Anda di halaman 1dari 66

Penyusunan

Rencana Tata Ruang (RTR)


Kawasan Strategis Provinsi (KSP)
Pegunungan Meratus

PEMBAHASAN
LAPORAN PENDAHULUAN
Banjarmasin, 31 Juli 2019

Penyaji:
Dr. Ir. Firmansyah, MT.
(Ahli Perencanaan Wilayah / Team Leader)

DINAS PEKERJAAN UMUM & PENATAAN RUANG


PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
TAHUN 2019
A

B
Pendahuluan

Tinjauan Teoritis
Outline
Pembahasan
Tinjauan Kebijakan Rencana Tata Ruang &
C
Pembangunan Terkait
D Gambaran Umum Wilayah

E Pendekatan & Metodologi

F Program & Rencana Kerja

G Kajian Awal KSP Pegunungan Meratus


A PENDAHULUAN
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) PEGUNUNGAN MERATUS
1 Latar Belakang
KAWASAN STRATEGIS PROVINSI
A. KAWASAN STRATEGIS DARI SUDUT KEPENTINGAN PERTUMBUHAN EKONOMI
1. Kawasan Perkotaan Banjarbakula
2. Kawasan Rawa Batang Banyu
3. Kawasan Industri Batulicin dan sekitarnya
Perda No. 9 Tahun 2015 tentang 4. Kawasan Industri Kotabaru dan sekitarnya
Rencana Tata Ruang Wilayah 5. Kawasan Industri Jorong dan sekitarnya
B. KAWASAN STRATEGIS DARI SUDUT KEPENTINGAN FUNGSI & DAYA DUKUNG
(RTRW) Provinsi Kalimantan Selatan LINGKUNGAN HIDUP
Tahun 2015-2035 1. KAWASAN PEGUNUNGAN MERATUS
2. Kawasan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
C. KAWASAN STRATEGIS DARI SUDUT KEPENTINGAN PERTAHANAN &
KEAMANAN NEGARA
1. Kawasan tertentu di sepanjang sungai, pesisir pantai, laut dan pulau-pulau kecil
2. Kawasan tertentu di Pegunungan Meratus

PELUANG/TANTANGAN ANCAMAN/KELEMAHAN
1. Pegunungan Meratus sebagian besarnya merupakan kawasan hutan lindung 1. Terjadi konflik kepentingan antara usaha pertambangan (batubara, emas)
seluas kurang lebih 524.054 Hektar dengan ekosistem lingkungan, sehingga mengganggu keberlangsungan
2. Kawasan Hutan Pegunungan Meratus Lhoksado di Kabupaten Hulu Sungai kesejahteraan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat.
Selatan ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) 2. Konversi Iahan hutan lindung, hutan produksi terbatas, hutan konversi,
3. Pada Pegunungan Meratus, terdapat banyak potensi alam yang dapat perkebunan, kurang memperhitungkan keseimbangan lingkungan sehingga
dikembangkan menjadi kawasan tujuan wisata terlihat banyak ruang yang rusak
4. Kawasan Pegunungan Meratus ditetapkan sebagai Kawasan Geopark Nasional 3. Konflik kepentingan antara Wilayah Adat Dayak dengan pertambangan batu
5. Kawasan Pegunungan Meratus memiliki Keanekaragaman Hayati tinggi bara dan perkebunan sawit.

Sesuai amanat UU No. 26 Tahun 2007 pasal 14, perlu disusun


Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi sebagai bentuk
operasionalisasi dari RTRW Provinsi Kalimantan Selatan
Tahun 2015-2035

Permen ATR-BPN No. 37 Tahun 2016


RTR Kawasan Strategis Provinsi merupakan rencana rinci tata ruang dari
RTRW Provinsi yang berfungsi sebagai acuan untuk mengembangkan,
melestarikan, melindungi, dan/atau mengoordinasikan keterpaduan
pembangunan nilai strategis kawasan dalam mewujudkan ruang yang aman,
nyaman, produktif, terintegrasi dan berkelanjutan
2 Maksud, Tujuan & Sasaran
MAKSUD
Menyiapkan dokumen perencanaan spasial yang
dapat dijadikan sebagai acuan pedoman
perencanaan pembangunan kawasan di dalam
KSP Pegunungan Meratus hinga 20 (dua puluh)

TUJUAN
tahun kedepan guna menjamin perwujudan ruang
wilayah yang melindungi dan menjaga kelestarian
lingkungan. 1. Melakukan analisis terhadap kebijakan dan aspek kewilayahan yang ada di KSP
Pegunungan Meratus dan Sekitarnya;
2. Merumuskan tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang KSP Pegunungan Meratus;
3. Merumuskan acuan dalam pengembangan struktur ruang KSP Pegunungan Meratus;
4. Merumuskan acuan dalam pengembangan pola ruang KSP Pegunungan Meratus;
5. Merumuskan arahan pemanfaatan ruang KSP Pegunungan Meratus;
6. Merumuskan pengendalian pemanfaatan ruang KSP Pegunungan Meratus;
7. Menyiapkan peta-peta berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) dan mengidentifikasi
PENYUSUNAN kondisi eksisting wilayah dan rencana pengembangan wilayah.

RTR KSP SASARAN


PEGUNUNGAN 1.
2.
Tersedianya hasil identifikasi aspek kewilayahan dan informasi pendukung di wilayah KSP Pegunungan Meratus;
Tersedianya data dan informasi hasil inventarisasi kebijakan pembangunan di masing-masing sektor terkait di
wilayah KSP Pegunungan Meratus;
MERATUS 3. Tersedianya informasi potensi fisk, ekonomi, osial dan budaya untuk pengembangan pariwisata dan budidaya hasl
hutan di kawasan lindung dan kawasan budidaya KSP Pegunungan Meratus;
4. Tersedianya informasi potensi kekayaan sumberdaya alam untuk perlindungan dan pelestarian lingkungan di
kawasan lindung dan kawasan budidaya di KSP Pegunungan Meratus;
5. Tersusunya tujuan, kebiajakan dan strategi penataan ruang wilayah KSP Pegunungan Meratus;
6. Terdelineasinya Kawasan Strategis Provinsi (KSP) yang meliputi kawasan inti dan kawasan penyangga baik
pegunungan di dalam kawasan lindung maupun pegunungan di kawasan budidaya sesuai dengan kebutuhan dan
ketersediaan ruang di masing-masing kabupaten;
7. Tersusunya rencana pusat pelayanan kawasan;
8. Tersusunya rencana sistem jaringan prasarana utama dan prasarana lainnya;
9. Tersusunya rencana pola ruang di kawasan lindung dan kawasan budidaya;
10. Terumuskanya arahan pemanfaatan ruang dan arahan pengendalian pemanfaatan ruang;
11. Tersusunya album peta yang terdiri dari peta dasar, peta tematik, peta kondisi eksisting, peta analisis dan peta
rencana RTR KSP Pegunungan Meratus yang meliputi peta rencana zona inti dan zona penyangga dengan skala
ketelitian peta 1:25.000 untuk zona inti dan skala 1:50.000 untuk zona penyangga;
12. Tersusunya konsep awal Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) RTR KSP Pegunungan Meratus;
13. Tersusunya indikasi program pemanfaatan ruang Kawasan Strategis Provinsi (KSP);
14. Tersedianya rumusan rencana pengembangan kawasan potensial yang memiliki prospek baik aspek ekonomi,
sosial budaya maupun kelestarian lingkungan.
3 Lingkup Kegiatan

INPUT PROSES OUTPUT


1. Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan 1. Pelaksanaan Survei Data Sekunder, Data Primer dan Observasi 1. Tujuan, Kebijakan & Strategi Penataan
Penyusunan Rencana Tata Ruang (RTR) Lapangan Ruang
Kawasan Strategis Provinsi (KSP) 2. Kompilasi Data 2. Rencana Struktur Ruang
Kawasan Pegunungan Meratus 3. Penyusunan Profil Wilayah Perencanaan  Rencana Sistem Pusat Pelayanan
2. Penyusunan Metodologi & Rencana Kerja 4. Analisis Pengembangan  Rencana Jaringan Prasarana
3. Pengumpulan Data Awal  Analisis Kedudukan dan Peran Wilayah Perencanaan 3. Rencana Pola Ruang
4. Kajian Peraturan Perundangan &  Analisis Kebijakan Pengembangan  Rencana Pola Ruang Kawasan Inti
Kebijakan Pembangunan Terkait  Analisis Delineasi Wilayah Perencanaan  Rencana Pola Ruang Kawasan
5. Kajian Awal Wilayah Perencanaan  Analisis Kondisi Fisik Dasar Budidaya
6. Penyiapan Peta Dasar  Analisis Sumberdaya Alam 3. Ketentuan Pemanfaatan Ruang
7. Penyiapan Perangkat Survei  Analisis Sumberdaya Buatan 4. Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan
 Analisis Kependudukan Ruang
 Analisis Perekonomian
 Analisis Sistem Transportasi
 Analisis Struktur Ruang
 Analisis Pola Ruang
 Analisis Kelembagaan
5. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan Pengembangan
6. Konsep Pengembangan
4 Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Rencana Tata
Ruang Kawasan Strategis Provinsi (KSP) ini adalah Kawasan Pegunungan
Meratus.
Perda Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015-2035, pegunungan
ini menjadi bagian dari 10 kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan, yaitu: Kabupaten
Tabalong
1. Kabupaten Tabalong,
2. Kabupaten Balangan,
3. Kabupaten Kotabaru,
4. Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST),
5. Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS),
6. Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten
Balangan
7. Kabupaten Tapin, Kabupaten
8. Kabupaten Banjar, Hulu Sungai Utara

9. Kabupaten Tanah Laut


10. Kota Banjarbaru, Kabupaten
Hulu Sungai Tengah
11. termasuk Kawasan Hutan Sultan Adam dan Kawasan Pariwisata Strategis
Nasional Loksado. Kabupaten Kabupaten
Hulu Sungai Selatan Kotabaru

Kabupaten
Tapin

Kabupaten
Barito Kuala

Kota Kabupaten
Banjarmasin Banjar

Kabupaten
Kota
Tanah Bumbu
Banjarbaru

Kabupaten
Tanah Laut

Sumber: RTRW Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015-2035


B TINJAUAN TEORITIS
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) PEGUNUNGAN MERATUS
1 Penyelenggaraan Penataan Ruang
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007

Tujuan Penataan Ruang


“Mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan
Nusantara dan Ketahanan Nasional”, dengan:
a. Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
b. Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan dengan memperhatikan
sumberdaya manusia;
c. Terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

Ilustrasi Tujuan Penyelenggaraan


Penataan Ruang
2 Ketentuan Penyusunan Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Strategis Provinsi (KSP)
Permen ATR/Kepala BPN No. 37 Tahun 2016

Wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat


Definisi Kawasan Strategis Provinsi penting dalam lingkup Wilayah Provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau
(Pasal 1) lingkungan.

