut untuk dapat dipromosikan kepada
masyarakat nasional dan internasional secara luas. Konsep One Village One
Product (OVOP) pada dasarnya merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan program
pengembangan kompetensi inti industri daerah sebagai suatu pendekatan
pengembangan potensi daerah (regional development) di satu wilayah dalam
mendorong pengembangan suatu produk kelas global yang unik khas daerah
memanfaatkan sumber daya dan budaya lokal. Strategi Kementerian Perindustrian
dalam pengembangan IKM dengan pendekatan OVOP ini dilakukan melalui
kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah sektor swasta dan
masyarakat local. Pemanfaatan pengetahuan, tenaga kerja dan sumber daya lokal
lainnya yang memiliki keunikan khas daerah, Perbaikan mutu dan penampilan
produk dan Promosi dan pemasaran pada tingkat nasional dan global.

Produk IKM berbasis kearifan local di Indonesia lebih banyak dihasilkan


oleh usaha berskala kecil yang biasa di sebut dengan Industri Kecil Menengah
(IKM), Dimana IKM dapat diandalkan sebagai penyangga perekonomian nasional.
Menurut Tambunan (2002) menyatakan, pengembangan dan pertumbuhan IKM
merupakan salah satu motor penggerak yang krusial bagi pembangunan ekonomi di
banyak negara di dunia.

Dalam sepuluh tahun terakhir, Ovop terus dikembangkan hampir seluruh


negara di dunia, dan produk-produknya mendapat respon cukup besar dari buyers
di setiap negara. Konsep Ovop sendiri adalah mengutamakan produk unik yang
terdapat pada daerah, bahkan produk tersebut menjadi ikon atau lambang daerah
tersebut. Keunikan tersebut menyangkut kultur budaya, lingkungan, bahan baku,
pengerjaan, dan proses produksinya. Jadi produk Ovop adalah produk suatu daerah
dengan keunikan yang tidak dimiliki daerah lain. Karena keunikannya dan proses
produksinya yang langka, sehingga akan memberikan nilai tambah produk tersebut.
Selanjutnya daerah Ovop menjadi menarik, dan bisa dijadikan tujuan wisata bagi
turis asing. Tentu ini menjadi peluang bisnis baru, yang juga akan memberikan
kontribusi bagi daerah tersebut.

Dalam mewujudkan industrialisasi desa Kementerian Perindustrian


melaksanakan program peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan
meningkatkan pendapatan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan usaha produktif.
Salah satu kegiatan tersebut dilakukan dengan meningkatkan nilai produk-produk
unggulan daerah yang memiliki peluang pasar di pasar domestik maupun ekspor.
Program tersebut adalah program One Village One Product (OVOP) yang
dikeluarkan melalui Permenperin Nomor 14 Tahun 2021 tentang Pengembangan
IKM di Sentra IKM Melalui OVOP, menggantikan Permenperin Nomor 78/M-
IND/PER/9/2007 tentang Peningkatan Efektivitas Pengembangan Industri Kecil
dan Menengah Melalui Pendekatan Satu Desa Satu Produk (One Village One
Product-OVOP) di Sentra. Sasaran utama program OVOP adalah memberikan
kesejahteraan masyarakat Indonesia khususnya bagi mereka yang berada
dipedesaan maupun daerah. Perubahan yang terjadi dari dua peraturan mentri
tersebut adalah : IKM OVOP wajib berada di Sentra IKM, pengelola program
OVOP terpusat oleh Kelompok Kerja OVOP yang ditetapkan Menteri
Perindustrian, peran Dinas Provinsi pengusul sebagai anggota Tim Seleksi,
pengusulan IKM OVOP dilakukan langsung oleh Dinas Kab/Kota ke Pusat, dengan
ditembuskan ke Provinsi secara daring melalui website OVOP, tahapan terdiri dari
Pengusulan (Kab/Kota), Seleksi (Tim Sekretariat dan Tim Seleksi), Penetapan dan
Pemberian Penghargaan (SK Menteri Perindustrian), dan Pembinaan. IKM OVOP
yang telah mendapatkan Penghargaan dievaluasi dan hasilnya dijadikan basis
penilaian periode berikutnya tanpa melalui tahapan pengusulan kembali.

