PENYUSUNAN
PENYUSUNAN ZONASI KAWASAN KARST
DI PROVINSI PAPUA BARAT
Halaman - 1
Kerangka Acuan Kerja
Penyusunan Zonasi Kawasan Karst di Provinsi Papua Barat
1. LATAR BELAKANG
Sesuai dengan amanah Undang-undang nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang yang menggariskan bahwa pemanfaatan ruang harus memperhatikan daya dukung
lahan, keseimbangan, keserasian dan keterpaduan. Seiring dengan penggunaan ruang yang
semakin padat, sedangkan ruang yang tersedia terbatas, maka diperlukan pengaturan
pemanfaatan ruang sesuai penggunaannya dengan memperhatikan daya dukung dan daya
tampung lahan.
Kawasan karst merupakan suatu kawasan dengan karakteristik khas akibat proses
solusional, sehingga terbentuk adanya cekungan, lembah, dan lorong-lorong sebagai sistem
aliran bawah tanah. Kawasan karst memiliki keunikan yang dapat dilihat dari kenampakan
fisik maupun kehidupan manusianya. Keunikan tersebut dapat dilihat dari bentang alam
yang berbeda dengan daerah lainnya. Namun saat ini kawasan karst terancam oleh adanya
kegiatan manusia yang tidak memperhatikan kelestariannya.
Manusia telah lama menghuni dan menggantungkan hidupnya pada kawasan karst.
Kawasan yang sebagian besar gersang berbatu tidak dapat dipungkiri menyimpan
sumberdaya yang bernilai tinggi yang jarang dan bahkan tidak ditemukan di kawasan lain.
Nilai ekonomis kawasan karst antara lain sebagai lahan budidaya pertanian, sumber air
bersih, obyek wisata, tambang, dan hutan. Ekploitasi telah dilakukan sejak manusia
menghuni kawasan karst dan menghasilkan kerusakan terutama oleh kegiatan
penggundulan hutan dan pertambangan (Eko Haryono, 2001: 1).
Di Indonesia, kawasan karst juga cenderung mengalami degradasi dari waktu ke
waktu akibat proses antropogenik. Kawasan karst mempunyai berbagai fungsi bagi
kehidupan manusia dan bagi kelestarian lingkungan, yang keduanya sering menimbulkan
konflik kepentingan. Dalam jangka panjang kawasan ini terus mengalami gangguan oleh
eksploitasi untuk kepentingan ekonomi, sehingga perlu usaha untuk melindungi demi
kelestarian fungsi kawasan karst itu sendiri (Sutikno, 1997: 1).
Benturan antara kepentingan ekonomi dengan konservasi lingkungan pada kawasan
karst tidak lain disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat maupun informasi
yang komprehensif mengenai kawasan ini
(Eko Haryono, 2000: 2). Kawasan karst sebagai sumberdaya yang potensial untuk
mendukung kehidupan di satu sisi memiliki kekayaan potensi dan sumberdaya yang
berlimpah akan tetapi di sisi lain sangat rentan terhadap resiko kerusakan lingkungan.
Sebelum kemerosotan fungsi kawasan karst mencapai titik paling rendah perlu dicari
alternatif untuk mencegahnya, sehingga fungsi kawasan karst secara ekologi-sosial-
ekonomi-kultural dan saintifik dapat dipertahankan. Pemilihan alternatif untuk melindungi
Halaman - 2
Kerangka Acuan Kerja
Penyusunan Zonasi Kawasan Karst di Provinsi Papua Barat
fungsi kawasan karst perlu mendasarkan pada karakteristik kawasan karst dan potensinya
(Sutikno dan Eko Haryono, 2000: 1).
Kawasan karst sering terkesan hanya sebagai lahan gersang dan berbatu, sehingga
tidaklah mengherankan kalau batulah yang dianggap sebagai potensi yang menggiurkan
dari kawasan karst (Eko Haryono, 2001:13). Padahal, disisi lain kawasan karst merupakan
ekosistem yang unik dan kaya ditinjau dari aspek fisik, biotik, dan sosial masyarakatnya
(Suratman Worosuprojo, 2000: 1). Keunikan ini tentunya menyimpan potensi tersendiri yang
dapat dikembangkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat sekaligus
pelestarian kawasan karst itu sendiri.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup bahwa dalam mengupayakan perbaikan kualitas rencana tata
ruang, maka penyusunan Zonasi Kawasan Karst di Provinsi Papua Barat merupakan salah
satu alat bantu yang berupaya memperbaiki kerangka pikir [framework of thinking]
perencanaan tata ruang wilayah untuk mengatasi persoalan Kawasan Karst di Provinsi
Papua Barat.