1. Sebagai acuan untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi dan/atau


mengoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan dalam
mendukung penataan ruang wilayah provinsi;
2. Sebagai dasar bagi pemerintah daerah provinsi untuk menjamin nilai-nilai strategis
Fungsi Rencana Tata Ruang (RTR) provinsi dipertimbangkan dalam penataan ruang wilayah kabupaten/kota;
Kawasan Strategis Provinsi 3. Sebagai acuan bagi pemerintah daerah kabupaten/kota dalam penyusunan RTRW
(Pasal 4) kabupaten/kota beserta rencana rincinya; dan
4. Sebagai dasar pengendalian pemanfaatan ruang KSP dan dapat dijadikan dasar
penerbitan perizinan sepanjang skala informasi RTR KSP setara dengan kedalaman
RTRW kabupaten/kota dalam hal perda tentang RTRW kabupaten/kota belum berlaku
atau terjadi kekosongan hukum.
Kedudukan Rencana Tata Ruang (RTR) Tipologi KSP
Kawasan Strategis Provinsi Berdasarkan Sudut Kepentingan
3 Ketentuan Penyusunan Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Strategis Provinsi (KSP)
Permen ATR/Kepala BPN No. 37 Tahun 2016

Delineasi Kawasan Strategis Provinsi (Pasal 16)

Kawasan 1. Merupakan objek utama perencanaan atau pembangunan; dan/atau


Inti 2. Berada di wilayah daratan dan/atau wilayah perairan.

1. Merupakan kawasan yang memiliki pengaruh, pelindung dan berdampak langsung terhadap
Kawasan kawasan inti;
Penyangga 2. Memiliki radius tertentu dari batas terluar kawasan inti; dan/atau
3. Berada di wilayah daratan dan/atau wilayah perairan.

Analisis Kawasan Strategis Provinsi (Pasal 28 dan 30)

Pasal 28, Ayat 2, Huruf b


Kajian Awal Hasil kajian awal berupa delineasi kawasan, kebijakan terkait dengan wilayah perencanaan, isu
Delineasi KSP strategis, potensi dan permasalahan serta gagasan awal pengembangan kawasan;

Pasal 30 5. Analisis konsep pengembangan


1. Review terhadap RTR terkait dengan KSP; kawasan;
Analisis 2. Penyusunan dokumen Kajian Lingkungan Hidup 6. Analisis regional (kawasan yang
KSP Strategis;
3. Analisis penguatan nilai strategis dan isu strategis KSP;
terpengaruh);
7. Analisis kebutuhan ruang;
4. Analisis delineasi kawasan; 8. Analisis pembiayaan pembangunan.

Skala Peta Kawasan Strategis Provinsi (Pasal 19)


Kawasan Kawasan inti KSP digambarkan dengan skala ketelitian peta
Inti 1:25.000 hingga 1:5.000

Kawasan Kawasan penyangga KSP digambarkan dengan skala ketelitian peta


Penyangga 1:50.000 hingga 1:25.000
4 Ketentuan Penyusunan Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Strategis Provinsi (KSP)
Permen ATR/Kepala BPN No. 37 Tahun 2016

Muatan Rencana Tata Ruang


Kawasan Strategis Provinsi
(Pasal 25)

Muatan KSP dari Sudut Kepentingan Daya Dukung (Pasal 21)

Lingkungan Hidup, ditentukan berdasarkan: Tujuan, Kebijakan & Strategi Penataan Ruang
1. Fungsi kawasan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
terkait besarnya manfaat perlindungan setempat dan perlindungan Rencana Struktur Ruang
kawasan bawahannya serta kekayaan keanekaragaman hayati;
2. Pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan dan pengawasan pada Rencana Pola Ruang
kawasan yang memiliki potensi sumber daya alam dan lingkungan;
dan/atau Arahan Pemanfaatan Ruang
3. Pengembangan jaringan prasarana pada kawasan sumber daya alam
dan lingkungan yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung
Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
lingkungan.
TINJAUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN &
C RENCANA TATA RUANG
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) PEGUNUNGAN MERATUS
1 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017

Rencana Struktur Ruang


A. Sistem Perkotaan Nasional
1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN),
ditetapkan di Kawasan Perkotaan
Banjarmasin Banjarbaru - Banjar - Barito
Kuala - Tanah Laut.
2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW),
ditetapkan di:
 Amuntai;
 Martapura;
 Marabahan;
 Kotabaru.
B. Jaringan Jalan Nasional
Pengembangan jaringan jalan bebas PKW
hambatan, meliputi: Amuntai
1. Kuala Kapuas - Banjarmasin
2. Marabahan - Banjarmasin
3. Banjarmasin - Liang Anggang
4. Liang Anggang - Martapura
5. Liang Anggang - Pelaihari
6. Pelaihari - Pagatan
7. Pagatan - Batulicin
PKW
8. Batulicin - Tanah Grogot (Kuaro)
Marabahan
C. Transportasi Laut
1. Pelabuhan Utama Banjarmasin
2. Pelabuhan Pengumpul, meliputi:
 Mekar Putih
 Simpang Empat Batulicin PKW
 Kota Baru PKN Kotabaru
 Stagen Banjarmasin
 Kintap
3. Pelabuhan Penyeberangan
 Sebuku PKW
 Batulicin Martapura
 Tanjung Serdang
 Pandalaman
D. Transportasi Udara
1. Bandara Pengumpul Primer Syamsuddin
Noor di Kota Banjarmasin.
2. Bandara Pengumpul Tersier Gusti
Syamsir Alam di Kabupaten Kotabaru.
E. Wilayah Sungai (WS)
Sungai Barito sebagai wilayah sungai Lintas
Provinsi dengan arahan pengenbangan PEGUNUNGAN
berupa konservasi sumberdaya air, MERATUS
pendayagunaan sda dan pengendalian daya
rusak air.
1 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017

Rencana Pola Ruang


A. Kawasan Lindung Nasional
1. Kawasan Suaka Alam/Kawasan
Pelestarian Alam Batu Tunau-Tanjung
Pengharapan
2. Kawasan Suaka Marsasatwa Pulau
Kaset
3. Kawasan Suaka Marsasatwa Kuala
Lupak
4. Kawasan Suaka Margasatwa Plahari
Tanah Laut
5. Kawasan Suaka Margasatwa Pulau
Semama
6. Cagar Alam Teluk Kelumpang, Selat
Laut, Selat Sebuku
7. Cagar Alam Teluk Pamukan
8. Cagar Alam Sungai Bulan dan Sungai
Bulan
9. Cagar Alam Gununs Kentawan
10. Taman Hutan Raya Sultan Adam
11. Taman Wisata Alam Pleihari Tanah Laut
12. Taman Wisata Alam Pulau Bakut
13. Taman Wisata Alam Pulau Kembane
B. Kawasan Andalan Nasional
1. Kawasan Kandangan dan Sekitarnya,
dengan sektor unggulan meliputi:
pertanian, perkebunan, pariwisata,
minyak dan gas bumi.
2. Kawasan Banjarmasin Raya dan
Sekitarnya, dengan sektor unggulan
meliputi: pertanian, industri, perkebunan,
pariwisata, pertambangan, perikanan,
minyak dan gas bumi.
3. Kawasan Batulicin dan Sekitarnya,
dengan sektor unggulan meliputi:
perkebunan, kehutanan, pertanian,
industri, pariwisata dan perikanan.
4. Kawasan Andalan Laut Pulau Laut dan
Sekitarnya, dengan sektor unggulan
meliputi: perikanan dan pertambangan.
C. Kawasan Strategis Nasional
1. Kawasan Batulicin.
2. Kawasan Perkotaan Metropolitan
Banjarmasin - Banjarbaru - Banjar -
Barito Kuala - Tanah Laut.
PEGUNUNGAN
MERATUS
2 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015-2035
Peraturan Daerah Kalimantan Selatan Nomor 9 Tahun 2015

Tujuan Penataan Ruang


Tujuan penataan ruang Provinsi Kalimantan Selatan adalah sebagai berikut:
“Terwujudnya keterpaduan struktur ruang dan pola ruang Daerah
yang efesien dan berkelanjutan untuk mendukung pengembangan
wilayah perdagangan dan jasa berbasis agroindustri”

Kebijakan Penataan Ruang


1. Pengurangan kesenjangan pembangunan dan pengembangan wilayah antara wilayah Barat dengan wilayah tengah dan
antara wilayah Timur dengan Wilayah Tenggara Daerah;
2. peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi dan
sumberdaya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah Daerah;
3. Peningkatan perlindungan Kawasan Lindung;
4. Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan Kawasan Lindung;
5. Perwujudan dan peningkatan keterpaduan serta keterkaitan antar kegiatan budidaya;
6. Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan;
7. Peningkatan fungsi Kawasan Lindung untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, lingkungan
hidup, keanekaragaman hayati, keunikan bentang alam dan daya dukung;
8. Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan perekonomian wilayah yang produktif, efisien dan mampu bersaing
dalam perekonomian nasional; dan
9. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.
2 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015-2035
Peraturan Daerah Kalimantan Selatan Nomor 9 Tahun 2015

Rencana Struktur Ruang


1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN), ditetapkan di Kota Banjarmasin.
2. Pusat Kegiatan Nasional promosi (PKNp), ditetapkan di:
 Perkotaan Martapura Kabupaten Banjar;
 Kota Banjarbaru.
3. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), ditetapkan di:
 Perkotaan Martapura Kabupaten Banjar;
 Perkotaan Marabahan Kabupaten Barito Kuala;
 Perkotaan Amuntai Kabupaten Hulu Sungai Utara;
 Perkotaan Kotabaru Kabupaten Kotabaru. PKL
Tanjung
4. Pusat Kegiatan Wilayah promosi (PKWp), ditetapkan di:
 Perkotaan Batulicin Kabupaten Tanah Bumbu; PKL
PKW
 Perkotaan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Amuntai Paringin
5. Pusat Kegiatan Lokal (PKL), ditetapkan di:
 Kota Banjarbaru;
 Perkotaan Rantau di Kabupaten Tapin;
PKWp
 Perkotaan Kandangan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan; Barabai
 Perkotaan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah; PKL
 Perkotaan Paringin di Kabupaten Balangan; Kandangan
PEGUNUNGAN
 Perkotaan Tanjung di Kabupaten Tabalong; PKW MERATUS
 Perkotaan Pelaihari di Kabupaten Tanah Laut; dan Marabahan
 Perkotaan Batulicin Kabupaten Tanah Bumbu. PKL
Rantau
PKW
PKW Kotabaru
Banjarmasin
PKW
Martapura