Ruang lingkup IKM yang termasuk dalam pembinaan IKM OVOP


berdasarkan Permenperin Nomor 14 Tahun 2021 adalah terdiri dari 5(lima)
komoditi yaitu: makanan dan minuman, kain tenun, kain batik, anyaman dan
gerabah. Untuk pemasaran berkelanjutan maka kriteria IKM OVOP yang di
perhatikan adalah produk yang di kembangkan dan dilakukan pembinaan
merupakan produk unggulan daerah, berbahan baku local, memiliki keuinikan
kearifan local dari daerah tersebut antara lain motif, desain produk, Teknik
pembuatan, keterampilan dan bahan baku,. Disamping itu produk harus berkualitas
serta di produksi secara berkesinambungan serta memiliki pasar baik local (pasar
daerah sekitar) , domestik maupun global.

Dalam konsep Ovop ini, dimana suatu daerah menetapkan satu produk yang
memiliki keunikan untuk dikembangkan sehingga akan memberikan nilai tambah
pada produk tersebut. Yang selanjutnya akan memberikan kontribusi pendapatan
cukup besar bagi daerah tersebut, karena produknya memiliki keunggulan dan
masuk di pasar internasional.

Setelah pengusulan oleh dinas kabupaten/kota terhadap IKM yang berasa di


sentra kemudian akan dilakukan verifikasi dan pembahasan terkait usulan tersebut,
setelah itu akan ada verifikasi lapangan yang di lakukan oleh tim yang di tunjuk
berdasarkan SK Menteri Perindustrian untuk melakukan verifikasi lapangan serta
melakukan penilaian terhadap dokumen yang ada di IKM kemudian dilakukan rapat
pleno untuk penentuan apakah IKM tersebut memenuhin kriteria IKM OVOP
Kemenperin. Selanjutnya untuk IKM yang berpredikat bintang satu dan bintang dua
kewenangan pembinaan di pegang oleh pemerintah daerah namun untuk IKM
dengan kategori bintang tiga pembinaan diambil alih oleh kementerian
Perindustrian. Benefit yang didapat oleh IKM yang memenuhi kriteria IKM OVOP
nantinya IKM tersebut akan di lakukan pembinaan terkait aspek teknis, bahan baku,
preparasi produksi, pelatihan pemasaran sampai di ikutkan pameran baik di skala
nasional maupun di luar negeri.

Kedepannya konsep OVOP ini akan terus di evaluasi sehingga IKM OVOP
terus berkembang baik dari segi aspek produk, kualitas, kuantitas produksi,
pemasaran yang berkesinambungan diman metode pemasaran bisa mengikuti
perkembangan zaman. Konseps yang ditekankan dalam program ini juga bertujuan
untuk mengatasi masalah depopulasi yang disebabkan generasi muda yang
meninggalkan daerah asalnya dan menyebabkan lesunya industri setempat.
Disamping itu pengendalian lingkungan dalam aspek produksi produk juga sangat
diperhatikan , jika produk memiliki dampak pada lingkungan dan IKM itu sendiri
melakukan pengendalian terhadap dampak lingkungan maka hal tersebut menjadi
poin plus dalam penilaian.

Setelah dilakukan evaluasi dan penbinaan IKM yang memenuhi kriteria


IKM OVOP Kemenperin diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masarakat
sentra di pedesaan/kelurahan. IKM binaan bisa mencantumkan logo OVOP pada
produk yang menjadi nilai tambah pada saat pemasaran. Kemudian Kemenperin
juga gencar melakukan promosi untuk mengenakkan produk OVOP melalui
website resmi dan pada event resmi yang di ikuti Kemenperin. Kedepan nya peran
serta dan kolaborasi antara Kemenperin dan Pemerintah daerah perlu di tingkatkan
untuk memunculkan produk-produk spesifik daerah tertentu yang bisa menjadi
unggulan yang di terima dunia Global.
Referensi :

Ita Rakhmawati (2019). Pemberdayaan UMKM Berbasis “One Village One


Product OVOP)” Sebagai Gerakan Ekonomi Kerakyatan Pada Industri
Logam di Desa Hadipolo Kudus

Ratmono,Nedi Hendri, Yateno. (2016). Pendekatan Ovop Sebagai Program


Pengembangan Produk Unggulan Wilayah Kota Provinsi Lampung

Aris Wahyudi. (2016). Efektivitas dan Efisiensi Implementasi OVOP dalam


Pengembangan IKM Gerabah di Kasongan

Rosmalida Novia Adriani (2019). Implementasi Program One Village One Product
(Ovop) Pada Koperasi Paguyuban Tenun Troso Kabupaten Jepara.

Anda mungkin juga menyukai