Untuk menindaklanjuti produk – produk Rencana tata ruang serta mendesak dan
urgennya kebutuhanakan Perencanaan dan pengendalian pemanfaatan ruang, maka Pada
Tahun 2021 ini Pemerintah Provinsi Papua Barat melalui bidang penataan ruang Dinas
Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat melakukan penyusunan zonasi kawasan karst di
Provinsi Papua Barat.
Halaman - 3
Kerangka Acuan Kerja
Penyusunan Zonasi Kawasan Karst di Provinsi Papua Barat
3. SASARAN
Sasaran yang ingin dicapai dalam kegiatan penyusunan Zonasi Kawasan Karst di
Provinsi Papua Barat ini adalah:
a) Teridentifikasinya karakteristik, potensi dan masalah kawasan Karst dari sisi fisik
lingkungan, sosial budaya, ekonomi, politik, teknologi serta pengelolaan kawasan;
b) Teridentifikasinya kebutuhan pembangunan yang selaras dengan daya dukung dan
kecocokan lahan dengan karakteristik Kawasan Karst;
c) Tersusunnya rencana Zonasi Kawasan Karst.
B. Lingkup Kegiatan
Ruang Lingkup penyusunan zonasi kawasan karst yang disusun direncanakan
memuat kajian lingkungan, diantaranya:
1) Melakukan kajian kebijakan terkait kewilayahan yang mempengaruhi pemanfaatan
kawasan Karst;
2) Melakukan delineasi kawasan perencanaan yang meliputi:
Zona inti merupakan area pelindungan utama untuk menjaga bagian dari Kawasan
Karst yang merupakan kawasan yang ditetapkan sebagai fungsi lindung.
Zona penyangga merupakan area yang melindungi Zona Inti.
Zona pengembangan merupakan area yang diperuntukan bagi pengembangan
potensi kawasan karst.
Zona penunjang merupakan area yang diperuntukkan bagi penempatan sarana dan
prasarana penunjang untuk mendukung kegiatan budidaya.
3) Mengidentifikasinya karakteristik, potensi dan masalah kawasan Karst dari sisi fisik
lingkungan, sosial budaya, ekonomi, politik, teknologi serta pengelolaan kawasan;
4) Mengidentifikasinya kebutuhan pembangunan yang selaras dengan daya dukung dan
kecocokan lahan dengan karakteristik Karst;
5) Perumusan tujuan, kebijakan, dan strategi yang didasarkan pada:
Kebijakan yang ada di atasnya dan arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Papua Barat.
Halaman - 4
Kerangka Acuan Kerja
Penyusunan Zonasi Kawasan Karst di Provinsi Papua Barat
Isu strategis kawasan, yang antara lain dapat berupa potensi, masalah, dan urgensi
penanganan; dan
Karakteristik kawasan.
6) Menyusun Rencana Pemanfaatan Ruang Kawasan yang didasarkan pada:
Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dalam kawasan karst; dan
Perkiraan kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan
pelestarian fungsi lingkungan.
Rencana zonasi Kawasan Karst Provinsi Papua Barat terdiri atas: (a) Zona lindung
(inti), (b) Zona penyangga, dan (c) Zona pengembangan
7) Menyusun Rencana Jaringan Prasarana Materi rencana jaringan prasarana meliputi:
Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan.
Rencana Pengembangan Jaringan Energi/Kelistrikan
Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum
Rencana Pengembangan Jaringan Drainase
Rencana Pengembangan Jaringan Air Limbah
Rencana Pengembangan Prasarana Lainnya
8) Menyusun rencana pengelolaan kawasan Karst dalam zona inti, zona penyangga, zona
pengembangan, dan zona penunjang/servis.
9) Menetapkan Ketentuan Arahan Pemanfaatan Ruang, difokuskan pada perwujudan
kelestarian kawasan dan/atau objek budaya.
Program dalam ketentuan pemanfaatan ruang meliputi:
Program Pemanfaatan Ruang Prioritas
Lokasi
Besaran merupakan perkiraan jumlah satuan masing-masing usulan program
prioritas pengembangan wilayah yang akan dilaksanakan.
Sumber Pendanaan
Instansi Pelaksana
Waktu dan Tahapan Pelaksanaan
10) Menyusun ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang/zonasi pemanfaatkan ruang.