PKWp
PKL Batulicin
Banjarbaru

PKL
Pelaihari
2 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015-2035
Peraturan Daerah Kalimantan Selatan Nomor 9 Tahun 2015

Rencana Pola Ruang


A. KAWASAN LINDUNG
1. Kawasan yang memberikan
perlindungan kawasan bawahannya;
2. Kawasan perlindungan setempat;
3. Kawasan suaka alam, pelestarian alam
dan cagar budaya;
4. Kawasan rawan bencana alam;
5. Kawasan Ruang Terbuka Hijau; dan HUTAN
6. Kawasan lindung lainnya. PRODUKSI
TERBATAS
B. KAWASAN BUDIDAYA
1. Kawasan peruntukan hutan produksi;
2. Kawasan peruntukan pertanian;
3. Kawasan peruntukan perikanan dan
kelautan;
4. Kawasan peruntukan pertambangan;
5. Kawasan peruntukan perindustrian;
6. Kawasan peruntukan pariwisata;
7. Kawasan peruntukan permukiman; dan
8. Kawasan peruntukan lainnya.
KAWASAN
PERKEBUNAN

HUTAN
LINDUNG

HUTAN
PRODUKSI
TETAP

TAMAN
WISATA ALAM
2 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015-2035
Peraturan Daerah Kalimantan Selatan Nomor 9 Tahun 2015

Rencana Kawasan Strategis


Kawasan Pegunungan Meratus merupakan Kawasan Strategis Provinsi dari Sudut
Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup, terdiri atas kawasan hutan
lindung yang memanjang dari Kabupaten Kotabaru sampai dengan Kabupaten Banjar
termasuk Kawasan Tahura Sultan Adam dan Kawasan Pariwisata Strategis Nasional
Loksado.

PEGUNUNGAN
MERATUS
3 Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025
Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011

Destinasi Pariwisata Nasional


Kawasan Pegunungan Meratus merupakan bagian
dari Destinasi Pariwisata Nasional (DPN)
Banjarmasin – Martapura dan Sekitarnya, dengan
daya Tarik wisata berupa: Bentang Alam, Wisata
Pantai/Bahari, Taman Nasional, Situs Sejarah, Adat
Tradisi, Museum dan Kawasan Olahraga.
3 Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025
Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011

Kawasan Strategis Pariwisata Nasional


Kawasan Hutan Pegunungan Meratus Lhoksado di Kabupaten
Hulu Sungai Selatan ditetapkan sebagai Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional (KSPN). Dengan arahan pengembangan
berupa:
1. Pengembangan Rencana Detail Pembangunan Kawasan
Strategis Pariwisata Nasional;
2. Pengembangan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
pada daya tarik wisata prioritas di Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional;
3. Penetapan Regulasi Rencana Detail Pembangunan Kawasan
Strategis Pariwisata Nasional;
4. Penetapan Regulasi tentang tata bangunan dan lingkungan
pada daya tarik wisata prioritas di Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional;
5. Program pemasaran untuk mengembangkan kelompok ceruk
pasar (niche market/minat khusus) dari segmen wisatawan
mancanegara yang terfokus kepada destinasi-destinasi
pariwisata nasional secara bertahap dan berkelanjutan berupa
Wisata Ekologi Hutan di Lhoksado dan Wisata Budaya
Etnik/Tradisi: Martapura).
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Provinsi Kalimantan Selatan
3 Tahun 2005-2025 (Peraturan Daerah Kalimantan Selatan Nomor 17 Tahun 2009)
Visi Pembangunan
Visi pembangunan jangka panjang Kalimantan Selatan dalam waktu 20 tahun mendatang yaitu:
“Kalimantan Selatan 2025 Maju dan Sejahtera sebagai Wilayah
Perdagangan dan Jasa Berbasis Agro Industri”

Misi Pembangunan
Dalam mewujudkan Visi Pembangunan Provinsi Kalimantan Selatan tersebut ditempuh
berbagai misi sebagai berikut:
1. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas SDM,dengan menitikberatkan pada aspek
kesehatan, pendidikan dan kehidupan sosial budaya dan agama berlandaskan pada
IPTEK dan IMTAQ.
2. Mengembangkan ekonomi kearah industri dan perdagangan, yang berbasis pada potensi
agraris dan kerakyatan dengan dukungan transportasi yang baik.
3. Mengembangkan prasarana dan sarana pembangunan, yang relatif merata pada berbagai
wilayah pembangunan.
4. Mendorong pengelolaan SDA secara efisien,untuk menjamin kelanjutan pembangunan
dan menjaga keseimbangan lingkungan.
5. Menciptakan taat asas dan tertib hukum, bagi penyelenggaraan pemerintahan daerah,
kehidupan berpolitik, sosial, budaya dan agama.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Provinsi Kalimantan
4 Selatan Tahun 2016-2021 (Peraturan Daerah Kalimantan Selatan Nomor 7 Tahun 2016)
Visi Pembangunan
Visi pembangunan jangka menengah Kalimantan Selatan tahun 2016-2021 yaitu:
“Kalimantan Selatan Mapan (Mandiri dan Terdepan) Lebih
Sejahtera, Berkeadilan, Berdikari dan Berdaya Saing”

Misi Pembangunan
Dalam mewujudkan Visi Pembangunan Provinsi Kalimantan Selatan tersebut ditempuh
berbagai misi sebagai berikut:
1. Mengembangkan Sumber Daya Manusia yang Agamis, Sehat, Cerdas dan Terampil;
2. Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Professional dan Berorientasi pada
Pelayanan Publik;
3. Memantapkan Kondisi Sosial Budaya Daerah yang Berbasiskan Kearifan Lokal;
4. Mengembangkan Infrastruktur Wilayah yang Mendukung Percepatan Pengembangan
Ekonomi dan Sosial Budaya;
5. Mengembangkan Daya Saing Ekonomi Daerah yang Berbasis Sumberdaya Lokal,
dengan Memperhatikan Kelestarian Lingkungan.
GAMBARAN UMUM
D PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) PEGUNUNGAN MERATUS
1 Geografis & Administrasi
Provinsi Kalimantan Selatan terletak pada 114 19" 33" Bujur Timur -
116 33' 28 BT - 1 21' 49" 1 10" 14" LS yang secara administrasi
berbatasan dengan:
 Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Tengah,
 Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Makasar,
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa, dan
 Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Timur.

LUAS
NO
KABUPATEN /
WILAYAH %
Luas wilayah Provinsi
KOTA Kalimantan Selatan
(HA)
1 Tanah Laut 384.716 10,32 mencapai 3.728.042
2 Kotabaru 953.979 25,59 Ha yang yang terdiri
3 Banjar 454.246 12,18
4 Barito Kuala 242.655 6,51
atas 11 (sebelas)
5 Tapin 217.178 5,83 wilayah kabupaten
6 Hulu Sungai Selatan 169.798 4,55 dan 2 (dua) wilayah
7 Hulu Sungai Tengah 145.687 3,91 kota, dengan rincian
8 Hulu Sungai Utara 90.653 2,43
9 Tabalong 358.177 9,61
152 kecamatan dan
10 Tanah Bumbu 487.139 13,07 2.008
11 Balangan 182.611 4,90 desa/kelurahan.
12 Banjarmasin 9.755 0,26
13 Banjarbaru 31.448 0,84
TOTAL 3.728.042 100,00

Balangan Banjarmasin Banjarbaru


5% 0% 1%

Tanah Laut
Tanah Bumbu 10%
13%
Tabalong Kotabaru
10% 26%
Hulu
Sungai
Utara
Barito Banjar
2% Tapin
Kuala 12%
6%
6%
Hulu Sungai
Tengah
4%
Hulu Sungai
Selatan
5%
Sumber: RTRW Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015-2035
2 Fisik Dasar
Topografi Kemiringan Lereng

Sumber: RTRW Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015-2035


2 Fisik Dasar
Jenis Tanah Hidrologi

Sumber: RTRW Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015-2035


2 Fisik Dasar
Curah Hujan Rawan Bencana

Sumber: RTRW Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015-2035


3 Penggunaan Lahan
LUAS PENGGUNAAN LAHAN
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
TAHUN 2009
PENGGUNAAN LUAS
NO %
LAHAN (HA)
1 Emplasemen 524,78 0,01
2 Hutan 1.972.010,02 52,90
3 Industri Non Pertanian 354,76 0,01
4 Kebun Campuran 131.815,93 3,54
5 Kolam/Tambak 883,24 0,02
6 Lapangan Olahraga 23,79 0,00
7 Padang Rumput 54.139,22 1,45
8 Pemakaman 8,12 0,00
9 Perkebunan 297.402,86 7,98
10 Perkebunan Rakyat 82.394,01 2,21
11 Permukiman 82.050,40 2,20
12 Pertambangan 6.331,52 0,17
13 Rawa 93.618,22 2,51
14 Sawah Irigasi 173.196,87 4,65
15 Sawah Tadah Hujan 232.073,54 6,23
16 Semak Belukar 490.774,27 13,16
17 Sungai/Danau/Situ/Telaga 27.765,16 0,74
18 Tegalan/Ladang 82.626,25 2,22
19 Waduk 49,04 0,00
TOTAL 3.728.042 100,00

2,000,000.00
1,800,000.00
1,600,000.00
1,400,000.00
1,200,000.00
1,000,000.00
800,000.00
600,000.00
400,000.00
200,000.00
0.00

Sumber: RTRW Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015-2035


4 Status Lahan

Sumber: RTRW Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015-2035


5 Sumberdaya Hutan
LUAS DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN MENURUT KABUPATEN/KOTA
DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
FUNGSI KAWASAN HUTAN (HA)
KABUPATEN / HUTAN HUTAN HUTAN TOTAL
NO HUTAN
KOTA KSA-KPA PRODUKSI PRODUKSI PRODUKSI (HA)
LINDUNG
TETAP TERBATAS KONVERSI
1 Tanah Laut 15.861 27.662 71.658 5.290 12.174 132.645
2 Kotabaru 171.171 80.762 290.875 1.247 22.483 566.538
3 Banjar 29.720 92.538 81.763 25.568 2.395 231.984
4 Barito Kuala 3.762 8.005 11.767
5 Tapin 12.188 12.359 1.340 6.754 32.641
6 Hulu Sungai Selatan 23.920 240 13.163 18.731 56.054
7 Hulu Sungai Tengah 22.974 8.732 13.973 45.679
8 Hulu Sungai Utara 41.928 41.928
9 Tabalong 86.201 94.612 53.698 13.263 247.774
10 Tanah Bumbu 95.848 6.841 164.456 25.519 25.683 318.347
11 Balangan 66.330 24.568 23 90.921
12 Banjarmasin 84 84
13 Banjarbaru 2.029 43 2.072
TOTAL 526.242 211.932 762.186 126.658 151.416 1.778.434
% 29,59 11,92 42,86 7,12 8,51 100,00

SK Menhut Nomor 435 Tahun 2009 tentang penunjukan kawasan hutan


di Provinsi Kalimantan Selatan terdapat 48,75% dari luas total wilayah
Provinsi Kalimantan Selatan berfungsi sebagai kawasan hutan, dimana
dari luas wilayah sebagai kawasan hutan terbesar sebagai Hutan
Produksi (HP) 42,86%, kemudian hutan lindung 29,59%.
Sebagian besar kawasan hutan lindung Provinsi Kalimantan Selatan
tersebar di wilayah Pegunungan Meratus.

HPT
7% HPK HL
8% 30%

KSA-KPA
HP 12%
43%

Sumber: RTRW Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015-2035


5 Sumberdaya Hutan
ISU & PERMASALAHAN KAWASAN HUTAN
1. Sesuai dengan surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 2828/Kpts II/2002 tanggal 6 Mei 2002 bahwa pencadangan areal HPH PT Kodeco Timber di Kelompok Hutan
Pegunungan Meratus seluas ± 46.270 ha dicabut sehingga kawasan yang semula Hutan Produksi Terbatas (HPT) pada RTRW Provinsi Kalimantan Selatan sesuai Peraturan
Daerah Nomor 9 Tahun 2015 dikembalikan lagi menjadi kawasan Hutan Lindung (HL).
2. Keberadaan perkampungan atau kawasan-kawasan permukiman dalam kawasan lindung baik hutan lindung, kawasan cagar alam, kawasan pelestarian alam dan kawasan
perlindungan setempat dalam bentuk berkelompok bahkan sebagian telah membentuk desa dan kecamatan definitif. Pola permukiman pada umumnya mengelompok mengikuti
jalur sungai-sungai besar dan kecil dari hulu dampai hilir sungai dan membentuk simpul-simpul perkampungan pada muara sungai yang merupakan pertemuan antar jalur
sungai seperti Sungai Barito, Sungai Martapura dan Sungai Negara, simpul-simpul perkampungan pada huluhulu sungai di perbukitan dan pegunungan seperti perkampungan Riam
Kanan (Kabupaten Banjar), Muara Uya (Kabupaten Tabalong), Suku Dayak Meratus (Loksado, Pitap/Halong, Bangkalaan Melayu dan lainlain) dan simpul perkampungan pada
sepanjang pantai selatan dan timur Provinsi Kalimantan Selatan seperti perkampungan nelayan Tabunganen, Aluh-Aluh, Tabanio, Batakan, Asam-Asam, Kintap, Pagatan, Pulau
Suwangi, Marabatuan dan lain-lain.
3. Terjadinya tumpang tindih (overlapping) perijinan penguasaan, pemanfaatan dan penggunaan lahan baik yang diterbitkan oleh pemerintah pusat, pemerintah provinsi maupun
pemerintah kabupaten/kota seperti Ijin PKP2B, Ijin KP, Ijin HGU, Ijin HTI, Ijin, HPH, Ijin Lokasi Perkebunan dan ijin-ijin lainnya. Para pemegang ijin terjadi konflik yang
berkepanjangan dan berlanjut baik antar sesama pemegang ijin, antar pemerintah dan pemegang ijin dengan pemerintah sehingga menciptakan iklim yang tidak kondusif dalam
investasi dan berusaha serta menurunkan derajat kewibawaan pemerintah.
4. Adanya ijin penguasaan lahan yang sudah berarkhir atau adanya stagnasi produksi seperti adanya HPH dan HTI yang tidak aktif, HGU yang terlantar yang masih terbuka bebas
sehingga mengakibatkan terjadinya okupasi oleh masyarakat, perambahan hutan, penebangan liar, penambangan liar, kebarakan hutan dan lahan dan terjadinya kerusakan
hutan. Pemegang ijin penguasahaan lahan tersebut meninggalkan kawasan dengan tetap memberikan akses untuk masuk kawasan yang bersangkutan dengan alasan akses jalan
tersebut dipergunakan oleh masyarakat setempat/masyarakat lokal sehingga terjadilah hal tersebut di atas.
5. Banyaknya jalan keluar (outlet) terutama pelabuhan khusus batubara pada sepanjang pantai timur-tenggara Provinsi Kalimantan Selatan dengan berbagai tingkat perijinan
sehingga sangat mengganggu ketertiban pola dan moda transportasi anglutan darat dan laut, kerusakan kawasan cagar alam dan terumbu karang, konflik dengan nelayan dan lain-
lain.
6. Rencana Tata Ruang Kabupaten/Kota yang tidak berhirarkhi dan sinergis dengan RTRW Provinsi Kalimantan Selatan sesuai dengan amanat UU No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang. Lamanya waktu penetapan Peraturan Daerah tentang RTRWP Provinsi Kalimantan Selatan yang baru diperdakan pada tahun 2015 (Perda No. 9 Tahun
2015), sedangkan sebagian RTRW Kabupaten/Kota telah ditetapkan melalui Perda, dimana peruntukan ruang sebagian besar tidak sinkron antar keduanya. Adanya UU Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah terutama urusan Pemerintahan Pilihan menjadi kewenangan provinsi yang sebelumnya menjadi kewenangan kabupaten/kota yakni
kelautan dan perikanan, pertanian, kehutanan dan energi sumberdaya mineral, sehingga mempengaruhi dalam perizinan pembukaan lahan.
7. Rencana tata ruang sektoral yang tidak sinkron dengan RTRW Provinsi Kalimantan Selatan sehingga terjadi dualisme yang saling bertolak belakang baik untuk kawasan lindung
maupun kawasan budidaya mengakibatkan menurunnya wibawa pemerintah dan ketidakpastian iklim berusaha.

Sumber: RTRW Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015-2035


6 Perekonomian
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ATAS DASAR HARGA BERLAKU
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014-2018
TAHUN (JUTA RP) %
LAPANGAN USAHA TAHUN PDRB Provinsi Kalimantan Selatan Tahun
2014 2015 2016 2017 2018
2018 2010-2018 mengalami perkembangan yang
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 18.752.976,70 20.559.267,02 21.793.560,96 23.259.501,62 24.749.813,71 14,39
Pertambangan dan Penggalian 34.434.082,90 31.304.929,60 30.650.347,11 33.121.191,74 35.436.208,17 20,61
signifikan, dimana pada tahun 2010 PDRB
Industri Pengolahan 16.563.933,70 18.599.680,75 20.732.754,84 22.945.825,24 24.062.836,77 14,00 Provinsi Kalimantan Selatan atas dasar
Pengadaan Listrik, Gas 89.221,10 138.707,69 176.434,72 206.910,36 237.274,80 0,14 harga konstan adalah sebesar 85.304.998,00
Pengadaan Air 478.540,40 533.925,37 582.356,73 645.162,44 713.924,04 0,42
Konstruksi 9.191.510,70 10.626.761,45 11.435.786,30 12.393.793,73 13.675.860,55 7,95 juta rupiah dan pada tahun 2018 meningkat
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 10.741.092,30 12.400.193,53 13.749.372,68 15.483.032,37 17.213.459,43 10,01 menjadi 128.106.382,26 juta rupiah
Transportasi dan Pergudangan 7.491.669,20 8.547.114,77 9.387.063,36 10.345.465,56 11.387.159,99 6,62
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2.369.569,60 2.648.831,06 2.869.528,33 3.143.536,27 3.463.666,12 2,01
Informasi dan Komunikasi 4.075.740,30 4.504.562,59 4.990.103,44 5.535.375,12 6.065.457,61 3,53 PDRB Provinsi Kalimantan Selatan Tahun
Jasa Keuangan 4.272.126,20 4.718.896,51 5.204.760,17 5.738.713,61 6.207.185,67 3,61
Real Estate 2.747.272,10 3.053.524,08 3.299.069,79 3.524.629,59 3.795.365,92 2,21
2010-2018 mengalami perkembangan yang
Jasa Perusahaan 756.062,10 851.622,82 944.423,36 1.053.373,87 1.175.720,32 0,68 signifikan, dimana pada tahun 2010 PDRB
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 7.278.323,40 8.621.083,07 9.034.495,20 9.485.821,33 10.228.682,09 5,95
Jasa Pendidikan 5.150.463,30 5.848.917,81 6.622.981,25 7.278.689,44 8.015.012,31 4,66
Provinsi Kalimantan Selatan atas dasar
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2.142.225,00 2.534.137,40 2.856.571,20 3.078.924,32 3.357.987,69 1,95 harga konstan adalah sebesar 85.304.998,00
Jasa lainnya 1.347.473,30 1.563.965,84 1.760.825,23 1.941.256,78 2.150.132,72 1,25 juta rupiah dan pada tahun 2018 meningkat
TOTAL 127.882.282,40 137.056.121,37 146.090.434,68 159.181.203,40 171.935.747,93 100,00
menjadi 128.106.382,26 juta rupiah