5. DASAR HUKUM
Adapun dasar hukum dalam kegiatan penyusunan Zonasi Kawasan Karst di Provinsi
Papua Barat ini adalah:
1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- pokok Agraria;
Halaman - 5
Kerangka Acuan Kerja
Penyusunan Zonasi Kawasan Karst di Provinsi Papua Barat
2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya;
3) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
4) Undang-Undang Nomor 20 tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan;
5) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
6) Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
7) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;
8) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
9) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;
10) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan;
11) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
12) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Benda Cagar Budaya;
13) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lahan Pertanian
Tanaman Pangan Berkelanjutan;
14) Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman;
15) Undang-undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial;
16) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
17) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
18) Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai;
19) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah;
20) Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 2006 tentang Jalan;
21) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan;
22) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional;
23) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang;
24) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan;
25) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana Tata
Ruang;
26) Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2014 tentang Tata Cara Peran Serta Masyarakat
Dalam Penataan Ruang Daerah;
27) Peraturan Pemerintah Nomor 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan Sumber Daya Air;
Halaman - 6
Kerangka Acuan Kerja
Penyusunan Zonasi Kawasan Karst di Provinsi Papua Barat
28) Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
29) Peraturan Pemerintah No 16 Tahun 2004 tentang Penggunaan Tanah;
30) Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;
31) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63/PRT/1993, tentang Garis Sempadan
Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Pengawasan Sungai dan Bebas Sungai;
32) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2009 tentang
Pemanfaatan Air Hujan;
33) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Tahun 2010 tentang Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup dan Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup;
34) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor:
P.21/MenLHK-II/2015 tentang Penatausahaan Hasil Hutan yang Berasal dari Hutan
Hak;
7. SUMBER PENDANAAN
Seluruh kegiatan penyusunan Zonasi Kawasan Karst di Provinsi Papua Barat di
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Papua Barat
Tahun Anggaran 2020.
8. KELUARAN
1. Hasil yang diharapkan dari penerapan penyusunan zonasi kawasan karst adalah
tersusunnya laporan zonasi yang memuat rekomendasi mitigasi dampak negatif
kebijakan dan/atau rencana pembangunan terhadap lingkungan hidup disertai dengan
serta kajian daya dukung dan daya tampung SDA yang dilengkapi dengan data hasil
identifikasi dan inventarisasi sumber pencemar air, tanah dan udara. Laporan
penyusunan zonasi kawasan karst di Provinsi papua Barat bersifat interaktif yang dapat
dan bahkan perlu dimutakhirkan oleh SKPD terkait.
2. Laporan penyusunan zonasi kawasan karst di Provinsi papua Barat ini diharapkan
bermanfaat bagi penyusunan Rencana Tata Ruang Daerah ataupun Rencana
Halaman - 7
Kerangka Acuan Kerja
Penyusunan Zonasi Kawasan Karst di Provinsi Papua Barat
Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Daerah berikutnya agar sesuai dengan
prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan.
3. Dokumen-dokumen perencanaan dan lingkungan seperti halnya tata ruang, rencana
pembangunan dan status lingkungan hidup merupakan referensi utama yang dapat
dijadikan baseline bagi analisis zonasi kawasan karst di Provinsi papua Barat ini.
4. Output yang diharapkan dari kegiatan Penyusunan zonasi kawasan karst di Provinsi
papua Barat adalah tersusunnya dokumen zonasi kawasan karst yang didukung dengan
data keruangan mengenai identifikasi kemampuan dan daya dukung lingkungan hidup.
a) Teridentifikasinya kebutuhan pembangunan yang selaras dengan daya dukung dan
kecocokan lahan dengan karakteristik Kawasan Karst;
b) Tersusunnya rencana umum pemanfaatan ruang di Kawasan Karst di dalam zona
inti, zona penyangga, zona pengembangan, dan zona penunjang/servis.
c) Tersusunnya rencana pengelolaan Kawasan Karst dalam zona inti, zona penyangga,
zona pengembangan, dan zona penunjang/servis.
d) Tersusunnya arahan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendalian pemanfaatan
ruang di Kawasan Karst dalam zona inti, zona penyangga, zona pengembangan, dan
zona penunjang/servis.
5. Sedangkan outcome yang diharapkan dari kegiatan penyusunan penyusunan zonasi
kawasan karst di Provinsi papua Barat adalah :
a. Tersedianya bahan/pedoman untuk penyusunan kebijakan, strategi dan program
pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan di wilayah studi;
b. Diperolehnya informasi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan
evaluasi dan validasi terhadap kebijakan tata ruang dan pengelolaan lingkungan
hidup dalam hal ini kawasan kars.
Halaman - 8
Kerangka Acuan Kerja
Penyusunan Zonasi Kawasan Karst di Provinsi Papua Barat
Halaman - 9
Kerangka Acuan Kerja
Penyusunan Zonasi Kawasan Karst di Provinsi Papua Barat
semua personil yang terlibat dalam pekerjaan pemetaan, pengumpulan dan pengolahan
data yang akurat dan layak yang berhubungan dengan aspek kajian ekonomi wilayah,
memeriksa dan menganalisa data lapangan, turut memeriksa data hasil kajian ekonomi
wilayah, membantu penyusunan substansi pelaporan sesuai dengan bidang keahliannya
dan mampu mempresentasikan hasil pekerjaan yang menjadi ketugasannya.