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ATAS DASAR HARGA KONSTAN


PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014-2018
TAHUN (JUTA RP) %
LAPANGAN USAHA TAHUN
2014 2015 2016 2017 2018
2018
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 15.636.188,7 16.013.299,84 16.600.744,06 17.294.992,31 17.981.751,81 14,04
Pertambangan dan Penggalian 30.491.767,30 30.287.696,54 30.396.552,29 31.641.061,04 32.971.685,74 25,74
Industri Pengolahan 13.573.445,00 14.162.833,70 15.078.392,99 15.924.229,99 16.598.109,16 12,96
Pengadaan Listrik, Gas 99.240,70 127.661,28 133.955,63 138.778,16 149.293,39 0,12
Pengadaan Air 391.232,60 413.657,83 445.363,01 479.849,66 512.638,14 0,40
Konstruksi 7.675.542,90 8.163.603,41 8.590.136,77 9.086.567,33 9.621.524,89 7,51
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8.599.870,10 9.255.151,38 9.950.196,39 10.726.031,89 11.528.507,70 9,00
Transportasi dan Pergudangan 5.914.587,20 6.330.150,70 6.781.121,16 7.246.427,21 7.751.309,67 6,05
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.925.497,50 2.046.409,98 2.184.413,50 2.333.899,28 2.497.506,12 1,95
Informasi dan Komunikasi 3.515.928,30 3.810.741,59 4.145.202,05 4.474.496,43 4.782.740,28 3,73
Jasa Keuangan 3.358.241,50 3.518.583,75 3.790.698,67 4.018.163,31 4.188.555,39 3,27
Real Estate 2.299.864,90 2.427.807,14 2.587.345,38 2.715.212,76 2.859.291,63 2,23
Jasa Perusahaan 575.623,40 614.299,69 664.625,11 712.080,99 766.722,50 0,60
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 5.559.981,70 6.044.512,74 6.167.901,63 6.315.380,91 6.557.664,37 5,12
Jasa Pendidikan 4.304.961,90 4.590.535,13 4.906.056,57 5.230.245,23 5.597.185,79 4,37
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.762.193,50 1.893.551,11 2.065.644,08 2.180.392,36 2.305.156,91 1,80
Jasa lainnya 1.095.230,50 1.162.620,70 1.255.223,48 1.337.946,79 1.436.738,77 1,12
TOTAL 106.779.397,70 110.863.116,51 115.743.572,77 121.855.755,65 128.106.382,26 100,00

Sumber: Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Dalam Angka Tahun 2018.


6 Perekonomian
LAJU PERTUMBUHAN PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
MENURUT LAPANGAN USAH TAHUN 2010-2018
LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI (%) RATA-RATA
LAPANGAN USAHA
2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015 2015-2016 2016-2017 2017-2018 (%)
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,56 3,11 3,29 4,47 2,41 3,67 4,18 3,97 3,46
Pertambangan dan Penggalian 13,09 7,04 4,04 2,24 -0,67 0,36 4,09 4,21 4,30
Industri Pengolahan 2,80 5,08 3,67 3,56 4,34 6,46 5,61 4,23 4,47
Pengadaan Listrik, Gas 7,69 10,29 5,39 22,56 28,64 4,93 3,60 7,58 11,33
Pengadaan Air 1,66 1,62 2,71 9,11 5,73 7,66 7,74 6,83 5,38
Konstruksi 5,48 6,26 5,89 6,39 6,36 5,22 5,78 5,89 5,91
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 6,14 7,74 8,25 8,14 7,62 7,51 7,80 7,48 7,59
Transportasi dan Pergudangan 5,89 7,13 7,27 6,55 7,03 7,12 6,86 6,97 6,85
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6,55 7,94 7,59 6,54 6,28 6,74 6,84 7,01 6,94
Informasi dan Komunikasi 6,68 4,93 6,98 9,37 8,39 8,78 7,94 6,89 7,49
Jasa Keuangan 6,56 8,84 14,11 6,62 4,77 7,73 6,00 4,24 7,36
Real Estate 6,19 5,61 7,01 5,74 5,56 6,57 4,94 5,31 5,87
Jasa Perusahaan 7,24 6,55 7,81 7,03 6,72 8,19 7,14 7,67 7,29
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 7,66 5,92 5,81 5,44 8,71 2,04 2,39 3,84 5,23
Jasa Pendidikan 3,59 5,18 7,93 8,29 6,63 6,87 6,61 7,02 6,52
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7,45 7,56 9,15 6,37 7,45 9,09 5,56 5,72 7,29
Jasa lainnya 3,58 3,21 2,91 8,94 6,15 7,97 6,59 7,38 5,84
TOTAL 6,97 5,97 5,33 4,84 3,82 4,40 5,28 5,13 5,22

PERBANDINGAN LAJU PERTUMBUHAN PDRB PERTAHUN


PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2010-2018 (%)
6.97
7.00
Laju pertumbuhan rata-rata PDRB
5.97 Provinsi Kalimantan Selatan tahun
6.00 5.33 5.28 5.13 2010-2018 adalah sebesar:
4.84
5.00
3.82
4.40 5,22%
4.00
Sektor dengan rata-rata laju pertumbuhan
3.00 tertinggi berturut-turut adalah:
1. Sektor Pengadaan Listrik, Gas, yaitu
2.00 sebesar 11,33%
1.00 2. Sektor pengadaan listrik dan gas sebesar
7,59%.
0.00

Sumber: Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Dalam Angka Tahun 2018.


7 Kependudukan
PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Perkembangan jumlah penduduk di Provinsi Kalimantan Selatan MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2010-2017
dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2017 mengalami
KABUPATEN / JUMLAH PENDUDUK (JIWA)
pertumbuhan yang signifikan, dengan rata-rata laju NO
KOTA 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
pertumbuhan 1,77%. 1 Tanah Laut 297.814 303.190 308.510 313.725 319.098 324.283 329.286 334.328
2 Kotabaru 291.509 297.335 302.982 308.730 314.492 320.208 325.827 331.326
Dimana pada tahun 2010, jumlah penduduk Provinsi Kalimantan 3 Banjar 509.091 518.207 527.195 536.328 545.397 554.443 563.062 571.573
Selatan tercatat sebesar 3.642.637 jiwa, kemudian mengalami 4 Barito Kuala 277.090 281.433 285.595 289.995 294.109 298.282 302.304 306.195
peningkatan jumlah penduduk hingga tahun 2017 menjadi 5 Tapin 168.599 171.281 173.869 176.468 179.166 181.778 184.330 186.672
sebesar 4.119.794 jiwa. 6 Hulu Sungai Selatan 213.114 215.984 218.897 221.614 224.474 227.153 229.889 232.587
7 Hulu Sungai Tengah 244.094 247.522 250.705 253.868 257.107 260.292 263.376 266.501
Kota Banjarmasin yang merupakan Ibukota Provinsi 8 Hulu Sungai Utara 209.813 212.902 215.980 219.210 222.314 225.386 228.528 231.594
Kalimantan Selatan dengan jumlah penduduk pada tahun 2018 9 Tabalong 219.696 223.696 227.714 231.718 235.777 239.593 243.477 247.106
sebesar 692.793 jiwa atau sekitar 16,82% dari total jumlah 10 Tanah Bumbu 269.581 282.378 295.032 306.185 315.815 325.115 334.314 343.193
11 Balangan 112.815 115.029 117.088 119.171 121.318 123.449 125.534 127.503
penduduk Provinsi Kalimantan Selatan. 12 Banjarmasin 628.199 637.873 647.403 656.778 666.223 675.440 684.183 692.793
13 Banjarbaru 201.222 207.510 214.011 220.695 227.500 234.371 241.369 248.423
TOTAL 3.642.637 3.714.340 3.784.981 3.854.485 3.922.790 3.989.793 4.055.479 4.119.794

LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK PROVINSI KALIMANTAN SELATAN


MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2010-2017
LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK (%)
KABUPATEN /
NO 2010- 2011- 2012- 2013- 2014- 2015- 2016- RATA-
KOTA
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 RATA
1 Tanah Laut 1,81 1,75 1,69 1,71 1,62 1,54 1,53 1,67
2 Kotabaru 2,00 1,90 1,90 1,87 1,82 1,75 1,69 1,85
3 Banjar 1,79 1,73 1,73 1,69 1,66 1,55 1,51 1,67
4 Barito Kuala 1,57 1,48 1,54 1,42 1,42 1,35 1,29 1,44
5 Tapin 1,59 1,51 1,49 1,53 1,46 1,40 1,27 1,47 PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK
6 Hulu Sungai Selatan 1,35 1,35 1,24 1,29 1,19 1,20 1,17 1,26 PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2010-2017
7 Hulu Sungai Tengah 1,40 1,29 1,26 1,28 1,24 1,18 1,19 1,26
8 Hulu Sungai Utara 1,47 1,45 1,50 1,42 1,38 1,39 1,34 1,42 4,200,000
9 Tabalong 1,82 1,80 1,76 1,75 1,62 1,62 1,49 1,69
4,100,000 4,119,794
10 Tanah Bumbu 4,75 4,48 3,78 3,15 2,94 2,83 2,66 3,51 4,055,479
11 Balangan 1,96 1,79 1,78 1,80 1,76 1,69 1,57 1,76 4,000,000 3,989,793
12 Banjarmasin 1,54 1,49 1,45 1,44 1,38 1,29 1,26 1,41 3,900,000 3,922,790
13 Banjarbaru 3,12 3,13 3,12 3,08 3,02 2,99 2,92 3,06 3,854,485
TOTAL 1,97 1,90 1,84 1,77 1,71 1,65 1,59 1,77 3,800,000 3,784,981 Jiwa
3,700,000 3,714,340
3,642,637
3,600,000
3,500,000
3,400,000
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber: Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Dalam Angka Tahun 2018.


7 Kependudukan
PERKEMBANGAN KEPADATAN PENDUDUK PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2010-2017
LUAS KEPADATAN PENDUDUK
KABUPATEN /
NO WILAYAH 2010 2014 2017
KOTA
(KM2) JIWA JIWA/KM2 JIWA JIWA/KM2 JIWA JIWA/KM2 Tahun 2010 kepadatan penduduk di
1 Tanah Laut 3.729 297.814 80 319.098 86 334.328 90 Provinsi Kalimantan Selatan secara umum
2 Kotabaru 9.423 291.509 31 314.492 33 331.326 35
adalah sekitar 97 jiwa/km2, meningkat
3 Banjar 4.711 509.091 108 545.397 116 571.573 121
4 Barito Kuala 2.376 277.090 117 294.109 124 306.195 129 pada tahun 2014 menjadi sekitar 105
5 Tapin 2.175 168.599 78 179.166 82 186.672 86 jiwa/km2, kemudian pada tahun 2017
6 Hulu Sungai Selatan 1.805 213.114 118 224.474 124 232.587 129 menjadi 110 jiwa/km2.
7 Hulu Sungai Tengah 1.472 244.094 166 257.107 175 266.501 181
8 Hulu Sungai Utara 951 209.813 221 222.314 234 231.594 243
9 Tabalong 3.600 219.696 61 235.777 65 247.106 69
10 Tanah Bumbu 5.067 269.581 53 315.815 62 343.193 68
11 Balangan 1.820 112.815 62 121.318 67 127.503 70
12 Banjarmasin 73 628.199 8.645 666.223 9.168 692.793 9.533
13 Banjarbaru 329 201.222 612 227.500 692 248.423 755
TOTAL 37.531 3.642.637 97 3.922.790 105 4.119.794 110

PERBANDINGAN KEPADATAN PENDUDUK PROVINSI KALIMANTAN SELATAN


MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2017

Banjarbaru 755
Banjarmasin 9,533
Balangan 70
Tanah Bumbu 68
Tabalong 69
Hulu Sungai Utara 243
Kepadatan penduduk tertinggi di Provinsi
Hulu Sungai Tengah 181
Kalimantan Selatan terdapat di Kota
Hulu Sungai Selatan 129
Banjarmasin yaitu sebesar 9.533 jiwa/km2.
Tapin 86
Barito Kuala 129 Sedangkan kabupaten/kota dengan tingkat
Banjar 121 kepadatan terendah pada tahun 2017 adalah
Kotabaru 35 Kabupaten Kotabaru dengan kepadatan
Tanah Laut 90
penduduk sekitar 35 jiwa/km2.