E. Ahli Perencanaan Wilayah dan kota yaitu tenaga ahli dengan latar belakang
pendidikan formal minimal S1/S2-Perencanaan Wilayah Kota dan Wilayah atau Teknik
Planologi memiliki pengalaman kerja di bidangnya minimal 5 tahun (S1) atau 3 tahun
(S2). Tugas dan tanggung jawab Ahli Perencanaan Wilayah dan kota adalah : mengatur
semua personil yang terlibat dalam pekerjaan pemetaan, pengumpulan dan pengolahan
data yang akurat dan layak yang berhubungan dengan aspek pemetaan, memeriksa dan
menganalisa data lapangan, turut memeriksa data hasil kajian pengembangan wilayah
dan zonasi kawasan, membantu penyusunan substansi pelaporan sesuai dengan bidang
keahliannya dan mampu mempresentasikan hasil pekerjaan yang menjadi ketugasannya.
Halaman - 10
Kerangka Acuan Kerja
Penyusunan Zonasi Kawasan Karst di Provinsi Papua Barat
pemanfaatan sumber daya alam dalam wilayah studi yang merupakan bahan
Penyusunan Zonasi Kawasan Karst di Provinsi papua Barat.
Laporan dajikan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
Pengetikan 1,5 spasi dengan kertas HVS polos warnaputih;
Kulit buku bergambar foto lokasi perencanaan dengan tulisan huruf yang
disesuaikan;
Ukuran kertas A4;
Jumlah buku 10 (sepuluh) eksemplar.
b. Laporan Antara, yaitu laporan yang berisi hasil observasi, analisis spasial dan diskriptif
sebagai hasil dari pelaksanaan kegiatan yang akan menjadi bahan Penyusunan Zonasi
Kawasan Karst di Provinsi papua Barat.
Laporan disajikan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
Pengetikan 1,5 spasi dengan kertas HVS polos warna putih;
Kulit buku bergambar foto lokasi perencanaan dengan tulisan huruf yang
disesuaikan;
Ukuran kertas A4;
Jumlah buku 10 (sepuluh) eksemplar.
c. Draft Laporan Akhir, yaitu laporan yang merupakan penyempurnaan dari laporan
Fakta Dan Analisa, yang memuat rancangan kebijakan dan strategi pembangunan
daerah, sasaran, rencana zonasi Kawasan Karst di Provinsi papua Barat.
Laporan disajikan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
Pengetikan 1,5 spasi dengan kertas HVS polos warna putih;
Kulit buku bergambar foto lokasi perencanaan dengan tulisan huruf yang
disesuaikan;
Ukuran kertas A4;
Jumlah buku 10 (sepuluh) eksemplar.
d. Laporan Akhir, yaitu laporan yang merupakan penyempurnaan dari draft laporan akhir,
yang memuat rancangan kebijakan dan strategi pembangunan daerah, sasaran, rencana
zonasi Kawasan Karst di Provinsi papua Barat.
Laporan disajikan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
Pengetikan 1,5 spasi dengan kertas HVS polos warna putih;
Kulit buku bergambar foto lokasi perencanaan dengan tulisan huruf yang
disesuaikan;
Ukuran kertas A4;
Jumlah buku 10 (sepuluh) eksemplar.
Halaman - 11
Kerangka Acuan Kerja
Penyusunan Zonasi Kawasan Karst di Provinsi Papua Barat
e. Album Peta, yaitu Bermaterikan seluruh hasil peta-peta dalam penyusunan rencana
zonasi Kawasan Karst di Provinsi papua Barat yang dicetak dalam kertas A3 sebanyak 5
(lima) eksemplar.
f. Soft Copy, Seluruh data hasil akhir pelaksanaan pekerjaan ini (dokumen hasil
penulisan/laporan, gambar, peta, dokumentasi) disusun dalam bentuk perangkat lunak
dengan media CD sebanyak 5 (lima) copy.
Halaman - 12
Kerangka Acuan Kerja
Penyusunan Zonasi Kawasan Karst di Provinsi Papua Barat
12. PENUTUP
1) Konsultan setelah manerima pengarahan penugasan dan semua bahan masukan,
hendaknya memeriksa dan memproses semua bahan yang ada serta mencari bahan
masukan lain yang dibutuhkan untuk pekerjaan perencanaan ini.
2) Untuk kesempurnaan pekerjaan perencanaan tersebut diatas Konsultan diminta
mempelajari segala informasi dan ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan
pekerjaan perencanaan dimaksud.
Demikian Kerangka Acuan Kerja/Term Of Refference ini dibuat untuk dapat
dipergunakan sebagai acuan pelaksanaan pekerjaan.
Halaman - 13