0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000

Sumber: Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Dalam Angka Tahun 2018.


8 Sarana & Fasilitas Pelayanan Umum
SARANA JUMLAH & SEBARAN SARANA PENDIDIKAN SARANA JUMLAH & SEBARAN SARANA PERIBDATAN
PENDIDIKAN TAHUN 2017
SARANA PENDIDIKAN (UNIT) PERIBADATAN
TAHUN 2017
SARANA PERIBADATAN (UNIT)
KABUPATEN / KABUPATEN /
NO SMP/ SMA/MA/ NO GEREJA GEREJA KELEN
KOTA TK SD/MI KOTA MASJID PURA VIHARA
MTs SMK PROTESTAN KATHOLIK TENG
1 Tanah Laut 203 255 73 36 1 Tanah Laut 269 14 16 6 1 0
2 Kotabaru 189 264 75 38 2 Kotabaru 287 3 7 11 9 1
3 Banjar 156 467 128 55 3 Banjar 357 0 0 10 0 0
4 Barito Kuala 197 327 97 42 4 Barito Kuala 243 0 2 10 0 0
5 Tapin 109 191 40 17 5 Tapin 132 3 2 9 0 0
6 Hulu Sungai Selatan 158 285 57 23 6 Hulu Sungai Selatan 125 6 0 42 0 0
7 Hulu Sungai Tengah 182 309 59 33 7 Hulu Sungai Tengah 252 2 0 60 0 0
8 Hulu Sungai Utara 128 266 62 32 8 Hulu Sungai Utara 121 0 0 0 0 0
9 Tabalong 176 253 83 34 9 Tabalong 234 26 9 2 0 0
10 Tanah Bumbu 192 208 84 38 10 Tanah Bumbu 251 4 35 87 0 0
11 Balangan 127 208 41 22 11 Balangan 127 7 5 41 8 0
12 Banjarmasin 283 314 100 62 12 Banjarmasin 206 12 10 1 6 2
13 Banjarbaru 125 89 35 36 13 Banjarbaru 95 8 4 1 0 0
TOTAL 2.225 3.436 934 468 TOTAL 2.699 85 90 280 24 3

SARANA JUMLAH & SEBARAN SARANA KESEHATAN TAHUN 2017

KESEHATAN SARANA KESEHATAN (UNIT)


KABUPATEN / KLINIK /
NO RUMAH RUMAH PUSKES POS POLIN POSBINDU
KOTA BALAI
SAKIT BERSALIN MAS YANDU DES PTN
KESEHATAN
1 Tanah Laut 4 2 19 274 6 65 88
2 Kotabaru 1 0 28 359 1 73 150
3 Banjar 7 1 24 540 4 77 235
4 Barito Kuala 1 0 19 384 1 80 21
5 Tapin 1 0 13 220 2 2 51
6 Hulu Sungai Selatan 3 0 21 298 1 104 49
7 Hulu Sungai Tengah 1 0 19 414 3 73 48
8 Hulu Sungai Utara 1 0 13 327 2 3 45
9 Tabalong 2 0 18 274 1 34 67
10 Tanah Bumbu 3 1 14 194 8 46 132
11 Balangan 1 0 12 200 1 19 42
12 Banjarmasin 10 1 26 390 18 0 52
13 Banjarbaru 6 1 8 157 7 19 15
TOTAL 41 6 234 4.031 55 595 995

Sumber: Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Dalam Angka Tahun 2018.


9 Prasarana & Utilitas Umum
ENERGI / JUMLAH PELANGGAN LISTRIK MENURUT JENIS PELANGGAN
TAHUN 2017
LISTRIK NO
KABUPATEN / RUMAH
USAHA INDUSTRI UMUM TOTAL
KOTA TANGGA
1 Tanah Laut 102.669 4.300 115 4.165 111.249
2 Kotabaru 36.687 1.998 15 1.489 40.189
3 Banjar 104.253 5.030 65 3.044 112.392
4 Barito Kuala 80.631 1.796 31 2.779 85.237
5 Tapin 61.101 1.688 46 2.602 65.437
6 Hulu Sungai Selatan 56.650 2.233 24 3.071 61.978
7 Hulu Sungai Tengah 69.392 2.655 20 3.403 75.470
8 Hulu Sungai Utara 67.370 2.490 32 4.413 74.305
9 Tabalong 57.172 2.491 31 2.035 61.729
10 Tanah Bumbu 66.000 3.856 28 2.505 72.389
11 Balangan 26.178 833 16 1.436 28.463
12 Banjarmasin 181.353 15.711 128 3.910 201.102
13 Banjarbaru 108.331 8.368 51 2.485 119.235
TOTAL 1.017.787 53.449 602 37.337 1.109.175
% 91,76 4,82 0,05 3,37 100,00

AIR BERSIH JUMLAH PELANGGAN, AIR DISALURKAN & NILAI AIR BERSIH
SUMBER AIR DAN PRODUKSI AIR TAHUN 2017
TAHUN 2017
AIR KABUPATEN / DANAU / MATA AIR /
KABUPATEN / NO SUNGAI LAINNYA TOTAL
NO PELANGGAN DISALURKAN NILAI (RP) KOTA WADUK AIR TANAH
KOTA
(M3) 1 Tanah Laut 1.058.909 870.912 48.211 0 1.978.032
1 Tanah Laut 48.450 1.202.126 3.206.072.850 2 Kotabaru 0 0 0 0 0
2 Kotabaru 15.758 4.296.964 12.626.142.700 3 Banjar * * * * *
3 Banjar 63.613 9.612.436 78.937.180.180 4 Barito Kuala 8.767.008 0 0 0 8.767.008
4 Barito Kuala 22.754 4.380.661 20.892.034.800 5 Tapin 4.546.141 40.256 0 0 4.586.397
5 Tapin 16.338 3.194.042 13.913.460.650 6 Hulu Sungai Selatan * * * * *
6 Hulu Sungai Selatan 15.382 4.767.794 14.012.338.550 7 Hulu Sungai Tengah 3.173.070 0 0 0 3.173.070
7 Hulu Sungai Tengah 15.858 3.173.070 19.756.125.400 8 Hulu Sungai Utara 5.114.106 0 0 0 5.114.106
8 Hulu Sungai Utara 24.117 5.146.467 25.030.010.100 9 Tabalong 0 0 0 0
9 Tabalong 19.245 4.107.113 20.322.591.000 10 Tanah Bumbu 6.251.253 0 0 0 6.251.253
10 Tanah Bumbu 19.377 7.885.990 21.413.056.605 11 Balangan 4.353.869 0 206.525 0 4.560.394
11 Balangan 20.244 4.560.394 21.413.056.605 12 Banjarmasin 35.559.242 0 0 18.037.634 53.596.876
12 Banjarmasin 172.139 36.785.308 14.035.350.500 13 Banjarbaru ** ** ** ** **
13 Banjarbaru * * * TOTAL 68.823.598 911.168 254.736 18.037.634 88.027.136
TOTAL 453.275 89.112.365 265.557.419.940

Sumber: Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Dalam Angka Tahun 2018.


10 Sistem Transportasi
PANJANG JARINGAN JALAN MENURUT KEWENANGANYA
DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017
KEWENANGAN (KM)
KABUPATEN / TOTAL
NO KABUPATEN/ %
KOTA NASIONAL PROVINSI (KM)
KOTA
A JENIS PERMUKAAN 1.204,30 762,61 11.647,33 13.614,22 100,00
1 Diaspal 1.169,48 580,13 6.381,71 8.131,32 59,73
2 Kerikil 0,00 33,33 3.467,62 3.500,95 25,72
3 Tanah 34,82 149,15 1.208,20 1.392,17 10,23
4 Lainnya 0,00 0,00 589,80 589,80 4,33
B KONDISI JALAN 1.204,29 762,34 11.647,31 13.614,22 100,00
1 Baik 723,19 480,09 4.203,42 5.406,70 39,71
2 Sedang 373,32 66,77 2.098,67 2.538,76 18,65
3 Rusak 58,56 44,03 3.247,26 3.349,85 24,61
4 Rusak Berat 49,22 171,45 2.097,96 2.318,63 17,03

Sumber: Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Dalam Angka Tahun 2018.

JENIS PERMUKAAN JALAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN


TAHUN 2017
Lainnya, 4.33
Tanah, 10.23

Kerikil, 25.72
Diaspal, 59.73

Diaspal Kerikil Tanah Lainnya

KONDISI JALAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN


TAHUN 2017

Rusak Berat,
17.03 Baik, 39.71

Rusak, 24.61

Sedang, 18.65

Baik Sedang Rusak Rusak Berat

Sumber: RTRW Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015-2035


E PENDEKATAN & METODOLOGI
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) PEGUNUNGAN MERATUS
1 Pendekatan Pelaksanaan Pekerjaan
Konsep peran serta masyarakat mulai muncul
Prinsip pembangunan berkelanjutan pada UU No. 26 Tahun 2007 khususnya pasal 4
menjadi suatu hal keharusan untuk ayat 2 yang menyatakan bahwa ‘Setiap orang
menanggapi tantangan global di bidang dapat mengajukan usul, memberi saran, atau
ekonomi, sosial, dan lingkungan, melalui ASPIRATIF
mengajukan keberatan kepada pemerintah dalam
pengembangan ketiga komponen & rangka penataan ruang’
tersebut secara sinergi PASTISIPATIF

PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN
Kondisi maksimum suatu ekosistem
untuk menampung komponen biotik
(makhluk hidup) yang terkandung di
Carrying Capacity dalamnya, dengan juga
(Daya Dukung) memperhitungkan faktor lingkungan
dan faktor lainnya yang berperan di
alam.

SISTEM

Digunakan agar konsep yang dihasilkan dapat PENGEMBANGAN


menjadikan sistem yang sudah terbentuk
WILAYAH
sebelumnya menuju keseimbangan baru yang
Menyerasikan berbagai kegiatan pembangunan sektor
memberikan efek positif bagi masyarakat dari
dan wilayah, sehingga pemanfaatan ruang dan sumber
berbagai aspek (fisik dan lingkungan, sosial,
daya yang ada dapat optimal mendukung peningkatan
ekonomi dan aspek lainnya)
kehidupan masyarakat sesuai dengan tujuan dan sasaran
program pembangunan yang diharapkan
2 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
3 Metodologi Pelaksanaan Survei
4 Metode / Teknik Analisis

Analisis Kebijakan
Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities and
Treats), yaitu analisis kebijakan strategis yang
mengkombinasikan faktor internal dan faktor eksternal
dalam pengelolaan suatu manajemen tertentu.

Langkah-langkah dalam analisis SWOT :


1. Tahap Inventarisasi Faktor Internal (IFAS) dan
Eksternal (EFAS)
2. Tahap Analisis Faktor Internal dan Faktor Eksternal
(IFE DAN EFE)
3. Penentuan posisi strategi pada matriks IFE/ EFE
SWOT (x; y)
4. Tahap Pengambilan Keputusan : pemaknaan dan
penentuan strategi
5. Tahap penentuan strategi terbaik

Analisis Penggunaan Lahan/Sistem


Informasi Geografis
Analisis ini Diperlukan untuk mengetahui pola, luas
dan persebaran penggunaan lahan yang ada di wilayah
kajian serta kecendrungan perkembangan penggunaan
lahan di masa yang akan datang.
Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui pengusaan,
peruntukan, pemanfaatan dan penggunaan lahan/tanah
dalam rangka mengendalikan pemanfaatan ruang.
4 Metode / Teknik Analisis

Analisis Daya Dukung Fisik dan Lingkungan Analisis Proyeksi Penduduk


1. Metode Bunga Berganda
TOPOGRAFI
GEOLOGI
ANALISIS
HIDROLOGI SUPERIMPOSE
(OVERLAY)
HIDROGEOLOGI

JENIS TANAH

LIMITASI KENDALA KEMUNGKINAN


PENGEMBANAN
2. Metode Regresi Linier
PENGEMBANAN PENGEMBANAN

WILAYAH
WILAYAH POTENSIAL
PERLINDUNGAN PENGEMBANGAN

KRITERIA KRITERIA KEGIATAN


ANALISIS
KESEUAIAN LAHAN FUNGSIONAL KAB.
WILAYAH
- Iklim - Permukiman perkotaan
- Vegetasi - Permukiman Pedesaan
- Potensi SDA - Prasarana & Sarana
- dll WILAYAH WILAYAH - dll
PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN
POTENSI KEGIATAN
SUMBERDAYA
ALAM (SDA)
FUNGSIONAL
KABUPATEN
3. Model Analisis Migrasi Penduduk
4 Metode / Teknik Analisis

Analisis Perekonomian Analisis Sistem Transportasi


Analisis kegiatan ekonomi lebih ditekankan pada target yang Analisis dimaksudkan untuk melakukan kajian-kajian
hendak dicapai yang disesuaikan dengan kebijakan terhadap Pola jaringan transportasi dan Fungsi, kondisi dan
pengembangan wilayah di bidang perekonomian. Jadi bukan tingkat pelayanan prasarana transportasi.
hanya didasarkan pada trend/kecenderungan perkembangan
perekonomian yang terjadi di wilayah kajian. Metode Analisis Aksesibilitas Wilayah
Si = Jumlah buruh/produksi i di
daerah yang diselidiki
S = Jumlah buruh/produksi
seluruhnya di daerah yang
Si /Ni
LQ 
diselidiki
Ni = Jumlah buruh/produksi i di
seluruh daerah yang lebih luas
S/ N dimana daerah yang diselidiki
menjadi bagiannya. Metode Analisis Interaksi Antar Bagian Wilayah
N = Jumlah seluruh buruh/ produksi di
seluruh daerah yang lebih luas,
dimana daerah yang diselidiki
menjadi bagiannya.

LQ > 1, Menyatakan bahwa daerah yang bersangkutan memiliki


potensi ekspor.
LQ < 1, Menyatakan bahwa daerah yang bersangkutan memiliki
potensi impor. Indeks Aksesibilitas
LQ = 1, Menyatakan bahwa daerah yang bersangkutan telah
memenuhi kebutuhan sendiri.
4 Metode / Teknik Analisis
Analisis Sarana & Prasarana
Analisis sarana dan prasarana dimaksudkan untuk melakukan pengkajian-pengkajian
terhadap :
 Kondisi sarana prasarana yang ada (eksisting) yang meliputi antara lain sarana
dan prasarana transportasi, pengairan/irigasi, energi/listrik, telekomunikasi dan
pengelolaan lingkungan.
 Kondisi tingkat pelayanan atau pemanfaatan sarana prasarana seperti tersebut di
atas dalam mendukung kegiatan ekonomi dan peningkatan kualitas atau daya
dukung lingkungan wilayah perencanaan.
 Proyeksi kebutuhan sarana dan prasarana, dengan mengacu kepada standar
kebutuhan sarana dan prasarana
4 Metode / Teknik Analisis
Analisis Kebutuhan Air Baku Analisis Pengelolaan Air Limbah
4 Metode / Teknik Analisis

Analisis Pengelolaan Persampahan Analisis Pengelolaan Drainase


F PROGRAM & RENCANA KERJA
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) PEGUNUNGAN MERATUS
1 Konsep Penanganan Pekerjaan

Pemerintah
Provinsi
(Top - Down)

PENYUSUNAN RTR
KAWASAN
Pihak Konsultan STRATEGIS PROVINSI
(Top - Down)
(KSP) PEGUNUNG
MERATUS

Pemerintah Kabupaten,
Aspirasi Masyarakat
& Swasta
(Botom - Up)

Memadukan antara konsep perencanaan “bottom-up” dan “top-down”.


Dalam kegiatan survai, wawancara dan diskusi/dialog, maka upaya
pendekatan kedua konsep diimplementasikan dengan cara melalui proses:
1. Sinkronisasi visi, misi dan pemilihan tujuan-tujuan umum jangka panjang;
2. Penentuan kebijakan dan program-program strategis;
3. Menetapkan metode-metode yang diperlukan untuk menjamin bahwa
kebijakan dapat terlaksana.
2 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
2 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
3 Struktur Organisasi Pekerjaan
G KAJIAN AWAL RTR KSP
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) PEGUNUNGAN MERATUS
1 Isu - Isu Strategis Kawasan Pegunungan Meratus
1. Berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional, Wilayah Pegunungan
Meratus termasuk ke dalam wilayah Destinasi Pariwisata Nasional Banjarmasin -
Martapura, dimana Kawasan Pegunungan Meratus merupakan bagian dari Kawasan
Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) Martapura dan Sekitarnya, serta Kawasan
Hutan Pegunungan Meratus Lhoksado di Kabupaten Hulu Sungai Selatan ditetapkan
sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).
2. Pada Pegunungan Meratus, terdapat banyak potensi alam yang dapat dikembangkan
menjadi kawasan tujuan wisata, diantaranya adalah:
 Hutan Pegunungan Meratus Loksado di Kabupaten Hulu Sungau Selatan;
 Gunung Halo-halo di Kabupaten Hulu Sungai Tengah;
 Taman Hutan Raya Sultan Adam dan Lembah Kahung di Kabupaten Banjar;
 Bambu Rafting Loksado, Air Panas Tanuhi dan Air Terjun Haratai di Kabupaten Hulu
Sungai Selatan;
 Air Panas Hantakan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah;
 Air Terjun Bajuin dan Gua Sunggung di Kabupaten Kota Baru;
 Gua Liang Kantin Muara Uya di Kabupaten Tabalong.
3. Terjadi konflik kepentingan antara usaha pertambangan (batu bara, emas) dengan
lingkungan. Usaha pertambangan mengakibatkan banjir saat musim hujan dan kekeringan.
Hal ini sejalan dengan penelitian Lapan yang menyimpulkan bahwa “Gradasi lingkungan yang
terjadi pada pembukaan hutan yang ditinggalkan, serta di lokasi tambang di tengah- tengah
perkebunan menyebabkan perubahan bentuk lahan”.
4. Terjadi pemanfaatan SDA yang merusak ekosistem setempat sehingga mengganggu
keberlangsungan kesejahteraan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat.
5. Perubahan penutup lahan selama tujuh tahun (1994-2001) sangat besar, yaitu Gradasi
lingkungan berdasar perubahan penutup lahan seluas 398.820 Ha, berupa pengurangan hutan
lindung di pegunungan dan lereng, pengurangan hutan di daerah cekungan (hutan rawa).
Perubahan berupa penambahan semak belukar/ ilalang mencapai 108.750 Ha.
6. Konversi Iahan hutan lindung, hutan produksi terbatas, hutan konversi, perkebunan,
kurang memperhitungkan keseimbangan lingkungan sehingga terlihat banyak ruang yang
rusak berupa semak, ilalang, dan lahan kosong. Kerusakan terutama di lereng- lereng
pegunungan atau perbukitan.
2 Potensi & Permasalahan Pengembangan
POTENSI PENGEMBANGAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN

1 Geopark Meratus: Kawasan Pembukaan lahan di Pengunungan


2
Pegunungan Meratus adalah salah Meratus untuk tambang batubara
satu dari 15 Geopark Nasional, dengan 36 bisa menganggu tangkapan air, sumber air,
Geosite: Kahung, Waduk Riam Kanan, kerusakan lingkungan, limbah perusahaan,
Mandiangin, Matang Keladan (Kabupaten polusi udara dan ancaman banjir di 3
Banjar), Air Terjun Kilat Api (Hulu Sungai 1 kabupaten, yakni Kabupaten Hulu Sungai
Selatan), Air Terjun Lano (Tabalong), Goa 1 Tengah, Tabalong dan Sungai Tengah.
Batu Hapu (Tapin), Liang Tapah
2 2
(Tabalong), Bukit Langara (Hulu Sungai
Selatan), dan Air Panas Hantakan.
2
Kawasan Pegunungan Meratus memiliki
keanekaragaman hayati yang tinggi dengan 2
beberapa vegetasi dominan, antara lain:
2
Meranti Putih (Shorea spp), Meranti Merah
(Shorea spp), Agathis (Agathis spp), Kanari 1 2
2
(Canarium dan Diculatum BI), Nyatoh 2
(Palaquium spp), Medang (Litsea sp), Kondisi Sungai di Pegunungan Meratus
2 di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, yang terancam
Durian (Durio sp) Gerunggang (Crotoxylon
1 tambang batubara
arborescen BI), Kempas (Koompassia sp),
Belatung (Quercus sp), dan aneka ragam 2
fauna. Terdapat konflik kepentingan antara
1 wialayah adat Dayak dengan
1 pertambangan batu bara dan perkebunan
2 Terdapat Permukiman Adat Dayak sawit. Menurut Direktur Eksekutif Wahana
Meratus yang berpotensi sebagai Lingkungan Hidup (Walhi) Kalsel
daya tarik wisata dengan luas permukiman pengakuan wilayah adat Dayak Meratus
sekitar 220.000 Ha meliputi 171 komunitas menjadi aspek paling utama ketika
pada lebih dari wilayah adat yang sudah 1 1 pemerintah daerah benar-benar berniat
dipetakan oleh tim data Walhi Kalimantan membentengi pegunungan itu dari
Selatan seperti Dayak Pitap (Tebing Tinggi, 1
ancaman industri ekstraktif pertambangan
Kabupaten Balangan), masyarakat hukum batubara dan perkebunan monokultur skala
adat (MHA) Tamunih, Kecamatan Kusan besar
Hulu, Tanah Bumbu.
3 Arahan Kebijakan & Strategi Pengembangan
RTRW Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015-2035 (Perda Nomor 9 Tahun 2015)

A. KEBIJAKAN: PENINGKATAN PERLINDUNGAN KAWASAN LINDUNG


Strategi atas kebijakan peningkatan Kawasan Lindung terdiri atas:
1. Menetapkan kawasan lindung di ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi;
2. Menetapkan kawasan rawan bencana banjir dan longsor sesuai dengan tipologi dan zonanya;
3. Mewujudkan Kawasan Lindung dalam satu wilayah provinsi dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas daerah aliran sungai sesuai dengan
kondisi ekosistemnya;
4. Mengkonservasi, merehabilitasi dan merestorasi Kawasan Lindung bersama flora dan fauna yang telah menurun kualitasnya;
5. Melakukan penuntasan tata batas Kawasan Lindung dan disepakati seluruh pemangku kepentingan; dan
6. Mengelola Kawasan Lindung melalui kelembagaan legal formal otonom dengan melibatkan dan meningkatkan peran serta Masyarakat sekitarnya.

B. KEBIJAKAN: PENCEGAHAN DAMPAK NEGATIF KEGIATAN MANUSIA YANG DAPAT MENIMBULKAN KERUSAKAN KAWASAN LINDUNG
Strateginya terdiri atas:
1. Melakukan upaya pencegahan dan penindakan terhadap kegiatan illegal dalam Kawasan Lindung;
2. Menyelenggarakan upaya terpadu untuk mencegah dan mengurangi pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran tanah yang mempengaruhi Kawasan
Lindung;
3. Memperluas tutupan vegetasi lahan dan meningkatkan pemeliharaan tegakan serta kanopi tumbuhan; dan
4. Mengurangi secara bertahap tingkat emisi karbon dan efek gas rumah kaca.

C. KEBIJAKAN: PENINGKATAN FUNGSI KAWASAN LINDUNG UNTUK MEMPERTAHANKAN & MENINGKATKAN KESEIMBANGAN EKOSISTEM,
LINGKUNGAN HIDUP, KEANEKARAGAMAN HAYATI, KEUNIKAN BENTANG ALAM DAN DAYA DUKUNG
Strateginya terdiri atas:
1. Menetapkan kawasan strategis provinsi berfungsi lindung;
2. Mencegah dan membatasi pemanfaatan ruang dalam bentuk pengembangan sarana dan prasarana maupun pengolahan lahan di dalam dan di sekitar
Kawasan Strategis Provinsi yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan;
3. Memelihara dan mengembangkan zona penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budidaya terbangun di sekitar Kawasan Strategis
Provinsi;
4. Merehabilitasi dan merestorasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar
Kawasan Strategis Provinsi;
5. Melestarikan keaslian fisik serta mempertahankan keseimbangan ekosistem Kawasan Lindung; dan
6. Mengembangkan kegiatan ilmu pengetahuan, teknologi dan kepariwisataan daerah untuk memperkuat kelestarian Kawasan Lindung.
4 Kedudukan dan Peran Kawasan Pegunungan Meratus
A. KAWASAN LINDUNG
1. Kawasan Hutan Lindung Pegunungan Meratus yang membujur dari utara
sampai ke selatan dan sebagian wilayah barat dan timur dari wilayah
Provinsi Kalimantan Selatan. Kawasan ini tersebar di Kabupaten Balangan,
Banjar, Banjarbaru, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Kotabaru,
Tabalong, Tanah Bumbu, Tanah Laut dan Tapin.
2. Di dalam Kawasan Hutan Lindung sebagaimana dimaksud di atas terdapat:
 Kawasan Gambut seluas kurang lebih 882 Ha di Kabupaten Banjar;
 Kawasan Perikanan seluas kurang lebih 68 Ha di Kabupaten Tanah
Laut;
 Kawasan Industri seluas kurang lebih 87 Ha di Kabupaten Tanah Laut
 Kawasan Peruntukan Lain seluas kurang lebih 875 Ha tersebar di
Kabupaten Balangan, Banjar, Hulu Sungai Selatan, Kotabaru, Tanah
Bumbu, Tanah Laut, dan Tapin;
 Kawasan Permukiman seluas kurang lebih 4.556 Ha tersebar di
Kabupaten Balangan, Banjar, Banjarbaru, Hulu Sungai Selatan, Hulu
Sungai Tengah, Kotabaru, Tanah Bumbu dan Tapin;
 Kawasan Pertanian Lahan Basah seluas kurang lebih 691 Ha tersebar
di Kabupaten Tabalong dan Tanah Laut;
 Kawasan Pertanian Lahan Kering seluas kurang lebih 1.335 Ha di
Kabupaten Tanah Laut; dan
 Kawasan Tanaman Tahunan seluas kurang lebih 19.440 Ha tersebar di
Kabupaten Balangan, Banjar, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah,
Kotabaru, Tabalong, Tanah Bumbu, Tanah Laut, dan Tapin.
3. Kawasan Bergambut seluas kurang lebih 882 Ha termasuk di dalam
kawasan hutan lindung terdapat di Kabupaten Banjar.
4. Kawasan Resapan Air meliputi seluruh kawasan hutan lindung.

B. KAWASAN STRATEGIS PROVINSI


Kawasan Pegunungan Meratus dalam RTRW Provinsi Kalimantan Selatan
Tahun 2015-2035 ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Provinsi (KSP) dari
Sudut Kepentingan:
1. KSP Sudut Kepentingan Daya Dukung dan Fungsi dan Daya Dukung
Lingkungan Hidup
2. KSP Sudut Kepentingan Pertahanan dan Keamanan
5 Usulan Delineasi Awal KSP Pegunungan Meratus
DASAR PERTIMBANGAN
5 Usulan Delineasi Awal KSP Pegunungan Meratus
DASAR PERTIMBANGAN
6 Usulan Delineasi Awal KSP Pegunungan Meratus
USULAN DELINEASI ALTERNATIF - 1

A. KAWASAN INTI
yaitu seluruh Pegunungan Meratus
dengan luas 515.066,78 Ha.
Alasanya: sebagai satu kesatuan
kawasan hutan lindung

B. KAWASAN PENYANGGA
yaitu Kawasan di sekitar Kawasan
Inti yang berdampak langsung
terhadap Kawasan inti dengan luas
607.286,54 Ha.
Alasan: sebagai Kawasan yang
memiliki jarak tertentu dan pengaruh
serta berdampak langsung terhadap
Kawasan inti
Kelemahan: Kawasan Inti sangat luas
dan homogen dengan skala yang
cukup besar (1:5.000 atau 1:25.000)
6 Usulan Delineasi Awal KSP Pegunungan Meratus
USULAN DELINEASI ALTERNATIF - 2

A. KAWASAN INTI
yaitu: seluruh Suaka Alam - Kawasan
Pelestarian Alam (SA-KPA) dengan
luas 116.427,35 Ha.
Alasan: satu kesatuan KPA dapat
dipetakan dalam skala 1:5.000 atau
1:25.000

B. KAWASAN PENYANGGA
yaitu: kawasan di luar Kawasan Inti
yang berdampak langsung dan tidak
langsung terhadap Kawasan inti
dengan luas 1.005.925,96 Ha.
Alasan: Kawasan yang memiliki
dampak langsung dan tidak langsung

Kelemahan: Sebagian besar


Pegunungan Meranti termasuk
dalam Kawasan Penyangga.
6 Usulan Delineasi Awal KSP Pegunungan Meratus
USULAN DELINEASI ALTERNATIF - 3

A. KAWASAN INTI
yaitu: seluruh Suaka Alam - Kawasan
Pelestarian Alam (SA-KPA) dan KSPN
(Kawasan Strategis Pariwisata Nasional)
yang masuk dalam Pegunungan Meratus
dengan luas 143.482,92 Ha.
Alasan: satu kesatuan KPA dan KSPN
dapat dipetakan dalam skala 1:5.000
atau 1:25.000

B. KAWASAN PENYANGGA
yaitu: Kawasan di luar Kawasan Inti yang
berdampak langsung dan tidak langsung
terhadap Kawasan inti dengan luas
978.870,40 Ha.
Alasan: Kawasan yang memiliki dampak
langsung dan tidak langsung
Kelemahan: Sebagian besar
Pegunungan Meranti termasuk dalam
Kawasan Penyangga.
6 Usulan Delineasi Awal KSP Pegunungan Meratus
USULAN DELINEASI ALTERNATIF – 4
(USULAN PEMERINTAH DAERAH)
66

Anda mungkin juga menyukai